Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
Anisa Munnawaroh
1410201115
Semester III C
Latar Belakang
Dunia yang terus berkembang menimbulkan banyak perubahan dalam kegiatan sehari-hari
yang dilakukan manusia. Perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi, telah
menggiring manusia ke dalam kehidupan yang serba cepat, serba otomatis, dan diliputi
berbagai kemudahan. Kemudahan-kemudahan inilah yang kemudian menjadikan manusia
memiliki berbagai cara dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Begitu halnya dalam dunia perpajakan. Perkembangan yang pesat dari kemampuan teknologi
yang telah diciptakan manusia membawa tidak hanya kemudahan, melainkan juga challenge
(tantangan) dan threat (ancaman) bagi setiap lini kehidupan manusia.
Dalam dunia perpajakan, perkembangan yang terjadi meliputi tidak hanya dalam kuantitas
dan kualitas sistem perpajakan, melainkan meliputi seluruh aspek dari sistem administrasi
perpajakan. Dunia dahulu hanya mengenal sistem pembayaran pajak manual, dimana para
petugas pajak mendatangi wajib pajak untuk menagih pajak bagi wajib pajak. Seiring dengan
berjalannya waktu, dikembangkan pula model-model sistem pemungutan pajak yang lebih
efektif, serta efisien dalam hal pemenuhan asas-asas perpajakannya.
Bila dahulu sistem pemungutan pajak hanya mengenal sistem Official Assesment dalam
pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, maka seiring dengan waktu, untuk mencegah
penghindaran pajak yang mungkin terjadi dengan pemberlakuan sistem tersebut, maka
berkembang pula sistem pemungutan pajak lainnya, seperti halnya sistem Self Assesment dan
sistem Withholding.
Sistem-sistem tersebut secara hukum memiliki dasar hukum yang memadai untuk
dilaksanakan. Namun secara asas perpajakan, patut dicermati, bagaimana kelebihan dan
kekurangan masing-masing sistem dalam pelaksanaan sistem pemungutan pajak ini. Selain
itu juga patut dicermati, bahwa tidak semua jenis pajak harus mengikuti suatu sistem tertentu
yang dianggap paling memadai dibanding sistem lainnya.
Perumusan Masalah
a. Apa saja sistem pemungutan pajak?
Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh pemerintah
Dalam system ini masyarakat Wajib Pajak bersifat pasif menunggu ketetapan hukum dari
aparat pajak atau pemungut pajak. Utang pajak baru timbul kalau sudah ada Surat ketetapan
Pajak (SKP) dari aparatur pajak.
Kelemahan-kelemahan system ini adalah:
a.
Pada permulaan tahun, wajib pajak dikenakan ketetapan sementara untuk pajak-pajak
pendapatan, kekayaan dan laba menurut perkiraan atau taksiran pejabat pajak untuk tahun
yang berjalan.
b.
Setelah tahun berakhir, wajib pajak harus memasukkan surat pemberitahuan, dimana
harus diberikan informasi tentang besarnya pendapatan, kekayaan maupun laba perseroan di
tahun yang baru berakhir tersebut. Setelah diadakan penelitian oleh pejabat pajak terhadap
surat pemberitahuan itu, maka dibuatlah surat ketetapan pajak rampung oleh pejabat pajak
yang bersangkutan.
Jelas kiranya, bahwa wajib pajak dalam tata cara tersebut di atas berada dalam suatu posisi
yang tersudut, sekalipun baginya tersedia instansi di mana mereka dapat mengajukan
sanggahan terhadap penetapan yang nyata tidak benar atau dianggapnya tidak adil.
Kelemahan sistem pemungutan ini antara lain adalah:
a)
Sulit untuk dapat memperkirakan jumlah pendapatan, kekayaan dan laba suatu
perusahaan yang mendekati dengan kenyataan. Oleh karena itu ada kaitannya ketetapan
sementara itu terlalu rendah atau terlalu tinggi.
b) Akibat dari ketetapan sementara yang terlalu rendah, maka akan memberatkan wajib
pajak dalam membayar ketetapan rampungnya, karena ketetapan rampungnya jauh lebih
besar daripada ketetapan sementaranya, sebaliknya kalau ketetapan tersebut terlalu tinggi
maka akan memberatkan wajib pajak dalam mengangsur ketetapan sementara tersebut.
c) Angsuran bulanan atas ketetapan sementara itu sama besarnya, sehingga mungkin tidak
selalu sesuai dengan tersedianya likuiditas wajib pajak, lebih-lebih mengingat ketentuan
pembayarannya yang harus dibayar pada setiap tanggal 15 dari bulan-bulan berikutnya
setelah bulan dimana surat ketetapan sementara diberikan.
d) Atas ketetapan sementara ini wajib pajak tidak dapat mengajukan keberatan, tetapi
dengan syarat-syarat tertentu, fiskus dapat memberikan penundaan pembayaran dari
(sebagian) ketetapan pajak sementara. Penundaan pembayaran ini dalam hal wajib pajak
mengajukan bukti-bukti bahwa ketetapan pajak sementara terlalu tinggi, pada dasarnya suatu
kebijaksanaan penagihan yang mengandung unsur subyektif.
e)
Ketetapan sementara itu merupakan pekerjaan massal, karena harus diselesaikan dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya, disebabkan sisa waktu dalam tahun yang berjalan harus
digunakan untuk melakukan penetapan rampung. Hal ini mengakibatkan pekerjaan kurang
teliti, apa lagi mengingat jumlah aparatur pajak yang masih kurang.
f) Ada kalanya penetapan Pajak Rampung harus dilakukan dengan cara kompromi, yang
memungkinkan adanya exces negatif, yakni tawar-menawar. Kompromi tersebut dilakukan
dalam hal wajib pajak tidak melakukan pemberitahuan yang benar, sedangkan administrasi
pajak sendiri tidak memiliki bahan bahan yang lengkap untuk memungkinkan penetapan
Pajak Rampung dilakukan secara tepat.
g)
Para wajib pajak baru diwajibkan membayar pajak, bilamana kepada mereka telah
diberikan Surat Ketetapan Pajak. Surat Ketetapan Pajak itu baru dapat dikenakan bilamana
wajib pajak telah terdaftar pada tata usaha kantor pajak.Akibatnya, yang tidak terdaftar
berarti lolos dari pembayaran pajak.
2.
System ini merupakan system pemungutan pajak yang memberi wewenang , kepercayaan,
tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
Menyadari akan kelemahan-kelemahan sistem pemungutan pajak sebagaimana dikemukakan
di atas, maka dipandang perlu untuk melaksanakan sistem pemungutan pajak yang lebih
sempurna, yang lebih efektif dan efisien dan yang memncerminkan pula kegotong-royongan
nasional.
Dengan sistem ini pada awal tahun pajak menentukan sendiri secara aktif menghitung,
memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri pajaknya. Fiskus tidak ikut campur
tangan dalam penentuan besarnya pajak yang terhutang kecuali wajib pajak melanggar
ketentuan undang-undang perpajakan, maka yang bersangkutan dikenakan sanksi
administrasi ( bunga, denda, atau kenaikan ) atau sanksi pidana sebagai ditentukan dalam
Pasal 28 atau 29 Undang-Undang KUHP.
3. With Holding System
System ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Daftar Pustaka
http://www.kabarpajak.com/2013/07/makalah-penggolongan-pajak-dan-sistem.html
https://www.academia.edu/7591213/Politik_Hukum_Pajak_di_Indonesia