Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Karsinogen
Sesitisasi pernapasan
Toksik terhadap reproduksi
Toksisitas sistemik pada organ
sasaran
Mutagenitas
Oksidator
Peroksida organik
Mudah menyala
Swareaktif piroforik
Swaganas melepaskan gas
Mudah menyala
Menyebabkan iritasi
sensitisasi kulit
Toksisitas akut (berbahaya)
Gas bertekanan
Korosif
Eksplosif
Swareaktif
Peroksida organik
Aplikasi GHS
Wajib Bahan Kimia Tunggal, baik produksi dalam negeri maupun impor
Wajin Bahan Kimia Campuran hasil produksi dalam negeri maupun impor sejak 31
Desember 2016
Regulasi Teknis
1. UN GHS Porple Book Edisi 4
2. Peraturan Menteri Perindustrian No. 87 Tahun 2009 tentang Sistem Harmonisasi
Global Klasifikasi dan Label pada Bahan Kimia
3. Peraturan Menteri Perindustrian No. 23 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Perindustrian Nomor 87/M-IND/PER/9/2009 tentang Sistem Harmonisasi
Global Klasifikasi dan Label Pada Bahan Kimia
4. Peraturan Dirjen Industri Agro dan Kimia No. 21/IAK/PER/4/2010 tentang Petunjuk
Teknis Penerapan Sistem Harmonisasi Global Klasifikasi dan Label Pada Bahan
Kimia
5. UN GHS Purple Book Edisi 5
6. Peraturan Dirjen Basis Industri Manufaktur No. 04/BIM/PER/1/2014 tentang
Petunjuk Teknis dan Petunjuk Pengawasan Pelaksanaan Sistem Harmonisasi Global
Klasifikasi dan Label pada Bahan Kimia
Dokumen/Buku/Leaflet
Global Harmonize System atau disingkat GHS cukup ramai dibicarakan akhirakhir ini. Soalnya menteri perindustrian telah mengeluarkan keputusan no 87/MIND/PER/9/2009 tentang sistem harmonisasi global klasifikasi dan label pada bahan
kimia. Menurut peraturan manteri ini semua bahan kima yang dipasarkan di Indonesia
wajib mengikuti klasifikasi dan label yang ditetapkan oleh sistem GHS. Maksudnya
adalah semua bahan kimia harus memiliki Material Safety Data Sheet (MSDS) atau
dalam peraturan ini disebut Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) yang mengacu
pada sistem pengklasifikasian yang ditetapkan oleh sistem GHS. Demikian pula halnya
dengan label bahan kimia harus mengacu pada sistem GHS yang sama.
tersebut, sementara negara yang mengkategorikan produk tersebut low toxic / tidak
flammable akan membiarkan penjualan secara bebas tanpa kontrol. Hal ini juga akan
menyulitkan negara pengimpor atau pengekspor bahan kimia karena berbedanya
klasifikasi bahan kimia antara negara pengekspor dan pengimpor. Perbedaan ini juga
berdampak pada MSDS dan sistem pelabelan bahan kimia tersebut yang nantinya akan
menyulitkan negara pengimpor karena mereka harus merevisi MSDS dan melakukan
pelabelan ulang sesuai dengan klasifikasi yang mereka miliki. Berdasarkan hal ini UN
menguarkan sistem GHS untuk memudahkan dunia industri dalam melakukan
perdagangan bahan kimia dan juga untuk melindungi lingkungan dan manusia dari
dampak penggunaan bahan kimia. Didalam purple book disebut bahwa tujuan dari GHS
adalah sebagai berikut:
Kriteria yang harmonis untuk klasifikasi bahan kimia tunggal dan campuran sesuai
dengan bahaya kesehatan, lingkungan dan fisik bahan kimia tersebut.
Elemen komunikasi bahaya yang harmonis, termasuk persyaratan untuk label dan
safety data sheet.
Ada beberapa jenis produk kimia yang tidak termasuk dalam ruang lingkup ini, yaitu
farmasi, additif untuk bahan makanan, kosmetik, dan residu pestisida didalam bahan
makanan.
piktogram bahaya, kata sinyal, pernyataan bahaya, identifikasi produsen dan pernyataan
kehati-hatian. Label tersebut juga harus mudah terbaca, jelas terlihat, tidak mudah
rusak, tidak mudah lepas dari kemasannya dan tidak mudah luntur karena pengaruh
sinar, udara atau lainnya. Piktogram yang digunakan juga harus sesuai dengan
peraturan GHS yang terdapat pada lampiran I dari peraturan menteri tentang GHS.
Bahan kimia juga harus dilengkapi dengan MSDS (LDKB), didalam peraturan
menteri tentang GHS bahwa MSDS dan Label wajib berbahasa Indonesia. Informasi
yang terkandung didalam GHS adalah informasi bahaya fisik, bahaya terhadap
kesehatan dan bahaya terhadap lingkungan akuatik yang sudah diklasifikasikan sesuai
dengan kriteria bahaya GHS, dan informasi lainnya sesuai dengan format yang sudah
ditetapkan. Format MSDS/LDKB sesuai dengan peraturan menteri tentang GHS
(lampiran II) terdiri dari 16 section, yaitu:
1. Identifikasi senyawa (Tunggal atau Campuran)
2. Identifikasi bahaya
3. Komposisi/Informasi tentang bahanpenyusun senyawa tunggal
4. Tindakan pertolongan pertama
5. Tindakan pemadaman kebakaran
6. Tindakan penanggulangan jika terjadi kebocoran
7. Penanganan dan penyimpanan
8. Kontrol paparan/perlindungan diri
9. Sifat fisika dan kimia
10. Stabilitas dan Reaktifitas
11. Informasi Toksikologi
12. Informasi Ekologi
13. Pertimbangan pembuangan / pemusnahan
14. Informasi transportasi
15. Informasi yang berkaitan dengan regulasi
16. Informasi lain termasuk informasi yang diperlukan dalam pembuatan dan revisi SDS.
Sebaiknya mulai dari sekarang anda menyesuaikan MSDS/LDKB bahan kimia
yang anda produksi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh peraturan menteri
perindustrian tersebut diatas. Jika anda membeli bahan kimia dari pemasok bahan
kimia, maka sebaiknya anda meminta MSDS/LDKB yang sudah mengikuti GHS.