Вы находитесь на странице: 1из 73

TUGAS PRAKTIKUM PETROLOGI

BATUAN BEKU, DAN BATUAN GUNUNGAPI

Di Susun oleh:
IKHSAN KHOLID SAPUTRO (410014020)
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA

2015

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah swt atas petunjuk dan
bimbingan serta hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Praktikum
Petrologi mengenai batuan beku, dan batuan gunungapi.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat

membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.


Terima Kasih kepada :
1.
2.
3.
4.

Ketua STTNAS Bapak Ir. H .Ircham, MT


Ketua Jurusann Ibu Winarti, ST, MT
Dosen Petrologi Bapak Dr. Hill Gendoet Hartono, ST
Asisten Dosen Petrologi
Semoga makalah Petrologi ini bermanfaat bagi rekan-rekan semua khususnya

yang mendalami geologi.

Yogyakarta, 4 April 2015


Penulis

Ikhsan Kholid Sapuro

DAFTAR ISI

BATUAN BEKU, DAN BATUAN GUNUNGAPI...............................................i


KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I BATUAN BEKU, DAN BATUAN GUNUNGAPI....................................1
1.1 BATUAN BEKU................................................................................ 1
1.2 BATUAN PIROKLASTIKA (PYROCLASTIC ROCKS).........................12
1.3 GRANIT......................................................................................... 18
1.4 DIORIT........................................................................................... 21
1.5. GABRO......................................................................................... 23
1.6 DASIT............................................................................................ 26
1.7 OBSIDIAN...................................................................................... 28
1.8 BASALT......................................................................................... 29
1.9 DIABAS......................................................................................... 31
1.10 PUMICE....................................................................................... 33
1.11 PERIDOTIT................................................................................... 35
BAB II DESKRIPSI DAN PETROGENESIS BATUAN BEKU..........................36
2.1 GRANIT......................................................................................... 36
2.2 DIORIT........................................................................................... 40
2.3 GABRO.......................................................................................... 45
2.4 ANDESIT........................................................................................ 49
2.5 BASALT......................................................................................... 54
2.6 RYOLIT......................................................................................... 57
2.7 DASIT............................................................................................ 60
2.8 DIABAS......................................................................................... 63
2.9 OBSIDIAN...................................................................................... 67
2.10 SYENIT....................................................................................... 68
2.11 PERIDOTITE................................................................................. 70
BAB III...................................................................................................... 73
KESIMPULAN........................................................................................... 73
3.1 KESIMPULAN................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 75

BAB I
BATUAN BEKU, DAN BATUAN GUNUNGAPI

1.1 BATUAN BEKU


Dalam istilah bahasa Inggris, batuan beku dinamakan sebagai igneous
rocks yang artinya batuan pijar. Ignis berarti api dan rocks adalah batuan. Oleh
karena itu beberapa ahli ada yang menyebutnya sebagai batuan pijar, karena
material dari batu ini berasal langsung dari magma. Namun untuk mempermudah
mengenalinya maka disebut sebagai batuan beku. Secara ilmiah, batuan beku
merupakan batuan yang terbentuk dari pembekuan magma. Baik yang didalam
bumi maupun yang diluar permukaan bumi. Batuan sendiri adalah kumpulan dari
beberapa mineral. Dalam dunia mineral kita mengetahui bahwa jenis magma dan
tingkat suhu dapat mempengaruhi atas keberagaman mineral. Urut-urutan
pembentukan mineral ini seperti yang telah kita pelajari dalam mata kuliah
krismin dulu, telah disusun oleh seorang ahli geologi Kanada yang bernama
Norman Bowen. Pak Bowen sendiri telah melakukan berbagai riset dan
percobaan untuk menyusun urut-urutan pembentukan mineral yang kita kenal
sebagai mineral pembentuk batuan atau rock forming minerals (RFM). Atas jasa
pekerjaan ini para ahli kemudian menamakan susunan urut-urutan mineral ini
sebagai deret bowen atau reaksi bowen yang hingga sampai kini digunakan
sebagai sebuah platform untuk mendeterminasi, baik batuan maupun mineral.

Dalam reaksi bowen secara jelas sudah dijelaskan bagaimana mineral


terbentuk. Didalam batuan beku, warna batuan beku itu tergantung atas
komposisi mineral pembentuknya. Sedangkan tingkat pembekuan akan
mempengaruhi dari tekstur maupun yang lebih global yaitu struktur batuan beku.
Untuk mempermudah dalam mendeterminasi batuan beku maka dibuatlah
klasifikasi batuan beku berdasarkan empat hal, yaitu warna, tesktur, struktur, dan
komposisi mineral dari batuan beku tersebut, meskipun ada juga batuan beku
yang tidak bisa masuk dalam pengklasifikasian jenis batuan beku, seperti
granodiorit dan diabas.
1.1.2 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Genetik
Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari
batuan beku, pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal
sebelum dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik
batuan beku adalah sebagai berikut :
1.1.2 Batuan Beku Intrusif
Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut
batuan beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif
mempunyai karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat (dapat
sampai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar
dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Tubuh
batuan beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam,
tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya.
Berdasarkan kedudukannya

terhadap perlapisan batuan yang

diterobosnya, struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu
konkordan dan diskordan. Struktur tubuh batuan beku yang memotong
lapisan batuan di sekitarnya disebut diskordan. yaitu:
a. Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling besar
dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan
batuan yang diterobosnya. Kebanyakan batolit merupakan kumpulan
massa dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak
berbeda. Perbedaan ini mencerminkan bervariasinya magma pembentuk
batholit. Beberapa batholit mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan
250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan penelitian singkapan di
lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara 20-30 km. Batholite

tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan, karena


tidak ada rekahan yang sebesar dimensi batolit. Karena besarnya,
batholit dapat mendorong batuan yang diatasnya. Meskipun batuan yang
diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang bergerak ke atas
secara perlahan, tentunya ada proses lain yang bekerja. Magma yang
naik melepaskan fragmen-fragmen batuan yang menutupinya. Proses ini
dinamakan stopping. Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna
magma yang naik, sehingga mengendap. Saat mengendap fragmenfragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma. Tidak semua
magma terlarut dan mengendap di dasar dapur magma. Setiap frgamen
batuan yang berada dalam tubuh magma yang sudah membeku
dinamakan Xenolith.
b) Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih
kecil dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock
merupakan penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit.
c) Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang
dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular,
sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur
(perlapisan) batuan yang diterobosnya.
d) Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang
mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang
menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang bentuknya
kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi disekitarnya.
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut
konkordan diantaranya adalah :
a) Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap
perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya
sejajar.
b) Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian
atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas,
membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan
Sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun
gaya eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan.

c) Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan
bawahnya cekung ke atas.
1.1.3 Batuan Beku Ekstrusif
Batuan beku ekstrusif

adalah

batuan

beku

yang

proses

pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini


yaitu lava yang memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk
mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur
ini diantaranya:
a) Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.
b) Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal seperti batang pensil.
c) Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpalgumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan
air.
d) Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada
batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat
pembekuan.
e) Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh
mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit
f) Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran
mineral pada arah tertentu akibat aliran.
1.1.4 Klasifikasi Batuan Berdasarkan Komposisi Kimia
Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk
mineral penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari
kimia adalah dari senyawa oksidanya, sepreti SiO2, TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO,
MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O, H2O+, P2O5, dari persentase setiap senyawa
kimia dapat mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan meineral.
Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis
magma asal, pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman
magma asal, dan banyak lagi kegunaan lainya. Dalam analisis kimia batuan
beku, diasumsikan bahwa batuan tersebut mempunyai komposisi kimia
yang sama dengan magma sebagai pembentukannya. Batuan beku yang

telah mengalaimi ubahan atau pelapukan akan mempunyai komposisi kimia


yang berbeda. Karena itu batuan yang akan dianalisa harusla batuan yang
sangat segar dan belum mengalami ubahan. Namun begitu sebagai
catatanpengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan,
jarang dilakukan. Hal ini disebabkan disamping prosesnya lama dan mahal,
karena harus dilakukan melalui analisa kimiawi.
Pembagian Kimia Batuan Beku (asam & basa) Berdasarkan
kandungan kimia oksida
Contohnya pada tabel berikut ini :
OKS

GRA

DIO

GAB

PERID

IDA

NIT

RIT

RO

OTIT

SiO2

72,08

51,86 48,36 43,54

TiO2

0,37

1,50

Al2O 13,86

1,32

0,81

16,40 16,84 3,99

3
Fe2O 0,86

2,73

2,55

2,51

1,72

6,97

7,92

9,8

MnO 0,06

0,18

0,18

0,21

MgO

0,52

6,21

8,06

34,02

CaO

1,33

3,40

11,07 3,46

Na2

3,08

3,36

2,26

0,56

K2O

0,46

1,33

0,56

0,25

H2O

0,53

0,80

0,64

0,76

P2O5 0,18

0,35

0,24

0,05

3
FeO

Komposisi kimia dari beberapa jenis batuan beku yang terdapat pada
tabel di atas, hanya batuan intrusi saja. Dari sini terlihat perbedaan
presentase dari setiap senyawa oksida, salah satu contoh ialah dari oksida

SiO2 jumlah terbanyak dimiliki oleh batuan granit dan semakin menurun
ke batuan peridotit (batuan ultra basa). Sedangkan MgO dari batuan granit
(batuan asam) semakin bertambah kandungannya kearah batuan peridotit
(ultra basa).
Kandungan senyawa kimia batuan ekstrusi identik dengan batuan
intrusinya, asalkan dalam satu kelompok. Hal ini hanya berbeda tempat
terbentuknya saja, sehingga menimbulkan pula perbedaan didalam besar
butir dari setiap jenis mineral.
Batuan Intrusi

Batuan Ekstrusi

Granit

Riolit

Syenit

Trahkit

Diorit

Andesit

Tonalit

Dasit

Monsonit

Latit

Gabro

Basal

Dasar pembagian ini biasanya adalah kandungan oksida tertentu


dalam batuan seperti kandungan silika dan kandungan mineral mafik
(Thorpe & Brown, 1985).

Pembagian batuan beku menurut kandungan SiO2 (silika) pada tabel di bawah :
Nama Batuan

Kandungan Silika

Batuan Asam

Lebih besar 66 %

Batuan Menengah

52 66 %

Batuan basa

45 52 %

Batuan Ultra basa

Lebih kecil 15 %

Penamaan batuan berdasarkan kandungan mineral mafik pada tabel di bawah:


Nama Batuan

Kandungan Silika

Leucocratic

0 33 %

Mesocratic

34 66 %

Melanocratic

67 100 %

Berdasarkan kandungan kuarsa, alkali feldspar dan feldspatoid :


a) Batuan Felsik
: Dominan felsik mineral, biasanya berwarna cerah.
b) Batuan Mafik
: Dominan mineral mafik, biasanya berwarna gelap.
c) Batuan Ultramafik : 90% terdiri dari mineral mafik.
Komposisi kimia dapat pula digunakan untuk mengetahui beberapa
aspek yang sangat erat hubungannya dengan terbentuknya batuan beku,
seperti untuk mengetahui jenis magma, tahapan diferensiasi selama
perjalanan magma ke permukaan dan kedalaman zona Benioff.
1.1.5 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineralogi
Analisis batuan beku pada umumnya memakan waktu, maka
sebagian besar batuan beku didasarkan atas susunan mineral dari batuan
itu. Mineral-mineral yang biasanya dipergunakan adalah mineral kuarsa,
plagioklas, potassium feldspar dan foid untuk mineral felsik. Sedangkan
untuk mafik mineral biasanya mineral amphibol, piroksen dan olivin.
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat
mencrminkan sejarah pembentukan batuan dari pada atas dasar kimia.
Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi
pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan
keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti

bahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik


menggambarkan pembekuan yang cepat.
Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis,
tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat
dibagi menjadi:
a) Batuan Dalam
Batuan Dalam bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang
menyusun batuan tersebut

dapat

dilihat tanpa bantuan alat

pembesar.
b) Batuan Gang
Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
c) Batuan Gang
Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.
d) Batuan Lelehan
Batuan Lelehan bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak
dapat dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa keluarga atau kelompok yaitu :
keluarga granit riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa, alkali
felsparnya melebihi plagioklas.
keluarga granodiorit qz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na
Plagioklas dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari K
Felspar
keluarga syenit trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid
tidak dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi NaPlagioklas, kadang plagioklas juga tidak hadir
keluarga monzonit latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid
hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi KFelspar
keluarga syenit fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, KFelspar melebihi plagioklas

keluarga tonalit dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama kuarsa


dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar
keluarga diorite andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-Felspar,
plagioklas melimpah
keluarga gabbro basalt: intermediet-mafik, mineral utama plagioklas
(Ca), sedikit Qz dan K-felspar
keluarga gabbro basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral utama
felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa melimpah ataupun
tidak hadir
keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik (ol,px,hbl),
plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.
1.1.6 Warna Batuan
Warna batuan

berkaitan

erat

dengan

komposisi

mineral

penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh


komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis
magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur
gelasan. Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku
asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik,misalnya kuarsa, potash
feldsfar dan muskovit. Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam
umumnya batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan
mafiknya hampir sama banyak. Batuan beku yang berwarna hitam
kehijauan umumnya adalah batuan beku basa dengan mineral penyusun
dominan adalah mineral-mineral mafik.
1.1.7 Struktur Batuan
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan
yang berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada
pengamatan dalam skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan beku
struktur yang sering ditemukan adalah:
1) Masif
Bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas
2) Jointing
Bila batuan tampak seperti mempunyai retakan-retakan. Kenapakan
ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan.

3) Vesikular
Dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur inidibagi lagi
menjadi 3 yaitu:
Skoriaan bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
Pumisan bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
Aliran bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun
lubang gas.
4) Amigdaloidal bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral
sekunder.
1.1.8 Tekstur Batuan Beku
Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir
mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran
butir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika
warna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi,
maka

tekstur

berhubungan

dengan

sejarah

pembentukan

dan

keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum,


dan sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi :
Tingkat kristalisasi batuan beku dibagi menjadi :
a) Holokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan semua berbentuk
kristal-kristal.
b) Hipokristalin, jika sebagian berbentuk kristal dan sebagian lagi
berupa mineral gelas.
c) Holohialin, jika seluruhnya terdiri dari gelas.
Ukuran kristal adalah sifat tekstural yang paling mudah dikenali.ukuran
kristal dapat menunjukat tingkat kristalisasi pada batuan.
Granularitas pada batuan beku non fragmental tingkat granularitas
dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu:
a) Equigranulritas Disebut equigranularitas apabila memiliki ukuran
kristal yang seragam. Tekstur ini dibagi menjadi 2 :
1)Fenerik Granular bila ukuran kristal masih bisa dibedakan dengan
mata telanjang.
2) Afinitik apabila ukuran kristal tidak dapat dibedakan dengan
mata telanjang atau ukuran kristalnya sangat halus.
b) Inequigranular Apabila ukuran kristal tidak seragam. Tekstur ini
dapat dibagi lagi menjadi :
1) Faneroporfiritik bila kristal yang besar dikelilingi oleh kristalkristal yang kecil dan dapat dikenali dengan mata telanjang.
2) Porfiroafinitik,bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang
tidak dapat dikenali dengan mata telanjang.

c) Gelasan (glassy) Batuan beku dikatakan memilimki tekstur gelasan


apabila semuanya tersusun atas gelas.
Bentuk Butir
a) Euhedral, bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai bidang
kristal yang sempurna.
b) Subhedral,bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian
bidang kristal yang sempurna.
c) Anhedral, berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh
bidang kristal yang tidak sempurna.
1.1.9 Sifat Batuan Beku
dibagi menjadi 3 antara lain :
1. Asam (Felsik) batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah
batuan beku asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik.
2. Intermediet batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya
batuan beku intermediet diman jumlah mineral felsik dan mafiknya
hampir sama banyak.
3. Basa (Mafik) batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya
adalah batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah
mineral-mineral mafik.
4. Ultrabasa (Ultramafik ) batuan beku yang berwarna kehijauan dan
berwarna hitam pekat dimna tersusun oleh mineral mineral mafic
seperti olivin.

1.2 BATUAN PIROKLASTIKA (PYROCLASTIC ROCKS)


1.2.1 Pengertian Batuan Piroklastika
Batuan piroklastika adalah suatu batuan yang berasal dari letusan
gunungapi, sehingga merupakan hasil pembatuan daripada bahan hamburan atau
pecahan magma yang dilontarkan dari dalam bumi ke permukaan. Itulah
sebabnya dinamakan sebagai piroklastika, yang berasal dari kata pyro berarti api
(magma yang dihamburkan ke permukaan hampir selalu membara, berpendar
atau berapi), dan clast artinya fragmen, pecahan atau klastika. Dengan demikian,
pada prinsipnya batuan piroklastika adalah batuan beku luar yang bertekstur
klastika. Hanya saja pada proses pengendapan, batuan piroklastika ini mengikuti
hukum-hukum di dalam proses pembentukan batuan sedimen. Misalnya diangkut
oleh angin atau air dan membentuk struktur-struktur sedimen, sehingga

kenampakan fisik secara keseluruhan batuannya seperti batuan sedimen. Pada


kenyataannya, setelah menjadi batuan, tidak selalu mudah untuk menyatakan
apakah batuan itu sebagai hasil kegiatan langsung dari suatu letusan gunungapi
(sebagai endapan primer piroklastika), atau sudah mengalami pengerjaan kembali
(reworking) sehingga secara genetik dimasukkan sebagai endapan sekunder
piroklastika atau endapan epiklastika. Berdasarkan ukuran butir klastikanya,
sebagai bahan lepas (endapan) dan setelah menjadi batuan piroklastika,
penamaannya
seperti pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Klasifikasi batuan piroklastika.
Ukuran

Nama

butiran

butir

(klastika)

Nama batuan
Aglomerat

>

64

Bom gunungapi

Breksi

mm

Blok/bongkah gunungapi

piroklastika

2 64 mm

Lapili

Batulapili

Abu

gunungapi

kasar

1 2 mm

(pasir kasar)

Tuf kasar

< 1 mm

Abu gunungapi halus

Tuf halus

Bom gunungapi adalah klastika batuan gunungapi yang mempunyai


struktur-struktur pendinginan yang terjadi pada saat magma dilontarkan dan
membeku secara cepat di udara atau air dan di permukaan bumi. Salah satu
struktur yang sangat khas adalah struktur kerak roti (bread crust structure). Bom
ini pada umumnya mempunyai bentuk membulat, tetapi hal ini sangat tergantung
dari keenceran magma pada saat dilontarkan. Semakin encer magma yang
dilontarkan, maka material itu juga terpengaruh efek puntiran pada saat
dilontarkan, sehingga bentuknya dapat bervariasi. Selain itu, karena adanya
pengeluaran gas dari dalam material magmatik panas tersebut serta pendinginan
yang sangat cepat maka pada bom gunungapi juga terbentuk struktur vesikuler
serta tekstur gelasan dan kasar pada permukaannya.
Bom gunungapi berstruktur vesikuler di dalamnya berserat kaca dan
sifatnya ringan disebut batuapung (pumice). Batuapung ini umumnya berwarna
putih terang atau kekuningan, tetapi ada juga yang merah daging dan bahkan
coklat sampai hitam. Batuapung umumnya dihasilkan oleh letusan besar atau

kuat suatu gunungapi dengan magma berkomposisi asam hingga menengah, serta
relatif kental. Bom gunungapi yang juga berstruktur vesikuler tetapi di dalamnya
tidak terdapat serat kaca, bentuk lubang melingkar, elip atau seperti rumah lebah
disebut skoria (scoria). Bom gunungapi jenis ini warnanya merah, coklat sampai
hitam, sifatnya lebih berat daripada batuapung dan dihasilkan oleh letusan
gunungapi lemah berkomposisi basa serta relatif encer. Bom gunungapi berwarna
hitam, struktur masif, sangat khas bertekstur gelasan, kilap kaca, permukaan
halus, pecahan konkoidal (seperti botol pecah) dinamakan obsidian. Blok atau
bongkah gunungapi dapat merupakan bom gunungapi yang bentuknya
meruncing, permukaan halus gelasan sampai hipokristalin dan tidak terlihat
adanya struktur-struktur pendinginan. Dengan demikian blok dapat merupakan
pecahan daripada bom gunungapi, yang hancur pada saat jatuh di permukaan
tanah/batu. Bom dan blok gunungapi yang berasal dari pendinginan magma
secara langsung tersebut disebut bahan magmatik primer, material esensial
ataujuvenile). Blok juga dapat berasal dari pecahan batuan dinding (batuan
gunungapi yang telah terbentuk lebih dulu, sering disebut bahan aksesori), atau
fragmen non-gunungapi yang ikut terlontar pada saat letusan (bahan aksidental).
Berdasarkan komposisi penyusunnya, tuf dapat dibagi menjadi tuf gelas, tuf
kristal dan tuf litik, apabila komponen yang dominan masing-masing berupa
gelas/kaca, kristal dan fragmen batuan. Tuf juga dapat dibagi menjadi tuf basal,
tuf andesit, tuf dasit dan tuf riolit, sesuai klasifikasi batuan beku. Apabila
klastikanya tersusun oleh fragmen batuapung atau skoria dapat juga disebut tuf
batuapung atau tuf skoria. Demikian pula untuk aglomerat batuapung, aglomerat
skoria, breksi batuapung, breksi skoria, batulapili batuapung dan batulapili
skoria.
1.2.2 Genesa Batuan Piroklastik
Proses pembentukan batuan

piroklastik

diawali

oleh

meletusnya

gunungapi, mengeluarkan magma dari dalam bumi diakibatkan dari energi yang
sangat besar yaitu gaya endogen dari pusat bumi. Magma yang dikeluarkan oleh
gunung itu terhempas ke udara, sehingga magma tersebut membeku dan
membentuk gumpalan yang mengeras (yang kemudian disebut batu). Gumpalan
tersebut memiliki tekstur dan struktur yang tertentu pula. Sedangkan batu-batu
tadi yang telah mengalami prosespengangkutan (transportasi) oleh angin dan air,
maka batuan tersebut disebut dengan batuan epiklastik.
Batuan epiklastik ini yaitu batuan yang telah mengalami pengangkutan
yang mengakibatkan terjadinya pengikisan pada batuan oleh media air dan angin

yang membawanya. Batuan epiklastik ini terdapat pada dataran yang rendah,
disebabkan oleh air dan angin yang membawanya ke tempat yang rendah
disekitar gunung api.

Tempat-tempat yang rendah itu seperti di daerah

sungai, danau, laut dan lembah-lembah pegunungan.

Foto 2
Genesa Letusan Gunung Api
1.2.3 Klasifikasi Endapan Piroklastik
Endapan piroklastik mulanya terjadi akibat adanya jatuhan pada saat
gunung api meletus, dan pada saat pengendapan memiliki ukuran ketebalan yang
sama pada endapannya. Piroklastik lainnya yaitu piroklastik aliran akan
membentuk penebalan apabila pada proses pengendapannya ada cekungan, dan
piroklastik surge penyatuan antara piroklastik endapan dan piroklastik aliran.

Gambar 1 Jenis Pengendapan


1) Piroklastik Jatuhan (Fall)
Endapan jatuhan piroklastik yang terjadi dari letusan gunung api yang
meledak yang kemudian terlempar pada suatu permukaan, memiliki
ketebalan endapan yang relative berukuran sama.
2) Piroklastik Aliran (Flow)
Endapan piroklastik yang umumnya mengalir kebawah dari pusat letusan
gunung api yang memiliki kecepatan tinggi pada saat adanya longsoran.
Endapan aliran ini berisikan batu yang berukuran bongkah dan abu.

Gambar 2
Siklus Endapan Piroklastik Aliran

3) Piroklastik Surge
Endapan piroklastik surge dihasilkan dari letusan gunung api yang
kemudian mengalir karena adanya penyatuan dari jatuhan dan aliran.

Gambar 3
Siklus Endapan Piroklastik Surge
1.2.4 Mineral Penyusun Batuan Piroklastik
Susunan mineral dari batuan piroklastik tidak jauh berbeda dengan mineral
pembentuk batuan beku. Hal ini disebabkan oleh zat yang terkandung dalam
mineral penyusunnya sama, yaitu magma. Dan yang membedakannya hanyalah

bentuk dari butirannya. Pada batuan beku butirannya campuran dari beberapa
butir, dan batuan piroklastik gabungan dari butiran.
1.2.5 Tiga Jenis Fragmen Dalam Endapan Piroklastik
1. Fragmen Lava Baru
2. Fragmen Litik
3. Kristal Individu
1.2.6 Tekstur Batuan Piroklastik
a) Ukuran Butir
Ukuran butir adalah ukuran dari batuan piroklastik itu sendiri, terbagi
menjadi beberapa macam, yaitu :
Block (untuk yang berbentuk menyudut) dan Bomb (untuk yang
membentuk membulat) berukuran lebih besar dari 32 mm.
Lapili yaitu untuk butiran dari 4 mm 32 mm diameternya.
Debu yaitu batuan yang lebih kecil dari 4 mm.
b) Bentuk Butir
Bentuk butir adalah bentuk dan keadaan batuan tersebut, ada beberapa
macam yaitu :
Membulat sempurna, sangat bulat seperti bola.
Membulat hampir seperti bola.
Menyudut, yaitu memiliki sudut-sudut pada permukaannya.
c) Kompaksi
Kompaksi adalah tingkat kekerasan pada batuan piroklastik, ada 2
macam kompaksi yang dikenal dalam batuan piroklastik, yaitu :
Kompak, permukaannya kuat, keras dan padat.
Mudah hancur, bila dipegang meninggalkan serbuk pada tangan.
1.2.7 Struktur Batuan Piroklastik
Pada batuan piroklastik yang berbutir kasar maupun halus bisa didapatkan
struktur struktur yang sering kali terdapat pada batuan sedimen, seperti
perlapisan.

Batuan

piroklastik

yang

berbutir

halus

(tufa)

seringkali

memperlihatkan tekstur seperti pada batuan beku lelehan.


Penamaan batuan piroklastik berdasarkan pada butirnya, dikenal 4 jenis yaitu :
1

Aglomerat, ukuran butir lebih besar 32 mm (Bomb).


Aglomerat adalah batuan piroklastik yang mirip dengan konglomerat
(batuan sedimen) di dalam tekstur. Perbedaannya terletak pada komposisi,
dimana aglomerat terdiri dari fragmen-fragmen volkanik (lava dan

piroklastik di antaranya gelas).


Breksi Volkanik, ukuran butir lebih besar dari 32 mm (Block).
Breksi Volkanik seperti halnya aglomerat, breksi volkanik juga
dibentuk oleh material gunungapi (volknik).

Tufa Lapili, ukuran butir antara 4 32 mm.


Tufa (Tuff), batuan piroklastik yang berukuran halus adalah tufa (tuff).
Batuan ini terdiri dari material fragmen kristal / mineral. Berdasarkan pada
komponen terbanyak fragmen kristal / mineral yang dikandung, tufa dapat

a
b
c
4

dibedakan atas 3 golongan sebagai berikut :


Tufa Vitric : Banyak fragmen gelas
Tufa Kristal : Banyak fragmen kristal
Tufa Lithik : Banyak fragmen batuan
Tufa, ukuran butir sangat halus (abu / debu).

1.3 GRANIT

Gbr.1 Granit

1.3.1 DEFENISI PETROLOGIST TENTANG GRANIT


Granit adalah batuan plutonik yang terdiri dari 10 % - 50 % kuarsa dari
total seluruh komponen felsic, serta mengandung alkali feldspar sebesar 60% 90% total feldspar (geology.com). Untuk selanjutnya, kandungan mineral inilah
yang harus dipastikan identitas serta kuantitasnya oleh seorang ahli petrology.
Saya ulangi lagi, bahwa banyak batuan yang secara anarkis langsung
disebut sebagai granit di tengah tengah public. Yang tentunya akan berbeda jika
ditinjau secara geologi. Karena mungkin saja yang disebut sebagai granit ternyata
adalah alkali granite, granodiorit, pegmatite, ataupun aplite. Untuk sekarang ini,
dalam geology lebih cenderung menyebut segala sesuatu yang mirip (setidaknya
60%) dengan granit sebagai granitoid rocks. Hal ini hanya sekedar untuk
penelitian yang lebih detail di laboratorium. Karena walaupun range dari
komposisinya relative sama, tidak bisa dipungkiri pasti adal salah satu yang
menonjol, sehingga analisa mengenai granit lebih presisi. Dan sampai saat ini,

dua

kata

kunci

utama

dalam

mengklasifikasikan

granit

lebih

detail

adalah komposisi kimia / mineral.

1.3.2 KOMPOSISI KIMIA GRANIT


SiO2
72.04% (silica)

Al2O3

14.42% (alumina)

K2O

4.12%

Na2O

3.69%

CaO

1.82%

FeO

1.68%

Fe2O3

MgO

0.71%

TiO2

0.30%

P2O5

0.12%

MnO

0.05%

1.22%

1.3.3 PEMBENTUKAN GRANIT


Granit seirng ditemukan di daerah continental dalam bentuk tubuh
plutonik, (batolith, stock,dll) dimana kerak bumi telah megalami proses erosi
yang sangat sangat intens, sehingga tubuh granit yang sangat besar, seakan
akan muncul ke permukaan. Luasnya bisa mencapai ratusan kilometer persegi.
Tubuh yang besar ini dikarenakan pembekuannya yang sangat lambat.
Lava, akan tererupasi di seluruh permukaan bumi (kerak samudera dan
kerak benua). Namun yang memiliki komposisi sama dengan granite (seirng
menghasilkan rhyolite), hanya terjadi di benua. Hal ini menandakan bahwa granit
terbentuk dari hasil pelelehan kerak benua. Hal ini terjadi karena peningkatan
suhu maupun peningkatan jumlah volatile (seperti air dan karbon dioksida).
Kerak benua akan cenderung mengalami kondisi bersuhu tinggi di bagian
dalamnya. Hal ini dikarenakan banyaknya kandungan uranium dan potassium
yang dapat menghasilkan panas melalui proses peluruhannya masing masing.
Selain itu, tektonik lempeng (terutama subduksi) dapat menyebabkan magma
basaltic muncul di bagian bawah dari kerak benua. Di samping menghasilkan
panas, tipe magma ini dapat menghasilkan uap air dan karbon dioksida yang
dapat memicu batuan kerak benua untuk melebur pada titik lebur yang lebih
rendah. Hal inilah yang menyebabkan sejumlah magma basaltic dapat ditemukan

menempel pada kerak benua. Dengan panas serta zat volatile yang dihasilkan
tersebut, kerak benua dapat membentuk granit pada saat yang bersamaan.
Studi tentang granit, saat ini membaginya ke dalam empat bagian, sebagai
berikut:
Tipe I (Igneous). Meupakan granit yang terbentuk dari hasil peleburan
batuan beku yang telah ada sebelumnya.
Tipe S (Sedimentary). Merupakan granit yang terbentuk dari batuan
sedimen ataupun hasil metamorfisme dari batuan sedimen.
Tipe M (mantel). Merupakan granit yang terbentuk langsung dari hasil
pembekuan mantel bumi. Dimana lokasinya sangatlah dalam, jauh di
bawah permukaan bumi. Tipe seperti ini jarang ditemukan.
Tipe A (Arogenic). Merupakan tipe baru yang baru dimunculkan.
Merupakan variasi dengan spesifikasi berbeda dari Tipe I.
Namun saat ini, perihal pembagian ini sering diabaikan keberadaannya.
Tampilan tubuh granit dalam bentuk battolith dan stock yang sangat besar
dimensinya di permukaan bumi merupakan suatu bentuk perluasan kerak benua
untuk mengimbangi degradasi oleh proses proses eksogenik . Dan ini akan
terjadi secara terus menerus selama aktivitas tektonik lempeng masih
berlangsung. Proses ini tentunya terjadi tanpa adanya proses letusan, dorongan,
maupun pelelehan sebagai jalan tubuh pluton ini mencapai permukaan.
Dalam lingkup yang lebih luas, dapat dilihat bahwa granit mengajari
kerak benua untuk mempertahankan eksistensinya. Dan salah satunya adalah dari
pembekuannya yang sangat perlahan dimana terjadi keseimbangan antara
terbentuknya daratan baru dengan daratan yang telah mengalami degradasi.
Ketika granit mengalami pelapukan, akan berubah menjadi clay dan sand. Yang
nantinya akan kembali tertransport ke lautan. Di lautan, pemekaran dasar
samudera akan mendorong terjadinya subduksi. Pada saat subduksi, material
material ini akan terbawa ke bawah kerak benua kembali. Dimana sesuai
kandungan asalnya, akan terbentuk kembali feldspar dan kuarsa yang nantinya
akan menyusun tubuh granit baru.

1.4 DIORIT

Gbr.3 Diorit
1.4.1 DEFENISI PETROLOGIST TENTANG DIORIT
Diorit adalah salah satu jenis batuan beku dalam (Batuan Plutonis),
bertekstur fenerik, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, warnanya agak
gelap. Diorit merupakan batuan yang banyak terdapat di alam. Di Jawa Tengah
banyak terdapat di kota Pemalang dan Banjarnegara.
Seperti halnya granit, diorite termasuk batuan intermediate. Batuan intermediate
adalah batuan yang komposisi mineral Mafic dan Felsic relatif berimbang.
Batuan ini terdiri dari feldspar plagioklas calsiksodik dalam jumlah yang besar
(65%) dengan tipe sodik yang banyak. Komposisi plagioklasnya melebihi
ortoklas, tidak mengandung kwarsa, tetapi mengandung augit dalam jumlah
sedikit dan hombleda (mineral silikat gelap) , meski hombledinya, biasanya lebih
banyak dari biotit. Selain itu, diorit lebih sedikit mengandung silisum dan
kalsium daripada batuan granit. Batuan dengan plagioklas yang lebih basa
disebut dengan gabro. Jika banyak penokris disebut dengan porfir diorit.

1.4.2 MINERAL PENYUSUN DIORIT


Mineral-mineral penyusun diorit antara lain Plagioklase, Orthoclase,
hornblende dan piroxen. Sementara mineral accesorisnya kwarsa, apotik, kalsit,
klorit, dan epidot. Varietas yang umum adalah diorite hornblende. Warna diorit
cerah abu-abu gelap hijau keabu-abuan.
1.4.3 PEMBENTUKAN DIORIT
Merupakan batuan hasil terobosan batuan beku (instruksi) yang Terbentuk
dari hasil peleburan lantai samudra yang bersifat mafic pada suatu subduction
zone. biasanya diproduksi pada busur lingkaran volkanis, dan membentuk suatu
gunung didalam cordilleran ( subduction sepanjang tepi suatu benua, seperti pada
deretan Pegunungan). Terdapat emplaces yang besar berupa batholiths ( banyak
beribu-ribu mil-kwadrat) dan mengantarkan magma sampai pada permukaan
untuk menghasilkan gunung api gabungan dengan lahar andesite.

1.5. GABRO

Gbr.2 Gabro
1.5.1 DEFENISI PETROLOGIST TENTANG GABRO
Gabro adalah batuan beku dalam, umumnya berwarna hitam,mineralnya
berbutir kasar hingga sedang, berat jenisnya 2,9 -3,21.Komposisi dan persentase
mineral pembentuknya adalah : Plagioklas ( labradorit atau bitownit) 70 45 %,
mineral mafis 25 50 %. Batuan gabro berwarna gelap kehijauan, menunjukkan
kandungan silika rendah sehingga magma asal bersifat basa. Kaitan antara
kandungan silika dengan sifat magma , bahwa magma yang mengandung cukup
banyak silika sehingga mampu mengikat semua logam basa dan masih
menyisakan silika, disebut sebagai kelewat jenuh, sehingga kelebihan silika
tersebut membentuk kristal silika seperti kuarsa.Struktur batuan ini adalah
massive, tidak terdapat rongga atau lubang udara maupun retakan-retakan.
Batuan ini masih segar dan tidak pernah terkena gaya endogen yang dapat
meninggalkan retakan pada batuan.Batuan ini memeiliki tekstur fanerik karena
mineral-mineralnya dapat dilihat langsung secara kasat mata dan mineral yang
besar menunjukkan bahwa mineral tersebut terbentuk pada suhu pembekuan

yang realtif lambat sehingga bentuk mineralnya besar-besar.Derajat kristalisasi


sempurna, bahwa batuan ini secara keseluruhan tersusun atas kristal sehingga
disebut holocrystalline. Tekstur seperti ini menunjukkan proses pembentukan
magma yang lambat. Ion-ion penyusun mineral pada batuan, dalam lingkungan
bertekanan tinggi dan temperatur yang luar biasa tinggi dapat bergerak sangat
cepat dan menyusun dirinya sedemikian rupa sehingga membentuk suatu bentuk
yang teratur dan semakin berukuran besar. faktor waktu sangat penting bagi ionion untuk membentuk orientasi yang tepat untuk mengkristal. Dengan demikian,
maka seharusnya tekstur holokrsitalin terbentuk di bawah permukaan bumi
dimana terdapat tekanan yang sangat tinggi yang dapat mempertahankan suhu
yang tinggi.
Batuan ini mempunyai kandungan Silika rendah jika dilihat dari warnanya
yang cukup gelap, sedikit Potash Feldspar dan hanya mengandung mineral
Plagioclase dan olivine. Plagioclase berwarna terang (kaya Natrium). Ukuran
butir Plagioclase dan olivine seluruhnya hampir seragam menunjukkan
pembentukannya pada suhu yang sama sekitar 9000C. batuan ini terbentuk dekat
denagn suber magma sehingga memiliki ukuran mineral yang besar namun
karena komposisi magmanya bersifat mafik maka warna batuan ini menjadi
gelap. Dan jika mengacu pada teori Geothermal gradation, bahwa suhu sejalan
dengan kedalaman, makin ke dalam temperature makin naik, maka dapat
dikatakan bahwa kedua mineral ini mengkristal pada kedalaman yang sama pada
saat yang bersamaan. Ini diperkuat dengan hubungan bentuk kristal yang
subhedral.
Batuan ini biasanya berasosiasi dengan mineral-mineral berharga tertentu,
sepert : nikel, kobalt, emas, perak, tembaga, platinum.Deskripsi mineral
penyusun: Plagioclase 50%, Olivine 10%, sifat kimia batuan mafic, tekstur
fanerik, holocrystalline.

1.5.2 MINERAL PENYUSUN GABRO


Berdasarkan pengamatan lup batuan ini mempunyai komposisi mineral
utama yaitu Plagioclse dengan kelimpahan 50%, dan Olivine sebanyak 10%, dan
mineral-mineral asesori lainnya yang tidak dapat diamati dengan lup sebesar
40%. Kemungkinan mineral tersebut adalah mineral yang berasosiasi dengan
olivine seperti Amphibole, Hornblende, dan Biotit. Serta silica yang belum
terbentuk sempurna.

Pada pengamatan laboratorium, mineral Olivine ini berbentuk conchoidal,


berwarna hitam kehijauan, tak tembus pandang, dengan kekerasan 6.5-7.0 karena
tak tergores oleh kaca dan paku. Pecahan mineral ini adalah conchoidal, dengan
belahan 2,1 mebentuk sudut 900. Sedangkan mineral Plagioclase berwarna terang
putih abu-abu, termasuk jenis Sodic Plagioclase yang kaya natrium. Mineral; ini
berbentuk prismatic dengan kilap vitreous. Belhannya 2,1 prismatik dengan
pecahan conchoidal sampai uneven. Terbentuknya Quartz pada batuan beku
sebagai indicator kejenuhan SiO2. Pada kebanyakan batuan beku basa tidak
mengandung Quartz.
1.5.3 PETROGENESA GABRO
Petrogenesa batuan ini dapat dijelaskan secara rinci jika tekstur batuan
dapat dideskripsikan dengan jelas dan specimen batuan masih segar. Karena
tekstur batuan merupakan rekaman kejadian pembentukan batuan. Batuan ini
berwarna gelap, bentuk butir serabut dan beruukuran kasar dari proses intrusive
yang merupakan batuan beku akibat proses plutonic.

1.6 DASIT

Gbr.6 Dasit
1.6.1 DEFENISI PETROLOGIST TENTANG DASIT
Dasit merupakan batuan beku yang termasuk dalam jenis vulkanik, karena
dasit dalam proses pembentukannya mengalami pendinginan magma yang cepat.
Proses terbentuknya dasit pada suhu sekitar 900C 1200C. (Bishop &
Hamilton, 1999). Kandungan silika yang terdapat pada dasit berkisar diantara
52% 66%. Dalam proses pembentukannya dasit adalah batuan ekstrusif
felsik yang menengah dalam komposisi antara andesit dan riolit. (Dietrich,
1924). Dalam pembentukannya sering ditemukan bergabung dengan andesit, dan
membentuk aliran lava, serta tanggul. (Suharwanto, 2014).
Dasit ini termasuk dalam jenis batuan vulkanik karena permukaan batu
tersebut halus.Warna pada dasit ini adalah jenis felsik yaitu putih keabuabuan.Struktur pada dasit ini adalah masif karena tidak terdapat aliran atau jejak
gas. Derajat kristalin pada dasit ini adalah holokristalin karena dasit seluruhnya
tersusun oleh massa kristal (Sukandarrumidi, 2009). Granularitas pada dasit ini
yaitu fanerik karena dapat terlihat dengan mata. Bentuk butir pada dasit ini
adalah subhedral karena bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian
bidang kristal yang sempurna (Gautama, 2012). Relasi pada dasit ini adalah
inequigranular karena ukuran butirnya tidak sama. Komposisi yang terdapat pada

dasit ini adalah muskovit dan kuarsa. Jika disamakan dengan petrogenesa dasit
tersebut mempunyai banyak kesamaan dan keterkaitan. Dasit memiliki fenokris
kuarsa dan feldspar alkali bersama dengan plagioklas asam dan sedikit
biotit (Soedarmo, 1979).

1.6.2 PETROGENESA DASIT


Pada petrogenesa menjelaskan bahwa Dasit dalam proses pembentukannya
merupakan batuan beku yang termasuk dalam jenis vulkanik, karena dasit dalam
proses pembentukannya mengalami pendinginan magma yang cepat. Proses
terbentuknya

dasit

pada

suhu

sekitar

900C

1200C. (Arindita,

2012). Kandungan silika yang terdapat pada dasit berkisar diantara 52% 66%.
Dalam proses

pembentukannya dasit

adalah

batuan

ekstrusi

felsik yang

menengah dalam komposisi antara andesit dan riolit.


Dalam pembentukannya sering ditemukan bergabung dengan andesit, dan
membentuk aliran lava, serta tanggul. (James, 2009). Dasit banyak dipergunakan
sebagai sebagai batu ornamen dinding maupun lantai bangunan gedung atau
untuk batu belah untuk pondasi bangunan.
Persebaran dasit di Indonesia yaitu di daerah Gorontalo, Lampung, dan
daerah Tandung Kec. Pamboang (Majene) (Nouval, 2009).

1.7 OBSIDIAN

Gbr.7 Obsidian
1.7.1 DEFENISI PETROLOGIST TENTANG OBSIDIAN
adalah kaca alami yang dibentuk sebagai sebuah bebatuan. Itu dihasilkan
ketika felsik lava masih terjadi dari gunung berapi mendingin cepat melalui kaca
suhu transisi dan membeku tanpa waktu yang cukup untuk pertumbuhan kristal.
Obsidian umumnya ditemukan dalam margin aliran rhyolitic lava yang dikenal
sebagai obsidian mengalir, di mana pendinginan lava cepat. Karena kurangnya
struktur kristal, tepi blade obsidian dapat mencapai hampir molekul ketipisan,
menuju penggunaannya kuno sebagai titik-titik proyektil, dan penggunaan
modern sebagai pisau bedah pisau bedah.

1.7.2 MINERAL PENYUSUN OBSIDIAN


Obsidian mineral seperti, tapi tidak mineral sejati karena seperti kaca
bukanlah kristal; Selain itu, komposisi terlalu rumit untuk terdiri dari mineral
satu. Kadang-kadang diklasifikasikan sebagai mineraloid. Meskipun obsidian
gelap dalam warna mirip dengan batu-batu yang mafic seperti basal, komposisi
obsidian's adalah sangat felsik. Obsidian terdiri dari SiO2 (silikon dioksida),
biasanya 70% atau lebih. Batu-batu kristal dengan komposisi obsidian's termasuk
granit dan rhyolite tetangga. Karena obsidian metastabil pada permukaan bumi

(seiring waktu kaca menjadi halus kristal mineral), tidak ada obsidian telah
ditemukan yang lebih tua dari usia kapur. Ini rincian obsidian dipercepat oleh
keberadaan air. Obsidian memiliki kandungan air rendah ketika segar, biasanya
kurang dari 1% air berdasarkan berat, tetapi menjadi semakin terhidrasi ketika
terkena air tanah, membentuk perlite. Tektites sekali dianggap oleh banyak
obsidian yang dihasilkan oleh letusan gunung berapi yang lunar, meskipun
beberapa ilmuwan sekarang berpegang pada hipotesis ini.

1.8 BASALT

Gbr. 8 Basalt
1. 8.1 DEFINISI PETROLOGIST BATUAN BEKU (BASALT)
adalah batuan beku vulkanik, yang berasal dari hasil pembekuan magma
berkomposisi basa di permukaan atau dekat permukaan bumi. Biasanya membent
uk lempeng samudera didunia. Mempunyai ukuran butir yang sangat baik
sehingga kehadiran mineral mineral tidakterlihat. Basalt adalah umum ekstrusif
batuan vulkanik . Biasanya berwarna abu-abu menjadihitam dan halus karena
pendinginan yang cepat dari lava pada suhu permukaan.. Menurutdefinisi resmi ,
basal

didefinisikan

sebagai

batuan

beku

aphanitic

yang

mengandung,

volume,kurang dari 20% kuarsa dan kurang dari 10% feldspathoid dan di mana
setidaknya 65% darifelspar dalam bentuk plagioklas.Batuan Basalt lazimnya
bersifat masif dan keras, bertekstur afanitik, terdiri atas mineral gelasvulkanik,
plagioklas, piroksin. Amfibol dan mineral hitam. Kandungan mineral Vulcanik
inihanya dapat terlihat pada jenis batuan basalt yang berukuran butir kuarsa, yaitu
jenis dari batuan basalt yang bernama gabbro.
1. 8.2 TYPE BASALT
Berdasarkan komposisi kimianya, basalt dapat dibedakan menjadi dua
tipe,yaitu basalt alkali dan basalt tholeitik. Perbedaan di antara kedua tipe basalt
itu dapat dilihat darikandungan Na2O dan K2O. Untuk konsentrasi SiO2 yang

sama, basalt alkali memilikikandungan Na2O dan K2O lebih tinggi daripada
basalt tholeitik.
1.8.3 KOMPOSISI KIMIAWI
Al2O3,SiO2, TiO2, K2O, MnO2, MgO, CaO
1.8.4 CIRI BASALT
Secara petrografi, basalt alkali mengandung fenokris olivin, titaniumaugit, plagioklas dan oksida besi, serta nephelin. Sedang basalt tholeitik mengand
ung plagioklas-Ca,augit subkalsik, pigeonit (piroksin miskin Ca), gelas antar
kristal (interstitial glass) dan struktursaling tumbuh kuarsa-feldspar. Basalt
tholeitik adalah tipe basalt yang lewat jenuh(oversaturated) dengan silika, sedang
basalt alkali bersifat underaturated dengan silika yangditunjukkan dengan
kehadiran nepheline.
1.8.5 PETROGENESA BASALT :
Basalt alkali khas dijumpai di daerah kerak benua yangterangkat berbentuk
kubah (updomed continental crust) dan kerak benua yang mengalami rifting(rifted
continental crust), dan pulau-pulau oseanik seperti Hawai. Basalt tholeitik khas
dijumpai di lantai samudera, atau sebagai lava ekstrusi yang sangat besarsehingga
membentuk plateau di kerak benua, contohnya Deccan Trap di India.

1.9 DIABAS

Gbr.9 Diabas
1.9.1 DEFINISI PETROLOGIST BATUAN BEKU (DIABAS)
Batuan diabase merupakan batuan beku. Batuan beku adalah batuan yang
berasal dari pembekuan dan pendinginan magma. Pembekuan magma bisa
terjadi di bawah permukaan bumi( plutonic), pembekuan magma dekat dengan
permukaan bumi (hypabyssal) dan pembekuanmagma di permukaan bumi
(vulcanic).

1.9.2 PETROGENESA DIABAS


Batuan diabase adalah batuan beku basa yang kayakandungan Fe
dan berwarna

gelap

terbentuk

akibat tumbukan

antara lempeng

benua

denganlempeng samudera. Tumbukan tersebut menyebabkan terjadinya partial


melting batuan menjadi magma yang bersifat basa ltik (magma yang
komposisinya kaya Fe dan bersifat relatif encer). Magma basaltik ini kemudian
mengalami alih tempat menuju kerak benua bagian bawah, kemudian mengalami
fraksinasi dan diferensiasi sehingga membentuk magma diabas yang selanjutnya
tersingkap di permukaan bumi (Nur, 2011).

1.9.3 STRUKUR DIABAS


Secara petrografis batuan diabas menunjukan struktur diabasic atau ophitic
dan tersusunoleh mineral plagioklas (labradorit, bytownit), piroksen (augit,
hypersten, enstantit dan diopsid), magnetit, sedikit klorit, serisit serta mineral
karbonat. Batuan diabas termasuk langka terutama di Indonesia karena untuk
membentuk batuan jenis ini diperlukan kondisi tertentu, apalagi Indonesia
merupakan wilayah yang termasuk dalam deret busur gunungapi memiliki tipe
gunungapi kerucut sehingga magma yang dihasilkan secara umum adalah magma
andesitik (Nur, 2011).

1.9.4 KOMPOSISI KIMIA DIABAS


Batuan diabase mempunyai kandungan kuarsa 4%, feldspar (ortoklas 25%
dan plagioklas 46%) dan mineral tambahan (biotit 15% dan hornblende 10%).
Komposisi batuan diabase setara dengan gabro dan basalt dan teksturnya
kombinasidiantara keduanya. Batuan diabase merupakan batuan beku basa
(mafic igneous rock ) yang miskin kandungan silica (45-52%). Tekstur yang
dimiliki oleh batuan diabase adalah Kristal halus, kristalinitas : holokristalin,
granulitas : fenerik sedang, ukuran butiran : five-grained, euhedral.

1.10 PUMICE

Gbr.10 Pumice

1.10.1 DEFINISI PETROLOGIST PUMICE


Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang,
mengandung buih yang terbuat dari gelembung berdinding gelas, dan biasanya
disebut juga sebagai batuan gelas volkanik silikat.
1.10.2 PETROGENESA PUMICE
Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunungapi yang
mengeluarkan materialnya ke udara, kemudian mengalami transportasi secara
horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik. Batu apung mempunyai
sifat vesicular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak (berstruktur
selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di dalamnya, dan pada
umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen dalam breksi
gunungapi. Sedangkan mineral-mineral yang terdapat dalam batu apung adalah
feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, dan tridimit.

1.10.3 STRUKTURE PUMICE


Jenis batuan lainnya yang memiliki struktur fisika dan asal terbentuknya
sama dengan batu apung adalah pumicit, volkanik cinter, dan scoria.

1.10.4 KLASIFIKASI PUMICE


Didasarkan pada cara pembentukan, distribusi ukuran partikel (fragmen),
dan material asalnya, batu apung diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu:
sub-areal, sub-aqueous, new ardante, dan hasil endapan ulang (redeposit).

1.10.5 KOMPOSISI KIMIA


Sifat kimia dan fisika batu apung antara lain, yaitu: mengandung oksida
SiO2, Al2O3, Fe2O3, Na2O, K2O, MgO, CaO, TiO2, SO3, dan Cl, hilang pijar
(Loss of Ignition) 6%, pH 5, bobot isi ruah 480 960 kg/cm3, peresapan air
(water absorption) 16,67%, berat jenis 0,8 gr/cm3, hantaran suara (sound
transmission) rendah, rasio kuat tekan terhadap beban tinggi, konduktifitas panas
(thermal conductivity) rendah, dan ketahanan terhadap api sampai dengan 6 jam.
Keterdapatan batu apung selalu berkaitan dengan rangkaian gunungapi
berumur Kuarter sampai Tersier. Penyebaran meliputi daerah Serang, Sukabumi,
Pulau Lombok, dan Pulau Ternate.

1.11 PERIDOTIT
1.11.1 DEFINISI PETROLOGI PERIDOTIT
Peridotit adalah batuan beku ultra basa plutonik yang terjadi akibat
dari pembekuan magma berkomposisi ultra basa pada kedalaman jauh dibawah
permukaan bumi. Dapat diketahui apabila peridotit adalah batuan plutonik yaitu
dari ukuran kristalnya yang besar-besar.

1.11.2 KOMPOSISI MINERAL


Batu ini berwarna gelap agak kehijauan karena Olivin sebagai mineral
mayoritas yang menyusun batuan ini. Kunci untuk mengetahui bahwa suatu
batuan adalah peridotit yaitu apabila perbandingan komposisi antara mineral
Olivin dan Piroksen pada batuan tersebut adalah sekitar 70% : 30%. Apabila
kandungan Olivinnya > 90% maka batuan itu sudah digolongkan sebagai
Dunite. Batuan peridotit bernilai ekonomis tinggi karena peridotit adalah batuan
induk bijihnikel.
Menurut Vinogradov batuan ultra basa rata-rata mempunyai kandungan
nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal
mineral olivin danpiroksin. Berdasarkan sifatnya yang fleksibel, tidak berubah
bila terkena udara, ketahanannya terhadap oksidasi dan kemampuannya untuk
mempertahankan sifat- sifat aslinya pada suhu ekstrim, nikel banyak digunakan
dalam sektor industri. Sekitar 70% dari produksi nikel digunakan untuk
produksi stainless steel.

1.11.3 PETROGENESA PERIDOTIT


Berdasarkan warna batuan yaitu gelap (ultramafic) maka batuan ini
bersifat ultrabasa, sedangkan dari teksturnya yang holokristalin dan mempunyai
ukuran butir fanerik sedang maka batuan ini termasuk jenis batuan plutonik
yang membeku jauh dibawah permukaan bumi.

BAB II
DESKRIPSI DAN PETROGENESIS BATUAN BEKU

2.1 GRANIT

Orthoclase

Quartz

Biotite

Muscovite

Deskripsi
Warna

: Putih Kemerahan

Tekstur

: Fanerik

Struktur

: Masif

Komposisi

Tingkat Visualisasi Granuralitas


Tingkat Kristalisasi
Tingkat Keseragaman Butir
Bentuk Kristal

: Tersusun

atas

mineral-mineral

: Fanerik
: Holokristalin
: Berbutir sangat kasar
: Euhedral
Felsic

(Quarsa,

Orthoclase,

Muscovite) dan sedikit mineral mafic (Biotite).


Jenis Batuan : Batuan Beku Asam
Nama Batuan : Granite
Petrogenesa

: Granit adalah batuan beku plutonik, terbentuk oleh magmayang bersifat


asam. Biasanya berstruktur masif, bertekstrur porfiritik,tersusun atas
mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas,biotit, dan hornblende.Umumnya
berwarna coklat, merah jambu, sedikit hitam

Mineral Penyusun Batuan Beku (Granite)

1. Orthoclase

Warna
: putih, kekuningan, merah muda, coklat, atau hijau
Kilap
: Mutiara
Kekerasan
:6
Cerat
: Putih
Belahan : sempurna satu arah
Pecahan : konkoidal
Sifat Dalam
: Kemagnetan
: Diamagnetic
Sifat Lain
: Transulen, tetapi biasanya transuln hingga opak
2. Quartz

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
3. Muscovite

: Putih
: Kaca
:7
: Putih
: Tidak ada
: Concoidal
: Brittle
: Tidak ada
:-

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
4. Biotit

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain

: Tak Berwarna
: Kaca
: 2,5 - 4
: Putih
: Sempurna
: even
:: Tidak ada
: Elastis

: Hitam kecoklatan
: Kaca
: 2,5
: Putih
: Sempurna
::: Diamagnetic
: Elastis

2.2 DIORIT

Plagioklas

Piroksen

Hornblende

Orthoclase

Deskripsi
Warna

: Abu-abu

Tekstur

: Fanerik

Struktur

: Masif

Komposisi

Tingkat Visualisasi Granuralitas


Tingkat Kristalisasi
Tingkat Keseragaman Butir
Bentuk Kristal

: Tersusun

atas

mineral-mineral

: Fanerik
: Holokristalin
: Berbutir sangat kasar
: Euhedral
Mafic

(Plagioklase,

Piroksin,

Horblende) dan Mineral Felsic (Alkali Feldspar dan sedikit Quarsa).


Jenis Batuan : Batuan Beku Intermediate
Nama Batuan : Diorite
Petrogenesa

: Diorit merupakan batuan beku intrusif hasil dari pembekuan magma


yang bersifat intermediate. Oleh karena itu, mineral-mineral yang
terdapat pada batuan ini didominasi mineral-mineral perpaduan
antara mineral mafic dan fesic seperti Plagioklase, dan Alkali
Feldspar.

Mineral Penyusun Batuan Beku (DIORIT)


1. Plagioklase

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
2. Piroksen

: Putih keruh
: Kaca
:6
: Putih
: 2 arah
: Tidak rata
: Brittle
: Diamagnetic
:-

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
3. Orthoclase

: Hitam, hitam kehijauan.


: Kaca
: 5-6,5
: Putih
: 2 arah
: Kolom
: Brittle
: Feromagnetic
:-

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
4. Hornblende

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain

: putih, kekuningan, merah muda, coklat, atau hijau


: Mutiara
:6
: Putih
: sempurna satu arah
: konkoidal
:: Diamagnetic
: Transulen, tetapi biasanya transuln hingga opak

: Hitam sampai hijau gelap


: Kaca
: 5-6
: Coklat sampai Abu-abu
: Tidak sempurna
: Tidak rata
:: Ferromagnetic
:-

2.3 GABRO

Plagioklas

Olivin

Hornblende

Piroksen

Deskripsi
Warna

: Abu-abu

Tekstur

: Fanerik

Struktur

: Masif

Komposisi

Tingkat Visualisasi Granuralitas


Tingkat Kristalisasi
Tingkat Keseragaman Butir
Bentuk Kristal

: Fanerik
: Holokristalin
: Berbutir sangat kasar
: Euhedral

: Tersusun atas mineral-mineral Mafic (Plagioklase, Olivin, Piroksen,


Horblende)

Jenis Batuan : Batuan Beku Basa


Nama Batuan : Gabro
Petroganesa

: Terbentuk dari proses pembenkuan magma yang sangat lambat di


dalam bumi sehingga kristal mineralnya terbentuk secara sempurna,
dengan komposisi magma basa.

Mineral Penyusun Batuan Beku (GABRO)

1. Plagioklase

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
2. Piroksen

3.

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
Hornblende

: Putih keruh
: Kaca
:6
: Putih
: 2 arah
: Tidak rata
: Brittle
: Diamagnetic
:-

: Hitam, hitam kehijauan.


: Kaca
: 5-6,5
: Putih
: 2 arah
: Kolom
: Brittle
: Feromagnetic
:-

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
4. Olivin

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain

: Hitam sampai hijau gelap


: Kaca
: 5-6
: Coklat sampai Abu-abu
: Tidak sempurna
: Tidak rata
:: Ferromagnetic
:-

.
: hijau-pudar (olive-green)
: Kaca
: 5-6
: Putih
: Tidak jelas
: Concoidal
:: Paramagnetic
:-

2.4 ANDESIT

Piroksen

Hornblende

Deskripsi
Warna

: Abu-abu

Tekstur

: Afanitik

Struktur

: Masif

Biotite

Orthoclase

Plagioklase

Quarsa

Komposisi

Tingkat Visualisasi Granuralitas


Tingkat Kristalisasi
Tingkat Keseragaman Butir
Bentuk Kristal

: Afanitik
: Hipokristalin
: Berbutir halus
: Subhedral

: Tersusun atas mineral-mineral Mafic (Piroksen, Hornblende, Biotite)


dan Mineral Felsic (Plagioklase, Orthoclase, quarsa)

Jenis Batuan : Batuan Beku intermediate


Nama Batuan : Andesit
Ganesa

: Andesite berasal dari Magma yang biasanya meletus dari


stratovolcanoes pada lahar tebal yang mengalir, beberapa diantaranya
penyebarannya dapat mencapai beberapa kilometer. Magma Andesite
dapat juga menghasilkan letusan seperti bahan peledak yang kuat
yang kemudian membentuk arus pyroclastic dan surges dan suatu
kolom letusan yang sangat besar. Andesites terbentuk pada
temperatur antara 900 dan 1,100 derajat Celsius.

Mineral Penyusun Batuan Beku (ANDESIT)


1. Piroksen

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
2. Hornblende

: Hitam, hitam kehijauan.


: Kaca
: 5-6,5
: Putih
: 2 arah
: Kolom
: Brittle
: Feromagnetic
:-

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
Biotit

Warna
: hitam
kilap
: mutiara
cerat
: putih
kekerasan
: 2,5
bentuk
: kristalin
struktur
: tabular
belahan
: 1 arah
pecahan
: tidak rata
kemagnetan : paramagneti
sifat dalam
: lastic
transparasi
: opaque
rumus kimianya adalah K(Mg,Fe)3AlSi3O10(F,OH)2
Orthoclase

3.

4.

: Hitam sampai hijau gelap


: Kaca
: 5-6
: Coklat sampai Abu-abu
: Tidak sempurna
: Tidak rata
:: Ferromagnetic
:-

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
5. Plagioklase

: putih, kekuningan, merah muda, coklat, atau hijau


: Mutiara
:6
: Putih
: sempurna satu arah
: konkoidal
:: Diamagnetic
: Transulen, tetapi biasanya transuln hingga opak

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
6. Quartz

: Putih keruh
: Kaca
:6
: Putih
: 2 arah
: Tidak rata
: Brittle
: Diamagnetic
:-

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain

: Putih
: Kaca
:7
: Putih
: Tidak ada
: Concoidal
: Brittle
: Tidak ada
:-

2.5 BASALT

Plagioklas

Olivin

Hornblende

Piroksen

Deskripsi
Warna

: Hitam

Tekstur

: Afanitik

Struktur

: Masif

Komposisi

Tingkat Visualisasi Granuralitas


Tingkat Kristalisasi
Tingkat Keseragaman Butir
Bentuk Kristal

: Afanitik
: Hipokristalin
: Berbutir halus
: Subhedral

: Tersusun atas mineral-mineral Mafic (Plagioklase, Olivin, Piroksen,


Horblende)

Jenis Batuan : Batuan Beku Basa


Nama Batuan : Basalt
Genesis

: Basalt adalah batuan beku vulkanik, yang terjadi dari hasil


pembekuan magma berkomposisi basa di permukaan atau dekat
permukaan bumi. Umumnya bersifat masif dan keras, bertekstur
afanitik, terdiri atas mineral gelas vulkanik, plagioklas, piroksin.
Amfibol dan mineral hitam

Mineral Penyusun Batuan Beku (BASALT)

1. Plagioklase

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
2. Piroksen

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain

: Putih keruh
: Kaca
:6
: Putih
: 2 arah
: Tidak rata
: Brittle
: Diamagnetic
:-

: Hitam, hitam kehijauan.


: Kaca
: 5-6,5
: Putih
: 2 arah
: Kolom
: Brittle
: Feromagnetic
:-

3.

Hornblende

Warna
Kilap

: Hitam sampai hijau gelap


: Kaca

Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
4. Olivin

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain

: 5-6
: Coklat sampai Abu-abu
: Tidak sempurna
: Tidak rata
:: Ferromagnetic
:-

.
: hijau-pudar (olive-green)
: Kaca
: 5-6
: Putih
: Tidak jelas
: Concoidal
:: Paramagnetic
:-

2.6 Ryolit

Orthoclase
Deskripsi

Quartz

Plagioklas

Biotite

Warna

: Putih, Putih Kekuningan

Tekstur

: Afanitik

Struktur

: Masif

Komposisi

Tingkat Visualisasi Granuralitas


Tingkat Kristalisasi
Tingkat Keseragaman Butir
Bentuk Kristal

: Tersusun

atas

mineral-mineral

: Afanitik
: Hipokristalin
: Berbutir Halus
: Subhedral
Felsic

(Quarsa,

Orthoclase,

Muscovite) dan sedikit mineral mafic (Biotite).


Jenis Batuan : Batuan Beku Asam
Nama Batuan : Ryolite
Petrogenesa

: Ryolite adalah batuan beku ekstursif, terbentuk oleh magma yang bersifat
asam. Biasanya berstruktur masif, bertekstrur porfiritik,tersusun atas
mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas,biotit, dan hornblende.Umumnya
berwarna Putih, putih kekuningan.

Mineral Penyusun Batuan Beku (RIOLIT)


1. Orthoclase

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain

: putih, kekuningan, merah muda, coklat, atau hijau


: Mutiara
:6
: Putih
: sempurna satu arah
: konkoidal
:: Diamagnetic
: Transulen, tetapi biasanya transuln hingga opak

2. Plagioklase

3.

4.

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
Quartz

Biotit

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain

Warna

: Putih keruh
: Kaca
:6
: Putih
: 2 arah
: Tidak rata
: Brittle
: Diamagnetic
:-

: Putih
: Kaca
:7
: Putih
: Tidak ada
: Concoidal
: Brittle
: Tidak ada
:-

: Hitam kecoklatan

Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain

: Kaca
: 2,5
: Putih
: Sempurna
::: Diamagnetic
: Elastis

2.7 DASIT

Plagioklase

Hornblende

Quarsa

Alkali Feldspar

Deskripsi
Warna

: Abu-abu

Tekstur

: Afanitik

Struktur

: Masif

Komposisi

Tingkat Visualisasi Granuralitas


Tingkat Kristalisasi
Tingkat Keseragaman Butir
Bentuk Kristal

: Afanitik
: Hipokristalin
: Equigranular
: Subhedral

: Plagioklas 45%, Hornblende 20%, Quartz 15 %, Alkali Feldspar 20%

Jenis Batuan : Batuan Beku Intermediate


Nama Batuan : Dasit
Petrogenesa

: Dasit merupakan batuan beku yang termasuk dalam jenis vulkanik,


karena dasit dalam proses pembentukannya mengalami pendinginan

magma

yang

cepat.

Proses

terbentuknya

dasit

suhu sekitar 900C 1200C. (Bishop & Hamilton, 1999).

Mineral-mineral penyusun DASIT


1. Plagioklase

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
Hornblende

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam

: Putih keruh
: Kaca
:6
: Putih
: 2 arah
: Tidak rata
: Brittle
: Diamagnetic
:-

: Hitam sampai hijau gelap


: Kaca
: 5-6
: Coklat sampai Abu-abu
: Tidak sempurna
: Tidak rata
:-

pada

Kemagnetan : Ferromagnetic
Sifat Lain
:Quartz

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
Orthoclase

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain

: Putih
: Kaca
:7
: Putih
: Tidak ada
: Concoidal
: Brittle
: Tidak ada
:-

: putih, kekuningan, merah muda, coklat, atau hijau


: Mutiara
:6
: Putih
: sempurna satu arah
: konkoidal
:: Diamagnetic
: Transulen, tetapi biasanya transuln hingga opak

2.8 DIABAS

Plagioklase

Hornblende

Orthoclase

Biotit

Quarsa

Deskripsi
Warna

: Hitam Keabu-abuan

Tekstur

: Fanerik

Struktur

: Masif

Komposisi

Tingkat Visualisasi Granuralitas


Tingkat Kristalisasi
Tingkat Keseragaman Butir
Bentuk Kristal

: Fanerik Sedang
: Holokristalin
: inequigranular
: Subhedral

: Plagioklas 46%, Hornblende 10%, Quartz 4 %, orthoclase 25%, biotit


15%,

Jenis Batuan : Batuan Beku Basa


Nama Batuan : Diabas
Petrogenesa

: Terbentuk akibat tumbukan antara lempeng benua denganlempeng


samudera. Tumbukan tersebut menyebabkan terjadinya partial
melting batuan menjadi magma yang bersifat basa ltik (magma yang
komposisinya kaya Fe dan bersifat relatif encer). Magma basaltik ini
kemudian mengalami alih tempat menuju kerak benua bagian bawah,
kemudian mengalami fraksinasi dan diferensiasi sehingga
membentuk magma diabas yang selanjutnya tersingkap di permukaan
bumi (Nur, 2011).

Mineral-mineral penyusun batuan beku DIABAS :

1. Plagioklase

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
Hornblende

: Putih keruh
: Kaca
:6
: Putih
: 2 arah
: Tidak rata
: Brittle
: Diamagnetic
:-

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
Quartz

: Hitam sampai hijau gelap


: Kaca
: 5-6
: Coklat sampai Abu-abu
: Tidak sempurna
: Tidak rata
:: Ferromagnetic
:-

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
Orthoclase

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
5. Biotit

: Putih
: Kaca
:7
: Putih
: Tidak ada
: Concoidal
: Brittle
: Tidak ada
:-

: putih, kekuningan, merah muda, coklat, atau hijau


: Mutiara
:6
: Putih
: sempurna satu arah
: konkoidal
:: Diamagnetic
: Transulen, tetapi biasanya transuln hingga opak

Warna
: hitam
kilap
: mutiara
cerat
: putih
kekerasan
: 2,5
bentuk
: kristalin
struktur
: tabular
belahan
: 1 arah
pecahan
: tidak rata
kemagnetan : paramagneti
sifat dalam
: lastic
transparasi
: opaque
rumus kimianya adalah K(Mg,Fe)3AlSi3O10(F,OH)2

2.9 OBSIDIAN

Deskripsi
Warna

: Hitam

Tekstur

: Glassy

Struktur

: Masif

Komposisi

Tingkat Visualisasi Granuralitas


Tingkat Kristalisasi
Tingkat Keseragaman Butir
Bentuk Kristal

:: Holohialin
::-

: tersusun atas mineral gelas

Jenis Batuan : Batuan Beku Luar


Nama Batuan : Obsdian
Petrogenesa

:Terbentuk akibat pembekuan magma secara cepat yang terjadi


dipermukaan sehingga mengakibatkan kristal mineral tidak sempat
terbentuk sehingga memilili bentuk Amorf.

2.10 SYENIT

Quarsa

Plagioklase

Deskripsi
Warna

: Perak Keabu-abuan

Tekstur

: Fanerik

Struktur

: Masif

Komposisi

Tingkat Visualisasi Granuralitas


Tingkat Kristalisasi
Tingkat Keseragaman Butir
Bentuk Kristal

: Fanerik sedang
: Hipokristalin
: Hipidiomorphic Granular
: Euhedral-Subhedral

: Tersusun atas mineral-mineral quarsa dan plagioklase

Jenis Batuan : Batuan Beku Asam


Nama Batuan : Syenit
Petrogenesa

: Terbentuk dari pembekuan magma yang terjadi secara lambat


sehingga menghasilkan kristal yang Euhedral sampai Subhedral,
terbentuk dari magma yang berkomposisi asam di tandai dengan di
dominasinya mineral quarsa pada batuan tersebut.

Mineral Penyusun Dari Syenit


1. Kuarsa

Warna : Tak-berwarna sampai putih


Sistem kristal : Trigonal.
Goresan : Putih.
Belahan : Tak-ada ;
Pecahan: konkoidal.
Kekerasan : 7
Berat jenis : 2,65
Rumus Kimia: SiO2

2. Plagioklase

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain

2.11 PERIDOTITE

: Putih keruh
: Kaca
:6
: Putih
: 2 arah
: Tidak rata
: Brittle
: Diamagnetic
:-

Olivin

Piroksen

Plagioklase

Deskripsi
Warna

: Hitam Kehijauan

Tekstur

: Fanerik

Struktur

: Masif

Komposisi

Tingkat Visualisasi Granuralitas


Tingkat Kristalisasi
Tingkat Keseragaman Butir
Bentuk Kristal

: Fanerik sedang
: Holokristalin
: Hipidiomorphic Granular
: Euhedral-Subhedral

: Tersusun atas mineral-mineral mafic seperti Olivin, Piroksen, dan


Plagioklase

Jenis Batuan : Batuan Beku Ultrabasa


Nama Batuan : Peridotit
Petrogenesa

: Berdasarkan warna batuan yaitu gelap (ultramafic) maka batuan ini


bersifat ultrabasa, sedangkan dari teksturnya yang holokristalin dan
mempunyai ukuran butir fanerik sedang maka batuan ini termasuk
jenis batuan plutonik yang membeku jauh dibawah permukaan bumi.

Mineral-mineral penyusun PERIDOTIT :


b. Plagioklase

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain
c. Piroksen

6. Warna
7. Kilap
8. Kekerasan
9. Cerat
10. Belahan
11. Pecahan
12. Sifat Dalam
13. Kemagnetan
14. Sifat Lain

: Putih keruh
: Kaca
:6
: Putih
: 2 arah
: Tidak rata
: Brittle
: Diamagnetic
:-

: Hitam, hitam kehijauan.


: Kaca
: 5-6,5
: Putih
: 2 arah
: Kolom
: Brittle
: Feromagnetic
:-

3. Olivin

Warna
Kilap
Kekerasan
Cerat
Belahan
Pecahan
Sifat Dalam
Kemagnetan
Sifat Lain

.
: hijau-pudar (olive-green)
: Kaca
: 5-6
: Putih
: Tidak jelas
: Concoidal
:: Paramagnetic
:-

BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Dari penjelasan yang ada di atas mengenai batuan beku dan batuan gunung
api saya dapat mengambil beberapa kesimpulan dari pokok bahahasan di atas
diantaanya :
Dalam istilah bahasa Inggris, batuan beku dinamakan sebagai igneous rocks
yang artinya batuan pijar. Ignis berarti api dan rocks adalah batuan. Oleh
karena itu beberapa ahli ada yang menyebutnya sebagai batuan pijar, karena
material dari batu ini berasal langsung dari magma
Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan beku.
Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut batuan
beku dalam atau batuan beku plutonik.
Batuan beku intrusif mempunyai karakteristik diantaranya, pendinginannya
sangat lambat (dapat sampai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristalkristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku
intrusif.

Tubuh batuan intrusi dapat berupa batholith, stock, boss, sill, dyke, lapolith,
maupun lacolith.
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dipermukaan bumi.
Batuan beku ekstrusif mempunyai beberapa strukture diantaranya : Sheeting
Joint, Columnar Joint, Structure Aliran, Vesikuler, pillow lava, dan
amigdoloidal.
Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral
penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adalah
dari senyawa oksidanya, sepreti SiO2, TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO, MnO, MgO,
CaO, Na2O, K2O, H2O+, P2O5, dari persentase setiap senyawa kimia dapat
mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan meineral.
Berdasarkan kandungan kuarsa, alkali feldspar dan feldspatoid :
a) Batuan Felsik
: Dominan felsik mineral, biasanya berwarna cerah.
b) Batuan Mafik
: Dominan mineral mafik, biasanya berwarna gelap.
c) Batuan Ultramafik : 90% terdiri dari mineral mafik
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat
mencrminkan sejarah pembentukan batuan dari pada atas dasar kimia
Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya.mineral
penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya
sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali
untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan. Batuan beku yang berwarna
cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun atas mineral-mineral
felsik,misalnya kuarsa, potash feldsfar dan muskovit.
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang
berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada
pengamatan dalam skala besar atau singkapan dilapangan.
Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineral yang
ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir,
granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan
berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur
berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur
merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum, dan sesudah kristalisasi.
Batuan piroklastika adalah suatu batuan yang berasal dari letusan gunungapi,
sehingga merupakan hasil pembatuan daripada bahan hamburan atau pecahan
magma yang dilontarkan dari dalam bumi ke permukaan.
Endapan piroklastik mulanya terjadi akibat adanya jatuhan pada saat gunung
api meletus, dan pada saat pengendapan memiliki ukuran ketebalan yang sama
pada endapannya.

Proses pembentukan batuan piroklastik diawali oleh meletusnya gunungapi,


mengeluarkan magma dari dalam bumi diakibatkan dari energi yang sangat
besar yaitu gaya endogen dari pusat bumi. Magma yang dikeluarkan oleh
gunung itu terhempas ke udara, sehingga magma tersebut membeku dan
membentuk gumpalan yang mengeras (yang kemudian disebut batu).
Piroklastik Jatuhan (Fall) endapan jatuhan piroklastik yang terjadi dari letusan
gunung api yang meledak yang kemudian terlempar pada suatu permukaan,
memiliki ketebalan endapan yang relative berukuran sama.
Piroklastik Aliran (Flow) endapan piroklastik yang umumnya mengalir
kebawah dari pusat letusan gunung api yang memiliki kecepatan tinggi pada
saat adanya longsoran. Endapan aliran ini berisikan batu yang berukuran
bongkah dan abu.

DAFTAR PUSTAKA
http://yusufprdpt.blogspot.com/2014/05/peridotit.html (Diakses Tgl 5/04/15)
rizqigeos.blogspot.com/2013/04/batuan-beku_3785.html/ (Diakses Tgl 5/04/15)
https://ptbudie.wordpress.com/category/basic-geology/.../batuan-beku/
(Diakses Tgl 5/04/15)
muhammadiqbal634.blogspot.com/p/blog-page.html (Diakses Tgl 5/04/15)
teguhgeost.blogspot.com/.../batuan-beku-dan-batuan-gunung-api-yang.html
(Diakses Tgl 5/04/15)
petrolab.atspace.com/Granit.html (Diakses Tgl 5/04/15)
nationalinks.blogspot.com/.../gambar-genesa-kegunaan-granite-atau.html
(Diakses Tgl 5/04/15)
eprints.ucm.es/12422/1/CMP08_1.pdf (Diakses Tgl 5/04/15)
https://id.scribd.com/doc/174761205/deskripsi-diabas (Diakses Tgl 7/04/15)
https://id.scribd.com/doc/211818121/BATUAN-DIABASE (Diakses Tgl 6/04/15)
https://wingmanarrows.wordpress.com/geological/petrologi/batuan-beku/
(Diakses Tgl 5/04/15)
id.wikipedia.org/wiki/Batuan_beku (Diakses Tgl 7/04/15)
bandisetiadijagoan27.blogspot.com/.../mineral-pembentuk-batuan-beku.html
(Diakses Tgl 6/04/15)

Вам также может понравиться