Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
doc
selama ini, Petrologi lebih diartikan sebagai ilmu yang mempelajari batuan secara mata
telanjang (megaskopik) dan hanya dibantu dengan peralatan sederhana seperti kaca
pembesar (loupe), pisau lipat, palu geologi dan cairan HCl 0,1 N. Sedangkan Petrografi
lebih ditekankan pada pembelajaran batuan di bawah mikroskop (secara mikroskopik).
Namun dalam arti luas Petrologi adalah ilmu yang mempelajari batuan, dimulai dari
pengamatan secara mata telanjang, pemeriksaan di bawah mikroskop, analisis geokimia
dan bahkan sampai dengan radioisotop.
Penggunaan kata batuan di dalam kuliah Deskripsi dan Penamaan Batuan
Gunungapi ini diartikan secara luas, yaitu bahan bentukan alam (gunungapi), mulai dari
bahan lepas (loose material) sampai dengan yang sudah membatu (lithified material).
Jadi dalam hal ini tidak dipersoalkan perbedaan antara bahan berupa endapan dan yang
sudah menjadi batuan. Lebih lanjut batuan gunungapi yang dibahas juga terbatas yang
segar, dalam arti tidak dalam keadaan sudah lapuk, teroksidasi lanjut, termalihkan
(termetamorfose) ataupun terubah (teralterasi) secara hidrotermal. Untuk batuan
gunungapi yang terubah secara hidrotermal dapat dibicarakan pada kesempatan yang lain.
1 of 33
290953242.doc
2 of 33
290953242.doc
3 of 33
290953242.doc
4 of 33
290953242.doc
5 of 33
290953242.doc
berapi. Perihal yang sering menjadi perdebatan adalah bila lubang itu hanya
mengeluarkan gas, apa juga disebut gunungapi. Berdasarkan definisi tersebut di atas (ada
kata atau di antara batuan pijar dan gas) maka jawabannya adalah iya, asal gas itu
benar-benar berasal dari magma (magmatic gases) di dalam bumi. Untuk membuktikan
bahwa gas itu berasal dari magma atau bukan (non magmatic gases) memerlukan
penelitian yang tidak sederhana.
Batuan gunungapi adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil dari aktivitas
gunungapi, baik langsung maupun tidak langsung. Aktivitas gunungapi diartikan sebagai
proses erupsi atau keluarnya magma dari dalam bumi ke permukaan, melalui lubang
kawah/kaldera dalam berbagai bentuk dan kegiatannya. Pengertian langsung disini
dimaksudkan bahwa bahan erupsi gunungapi itu setelah mendingin/ mengendap
kemudian membatu di tempat itu juga (in situ). Sedangkan pengertian tidak langsung
menunjukkan bahwa endapan/batuan gunungapi tersebut sudah mengalami perombakan
atau deformasi, baik oleh aktivitas volkanisme yang lebih baru, proses-proses sedimentasi
kembali, maupun aktivitas tektonika.
Berdasarkan aktivitas gunungapi itu dapat difahami bahwa:
-
6 of 33
290953242.doc
di bagian luar tubuh batuan gunungapi biasanya terdapat lubang bekas keluarnya gas
gunungapi (vesicular structures) dan perekahan yang terjadi selama proses
pergerakan ke permukaan dan pendinginan sangat cepat (super cooling fractures).
Magma yang membeku di dekat permukaan (high level intrusives) atau sudah keluar
ke permukaan secara meleleh (effusive eruptions) membentuk lava koheren yang
pada akhirnya menjadi batuan beku masif. Sedangkan magma yang keluar ke
permukaan secara meletus (explosive eruptions) menghasilkan batuan beku
terfragmentasi yang disebut pyroclasts, berasal dari kara pyro artinya api dan clast
berarti butiran, fragmen atau kepingan. Jadi pyroclast adalah butiran batuan pijar
yang dilontarkan keluar (ejected material) dari lubang kawah pada saat terjadi letusan
gunungapi. Pyroclasts atau istilah lain ejecta ini mempunyai berbagai ukuran, mulai
dari berbutir halus (abu/debu gunungapi, 2 mm), berbutir sedang (lapili, : 2
64 mm) sampai dengan berbutir kasar (blok/bom gunungapi, > 64 mm). Batuan itu
secara khusus disebut batuan piroklastika dan secara umum membentuk batuan
gunungapi bertekstur klastika (volcaniclastic rocks).
Dengan demikian secara deskripsi batuan gunungapi mempunyai ciri-ciri khas di
290953242.doc
abu-abu untuk batuan berkomposisi menengah dan warna terang untuk batuan
berkomposisi asam.
Mengenai struktur batuan gunungapi, untuk lava koheren dan fragmen batuan
mengikuti hukum-hukum yang berlaku di dalam batuan beku, seperti halnya struktur
masif, berlubang/berongga (vesicles), segregasi, konsentris, aliran dan rekahan radier
yang mencerminkan proses pendinginan. Pembentukan struktur di dalam endapan/batuan
bertekstur klastika (misalnya piroklastika dan epiklastika) lebih mengikuti hukum batuan
sedimen (proses pengendapan), misalnya struktur perlapisan/laminasi, silang-siur,
perlapisan pilihan, melensa, membaji, antidunes dan lain-lain. Itulah sebabnya batuan
gunungapi sebaiknya tidak dipaksakan untuk masuk jenis batuan beku atau batuan
sedimen, tetapi lebih baik dipandang sebagai kelompok tersendiri yang berada di daerah
transisi antara kedua jenis batuan utama tersebut.
4. PENAMAAN BATUAN GUNUNGAPI SECARA DESKRIPSI
Telah disinggung di atas bahwa secara proses volkanisme dan sekaligus secara fisik
batuan gunungapi dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu lava koheren (coherent lavas)
dan batuan klastika gunungapi (volcaniclastic rocks). Lava koheren pada hakekatnya
adalah batuan beku (masif), yaitu magma yang membeku di dekat permukaan (batuan
beku intrusi dangkal) dan magma yang membeku di permukaan (batuan beku luar).
Batuan klastika gunungapi adalah seluruh batuan gunungapi yang mempunyai tekstur
klastika atau yang tersusun oleh bahan butiran asal kegiatan gunungapi.
4.1 LAVA KOHEREN
Dalam melakukan deskripsi dan penamaan secara deskripsi terhadap lava koheren
kita mengacu pada dasar-dasar petrologi batuan beku (luar) dimana parameter pokok
deskripsi adalah warna, tekstur, struktur dan komposisi. Klasifikasi penamaan batuan,
baik secara megaskopis maupun secara mikroskopis didasarkan pada klasifikasi yang
telah dibuat oleh banyak ahli dan dipublikasikan dalam berbagai literatur petrologi batuan
beku luar (misal Williams dkk., 1953, Streckeisen, 1980). Hanya perlu diingat bahwa
dalam lingkup volkanologi, nama batuan gunungapi ini tidak terbatas untuk batuan beku
luar saja, tetapi dapat diterapkan pada batuan beku intrusi dangkal, dan dalam beberapa
8 of 33
290953242.doc
hal untuk batuan klastika gunungapi. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa batuan
beku luar adalah merupakan bagian dari lava koheren batuan gunungapi.
Warna lava koheren sangat terpengaruh oleh komposisi batuan gunungapi itu,
sedangkan tekstur dan struktur, mulai dari yang berkomposisi basa sampai dengan yang
berkomposisi asam sangat dipengaruhi oleh proses pendinginan dari magma
pembentuknya seperti yang telah disampaikan di atas. Sebagaimana halnya warna batuan
gunungapi pada umumnya, maka warna lava koheren juga sangat beragam terpengaruh
oleh komposisi kimia dan mineral penyusunnya, mulai dari warna gelap umumnya untuk
batuan berkomposisi basa, abu-abu untuk batuan berkomposisi menengah dan warna
terang untuk batuan berkomposisi asam. Batuan gunungapi berkomposisi basa tersusun
oleh mineral kaya Fe-Mg (olivin dan piroksen) serta plagioklas kaya Ca (bitownit dan
anortit). Di dalam batuan gunungapi berkomposisi menengah asosiasi mineral
penyusunnya adalah piroksen, amfibol (hornblende), plagioklas menengah (andesin dan
labradorit) serta sedikit alkali felspar dan kuarsa. Sedangkan mineral penyusun batuan
gunungapi berkomposisi asam adalah hornblende, biotit, muskovit, plagioklas asam (albit
dan oligoklas), alkali felspar dan kuarsa. Tabel 1 di bawah ini memberikan deskripsi dan
penamaan lava koheren secara megaskopis.
Berdasarkan komposisi kimia, dalam hal ini persentase berat oksida silika (SiO2)
lava koheren dapat diklasifikasikan menjadi basal, andesit basal (basaltic andesite),
andesit, dasit dan riolit seperti tersebut pada Tabel 2. Berdasarkan persentase berat SiO 2
versus K2O (Peccerillo & Taylor, 1976; Ewart, 1982), batuan tersebut dibagi menjadi
batuan toleiit (miskin/rendah kalium), batuan Calc-alkaline (kalium menengah) dan
batuan alkalin (alkali tinggi). Untuk gunungapi yang berhubungan dengan zona
penunjaman kerak bumi, batuan toleiit umumnya terdapat di busur magma bagian depan
(dekat dengan zona penunjaman), batuan Calc-alkaline di bagian tengah dan batuan
alkalin di bagian belakang. Dalam mengklasifikasikan nama batuan berdasar komposisi
sebagian ahli tidak hanya menggunakan persentase berat kalium oksida tetapi
menggunakan total persentase berat alkali (Na2O + K2O) versus SiO2 (e.g. Cox dkk.,
1978; Le Bas dkk.., 1986). Untuk menamakan batuan berdasar komposisi kimia secara
tepat diperlukan beberapa persyaratan sebelumnya. Pertama batuan yang akan dianalisis
secara kimia harus benar-benar segar, dalam arti tidak lapuk, tidak teroksidasi dan tidak
9 of 33
290953242.doc
teralterasi. Hal itu nantinya terlihat pada sedikit atau banyaknya bahan habis dibakar serta
bahan volatil yang terkandung serta jumlah total persentase. Semakin sedikit persentase
bahan habis dibakar (loss on ignition) dan bahan volatil dengan jumlah total mendekati
100 % ( 1,5 %) serta masing-masing persentase oksida mayor secara geologi sudah
wajar maka hal itu menunjukkan contoh batuan cukup segar serta hasilnya dapat
digunakan untuk analisis lebih lanjut (Tabel 3). Hasil analisis kimia tersebut kemudian
dinormalisir ke 100 % tanpa mengikut-sertakan bahan habis dibakar dan volatil sebelum
dimasukkan ke dalam klasifikasi (Tabel 4 & 5).
Tabel 1 Klasifikasi nama lava koheren secara deskripsi megaskopis.
Nomer
Warna
Tekstur
Struktur
Komposisi
Nama
batuan
1
hitam
porfiroafanit
afanit,
vitrofir,
gelas
masif
berlubang
bentuk
melingkar
elip, skoria
olivin,
piroksen,
plagioklas
basa, gelas
(basa)
Basal
2
abu-abu
gelap
porfiroafanit
afanit,
vitrofir,
gelas
masifberlubang
bentuk agak
melingkaragak
menyudut
3
abu-abu
piroksen,
plagioklas
dan gelas
basamenengah
piroksen,
amfibol
(hornblende)
, plagioklas
dan gelas
menengah
amfibol,
plagioklas
dan gelas
menengah
-asam, alkali
felspar,
kuarsa
Andesit
Dasit
Andesit
4
abu-abu
terang
porfiroafanit porfiroafanit
afanit,
afanit,
vitrofir,
vitrofir,
gelas
gelas
masifmasifberlubang
berlubang
bentuk agak bentuk
menyudutmenyudut
menyudut
5
putih putih
abu-abu
porfiroafanit
afanit,
vitrofir,
gelas
masifberlubang
bentuk
menyudut
menyudut
sangat
runcing
amfibol,
biotit,
nuskovit,
plagioklas &
gelas asam,
alkali
felspar,
kuarsa
Riolit
basal
10 of 33
290953242.doc
Tabel 2 Klasifikasi penamaan batuan koheren lava berdasar persentase berat SiO2.
Nama batuan
Persentase berat
Basal
Andesit basal
Andesit
Dasit
Riolit
SiO2
52 (45 52)
53 - 57
58 63
64 68
69 (69 75)
Tabel 3 Komposisi kimia oksida mayor batuan beku. LOI = loss on ignition (habis dibakar).
Fe2O3* = total oksida besi (FeO + Fe2O3).
Oksida
mayor
SiO2
TiO2
Al2O3
Fe2O3*
MnO
MgO
CaO
Na2O
K2O
P2O5
LOI
Total
Mg-tinggi
49,33
0,81
19,29
9,85
0,17
10,02
11,03
2,24
0,35
0,10
0,37
100,56
Basal
Mg-rendah
49,67
1,03
20,74
9,62
0,19
4,38
10,85
2,99
0,37
0,13
0,52
100,49
Andesit
basal
55,02
0,71
18,75
7,58
0,17
4,37
8,45
3,18
0,68
0,18
0,56
99,65
Andesit
58,20
0,82
17,20
7,54
0,15
3,20
6,80
3,30
1,7
0,23
1,30
100,44
Tabel 4 Komposisi kimia oksida mayor batuan beku setelah dinormalisisr 100 % tanpa volatil dan
LOI.
Oksida
Basal
Andesit
Andesit
Dasit
Riolit
mayor
Mg tinggi
Mg rendah
basal
SiO2
49,24
49,69
55,53
58,70
66,00
77,36
TiO2
0,81
1,03
0,71
0,83
1,14
0,77
Al2O3
16,26
20,75
18,92
17,35
15,23
12,26
Fe2O3*
9,83
9,62
7,65
7,60
5,87
3,08
MnO
0,17
0,19
0,17
0,15
0,16
0,07
MgO
10,00
4,38
4,41
3,23
1,87
0,26
CaO
11,00
10,85
8,53
6,86
3,73
1,00
Na2O
2,24
2,99
3,21
3,33
3,94
2,22
K2O
0,35
0,37
0,69
1,72
2,07
2,98
P2O5
0,10
0,13
0,18
0,23
Total
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Tabel 5 Komposisi kimia oksida mayor obsidian dan pumis (batuapung) setelah dinormalisisr 100
% tanpa volatil dan LOI.
11 of 33
290953242.doc
Oksida
mayor
SiO2
Al2O3
Fe2O3*
CaO
MgO
Na2O
K2O
Total
Obsidian
Dieng
59,82
6,69
2,53
23,39
5,27
1,65
0,65
100,00
Obsidian
Timor
76,87
12,71
1,36
1,00
0,08
3,90
4,08
100,00
Obsidian
Jepang
77,93
12,96
0,82
1,18
0,08
3,05
3,98
100,00
Pumice
Toba
72,80
13,62
2,86
2,46
0,46
3,52
4,28
100,00
Pumis
Krakatau
70,41
15,31
3,53
3,46
1,04
4,21
2,04
100,00
Pumis
Batur
65,86
16,29
5,90
3,18
1,08
5,44
2,25
100,00
12 of 33
290953242.doc
sangat menonjol adalah struktur berlapis, batuan itu dapat dinamakan batupasir
gunungapi berlapis (bedded volcanic sandstones).
5. PENAMAAN BATUAN SECARA GENESA
Telah disampaikan di atas bahwa secara proses volkanisme, batuan gunungapi
dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu lava koheren dan batuan klastika gunungapi.
Berdasarkan pengalaman para ahli dalam mengamati langsung aktivitas gunungapi, maka
penjelasan disini akan dimulai dari proses dan nama kemudian diikuti dengan deskripsi
ciri-ciri litologinya. Namun dalam pembelajaran batuan gunungapi tua dimana prosesnya
sudah tidak dapat dilihat langsung, mahasiswa hendaknya memulai dengan melakukan
deskripsi ciri-ciri litologi selengkap-lengkapnya, kemudian menginterpretasikan proses
yang terjadi dan terakhir memberikan nama batuan gunungapi secara genesa.
5.1 LAVA KOHEREN
Lava koheren dapat terbentuk sebagai akibat pergerakan magma ke luar ke
permukaan bumi. Dalam pergerakan tersebut magma dapat benar-benar keluar ke
permukaan bumi secara meleleh (effusive eruptions), atau membeku di dekat permukaan,
atau sebagian membeku di bawah dan sebagian lagi membeku di permukaan bumi.
Magma yang membeku di dekat permukaan dikenal sebagai batuan beku intrusi dangkal.
Padanan kata batuan beku intrusi dangkal ini banyak sekali, antara lain batuan intrusi
sub-gunungapi, batuan semi gunungapi, subvolcanic intrusions, high level intrusives,
shallow intrusions, low level intrusions, syn-volcanic intrusions, dll. Mengenai
kedangkalan dari pembekuan magma ini belum ada angka kedalaman yang pasti, tetapi
diperkirakan tidak lebih dari 10 km di bawah kawah/kaldera gunungapi. Sebagai contoh
kedalaman dapur magma dangkal G. Merapi hanya 1 km di bawah puncak sedangkan
dapur magma dalam berkisar antara 3 - 4 km di bawah puncak. Siebett (1988)
menuturkan bahwa tubuh intrusi di bawah gunungapi komposit dan berasosiasi dengan
lapangan panas bumi mempunyai kedalaman 8 - 9 km. Pembekuan magma di dekat
permukaan ini dimungkinkan karena pertama, magma sudah membeku terlebih dahulu
sebelum pergerakannya mencapai ke permukaan bumi. Kedua, tidak semua magma
keluar ke permukaan bumi sewaktu gunungapi bererupsi atau meletus, tetapi juga tidak
13 of 33
290953242.doc
kembali ke dapurnya jauh di dalam bumi setelah erupsi gunungapi berhenti. Sebagian
magma itu tersisa dan membeku di sepanjang perjalanan dari dapur magma ke
permukaan bumi yang dalam hal ini adalah kawah/kaldera gunungapi. Kelompok batuan
sub-gunungapi ini antara lain membentuk retas (dikes), sill atau kubah lava bawah
permukaan (cryptodomes). Magma yang membeku di pipa kepundan sehingga bagian
atasnya menyembul ke permukaan sedang bagian bawahnya berada di bawah permukaan
disebut leher gunungapi (volcanic necks) atau sumbat lava (lava plugs). Pada literatur
lama berbahasa Indonesia retas ini disebut batuan gang dan leher gunungapi disebut
batuan korok. Seluruh batuan beku intrusi dangkal disebut sebagai hypabyssal rocks.
Batuan terobosan dangkal ini tersingkap di dalam atau pada dinding kawah/kaldera
gunungapi atau pada daerah batuan gunungapi yang sudah tererosi cukup lanjut.
Berhubung sebagai batuan beku terobosan (sekalipun dangkal), maka ciri-ciri
litologi yang sangat penting adalah bagaimana bentuk geometrinya, bagaimana
kenampakan kontaknya dengan batuan samping atau yang diterobos, bagaimana warna,
tekstur, struktur dan komposisi, serta ciri-ciri rinci khusus atau penunjang lainnya.
Bentuk geometri mungkin dapat diamati berdasar penginderaan jauh dan peta rupa bumi,
tetapi kenampakan kontak dengan batuan samping mutlak harus ditunjukkan berdasar
data singkapan langsung di lapangan yang secara lebih rinci dapat dibantu dengan
analisis secara mikroskopik dan bila perlu secara kimia. Secara deskripsi di bawah ini
dijelaskan beberapa bentuk tubuh intrusi dangkal sebagai bagian dari lava koheren batuan
gunungapi.
Retas dicirikan, antara lain:
1. Bentuk terobosan berupa bidang memanjang (tabular in shape) serta memotong
perlapisan batuan yang diterobosnya.
2. Efek kontak di kedua sisi retas terhadap batuan yang diterobos mungkin mengalami
efek bakar, atau bagian tepi retas yang mengalami oksidasi, keduanya umumnya
berwarna merah coklat atau merah bata, sangat tergantung tingginya temperatur
magma saat menerobos, jenis batuan yang diterobos dan oksigen yang dikandungnya.
3. Dari bagian tengah menuju ke tepi retas secara berangsur semakin bertekstur gelas.
Hal ini akan semakin nyata pada tubuh retas yang cukup tebal. Pada kontak dapat
pula terbentuk breksi sebagai akibat pendinginan sangat cepat sehingga menimbulkan
14 of 33
290953242.doc
perekahan yang kemudian terisi oleh cairan magma dari bagian tengah retas, atau
masuknya batuan samping ke dalam cairan magma retas.
4. Terdapat struktur paralel secara vertikal di bagian tepi tubuh retas sebagai akibat
segregasi dan tingkat kristalisasi yang berbeda selama pendinginan, di mana bagian
tepi/luar lebih cepat mendingin daripada bagian dalam. Struktur kekar yang
memotong tegak lurus retas biasanya juga dapat dijumpai. Bila magma mengandung
banyak gas, atau menerobos batuan karbonat, mungkin terbentuk struktur lubang
berbentuk elip yang menunjukkan aliran ke atas. Struktur aliran dapat pula
ditunjukkan oleh penjajaran feokris atau bentuk struktur aliran lainnya.
5. Komposisi retas bagian tengah lebih banyak kristal, sedang ke arah tepi semakin
banyak gelas gunungapi. Alterasi dan mineralisasi mungkin dapat terjadi di bagian
tepi dari retas tersebut.
Sill atau kubah lava bawah permukaan dicirikan antara lain oleh:
1. Bentuk terobosan pipih atau cembung menyisip secara selaras (concordant) di antara
perlapisan batuan. Bentuk itu sangat tergantung kemampuan magma mendesak
perlapisan batuan di sekitarnya. Apabila berbentuk cembung mengakibatkan
perlapisan batuan di atasnya terlipat ke atas seperti struktur antiklin. Jika hal ini
terjadi sangat dekat dengan permukaan dan di lereng kerucut gunungapi maka bagian
itu akan mengalami penggembungan (bulging). Namun dalam beberapa hal bentuk
intrusi dangkal ini bisa saja tidak beraturan.
2. Efek kontak mirip seperti yang terjadi pada retas, hanya letaknya ada di bawah atau di
atas tubuh sill.
3. Semakin ke bagian tepi tubuh sill semakin bertekstur halus atau gelas dan di beberapa
bagian membentuk breksi (autoklastika).
4. Struktur segregasi berbentuk konsentris atau kelopak atau struktur kulit bawang.
Struktur rekahan mungkin dijumpai di bagian permukaan dengan pola radier.
5. Tingkat kristalinitas semakin tinggi menuju ke bagian tengah tubuh sill. Dengan kata
lain komposisi gelas semakin banyak menuju ke tepi tubuh sill.
Leher gunungapi dan sumbat lava dicirikan antara lain oleh:
15 of 33
290953242.doc
16 of 33
290953242.doc
4. Pada bagian permukaan kubah dijumpai struktur lubang dan rekahan yang berpola
radier menjauhi pusat kubah. Pada bagian tengah kubah terbentuk aliran dan struktur
kelopak (kulit bawang).
5. Bila belum tererosi, pada permukaan kubah yang terbentuk di dasar laut (dalam)
terbentuk kerak kaca (glassy crust) dan atau hyaloclastite.
Hyaloclastite berasal dari kata hyaline (gelas) dan clast (butiran/fragmen).
Mengacu pendapat McPhie dkk. (1993), hyaloclastite (hialoklastit ?) berarti mempunyai
pengertian: Clastic aggregates formed by non-explosive fracturing and disintegration of
quenched lavas and intrusions that are extruded under (sea) water (bahan klastika yang
terbentuk oleh disintegrasi dan perekahan non letusan karena pendinginan yang sangat
cepat pada lava dan intrusi di dasar air (laut). Istilah ini digunakan baik untuk bahan yang
masih lepas-lepas maupun sudah membatu. Dengan demikian hyaloclastite adalah batuan
klastika gunungapi yang seluruh komponen penyusunnya terdiri dari butiran gelas.
Secara genesa hyaloclastite terbentuk sebagai hasil erupsi gunungapi lelehan (non
eksplosif) di dalam air (laut dalam), akibatnya terjadi pendinginan yang sangat cepat dan
fragmentasi sehingga mineral tidak sempat mengkristal. Secara tekstur hyaloclastites
dapat berupa breksi gunungapi atau batupasir gunungapi berkomposisi gelas.
Aliran lava mempunyai tipe beragam, yakni aliran lava bongkah (blocky lava
flows), aliran lava aa, aliran lava pahoe-hoe dan aliran lava bantal. Aliran lava bongkah
adalah yang paling umum di Indonesia dimana lavanya relatif kental berkomposisi basa,
menengah sampai asam. Aliran lava aa dan pahoe-hoe khas terdapat di Hawaii dimana
selalu berkomposisi basal dan encer. Aliran lava bantal mencirikan aliran lava yang
terbentuk di lingkungan air (laut dalam) dan es, umumnya berkomposisi basal.
Aliran lava bongkah dicirikan antara lain oleh:
1. Berbentuk bahan aliran, memanjang atau seperti kipas, tergantung bentuk bentang
alam awal yang dilaluinya. Bentuk memanjang sempit biasanya terjadi bila lava
mengalir di lembah sungai, sedang bentuk kipas bila melalui bentang alam relatif
datar. Dari bentuk geometri ini sering juga nampak struktur aliran.
2.
Efek kontak hanya terjadi pada batuan yang ditindihnya, dapat berupa efek bakar
atau oksidasi.
17 of 33
290953242.doc
18 of 33
290953242.doc
19 of 33
290953242.doc
permukaan sebagai kelanjutan dari sistem turbulen, mengandung partikel rendah dan
merupakan dispersi gas dengan bahan padat).
Tabel 6 Ciri-ciri endapan jatuhan piroklastika. Karakter ini sangat tergantung pada besarnya
letusan, perubahan style dari letusan pada suatu erupsi, dan jarak dari sumber. Daftar
kenampakan di bawah ini umumnya dapat dipakai sekalipun ada yang muncul hanya
pada tipe erupsi tertentu.
Parameter
Ciri-Ciri
Pola distribusi 1. Sebaran berbentuk lingkaran atau kipas (teratur/ tidak teratur) yang
dan ketebalan
berpusat di kawah atau kaldera.
2. Endapan menerus mengikuti bentang alam yang ditutupinya dengan
tebal relatif sama, namun secara umum menipis menjauhi sumber erupsi
dan tegak lurus menjauhi sumbu sebaran.
Struktur
1. Endapan membentuk struktur perlapisan, dan masing-masing lapisan
Sedimen
membentuk struktur perlapisan pilihan yang umumnya normal.
2. Kemiringan orisinil terjadi bila bahan terendapkan pada bentang alam
miring. Secara umum kemiringan orisinil membesar mendekati puncak
gunungapi.
Tekstur
1. Sortasi umumnya sedang sampai bagus, kecuali di dekat kawah.
2. Di dalam masing-masing lapisan ukuran butir dan sortasi secara
geometri beragam sesuai dengan jarak dari kawah.
Komposisi
1. Komposisi dapat bervariasi riolit/felsik/silisik hingga basal/ mafik.
2. Komposisi riolit hingga menengah (andesit) lebih tersebar luas daripada
komposisi basal karena besarnya tingkat letusan.
3. Komposisi menengah umumnya berasosiasi dengan gunungapi
komposit.
4. Komposisi mafik berasosiasi dengan kerucut skoria dan aliran lava
basal.
Asosiasi
1. Di dekat kawah (proksimal/ central) berasosiasi dengan aliran lava,
batuan
dan
aliran piroklastika dan kubah lava.
fasies
2. Di bagian tengah (medial) berasosiasi dengan tefra kasar, beberapa
aliran lava, aliran piroklastika.
3. Jauh dari kawah (distal) berasosiasi dengan batuan sedimen.
Tabel 7 Ciri-ciri endapan aliran piroklastika. Karakter ini sangat tergantung pada besarnya
letusan, perubahan mekanisme (style) dari letusan pada suatu erupsi, dan jarak dari
sumber. Daftar kenampakan di bawah ini umumnya dapat dipakai sekalipun ada yang
20 of 33
290953242.doc
muncul hanya pada tipe erupsi tertentu. Disarikan dari Fischer & Schmincke (1984),
Cas & Wright (1987) dan pengalaman penulis.
Parameter
Pola
distribusi
dan
ketebalan
Ciri-Ciri
- Sebaran menuju ke arah tertentu, kecuali hasil letusan besar pembentukan
kaldera letusan yang sebaran endapan aliran piroklastikanya dapat berbentuk
lingkaran berpusat di dalam kaldera itu. Apabila aliran awan panas melalui tekuk
lereng yang berbeda, dari terjal ke lereng yang lebih landai, serta melewati celah
atau lembah sempit, maka sebarannya dapat membentuk kipas endapan awan
panas.
- Sebagai aliran gravitasi, endapan sangat dikontrol oleh bentuk bentang alam,
sehingga endapan sangat tebal, mencapai puluhan meter, di dalam lembah atau
aliran sungai, dan menipis di punggungan bukit. Awan panas aliran yang mampu
mencapai di atas/ lereng bukit disebut overbank pyroclastic flow.
Struktur
- Endapan tidak membentuk struktur dalam (no internal structure atau
Sedimen
structureless). Hanya pada awan panas bersekala kecil kadang-kadang
menampakan struktur perlapisan pilihan secara kasar.
- Terdapat struktur pipa fumarol (fumarol pipes) sebagai bekas letusan gas pada
saat pendinginan, biasanya berasosiasi dengan endapan belerang.
Tekstur
- Sortasi buruk atau tidak terpilah sama sekali sehingga terjadi percampuran
antara butiran kasar (bom/blok), menengah (lapili) dan halus (abu). Dalam
banyak hal butiran halus sangat melimpah sehingga membentuk kemas terbuka.
Bentuk blok sangat meruncing meruncing, sedang bom gunungapi dapat
membulat tetapi tekstur permukaannya kasar terdiri dari kaca (glassy texture).
- Di daerah distal atau ujung endapan dapat didominasi oleh endapan berbutir
abu masif, atau dalam beberapa hal malahan hanya tersusun oleh blok gunungapi.
- Endapan over bank pyroclastic flow berbutir lebih halus daripada endapan
awan panas di dalam lembah sungai.
- Butiran atau klastika dapat bertekstur pumis (pumiceous texture), skoria
(scoriaceous texture), atau masif tetapi bertekstur gelas (misal obsidian).
Komposisi
- Komposisi dapat bervariasi dari riolit/felsik/silisik hingga basal/ mafik.
- Komposisi riolit hingga menengah (andesit) lebih tersebar luas dan lebih kaya
batuapung dan blok gunungapi daripada komposisi basal karena besarnya
kandungan gas dan tingkat letusan.
- Komposisi menengah umumnya berasosiasi dengan gunungapi komposit.
Terjadi tekstur transisi antara tekstur pumis dengan tekstur skoria, demikian pula
terbentuk bersama-sama antara blok dan bom gunungapi jenis kerak roti.
- Komposisi mafik berasosiasi dengan kerucut skoria dan aliran lava basal.
Banyak dijumpai berbagai jenis bom gunungapi, bom kerak roti, bom tahi sapi,
bom buah randu, bom silindris, bom skoria dan lain-lain.
- Mengandung dahan kayu terarangkan (charcoal/ charred wood) berasal dari
tumbuh-tumbuhan yang terlanda dan terangkut oleh aliran awan panas.
- Di dekat kawah/kaldera endapan sering mengandung batuan batuan tua atau
batuan dasar (basement) yang ikut terlontar pada saat letusan, seperti fragmen
batuan meta sedimen dan batuan beku intrusi dalam.
Asosiasi
- Di lereng atas suatu gunungapi (proximal area) endapan awan panas
batuan dan
berasosiasi dengan aliran lava, piroklastika jatuhan dan surukan.
fasies
- Di lereng bawah, kaki dan dataran (medial distal areas) umumnya dijumpai
bersama-sama dengan piroklastika jatuhan, endapan lahar dan endapan hasil
pengerjaan kembali lainnya.
Tabel 8 Ciri-ciri endapan seruakan piroklastika. Karakter ini sangat tergantung pada besarnya
letusan, perubahan mekanisme (style) dari letusan pada suatu erupsi, dan jarak dari
sumber. Daftar kenampakan di bawah ini umumnya dapat dipakai sekalipun ada yang
21 of 33
290953242.doc
muncul hanya pada tipe erupsi tertentu. Disarikan dari Fischer & Schmincke (1984),
Cas & Wright (1987) dan pengalaman penulis.
Parameter
Pola distribusi
dan ketebalan
Struktur
Sedimen
Tekstur
Komposisi
Asosiasi batuan
dan fasies
Ciri-Ciri
Menyebar ke segala arah atau mengiringi aliran piroklastika, biasanya
lebih luas dan lebih jauh dari aliran piroklastika.
Pergerakan secara lateral mengikuti bentang alam yang ada, tidak terlalu
dipengaruhi efek gaya berat.
Ketebalamn sangat tipis, umumnya hanya beberapa milimeter
sentimeter, kecuali hasil letusan yang sangat dahsyat.
Di bagian proksi banyak lapisan silang siur, di bagian tengah
berkembang struktur melensa, membaji, antidunes dan dibagian distal
berupa laminasi.
Banyak dijumpai lapili tumbuhan
Pemilahan baik, ukuran butir halus (abu gunungapi)
Abu gunungapi berkomposisi mengah asam, kadang-kadang
mengandung arang kayu halus.
Berasosiasi dengan aliran piroklastika dan jatuhan piroklastika, terdapat
di lereng, kaki dan dataran di sekitar gunungapi.
22 of 33
290953242.doc
berhubungan, dan sering dijumpai cekungan soliter atau danau terisolir. Dalam beberapa
hal sumber longsoran yang semula berupa kaldera berbentuk tapal kuda tidak nampak
lagi karena tertutup oleh kerucut endapan gunungapi yang lebih muda.
Singkapan endapan longsoran gunungapi berupa batuan beku berbentuk aliran
lava, kubah, retas atau sill bercampur dengan bahan piroklastika. Bahan tersebut
umumnya telah hancur, pecah-pecah, terlipat dan tersesarkan sehingga sulit untuk
dipisahkan secara litostratigrafi. Endapan longsoran itu dari satu bukit ke bukit yang lain
di dekatnya tidak dapat dikorelasikan dengan serta merta. Endapan longsoran gunungapi
yang terbentuk karena letusan gunungapi sering berasosiasi dengan endapan awan panas,
baik jenis aliran maupun seruakan piroklastika.
Endapan longsoran gunungapi dapat berupa bongkah (debris avalanche block) dan
matriks atau masa dasar (debris avalanche matrix; Ui, 1983; Glicken, 1986). Bongkah
endapan longsoran gunungapi adalah fragmen berasal dari tubuh gunungapi yang longsor
dengan ukuran sangat bervariasi dari < 1 m - 280 m (Ui & Glicken, 1986). Kenampakan
matriks endapan longsoran gunungapi adalah berupa percampuran fragmen-fragmen yang
berasal dari berbagai bagian dari tubuh gunungapi. Endapan ini tidak terpilah dan tidak
bestruktur, berukuran lempung sampai bongkah. Sebuah bukit dapat tersusun oleh satu
atau beberapa bongkah endapan longsoran gunungapi. Sebaran bongkah endapan
longsoran gunungapi terkonsentrasi di bagian tengah, sedang ke tepi dan distal berubah
menjadi matriks endapan longsoran gunungapi. Satu bongkah endapan longsoran
gunungapi dapat tersusun oleh satu jenis batuan (lava/batuan beku atau piroklastika)
tetapi juga dapat tersusun oleh stratifikasi aliran lava dan endapan piroklastika. Hal
kedua itu menunjukkan perlapisan asli (intact strata) dari tubuh gunungapi strato pada
mulanya. Batuan pejal dan keras di dalam endapan longsoran mengalami retak-retak atau
perekahan
membentuk sesar geser, sesar naik dan sesar turun dalam sekala kecil. Struktur ini terjadi
pada saat melongsor, tetapi untuk sesar normal dapat pula terbentuk pada saat sedang
berhenti untuk menuju ke posisi yang mapan. Kekar dan sesar pada matriks sering tidak
menerus mengenai fragmen atau membelok di samping fragmen. Kekar dan rekahan
sering masih berpasang-pasangan membentuk rekahan gergaji (jigsaw cracks or jigsaw
fits) atau rekahan mosaik. Bentuk fragmen hampir selalu meruncing. Orientasi
23 of 33
290953242.doc
2.
3.
Dari daerah proksi (dekat sumber bahan) menuju daerah distal (jauh dari sumber)
butiran kasar menghalus dan bentuknya cenderung menumpul/membulat.
24 of 33
290953242.doc
4.
5.
6.
7.
Endapan lahar dapat tersusun oleh monolitologi atau heterolitologi jika tercampur
dengan batuan tua dari dasar/tebing sungai-sungai yang dilaluinya.
8.
9.
10. Endapan lahar berasosiasi dengan gunungapi komposit, gunungapi jamak dan
kaldera letusan.
11. Dibanding dengan endapan aliran piroklastika, endapan lahar lebih padu, basah,
berlumpur dan tekstur permukaan bom/blok gunungapi di dalamnya sudah
menghalus, terabrasi atau menumpul.
25 of 33
290953242.doc
26 of 33
290953242.doc
Tuf adalah batuan yang tersusun oleh bahan hasil kegiatan/letusan gunungapi, baik
secara langsung (primer) maupun tidak langsung (sekunder/reworked), berbutir
halus ( 2 mm) yang disebut abu atau debu gunungapi (volcanic ash/ dust).
Primer: Tuf piroklastika (hidroklastika, freatomagmatika)
1. Tuf aliran piroklastika (pyroclastic flow tuffs, ash-flow tuffs)
2. Tuf jatuhan piroklastika (pyroclastic free-fall tuffs, ash-fall tuffs)
3. Tuf seruakan piroklastika (pyroclastic surge tuffs)
4. Tuf terlaskan (welded tuffs), dapat termasuk tuf aliran piroklastika atau tuf
jatuhan piroklastika.
Sekunder :
1. Tuf turbidit (klasik)
2. Tuf fluviatil, dll.
Permasalahan:
Sandy tuffs, mempunyai pengertian:
1. Tuf pasir
Tuf tersusun oleh abu gunungapi berukuran butir pasir (= tuf kasar atau batupasir tuf)
2. Tuf pasiran (?)
-
rancu dengan tuf sebagai bahan penyusun utama yang berukuran butir
pasir
27 of 33
290953242.doc
1. Batupasir tuf
-
batuan gunungapi bertekstur klastika, berukuran butir pasir, tersusun oleh tuf atau
abu gunungapi
batupasir dengan bahan penyusun utama batuan sedimen berbutir pasir dan bahan
tambahannya adalah tuf (sedikit mengandung tuf).
bila secara genetik adalah pengendapan bahan non gunungapi atau minimal
non piroklastika yang tercampur dengan abu gunungapi, maka harus
ditunjukkan secara rinci masing-masing komponen tersebut.
Dalam penamaan sandy tuffs atau tuffaceous sandstones para ahli geologi/
28 of 33
290953242.doc
290953242.doc
hasil kegiatan gunungapi Tersier atau yang lebih tua yang bahannya sudah membatu dan
tubuh gunungapinya sudah tidak terlihat secara nyata, maka untuk menyatakan secara
tegas bahwa tuf itu secara primer adalah hasil langsung letusan gunungapi yang
mengendap dan membatu secara insitu, masih diperlukan banyak pertimbangan sebagai
pendukungnya. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut dan untuk kepraktisan kerja
terutama di lapangan maka disarankan penamaan tuf, tuf lapili, lapili tuf dan batulapili
didasarkan pada pemerian saja. Namun apabila data pemerian tersebut mendukung
bahwa batuan gunungapi itu adalah bahan primer piroklastika maka penamaannya dapat
ditingkatkan secara genesa atau kombinasi antara deskripsi dan genesa.
Dengan demikian tuf lapili adalah batuan klastika gunungapi yang bahan penyusun
utamanya adalah abu gunungapi ( 2 mm) dan bahan penyusun tambahannya adalah
lapili gunungapi (: 2 -64 mm). Sebaliknya, lapili tuf adalah apabila komponen
berukuran lapili lebih banyak daripada abu gunungapi, sedangkan batulapili jika bahan
penyusun sangat didominasi oleh butiran lapili. Dalam banyak hal di lapangan batulapili
sama dengan breksi gunungapi dimana fragmennya berukuran butir halus (2-64 mm).
Untuk istilah konglomerat gunungapi (volcanic conglomerates) identifikasinya
lebih mudah karena nama itu dapat diberikan kepada batuan klastika gunungapi dimana
fragmennya sudah berbentuk membulat karena proses abrasi, transportasi atau prosesproses pengerjaan kembali lainnya. Dengan demikian konglomerat gunungapi secara
jelas sudah merefleksikan sebagai bahan rombakan atau batuan epiklastika gunungapi
atau secara sensu stricto sebagai batuan sedimen bertekstur klastika yang bahannya
berasal dari kegiatan gunungapi. Sekalipun demikian diperlukan kehati-hatian untuk
membedakannya dengan istilah aglomerat (aglomerates), yaitu batuan gunungapi yang
secara dominan tersusun oleh bom gunungapi dan secara proses merupakan bahan
lontaran dari lubang kawah sewaktu terjadi letusan gunungapi. Sekalipun bentuk
umumnya membulat, bom gunungapi mempunyai tekstur permukaan sangat kasar,
membentuk struktur pendinginan seperti rekahan radier dan atau konsentris serta tersusun
secara dominan oleh gelas gunungapi, sebagai akibat pendinginan sangat cepat sewaktu
dilontarkan dari lubang kepundan ke udara atau ke dalam air.
Pengertian Secara Genesa
30 of 33
290953242.doc
Breksi gunungapi adalah batuan gunungapi yang merupakan hasil fragmentasi oleh
suatu sebab sehingga menjadi kepingan-kepingan berbentuk meruncing dan berbutir
kasar ( 2 mm). Bentuk kepingan bervariasi dari sangat meruncing sampai dengan
agak meruncing atau meruncing tanggung. Ukuran butir kepingan juga beragam , mulai
dari sekitar 3 mm sampai dengan 3 5 m, atau bahkan lebih. Berdasarkan proses
fragmentasinya, breksi gunungapi dibagi menjadi empat kelompok, yakni:
a. Breksi piroklastika (hidroklastika), adalah breksi yang fragmentasinya sebagai akibat
letusan gunungapi, baik yang bersifat magmatik, freatik maupun freatomagmatik.
b. Breksi autoklastika, adalah breksi yang fragmentasinya sebagai akibat pembekuan
magma atau lava yang sangat cepat.
c. Breksi kataklastika, adalah breksi yang fragmentasinya sebagai akibat deformasi.
Proses deformasi dapat berupa longsoran tubuh/ batuan gunungapi atau batuan
gunungapi yang tersesarkan. Breksi jenis kedua itu sering disebut breksi sesar.
d. Breksi epiklastika, adalah breksi yang fragmentasinya sebagai akibat proses
pengerjaan kembali (oleh tenaga eksogen).
Pembagian tersebut masih dalam kelompok breksi gunungapi yang tidak
berhubungan dengan proses hidrotermal dan banyak terjadi di daerah gunungapi, alterasi
hidrotermal dan mineralisasi (primary non-hydrothermal breccias; Corbett & Leach,
1995, p. 34). Sedangkan breksi (gunungapi) yang berhubungan dengan hidrotermal dan
cebakan bijih (ore-related hydrothermal breccias) dibagi menjadi (1) Breksi hidrotermal
magmatik
(magmatic
hydrothermal
breccias),
(2)
Breksi
freatomagmatik
31 of 33
290953242.doc
Bronto, S., 1999, Geokimia, Bahan ajar untuk mahasiswa Teknik Geologi STTNas
Yogyakarta, 100 h., tidak terbit.
Bronto, S., 2001a, Volkanologi, Bahan ajar, Proyek Pembinaan Penelitian dan
Pengabdian pada Masyarakat, Direkt. Pembinaan dan Pengabdian pada Masyarakat,
Ditjend. Dikti, Depdiknas, Jakarta, tidak terbit.
Bronto, S., 2001b, Volcanic debris avalanches in Indonesia, Proceed. The 3rd Asian
Sympos. On Engin. Geol. And the environ. (ASEGE), Yogyakarta, Sept. 3-6, 449462.
Bronto, S., Partama Md. & G. Hartono, 1994, Penyelidikan awal lava bantal Watuadeg,
Bayat dan Karangsambung, Jawa Tengah, Seminar Geologi dan Geotektonik Pulau
Jawa, sejak akhir Mesozoik hingga Kuarter, Jur. Teknik Geologi, FT-UGM,
Februari, Yogyakarta.
Bronto, S., G. Hartono & D. Purwanto, 1998, Batuan longsoran gunungapi Tersier di
Pegunungan Selatan, studi kasus di Kali Ngalang, K. Putat, dan Jentir, Kabupaten
Gunungkidul, Yogyakarta, Prosid. PIT XXVII, 8-9 Des., Yogyakarta, 3.44 3.49.
Bronto, S., W. Rahardjo & G. Hartono, 1999, Penelitian Gunungapi Purba di Kawasan
Kali Ngalang, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta serta
implikasinya terhadap Pengembangan Sumberdaya Geologi, Prosid. Seminar
Nmasional Sumberdaya Geologi, 40 Tahun (Panca Windu) Jurusan Teknik Geologi,
FT-UGM, Yogyakarta, 20-21 Sept., 222-227.
Cas, R.A.F. and J.V. Wright, 1987, Volcanic successions, Modern and Ancient, Allen &
Unwin, London, 528.
Corbett & Leach (1995
Cox, K.G., J.D. Bell & R.J. Pankhurst, 1978, The interpretation of Igneous Rocks, George
Allen & Unwin, London, 450 p.
Ewart, A., 1982, The mineralogy and petrology of Tertiary Recent orogenic volcanic
rocks : with special reference to the andesite basaltic compositional range, in R.S.
Thorpe (ed.), Andesite : Orogenic Andesites and Related Rocks, John Wiley Sons
Ltd., New York, ppp. 25 95.
Fisher, R.V., 1961, Proposed classification of volcaniclastic sediments and rocks, Geol.
Soc. Amer. Bull., 72, 1409-1414.
Fisher, R.V., 1966, Rocks composed of volcanic fragments, Earth Sci. Rev., 1, 287-298.
Fisher, R.V. and H.U. Schmincke, 1984, Pyroclastic Rocks, Springer-Verlag, Berlin, 472.
Fisher, R. V. & G.A. Smith, (Eds.), 1991, Sedimentation in Volcanic Settings, SEPM
(Society for Sedimentary Geology), Spec. Pub. No. 45, Tulsa, Oklahoma, USA, 257.
Glicken, H., 1986, Rockslide-debris avalanche of May 18, 1980, Mount St. Helens
Volcano, Washington, PhD thesis, Univ. of California, Santa Barbara, 303.
Macdonald, G. A., 1972, Volcanoes, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, 510.
Mathisen, M.E. & McPherson, J.G., 1991, Volcaniclastic deposits: Implications for
hydrocarbon exploration, in: R.V. Fisher & G.A. Smith (Eds.): Sedimentation in
volcanic setting, SEPM (Society for Sedimentary Geology), Spec. Pub. No. 15,
Tulsa, Oklahoma, USA, 27-36.
McPhie, J., M. Doyle & R. Allen, 1993, Volcanic Textures. A guide to the interpretation
of textures in volcanic rocks, Centre for Ore Deposit and Exploration Studies, Univ.
Tasmania, 196.
32 of 33
290953242.doc
Peccerillo, A. & S.R. Taylor, 1976, Geochemistry of Eocene calc alkaline volcanic rocks
from the Kastamonu area, northern Turkey, Contr, Min. Petr., 58, 63-81.
Pettijohn, F.J., 1975, Sedimentary Rocks, 3rd ed., Harper & Row Pub., New York, 628.
Siebett, B.S., 1988, Size, depth and related structures of intrusions under stratovolcanoes
and associated geothermal systems, Earth Sci. Rev., 25, 291-390.
Streckeisen, A.L., 1980, Classification and nomenclature of volcanic rocks,
lamphrophyres, carbonatites and melilitic rocks, IUGS Subcommission on the
systematics of Igneous Rocks, Geol. Rundch., 69, 194-207.
Ui, T., 1983, Volcanic dry avalanche deposits Identification and comparison with nonvolcanic debris stream deposits, J. Volcanol. Geotherm. Res., 22, 163-197.
Ui, T., 1995, Characterization of debris avalanches associated with volcanic activity,
paper presented at the Workshop on Debris Avalanche and Debris Flow of Volcano,
Science & Technology Agency, National Research Institute for Earth Scientific and
Disaster Prevention, 7-11 March, Tsukuba Center Inc., Tsukuba, Japan, pp. 15-20.
Ui, T. & H. Glicken, 1986, Internal structural variations in a debris-avalanche deposit
from ancestral Mount Shasta, California, USA, Bull. Volcanol., 48, 189-194.
Ui, T., H. Yammoto & K. Suzuki-Tamata, 1986, Characterization of debris avalanche
deposits in Japan, J. Volcanol. Geotherm. Res., 29,231-243.
Voight, B., H. Glicken, R.J. Janda & P.M. Douglass, 1981, Catastrophic rockslide
avalanche of May 18, in P.W. Lipman & D.R. Mullineaux (Eds.), The eruption of
Mount St. Helens, Washington, U.S. Geol. Surv. Pap., 98, 347-377.
Walker, R.G. & N.P. James, 1992, Facies models. Response to sea level change, Geol.
Assoc. Canada.
Williams, H., 1941, Calderas and their origin, Univ. California, Berkely Publ. Geol. Sci.,
25, 239-346.
Williams, H. and A.R. McBirney, 1979, Volcanology, Freeman, Cooper & Co., San
Francisco, 398.
Williams, H., F.J. Turner & C.M. Gilbert, 1953, Petrography. An Introduction to the
Study of Rocks in Thin Sections, W.H. Freeman and Co., San Francisco, 405 p.
33 of 33