Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Hypospadia
Disusun Oleh :
Ovienanda Kristi Purbasari, S.Ked
110.2011.205
Pembimbing :
dr.H.Supriyono, Sp.B
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.
Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Karena atas rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan presentasi kasus dengan
judul HYPOSPADIA sebagai salah satu tugas untuk memenuhi persyaratan mengikuti
ujian kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Bedah RSUD Cilegon. Berbagai kendala yang
telah dihadapi penulis hingga presentasi kasus ini selesai tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari banyak pihak. Atas bantuan yang telah diberikan, baik moril maupun
materil, maka selanjutnya penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus
kepada :
1. dr. H.Supriyono, Sp.B selaku konsulen dan kepala SMF Bedah RSUD Cilegon yang
telah memberikan bimbingan, ilmu, saran dan kritik kepada penulis dalam
penyelesaian presentasi kasus ini.
2. dr.Arie Soetoto, Sp.BO, dr. Rizky Notario, Sp.BO dan dr.Febriyanto, Sp.B yang
telah membantu dan memberikan ilmu kepada penulis selama kepaniteraan di bagian
bedah.
3. Kedua orang tua tercinta dan tentunya teman-teman seperjuangan di bagian Ilmu
Bedah RSUD Cilegon periode Desember 2013 - Februari 2015.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini,
kesalahan dan kekurangan tidak dapat dihindari, baik dari segi materi maupun tata bahasa
yang disajikan. Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan
yang dibuat. Semoga presentasi kasus ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
pembaca dalam memberikan sumbang pikir dan perkembangan ilmu pengetahuan di dunia
kedokteran. Kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi memperoleh
hasil yang lebih baik di dalam penyempurnaan presentasi kasus ini.
Akhir kata, dengan mengucapkan Alhamdulillah, semoga Allah SWT selalu
merahmati kita semua.
SURAT PERNYATAAN................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
i
ii
iii
4
4
4
5
6
7
7
7
7
7
7
8
10
10
12
12
13
14
15
16
16
17
22
23
BAB I
LAPORAN KASUS
I.
II.
Identitas pasien
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Status
Masuk RSUD
No. RM
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Anamnesa
Dilakukan secara autoanamnesa dan alloanamnesa pada tanggal 10
September 2015 pukul 08.30 WIB di Ruang Bougenville RSUD Cilegon.
Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan lubang kencing berada dibagian bawah
kelamin sejak lahir dan pancaran air kencing tidak keluar dari ujung kelamin
melainkan dari bagian bawah kelamin, namun tidak ada keluhan saat buang air
kecil.
Riwayat penyakit sekarang :
Seorang anak laki- laki berumur 12 tahun datang ke Poli Bedah RSUD
Cilegon dengan keluhan lubang kencing berada dibagian bawah kelamin sejak lahir
dan pancaran air kencing tidak keluar dari ujung kelamin melainkan dari bagian
bawah kelamin, namun tidak ada keluhan saat buang air kecil. Pasien lahir
prematur pada usia kehamilan 25 minggu dengan persalinan normal dan ditolong
oleh bidan di RS Kratau Medika.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien mengaku mengalami keluhan seperti ini sejak lahir, pasien
menyangkal adanya riwayat Diabetes Melitus, pasien menyangkal adanya riwayat
Hipertensi dan penyakit ginjal. Pasien juga menyangkal adanya riwayat Asma dan
Alergi baik makanan, cuaca, atau obat-obatan. Pasien mengatakan belum pernah
menderita sakit TB paru dan juga tidak pernah mendapat pengobatan paru selama 6
bulan.
Perkusi
Abdomen
Inspeksi: Tampak simetris, tidak terdapat sikatrik, tidak ditemukan adanya
spider nevy, tidak terlihat massa, tidak terlihat adanya
pelebaran vena.
Auskultasi : Bising usus (+), bising aorta abdominalis terdengar.
Palpasi
: Supel, turgor kulit baik, tidak terdapat nyeri lepas, tidak teraba
massa, hepatomegaly (-) splenomegali (-), Ballotement ginjal
(-), undulasi (-).
Perkusi
: Suara timpani di semua lapang abdomen, tidak ada nyeri ketok.
Ekstremitas
: Akral hangat, edema tungkai -/-, tampak luka bakar pada kaki
kanan disertai dengan bula (+), hiperemis (+), darah (+), serous (+).
Status Lokalis
Regio Genitourinaria
Inspeksi : Ostium uretra eksterna di proximal penile, hooding (+), penis
terlihat melengkung ke arah bawah, radang (-)
Palpasi
: Nyeri tekan (-), testis teraba (+/+).
V.
Kreatinin
Natrium
Kalium
Klorida
Gol. Darah
APTT
PT
HbsAg
Anti HIV
: 0,7 mg/dL
: 141,5 mmol/l
: 3,35 mmol/l
: 104,2 mmol/l
: O Rh +
: 45,8 detik
: 12,9 detik
: negatif
: non reaktif
Resume Anamnesa
Pasien datang ke Poli Bedah RSUD Cilegon dengan keluhan lubang
kencing berada dibagian bawah kelamin sejak lahir dan pancaran air kencing tidak
keluar dari ujung kelamin melainkan dari bagian bawah kelamin, namun tidak ada
keluhan saat buang air kecil. Pasien lahir prematur pada usia kehamilan 25 minggu
dengan persalinan normal dan ditolong oleh bidan di RS Kratau Medika.
Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan ditemukan tanda-tanda vital dalam batas normal, dengan
status lokalis ditemukannya ostium uretra eksterna di proximal penile, penis
melengkung ke arah bawah, terdapat hooding.
Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanationam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
Follow up
S/ Os mengatakan lubang kencing berada dibagian bawah kelamin,
namun tidak ada gangguan saat berkemih.
9 September
2015
10 September
2015
11 September
2015
(Post Op)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
HIPOSPADIA
Hipospadia adalah suatu keadaan abnormal dari perkembangan uretra anterior
dimana meatus uretra eksterna terletak di bagian ventral dan letaknya lebih proksimal dari
letak yang normal dan disertai adanya fibrosis pada bagian distal meatus uretra eksterna
yang menyebabkan bengkoknya penis (chordae). Letak meatus uretra bisa terletak di
glandular hingga perineal. Hipospadia merupakan salah satu kelainan bawaan (kongenital).
pada anak-anak dimana angka kejadian hipospadia adalah 3,2 dari 1000 kelahiran hidup.
Pada hipospadia tidak didapatkan preputium ventral sehingga preputium dorsal
menjadi berlebihan dan sering disertai dengan korde. Kadang-kadang didapatkan stenosis
meatus uretra, dan anomali bawaan berupa testis maldensus atau hernia inguinalis.
1.1 Embriologi
Jenis kelamin pada embrio ditentukan pada saat konsepsi oleh kromosom pada
spermatozoa yang membuahi ovum. Pada embrio berumur 2 minggu baru terdapat 2 lapisan
yaitu ektoderm dan entoderm. Baru kemudian terbentuk lekukan ditengah-tengah yaitu
mesoderm yang kemudian bermigrasi ke perifer, memisahkan ektoderm dan entoderm
tersebut. Di bagian kaudal ektoderm dan entoderm tetap bersatu membentuk membran
kloaka. Pada permulaan minggu ke-6, terbentuk tonjolan antara umbilical cord dan tail yang
disebut Genital Turbecle. Dibawahnya pada garis tengah terbentuk lekukan dimana di
bagian lateralnya ada 2 lipatan memanjang yang disebut Genital Fold. Sebagai respon
terhadap androgen yang disekresi testis janin, maka tuberkel genital membesar dan
memanjang membentuk penis.
Selama minggu ke-7, genital turbecle akan memanjang dan membentuk glans. Ini
adalah bentuk primordial dari penis bila embrio adalah laki-laki. Bila wanita akan menjadi
cltoris. Bila terjadi agenesis dari mesoderm, maka genital turbecle tidak terbentuk sehingga
penis juga tidak terbentuk. Lipatan-lipatan genital fold berfusi di garis tengah menutupi
urethra, dan tonjolan genital bermigrasi ke inferior, berfusi dan membentuk skrotum. Selain
itu sepasang lipatan yang disebut genital fold akan membentuk sisi-sisi dari sinus urogenital.
Bila genital fold gagal bersatu di atas sinus urogenital maka akan timbul hipospadia.
Pada bulan ke-3 perkembangan, preputium berkembang dari jaringan pada pangkal
glans penis, bertumbuh meliputi bagian dorsal penis dan mengelilingi glans, serta berfusi
pada bagian sentral dan membentuk frenulum. Saluran kelamin berdiferensiasi dari
pasangan duktus Wolfii atau Mulleri sesuai genetik jenis kelamin. Pada pria, masing-masing
duktus Wolfii membentuk epididimis, vas deferens, vesika seminalis, dan duktus
ejakulatorius. Sedangkan duktus Mulleri mengalami regresi. Kebanyakan penyakit kelamin
bawaan (kongenital) disebabkan oleh gangguan penyatuan, fusi, atau konfluensi antara
saluran embriologi sehingga terjadi duplikasi ureter, refluks vesiko-ureter, ekstrofia kantung
kemih, fistel retro vesikel, hipospadia dan epispadia penis.
10
1.3 Etiologi
Meskipun ada sebagian ahli yang menyatakan bahwa penyebab kelainan ini adalah
maskulinisasi inkomplit dari genitalia karena involusi yang premature dari sel intersisiel
11
testis (12), namun kebanyakan kasus dari hipospadia tidak diketahui jelas penyebabnya.
Faktor genetik, endokrinologi dan lingkungan dianggap sangat berpengaruh.
Faktor genetik dimaksudkan karena melihat adanya peningkatan presentase
hipospadia pada kelahiran kembar dibanding kelahiran tunggal. Kemungkinan mendapatkan
hipospadia bila salah satu anggota keluarga juga menderita hipospadia adalah 8%, jika salah
satu dari saudara kandung juga menderita hipospadia maka presentase akan meningkat
menjadi 12%. Dan presentasi akan terus meningkat menjadi 26% pada generasi selanjutnya
bila dalam satu keluarga terdapat dua anggota keluarga yang penderita hipospadia. (Bauer,
Bull et Ratio 1979). Menurut penelitian dikatakan ada mutasi pada kromosom pembentuk
enzim 5-alpha reductase, menyebabkan produksi dihydrotestosteron yeng bertugas dalam
pematangan traktus urogenital menurun.
Hormon hCG yang dikeluarkan pada awal kehamilan yang berperan dalam memicu
pengeluaran produksi estrogen-progesteron, dan pada kehamilan ganda hal ini tidak cukup
kuat untuk mencegah perkembangan urethra secara komplit. Didapatkan pula 20% insidens
hipospadia juga dimiliki oleh salah satu anggota keluarga yang lain dalam 1 keluarga.
Faktor endokrinologi dihubungkan dengan abnormalitas dari metabolisme androgen
atau defek pada reseptor androgen mencakup rendahnya kadar androgen tubuh (dalam hal
ini kadar testosteron dan androsterone) dan akhirnya sel-sel tubuh infant tidak mampu
efektif menstimulasi perkembangan karakteristik laki-laki secara komplit dan sempurna.
Faktor lingkungan dikaitkan dengan faktor pencemaran limbah industri. Limbah
industri berperan sebagai Endocrin discrupting chemicals baik bersifat eksogenik maupun
anti androgenik seperti polychlorobiphenyls, dioxin, furan, peptisida organochlorin,
alkilphenol polyethoxsylates dan phtalites. Paparan ini didapatkan oleh ibu bisa berasal dari
pestisida pada buah-buahan yang dikonsumsinya pada saat mengandung.
Beberapa kemungkinan yang terjadi berkaitan dengan hipospadia, yaitu:
a. Kegagalan tunas sel-sel ektoderm yang berasal dari ujung glans untuk tumbuh ke
dalam massa glans bergabung dengan sel-sel entoderm sepanjang uretra penis.
Hal ini mengakibatkan terjadinya osteum uretra eksternum terletak di glans atau
korona glandis di permukaan ventral.
b. Kegagalan bersatunya lipatan genital untuk menutupi alur uretra-uretra groove ke
dalam uretra penis yang mengakibatkan osteum uretra eksternum terletak di
batang penis. Begitu pula kegagalan bumbung genital bersatu dengan sempurna
mengakibatkan osteum uretra ekternum bermuara di penoskrotal atau perineal.
Paulozzi dkk, 1997 dalam Metropolitan Congenital Defects Program (MCDP)
membagi hipospadia atas 3 derajat, yaitu :
1. Derajat I: OUE letak pada permukaan ventral glans penis dan korona glandis.
2. Derajat II: OUE terletak pada permukaan ventral korpus penis
3. Derajat III: OUE terletak pada permukaan ventral skrotum atau perineum.
Biasanya derajat II dan derajat III diikuti oleh melengkungnya penis ke ventral
yang disebut Chordee. Chordee ini disebabkan terlalu pendeknya kulit pada
permukaan ventral penis. Hipospadia derajat ini akan mengganggu aliran normal urin
dan fungsi reproduksi, oleh karena itu perlu dilakukan terapi dengan tindakan operasi.
12
1.4 Patofisiologi
Setiap konsepsi dari janin akan membawa kelamin sendiri-sendiri. Secara embriologi
pronefros pada minggu 12-14 akan bercampur dengan mesonefros menjadi metanefros.
Percampuran ini akan menonjol menjadi urogenital ridge. Urogenital ridge ini akan tumbuh
menjadi duktus mulleri, selain itu juga bertumbuh sistem duktus Wolfii. Keduanya pada
awalnya akan tumbuh kearah distal dan melebar serta bersatu dibawah menjadi kloaka.
Dalam pertumbuhannya setelah minggu ke 8-10, janin masih belum mempunyai jenis
kelamin. Dan perkembangannya akan komplit pada minggu ke-15.
Setelah minggu 6 atas pengaruh hormonal yang diproduksi gonad maka akan terjadi
differensiasi. Jenis kelamin pria (46xy) berdifferensiasi akibat pengaruh hormon AMH (
Anti Mullerian Hormon ) sehingga sisa-sisa duktus Mulleri akan atrofi/regresi, dan akibat
pengaruh hormon testosterone duktus Wolfii akan tumbuh menjadi epididimis, vas deferens,
semanales vesicle dan duktus ejakulasi.
Dari urogenital ridge akan tumbuh menjadi phallus dan glands penis, karena
pertumbuhannya membuat selokan yang memisahkan kedua phallus bulbus kavernosus
uretra. Jika pertumbuhannya terganggu, maka akan terbentuk muara ditengah-tengah, maka
timbul hipospadia.
Pada hipospadia muara orifisium urethra eksterna (lubang tempat air seni keluar)
berada di proksimal dari normalnya yaitu pada ujung distal glans penis, sepanjang ventral
batang penis sampai perineum. Jadi meatus urethra eksterna letaknya bukan pada tempat
yang semestinya dan terletak di ventral penis. Tampak variasi dari letak orifisium urethra
(dapat bervariasi mulai dari anterior, middle, dan posterior).
Meatus urethra bermuara pada permukaan ventral penis; preputium tidak ditemukan
pada bagian ventral, hanya berupa sungkup atau lipatan dorsal. Kegagalan perkembangan
bagian distal urethra biasanya disertai suatu pita fibrosa di ventral, yang menyebabkan penis
sedikit melengkung (chordee) pada bagian ventral. Chordee menjadi nyata saat ereksi, dan
jika berat akan menyulitkan atau tidak memungkinkan persetubuhan. Chordee terbentuk
karena korpus spongiosum menjadi lebih pendek daripada korpus cavernosa. Chordee yang
menyebabkan penis melengkung ini sering pula ditemukan pada usia dewasa dengan
Peyrones disease. Stenosis meatus urethra sering ditemukan; abnormalitas penyerta lainnya
termasuk hernia inguinalis dan kegagalan desensus testikulorum.
1.5 Klasifikasi
13
14
Pada hipospadia gejala klinis yang paling sering ditemukan, antara lain:
-
Lubang tempat keluarnya kencing tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di
bawah atau di dasar penis. Bahkan ada yang terletak di kantong kemaluan. Yang
pada saat mendatang dapat menunjukkan gejala dan tanda suatu problem
infertilitas.
Penis melengkung ke arah bawah yang akan tampak lebih jelas pada saat ereksi
(seperti gambar di bawah). Hal ini disebabkan oleh adanya chordee, yaitu suatu
jaringan fibrosa yang menyebar mulai dari meatus dan membentang ke distal
sampai basis dari glans penis yang letaknya abnormal. Walaupun dengan adanya
chordee adalah salah satu ciri khas untuk mencurigai hipospadia, perlu diingat
bahwa tidak semua hipospadia memiliki chordee.(5,7,12)
Penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit depan penis.
Adanya abnormalitas pada pancaran urine. Pancaran urine menjadi melemah dan
agak ke bawah, dan dengan arah yang berbeda dengan yang normal, hal tersebut
dikarenakan posisi meatus yang tidak tepat.
Dengan bertambahnya tingkat keparahan, penis berbelok ke arah ventral
(chordee) dan urethra pada penis lebih pendek secara progresif, tetapi jarak
antara meatus dan glans tidak bertambah secara signifikan sampai chordee
dikoreksi.
1.7 Diagnosis
15
Ketika pasien pertama kali datang, pertanyaan dibuat mengenai riwayat obat-obatan di
awal kehamilan, riwayat keluarga, arah dan kekuatan aliran kemih dan adanya
penyemprotan pada saat buang air kecil. Pemeriksaan fisik meliputi kesehatan umum dan
perkembangan pertumbuhan dengan perhatian khusus pada sistem saluran kemih seperti
pembesaran salah satu atau kedua ginjal dan amati adanya cacat lahir lainnya. Khas pada
hipospadia adalah meatus uretra pada bagian ventral dan perselubungan pada daerah dorsal
serta terdapat defisiensi kulit preputium, dengan atau tanpa chordee dan hipospadia berat
berupa suatu skrotum bifida.
Ukuran meatus uretra dan kualitas dinding uretra (corpus spongiosum) pada proksimal
meatus juga berbeda. Derajat hipospadia sering digambarkan sesuai dengan posisi meatus
uretra dalam kaitannya dengan penis dan skrotum. Ini harus dilakukan dengan sangat hatihati untuk kemungkinkunan timbul keraguan karena dengan adanya chordee yang
signifikan. Sebuah meatus yang berada di wilayah subcoronal mungkin sebenarnya juga
sangat dekat dengan persimpangan penoscrotal dan karena itu setelah koreksi chordee,
meatus akan surut ke daerah proksimal batang penis memerlukan rekonstruksi uretra yang
luas. Sebaliknya, meatus yang terletak di wilayah subcoronal dalam ketiadaan chordee
cocok dengan hipospadia ringan. Oleh karena itu karena kehadiran chordee yang signifikan,
posisi meatus uretra harus dijelaskan dalam kaitannya dengan persimpangan penoscrotal dan
korona. Tingkat chordee dapat secara akurat dinilai dengan induksi ereksi dengan
mengompresi kavernosum terhadap rami pubis.
Kehadiran satu atau kedua testis di skrotum harus dicatat. Pada sebagian besar kasus,
pasien dengan testis hipospadia ringan sampai sedang dan kedua testis yang dapat turun
secara genotif adalah laki-laki normal. Namun dalam kasus hipospadia yang berat, terutama
bila dikaitkan dengan testis yang tidak turun baik unilateral atau bilateral, muncul
pertanyaan tentang interseks.
Beberapa
pemeriksaan
penunjang
yang
dapat
dilakukan
yaitu urethtroscopy dan cystoscopy untuk memastikan organ-organ seks internal terbentuk
secara normal selain itu pemeriksaan karyotype juga daat dilakukan. Excretory
urography dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya abnormalitas kongenital pada ginjal
dan ureter.
1.8 Diagnosis Banding
1. Ambiguous Genitalia
Genitalia ambigua adalah kelainan bentuk genitalia eksterna/fenotip yang tidak jelas
laki atau perempuan.Beberapa keadaan di bawah ini harus dipertimbangkan sebagai kasus
genitalia ambigua yang perlu mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
Tampak laki-laki:
1. Kriptorkismus bilateral.
2. Hipospadia dengan skrotum bifidum.
3. Kriptorkismus dengan hipospadia.
4. Inderteminate/meragukan
16
5. Genitalia ambigua.
Tampak Perempuan
1. Clitoromegali
2. Vulva yang sempit
3. Kantong hernia inguinalis berisi gonad
Beberapa sindrom berhubungan dengan genitalia ambigua, misalnyasindrom SmithLemli-Opitz, Robinow, Denys-Drash, WAGR (WilmsTumor, Aniridia, Genitourinary
malformation, and Retardation) dan Beckwith-Wiedemann.
2. Anomali Genitalia
1.9 Penatalaksanaan
Tujuan utama penanganan operasi hipospadia adalah merekonstruksi penis menjadi
lurus dengan meatus urethra di tempat yang normal atau dekat normal sehingga aliran
kencing arahnya ke depan, dapat melakukan coitus dengan normal, dan dengan alasan
kosmetik pada identitas seksual tersebut.
Waktu yang sangat ideal an optimal time window untuk melakukan operasi
elektive pada hipospadia adalah pada anak di usia antara 6-18 bulan (3-15 bulan- modified
from Schulz et al. 1983), banyak literatur juga menuliskan kisaran umur antara 6-12 bulan
adalah waktu yang tepat untuk operasi rekonstruksi, meninjau dari aspek psikologi juga,
akan tetapi lebih diprioritaskan pada umur 6 bulan.
Kontraindikasi melakukan operasi pada hipospadia/rekonstruksi urethra adalah pada
infant, sangat sulit untuk dilakukan karena struktur yang didapat masih dalam dimensi yang
sangat kecil sehingga kemungkinan trauma menjadi sangat besar. Penderita hipospadia yang
baru lahir (newborn hipospadia) tidak boleh dilakukan sirkumsisi segera, karena kulit
preputium sangat bermanfaat digunakan untuk rekonstruksi penis-urethra penderita
hipospadia tersebut di saat yang akan datang.
Lebih dari 300 jenis operasi dijelaskan sebagai pilihan dalam penatalaksanaan pada
hipospadia. Untuk hipospadia tipe glanular dengan meatus yang mobile, diromendasikan
untuk memakai metode operasi inverted Y technique. Untuk hipospadia tipe distal,
direkomendasikan memakai operasi Y-V glanuloplasty modifikasi Mathieu. Untuk
hipospadia tipe proksimal banyak mengadopsi teknik operasi lateral-based flap
17
Tipe
hipospadia
Distal penis : Y-V modifikasi Mathieu atau
Tubularised Incised Plate (TIP)
Proximal : Lateral Based (LB) flap atau Onlay island
flap, TIP, atau Two stage repair
2.
Operasi Uretroplasti
Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Urethra dibuat
dari kulit penis bagian ventral yang diinsisi secara longitudinal paralel di
kedua sisi urethra sampai ke glans. Lalu dibuat pipa dari kulit di bagian
tengah ini untuk membentuk urethra. Setelah urethra terbentuk, luka operasi
ditutup dengan flap dari kulit preputium dibagian lateral yang ditarik ke
ventral dan dipertemukan pada garis median.(7) Beberapa tahun terakhir,
sudah mulai diterapkan operasi yang dilakukan hanya satu tahap akan tetapi
hanya dapat dilakukan pada hipospadia tipe distal dengan ukuran penis yang
cukup besar.
Operasi hipospadia satu tahap (ONE STAGE URETHROPLASTY)
adalah tehnik operasi sederhana yang sering dapat digunakan, terutama untuk
hipospadia tipe distal. Tipe distal ini yang meatusnya letak anterior atau yang
middle. Meskipun sering hasilnya kurang baik untuk kelainan yang berat.
Sehingga banyak operator dalam operasi lebih memilih untuk melakukan
18
Sesudah
19
20
flap dan teknik preputial pedicle flap, menguntungkan karena memiliki suplai darah
ganda tanpa perlu dilakukan anastomosis antar vena.
Komplikasi : fistula muncul pada 6-12 % pasien.
Tubularized Incised Plate Urethroplasty (TIP); teknik ini dibuat
berdasarkan atas asumsi bahwa adanya incisi midline sampai ke dasar urethra dapat
mengurangi resiko striktur pada urethroplasty. Terdapat dua buah kriteria penting
untuk mendapatkan hasil terbaik : adalah diameter urethra sampai pada dasarnya
adalah tidak boleh kurang dari 1 cm dan harus tidak terdapat chordee yang dalam
pada bagian distal.(14) Komplikasi : fistula terjadi pada 2-15% pasien. Stenosis
Meatus terjadi 5-20%.
Teknik one stage repair lainnya yang direkomendasikan yaitu Transverse
Preputial Island Flap, Meatal Advancement and Glanuloplasty Incorporated
(MAGPI), Onlay Island Flap.
Two Stage Repair.
Merupakan teknik repair/perbaikan pada kasus
hipospadia melalui dua tahap. Kelompok kecil pada pasien dengan hipospadia
proksimal berat, chordee dan phallus kecil seperti pada pasien dengan hipospadia
rekurrent dan kulit fibrous yang rusak mungkin menguntungkan bila melakukan
prosedur 2 tahap tersebut.
Pada tahap pertama ( I ) insisi sirkumferensial dibuat dari proksimal sampai
sulcus coronal, chordee di eksisi dan bagian penis diiris dengan kulit glans
dibiarkan.. Pelurusan penis dan pemindahan semua jaringan chordee harus
dikonfirmasi dengan penggunaan test ereksi buatan/artificial.
Gambar 1.9. Dikutip dari kepustakaan 14. Langkah Two Stage Repair : (1). Identifikasi Chordee, (2)
Dilakukan Eksisi chordee ventral & plika bila perlu, (3) tutup permukaan yang terbuka tadi dengan skin graft,
(4) Tubularisasi sebagai langkah akhir.
21
22
1.11
Prognosis
Dewasa ini dengan anestesi modern, instrumen operasi yang semakin
lengkap, tekhnik penjahitan yang benar dapat menghasilkan pembedahan
rekonstruksi pada hipospadia banyak berhasil dengan baik sehingga prognosis
pada hipospadia semakin menjanjikan.
23
Daftar Pustaka
Factors
and
Prevalence
trend.
2011.cited
from:
http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/115/4/e495.
3. Purnomo B.B., Uretra dan Hipospadia, Dalam Dasar-dasar Urologi, Malang, 2000 :
6,137-138.
4. Sadler TW.1996. Embriologi Kedokteran Langman. Edisi ke-7. Jakarta: EGC.
5. Santanelli Fabio and Grippaudo Francesca Romana.2010. Urogenital Reconstruction:
Penile
Hypospadia.
Disitasidari:http://emedicine.medscape.com/article/1297569-
urethra
in
patients
with
hypospadias. 2003.
Cited
from:
http://www.thebritishjournalofradiology.com.
24