Вы находитесь на странице: 1из 30

Fisiologi Kehamilan dan Pemeriksaan Terkait

Disusun oleh :
Mellyana Fransisca Tamirin
112014051
Pembimbing: dr Intan R Silitonga ,SpOG. MKes

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Obstetri Ginekologi


Rumah Sakit Rajawali
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Tahun 2015

BAB I
A. Pendahuluan
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Kehamilan adalah periode dimana ovum telah dibuahi dan berkembang didalam uterus
mengalami proses diferenseasi dan uterus berkembang sampai bisa menunjang sendiri
kehidupan diluar uterus.
Antenatal Care adalah serangkaian observasi pada ibu dan janin, guna mendeteksi dan
menyelidiki faktor resiko penyimpangan dari normal kesejahteraan ibu dan pertumbuhan
janin. Termasuk konseling dan persiapan untuk persalinan dan perawatan bayi.
B.

Tujuan

Tujuan Umum
Setelah menyusun makalah ini diharapkan memahami mengenai fisiologi kehamilan dan
pemeriksaan terkait pada kehamilan.
C.

Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini penulis menggunakan metode studi
literature, adapun teknik yang digunakan yaitu studi kepustakaan dengan mempelajari buku
buku, browsing internet dan sumber buku lain untuk mendapatkan data dalam pembuatan
makalah ini.
D.

Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman pembaca akan makalah ilmiah ini, maka disusun secara
sistematis menjadi :
BAB I

: Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan, metode penulisan dan

sistematika penulisan.
BAB II

: Teori mengenai fisiologi kehamilan dan pemeriksaan terkait

BAB III

: Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran

BAB II
TINJAUAN TEORI
Konsep Kehamilan
Kehamilan adalah peristiwa yang dimulai dari konsepsi (pembuahan) dan berakhir
dengan permulaan persalinan.
Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan keturuhan yang
terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh didalam rahim ibu, selanjutnya dapat
dijelaskan tingkat pertumbuhan dan besarnya janin seusia kehamilan, pada saat dilakukan
pemeriksaan kehamilan.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari haid pertama haid terakhir (di
mulai dari konsepsi) sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke 7 sampai 9 bulan.
Proses terjadinya kehamilan karena bertemunya sel telur dan sel sperma maka
terjadilah pembuahan.
Kehamilan adalah proses pemeliharaan janin dalam kandungan yang disebabkan
pembuahan sel telur oleh sel sperma.1

Proses Kehamilan
A.Proses Ovulasi
Ovulasi adalah peristiwa dilepaskannya ovum atau sel telur yang sudah matang dari
ovarium. Proses ovulasi terjadi apabila alat kelamin betina sudah mencapai dewasa kelamin.
Ovulasi terjadi dalam siklus yang teratur yaitu satu kali siklus (daur menstruasi ). Pada
manusia biasanya terjadi kira-kira 14 hari atau biasanya satu hari sebelum menstruasi
berikutnya terjadi.
Selain itu ovulasi juga dipengaruhi oleh pengaruh hormonal yaitu dibawah pengaruh
FSH dan LH.
Setiap bulan sebuah telur dilepaskan dari saluran tuba wanita. Telur inilah yang dapat
membuat seorang wanita hamil. Proses ini sangat penting bagi seorang wanita yang berpikir
untuk memiliki keluarga. Interaksi antara otak dan ovarium memulai proses ini. Hipotalamus

adalah bagian dari otak yang menghasilkan hormon yang disebut GnRH (gonadotropin
releasing hormone). Hormon dikirim ke kelenjar pituitari untuk mengatakan bahwa tubuh
siap untuk masuk ke siklus ovulasi. Hipofisis kemudian menyampaikan utusan bahwa
ovarium boleh pergi ke depan dan melepaskan telur.
Jika wanita berada di bawah tekanan atau GnRH cukup sedikit dikirim oleh hipotalamus.
Dengan demikian menunjukkan kurang memadainya dilangsungkan kehamilan, otak tahu
bahwa tubuh tidak akan mampu menahan tekanan untuk impantasi bayi.

Gambar1 : proses ovulasi


Kelenjar hipofisis mengirim pesan ke ovarium untuk melepaskan telur. Telur dalam
folikel menghasilkan estrogen. Peningkatan tingkat estrogen kelenjar hipofisis yang siap
untuk siklus ovulasi.
Setelah hipofisis terpicu oleh peningkatan tingkat estrogen, LH dilepaskan
dalam jumlah besar. Lonjakan LH ini seperti disebut adalah isyarat untuk folikel
untuk melepaskan telur. Sekitar 12 atau 24 jam setelah rilis LH terjadi ovulasi.
Dengan pengukuran tingkat LH kita dapat mendeteksi ovulasi

Setelah ovulasi folikel berubah menjadi corpous luteum, semacam kista. Progesteron
dilepaskan oleh corpous luteum ini, yang sangat penting untuk mempersiapkan rahim untuk
memelihara telur untuk pembuahan. Hormon ini juga bertanggung jawab untuk gejala PMS
seperti rasa nyeri payudara, retensi air, sakit punggung, kemurungan dll

Pembuahan telur dimulai setelah itu disimpan di dinding rahim. Kemudian


menghasilkan human Chorionic Gonadotropin (hCG). Mengukur tes kehamilan dengan hCG
ini. Ovarium terus memproduksi progesteron jika hCG ada. Jika tidak ada maka ovarium
berhenti memproduksi progesteron 9-11 hari setelah ovulasi. Penurunan tingkat progesteron
kemudian mengarah kepada penumpahan lapisan rahim mengumumkan menstruasi. Dengan
demikian, semua, penurunan kadar hormon dan menstruasi akan membawa Anda ke siklus
ovulasi lagi.
Variasi dalam siklus berbeda dari wanita. Beberapa mungkin mengalami siklus
folikular atau proliferasi sel yang sangat pendek. Dan dalam beberapa hal dapat menjadi
sangat lama. Bahkan bervariasi dari bulan ke bulan. Namun kerangka waktu dari saat telur
dilepaskan dari indung telur ke waktu menstruasi tepat 14 hari untuk semua wanita. Ini
adalah waktu yang dibutuhkan oleh corpous luteum untuk memproduksi progesteron seperti
menunggu untuk melihat apakah telur dibuahi untuk membawa kehidupan baru.
Bagian akhir dari siklus, dari waktu telur dilepaskan dari ovarium ke awal menstruasi,
adalah tepat 14 hari di semua wanita. Itu berapa lama luteum menghasilkan progesteron
corpous sementara menunggu untuk melihat apakah telur telah dibuahi dan jika hidup baru
telah dimulai.2,3
B . Fertilisasi

Gambar 2: terjadinya proses fertilisasi

Fertilisasi (pembuahan) adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita, terjadi di
ampulla tuba fallopi. Bagian ini adalah bagian terluas dari saluran telur dan terletak dekat
dengan ovarium. Spermatozoa dapat bertahan hidup di dalam saluran reproduksi wanita
selama kira-kira 24 jam.
Selama berhubungan seksual jumlah semen yang diejakulasikan rata-rata adalah 3.5 ml
dan tiap 1 ml semen mengandung 120 juta spermatozoon. Jumlah ini diperlukan mengingat
tingkat kematian spermatoon sangat tinggi. Hanya sekitar 100 spermatozoon yang mampu
bertahan hidup untuk mendekati ovum di tuba fallopi. Sekitar 20% spermatozoon akan
kehilangan kemampuan membuahi ovum ada juga yang mati karena keasaman vagina dan
ada juga yang tidak dapat menjangkau leher rahim. Jadi hanya beberapa sperma saja yang
memiliki kualitas baik yang mampu menembus ovum. Ovum tidak hanya dilapisi oleh
membran plasma tetapi oleh lapisan-lapisan lain, sehingga sperma memerlukan waktu yang
lama agar dapat menembus masuk ke dalam ovum.
Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke dalam
saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Perlu
diingat bahwa pada saat sampai di saluran kelamin wanita, spermatozoa belum mampu
membuahi oosit. Mereka harus mengalami kapasitasi dan reaksi akrosom.
Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita, yang
pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu itu, suatu selubung glikoprotein
dari protein-protein plasma semen dibuang dari selaput plasma, yang membungkus daerah
akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang mengalami kapasitasi yang dapat melewati sel
korona dan mengalami reaksi akrosom.
Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona pellusida dan diinduksi oleh
protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan
untuk menembus zona pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa tripsin.2,3,4
Fungsi Fertilisasi
Ada dua fungsi utama fertilisasi yaitu :
a. Fungsi reproduksi
Fertilisasi memungkinkan pemindahan unsur-unsur genetik dari para tetuanya. Jika
pada gametogenesis terjadi reduksi (pengurangan) unsur genetik dari 2n (diploid)

menjadi n (haploid), maka pada fertilisasi memungkinkan pemulihan kembali unsur


genetiknya, n dari tetua jantan dan n dari tetua betina sehingga diperoleh individu
normal 2n. Tanpa fertilisasi (kecuali pada kasus-kasus tertentu), kesinambungan
keturunan suatu spesies tidak akan terjadi.
b. Fungsi perkembangan
Fertelisasi menyebabkan gertakan atau

rangsangan

pada

sel

telur

untuk

menyelesaikan proses pembelahan meiosisnya, dan membentuK pronukleus betina


yang akan melebur (syngami)

dengan pronukleus jantan (berasal dari inti

spermatozoa) membentuk zigot dan seterusnya berkembang menjadi embrio, fetus,


lahir dan dewasa. Jika fertilisasi tidak terjadi maka sel telur tetap akan bertahan pada
tahap metafase II yang selanjutnya akan berdegenerasi

tanpa mengalami proses

perkembangan selanjutnya.2,3,4

Gambar 3 :

Proses fertilisasi hingga implantasi

Proses Fertilisasi
Tempat penyatuan ovum dengan spermatozoa adalah didalam ampula. Sel telur
dilapisi bukan saja oleh membran plasma tetapi oleh lapisan-lapisan lain, dimana
seharusnya hanya dapat ditembus dalam suatu proses yang memerlukan waktu agak lama
sebelum spermatozoa dapat masuk. Oleh karena itu spermatozoa haruslah dapat
menempel pada permukaan telur cukup lama sampai reaksi penghancuran.
Pada kebanyakan mamalia, untuk keberhasilan fertilisasi, spermatozoa harus
mempunyai kemampuan menembus kumulus ooforus, korona radiata, dan zona pellusida
sebelum masuk ke membran vitelin oosit. Spermatozoa yang mengelilingi ovum akan

menghasilkan enzim hialuronidase, yaitu enzim yang memecah protoplasma pelindung


ovum agar dapat menembus ovum dengan sedikit lebih mudah. Enzim tersebut merusak
korona radiata dan memudahkan penembusan zona pellucida hanya untuk satu sperma
saja. Enzim ini berperan menghancurkan matrix kumulus ooforus sehingga spermatozoa
dapat mencapai zona pelusida. Enzim akrosin berperan dalam perusakan zona pellusida.
Badan dan ekor sperma terpisah dari kepala segera setelah masuk ke dalam ovum. Tapi
pada beberapa jenis hewan bagian ekor tinggal diluar, hanya bagian kepala, leher dan
badan masuk seperti pada kelinci. Segera setelah kedua sel bersatu, kumparan kutub
kedua dalam inti (nukleus) ovum mengalami pembelahan meiosis kedua dan mampu
bersatu dengan inti sperma, sehingga terbentuk kromosom diploid (2n).

Gambar 4. Proses fertilisasi


Perjalanan panjang untuk fertilisasi harus diselesaikan dalam waktu 12 sampai 48
jam, sebelum sperma mati. Sperma harus melintasi penghalang dari leher rahim, yang
tipis dan berair pada betina yang baru saja ovulasi. Setelah sperma telah melintasi lendir
leher rahim, sperma melakukan perjalanan sampai lapisan lembab dari rahim ke saluran
telur (hanya salah satu saluran telur berisi telur, sperma banyak sehingga perjalanan ke
arah yang salah). Kurang dari 1.000 sperma keluar dari jutaan dalam air mani benar-benar
mencapai saluran telur. Banyak sperma mengelilingi telur dalam tabung telur. Kepala
setiap sperma (akrosom) menghasilkan enzim yang mulai memecah jeli, seperti lapisan
luar membran telur, yang mencoba untuk menembus telur. Isi membengkak, mendorong
sperma lain jauh dari telur (reaksi kortikal). Sperma lainnya mati dalam waktu 48 jam.
Reaksi kortikal memastikan bahwa hanya satu sperma menyuburkan telur.
Perpaduan ovum dan spermatozoa merangsang dimulainya pembelahan mitosis.
Pertama, dihasilkan embrio 2 sel, sel itu disebut blastomer. Pada blastomer dari 2 sel

membelah lagi menjadi 4 sel. Dengan demikian 1 blastomer, mempunyai ukuran


seperempat ukuran zigot. Selanjutnya, terjadi pembelahan lagi menjadi 8 sel kemudian
menjadi 16 sel. Setelah berulang kali mengalami pembelahan, ukuran sel akan menjadi
semakin kecil dan nampak sebagai bola padat yang disebut morula. Pada kebanyakan
spesies, morula terbentuk dari kira-kira 16 sampai 32 sel. Terjadinya pembelahan mitosis
yang berlanjut menyebabkan jumlah sel semakin banyak, tetapi ukuran sel semakin kecil.
Selama perjalanan dalam tuba fallopi menuju ke uterus morula berkembang menjadi
blastosis. Blastosis memperoleh makanan dari sekret kelenjar uterus. Semua sel yang
terdapat dalam blastosis sangat identik. Sampai tahap itu, belum terjadi diferensiasi sel.
Diferensiasi akan mulai terjadi setelah embrio mengalami gastrulasi, yaitu pembentukan 3
lapis sel, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm.2,3,4
Pada fertilisasi mencakup 3 fase :
a. penembusan korona radiata
b. penembusan zona pelusida
c. fusi oosit dan membrane sel sperma

Gambar 5 : Proses fertilisasi


Fase 1 : Penembusan korona radiata
Dari 200-300 juta spermatozoa yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita,
hanya 300-500 yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang diperlukan
untuk pembuahan, dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan
membuahi untuk menembus sawar-sawar yang melindungi gamet wanita. Sperma yang
mengalami kapasitasi dengan bebas menembus sel korona.

Fase 2 : Penembusan zona pelusida


Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling telur yang
mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom.
Pelepasan enzim-enzim akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida, sehingga
akan bertemu dengan membrane plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika
kepala sperma menyentuh permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim
lisosom dari granul-granul korteks yang melapisi membrane plasma oosit. Pada gilirannya,
enzim-enzim ini menyebabkan perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk
menghambat penetrasi sperma dan membuat tak aktif tempat tempat reseptor bagi
spermatozoa pada permukaan zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa
menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang menembus oosit.
Fase 3 : Penyatuan oosit dan membrane sel sperma
Segera setelah spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput plasma sel
tersebut menyatu. Karena selaput plasma yang membungkus kepala akrosom telah hilang
pada saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit dan
selaput yang meliputi bagian belakang kepala sperma. Pada manusia, baik kepala dan ekor
spermatozoa memasuki sitoplasma oosit, tetapi selaput plasma tertingal di permukaan oosit.5
Setelah itu terjadilah beberapa rentetan kejadian seperti yang dijabarkan dibawah ini.
1. Segera setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan 3 cara yang
berbeda :
a. Reaksi kortikal dan zona : sebagai akibat terlepasnya butir-butir kortikal oosit.
b. Selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lain
c. Zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah penambatan dan
2.

penetrasi sperma dengan cara ini terjadinya polispermi dapat dicegah.


Melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis
keduanya segera setelah spermatozoa masuk. Salah satu dari sel anaknya hampir tidak
mendapatkan sitoplasma dan dikenal sebagai badan kutub kedua, sel anak lainnya adalah
oosit definitive. Kromosomnya (22+X) tersusun di dalam sebuah inti vesikuler yang dikenal
sebagai pronukleus wanita.

3.

Penggiatan metabolic sel telur. Faktor penggiat diperkirakan dibawa oleh


spermatozoa. Penggiatan setelah penyatuan diperkirakan untuk mengulangi kembali peristiwa
permulaan seluler dan molekuler yang berhubungan dengan awal embriogenesis.
Salama masa pertumbuhan, baik pronukleus wanita maupun pria (keduanya haploid)
harus menggandakan DNA-nya. Jika tidak, masing-masing sel dalam zigot tahap 2 sel
tersebut akan mempunyai DNA separuh dari jumlah DNA normal.
Segera sesudah sintesis DNA, kromosom tersusun dalam gelendong untuk
mempersiapkan pembelahan mitosis yang normal. 23 kromosom ibu dan 23 kromosom ayah
membelah memanjang pada sentromer, dan kromatid-kromatid yang berpasangan tersebut
saling bergerak kearah kutub yang berlawanan, sehingga menyiapkan sel zigot yang masingmasing mempunyai jumlah kromosom dan DNA yang normal. Sementara kromatid-kromatid
berpasangan bergerak kearah kutub yang berlawanan, munculah satu alur yang dalam pada
permukaan sel, berangsur-angsur membagi sitoplasma menjadi 2 bagian.
Hasil utama pembuahan
a. Pengembalian menjadi jumlah kromosom diploid lagi, separuh dari ayah dan separuhnya
dari ibu. Olah karena itu, zigot mengandung kombinasi kromosom baru yang berbeda
dari kedua orang tuanya.
b. Penentuan jenis kelamin individu baru. Spermatozoa pembawa X akan menghasilkan
satu mudigah wanita (XX), dan spermatozoa pembawa Y menghasilkan satu mudigah
pria (XY). Oleh karena itu, jenis kelamin kromosom mudigah tersebut ditentukan pada
saat pembuahan.
c. Dimulainya pembelahan. Tanpa pembuahan,oosit biasanya akan berdegenerasi 24 jam
setelah ovulasi.5
C. PROSES IMPLANTASI/NIDASI1,2,3,4
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini
dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan
enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi, maka pembelahan-pembelahan selanjutnya
berjalan dengan lancar, dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel-sel yang sama
besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Energi untuk pembelahan ini
diperoleh dari vitellus, hingga volume vitellus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh

morula. Dengan demikian, zona pellusida tetap utuh, atau dengan perkataan lain, besarnya
hasil konsepsi tetap sama. Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan terus ke
pars ismika dan pars interstisialis tuba (bagian-bagian tuba yang sempit) dan terus ke arah
kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba.
Dalam kavum uteri hasil konsepsi mencapai stadium blastula.
Pada stadium blastula ini sel-sel yang lebih kecil yang membentuk dinding blastula,
akan menjadi trofoblas. Dengan demikian, blastula diselubungi oleh suatu simpai yang
disebut trofoblas. Trofoblas yang mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan
jaringan menemukan endometrium dalam masa sekresi, dengan sel-sel desidua. Sel-sel
desidua ini besar-besar dan mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan
oleh trofoblas. Blastula dengan bagian yang mengandung inner-cell mass aktif mudah masuk
ke dalam lapisan desidua, dan luka pada desidua kemudian menutup kembali. Kadang kadang pada saat nidasi yakni masuknva ovum ke dalam endometrium - terjadi perdarahan
pada luka desidua (tanda Hartman).
Pada umumnya blastula masuk di endometrium dengan bagian di mana inner-cell
mass berlokasi. Dikemukakan bahwa hal inilah yang menyebabkan tali-pusat berpangkal
sentral atau para sentral. Bila sebaliknya dengan blastula bagian lain memasuki
endometnium, maka terdapatlah tali-pusat dengan insersio velamentosa.
Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat pada fundus
uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut adanya kehamilan.
Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi ke arah kavum uteri disebut desidua
kapsularis; yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis;
disitu plasenta akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain adalah desidua
parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan villi koriales
dan berpangkal pada korion.
Bila nidasi telah terjadi, mulailah diferensiasi sel-sel blastula. Sel-sel yang lebih kecil,
yang dekat pada ruang eksoselom, membentuk entoderm dan yolk sac, sedangkan sel-sel
yang lebih besar menjadi ektoderm dan membentuk ruang amnion. Dengan ini di dalam
blastula terdapat suatu embryonal plate yang dibentuk antara dua ruangan, yakni ruang
amnion dan yolk sac.

Sel-sel fibrolas mesodermal tumbuh di sekitar embrio dan melapisi pula sebelah
dalam trofoblas. Dengan demikian, terbentuk chorionic membrane yang kelak menjadi
korion. Trofoblas yang amat hiperplastik itu tumbuh tidak sama tebalnya dan dalam 2 lapisan.
Di sebelah dalam dibentuk lapisan sitotrofoblas (terdiri atas sel-sel yang monokleus) dan di
sebelah luar lapisan sinsitiotrofoblast, terdiri atas nukleus-nukleus, tersebar tak rata dalam
sitoplasma.
Selain itu villi koriales yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh dan
bercabang-cabang dengan baik, di sini korion disebut korion frondosum. Yang berhubungan
dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh ke
arah kavum uteri sehingga lambat-laun menghilang; korion yang gundul ini disebut korion
leave.
Dalam tingkat nidasi trofoblas antara lain menghasilkan hormon human chorionic
gonadotropin. Produksi human chorionic gonadotropin meningkat sampai kurang lebih hari
ke 60 kehamilan untuk kemudian turun lagi. Diduga bahwa fungsinya ialah mempengaruhi
korpus luteum untuk tumbuh terus, dan menghasilkan terus progesteron, sampai plasenta
dapat membuat cukup progesteron sendiri. Hormon korionik gonadotropin inilah yang khas
untuk menentukan ada tidaknya kehamilan. Hormon tersebut dapat ditemukan di dalam air
kencing wanita yang menjadi hamil.
Pertumbuhan embrio terjadi dari embryonal plate yang selanjutnya terdiri atas tiga
unsur lapisan, yakni sel-sel ektoderm, mesoderm, dan entoderm. Sementara itu ruang amnion
tumbuh dengan cepat dan mendesak eksoselom; akhirnya dinding ruang amnion mendekati
korion. Mesoblas antara ruang amnion dan embrio menjadi padat, dinamakan body stalk, dan
merupakan hubungan antara embrio dan dinding trofoblas. Body stalk, menjadi tali pusat.
Yolk-sac dan allantois pada manusia tidak tumbuh terus, dan sisa-sisanya dapat ditemukan
dalam tali-pusat.
Di tali-pusat sendiri yang berasal dari body stalk, terdapat pembuluh-pembuluh darah
sehingga ada yang menamakannya vascular stalk. Dari perkembangan ruang amnion dapat
dilihat bahwa bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion. Didalamnya terdapat
jaringan lembek, selai Wharton, yang berfungsi melindungi arteria umbilikales dan 1 vena
umbilikalis yang berada di tali-pusat. Kedua arteri dari satu vena tersebut menghubungkan
satu sistern kardiovaskuler janin dengan plasenta.

Adapun sistem kardiovaskuler janin dibentuk pada kira-kira minggu ke 10,


Organogenesis diperkirakan selesai pada minggu ke 12, dan disusul oleh masa fetal dan
perinatal.
Ciri-cirl tersebut di atas perlu diketahul jika pada abortus ingin diketahui tuanya kehamilan.
Seperti telah dijelaskan, trofoblas mempunyal sifat menghancurkan desidua termasuk
spiral arteri serta vena-vena di dalamnya. Akibatnya terbentuklah ruangan-ruangan yang terisi
oleh perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah yang ikut dihancurkan. Pertumbuhan ini
berjalan terus, sehingga timbul ruangan-ruangan intervillair di mana villi koriales seolah-olah
terapung-apung di antara ruangan ruangan tersebut sampai terbentuknya plasenta. Sebagian
dari villi koriales tetap melekat pada desidua. Lagi pula, desidua yang tidak dihancurkan oleh
trofoblas membentuk septa plasenta, yang dapat dilihat di bagian maternal plasenta.
Septa plasenta ini membagi plasenta dalam beberapa maternal cotyledon, umumnya
ditemukan 15 sampal 20 buah maternal cotyledon. Fetal cotyledon adalah suatu kelompok
besar villi koriales yang bercabang-cabang seperti pohon. Pada plasenta aterm diperkirakan
terdapat 200 fetal cotyledon. Dari tiap-tiap cabang Vili koriales terdapat sistem vena serta
arteria yang menuju ke vena umbilikalis dan arteria umbilikalis. Sebagian besar cabang cabang pohon itu tergenang di dalam ruangan intrviiler yang berisi darah ibu yang
mengandung banyak zat makanan dan zat asam bagi janin.
Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan
korion. Plasenta yang demikian dinamakan plasenta jenis hemokorial. Di sini jelas tidak ada
percampuran darah antara janin dan ibu. Ada juga sel-sel desidua yang tidak dapat
dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel ini akhirnya membentuk lapisan fibrinoid yang disebut
lapisan Nitabuch. Ketika melahirkan, plasenta terlepas dari endometrium pada lapisan
Nitabuch ini. Bila oleh sesuatu sebab umpama pada abortus dikuret terlalu dalam, maka
jonjot-jonjot plasenta tumbuh di antara otot-otot miometrium (plasenta akreta) atau dapat
pula dijumpai plasenta perkreta yang dapat menimbulkan ruptura uteri spontan.2,3,4,5

Fisiologi Kehamilan
Perubahan Fisiologi pada Saat kehamilan

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami perubahan yang
mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormone somatomatropin, estrogen, dan
progesteron yang menyebabkan perubahan pada:
1. Rahim atau uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi
(janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa
untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan
semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus
mempunyai berat 70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan
berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion
rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20
liter atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram .
2. Vagina (liang senggama)
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otototot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat bewarna keunguan yang
dikenal dengan tanda Chadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya
sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.
3. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga ditunda.
Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi
maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai
penghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal.
4. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI
pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaru hormone saat
kehamilan, yaitu estrogen, progesterone, dan somatromatropin.
5. Sirkulasi darah ibu
Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
b. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter.
c. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat. Akibat dari faktor tersebut
dijumpai beberapa perubahan peredaran darah, yaitu:

1) Volume darah
Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan
sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya
pada hamil 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah sebesar 25-30% sedangkan
sel darah bertambah sekitar 20%. Curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya
hemodilusi darah mulai tampak sekitar umur hamil 16 minggu, sehingga pengidap penyakit
jantung harus berhati-hati untuk hamil beberapa kali. Kehamilan selalu memberatkan kerja
jantung sehingga wanita hamil dengan sakit jantung dapat jatuh dalam dekompensasio kordis.
Pada postpartum terjadi hemokonsentrasi dengan puncak hari ketiga sampai kelima.
2) Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin
dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan
volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih
meningkat dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia maka
laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapi 4 kali dari angka normal.
3) Sistem respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memnuhi kebutuhan O2.
Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur
hamil 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang
meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20-25% dari biasanya.
4) Sistem pencernaan
Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh estrogen.
5) Traktus urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai
membesar sehingga menimbulkan sering kemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin
tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala
janin sudah mulai turun ke pintu panggul, keluhan itu akan timbul kembali.
6) Perubahan pada kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan
kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan
nama striae gravidarum.
7) Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar,
dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian

ASI. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg. Sebgaian besar
penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian
payudara, volume darah, dan cairan ekstraselular. Pada kehamilan normal akan terjadi
hipoglikemia puasa yang disebabkan oleh kenaikan kadar insulin, hiperglikemia postprandial
dan hiperinsulinemia. Zinc (Zn) sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.
Beberapa peneliatian menunjukkan kekurangan zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat.6
Pertumbuhan Janin Normal
Pertumbuhan janin manusia ditandai dengan pola-pola sekuensial pertumbuhan, diferensiasi,
dan maturasi jaringan sera organ yang ditentukan oleh kemampuan substrat oleh ibu, transfer
substrat melalui plasenta, dan potensi pertumbuhan janin yang dikendalinkan oleh genom.
Pertumbuhan janin dibagi menjadi tiga fase pertumbuhan sel yang berurutan. Fase awal
hiperplasia terjadi selama 16 minggu pertama dan ditandai oleh peningkatan jumlah sel
secara cepat. Fase kedua, yang berlangsung sampai minggu ke-32, meliputi hiperplasia dan
hipertropi sel. Setelah usia gestasi 32 minggu, pertumbuhan janin berlangsung melalui
hipertrofi sel dan pada fase inilah sebagian besar deposisi lemak dan glikogen terjadi. Laju
pertumbuhan janin yang setara selama tiga fase pertumbuhan sel ini adalah dari 5 g/hari pada
usia 15 minggu, 15-20 g/hari pada minggu ke- 24, dan 30-35 g/hari pada usia gestasi 34
minggu. Meskipun telah banyak faktor yang diduga terlibat pada proses pertumbuhan janin,
mekanisme selular dan molekular sebenarnya untuk pertumbuhan janin yang abnormal tidak
diketahui dengan jelas. Pada kehidupan awal janin penentu utama pertumbuhan adalah
genom janin tersebut, tetapi pada kehamilan lanjut, pengaruh lingkungan, gizi, dan
hormonal menjadi semakin penting.2,4
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Janin
Faktor keturunan atau bawaan menentukan cepat pertumbuhan, bentuk janin, diferensiasi dan
fungsi organ-organ yang dibentuk. Akan tetapi makanan yang disalurkan oleh ibunya melalui
plasenta (ari-ari) mempuyai peranan yang sangat penting untuk menunjang potensi keturunan
ini. Gizi ibu yang kurang atau buruk pada waktu konsepsi atau sedang hamil muda dapat
menyebabkan kematian atau cacat janin. Diferensiasi terjadi pada trimester pertama hidupnya
janin, hingga kekurangan zat tertentu yang sangat dibutuhkan dalam proses diferensiasi dapat
menyebabkan tidak terbentuknya suatu organ dengan sempurna, atau tidak dapat
berlangsungnya kehidupan janin tersebut. Pertumbuhan cepat terjadi terutama pada trimester

terakhir kehamilan ibu. Maka kekurangan makanan dalam periode tersebut dapat
menghambat pertumbuhannya, hingga bayi dilahirkan dengan berat dan panjang yang
kurang daripada seharusnya.2,4
F. ANTENATAL CARE5,6,7
1. Pengertian Antenatal Care
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara
wajar . Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter
sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila
mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara
memadai. Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik
dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas,
sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.
Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal rutin dengan
beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas Departemen
Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.
Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal
terintegrasi meliputi :
a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)
b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)
c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)
d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia
e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)
f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)
g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta
h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)
i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN).
2. Tujuan Antenatal Care

Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil secara teratur dan
tertentu. Dengan usaha itu ternata angka mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi jelas
menurun.
Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan
mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas,
sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga
mental. Ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar :
a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama
sehatnya atau lebih sehat;
b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati,
c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan metal
3. Tujuan Asuhan Antenatal yaitu :
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan tumbuh kembang
bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi,
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan,
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin
e. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara normal.
4. Keuntungan Antenatal Care
Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan
untuk melakukan rujukan kerumah sakit.
5. Fungsi Antenatal Care
a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan
b. Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan
merujuk bila perlu
c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani masalah yang
terjadi.
6. Cara Pelayanan Antenatal Care

Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal menurut Depkes
RI yang terdiri dari :
a. Kunjungan Pertama
1) Catat identitas ibu hamil
2) Catat kehamilan sekarang
3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
5) Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium
6) Pemeriksaan obstetric
7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta
obat-obatan khusus atas indikasi.
9) Penyuluhan/konseling.
b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh
karena itu, wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode
antenatal:
1) Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 28).
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 36 dan sesudah minggu
ke 36).
4) Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan
atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam.
Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat penting.
a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14
1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.
2) Mendeteksi masalah dan menanganinya
3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi,
penggunaan praktek tradisional yang merugikan
4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi
5) Mendorong perilaku yang shat (gizi, latihan dan kebersihan,
istirahat dan sebagainya)
b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28

Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu
tentang gejala gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk
apakah ada kehamilan ganda)
c. Trimester ketiga antara minggu 28-36
Sama seperti diatas, dtambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan
ganda.
d. Trimester ketiga setelah 36 minggu
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di rumah sakit.

7. Tinjauan Tentang Kunjungan Ibu Hamil


Kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan untuk mendapatkan pemeriksaan
kehamilan, istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang ke fasilitas
tetapi dapat juga sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh petugas kesehatan.
8. Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk 7 T
a. (Timbang) berat badan
b. Ukur (Tekanan) darah
c. Ukur (Tinggi) fundus uteri
d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)
e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
f. Tes terhadap penyakit menular sexual
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

9. Intervensi Dalam Pelayanan Antenatal Care


Intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah perlakuan yang diberikan kepada ibu hamil
setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah:
a. Intervensi Dasar
1) Pemberian Tetanus Toxoid

a) Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum, pemberian
TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan
interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapatkan TT 2 kali
pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu
kali (TT ulang). Untuk menjaga efektifitas vaksin perlu diperhatikan cara penyimpanan serta
dosis pemberian yang tepat.
2) Pemberian Vitamin Zat Besi
a) Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas
karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat.
b) Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap
tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi 60 Mg) dan Asam Folat 500 Mg, minimal
masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi, karena
mengganggu penyerapan.
b. Intervensi Khusus
Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu hamil sesuai dengan
faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi:
1) Faktor resiko, meliputi:
a) Umur
(1) Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun
(2) Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun
b) Paritas
(1) Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)
(2) Paritas > 3
c) Interval
Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurangkurangnya 2 tahun.
d) Tinggi badan kurang dari 145 cm
e) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm
2) Komplikasi Kehamilan
a) Komplikasi obstetri langsung
(1) Perdarahan
(2) Pre eklamasi/eklamsia
(3) Kelainan letak lintang, sungsang primi gravida
(4) Anak besar, hidramnion, kelainan kembar
(5) Ketuban pecah dini dalam kehamilan.

b) Komplikasi obstetri tidak langsung


(1) Penyakit jantung
(2) Hepatitis
(3) TBC (Tuberkolosis)
(4) Anemia
(5) Malaria
(6) Diabetes militus
c) Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat
kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANTENATAL CARE6
1. Umur
Adalah umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja. Dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam
berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan kehamilan, juga
mengetahui akan pentingnya Antenatal Care. Semakin muda umurnya semakin tidak
mengerti tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan. Umur sangat menentukan suatu
kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko tinggi apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan
di atas 35 tahun. Usia 26 berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan
tindakan yang dilakukan. Menurut penelitian Woro Tri Hardjanti (2007) seorang wanita
sebagai insan biologis sudah memasuki usia produksi beberapa tahun sebelum mencapai
umur dimana kehamilan dan persalinan dapat berlangsung aman, yaitu 20-35 tahun, setelah
itu resiko ibu akan meningkat setiap tahun. Kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman
untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil
dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahunternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian
maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali
sesudah usia 30-35 tahun.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia. Menurut Crow,
pendidikan adalah suatu proses dimana pengalaman atau informasi diperoleh sebagai hasil
dari proses belajar. Menurut Dictionary of Education, pendidikan dapat diartikan suatu proses
dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya dalam

masyarakat dan kebudayaan. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin
baik pula tingkat pengetahuannya.
Menurut Suparlan (2006) pendidikan dalam arti luas yaitu segala kegiatan pembelajaran yang
berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan dalam arti
sempit yaitu seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisasi,
dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasarkan
pada tujuan yang telah ditentukan. Tingkat pendidikan individu dan masyarakat dapat
berpengaruh terhadap penerimaan pendidikan kesehatan). Ki Hajar Dewantara menyatakan
bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti
(kekuatan, batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak
3. Paritas
Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu orang.
Sueheilif Paritas adalah status seorang wanita sehubungan dengan jumlah anak yang pernah
dilahirkannya. Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga
termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang
sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia sudah
berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya.
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram atau lebih, yang pernah
dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai batas umur
kehamilannya 24 minggu. Berdasarkan pengertian tersebut maka paritas mempengaruhi
kunjungan kehamilan. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian
maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada
paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik, sedangkan resiko pada paritas
tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana
4. Pendapatan Perkapita
5. Jarak5,6,7

G. Tanda-Tanda Kehamilan5
1. Tanda-Tanda Persuasive
a. Amenorhoe
b. Mual dan muntah
c.
Mengidam
d. Anoreksia
e.
Lelah

f.
g.
h.
i.
j.
k.

Pingsan
Payudara membesar
Sering miksi
Konstiposi
Pigmentasi kulit
Varises

l.

Tidak tahan dengan satu bebauan

2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Tanda-Tanda Mungkin Hamil


Perut membesar
Uterus membesar
Tanda hegar
Tanda chad wick
Tanda pisca seek
Tanda Braxton hiks
Tanda ballottement

h.

Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif

3.
a.
b.
c.

Tanda-Tanda Pasti Hamil


Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa dan diraba bagian-bagian janin
Denyut jantung janin dapat diketahui melalui pemeriksaan auskultasi
Terlihat tulang tulang janin pada foto rontgen

H. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan5,6


Menurut WHO menganjurkan agar setiap wanita hamil mendapatkan paling sedikit empat
kali kunjungan ANC:
1. Satu kali pada trimester pertama
2. Satu kali pada trimester kedua
3. Dua kali pada trimester ke tiga
Menurut Rustam Mochtar (1998) berdasarkan teori kunjungan ibu hamil sebaiknya
pemeriksaan dilakukan dilakukan sebagai berikut:
a.

Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu

bulan.
b. Periksa ulang 1 (satu) kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan
c.
Periksa ulang 2 (dua) kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan
d. Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan
e.
Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan
Menurut program kebijakan pemerintah asunan antenatal minimal termasuk 10T yaitu :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur tekanan darah
3. Ukur tinggi fundus uteri
4. Tentukan presentasi janin dan hitung denyut jantung janin
5. Pemberian imunisasi tetanus toxoid
6. Pemberian tablet zat besi, minimal 90 tablet selama hamil
7. Nilai status gizi buruk
8. Tes laboratorium
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

I. Pemeriksaan Ibu Hamil5


1. Anamnesa
Mendeteksi komplikasi dan menyiapkan kelahiran dengan mempelajari keadaan
kehamilan sekarang, kehamilan ibu terdahulu, kesehatan umum dan kondisi social ekonomi.
Informasi yang ditanyakan adalah: Identitas, keluhan utama,status perkawinan, riwayat
menstruasi, kehamilan sekarang, riwayat kesehatan, riwayat kesehatan yang lalu.
2. Pemeriksaan Umum, meliputi:
a. Keadaan umum maupun kesadaran compos mentis
b. Timbang berat badan: ditimbang pada saat pertama kali datan dan pada setiap kali kunjungan
Yang diperhatikan adalah perubahan setiap kali ibu memeriksa kehamilannya:
1. Pada Trimester I, penambahan berat badan 1 kg
2. Pada Trimester II, penambahan berat badan 5 kg
3. Pada Trimester III, penambahan berat badan 5,5 kg
c. Pengukuran tinggi badan: dilakukan pada sat pertama kali datang, ibu hamil yang tinggi
badannya < 145 cm terutama pada kehamilan pertama tergolong resti.
d. Pengukuran Lila: digunakan sebagai indikaotr untuk mengukur status gizi ibu hamil, lila
normal adalah 23,5 cm.
e. Pemeriksaan tanda-tanda vital
1. Tekanan darah: diukur setiap kali pemeriksaan kehamilan
2. Respirasi : Normalnya 20-24 x/menit
3. Menghitung denyut nadi: Nadi dalam keadaan normal 60-80 x/menit
4. Pengukuran suhu : suhu tubuh normal 37C
3.
a.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
b.
1.
2.
3.

Pemeriksaan Khusus meliputi:


Infeksi yang terdiri
Rambut, bersih atau kotor
Muka, pucat atau terdapat cloasma gravidarum
Mata, conjungtiva pucat atau tidak, skelera ukterus atau tidak
Hidung terdapat polip atau tidak
Dada/payudara, bentuk simetris atau tidak, keadaan puting susu menonjol atau tidak, adakah
colustrom
Perut membesar sesuai dengan usia kehamilan, adakah luka bekas operasi
Ekstrimitas, apakah terlihat adanya varises dan odem
Palpasi yang terdiri:
Leher, apakah teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid
Payudara, apakah teraba adanya benjolan yang abnormal
Abdomen (perut)
Cara palpasi menurut Leopold, yaitu:
Menentukan letak anak, besar rahim dan tuanya kehamilan dengan cara Leopold
Leopold I
Untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa yang ada difundus
Leopold II
Untuk menentukan letak punggung kanan dan kiri serta bagian-bagian terkecil janin.
Leopold III
Untuk menentukan apa yang terletak dibagian bawah/menentukan bagian terbawah janin

Leopold IV
Menentukan masuknya bagian bawah kedalam rongga panggul
- Bila jari-jari tangan saling bertemu (konvergen) berarti kepala belum masuk PAP
- Bila jari-jari tangan tidak bertemu (divergen) berarti kepala sudah masuk PAP
4. Tungkai, apakah teraba odem
c. Auskultasi
Apakah DJJ terdengar jelas atau tidak, DJJ normalnya 120-160 x/menit
d. Perkusi
1. Reflek Pattela: merupakan pemeriksaan reflek psikologis yaitu tendon tepat dibawah
tempurung lutut
2. Cek ginjal: tepuk punggung dibagian ginjal dengan bagian sisi tangan dikepalkan
e.
Pemeriksaan Panggul
Pemeriksaan panggul luar (dilakukan pada ibu hamil primi gravid, ukuran-ukuran panggul
luar):
1. Distansia Spinarum
Jarak antara kedua spina iliaka antenor superior kanan/kiri
Ukuran normal : 24 26 cm
2. Distansia Kristarum
Jarak antara kedua krista iliaka kanan dan kiri
Ukuran normal : 28 30 cm
3. Boudeluque
Jarak antara symposis dengan prosessus spinosus lumba lima
Ukuran normal : 18 20 cm
4. Lingkar panggul luar
Bagian atas sympisis-pertengahan trochanter mayor prosessus spinosus lumba kuma
kembali ke sympisis
Ukuran Normal : 80 90 cm
f.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan HB
Dilakukan untuk menilai kadar hemoglobin dalam darah ibu sehingga dapat diketahui ibu
mengalami anemia atau tidak. Pemeriksaan dilakukan minimal dua kali selama kehamilan
yaitu pada trimester I dan II. Pemeriksaan HB dapat dilakukan dengan menggunakan alat
sahli.
Hasil pemeriksaan HB dengan sahli dapat digolongkan sbb :

HB 11 gr %

HB 9-10 gr % : anemia ringan

HB 7-8 gr %

HB , 7 gr %

2. Pemeriksaan Urine

: tidak anemia

: anemia sedang
: anemia berat

a. Albumin (protein urine):


Pemeriksaan protein dalam urine yang merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah
terdapat tanda dan gejala pada pre-eklamsi
b. Reduksi (gula dalam urine)
Pemeriksaan gula dalam urine untuk mengetahui apakah ada penyakit DM (kening manis)
pada ibu hamil.
J. Ketidaknyamanan Fisiologis Selama Hamil5,6
1. Sering Kencing Dan Tidak Bisa Ditunda
Fisiologi
Gangguan fungsi kandung kemih akibat perubahan vasikuler yang berhubungan dengan
hormonal. Volume kandung kemih mengecil akibat terdorong rahim serta presentasi janin.
Intervensi
Upayakan kencing teratur, kurangi minum sebelum tidur.
2. Rasa Letih, Lesu, Lemah Pada Kehamilan Awal
Fisiologi
Kemungkinan dikarenakan peningkatan hormon progesterone, estrogen, dan HCG.
Intervensi
Istirahat yang cukup.
3. Mual Dan Muntah
Fisiologi
Kemungkinan dikarenakan perubahan hormone HCG.
Intervensi
Jaga agar tidak terlalu lapar/kekenyangan, makan dengan porsi kecil tetapi sering, istirahat
-

sebentar sampai keluhan berkurang, hindari makanan yang berbau menyengat dan berbumbu.
4. Hipersalivasi
Fisiologi
Peningkatan estrogen sehingga terjadi proliferasi jaringan ikat.
Intervensi
Kumur dengan obat kumur, sering mengunyah permen, diet seimbang, jaga kebersihan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Awal kehamilan ditandai berdasarkan menstruasi terakhir pada wanita. Banyak
perubahan fisik yang akan wanita alami selama trimester pertama (3 bulan pertama
kehamilan). Periode ini juga merupakan periode tumbuh kembang yang cepat bagi bayi.
Kehamilan biasanya berlangsung selama 40 minggu, mulai dari hari pertama periode terakhir
menstruasi wanita yang berarti bahwa itu mencakup dua minggu sebelum ovulasi dan
konsepsi terjadi. Hal ini sering disebut dalam tiga bagian yang disebut trimester. Trimester
pertama berlangsung selama 12 minggu, yang kedua dari 13 sampai akhir 27 minggu, dan

ketiga 28-40 minggu. Wanita mungkin menemukan versi yang sedikit berbeda dari periode
waktu selama kehamilannya.
Sebagai contoh, tes khusus dilakukan selama trimester pertama. Pembagian trimester
membantu anda dan dokter dalam perencanaan dan pengelolaan kehamilan. Trimester
pertama merupakan saat perubahan besar dalam tubuh seorang wanita, dan akan mengalami
perubahan dengan cara yang unik. Beberapa wanita langsung tahu bahwa mereka telah hamil,
sedangkan orang lain mungkin tidak yakin mereka sedang hamil bahkan setelah tes
kehamilan positif dan dokter telah mengkonfirmasi. Trimester pertama dapat membawa
peningkatan energi dan rasa kesejahteraan. Beberapa wanita mungkin merasa lelah dan
emosional. Lain mungkin tidak melihat banyak perubahan sampai kemudian pada kehamilan.
Selama tubuh mengalami perubahan, wanita mungkin perlu membuat perubahan ke rutinitas
sehari-hari, seperti pergi ke tempat tidur lebih awal atau sering makan, makanan kecil.
Untungnya, sebagian besar ketidak nyamanan tersebut akan hilang selama kehamilan
berlangsung. Dan sebagian perempuan bahkan mungkin tidak merasakan adanya ketidak
nyamanan semua ini. Jika wanita pernah hamil sebelumnya, mungkin merasakan adanya
perbedaan kali ini. Sama seperti perbedaan disetiap wanita, demikian juga di setiap
kehamilan.
Saran
1. Bagi ibu yang sedang hamil
a) Sebaiknya selama masa kehamilan selalu menjaga daya tahan tubuh atau stamina
sehingga tidak rentan terserang berbagai penyakit.
b) Diharapkan agar lebih menjaga kebersihan diri terutama pada bagian Genital (alat
kelamin), karena hal itu dapat mencegah timbulnya jamur atau virus pada bagian genital yang
dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti Herpes Genitalis dan varicella.
c) Jika ibu mengalami gejala gejala seperti nafsu makan berkurang, demam, terdapat ruam
pada bagian tubuh, dan terasa gatal ibu harus segera datang ketenaga kesehatan untuk
mendapatkan pengobataan.
2. Bagi petugas kesehatan agar senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas Ibu dan anak. Serta dapat memberikan
penyuluhan dengan penekanan pada aspek perubahan perilaku.
3. Bagi teman teman agar belajar yang rajin agar kelak bisa menangani pasien dengan
professional

DAFTAR PUSTAKA
1. Arif, (et.all). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3, Jakarta : Media Aesculapius.
2000.
2. Cunningham FG. Obstetri Williams. Ed 23 . Jakarta: EGC,2010.
3. Wirakusumah FF. Obstetri Fisiologi : ilmu kesehatan reproduksi. Ed 2. Jakarta: EGC.
2010.
4. Bobak, Lowdermik, Jensen. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4, Jakarta:EGC.
2004.
5. Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. 2001.
6. Nugraheny,Esti.Asuhan Kebidanan Pathologi. Yogyakarta: Pustaka Rihama. 2010.
7. Prawirohardjo, Sarwono. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2006.

Вам также может понравиться