Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Gambar 1. Skeleton
b. Tulang
tulang)
22 tulang
cranial
facial
2. Tulang
tengah
3. Tulang hyoid
(8
(13
telinga
Frontal (1 tulang)
Parietal (2 tulang)
Occipital (1 tulang)
Temporal (2 tulang)
Sphenoid (1 tulang)
Ethmoid (1 orang)
Maksila (2 tulang)
Palatine (2 tulang)
Zygomatic (2 tulang)
Lacrimal (2 tulang)
Nasal (2 tulang)
Mandibula (1 tulang)
Malleus (2 tulang)
Incus (2 tulang)
Stapes (2 tulang)
6 tulang
1 tulang
4. Columna vertebrae
5. Tulang
thorax
rongga
Cervical (7 tulang)
Lumbal (5 tulang)
Sternum (1 tulang)
26 tulang
25 tulang
2. Ekstremitas atas
Scapula (2 tulang)
Clavicula (2 tulang)
Humerus (2 tulang)
Radius (2 tulang)
Ulna (2 tulang)
4 tulang
60 tulang
3. Pelvic girdle
2 tulang
4. Ekstremitas bawah
Femur (2 tulang)
60 tulang
Tibia (2 tulang)
Fibula (2 tulang)
Patella (2 tulang)
Total
206
tulang
dan
Ossa brevia (tulang pendek) tulang yang ketiga ukurannya kirakira sama besar, contoh : Os. Carpal.
2. Otot
Gambar 2. Otot
Ada tiga jenis jaringan otot yang dapat dibedakan atas dasar
strukturnya dan ciri fiologis, yaitu :
a. Otot polos (smooth muscle/involuntary muscle)
Ciri-ciri :
c. Otot Jantung
Ciri-ciri:
3. Sendi
Sendi adalah pertemuan antara dua atau lebih dari tulang rangka.
Jenis-jenis sendi berdasarkan strukturnya, adalah :
a. Sendi fibrosa (sinartrodial)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang
dihubungkan oleh serat-serat kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya
terikat misalnya sutura tulang tengkorak.
b. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan
dihubungkan oleh jaringan fibrosa kuat yang tertanam kedalam
kartilago misalnya antara korpus vertebra dan simfisis pubis. Sendi
ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit bebas.
5. Ligament
Ligament adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih,
mengilat, fleksibel mengikat sendi menjadi satu dan menghubungkan
tulang dengan kartilago. Ligamen bersifat elastis sehingga membantu
fleksibilitas sendi dan mendukung sendi. Selain itu, beberapa memiliki
fungsi protektif. Misalnya, ligamen antarvertebra sebagai pencegah
terjadinya kerusakan medula spinalis saat punggung bergerak.
6. Kartilago
Kartilago adalah jaringan penyambung yang tidak mempunyai
vaskuler, yang terletak terutama di sendi dan tokars, trakhea, laring,
hidung, dan telinga. Bayi mempunyai sejumlah besar kartilago
temporer, yang akan digantikan oleh perkembangan tulang selama
masa bayi. Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi kecuali pada
lansia dan penyakit, seperti osteoartritis.
b. Saraf Spinal
Saraf spinal diberi nama sesuai dengan foramen
intervertrabra tempat keluarnya saraf-saraf spinal tersebut,
kecuali saraf servikal pertama yang keluar di antara tulang
oksipital dan vertrebra servikal pertama. Saraf-saraf spinal
tersebut adalah 8 pasang saraf servikal, 12 pasang saraf
torakalis, 5 pasang saraf lumbalis, 5 pasang saraf sakralis, dan 1
pasang saraf koksigis.
2. Saraf Autonom
Tidak diatur oleh cerebrum, sebagian besar organ menerima
seperangkat ganda saraf otonom, ujung akson masing masing
serabut, mengeluarkan zat transmitter, impuls motor mencapai
organ efektor dari otak dan sumsum tulang tulang belakang(neuron
preganglion & post ganglion), badan sel neuron postganglion saraf
simpatis terletak di dekat sumsum tulang belakang, parasimpatis
terletak di dekat atau dalam organ yang dilayani, bekerja secara
antagonis.
a. Saraf Simpatis
a. Posisi fowler
Adalah posisi di tempat tidur dengan kepala dan tubuh
ditinggikan dan lutut dapat fleksi atau tidak fleksi. Posisi fowler
dapat mengacu pada peninggian bagian atas tubuh pada fleksi
lutut.
c. Sistem Kardiovaskular
Efek imobilisasi pada sistem kardiovaskular meliputi
hipotensi
ortostatik,
peningkatan
beban
jantung,
dan
pembentukan trombus. Terapi keperawatan diciptakan untuk
meminimalkan atau mencegah gangguan tersebut.
d. Sistem Muskuloskeletal
Klien imobilisasi harus mendapatkan latihan untuk
mencegah atrofi dan kontraktur sendi. Pada latihan gerak,
lakukan latihan untuk semua sendi yang imobilisasi ketika
memandikan klien minimal dua atau tiga kali sehari. Sebelum
memulai program, lakukan latihan pemanasan terlebih dahulu
kecuali pada mereka yang kontraindikasi.
e. Sistem Integumen
Risiko utama pada kulit akibat keterbatasan mobilisasi
adalah dekubitus. Oleh karena itu, lakukan intervensi
keperawatan untuk mencegah pelukaan dikubitus dengan
mengubah posisi pasien secara rutin atau dengan intervensi lain.
f. Sistem Eliminasi
Intervensi diberikan bertujuan untuk mempertahankan
fungsi optimal pada perkemihan, menjaga hidrasi klien dengan
baik tanpa menyebabkan distensi kandung kemih dan mencegah
stasis urine, terbentuk batu, dan infeksi.
Hidrasi yang adekuat (2000 3000 ml cairan perhari)
mencegah pembentukan batu ginjal dan infeksi saluran kemih.
Sedangkan, untuk mencegah distensi kandung kemih, perawat
mengkaji frekuensi dan jumlah keluaran urin.jika klien tidak bisa
mengontrol eliminasi urin secara sadar, maka perawat harus
memasukkan kateter sementara atau menetap untuk mencegah
distensi.
g. Perubahan Psikososial
Orang yang cenderung depresi atau suasana hati yang tidak
menentu berisiko tinggi mengalami efek psikososial selama
imobilisasi. Perawat harus mengantisipasi perubahan status
psikososial klien. Perawat bisa bersosialisasi secara informal,
sehingga klien dapat berbicara dan berinteraksi dengan perawat.
Jika memungkinkan, klien dapat ditempatkan di ruangan yang
terdapat orang lain yang dapat mobilisasi dan berinteraksi.
h. Perubahan Perkembangan
Asuhan keperawatan harus mendukung stimulasi mental
dan fisik. Pada anak-anak, aktivitas bermain dapat dimasukkan
ke dalam rencana keperawatan. Perawat juga dapat meminta
partisipasi anak dalam melakukan aktivitas keperawatan agar
mereka dapat berinteraksi.
Sedangkan pada lansia tidak aktif, lebih besar risiko
bingung, depresi, dan disorientasi akibat dari imobilisasi. Asuhan
keperawatan harus meningkatkan aktivitas klien lansia, dapat
dengan ROM atau dengan melakukan aktivitas sehari-hari seperti
mengganti baju secara mandiri.
2. Keseimbangan Tubuh
Kesejajaran
tubuh
menunjang
keseimbangan
tubuh.
keseimbangan
diperlukan
untuk
mempertahankan
posisi,
memperoleh kestabilan selama bergerak dari satu posisi ke posisi
lainnya, dan bergerak bebas di komunitas.
3. Koordinasi Gerakan Tubuh
Friksi adalah gaya yang muncul dengan arah gerakan yang
berlawanan dengan gerakan benda. Jika perawat bergerak,
berpindah atau menggerakan klien di atas tempat tidur maka akan
terjadi friksi. Klien pasif akan menghasilkan friksi yang lebih besar
untuk bergerak. Bila memungkinkan, perawat menggunakan
kekuatan dan gerakan klien saat mengangkat, memindahkan, atau
mengerakkan klien di atas tempat tidur.
Friksi dapat juga dikurangi dengan mengangkat bukan
mendorong klien. Mengangkat merupakan komponen gerakan ke
atas dan mengurangi tekanan antara klien dan tempat tidur atau
kursi. Pemakaian kain seprai yang dapat ditarik mampu mengurangi
friksi.