Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu bagian
terpenting dalam menunjang kehidupan
manusia. Seiring dengan berjalannya
waktu, kebutuhan air semakin meningkat
sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk dari hari ke hari, sedangkan
persediaan air yang ada di bumi adalah
tetap. Salah satu usaha yang paling
efektif untuk mengatasi masalah tersebut
adalah dengan membangun bendungan.
Di dalam pembangunan bendungan,
diperlukan analisa stabilitas tubuh
bendungan terhadap berbagai kondisi
agar bendungan yang direncanakan aman
dan sesuai dengan usia guna yang telah
direncanakan.
Bendungan
Lolak
memiliki
ketinggian sebesar 58 m (EL. puncak
+120,00 m), terletak di sungai Lolak,
Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
Bendungan Lolak direncanakan akan
difungsikan
sebagai
bendungan
serbaguna.
Melihat banyaknya tujuan dari
pembangunan Bendungan Lolak serta
lokasi pembangunan yang termasuk
dalam kategori gempa tinggi, maka
perencanaan teknis yang mendetail perlu
dilakukan. Antara lain, tentang masalah
kondisi geologi pondasi bendungan,
perbaikan pondasi, kapasitas rembesan,
kemungkinan terjadinya piping, serta
kestabilan tubuh bendungan dalam
berbagai kondisi.
RUMUSAN MASALAH
Dengan
memperhatikan
latar
belakang yang telah disebutkan di atas,
maka rumusan masalah pada penelitian
tersebut adalah :
1. Bagaimana
kondisi
pondasi
Bendungan Lolak ?
2. Berapa
kapasitas
rembesan
Bendungan Lolak ?
3. Apakah akan terjadi kemungkinan
piping pada Bendungan Lolak ?
4. Berapa angka keamanan stabilitas
lereng pada Bendungan Lolak ?
METODOLOGI PENELITIAN
Kondisi Geologi Pondasi Bendungan
Kondisi geologi pondasi bendungan
dapat diketahui dengan nilai Lugeon dan
RQD (Rock Quality Designation). Nilai
Lugeon dan RQD didapat dari hasil
logging bor atau menggunakan rumus
berikut : (Sosrodarsono, 1977: 65)
(1)
dimana :
Lu = nilai Lugeon (1 Lu = k (1.10 -5
cm/dt))
Q = debit yang masuk melalui lubang
bor (l/menit)
p = tekanan uji (kg/cm2)
L = panjang bagian yang diuji (m)
k = koeffisien permeabilitas (cm/dt)
RQD = 100 (0,1 + 1) e-0.1
(2)
dimana :
RQD = Rock Quality Designation (%)
(3)
dimana :
q = beban timbunan tubuh bendungan
(kN/m)
H = tinggi main dam = 58 m
= tinggi cofferdam = 24,75 m
sat = berat material timbunan terbesar
(kN/m3) = 21,26 kN/m3
Analisa tegangan yang terjadi
dibawah pondasi tubuh Bendungan Lolak
dibagi menjadi 2, pada main dam dan
main cofferdam dengan z = 15 m.
Tegangan vertikal pada as bendungan
dapat dihitung dengan rumus :
z = (I + I )q
(4)
dimana :
z = tegangan vertikal yang terjadi pada
kedalaman z (kN/m)
= faktor pengaruh
Gs
(5)
(c.l ( N U N
Fs =
) tan )
n 1
n p
(11)
(T Te )
n 1
dimana :
Fs = faktor keamanan
c = angka kohesi tiap pias (kN)
l =
b
cos
(12)
m ( n )
Fs = n 1 n p
(13)
(W n sin n g )
n 1
(10)
dimana :
FKpiping = minimal 4
Ical
= gradien hidraulik debit
Icr
= gradien hidraulik dari material
timbunan atau pondasi
dimana :
Fs = faktor keamanan
c = angka kohesi tiap pias (kN)
b = lebar tiap pias (m)
W = gaya berat (kN)
= sudut tiap zona material timbunan
m= hasil coba coba dari nilai FS
v
g
= koeffisien
gempa
dasar
berdasarkan peta zona gempa
wilayah Indonesia
= faktor koreksi pengaruh jenis tanah
setempat
= percepatan gravitasi
COFFERDAM AXIS
untuk cofferdam
1. Tegangan vertikal as main dam
z = 15 m
a = 105,97 m bagian kanan
b = 5 m bagian kanan
1= 58
= 1,012 bagian kanan
2= 18
= 0,314 bagian kanan
a = 95 m bagian kiri
b = 5 m bagian kiri
1 = 59
= 1,029 bagian kiri
2 = 18
= 0,314 bagian kiri
Qf =
=
kN/m
2. Tegangan vertikal as cofferdam
Tegangan vertikal yang terjadi
pada pondasi as cofferdam pada z = 15 m
adalah sebagai berikut,
.k.h.L
10
x 3,29 x 10 -7 x 52,50 x
15
499,09
= 5,75. 10-3 m3 /dt
Jadi kapasitas rembesan yang
terjadi sebesar 5,75. 10 -3 m3 /dt .
Perhitungan kapasitas rembesan
sebelum dan sesudah dilakukan grouting
juga dianalisa menggunakan program
Geo-Studio Seep/W 2007, yang hasilnya
sebagai berikut :
1. Sebelum grouting
Qrerata = 5,01. 10 -3 m/dt.
2. Sesudah grouting
Qrerata = 2,64. 10 -4 m/dt.
Dari
hasil
analisa
tersebut
diketahui, kapasitas rembesan yang
terjadi menjadi lebih kecil setelah
grouting diterapkan pada pondasi
Bendungan Lolak. Rata-rata kapasitas
rembesan (2,64. 10-4 m/dt) <1% dari
Qrerata sungai (0,698 m/dt). Sehingga
dapat dikatakan bahwa grouting yang
dilakukan bekerja dengan efektif.
kN/m
garis depresi
garis parabola Cassagrande
ELEVASI (m)
0,3 l1 = 3,5 m
garis equi-potensial 10 m
jarring aliran (flownet)
0,0053471 m3/dt
Dam Crest
Elevasi (m)
Cofferdam Crest
Jarak (m)
0,00025850 m3/dt
Dam Crest
Elevasi (m)
Cofferdam Crest
Jarak (m)
3. FK Terhadap Piping
= 4,380
Didapatkan
hasil
perhitungan
faktor keamanan terhadap piping
> 4) maka, dapat dikatakan tidak
akan terjadi peristiwa piping.
Zona
k
(m/dt)
sat
(kN/m3)
(kN/m3 )
dry
(kN/m3)
c
(kPa)
(o)
1
2
3
4
5
6
-
4.70x10-9
5.43x10-5
1x10-4
3.5x10-4
7.16x10-4
5x10-6
1x10-6
17.50
20.87
21.26
21.26
17.57
21.26
20.56
17.61
17.02
20.99
21.38
16.57
21.38
17.47
19.22
13.86
8.14
16.02
14.83
11.76
13.69
0.00
19.61
0.00
0.00
0.00
37.17
0.00
20.53
30.00
35.00
38.50
28.00
40.00
40.00
Inti (core)
Filter Halus
Filter Kasar
Random Batu
Random Tanah
Rip Rap
Volcanic Breccia
Keterangan :
a = Zona Inti (core)
b = Zona Filter Halus
c = Zona Filter Kasar
d = Zona Random Batu
e = Zona Random Tanah
f = Zona Rip-rap
1. Perhitungan Manual
Metode Fellenius
Pada metode ini diberikan contoh
perhitungan pada kondisi muka air
normal +114,500 m dengan beban
gempa pada irisan pias no 3.
a. Menentukan pusat bidang longsor
dengan cara coba-coba di sepanjang
garis vertikal yang melalui titik
tengah garis lereng, coba-coba
sampai didapatkan angka keamanan
minimum.
b. Menghitung gaya berat total (Wtot)
tiap zona material yang merupakan
jumlah dari gaya berat kering (W1) +
gaya berat basah (W2).
Rip rap
Wtot = W1 + W2
= A1 . + A2 . sub
= 1,59 . 17,61 + 9,18 . 7,80
= 99,60 kN
Random tanah
Wtot = 479,24 kN
Random batu
Wtot = 1196,82 kN
c. Menentukan sudut yang dibentuk
oleh jari jari bidang longsor ()
dengan arah gaya berat masing
masing pias. Nilai = 30,70o
d. Menghitung
momen
yang
menyebabkan geser pada bidang
longsor tubuh bendungan yakni :
Rip rap
T = W. sin
= 50,85 kN
Random tanah
T = 244,67 kN
Random batu
T = 611,03 kN
e. Menghitung momen yang menahan
bidang longsor, yakni :
Rip rap
N = W . tan = 85,64 kN
Random tanah
N = 412,08 kN
Random batu
N = 1029,09 kN
f. Menghitung angka kohesi tiap pias,
yakni :
Rip rap
g.
h.
i.
j.
c = c . l
= 511,41 kN
Random tanah
c = 0
Random batu
c = 0
Menghitung koeffisien gempa (k)
Ad = z . Ac . v
= 1,11 . 247,45 . 0,8 = 197,69 gal
Ad
k=
g
= 0,202
Menghitung komponen vertikal (Ne)
dan tangensial (Te) beban seismis
tiap zona material pada masing
masing pias :
Rip rap
Te = k . Wtot cos
= 17,30 kN
Ne = k . Wtot sin
= 10,27 kN
Random tanah
Te = 83,24 kN
Ne = 49,42 kN
Random batu
Te = 207,88 kN
Ne = 123,43 kN
Menghitung gaya uplift (U) saat
waduk terisi air, dimana (hw)
merupakan ketinggian pias basah
menurut zona material timbunan dan
(w) merupakan gaya berat air,
yakni :
Rip rap
U = w . hw . l
= 9,81 . 0,52 . 11,63
. = 59,33 kN
Random tanah
U = 381,06 kN
Random batu
U = 1273,24 kN
Prosedur perhitungan di atas diulang
sampai semua pias yang membentuk
bidang longsor dihitung, selanjutnya
nilai Fs dihitung :
n p
Fs =
(c.l ( N U N
n 1
n p
Fs = 1,224
(T T )
e
n 1
) tan )
Metode Bishop
Random tanah
N = 49,42 kN
Random batu
N = -21,40 kN
g. Mencari nilai mdengan mencobacoba nilai faktor keamanan (Fs).
Untuk nilai Fs = 1,545, maka :
Rip rap
tan tan n
)
m ( n ) = cos n .(1
Fs
= 1,14
Random tanah
m ( n ) = 1,04
Random batu
m ( n ) = 1,12
m ( n )
F s = n 1 n p
(W n sin n g )
n 1
5016,95
3026,65 495,07
F s = 1,545
Fs =
Elevasi (m)
Dam Crest
Jarak (m)
Gambar 9. Stabilitas Lereng NWL +114,500 m dengan Beban Gempa di Hulu (Geo-Slope)
(Sumber: Hasil perhitungan)
Elevasi (m)
Dam Crest
Jarak (m)
Gambar 10. Stabilitas Lereng NWL +114,500 m dengan Beban Gempa di Hilir (Geo-Slope)
(Sumber: Hasil perhitungan)
FS Hitung (Geo-Studio
SLOPE/W 2007)
Fellenius
Bishop
hulu
hilir
hulu
hilir
2.154 1.521 2.462 1.809
FS Hitung (manual)
No
Kondisi
FS ijin
Kosong
1.200
Fellenius
hulu
hilir
3.422 1.992
FWL (+119,045 m)
1.200
1.822
1.932
1.915
2.492
2.268
1.562
2.709
1.826
NWL (+114,500 m)
1.500
1.969
1.992
2.074
2.556
1.873
1.617
2.439
1.901
LWL (+99,650 m)
1.500
2.304
1.992
2.374
2.556
1.772
1.624
2.284
1.985
1.250
2.556
1.456
1.535
1.621
1.815
Kosong
1.200
1.960
1.260
1.205
1.489
1.213
FWL (+119,045 m)
1.200
1.213
1.207
1.425
1.905
1.212
1.205
1.226
1.213
NWL (+114,500 m)
1.200
1.224
1.256
1.545
1.960
1.212
1.205
1.226
1.215
9
10
LWL (+99,650 m)
1.200
1.295
1.256
1.866
1.960
1.217
1.224
1.223
1.273
1.200
1.256
1.256
1.711
1.960
1.210
1.211
1.215
1.224