Вы находитесь на странице: 1из 140

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat
dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu faktor bagi menurunnya
derajat kesehatan masyarakat dan terganggunya sektor pariwisata karena estetika yang berakibat
menurunkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini juga tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs)
yang mengandung 8 tujuan sebagai respon atas perkembangan global dengan target pencapaian pada
tahun 2015. Salah satu target MDGs adalah mengurangi hingga setengahnya jumlah penduduk yang tidak
memiliki akses terhadap kebutuhan air minum yang aman dan sanitasi dasar, dengan indikator :

Proporsi dari populasi yang menggunakan sumber air minum berkualitas


Proporsi dari populasi yang menggunakan sarana sanitasi berkualitas

Buku Putih Sanitasi merupakan pemetaan situasi sanitasi Kabupaten Merauke


berdasarkan kondisi aktual yang mencakup aspek teknis dan aspek non-teknis, yaitu aspek
keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspekaspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. Buku Putih Sanitasi
merupakan database sanitasi kabupaten yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan disepakati
seluruh SKPD dan pemangku kepentingan terkait pembangunan sanitasi yang secara umum
mengandung substansi: (1) Status (potret) terkini situasi sanitasi meliputi aspek teknis dan non
teknis, (2) Gambaran kebutuhan layanan sanitasi dan peluang pengembangan kedepan, (3)
Rekomendasi awal/usulan penetapan area beresiko terkait peluang pengembangan layanan
sanitasi.
Pembangunan sanitasi permukiman di Kabupaten Merauke bertujuan untuk meningkatkan kondisi
dan kualitas pelayanan penyediaan sarana sanitasi dasar (jamban), pengelolaan air limbah, pengelolaan
persampahan, drainase, dan higienitas/kesehatan masyarakat (PHBS) untuk mencapai target MDGs.

Persoalan di sektor sanitasi hampir dihadapi oleh semua Kabupaten/Kota di Indonesia, termasuk
Kabupaten Merauke. Kurangnya dukungan infrastruktur sanitasi yang memadai serta masih rendahnya
kesadaran masyarakat untuk melakukan pola hidup bersih menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas
dan kuantitas sanitasi, baik dalam hal air limbah, persampahan, maupun drainase permukiman. Hingga
tahun 2013, kondisi sanitasi Kabupaten Merauke masih berada jauh di bawah target MDGs. Berdasarkan
data Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke, cakupan akses pelayanan Sistem Penyaluran Air Limbah
(SPAL) di Kabupaten Merauke pada tahun 2013 baru mencapai 37,23 %. Sedangkan dalam hal
persampahan, wilayah pelayanan kebersihan eksisting di Kabupaten Merauke pada tahun yang sama baru
mencapai 30 %. Begitupula dalam hal drainase permukiman, banjir tahunan yang kerap terjadi di
Kabupaten Merauke menunjukkan masih buruknya sistem drainase permukiman eksisting.

Dilatarbelakangi hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Merauke terus melakukan berbagai upaya
perbaikan kondisi sanitasi, salah satunya yaitu melalui Pernyataan Minat untuk tergabung dalam Program
Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Pernyataan Minat Kabupaten Merauke tersebut
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

ditindaklanjuti oleh Surat Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Papua kepada
Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas (selaku ketua Pokja Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan Nasional) perihal pernyataan minat Kabupaten/ Kota di Provinsi Papua untuk kepesertaan
program PPSP Tahun 2013. Dalam perkembangan selanjutnya, dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 648-607/Kep/Bangda/2012 tentang Penetapan Kabupaten atau Kota Sebagai Peserta
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman Tahun 2013, Kabupaten Merauke resmi
tergabung dalam Program PPSP Tahun 2014.

Program PPSP pada dasarnya merupakan program perbaikan sanitasi permukiman yang dilakukan
dengan menggunakan prinsip berdasarkan data aktual, berskala kabupaten/ kota, disusun sendiri oleh
kabupaten/kota (dari, oleh dan untuk kabupaten/kota) serta menggunakan pendekatan bottom-up dan topdown. Dengan status kepesertaan Kabupaten Merauke dalam Program PPSP tersebut, maka mengikuti
alur hirarki dalam Program PPSP, Pemerintah Kabupaten Merauke diwajibkan untuk membentuk Kelompok
Kerja (Pokja) khusus yang dapat berperan sebagai koordinator, advisor dan fasilitator pada Program PPSP
Kabupaten Merauke tahun 2014. Sebagai koordinator dalam hal ini memiliki pengertian bahwa selama
kegiatan PPSP Pokja akan berperan dalam mengkoordinasikan perencanaan pembangunan sanitasi di
Kabupaten Merauke. Sebagai advisor, kelompok kerja akan berperan dalam menyusun Buku Putih Sanitasi
(BPS) dan Strategis Sanitasi Kota (SSK), serta memberikan input strategis pada Pemerintah Kabupaten
Merauke dalam rangka meningkatkan kinerja pembangunan sanitasi. Sedangkan sebagai fasilitator, Pokja
akan berperan dalam memfasilitasi peningkatan kesadaran dan komitmen dari berbagai stakeholder utama
sanitasi di tingkat kabupaten untuk terlibat dalam pembangunan sanitasi, serta memfasilitasi
pengembangan sistem pemantauan dan evaluasi sanitasi di Kabupaten Merauke. Sebagai tindak lanjut dari
Pernyataan Minat Pemerintah Kabupaten Merauke dalam mengikuti Program PPSP yaitu dengan
membentuk Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Merauke melalui Keputusan Bupati Nomor 315 Tahun
2013 dan dilanjutkan dengan Keputusan Bupati Nomor 301 Tahun 2014 seiring dengan terbitnya Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 660/4919/SJ Tahun 2012 tentang Pedoman
Pengelolaan Program PPSP di Daerah.

Sebagai tahap awal untuk menciptakan perbaikan kondisi sanitasi di Kabupaten Merauke, Pokja
Sanitasi Kabupaten Merauke melakukan pemetaan kondisi sanitasi eksisting. Pemetaan tersebut dianggap
perlu dan penting dilakukan sebagai patokan untuk menentukan parameter sejauh mana upaya yang perlu
dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sanitasi Kabupaten Merauke sehingga dapat sesuai
target yang ditetapkan. Baik itu target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Merauke, target Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMP) Provinsi Papua, target
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), maupun dengan target MDGs di sektor
sanitasi. Pada proses pelaksanaannya, pemetaan kondisi sanitasi Kabupaten Merauke eksisting ini
dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan, dimana setiap tahapan dilakukan sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi Kabupaten Merauke secara terstruktur menyesuaikan dengan jangka waktu perencanaan
Kabupaten Merauke.

Hasil pemetaan berbagai kondisi eksisting sanitasi yang telah dilakukan oleh Pokja, dituangkan ke
dalam dokumen Buku Putih Sanitasi Kabupaten Merauke. Tujuannya agar terbentuk satu basis data
sanitasi Kabupaten Merauke yang komprehensif sehingga dapat menjadi dasar bagi penyusunan strategi
dan kebijakan sanitasi Kabupaten Merauke kedepan. Harapannya, penyusunan Buku Putih Sanitasi
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Kabupaten Merauke ini dapat membawa kondisi sanitasi Kabupaten Merauke ke arah yang lebih baik dalam
segi kuantitas maupun kualitas.

1.2 Landasan Gerak


Dalam konteks Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP), sanitasi di
Indonesia didefinisikan sebagai upaya mengelola limbah cair domestik dan sampah untuk
menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik di tingkat rumah tangga maupun di
lingkungan permukiman. Menurut WHO, pengertian sanitasi secara umum adalah mengacu
pada penyediaan fasilitas dan layanan untuk pembuangan tinja dan urin yang aman. Sanitasi
yang tidak memadai adalah penyebab utama penyakit di seluruh dunia dan sanitasi diketahui
memiliki dampak positif bagi kesehatan, baik di lingkungan rumah tangga dan di masyarakat
pada umumnya jika dikelola dengan baik dan benar. Sanitasi terbagi dalam 4 (empat) Subsektor, yaitu: i) air limbah; ii) persampahan; iii) drainase permukiman, dan iv) Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS).

1. Sub-sektor Air Limbah


Penanganan limbah cair rumah tangga (domestik) meliputi blackwater yang berasal dari limbah rumah
tangga yang bersumber dari WC dan urinoir dan grey water yang berasal dari limbah rumah tangga
non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci.
Penanganan air limbah rumah tangga yang dimaksud berupa pengolahan domestik dengan
penanganan System On-Site menggunakan sistem septik-tank peresapan dan penanganan System
Off-Site yaitu menggunakan sistim saluran perpipaan (sewerage) yang dilakukan secara terpusat.
Penyediaan air bersih tidak bisa diabaikan dan menjadi prioritas kabupaten untuk mendukung
pengelolaan sanitasi masyarakat terutama sub-sektor air limbah, sebagai penyediaan air penggelontor
dan mandi, cuci dan kakus, baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang bersumber dari air
permukaan/air tanah.

2. Sub-sektor Persampahan
Penanganan limbah padat/persampahan mencakup pengelolaan sampah yang dihasilkan oleh
masyarakat, baik yang berasal dari aktifitas rumah tangga, pasar, restoran dan aktifitas lainnya yang
ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

3. Sub-sektor Drainase Permukiman


Penanganan drainase mencakup penanganan daerah genangan air dan pengelolaan saluran
permukiman atau lingkungan sebagai saluran pembawa dari air limbah/penggelontor air permukiman
dan mematuskan genangan air permukaan. Drainase permukiman adalah suatu sistem penanganan
atau pengaliran air hujan. Secara konvensional, hujan yang turun pada suatu wilayah diusahakan
secepat mungkin mengalir melalui saluran-saluran air hujan menuju badan air penerima. Hal ini
dilakukan untuk mencegah timbulnya genangan di permukiman atau jalan. Sistem ini sebagian besar
berhasil digunakan untuk mengendalikan terjadinya genangan. Dengan konsep ini maka air hujan yang
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

turun diusahakan untuk semaksimal mungkin meresap ke dalam tanah atau ditampung untuk
dimanfaatkan, sedangkan kelebihannya baru dialirkan melalui saluran air hujan. Peresapan air hujan
dapat dilakukan dengan menggunakan kolam retensi atau embung, sumur resapan air hujan dan
biopori.

4. Sub Sektor Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


PHBS merupakan aspek non-teknis dari sanitasi, meliputi promosi kesehatan, perubahan perilaku dan
sanitasi di rumah tangga (5 pilar STBM)

Wilayah kajian Buku Putih Sanitasi Kabupaten Merauke adalah 12 (dua belas) wilayah
kajian yang terdiri dari 8 (delapan) Kelurahan dan 4 (empat) Kampung yang tersebar di 3 (tiga)
Distrik yang dipilih berdasarkan hasil Clustering dan kesepakatn Pokja Sanitasi Kabupaten
Merauke.
Visi dan misi Daerah; sebagai bagian dari kebijakan pembangun daerah Kabupaten Merauke,
maka dalam proses perumusan tujuan penataan ruang harus mempertimbangkan visi dan misi
pembangunan daerah. Adapun visi pembangunan Kabupaten Merauke yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2011-2016 adalah :
Merauke Gerbang Andalan Manusia Cerdas dan Sehat, Gerbang Pangan Nasional, Gerbang
Kesejahteraan dan Kedamaian Hati Nusantara
Visi tersebut menyiratkan bahwa perhatian terhadap peningkatan kualitas SDM menjadi perhatian
utama Kepala Daerah yang didukung dengan kecukupan pangan yang tentunya diikuti oleh penguatan
ekonomi lokal yang berbasis pada sumber daya alam yang berkelanjutan karena dikembangkan dalam
tataran kesejahteraan masyarakat.

Kemandirian masyarakat lokal juga menjadi fokus visi Bupati yaitu menjadikan masyarakat yang
handal dan sejahtera di mana semuanya hanya dapat tercapai apabila pemerintah dan masyarakat
Kabupaten Merauke mampu mengandalkan kemampuan dan kekuatannya sendiri terutama di bidang
ketahanan pangan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan peningkatan kualitas hidup
masyarakat, serta terpeliharanya kondisi sumber daya alam dan lingkungan untuk kebutuhan
pembangunan jangka panjang.

Untuk mewujudkan visi pembangunan daerah, maka dirumuskan misi dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan masyarakat yaitu:

Misi 1: Meningkatkan sumber daya manusia.


Misi 2: Meningkatkan derajat dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Misi 3: Mengembangkan perekonomian wilayah kampung, distrik, dan kota berdasarkan potensi dan
kemampuan manusia dan wilayah masing-masing dengan pendekatan pembangunan hijau
(performance green development) yang meliputi tanaman pangan, kebun, ternak, ikan, hutan.
Misi 4: Mengembangkan dan menata zona perdagangan dan industry serta jaringan tata niaga dan pasar
lokal, institusional, regional, antar pulau, dan internacional.
Misi 5: Membangun dan memberdayakan kampung melalui pemberian kewenangan pengelolaan
keuangan kampung (penyusunan APBD Kampung).
Misi 6: Menata kelembagaan pemerintah kampung, distrik, dan kabupaten sesuai kebutuhan (pemekaran
wilayah, penataan ruang kawasan, penataan kelembagaan dan personalia).
Misi 7: Meningkatkan dan menata prosedur pelayanan masyarakat secara terpadu yang transparan,
efektif, dan efisien, serta dapat dipertanggungjawabkan (good and clean government).
Misi 8: Membangun, meningkatkan, dan memelihara aksesibilitas wilayah lintas kampung, distrik, dan
kota (infrastruktur wilayah).

Dari 8 (delapan) misi yang ada, maka dapat dilihat bahwa salah satu misi yaitu pada Misi 2
bertujuan untuk meningkatkan derajat dan pelayanan kesehatan masyarakat dengan tujuan dan
sasaran antara lain :

1. Meningkatnya derajad kesehatan dan Angka Harapan Hidup (AHH) masyarakat :


1. Pelayanan kesehatan ibu dan anak;
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Peningkatan akses pada pelayanan kesehatan;


Peningkatan jumlah tenaga kesehatan;
Peningkatan penganggulangan penyakit bagi kelompok miskin dan tertinggal;
Peningkatan status gizi masyarakat;
Menjamin ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan;
Tersedianya informasi yang berkaitan dengan KB dan penanggulangan penyakit menular
(HIV/AIDS);
8. Peningkatan perencanaan berbasis kesehatan masyarakat.

2. Meningkatnya sanitasi lingkungan dan sarana kebersihan :


1. Penyediaan air bersih;
2. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan dan kesehatan lingkungan;
3. Tersedianya data dan informasi terkait masalah kesehatan lingkungan.

1.3 Maksud dan Tujuan


Buku Putih Sanitasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan faktual
mengenai kondisi dan profil sanitasi Kabupaten Merauke pada saat ini. Pemetaan kondisi dan profil sanitasi
(sanitation mapping) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang penetapannya berdasarkan
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

urutan potensi resiko kesehatan lingkungan (priority setting). Dalam Buku Putih Sanitasi ini, priority setting
dilakukan dengan menggunakan data primer yang tersedia, hasil Penilaian Kesehatan Lingkungan dari
Dinas Kesehatan tahun 2013 melalui Study EHRA dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kabupaten Merauke yang menangani secara langsung pembangunan dan pengelolaan sektor sanitasi.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam proses penyusunan Buku Putih Sanitasi ini antara lain
adalah pembangunan kapasitas (capacity building) Pemerintah Kabupaten Merauke beserta stakeholder
lainnya untuk mampu mengidentifikasi, memetakan, menentukan prioritas dan arah pengembangan yang
ditetapkan pemerintah Kabupaten Merauke dan masyarakat yang nantinya menjadi panduan penyusunan
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dan rencana tindak sanitasi dalam bentuk Memorandum Program
Sektor Sanitasi (MPSS) sebagai upaya percepatan pembangunan sanitasi permukiman secara
komprehensif dan berkelanjutan. Di samping itu, pembentukan Pokja Sanitasi diharapkan dapat menjadi
embrio entitas suatu badan permanen yang akan menangani dan mengelola program pembangunan dan
pengembangan sanitasi di tingkat Kabupaten.

1.4 Metodologi
Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke ini disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten
Merauke secara partisipatif dan terintegrasi melalui kegiatan diskusi, lokalatih dan pembekalan
yang didampingi oleh Tim Pokja AMPL Provinsi Papua dengan dukungan dari Tim ProSDA
(Provincial Sanitation Development Advisor), Provincial Facilitator (PF) serta difasilitasi oleh City
Facilitator (CF). Metoda yang digunakan dalam penyusunan BPS ini menggunakan beberapa
pendekatan dan alat bantu secara bertahap untuk menghasilkan dokumen perencanaan yang
lengkap. Serangkaian kegiatan dan metoda dilakukan bersama pokja baik lokalatih, diskusi atau
FGD serta pembekalan.
Secara umum metode di dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi ini terdiri dari beberapa langkah,
yaitu :

1. Pengumpulan Data Sekunder


Data sekunder sektor sanitasi digunakan sebagai dasar untuk membuat pemetaan kondisi sanitasi
secara aktual, serta memotret kebutuhan akan layanan sanitasi yang baik, sesuai standar kebutuhan
minimal pembangunan sanitasi. Tidak hanya sekedar kompilasi, tetapi juga dilakukan proses seleksi
dan verifikasi data. Banyak dokumen kegiatan program yang mampu memberikan informasi mengenai
apa yang terjadi dimasa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada masa kini.

2. Pendalaman data Sekunder yang telah diperoleh


Dari data sekunder yang telah diperoleh, maka dilakukan verifikasi lanjutan, pengecekan silang datadata yang diperoleh dan pendalaman data tersebut dengan melaksanakan:

pertemuan secara berkala dengan anggota Pokja yang dikoordinasikan oleh Bappeda
Kabupaten Merauke selaku Ketua Tim Teknis Pokja
meninjau tempat-tempat yang dilayani program sanitasi serta sebagian dari daerah
pelayanan di kawasan perkotaan dan daerah kumuh (survey dan observasi)
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

diskusi baik yang bersifat teknis (focus group discussion) maupun dengan pihak-pihak
yang terlibat dalam sanitasi. Diskusi untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terkait
kondisi yang ada serta upaya-upaya yang telah, sedang dan akan dilakukan untuk
meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat di bidang sanitasi
3. Pengumpulan Data primer
Data primer yang dikumpulkan meliputi :
Studi Kelembagaan dan Keuangan
Penilaian Sanitasi Berbasis Masyarakat (Community-based Sanitation Assessment)
Studi Penyedia Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment/SSA)
Studi Komunikasi dan Pemetaan Media
Penilaian Kesehatan Lingkungan (EHRA) dari Dinas Kesehatan
Kajian Sanitasi Sekolah

1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain


Penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke mengacu pada peraturan perundangundangan nasional, Perarturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Kebijakan dan Strategi Nasional serta
peraturan daerah untuk mendukung Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di daerah.
Peraturan perundangan yang terkait dengan program percepatan pembangunan sanitasi permukiman
Kabupaten MERAUKE meliputi :

1.5.1 UNDANG- UNDANG REPUBLIK INDONESIA


1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
jawab Keuangan Negara.
5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-undang No. 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Kedua atas Undang-undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah.
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2005-2025.
9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
10. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
11. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.
12. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial
13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
14. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
15. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga.
16. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.
17. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
18. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

19. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.

1.5.2 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan
Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3892)
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004 Tentang Rencana
Kerja Pemerintah.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490);
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar
Akuntansi Pemerintah.
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2005 Tentang Pinjaman
Daerah.
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Dana
Perimbangan.
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2005 Tentang Hibah
Kepada Daerah.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Standar
Pelayanan Minimum.
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
17. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
Uang Negara/Daerah.
18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi
Perangkat Daerah.
19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2007 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerja Sama Daerah.
20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
21. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2008 Tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

22. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah.
23. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana
Tata Ruang Nasional.
24. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air.
25. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Modal di Daerah.
26. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.
27. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2010 Tentang Perubahan
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan
Daerah.
28. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2010 Tentang Bentuk dan
Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang.
29. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2010 Tentang Tata Cara
Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
30. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
31. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2010 Tentang Jenis Pajak
Daerah yang dipungut berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau dibayar sendiri
oleh Wajib Pajak.
32. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Tata Cara
Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah.
33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman
Daerah.
34. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai.
35. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin
Lingkungan.

1.5.3 PERATURAN PRESIDEN


1. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014.
1.5.4 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan.
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi
Pengelolaan Sumber Daya Air.
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi
Pengelolaan Sumber Daya Air.
1.5.5 PERATURAN MENTERI REPUBLIK INDONESIA
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Peraturan Menteri PU No. 494 Tahun 2005 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pembangunan Perkotaan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 310).
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Kebijakan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM).
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2006 Tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP).
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan .
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Standarisasi Sarana
dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pemerintahan Dalam Negeri Di Kabupaten/Kota.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pedoman Analisis
Beban Kerja Di lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2008 Tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman
(KSNP-SPALP).
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2010 Tentang Pedoman
Pengelolaan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi di Lingkungan Kementerian Dalam
Negeri dan Pemerintah Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Pelaksanan Reduce, Reuse dan Recycle Melalui Benda Sampah.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Jeis Usaha
dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Keterlibatan
Masyarakat Dalam proses AMDAL dan Izin Lingkungan.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Tatalaksana
Penilaian Dokumen Lingkungan Hidup Serta Izin Lingkungan.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

1.5.6 KEPUTUSAN MENTERI REPUBLIK INDONESIA


1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7 /1995 tentang
Program Kali Bersih.
2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 269/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan
UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum
3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 337/1996 tentang Petunjuk Tata Laksana UKL dan
UPL Departemen Pekerjaan Umum
4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 296/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan
UKL UPL Proyek Bidang Pekerjaan Umum
5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis
Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi degan AMDAL.
6. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534 Tahun 2001 Tentang
Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Pemetaan Ruang, Perumahan dan
Permukiman dan Pekerjaan Umum.
7. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 217 Tahun 2002 Tentang
Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP).
8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang
Baku Mutu air Limbah Domestik.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X /2004 tentang
Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).
10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/KPTS/M/2005 tentang Pedoman
Pemberdayaan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil
11. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 tahun 2006 Tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengelolaan persampahan
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX /2008 tentang
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
1.5.7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE
1. Peraturan Daerah Kabupaten Merauke Nomor 11 Tahun 2005, Tentang Ketertiban, Kebersihan,
dan Keindahan (K-3);
2. Peraturan Daerah Kabupaten Merauke Nomor 14 Tahun 2011, Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten MeraukeTahun 2010 2030;
3. Peraturan Daerah Kabupaten Merauke Nomor 5 Tahun 2014, Tentang Pengelolaan Sampah.

BAB 2
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi fisik
2.1.1 Kondisi Geografis
1. Letak Geografis
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Kabupaten Merauke adalah salah satu kabupaten yang berada pada wilayah
Provinsi Papua dimana secara geografis terletak antara 1370 1410 Bujur Timur dan 50
90 Lintang Selatan. Dengan luas mencapai hingga 46.791,63 km2 atau 14,67 persen
dari keseluruhan wilayah Provinsi Papua menjadikan Kabupaten Merauke sebagai
kabupaten terluas tidak hanya di Provinsi Papua namun juga di antara kabupaten
lainnya di Indonesia. Secara administratif Kabupaten Merauke memiliki 20 distrik, dimana
Distrik Waan merupakan
distrik
yang
terluas
yaitu mencapai 5.416,84 km2
sedangkan Distrik Semangga adalah distrik yang terkecil dengan luas hanya mencapai
326,95 km2 atau hanya 0,01 persen dari total luas wilayah Kabupaten Merauke. Sementara
luas perairan di Kabupaten Merauke mencapai 5.089,71 km2.
Kabupaten Merauke dibatasi oleh daratan dan lautan. Secara geografis, Kabupaten
Merauke disebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Mappi dan Kabupaten
Boven Digoel, sebelah timur berbatasan dengan Papua New Guinea, di sebelah selatan
dan barat berbatasan dengan Laut Arafuru. Jika ditinjau menurut kelas ketinggiannya,
Kabupaten Merauke merupakan wilayah dataran rendah yang memiliki kelas ketinggian
antara 0-60 mdpl.
2. Topografis
Kabupaten Merauke merupakan daerah datar di mana sebagian besar wilayah
berada pada ketinggian antara 3 - 44 meter di atas permukaan laut (dpl) dan hanya tiga
wilayah yaitu Distrik Muting, Elikobel, dan Ulilin yang berada pada ketinggian antara 40 - 60
meter dari permukaan air laut. Seperti halnya dengan daerah Indonesia yang beriklim tropis,
suhu udara rata-rata di Kabupaten Merauke berkisar antara 23 0 320C dengan jumlah
curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu 2.962,3 mm sedangkan jumlah hari
hujan tertinggi yaitu 210 dicapai pada tahun 2013.
3. Perwilayahan DAS
Secara umum, Kabupaten Merauke memiliki 3 (tiga) perwilayahan Daerah Aliran
Sungai (DAS), yaitu DAS Bikuma, DAS Bulaka, dan DAS Dolak. DAS BIKUMA sendiri terdiri
dari 3 (tiga) DAS, yaitu DAS Bian, Kumbe, dan Maro. Selain itu, ada sebagian wilayah
Kabupaten Merauke yang termasuk dalam perwilayahan DAS Digul. Apabila perwilayahan
DAS tersebut disesuaikan dengan perwilayahan administrasi distrik di Kabupaten Merauke,
maka perwilayahan DAS tersebut dapat dibagi menjadi 6 (enam) kelompok, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Distrik Ulilin, Muting, Animha, Kurik, Kaptel, Distrik Malind dan Distrik Okaba
tergabung dalam DAS Bian (DAS BIKUMA) dengan luas 999.918, 9 Ha.
Distrik Elikobel, Muting, Tanah Miring, Jagebob, Semangga, Merauke, Kurik,
Animha dan Distrik Malind tergabung dalam DAS Kumbe (DAS BIKUMA) dengan luas
465.140,1 Ha.
Distrik Elikobel, Muting, Tanah Miring, Jagebob, Semangga, Merauke, Kurik,
Animha dan Distrik Sota tergabung dalam DAS Maro (DAS BIKUMA) dengan luas
829.112,5 Ha.
Distrik Ulilin, Kaptel, Ngguti, Ilwayab, Tubang dan Distrik Okaba tergabung dalam
DAS Buraka 876.627,5 Ha
Distrik Ilwayab, Tabonji, Kimaam dan Distrik Waan tergabung dalam DAS Dolak
dengan luas 1.246.950,8 Ha.
Distrik Kaptel, Ngguti, Ilwayab, Tabonji dan Distrik Kimaam tergabung dalam DAS
Digul dengan luas 233.594,1 Ha

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Dalam aspek pengelolaan wilayah DAS, umumnya satuan perwilayahan DAS


tersebut dibagi lagi ke dalam tiga bagian wilayah, yaitu wilayah hulu (upstream), sebagai
bagian wilayah yang menyimpan air, wilayah tengah (median), sebagai bagian wilayah
yang mengalirkan sekaligus menyimpan air, dan ketiga wilayah hilir (downstream), sebagai
muara dari aliran sungai. Ketiga bagian ini saling terkait dan harus saling mendukung
kapasitas sungai yang mengalirkan air tersebut tetap terjaga dan dapat meneruskan air
tanpa harus memberikan limpasan air pada daerah kiri kanan sungainya, bahkan pada saat
curah hujan tinggi.
Untuk perwilayahan DAS Bikuma, Wilayah Upstream, meliputi Distrik Ulilin,
Elikobel, dan Muting; Wilayah Median, meliputi Kurik, Tanah Miring, Jagebob, dan Sota;
serta Wilayah Downstream, meliputi bagian selatan-timur Distrik Okaba, Kurik, Semangga
dan Merauke.
Untuk perwilayahan DAS Buraka, wilayah Upstream, meliputi: Wilayah Distrik
Ngguti, Bangian barat laut distrik Kaptel , wilayah Median, meliputi Wilayah bagian utara
Distrik Okaba dan wilayah downstream, meliputi Distrik Tubang.
Untuk perwilayahan DAS Dolak, Wilayah Upstreamnya meliputi: wilayah Pulau
Dolak sendiri sebagai catchment area-nya dan wilayah downstreamnya berupa sungaisungai kecil yang tidak terhitung jumlahnya. Wilayah DAS ini dihitung sebagai satu DAS
pulau berdasarkan Kepmen 11 tahun 2005 tentang Perwilayahan Sungai. Dalam peraturan
tersebut dijelaskan bahwa Daerah Aliran Sungai dapat ditentukan oleh Sungai menurut
sungainya dan juga dapat dinamai berdasarkan Pulau. Hal tersebut terjadi pula dalam
kasusu Merauke, dimana Pulau Dolak memiliki banyak sungai dan anak sungai sehingga
DAS-nya dinamai sesuai dengan nama Pulaunya.
Tabel 2.1 Nama - nama Sungai Kabupaten Merauke
No.

Nama DAS

1
2
3
4
5
6

Bian
Kumbe
Maro
Dolok
Buraka
Digul

Luas (Ha)
548.611,63
256.176,22
459.647,97
680.938,06
480.357,78
129.184,25

Sumber : RTRW Kabupaten Merauke

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 13

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

2.1.2 Administratif.
Kabupaten Merauke terletak pada koordinat 137 0 1410 Bujur Timur (BT) dan 50
0
9 Lintang Selatan (LS) dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mappi dan Kabupaten Bouven Digoel;
Sebelah Timur dengan Negara Papua New Guinea;
Sebelah Barat dengan Laut Arafura;
Sebelah Selatan dengan Laut Arafura.
Luas Kabupaten Merauke adalah 46.791,63 km 2 (Merauke dalam angka, 2013),
yang terdiri dari 20 distrik dengan distrik terjauh adalah distrik Muting yaitu 247 km dari
ibukota kabupaten. Distrik Waan merupakan distrik terluas yaitu mencapai 5.416,84 km 2
atau sekitar 11,58% dari total luas areal diikuti oleh Distrik Ulilin seluas 5.092,57 km 2 atau
10,88%.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 2.2 Nama , Luas Wilayah dan J u m l a h k e l u r a h a n p e r - k e c a m a t a n


/Distrik
Luas Wilayah
No

Distrik

Jumlah
Kelurahan/
Kampung

Administrasi
(Ha)

(%) thd
Total
9,9

Kimaam

11 Kampung

Waan

8 Kampung

541.683,98

Tabonji

9 Kampung

286.806,48

Ilyawab

4 Kampung

Okaba

8 Kampung

156.049,89

Tubang

6 kampung

278.117,58

Ngguti

5 Kampung

355.461,64

Kaptel

4 Kampung

Kurik

9 Kampung

10

Malind

7Kampung

11

Animha

5Kampung

12

Merauke

2 Kampung ; 8
Kelurahan

144.562,69

13

Semangga

10Kampung

32.695,06

14

Tanah
Miring

14Kampung

151.667,25

15

Jagebob

14Kampung

16

Sota

5Kampung

284.320,73

17

Naukenjerai

5Kampung

90.586,37

18

Muting

12Kampung

350.167,49

19

Elikobel

12Kampung

20

Ulilin

11Kampung
Total

Terbangun

463.030,36

0
11,
58
6,1
3
4,2

199.908,19

7
3,3
3
5,9
4
7,6
0
5,1

238.404,75

97.704,64

49.059,59

1,05

146.560,29

2,0

3,1
3,0
9
0,7
0
3,2
4
2,9
136.496,13

2
6,0
8
1,9
4
7,4
8
3,5

166.623,50
509.256,65
4.679.163,2
6

6
10,
88
100,00

(Ha)
8.719,
29
467,
06
416,
34
197,
91
114,2
6
224,
10
132,
05
474,
21
366,
75

(%)thd
Total
45,
97
2,4
6
2,1
9
1,0
4
0,6
0
1,1
8
0,7
0
2,5
0
1,9
3

431,
10

147,
67

844,
47

462,
78
1.225,
80
1.630,
08
774,
63
275,
40
433,
80
391,
41
1.238,
76
18.967,87

2,2
0,7
4,4
2,4
4
6,4
6
8,5
9
4,0
8
1,4
5
2,2
9
2,0
6
6,5
3
100,00

Sumber: RTRW Kabupaten Merauke 2010-2030

Berikut luas wilayah dan batas-batas wilayah Kabupaten Merauke jika dilihat dari bentuk
gambaran peta seperti pada Peta 2.1 berikut ini :

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Peta 2.2 Peta Administrasi Kabupaten Merauke

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 15

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

2.1.2 Kondisi Fisik


1. Kondisi Hidrologi
a. Iklim dan Curah Hujan
Kabupaten Merauke memiliki iklim yang sangat tegas antara musim penghujan
dan musim kemarau. Menurut Oldeman (1975), wilayah Kabupaten Merauke berada
pada zona Agroclimate Zone C yang memiliki masa basah antara 5-6 bulan. Dataran
Merauke mempunyai karakteristik iklim yang agak khusus yang mana curah hujan yang
terjadi dipengaruhi oleh Angin Muson, baik Muson Barat - Barat Laut (Angin Muson
Basah) dan Muson Timur Timur Tenggara (Angin Muson Kering) dan juga dipengaruhi
oleh kondisi Topografi dan elevasi daerah setempat.
Curah hujan pertahun di Kabupaten Merauke rata-rata mencapai 1.558,7 mm.
Dari data yang ada memperlihatkan bahwa perbedaan jumlah curah hujan pertahun
antara daerah Merauke Selatan dan bagian utara. Secara umum terjadi peningkatan
curah hujan pertahun dari daerah Merauke Selatan (1000 - 1500) dibagian Muting,
kemudian curah hujan dengan jumlah 1500-2000 mm/tahun terdapat di Kecamatan
Okaba dan sebagian Muting, selebihnya semakin menuju ke Utara curah hujannya
semakin tinggi. Perbedaan tersebut juga berlaku pada jumlah bulan basah yaitu semakin
kebagian utara masa basah sangat panjang sedangkan pada bagian selatan terdapat
masa basah yang relatif pendek. Kondisi iklim yang demikian berpeluang untuk dua kali
tanam. Musim hujan yang terjadi merupakan kendala terhadap kondisi jalan-jalan tanah
yang setiap tahun mengalami kerusakan.
Sementara disisi lain musim kemarau yang panjang justru mengakibatkan
kekurangan air bersih dan air irigasi bagi masyarakat dan petani. Berdasarkan data iklim
yamg dikeluarkan oleh Kantor Meteorologi dan Geofisika Merauke menunjukkan bahwa
kecepatan angin hampir sama sepanjang tahun; di daerah pantai bertiup cukup kencang
sekitar 4-5 m/det dan dipedalaman berkisar 2 m/det. Penyinaran matahari rata-rata di
Merauke adalah 5,5 jam/hari pada bulan Juli dan yang terbesar 8,43 jam/hari pada bulan
September, dengan rata-rata harian selama setahun sebesar 6,62 jam. Tingkat
kelembapan udara cukup tinggi karena dipengaruhi oleh iklim Tropis Basah, kelembapan
rata-rata berkisar antara 78-81%.
2. Kondisi Klimatologi
Di tahun 2012 suhu udara rata- rata di Kabupaten Merauke adalah
sebesar 26,500C dengan suhu terendah sebesar 22,600C yang terjadi pada bulan
agustus dan suhu tertinggi terjadi pada bulan desember sebesar 33,700C.
Kelembaban relatif di Kabupaten Merauke adalah sebesar 79,40 persen. Kondisi paling
lembab terjadi pada bulan mei sebesar 85,40 persen.
Pada tahun 2012 rata-rata tekanan udara sebesar 1.009,10 mb. Rata-rata
kecepatan angin di tahun 2012 ini adalah sebesar 12 knot. Secara total selama tahun
2012 jumlah hari hujan di Kabupaten Merauke adalah 155 hari. Curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan maret dengan besar 525,90 mm. Sebaliknya curah hujan
terendah terjadi pada bulan agustus dengan hanya sebesar 3,30 mm.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

2.2 Demografis
2.2.1 Jumlah dan Distribusi Penduduk
Pada tahun 2013 jumlah penduduk di Kabupaten Merauke berjumlah 70,002 jiwa
yang menempati wilayah seluas 1.445,63 km 2, dengan komposisi penduduk laki-laki 35,974
jiwa (51,39 %) dan perempuan 34,028 jiwa (48,61%). Sex ratio penduduk Kabupaten
Merauke sebesar 105,72. Angka ini menunjukkan bahwa dari setiap 100 perempuan
terdapat sekitar orang laki-laki.
Berikut ini diagram yang memperlihatkan kepadatan tiap Distrik yang ada di
Kabupaten Merauke Dari diagram diatas kita dapat melihat jomplangnya konsentrasi dan
persebaran penduduk di Kabupaten Merauke. Berdasarkan konsentrasi penduduk per
distrik didapatkan bahwa kepadatan penduduk tertinggi di wilayah Kabupaten Merauke
berada di wilayah Distrik Merauke yaitu 38,5 jiwa/km2, sedangkan konsentrasi yang
terendah adalah di Distrik Kaptel dan Distrik Ngguti yaitu masing-masingnya 0,6 jiwa/km2.
Sedangkan kepadatan rata-rata penduduk Kabupaten Merauke adalah 3,8 jiwa per km2.
Terkonsentrasinya jumlah penduduk di Distrik Merauke disebabkan oleh
lengkapnya fasilitas pelayanan umum di distrik tersebut, dimana distrik-distrik lain di wilayah
kabupaten ini banyak yang belum terbangun. Bahkan sebagian besar distrik-distrik baru
belum terbangun sama sekali baik dari segi fasilitas pelayanan maupun dari segi
infrastruktur. Faktor lainnya adalah tingginya bangkitan kegiatan di distrik ini dibandingkan
distrik lainnya. Bangkitan kegiatan yang dimaksud tidak hanya lapangan pekerjaan, akan
tetapi juga faktor pendidikan lanjut. Hampir seluruh anak sekolah tingkat lanjut dari distrikdistrik lain di seluruh Merauke meneruskan pendidikannya ke Perguruan Tinggi yang ada di
Distrik ini. Faktor ketiga adalah banyaknya jumlah pendatang dari daerah luar Kabupaten
Merauke yang mencoba mencari penghidupan di Kabupaten ini langsung menetap di Kota
Merauke. Pendatang baru ini adalah orang-orang non-transmigran, karena program
penempatan transmigrasi ke Kabupaten Merauke sendiri telah dihentikan sejak tahun 2000.
Distrik-distrik lain yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi adalah Distrik
Semangga, Distrik Malind dan Distrik Kurik. Distrik-distrik adalah distrik-distrik yang dulunya
merupakan daerah penempatan transmigrasi akan tetapi sudah berkembang menjadi pusatpusat permukiman baru bagi penduduk pendatang lainnya. Faktor kedekatan ketiga Distrik
ini dengan Kota Merauke serta bagusnya akses ke Ibukota Kabupaten ini juga merupakan
faktor penarik bagi penduduk yang ingin mencari pekerjaan di Kota Merauke. Khusus unuk
Distrik Semangga dan Kurik, di Distrik ini juga terdapat desa-desa yang dihuni oleh
penduduk perintis, yaitu penduduk pendatang non transmigran yang telah berpuluh tahun
tinggal di Merauke.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Merauke Tahun 2009 - 2013
N
o

Persentase Pertumbuhan
Penduduk
Tahun

Jumlah Penduduk

Nama
Distrik

Tahun
2009
96,88
1

2010
106,6
96

2011
110,
819

2012
115,
359

2013
120,
656

2009
17.51
9%

2010
9.199
%

2011
3.720
%

2012
3.936
%
0.014
%

Jumlah KK

Tingkat Pertumbuhan

Tahun
2013
4.390
%
0.224
%

Tahun

201
0
26,6
74

201
1
27,7
05

201
2
28,8
40

201
3
30,1
64

201
0
0.7
38

201
1
0.7
67

201
2
0.7
98

201
3
0.8
35

1,297

1,43
0

1,43
1

1,43
1

1,42
8

0.014

0.0
15

0.0
15

0.0
15

0.0
15

1,157

1,29
1

1,29
6

1,29
2

1,29
8

0.030

0.0
33

0.0
33

0.0
33

0.0
33

550

568

570

585

598

0.008

0.0
08

0.0
08

0.0
08

0.0
08

317

364

365

367

366

0.007

0.0
08

0.0
08

0.0
08

0.0
08

623

714

714

713

713

0.009

0.0
10

0.0
10

0.0
10

0.0
10

367

410

411

426

427

0.005

0.0
06

0.0
06

0.0
06

0.0
06

1,317

1,44
0

1,44
1

1,44
6

1,44
6

0.010

0.0
11

0.0
11

0.0
11

0.0
11

2009
24,22
0

2009

Merauke

Kimaam

6,487

7,149

7,15
3

7,15
4

7,13
8

24.95
8%

9.260
%

0.056
%

Okaba

4,626

5,163

5,18
5

5,16
7

5,19
2

8.344
%

10.40
1%

0.424
%

Naukenj
eray

2,199

2,272

2,28
0

2,34
0

2,39
0

11.59
6%

3.213
%

0.351
%

0.348
%
2.564
%

Kaptel

1,587

1,820

1,82
4

1,83
3

1,82
9

3.970
%

12.80
2%

0.219
%

0.491
%

Tubang

2,490

2,855

2,85
4

2,85
2

2,85
2

3.333
%

12.78
5%

Ngguti

1,834

2,052

2,05
3

2,13
2

2,13
7

1.636
%

10.62
4%

0.035
%
0.049
%

0.070
%
3.705
%

Tabonji

5,269

5,759

5,76
5

5,78
5

5,78
4

12.52
6%

8.508
%

0.104
%

0.346
%

Waan

4,075

4,480

4,49
2

4,49
0

4,49
5

3.018
%

9.040
%

0.267
%

0.045
%

0.111
%

1,019

1,12
0

1,12
3

1,12
3

1,12
4

0.014

0.0
16

0.0
16

0.0
16

0.0
16

1
0

Ilwayab

4,790

5,514

5,51
1

5,63
1

5,67
1

16.66
0%

13.13
0%

2.131
%

0.705
%

1,198

1,37
9

1,37
8

1,40
8

1,41
8

0.024

0.0
28

0.0
28

0.0
28

0.0
28

1
1

Animha

2,051

2,420

2,41
0

2,41
9

2,45
7

1.170
%

15.24
8%

0.372
%

1.547
%

410

484

482

484

491

0.042

0.0
49

0.0
49

0.0
49

0.0
50

Malind

9,383

10,38
9

Muting

5,142

5,607

Semang
ga
Tanah
Miring
Jagebob

13,62
0
18,11
2
8,607

15,30
3
19,54
1
8,969

10,4
83
5,62
2
15,6
66
19,9
79
9,07

10,6
85
5,70
0
16,2
04
20,5
04
9,18

11,0
03
5,74
2
16,9
37
21,1
48
9,40

8.206
%
0.214
%
10.17
6%
6.808
%
8.133

9.683
%
8.293
%
10.99
8%
7.313
%
4.036

1.891
%
1.368
%
3.320
%
2.560
%
1.133

2.890
%
0.731
%
4.328
%
3.045
%
2.423

2,59
7
1,40
2
3,82
6
4,88
5
2,24

2,62
1
1,40
6
3,91
7
4,99
5
2,26

2,67
1
1,42
5
4,05
1
5,12
6
2,29

2,75
1
1,43
6
4,23
4
5,28
7
2,35

0.0
71
0.0
16
0.1
69
0.5
98
0.0

0.0
72
0.0
16
0.1
73
0.6
11
0.0

0.0
73
0.0
16
0.1
79
0.6
27
0.0

0.0
75
0.0
16
0.1
87
0.6
47
0.0

1
2
1
3
1
4
1
5
1

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

0.054
%
0.415
%
0.897
%
0.267
%
2.317
%
2.192
%
1.179

0.482
%
2.092
%
0.219
%
0.000
%
0.234
%
0.017
%

2,346
1,286
3,405
4,528
2,152

Page 18

0.670

0.064
0.015
0.150
0.554
0.057

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

1
7
1
8
1
9
2
0

3,86
8
4,92
1
4,59
6
15,3
86
239,
943

3,91
5
4,95
9
4,65
7
15,8
86
246,
852

3,91
8
5,10
0
4,71
7
16,4
48
255,
022

6.405
%
8.237
%
6.645
%
10.53
5%
8.504
%

20.43
7%
0.413
%
4.669
%
9.095
%
9.457
%

0.569
%
1.646
%
0.740
%
1.592
%
0.804
%

1.201
%
0.766
%
1.310
%
3.147
%
1.490
%

0.077
%
2.765
%
1.272
%
3.417
%
1.502
%

Sota

3,060

3,846

Ulilin

4,820

4,840

Elikobel

4,349

4,562

13,76
4
213,1
46

15,14
1
234,3
78

Kurik
Total

2
765
1,205
1,087
3,441
52,68
9

962

967

979

980

1,21
0
1,14
1
3,78
5
57,9
22

1,23
0
1,14
9
3,84
7
59,3
14

1,24
0
1,16
4
3,97
2
61,0
36

1,27
5
1,17
9
4,11
2
63,0
77

Sumber: Merauke Dalam Angka, tahun 2013

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 19

0.022
0.009
0.026
0.141
0.094

59

60

61

62

0.0
28
0.0
10
0.0
27
0.1
55
0.1
03

0.0
28
0.0
10
0.0
28
0.1
57
0.1
05

0.0
29
0.0
10
0.0
28
0.1
63
0.1
08

0.0
29
0.0
10
0.0
28
0.1
68
0.1
12

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

1. Laju Pertumbuhan Penduduk dan Proyeksi Penduduk


Angka Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dihitung dengan melihat data jumlah
penduduk dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data yang dikumpulkan, Laju
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Merauke berturut-turut dari tahun 2012-2013 adalah
1,4 % dan 1,5 %. Melihat kecenderungan tersebut, laju pertumbuhan penduduk
Kabupaten Merauke tergolong tinggi. Namun tergolong kecil jika dibandingkan dengan
Laju pertumbuhan Penduduk Provinsi Papua dengan nilai 2,49% per tahun. Angka
tersebut merupakan akumulasi dari faktor angka kelahiran, angka kematian dan migrasi
penduduk.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

. Tabel 2.4 Jumlah Penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
N

Nama

Distri
k

Merauke

Kimaam

Okaba

Naukenj
eray

Kaptel

Tubang

Ngguti

Tabonji

Waan

1
0
1
1
1
2
1
3
1

Ilwayab
Animha
Malind
Muting

Persentase Pertumbuhan

Jumlah Penduduk
Tahun
201
4
130,
010
7,62
4
5,39
2
2,48
5
1,89
2
2,94
3
2,20
6
6,03
2
4,60
6
6,04
0
2,54
5
11,5
22
5,86

Jumlah KK

Penduduk
Tahun

Tingkat Pertumbuhan

Tahun

Tahun

2015

2016

2017

2018

2014

2015

2016

2017

2018

2014

2015

2016

2017

2018

140,0

150,9

162,

175,

7.195

7.195

7.195

7.195

7.195

32,50

35,0

37,7

40,6

43,8

90

51
8,699

265
9,92

%
6.378

%
6.378

%
6.378

%
6.378

%
6.378

8,144

654
9,29

22
1,62

38
1,74

64
1,85

16
2,48

5,601

5,817

1
6,04

4
6,27

%
3.717

%
3.717

%
3.717

%
3.717

%
3.717

9
1,40

0
1,45

8
1,51

1
1,56

%
3.812

%
3.812

%
3.812

%
3.812

%
3.812

2,686

5
2,90

2,583

1
2,79

%
3.337

%
3.337

%
3.337

%
3.337

%
3.337

646

671

698

726

0.009

2,025

3
2,16

621

1,957

2
2,09

%
3.103

%
3.103

%
3.103

%
3.103

%
3.103

391

405

419

542

0.008

3,135

7
3,33

378

3,038

5
3,23

%
3.147

%
3.147

%
3.147

%
3.147

%
3.147

759

784

809

835

0.011

2,352

9
2,50

736

2,278

5
2,42
9
6,84

8
7,13

%
4.117

%
4.117

%
4.117

%
4.117

%
4.117

441

456

470

486

627

0.006

1,57

1,64

1,71

1,78

3
4,95

7
5,08

%
2.419

%
2.419

%
2.419

%
2.419

%
2.419

3
1,18

0
1,20

1
1,23

4
1,27

7
7,29

0
7,77

%
6.116

%
6.116

%
6.116

%
6.116

%
6.116

0
1,60

9
1,71

9
1,82

0
1,94

9
2,82

5
2,93

%
3.460

%
3.460

%
3.460

%
3.460

%
3.460

9
13,2

0
13,8

%
4.501

%
4.501

%
4.501

%
4.501

%
4.501

527

546

566

733

3,01

3,15

3,30

3,46

29
6,25

52
6,39

%
2.128

%
2.128

%
2.128

%
2.128

%
2.128

6
1,49

8
1,53

7
1,56

3
1,59

4
22,9

%
5.863

%
5.863

%
5.863

%
5.863

%
5.863

9
4,77

1
5,07

5
5,39

9
5,72

8
5,76

6
6,01

2
6,27

8
6,55

6,291

6,561

4,721

4,838

6,434

6,853

2,636

2,731

12,06

12,63

5,994

6,125

19,11

20,30

8
21,5

Semang

7
17,9

4
1

ga
Tanah

92
22,0

2
23,04

3
24,05

67
25,1

10
26,2

%
4.200

%
4.200

%
4.200

%
4.200

%
4.200

Miring

75

07

08

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

1,525
1,348

1,508
1,152
1,510
509
2,880
1,467
4,498
5,519

Page 21

2014
0.899
0.016
0.035

0.011
0.016
0.030
0.052
0.079
0.017
0.199
0.675

201

201

201

201

5
0.9

6
1.0

7
1.1

8
2.1

69
0.0

44
0.0

25
0.0

93
2.0

18
0.0

19
0.0

20
0.0

39
1.4

36
0.0

37
0.0

39
0.0

80
1.4

09
0.0

09
0.0

10
0.0

93
1.4

08
0.0

08
0.0

09
0.0

22
1.3

11
0.0

11
0.0

12
0.0

87
1.3

06
0.0

07
0.0

07
0.0

90
1.5

12
0.0

12
0.0

13
0.0

48
1.2

16
0.0

17
0.0

17
0.0

86
1.9

32
0.0

34
0.0

37
0.0

48
1.4

54
0.0

56
0.0

58
0.0

46
1.6

82
0.0

86
0.0

90
0.0

08
1.2

17
0.2

17
0.2

18
0.2

46
1.8

11
0.7

24
0.7

38
0.7

73
1.5

05

36

68

53

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

1
6
1
7
1
8
1
9
2
0

Jagebob
Sota
Ulilin
Elikobel
Kurik

9,72

10,05

10,39

10,7

11,1

3.270

3.270

3.270

3.270

3.270

6
4,14

4,380

4,632

46
4,89

10
5,17

%
5.426

%
5.426

%
5.426

%
5.426

%
5.426

5,386

5,535

8
5,68

9
5,84

%
2.691

%
2.691

%
2.691

%
2.691

%
2.691

4,997

5,143

8
5,29

5
5,44

%
2.844

%
2.844

%
2.844

%
2.844

%
2.844

18,32

19,34

4
20,4

9
21,5

%
5.265

%
5.265

%
5.265

%
5.265

%
5.265

20

55

3
5,24
1
4,85
5
17,3
62

2,432
1,036
1,310
1,214
4,341

2,51

2,59

2,68

2,77

4
1,09

9
1,15

7
1,22

7
1,29

5
1,34

8
1,38

4
1,42

5
1,46

6
1,24

4
1,28

2
1,32

1
1,36

9
4,58

6
4,83

4
5,10

2
5,38

Sumber : Merauke Dalam Angka, 2013

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 22

0.064
0.030
0.010
0.029
0.178

0.0

0.0

0.0

1.4

66
0.0

69
0.0

71
0.0

05
1.8

32
0.0

34
0.0

36
0.0

08
1.3

11
0.0

11
0.0

11
0.0

22
1.3

30
0.1

31
0.1

32
0.2

42
1.7

88

98

09

50

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah


2.3.1 Keuangan Daerah
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala
bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah. Pengelolaan
keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang
kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan
pembangunan daerah, sehingga analisis pengelolaan keuangan daerah menjelaskan
tentang aspek kebijakan keuangan daerah, yang berkaitan dengan pendapatan, belanja
dan pembiayaan daerah serta capaian kinerja, guna mewujudkan visi dan misi Daerah.
Selama lima tahun terakhir (2009 - 2013) kebijakan pengelolaan keuangan daerah
meliputi kebijakan penerimaan keuangan daerah dan pengeluaran keuangan daerah seperti
yang digambarkan pada Tabel berikut :

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 2.5 Ringkasan Realisasi APBD Kabupaten Merauke tahun 2009 - 2013
Rata2
pertumbuhan

Tahun
Realisasi Anggaran
No
A

Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3)

a.1

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2009

2010

2011

2012

2013

(%)

1.078.744.346.610,00

1.140.934.001.301,00

1.213.199.062.802,00

1.568.149.620.941,00

1.674.388.233.960,00

103.693.690.095,00

98.845.617.498,00

98.830.012.489,00

105.089.936.849,00

130.938.483.167,00

a.1.1

Pajak daerah

7.395.797.457,00

8.685.405.607,00

10.451.674.641,00

12.762.501.393,00

15.249.050.531,00

a.1.2

Retribusi daerah

12.883.790.575,00

10.547.073.697,00

21.360.228.675,00

26.361.528.185,00

62.849.134.719,00

a.1.3

Hasil pengolahan kekayaan daerah yang


dipisahkan
Lain-lain pendapatan daerah yang sah

58.831.296.493,00

53.846.067.472,00

46.339.994.901,00

46.294.994.901,00

34.883.027.833,00

24.582.805.570,00

25.767.070.722,00

20.678.114.272,00

19.670.912.370,00

17.957.270.084,00

Dana Perimbangan (Transfer)

863.671.381.958,00

929.280.177.869,00

1.023.895.085.379,00

1.332.999.189.235,00

1.403.795.340.050,00

83

a.2.1

Dana bagi hasil

67.146.365.958,00

72.430.255.869,00

55.664.561.379,00

58.782.489.235,00

48.517.490.050,00

a.2.2

Dana alokasi umum

702.758.416.000,00

754.067.822.000,00

865.521.774.000,00

1.039.460.880.000,00

1.161.464.820.000,00

68

a.2.3

Dana alokasi khusus

93.766.600.000,00

102.782.100.000,00

102.708.750.000,00

234.755.820.000,00

193.813.030.000,00

11

Lain-lain Pendapatan yang Sah

111.379.274.557,00

112.808.205.934,00

90.473.964.934,00

130.060.494.857,00

139.654.410.743,00

a.1.4
a.2

a.3
a.3.1

Hibah

a.3.2

Dana darurat

a.3.3

Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada


kab./kota

9.512.447.663,00

10.530.861.134,00

10.530.861.134,00

14.234.123.857,00

18.117.154.743,00

a.3.4

Dana penyesuaian dan dana otonomi


khusus
Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah
daerah lainnya

73.343.141.800,00

97.925.111.800,00

79.943.103.800,00

115.826.371.000,00

121.537.256.000,00

a.3.6

Pendapatan lainnya

28.523.685.094,00

4.352.233.000,00

Belanja (b1 + b.2)

1.160.094.219.913,75

1.158.884.007.773,00

1.185.672.082.062,00

1.677.471.688.480,00

1.777.591.818.686,00

a.3.5

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 24

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Belanja Tidak Langsung

349.315.870.329,04

422.850.702.843,58

521.228.412.376,33

681.847.572.426,72

597.995.894.168,00

37

b.1.1

Belanja pegawai

323.986.250.329,04

399.503.136.843,58

443.727.630.787,33

632.300.326.926,72

481.047.924.229,00

33

b.1.2

Bunga

b.1.3

Subsidi

b.1.4

Hibah

18.140.902.806,00

14.826.965.500,00

50.992.896.000,00

b.1.5

Bantuan sosial

24.329.620.000,00

22.347.566.000,00

58.359.878.783,00

32.720.280.000,00

63.955.073.939,00

b.1.6

Belanja bagi hasil

b.1.7

Bantuan keuangan

b.1.8

Belanja tidak terduga

1.000.000.000,00

1.000.000.000,00

1.000.000.000,00

2.000.000.000,00

2.000.000.000,00

b.2

Belanja Langsung

810.778.349.584,71

736.033.304.929,42

664.443.669.685,67

995.624.116.053,28

1.179.595.924.518,00

63

b.2.1

Belanja pegawai

53.768.960.871,00

64.281.421.740,00

56.044.389.347,00

72.209.465.500,00

92.703.283.000,00

b.2.2

Belanja barang dan jasa

218.712.342.589,80

254.948.472.334,60

249.609.033.943,00

389.967.140.793,68

497.601.796.251,00

23

b.2.3

Belanja modal

538.297.046.123,91

416.803.410.854,82

358.790.246.395,67

533.447.509.759,60

589.290.845.267,00

36

Pembiayaan(c.1-c.2)

204.116.458.924,00

157.546.180.255,00

40.000.000.000,00

133.496.467.539,00

188.953.456.366,00

100

c.1

Penerimaan pembiayaan

207.116.458.924,00

160.546.180.255,00

40.000.000.000,00

136.496.467.539,00

196.953.456.366,00

100

c.2

Pengeluaran pembiayaan

3.000.000.000,00

3.000.000.000,00

3.000.000.000,00

8.000.000.000,00

100

122.766.585.620,25

139.596.173.783,00

67.526.980.740,00

24.174.400.000,00

85.749.871.640,00

100

b.1

Surplus/Defisit Anggaran

Sumber : APBD Kabupaten Merauke Tahun 2009-2013

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 25

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Pendapatan daerah dilakukan terhadap obyek pendapatan daerah yaitu


Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah.
Kapasitas keuangan Daerah akan menentukan kemampuan pemerintah Daerah dalam
menjalankan fungsi pelayanan masyarakat.
Data keuangan tersebut diatas diperoleh dari laporan realisasi anggaran dan
belanja Kabupaten Merauke selama 5 (lima) tahun terakhir yaitu Tahun 2009 2013 dari
Dinas Pendapatan Daerah dan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
Merauke.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 2.6 Rekapitulasi Realisasi Belanja sanitasi SKPD Kabupaten Merauke Tahun 2009-2013
No
1
1.a
1.b
2
2.a
2.b
3
3.a
3.b
4
4.a
4.b
5
5.a
5.b
6
6.a
6.b
n
n.a
n.b
8
9
10
11
12
13
14

SKPD

2009
250.000.000,00
250.000.000,00
128.758.000,00
128.758.000,00

DINAS PU
Investasi
operasional/pemeliharaan (OM)
BADAN LINGKUNGAN HIDUP
Investasi
operasional/pemeliharaan (OM)
DINAS TATA KOTA
Investasi
operasional/pemeliharaan (OM)
DINAS KESEHATAN
1.196.400.000,00
Investasi
1.196.400.000,00
operasional/pemeliharaan (OM)
BAPPEDA
Investasi
operasional/pemeliharaan (OM)
BPMK
Investasi
operasional/pemeliharaan (OM)
DINAS KOMINFO
Investasi
operasional/pemeliharaan (OM)
1,575,158,000,00
Belanja Sanitasi (1+2+3+n)
Pendanaan investasi sanitasi Total (1a+2a+3a+ 1,575,158,000,00
na)
0
Pendanaan
OM (1b+2b+3b+nb)
810,778,349,584.7
Belanja Langsung
Proporsi Belanja Sanitasi Belanja
0.001942773
1
Langsung(8/11)
Proporsi Investasi Sanitasi Total Belanja
Sanitasi
(9/8)Belanja Sanitasi
Proporsi OM Sanitasi
Total
1
(10/8) Merauke Tahun 2009-2013
Sumber: APBD Kabupaten

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

2010
1.433.150.000,00
1.433.150.000,00

Tahun
2011
8.737.134.000,00
8.737.134.000,00
200.000.000,00
200.000.000,00
1.941.884.000,00
1.941.884.000,00

2012
11.094.725.000,00
11.094.725.000,00
225.040.000,00
225.040.000,00
2.813.588.725,00
2.813.588.725,00

2013
3.379.462.450,00
3.379.462.450,00
365.690.000,00
365.690.000,00
2.505.380.000,00
2.505.380.000,00

260.494.000,00
260.494.000,00
1,693,644,000,00
1,693,644,000,00
0
736,033,304,929.42
0.002301043

367.400.000,00
367.400.000,00
9,499,827,000,00
9,499,827,000,00
0
664,443,669,685.67
0.014297415

211.700.000,00
211.700.000,00
13,109,409,450,00
13,109,409,450,00
0
995,624,116,053.28
0.013167027

337.275.000,00
337.275.000,00
3,465,105,000,00
3,465,105,000,00
0
1,179,595,924,518
0.002937536

1.95%
1.95%
0
63.03%
0.03%

Page 27

Rata2
pertumbuhan
0.21
0.21
0.11
0.11
0.31
0.31
-

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 2.7 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Merauke tahun 2009 2013
Belanja Sanitasi (Rp.)
No
1
1.1
1.2
1.3
1.4
2
2.1
2.2
2.3
3
4

Uraian
Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 )
Air Limbah Domestik
Sampah rumah tangga
Drainase perkotaan
PHBS
Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 )
DAK Sanitasi
DAK Lingkungan Hidup
DAK Perumahan dan Permukiman
Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi
Bantuan Keuangan Provinsi untuk
Sanitasi

Belanja APBD Murni untuk Sanitasi (1-2-3)


Total Belanja Langsung
% APBD Murni Terhadap Belanja Langsung

2009
128.758.000,00

2010

2011

2012

1.196.400.000,00

1.433.150.000,00
260.494.000,00

170.500.000,00
1.771.384.000,00
6.820.353.000,00
367.400.000,00

453.180.725,00
2.360.408.000,00
9.405.900.000,00
211.700.000,00

2.505.380.000,00
337.275.000,00

1,9 %
1,21%
0.27%

0.11
-

250.000.000,00

200.000.000,00

225.040.000,00

365.690.000,00

1.575.158.000,00

1.693.644.000,00

9.499.827.000,00

13.109.409.450,00

3.465.105.000,00

1.95%

810.778.349.584,71

736.033.304.929,42

664.443.669.685,67

995.624.116.053,28

1.179.595.924.518,00

63.03%

0.001942773

0.002301043

0.014297415

0.013167027

0.002937536

0.03%

Sumber: APBD Kabupaten Merauke Tahun 2009-2013 Diolah

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

2013

Rata-rata
Pertumbuh
an

Page 28

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 2.8 Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Merauke Tahun 2009 2013
No

Deskripsi

Total Belanja Sanitasi Kabupaten

Jumlah Penduduk
Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2)

Tahun
2010

2011

2012

2013

507.516.000,00

1.433.150.000,00

9.132.737.000,0
0

12.897.709.450,00

2.871.070.000,00

213,146

234,378

239,943

246,852

255,022

237868.2

2.381.0721

6.114.6951

3.8062.1106

5.2248.75411

11258.1267

22012.9517

Sumber : APBD dan BPS, diolah

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Rata-rata

2009

Page 29

1,95%

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 2.9 Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi per Kapita 2013
No

SKPD

Retribusi Sanitasi Tahun (Rp)


2009

2010

2011

2012

2013

Pertumbuhan
(%)

Retribusi Air Limbah


1.a

Realisasi retribusi

1.b

Potensi retribusi

Retribusi Sampah

2.a

Realisasi retribusi

2.b

Potensi retribusi

Retribusi Drainase

3.a

Realisasi retribusi

3.b

Potensi retribusi

Total Realisasi Retribusi


Sanitasi (1a+2a+3a)

Total Potensi Retribusi


Sanitasi (1b+2b+3b)

Proporsi Total Realisasi


Potensi Retribusi Sanitasi
(4/5)

367.635.000,00

311.160.000,00

344.880.000,00

344.880.000,00

426.000.000,00

1,11

389.265.000,00

410.895.000,00

432.525.000,00

454.155.000,00

311.160.000,00

344.880.000,00

344.880.000,00

426.000.000,00

1,11

367.635.000,00

389.265.000,00

410.895.000,00

432.525.000,00

454.155.000,00

-367635000

-78105000

-66015000

-87645000

-28155000

Sumber : Hasil Olah data 2014

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 30

-3,89

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

2.3.2 Perekonomian Daerah


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Peningkatan nilai tambah terbesar dalam perekonomian Kabupaten Merauke
dicapai oleh sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Pada tahun 2011 nilai tambah sektor
Pengangkutan dan Komunikasi mencapai Rp 177.337,80 Juta rupiah, maka pada tahun
2012 meningkat menjadi sebesar Rp201.456,53 Juta Rupiah atau meningkat sekitar Rp.
24.118,83 Juta rupiah. Peningkatan yang cukup tajam yang terjadi sektor Pengangkutan
dan Komunikasi tersebut dipicu dengan adanya peningkatan lalulintas udara dari dan ke
Bandara Mopah-Merauke terutama yang terjadi sejak tahun 2012 berkaitan dengan
banyaknya kunjungan dari luar Papua dan bertambahnya jumlah maskapai yang masuk ke
bandara Mopah-Merauke.
Sementara itu, sektor Pertanian selama tahun 2012 menghasilkan nilai tambah
bruto sebesar Rp 725.462,43 juta rupiah atau hanya mengalami peningkatan sekitar Rp
20.017,04 juta rupiah dibandingkan dengan nilai tambah bruto sektor Pertanian selama
tahun 2011 sebesar Rp. 705,445,39 juta rupiah.
Potensi perekonomian di Kabupaten Merauke yang paling menonjol adalah sektor
pertanian dan perkebunan karena didukung oleh letak geografis wilayahnya. Selain sektor
pertanian, sektor yang mendukung perekonomian Kabupaten Merauke adalah sektor
industri, perdagangan dan jasa-jasa. Namun dengan Adanya Bandara Mopah-Merauke
sebagai satu sektor Pengangkutan dan Komunikasi maka menjadi nilai tambah yang jauh
lebih tinggi dibanding sektor pertanian dan perkebunan serta sektor lainnya. Berikut data
perekonomian umum daerah 5 tahun terakhir seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 2.10 Tabel Peta Perekonomian Kabupaten Merauke Tahun 2008- 2012
No
1
2

Deskripsi
PDRB harga konstan
(struktur perekonomian)
(Rp.)
Pendapatan Perkapita
Kabupaten/Kota (Rp.)

Tahun
2008

2009

2010

2011

2012

1.295.311,29

1.401.387,09

1.526.762,82

1.607.891,72

1.722.210,08

1,9%

Pertumbuhan Ekonomi
(%)
Sumber : PDRB Kabupaten Merauke 2012
3

2.4 Tata Ruang Wilayah


2.4.1 Rencana Struktur Ruang
Secara garis besar rencana sistem perkotaan wilayah Kabupaten Merauke
dirumuskan sebagai berikut dimana Distrik Merauke merupakan kawasan perkotaan utama
dan sekaligus menjadi Ibukota kabupaten. Sebagaimana diketahui bahwa Distrik Merauke
merupakan kawasan perkotaan lama yang berada pada lintasan yang strategis dan
berintensitas lalu lintas (pergerakan barang dan orang) tinggi, bahkan tertinggi di Kabupaten
Merauke. Berdasarkan hal tersebut, maka rencana struktur ruang Kabupaten Merauke
secara keseluruhan dapat dilihat pada Peta 2.2 di bawah ini :

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Peta 2.3 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Merauke

Sumber : RTRW Kabupaten Merauke Tahun 2010-2030

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 32

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

2.4.2 Rencana Pola Ruang di Dalam RTRW


Rencana Pola Ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang dalam suatu
wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budi daya. Rencana pola ruang menggambarkan letak dan luasan dari kegiatankegiatan budidaya dan lindung. Aspek-aspek yang dipertimbangkan adalah fungsi
lingkungan, estetika lingkungan, kuantitas dan kualitas ruang, pola dan struktur tata ruang,
lokasi pemanfaatan sumber alam, dan sumber daya manusia untuk kegiatan pembangunan,
integritas dan keamanan wilayah. Pola ruang didapatkan dengan melakukan delineasi
(batas-batas) kawasan kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya,
sehingga didapatkan kategori kawasan budidaya dan kawasan lindung. Secara umum,
pembagian kategori kawasan ini dilakukan agar terwujud keseimbangan antara fungsi
ekonomi dan lingkungan.
Pola ruang sendiri dibagi menjadi 2 (dua) macam pengelompokkan, yaitu Kawasan
Non Budidaya dan Kawasan Budidaya. Kawasan Non-Budidaya atau yang lebih dikenal
sebagai kawasan lindung merupakan wilayah kendala dan wilayah limitasi dalam
pemanfaatan ruang. Kawasan Lindung ini kemudian digolongkan lagi menjadi 5 kelompok,
yaitu Kawasan yang memberikan perlindungan dibawahnya, kawasan pelestarian alam,
kawasan perlindungan setempat, kawasan rawan bencana alam dan kawasan perlindungan
lainnya.
Sementara itu untuk kawasan budidaya dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam,
yaitu kelompok kawasan budidaya kehutanan dan kelompok kawasan budidaya non
kehutanan. Pembagian kemudian dilakukan lagi untuk kawasan budidaya non kehutanan,
yakni kawasan bududaya pertanian yang terdiri dari kawasan agropolitan, kawasan
pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, kawasan peternakan dan kawasan
perkebunan. Kawasan budidaya non kehutanan yang kedua adalah kawasan budidaya non
pertanian, yang terdiri dari Kawasan pertambangan/penggalian, kawasan pariwisata,
kawasan industri, kawasan permukiman, kawasan pariwisata dan kawasan pemerintahan &
perkantoran swasta.
Penataan Bangunan dan Lingkungan sangat diperlukan sebagai upaya
pengendalian pemanfaatan ruang untuk mewujudkan lingkungan binaan khususnya fisik
bangunan dan lingkungannya agar peningkatan kualitas lingkungan permukiman
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap, maka harus mengacu kepada
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang dijabarkan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW).
1. Rencana Pola Ruang Kabupaten Merauke
Dengan memperhatikan ketentuan penyusunan pola ruang, kebijakan pola ruang
nasional dan provinsi, kebijakan pembangunan daerah, kondisi objektif wilayah, dan
kebutuhan ruang untuk masa mendatang, maka dapat dirumuskan rencana pola ruang
untuk Kabupaten Merauke sebagaimana dipaparkan di bawah ini :

a) Kawasan Lindung

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Kawasan lindung merupakan kawasan yang memiliki fungsi utama untuk melindungi
kelestarian sumber daya alam dari kegiatan budidaya sehingga membentuk fungsi
lindung dari ekosistem suatu wilayah. Penetapan kawasan lindung bertujuan untuk
memberikan perlindungan kepada kawasan-kawasan sekitar dalam memasok air,
mencegah longsor, meminimalisasi dampak gempa bumi, dan menjaga fungsi hidrologi
ekosistem danau dan sekitarnya. Masing-masing kelompok kawasan tersebut
dikembangkan berdasarkan permasalahan kondisi eksisting dan potensi-potensi yang
ada baik potensi eksisting kawasan maupun kawasan baru yang berpotensi
dikembangkan menjadi kawasan non budidaya. Pertimbangan penambangan kawasan
baru sebagai kawasan non budidaya didasarkan atas kondisi topografi, kelerengan,
kawasan rawan bencana yang ada di Kabupaten Merauke.
Kawasan-kawasan yang berfungsi lindung pada Kabupaten Merauke yaitu:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Hutan lindung dan kawasan konservasi serta resapan air yang memberikan
perlindungan di bawahnya
Kawasan perlindungan setempat yang terdiri atas sempadan sungai , sempadan
pantai, dan pulau-pulau kecil
Kawasan suaka alam dan pelestarian alam. Di Kabupaten Merauke terdapat 4
macam kawasan suaka alam dan pelestarian alam, yaitu Cagar Alam Rawa Biru,
Taman Nasional Wasur, Suaka Margasatwa, dan Pelestarian Budaya.
Kawasan rawan bencana alam. Bencana alam yang potensial terjadi di
Kabupaten Merauke adalah bencana erosi/abrasi pantai serta gelombang pasang
dan banjir
Kawasan lindung lainnya seperti kawasan perlindungan plasma nutfah dan
kawasan pantai berhutan bakau

Rencana kawasan lindung direncanakan mencapai 52,50 % dari luas kabupaten, yang
terdiri dari :
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)

Kawasan yang Memberi Perlindungan Dibawahnya (17,56 %)


Kawasan Perlindungan Setempat (3,56 % )
Kawasan Pelestarian Alam (25,86%)
Kawasan Rawan Bencana
Kawasan Perlindungan Lainnya (5,73 %)

a. Kawasan Yang memberi Perlindungan di Bawahnya


1. Kawasan Hutan Lindung
Termasuk kepada rencana pengembangan kawasan hutan lindung Kabupaten
Merauke Tahun 2030 adalah kawasan hutan lindung yang telah ada. Selain itu
perlunya menetapkan kawasan hutan dengan luas minimal 30% dari keseluruhan
luas hutan pada daerah DAS sebagai catchment area.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk melindungi kawasan lindung adalah
sebagai berikut:
1)

Pemantapan kawasan hutan lindung berdasarkan kriteria di atas, melalui


pengukuhan dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendalian

2)

Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada (penggunaan lahan yang


telah berlangsung lama), agar tidak mengganggu kawasan hutan lindung

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

3)

Pengembalian kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan melalui


program rehabilitasi, reboisasi dan konservasi

4)

Pencegahan berkembangnya kegiatan budidaya di areal hutan lindung.


kecuali kegiatan yang tidak mengganggu fungsi lindung, seperti pos penjaga
hutan, kegiatan penelitian

5)

Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di hutan


lindung, diantaranya balai penelitian, eksplorasi mineral dan air tanah dan
pencegahan bencana alam, sehingga tidak mengganggu fungsi hutan lindung

6)

Pelibatan masyarakat secara aktif untuk menjaga dan melestarikan kawasan


berfungsi lindung.

2. Kawasan Konservasi dan Resapan Air


Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi
untuk meresap air hujan (akuifer) yang berguna sebagai sumber air. Tujuan
perlindungan kawasan resapan air pada kawasan hutan/rawa sungai dan city
ponds adalah untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada
daerah resapan air tanah untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan
penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya, maupun kawasan yang
bersangkutan.
Kriteria penetapan kawasan konservasi dan resapan air adalah curah hujan
yang tinggi, struktur tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi
yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran. Kawasan konservasi
dan resapan air di Kabupaten Merauke tersebar di Distrik Elikobel, Jagebob, Anim
Ha, Sota, Tubang, Ulilin, Muting, Kaptel, Ngguti, Okaba, dan Tanah Miring yang
terdapat di 5 (lima) lokasi hutan yaitu di Hutan Resapan Air (RA) Sungai Bian,
Hutan Resapan Air (RA) Sungai Kumbe, Hutan Resapan Air (RA) Sungai Maro,
Hutan Resapan Air (RA) Sungai Kimaam, dan Hutan Resapan Air (RA) Sungai
Buraka.
Pengaturan terkait kawasan konservasi dan resapan air adalah sebagai berikut:
Hutan lindung yang telah ada berdasarkan peraturan / perundangan yang
berlaku tetap dipertahankan.
Penggunaan lahan yang telah ada (permukiman, sawah, tegalan, tanaman
tahunan/perkebunan, dan lain-lain) di dalam kawasan ini secara bertahap
dialihkan ke arah usaha konservatif dan/atau dibatasi secara ketat, sehingga
fungsi lindung yang diemban dapat dilaksanakan.
Penggunaan lahan yang akan mengurangi fungsi konservasi secara bertahap
dialihkan fungsinya sebagai lindung sesuai kemampuan dana yang ada.
Penggunaan lahan baru tidak diperkenankan bila tidak menjamin fungsi lindung
terhadap hidro-orologis, kecuali jenis penggunaan yang sifatnya tidak bisa
dialihkan (menara TVRI, jaringan listrik, telepon, air minum dan lain-lain), hal
tersebut tetap memperhatikan azas konservasi.
b. Kawasan Perlindungan Setempat
1. Sempadan Sungai

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, yang


mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
Tujuan perlindungan sempadan sungai adalah untuk melindungi sungai dari
kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai,
mengamankan aliran sungai dan mencegah terjadinya erosi sedimen pinggiran
sungai. Sempadan sungai yang dilindungi ini ditanami berbagai tanaman keras
sehingga fungsi perlindungan kawasan dapat tercapai, sekaligus sebagai jalur
hijau. Adapun tanaman keras yang dapat dikembangkan di sempadan sungai
antara lain tanaman buah-buahan seperti rambutan, mangga, nangka, durian, dan
tanaman perkebunan seperti kopi.
Kriteria penetapan sempadan sungai dilakukan berdasarkan Keppres No.32
Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung, Peraturan Menteri PU No. 63/PRT/1993
tentang sempadan sungai, dan kesepakatan bersama forum DAS BIKUMA tentang
wilayah sempadan sungai. Sesuai dengan kondisi dan karakteristik sungai-sungai
yang ada di Kabupaten Merauke yang memiliki batas pasang surut yang sangat
besar dan juga wilayah DAS yang cukup datar, maka didalam RTRW ini ditetapkan
garis sempadan untuk sungai-sungai besar sebesar + > 500 meter dan untuk
sungai-sungai kecil sebesar 100 meter. Hal tersebut merupakan suatu bentuk
kesepakatan yang telah dicapai dalam Forum DAS BIKUMA untuk karakteristik
wilayah yang khas di Kabupaten Merauke. Dengan dasar pertimbangan Peraturan
Menteri PU No. 63/PRT/1993 dan kesepakatan bersama forum DAS BIKUMA maka
disusunlah suatu konsep sempadan sungai yang terdiri dari 2 (dua) zona, Zona Inti
Sempadan dan Zona Pendukung Sempadan. Zona inti sempadan adalah 100 m
dari tepi sungai dan zona pendukungnya adalah 400 m dari garis Zona Inti
Sempadan. Dikarenakan tujuan sempadan sungai ini adalah untuk mencegah
kerusakan sungai maka kegiatan manusia harus dijauhkan dari sempadan sungai
tersebut. Pencegahan terhadap munculnya aktifitas manusia di sempadan sungai
dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya antara lain dengan
memisahkan permukiman dari bantaran sungai dengan pagar, ruang terbuka hijau,
dan jalan sebagai pemisah.
Kawasan sempadan sungai terdapat pada sebagian besar wilayah
Kabupaten Merauke. Kabupaten Merauke yang tersebar di Distrik Elikobel,
Jagebob, Anim Ha, Malind, Semangga, Tabonji, Waan, Sota, Merauke, Tubang,
Ulilin, Muting, Kaptel, Ngguti, Okaba, Kimaam, Kurik, Ilwayab, dan Tanah
Miring.yang salah satunya terdapat di 3 buah sungai besar, yaitu Sungai Bian,
Sungai Kumben, dan Sungai Maro, serta puluhan sungai yang Dari perhitungan
analisis GIS, luasan buffer sempadan sungai yang ada di Kabupaten Merauke
adalah sebesar 149.003,842 Ha.
2. Sempadan Pantai
Sempadan pantai adalah kawasan sepanjang garis pantai yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi laut. Tujuan
perlindungan sempadan pantai adalah untuk melindungi laut dari kegiatan manusia
yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air laut dan kekayaan hayati di
dalamnya, serta mencegah terjadinya abrasi pantai. Untuk melindungi sempadan
pantai dari aktifitas manusia maka sempadan pantai harus ditanami dengan pohon
bakau/mangrove sehingga fungsi perlindungan dapat tercapai.
Sebagaimana kriteria penetapan sempadan sungai, maka kriteria penetapan
sempadan pantai juga didasarkan kepada Keppres No.32 Tahun 1990 tentang
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Kawasan Lindung. Berdasarkan Keputusan Presiden tersebut maka harus


disediakan buffer selebar 100 meter di sepanjang garis pantai, terutama pada garis
pantai yang menerima arus gelombang laut lebih besar. Selain ditanami dengan
mangrove, pemisahan sempadan pantai dengan aktifitas manusia juga dapat
dilakukan dengan membangun jalan sebagai pemisah antara pantai dan
permukiman. luas kawasan lindung sempadan pantai yang harus disediakan di
Kabupaten Merauke adalah 17.299,141 Ha. Kawasan sempadan pantai ditetapkan
500 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat, terdapat di Distrik Malind,
Semangga, Tabonji, Waan, Merauke, Tubang, Naukenjerai, Okaba, Kimaam, dan
Ilwayab.
3. Pulau Pulau Kecil
Pulau-pulau kecil yang terdapat di wilayah kepulauan sebelah barat
Kabupaten Merauke bukan sepenuhnya daratan pulau biasa. Pulau-pulau kecili ini
lebih tepat disebut sebagai Pulau Gosong atau Atol. Atol-atol ini terbentuk sebagai
hasil dari sedimentasi berpuluh tahun dari aliran sungai dan arus Laut Arafura di
wilayah barat, dimana saat ini atol-atol tersebut ditumbuhi oleh Mangrove.
Sedikitnya saat ini terdapat 12 buah Atol yang ada di perairan Kimaam tersebut..
Karena vegetasi dari atol-atol ini adalah Hutan Mangrove, maka atol-atol ini
dikategorikan sebagai Kawasan Perlindungan Setempat.
c. Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam
Kawasan Suaka Alam, didefinisikan sebagai perlindungan kawasan suaka
alam guna melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan
alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada
umumnya. Kawasan suaka alam yang ada di Kabupaten Merauke berupa kawasan
cagar alam, taman nasional, suaka margasatwa, dan cagar budaya. Kawasan
Pelestarian Budaya
Dengan bantuan data yang didapatkan dari WWF Region Sahul Merauke,
dapat diidentifikasi tempat-tempat yang memiliki nilai-nilai adat dan budaya
masyarakat Marind, yang terdiri dari:
a.
b.
c.
d.
e.

Jalur perjalanan leluhur yang meliputi


jalur arwah dan tempat persinggahan lelulur
Area Konservasi Adat,
Tempat Sakral,
Sumber Mata Air, dan
Dusun Sagu.

Selain yang disebutkan diatas, di Kabupaten Merauke juga terdapat situs-situs


budaya yang tersebar di Distrik Anim Ha, Elikobel, Ilwayab, Jagebob, Kaptel,
Kimaam, Kurik, Malind, Muting, Ngguti, Okaba, Semangga, Sota, Tabonji, Tanah
Miring, Tubang, Ulilin, dan Waan.
Untuk menjaga eksistensi dan keberlangsungan tempat-tempat yang mengandung
nilai budaya tersebut, maka perlu diakomodir dalam rencana pola ruang sebagai
kawasan pelestarian budaya. Kawasan pelestarian budaya adalah kawasan yang
berfungsi untuk melindungi aset-aset alamiah maupun buatan yang memiliki nilai
sejarah dan budaya yang tinggi.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Khusus untuk dusun sagu, wilayah ini dapat juga digunakan sebagai lahan
agroforestry bagi penduduk setempat. Hal ini bisa dijelaskan karena sebagian besar
mata pencaharian penduduk asli Kabupaten Merauke adalah Meramu, sehingga
tempat-tempat penting seperti Dusun Sagu harus dipertahankan agar penduduk asli
tidak kehilangan mata pencaharian mereka.
d. Kawasan Rawan Bencana Alam
1. Kawasan Rawan Erosi
Jenis tanah di pesisir sungai di Kabupaten Merauke memiliki tingkat kelulusan air
tinggi sehingga peka terhadap erosi. Sedangkan di pesisir pantai erosi/abrasi terjadi
karena kuatnya arus ombak laut dan tidak ada penghalang/penahan tanah atau
zona buffer pantai yang biasanya berupa hutan bakau/mangrove. Kawasan erosi
atau runtuhan terdapat Distrik Okaba, Tubang dan Naukenjerai. Wilayah di
Kabupaten Merauke yang mengalami abrasi pantai paling mengkhawatirkan saat ini
adalah di Distrik Naukenjerai, dan di Distrik Semangga.
Menyikapi hal tersebut maka pada pesisir pantai dibangun penahan gelombang
untuk mengantisipasi dalam jangka pendek. Sebagai tindakan antisipasi jangka
panjang maka pesisir pantai dapat dibangun tanggul-tanggul penahan ombak atau
bangunan-bangunan sejenis untuk meredam arus ombak laut. Selain itu untuk
memecahkan arus ombak laut pada kawasan daratan pantai jarak yang menjorok
ke laut, perlu tindakan penanaman pohon bakua (mangrove) pada jarak tertentu
dari bibir pantai.
2. Kawasan Rawan Gelombang Pasang dan Banjir
Kabupaten Merauke mempunyai tingkat kerawanan banjir yang cukup tinggi karena
kondisi fisiografis Kabupaten Merauke yang beberapa bagiannya terdiri dari Rawa
Besar dan juga Savanna. Mengingat bentang alam yang sangat landai dari
Kabupaten ini, apabila dilanda hujan terus menerus wilayah Kabupaten Merauke
akan tergenang oleh air dari rawa-rawa besar tersebut.
Mengantisipasi datangnya banjir, maka tindakan pencegahan banjir perlu dilakukan
dengan membangun infrastruktur-infrastruktur yang diperlukan. Selain
menyediakan infrastruktur pencegah banjir, untuk daerah genangan yang
diperkirakan akan menjadi daerah genangan banjir perlu diminimalkan aktifitasnya
untuk mencegah kerugian yang terlampau besar. Demikian halnya dengan kawasan
rawan gelombang pasang, aktifitas atau permukiman pada kawasan tersebut
seyogyanya dipindahkan menjauhi batas pasang laut untuk menghindari kerugian.
Kawasan rawan banjir di Kabupaten Merauke terdapat di Distrik Okaba, Kurik,
Malind, Merauke, Semangga, Tanah Miring dan Tubang;
e. Kawasan Lindung Lainnya
1)
Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah
Sumber daya perikanan merupakan salah satu sektor yang kuat dalam
menunjang perekonomian Kabupaten Merauke, oleh karena itu perlu dilakukan
tindakan perlindungan terhadap produksi perikanan Kabupaten Merauke dimulai
dari perlindungan terhadap sumber makanan ikan-ikan tersebut. Sebagai tindakan
perlindungan terhadap plasma nutfah maka kawasan hutan mangrove di Kabupaten
Merauke, khususnya di bagian utara Ilwayab, harus dilestarikan sebagai
perlindungan sumber daya perikanan di Muara Digoel. Dikarenakan kawasan pantai
di bagian utara Distrik Ilwayab tidak termasuk wilayah administrasi Kabupaten
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Merauke, maka tindakan pelestarian hutan kawasan bakau sebagai kawasan


perlindungan plasma nutfah harus dilakukan dengan bekerja sama dengan
pemerintah Kabupaten Boven Digoel dan Pemerintah Kabupaten Mappi.
2)

Kawasan Pantai Berhutan Bakau

Pada tahun 2007, hutan mangrove di Kabupaten Merauke terdiri dari


hutan mangrove primer seluas 258.187,1 Ha dan hutan mangrove sekunder seluas
16.366,7 Ha. Luas penggunaan lahan oleh hutan mangrove primer ini telah
berkurang sejak tahun 2002 dari 305.456 Ha, sedangkan luas hutan mangrove
sekunder bertambah dari 7379,5 Ha pada tahun 2002. Oleh karena itu, maka perlu
direncanakan penanaman kembali tanaman bakau pada kawasan-kawasan hutan
mangrove sekunder, dan kawasan sempadan pantai yang memiliki fungsi untuk
perlindungan pantai. Sedangkan kawasan hutan mangrove primer harus dipelihara
dan tetap ditingkatkan kualitasnya untuk melindungi sempadan pantai dari aktifitas
manusia yang merusak.
b) Kawasan Budidaya
1)
Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya Hutan
a)
Hutan Produksi Konversi
Kawasan hutan produksi konversi adalah hutan yang diperuntukkan untuk
budidaya yang lahannya dapat dialihkan fungsinya menjadi kawasan yang lebih
produktif guna memenuhi kebutuhan pengembangan non kehutanan, seperti
kawasan transmigrasi, pertanian, perkebunan, industri, permukiman, lingkungan,
dan lain-lain. Berdasarkan hasil analisis kawasan hutan dan kebutuhan
pengembangan lahan budidaya, maka melalui perhitungan dengan GIS (2010),
luas hutan konversi direncanakan seluas 50.699,522 hektar dengan cakupan
wilayah yang berada pada Distrik Kaptel, Anim Ha, Ilwayab, Kurik, Malind,
Okaba, Semangga, Tanah Miring dan Ngguti.
b) Hutan Produksi
Penetapan Fungsi Hutan di Kabupaten Merauke pada awal penyusunan RTRW
Kabupaten Merauke tahun 2007 merupakan Hutan Produksi Terbatas (HPT).
Berdasarkan peninjauan kembali aspek atas tanah, iklim dan curah hujan scoring
menunjukan angka kurang dari 125. Dengan demikian sesuai ketentuan yang
berlaku merupakan Hutan Produksi (HP) dan dengan demikian sesuai
Keputusan Mneteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 891/Menhutbun-II1999.
Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan dan berdasarkan hasil perkalian kelerengan, intesintas
hujan dan jenis tanah nilai kurang dari 125. Kawasan hutan produksi digunakan
untuk kegiatan budidaya hasil-hasil hutan dengan tetap memperhatikan fungsinya
untuk menghasilkan hasil-hasil hutan bagi kepentingan negara, masyarakat,
industri, ekspor dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
c) Hutan Rakyat
Hutan rakyat merupakan salah satu dari bentuk kepemilikan sumberdaya hutan.
Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999 disebutkan bahwa
hutan rakyat adalah hutan yang dibebani hak milik. Hutan rakyat ini berada dalam
kawasan sekitar masyarakat dan keberadaannya sangat dekat dengan kehidupan
masyarakat. Kedekatan hutan rakyat dengan masyarakat ini dapat dilihat dari pola
pengelolaan hutan rakyat.
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

2)

Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan

Pengembangan Kawasan Agropolitan sebagai penjabaran visi dan misi dari


Pemerintah Kabupaten Merauke dan sebagai salah satu bagian dari Kawasan
Pengembangan Ekonomi (KPE) perbatasan Papua-PNG, merupakan salah satu
kawasan budidaya yang diharapkan menjadi salah satu ujung tombak perekonomian
Kabupaten Merauke. Kebijakan pengembangan Kawasan Agropolitan berfungsi
untuk mengoptimalkan potensi lokal yang ada dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lokal. Dengan adanya kebijakan tersebut, maka perlu pengembangan
sektor infrastruktur produksi agropolitan, terutama di wilayah Distrik Kurik dan Tanah
Miring.
Kawasan Agropolitan Merauke diharapkan dapat tumbuh dan berkembang sebagai
salah satu kawasan strategis, tidak hanya dalam lingkup Kabupaten Merauke, tetapi
juga dalam lingkup Provinsi Papua dan Nasional karena Kabupaten Merauke
diharapkan berfungsi sebagai salah satu Pusat Ketahanan Pangan Nasional
sehingga perhatian dan dukungan kebijakan dari Pemerintah dan Pemerintah
Provinsi Papua sangat dibutuhkan untuk perwujudan rencana pola ruang Kawasan
Agropolitan ini. Kawasan Agropolitan ini direncanakan berada pada Klaster Sentra
Produksi Pertanian (KSPP).
Salah satu program Pemerintah Kabupaten Merauke di bidang Pertanian adalah
Program Merauke Integrated Food Estate and Energy (MIFEE), yang salah satu
kebijakannya adalah menciptakan kawasan agropolitan di Kabupaten Merauke.
Konsep pengembangan masyarakat agropolitan melalui program MIFEE ini adalah
dengan menggunakan pendekatan invensi dan inovasi. Pertimbangan yang
mendasari pengembangan peta jalan (road map) masyarakat agropolitan dan
menjadi lumbung pangan mendukung ketahanan pangan nasional. Pentingnya
tinjauan MIFEE ini untuk menyesuaikan rencana pengembangan usaha yang
direncanakan di program ini dengan rencana pengembangan usaha yang lebih detail
yang akan dijelaskan pada sub bab berikutnya. Program ini juga menjadi arahan
untuk kebijakan dan pengembangan infrastruktur dalam mendukung sektor pertanian
terutama lahan basah dan hortikultura sehingga masyarakat pertanian mampu
bersaing di pasar lokal maupun global.
3)

Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya Pertanian

Program pengembangan kawasan sentra produksi pangan merupakan


pembangunan ekonomi berbasis pertanian yang dilaksanakan dengan jalan
mensinergikan berbagai potensi yang ada, yang utuh dan menyeluruh, yang berdaya
saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan
oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. Kawasan pertanian sebagai
kawasan sentra produksi pangan ini harus dikembangkan sebagai satu kesatuan
pengembangan wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi antara desa-kota (urbanrural linkages) dan bersifat interpendensi/ timbal balik yang dinamis.
a)

Kawasan Pertanian Lahan Basah

Kawasan pengembangan Pertanian lahan basah di Kabupaten Merauke diarahkan


pada kawasan-kawaasan yang memiliki kesesuaian lahan untuk pertanian lahan
basah, berada di daerah dataran rendah, seperti pantai dan/atau daerah hilir Daerah
Aliran Sungai , serta memiliki potensi untuk dapat dilalui jaringan irigasi alam dan
buatan. Kemudian setelah kriteria teknis tersebut dipenuhi, aspek berikutnya yang
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

dipertimbangkan adalah ketersediaan lahannya. Lahan-lahan yang diutamakan


adalah lahan-lahan yang sudah tidak berhutan atau bukan merupakan kawasan
hutan. Setelah itu, baru dipertimbangkan kawasan hutan yang memiliki fungsi
sebagai hutan produksi konversi (HPK) yang memang jenis tanah dan kesesuaian
lahannya memadai untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian lahan basah.
Khusus untuk lahan-lahan potensial yang berada di kawasan lindung, tidak dijadikan
salah satu kawasan pengembangan..
Kawasan pengembangan pertanian lahan basah diarahkan pada kampung-kampung
yang berlokasi di sekitar daerah Distrik Kurik, Distrik Anim Ha, Distrik Malind, Distrik
Semangga, Distrik Tanah Miring, Distrik Okaba, Distrik Ngguti, Distrik Tubang, Distrik
Elikobel, Distrik Kimaam, Distrik Ilwayab dan Distrik Tabonji dengan alokasi lahan
untuk 20 tahun mendatang seluas 760.230,16 Ha.
b)

Pertanian Lahan
Kering/Perkebunan Buah-buahan

Dalam merencanakan peruntukan lahan untuk kawasan budidaya pertanian lahan


kering, maka prinsip pengembangan yang digunakan juga relatif sama dengan
perencanaan untuk kawasan pertanian lahan basah, yaitu dengan
mempertimbangkan kesesuaian lahan untuk komoditi pertanian lahan kering, kondisi
topografi dan pengairan, status lahan, dan bukan merupakan bagian dari kawasan
lindung. Kawasan Pengembangan Pertanian Lahan Kering memiliki juga memiliki
kemungkinan pengembangan menjadi Kawasan Perkebunan, khususnya untuk
kebun buah-buahan. Hal ini disebabkan karena kawasan perkebunan memilki
kesesuaian lahan yang hampir sama dengan pertanian lahan kering. Walaupun lahan
yang dialokasikan untuk pertanian lahan kering dapat dikonversi menjadi kawasan
perkebunan, akan tetapi prioritas penggunaaan lahan tetap merupakan alokasi lahan
untuk Pertanian Lahan Kering.
Rencana pengembangan kawasan budidaya pertanian lahan kering dialokasikan
seluas 352.374,42 Ha yang tersebar di Distrik Jagebob, Anim Ha, Malind, Tabonji,
Sota, Tubang, Ulilin, Muting, Kaptel, Ngguti, Okaba, Kimaam, Kurik, Ilwayab, dan
Tanah Miring dengan komoditi seperti jagung, ubi kayu, mangga, palawija, dan
tanaman hortikultura lainnya.
c)

Kawasan Perkebunan/Tanaman
Tahunan

Pengembangan tanaman perkebunan akan diarahkan pada areal kawasan budidaya


pertanian di Kabupaten Merauke. Jenis komoditas perkebunan yang dapat
dikembangkan, antara lain : Karet, kelapa sawit, tebu, kopi, dan kelapa. Alokasi lahan
untuk pengembangan perkebunan Kabupaten Merauke adalah sebesar 184.770,68
Ha yang terutama terdapat di Distrik Jagebob, Anim Ha, Elikobel, Ulilin, Muting,
Kaptel, Ngguti, dan Kurik.
d)

Kawasan Peternakan

Rencana pengembangan peternakan di Kabupaten Merauke dapat diarahkan pada


pengembangan ternak besar dan ternak unggas. Untuk pengembangan ternak besar
diarahkan diwilayah tengah Kabupaten Merauke pada sekitar areal budidaya
pertanian terutama Distrik Kurik, Distrik Naukenjerai, Distrik Semangga, Distrik
Tubang, Distrik Malind, Distrik Tabonji dan Distrik Kimaam sedangkan ternak unggas
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

diarahkan pada unit-unit perumahan yang berada pada areal-areal perkebunan,


kampung-kampung penduduk setempat di Kabupaten Merauke.
Lokasi peternakan di luar kawasan yang lebih cocok antara lain di daerah Kumbe
atau diarahkan ke daerah transmigrasi. Sedangkan untuk ternak sapi milik
masyarakat setempat perlu dibatasi jumlah dan areal penggembalaannya di zona
pemukiman. Kemudian peternakan dengan sistem ranch diarahkan di kawasan
peternakan yang dialokasikan di Distrik Tabonji, Distrik Tubang dan Distrik Malind.
Total luas kawasan peternakan yang dialokasikan adalah sebesar 32.833,244 Ha.
Khusus untuk kawasan peternakan yang telah ada di Kawasan Taman Nasional
Wasur, sesuai rekomendasi hasil lokakarya Rencana Pengelolaan Taman Nasional
Wasur tahun 1992, ternak sapi yang ada di dalam kawasan Taman Nasional Wasur
akan dikeluarkan secara bertahap dengan prioritas peternakan di daerah Tomerau
dan Kondo.
e)

Kawasan Perikanan

Rencana Pengembangan Kawasan Perikanan dapat dibagi ke dalam dua kelompok,


yaitu perikanan darat dan perikanan laut. Pengembangan kegiatan perikanan darat
dapat dikembangkan dengan sistem budidaya, seperti keramba di sungai, kolam
ikan, maupun pada rawa-rawa yang potensial menjadi habitat ikan. Sedangkan untuk
kegiatan penangkapan pada perairan darat, seperti sungai ataupun rawa besar
diarahkan pada pemakaian alat-alat tradisional yang tidak membahayakan
lingkungan. Alokasi lahan untuk pengembangan perikanan darat Kabupaten Merauke
adalah sebesar 3.697,59 Ha yang terletak di Distrik Merauke dan Semangga.
Untuk kawasan perikanan laut, kegiatan budidayanya dapat diarahkan pada
pengembangan budidaya tambak atau penangkaran di wilayah pesisir Merauke
dengan tanpa menghilangkan tanaman bakau. Apabila terpaksa, maka perlu
dipersiapkan lahan pengganti untuk tanaman bakau tersebut. Sedangkan untuk
kegiatan penangkapan ikan, diarahkan pada kawasan-kawasan potensial perikanan
di perairan laut Arafura dan Selat Mariana.
Pengelolaan kawasan perikanan dilakukan untuk memanfaatkan potensi wilayah
yang sesuai untuk kegiatan perikanan dalam menghasilkan produksi perikanan
dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan untuk mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan. Secara umum rencana pengembangan kawasan
perikanan dan kawasan pusat niaga nelayan di Distrik Merauke dan Ilwayab
Kabupaten Merauke adalah sebagai berikut:
(1)

Perikanan Tangkap
Penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan dengan tingkat
selektifitas yang sesuai, baik terhadap jenis maupun ukuran ikan tangkapan,
baik di perairan darat maupun perairan laut
Penyediaan kapal-kapal penangkap ikan di perairan laut yang memadai
khususnya untuk skala penangkan besar
Pembuatan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) dan fasilitas pendukungnnya
pada kawasan pelabuhan di Wanam, yang diproyeksikan menjadi Pusat
koleksi dan Distribusi hasil perikanan, baik perikanan darat maupun
perikanan laut
Pengembangan kawasan pelabuhan terpadu dapat dilengkapi dengan
pengembangan Pasar Ikan umum, baik untuk perikanan darat maupun laut

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Pembangunan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) dan fasilitas


pendukungnya pada kawasan pelabuhan yang berlokasi di Kelurahan
Karang Indah Distrik Merauke.

(2) Perikanan Budidaya


Penggunaan sistem budidaya yang sesuai, seperti sistem keramba apung
di sungai atau rawa-rawa besar yang dinilai cocok untuk perikanan air tawar

Pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai kegiatan


budidaya keramba dan kolam ikan air tawar

Pemeliharaan kualitas dan kelestarian ekosistem sungai melalui


penanganan terpadu pada daerah sempadan sungai dan daerah tangkapan
air
Pembuatan belt kawasan perikanan yang gabung dengan peternakan pada
kawasan perikanan darat

Pengembangan tambak di kawasan pesisir tanpa merusak tanaman


mangrove yang sudah ada disertai dengan pembangunan tempat
persemaian benih ikan

Pelestarian mangrove sebagai plasma nutfah untuk kegiatan perikanan


budidaya, khususnya tambak

Mengembangkan sistem penangkaran penyu dan kekayaan laut lainnya


tanpa menghancurkan habitat aslinya
f. Rencana Pengembangan Permukiman dan Perumahan
Rencana pengembangan permukiman dan perumahan bertujuan untuk :
a) Mendistribusikan perkembangan fisik, kependudukan dan keramaian ke
Kabupaten Merauke bagian utara dan barat
b) Menyediakan lahan untuk memenuhi kebutuhan akan permukiman di seluruh
wilayah Kabupaten Merauke dan proyeksinya di masa mendatang
c) Menciptakan generator Kabupaten Merauke yang baru untuk menghidupkan
Kabupaten Merauke bagian utara dan barat.
Pengelolaan kawasan permukiman dilakukan untuk menyediakan
tempat
bermukim yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan
lingkungan yang sesuai untuk pengembangan masyarakat dengan tetap
memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya adat istiadat, mutu dan keindahan
lingkungan alam untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
1.
Permukiman Perkotaan
Dalam rencana permukiman perkotaan ini, ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan antara lain:
(a) Perumahan harus dilayani oleh satu sistem permukiman yang didasarkan pada
karakteristik fisik, sosial, budaya dan ekonomi yang layak, sehingga dapat
menunjang dan menyatukan kehidupan penduduk didalamnya
(b) Permukiman perkotaan harus bersifat mandiri, dalam artian penyediaan fasilitas
sosial dan fasilitas umum harus disediakan di kawasan permukiman tersebut.
(c) Untuk perkembangan sebuah permukiman menjadi suatu pusat kegiatan
maupun menjadi suatu kota, permukiman tersebut harus melalui suatu tahapan.
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Contohnya permukiman menjadi desa, desa menjadi kota kecil, kota kecil
menjadi kota menengah, kota menengah menjadi kota besar dan seterusnya.
Pengembangan kawasan permukiman perkotaan diarahkan untuk menopang
kegiatan-kegiatan produksi yang berlangsung. Dimana kedekatan jarak antara
permukiman dan kegiatan produksi merupakan kebutuhan yang perlu difasilitasi.
Untuk itu dapat dikembangkan sistem permukiman yang tersebar pada pusat-pusat
pertumbuhan di sekitar satuan-satuan perkebunan. Penyediaan lahan permukiman
yang disediakan berdasarkan struktur pusat pertumbuhan yang luasannya
diarahkan sesuai dengan satuan wilayah perkebunan yang dilayani.
Ketersediaan areal pemukiman dan mendayagunakan prasarana dan sarana
investasi yang ada di daerah sekitarnya sehingga dapat mendorong kegiatan lain
yang ada di sekitarnya. Persyaratan lain dari pengembangan permukiman
perkotaan ini adalah pengembangan permukiman tidak mengganggu fungsi lindung
dan tidak mengganggu upaya kelestarian sumber daya alam. Perhitungan luas
areal kawasan permukiman yang disediakan adalah dengan asumsi setiap kepala
keluarga membutuhkan luas lahan permukiman sebesar 500 m2. Pengembangan
dilakukan dengan penyediaan sarana dan prasarana: pendidikan, kesehatan,
kerohanian, air bersih, listrik dan komunikasi pada wilayah perkotaan dan Kampung
sesuai dengan kebutuhan rencana.
Sesuai dengan arahan rencana struktur ruang, maka kawasan perkotaan yang
direncanakan di Kabupaten Merauke terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.

Kawasan perkotaan yang berfungsi wilayah Kota yang


otonom, meliputi Distrik Merauke, Semanga, dan Tanah Miring.
Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai ibukota
kabupaten dengan alternatif lokasi di daerah Wanam
Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai ibukota
Provinsi Papua Selatan dengan alternatif lokasi di Wapeko atau di daerah Kebun
Coklat
Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai ibukota
distrik untuk setiap distrik di Kabupaten Merauke
Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai pusat
pertumbuhan baru, yaitu Kota Terpadu Mandiri (KTM) Salor

2.

Permukiman Perdesaan

Permukiman Perdesaan di Kabupaten Merauke terdiri dari permukiman


transmigrasi dan permukiman (Kampung) penduduk lokal. Umumnya
permukiman ini dihuni oleh para pemukim yang bermata pencaharian sebagai
petani dan sudah lama menetap di kampung tersebut, walaupun bukan berasal dari
suku bangsa asli Merauke. Permukiman ini walaupun umumnya sederhana namun
sudah cukup layak untuk dihuni.
Pengembangan permukiman kampung direncanakan dengan menggunakan
PRA (Participacy Rural Appraisal) yang merupakan suatu program pembangunan
yang berangkat dari pendekatan dari bawah (bottom up approach). Adapun
langkah-langkah yang perlu diambil dalam pendekatan PRA ini, yaitu : pemilihan
obyek pembinaan, proses pelaksanaan kegiatan, penyaluran bantuan dan
pemantauan atau evaluasi.
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Pengembangan permukiman perkampungan melalui PRA ini harus


disesuaikan dengan karakteristik kegiatan sosial ekonomi masyarakat kampung
yang sangat terkait dengan obyek pembinaan. Oleh karena itu, pengembangan
permukiman perdesaan ini diharapkan mampu tumbuh dengan tetap
mempertahankan produktifitas lahan usaha pertanian atau peternakan atau
perikanan di pekarangannya sehingga dapat menopang kebutuhan hidupnya.
3.

Permukiman Adat

Permukiman Adat merupakan tempat hunian masyarakat asli Merauke yang


tersebar hampir di seluruh distrik, sehingga perlu dilestarikan keberadaannya.
Walaupun kebanyakan penduduk asli Merauke saat ini sudah ada yang
mengembangkan permukimannya dan meninggalkan pola-pola permukiman adat
tradisional, akan tetapi untuk permukiman yang ada tetap diberi perhatian misalnya
memberikan batasan-batasan khsusus, seperti enclavement.
Khusus untuk bagian dari permukiman masyarakat seperti dusun sagu, bagian dari
permukiman adat ini dapat dibudidayakan sebagai Agroforestry. Akan tetapi
pemanfaatannya terbatas pada penduduk lokal saja yang memiliki dusun sagu
tersebut. Hal ini sebagai upaya mempertahankan ketahanan pangan dari penduduk
setempat, selain sebagai kawasan pelestarian budaya.
Permukiman ini memiliki tatanan kehidupan sendiri yang tidak harus digantikan
dengan model permukiman modern seperti saat ini. Namun kemajuan teknologi
yang pesat mau tidak mau harus diperkenalkan sebagai alat bantu bagi mereka
untuk memahami perlunya perubahan hidup ke arah yang lebih sejahtera, terutama
dari hal mata pencaharian untuk hidup yang lebih baik.
Oleh karena itu, pengembangan permukiman adat perlu dilakukan melalui
kebijakan yang komprehensif, tidak hanya sebatas bantuan pembangunan
perumahan, tetapi juga pada upaya peningkatan nilai ekonomi dari kegiatan usaha
masyarakat tersebut melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, serta penyuluhan
secara intensif.
g. Kawasan Industri
Sektor basis Kabupaten Merauke selama ini adalah sektor pertanian, sub
sektor yang sangat kuat menunjang perekonomian Kabupaten Merauke adalah
pertanian lahan basah dan pertanian lahan basah, perikanan, dan peternakan
dikarenakan sumber daya alam yang banyak tersedia di Kabupaten Merauke
adalah sumber daya pertanian, perikanan, dan peternakan. Dengan demikian,
maka pengembangan kawasan industri yang tepat untuk di Kabupaten Merauke
adalah industri yang inputnya dari pertanian, yaitu industri pengolahan hasil
pertanian, perikanan, dan peternakan tersebut. Selain itu, industri yang baik untuk
dikembangkan di Kabupaten Merauke adalah industri penunjang sektor pertanian,
perikanan, dan peternakan yang dapat membantu meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pertanian, perikanan, dan peternakan tersebut.
Rencana pengembangan kawasan industri-industri tersebut adalah sebagai berikut;
a) Kawasan Industri pengolahan hasil pertanian di Distrik Kurik, Muting dan Tanah
Miring
b) Kawasan industri pengolahan hasil perikanan di Distrik Ilwayab
c) Kawasan industri pengolahan hasil peternakan di Distrik Ngguti dan Kurik
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

d) Kawasan Industri penunjang pertanian, perikanan, dan peternakan di Distrik


Merauke
e) Kawasan Industri penunjang kehutanan
h. Kawasan Wisata
Pengelolaan kawasan pariwisata dilakukan untuk memanfaatkan potensi
keindahan alam dan budaya guna mendorong perkembangan pariwisata dengan
memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya adat istiadat, mutu dan keindahan
lingkungan alam untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Rencana
Pengembangan Pariwisata mengikuti Konsep pengembangan 3 A (Access,
Acommodation, Attraction). Konsep 3A mengungkapkan pentingnya
mengembangakan Objek Wisata dengan mendukung faktor-faktor wisatawan yang
datang ke Objek Wisata seperti Aksesibilitas ke Objek wisata, Akomodasi untuk
para wisatawan dan penjagaan nilai-nilai Atraksi dari sebuah Objek Wisata.
Berdasarkan pemaparan mengenai konsep 3A diatas, maka rencana
pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Merauke dilakukan melalui :
o
o
o
o
o

Pengembangan paket wisata alam di kawasan Taman Nasional


Wasur (Atraksi)
Pengembangan kawasan resort wisata pantai Lampu Satu Merauke
(Atraksi)
Pengembangan jaringan jalan ke objek wisata baru seperti Pantai
Nasai, Pantai
Kaiburse, Pantai Buti, Pantai Wambi (Okaba), dan Patung
Kristus Raja (Aksesibilitas)
Pengembangan angkutan persewaan khusus ke tempat-tempat
wisata (Akomodasi)
Pengembangan wisata belanja lintas batas pada ugu Sabang
Merauke di Sota (Atraksi)

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Peta. 2.4 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Merauke

Sumber : RTRW Kabupaten Merauke 2010-2030

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 47

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

2.5 Sosial dan Budaya


2.5.1 Fasilitas Pendidikan
Berikut ini jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Merauke dalam tabel 2.11 :
Tabel 2.11 Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten Merauke
Jumlah Sarana Pendidikan
Nama Distrik
Merauke
Naukenjerai
Sota
Semangga
Tanah Miring
Kurik
Anim-Ha
Malind
Jagebob
Muting
Ulilin
Elikobel
Okaba
Tubang
Ngguti
Kaptel
Tabonji
Ilwayab
Waan
Kimaam
Jumlah

SD
34
5
5
11
16
11
5
7
14
12
11
12
11
5
7
4
6
5
8
8
197

Umum
SLTP SMA
13
11
1
0
3
0
3
1
4
1
2
1
1
0
3
0
3
1
2
1
1
0
2
0
2
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
2
0
48
17

SMK
6
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
13

MI
4
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6

Agama
MTs
MA
3
4
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
5

Sumber : Merauke Dalam Angka 2013

2.5.2 Jumlah penduduk Miskin


Untuk Jumlah Rumah Tangga Miskin yang ada di Kabupaten Merauke untuk setiap
distriknya belum ada data yang tersedia.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Miskin per Distrik


Nama Distrik
Merauke
Kimaam
Okaba
Naukenjeray
Kaptel
Tubang
Ngguti
Tabonji
Waan
Ilwayab
Animha
Malind
Muting
Semangga
Tanah Miring
Jagebob
Sota
Ulilin
Elikobel
Kurik
Jumlah

Jumlah Keluarga Miskin (KK)


1,300
61
54
25
15
29
18
60
46
60
20
115
59
180
221
97
41
52
49
174
2,677

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) 2013

2.5.3 Jumlah Rumah dan Status Kepemilikan


Dari jumlah kecamatan yang ada di Kabupaten Merauke penduduk terbanyak terdapat di
Kecamatan Merauke dan Kecamatan tanah Miring karena kepadatan penduduk tersebut
maka berkontribusi besar terhadap jumlah rumah penduduk yang ada di Kecamatan
Merauke dengan jumlah 32,503 buah rumah serta di Kecamatan Tanah miring sebanyak .
5,519 buah rumah. Hal ini disebabkan sifat perkotaan yang cukup mencolok di daerah ini
serta kelengkapan fasilitas maupun prasarana yang ada serta lokasi yang berdekatan
dengan Kota Merauke membuatnya mampu menarik penduduk untuk tinggal disana.
Berikut jumlah rumah per kecamatan dalam tabel 2.13 Jumlah rumah per kecamatan.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 2.13 Jumlah Rumah per Distrik


Nama Distrik
Merauke
Kimaam
Okaba
Naukenjeray
Kaptel
Tubang
Ngguti
Tabonji
Waan
Ilwayab
Animha
Malind
Muting
Semangga
Tanah Miring
Jagebob
Sota
Ulilin
Elikobel
Kurik
Jumlah

Jumlah Rumah
32,503
1,525
1,348
621
378
736
441
1,508
1,152
1,510
509
2,880
1,467
4,498
5,519
2,432
1,036
1,310
1,214
4,341
66,927

Sumber : Merauke Dalam Angka 2013

2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah


Peraturan pemerintah yang menjadi dasar pedoman pembentukan perangkat daerah Kabupaten
Merauke adalah;
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438).
2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4741).
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah.
Struktur organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Pemerintah Kabupaten Merauke berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Merauke, dapat dilihat pada Bagan Struktur di bawah ini :

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Merauke


Bupati/Wakil Bupati
Sekretaris Daerah
Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD)
Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan

Staff Ahli
Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan

Asisten Bidang Administrasi Umum

Bagian
Pemerintahan

Bagian
Administrasi
Kesejahteraan
Rakyat

Bagian
Humas dan
Protokoler

Bagian
administrasi
pembangunan

Bagian
administrasi
perekonomian

Bagian keuangan

Bagian
hokum

Bagian organisasi

Bagian umum

Bagian perlengkapan
dan asset

Subbag
Ketataprajaan

Subbag Sosial &


Keagamaan

Subbag
Humas

Subbag
perencanaan
pembangunan

Subbag
produksi
daerah

Subbag anggaran

Subbag
perundangundangan

Subbag
kelembagaan

Subbag T.U&Keu
Pimpinan

Subbag analisa
kebutuhan &
pengadaan

Subbag
Otonomi
Daerah

Subbag
Pendidikan

Subbag
Protokoler

Subbag
pengendalian
pembangunan

Subbag
perekonomian
daerah

Subbag
perbendaharaan &
gaji

Subbag
dokumentasi
hokum

Subbag
ketatalaksanaan

Subbag
rumahtangga dan
perjalanan

Subbag
penyimpanan,distribusi,
pemeliharaan dan
penghapusan

Sub Bag
Agraria

Subbag
Kemasyarakatan

Subbag
Peliputan
dan
Pemberitaan

Subbag
evaluasi dan
pelaporan

Subbag
ketahanan
pangan

Subbag
pembukuan&verifikas
i

Subbag
bantuan
hukum

Subbag
anjab&kepegawauan

Subbag sandi &


telekomunikasi

Subbag pengelolaan
asset daerah

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 51

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Gambar 2.2. SKPD Yang Memiliki Keterkaitan Tupoksi Langsung atau Tidak Langsung dengan Pembangunan Sanitasi di Kabupaten Merauke
BUPATI

BAPPEDA
- Bidang
Pengembangan
Wilayah,
Fisik
Sarana Prasarana
- Bidang Ekonomi
& Pembangunan
Dunia Usaha
- Bidang
Sosial
Budaya
- Bidang Penelitian
Pengembangan &
Statistik

BADAN
PENGELOLA
KEUANGAN &
ASSET DAERAH
- Bidang Anggaran
- Bidang Akuntansi
- Bidang Aset

DINAS PU
- Bidang Cipta
Karya
dan
Permukiman

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

DINAS TATA
KOTA &
PEMAKAMA
N
- Bidang
Kebersihan &
Persampahan
- Bidang
Perencanaan
Tata Ruang
- Bidang
Penataan
Lahan
&
Bangunan

DINAS
KESEHATAN
- Bidang P2PL

BADAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
KAMPUNG
- Bidang
Pemberdayaan
Partisipasi
Masyarakat

Page 52

DINAS
KOMUNIKASI
&
INFORMATIKA
- Bidang
Media & Pers

BADAN
LINGKUNGAN
HIDUP
- Bidang
Pengendalian
Pencemaran
dan Kerusakan
Lingkungan
- Bidang
Pengamanan
Pelestarian dan
Partisipasi

DINAS
PENDIDIKAN
DAN
PENGAJARAN
- Bidang
Pendidikan
Dasar

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

2.6.1 Susunan Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Merauke


1. Ketua di jabat oleh Sekretaris daerah yang secara formal melaksanakan fungsi dan
memiliki kewenangan koordinatif terhadap SKPD pengelola sanitasi dan selaku Ketua
Tim Anggaran Pemerintah Daerah.
2. Sekretaris, dijabat oleh Staf Ahli Bidang Pembangunan yang secara formal
melaksanakan fungsi membantu Bupati atau tugas dan fungsi lainnya yang ditetapkan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3. Ketua Bidang, dijabat oleh kepala SKPD, dan wakil ketua bidang dijabat oleh pejabat
setingkat kepala bidang (Kabid) pada SKPD terkait yang kesehariannya melaksankan
tugas dan fungsi kepala bidang.
4. Anggota pada setiap bidang berasal dari pejabat/staf dari SKPD yang bertanggung
jawab melaksanakan tugas dan fungsi setiap bidang dan melibatkan pejabat/staf dari
SKPD lainnya yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya memiliki hubungan
keterkaitan dengan bidang dimaksud.
2.6.2 Tugas Kelompok Kerja Kabupaten Merauke
1. Ketua Pokja ( Sekretaris Daerah)
a.

Mengendalikan dan bertanggung jawab


dalam pelaksanaan peran, fungsi dan tugas pokja sanitasi kabupaten merauke.

b.

Mengendalikan pengelolaan kerja pokja


sanitasi kabupaten Merauke agar tetap sesuai dengan misi kabupaten Merauke.

c.

Memberikan arahan kebijakan terkait


pelaksanaan fungsi pokja sanitasi kabupaten Merauke.

d.

Memastikan optimalisasi
seluruh sumberdaya bagi pokja sanitasi kabupaten Merauke

2.

dukungan

Sekretaris
a. Mengoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan teknis program kerja pokja sanitasi
kabupaten Merauke.
b. Merumuskan Kebijakan penguatan kelembagaan pokja sanitasi kabupaten merauke.
c.

Memberikan Masukan Strategis terkait aspek kelembagaan dalam penyusunan SSK


dan penyempurnaan terkait aspek kelembagaan dalam BPS dan SSK dari hasil
review pokja sanitasi propinsi.

d. Menghimpun laporan bidang-bidang kerja pokja sanitasi kabupaten Merauke.


e. Menghimpun Laporan bidang-bidang kerja pokja sanitasi kabupaten Merauke
f.

Fasilitasi Pelaksanaan monitoring dan evaluasi PPSP oleh Pokja Sanitasi


Kabupaten Merauke Serta konsultasi ke Propinsi dan Pusat.

g. Menyiapkan Pembentukan kelompok Kerja (Pokja) sanitasi Kabupaten Merauke


h. Menyiapkan Bahan Masukan Kepada Pokja Sanitasi Propinsi dalam penyusunan
roadmap sanitasi propinsi
i.

Fasilitasi tim pokja sanitasi kabupaten Merauke pertemuan tahunan kabupaten


/Kota peserta program PPSP dan penguatan kapasitas kelembagaan PPSP.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

3.

4.

j.

Fasilitasi tim pokja saitasi kabupaten kota dalam melaksanakan penyusunan BPS
dan SSK.

k.

Melaksanakan tugas lain terkait dengan pelaksanaan program PPSP yang


ditugaskan oleh ketua Pokja sanitasi Kabupaten Merauke.

l.

Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas terhadap ketua pokja sanitasi


Kabupaten Merauke.

Bidang Perencanaan
a.
penyusunan BPS,SSK dan MPS

Mengkoordinasikan

pelaksanaan

b.

Memstikan Bahwa BPS dan SSK


menjadi bahan masukan dalam penyusunan rencana pembangunan jangka
menengah program PPSP yang di rumuskan kedalam dokumen RPJMD.

c.

Memastikan kesesuaian prioritas


program dan kegiatan PPSP yang dituangkan dalam SSK telah selaras dengan
RPJMD.

d.

Menyusunprogram dan kegiatan prioritas


PPSP bersama-sama dengan bidang lain untuk bahan masukan penyusunan RKPD
sebagai bahan penyusunan RKA-SKPD dalam rangka penganggaran kedalam
APBD.

e.

Menyiapkan draft MPS yang berisikan


program, kegiatan prioritas sanitasi yang bersekala komunal, kawasan dan kota
untuk disampaikan kepada pokja sanitasi provinsi.

f.

Membuat laporan kerja terkait bidang


tugas secara berkala kepada ketua pokja sanitasi kabupaten/kota.

g.

Melaksanakan tugas lain terkait dengan


bidang perencanaan yang ditugaskan oleh ketua pokja sanitasi kabupaten/kota.

h.

Bertanggung jawab atas pelaksanaan


tugas kepada ketua pokja sanitasi kabupaten/kota.

Bidang Pendanaan
a.
Mempersiapkan
dalam rangka penyusunan BPS,SSK, dan MPS.

bahan

masukan

b.

Memberikan masukan terhadap


kebijakan dan peraturan daerah dalam upaya optimalisasi pengelolaan sanitasi
terutama terkait pendanaan sanitasi di kabupaten/kota.

c.

Memberikan masukan strategis


terkait aspek pendanaan dalam penyusunan SSK dan penyempurnaan terkait aspek
pendanaan dalam BPS dan SSK dari hasil review pokja sanitasi provinsi.

d.

Menyiapkan bahan masukan bidang


pendanaan kepada pokja sanitasi dalam pelaksanaan/implementasi program PPSP.

e. Meneliti RKA _SKPD kabupaten/kota untuk memastikan pendanaan pada setiap


tahapan program PPSP dialokasikan kepada APBD.
f.

Membuat laporan kerja terkait bidang pendanaan secara berkala kepada ketua
pokja sanitasi kabupaten/kota.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

g. Melaksanakan tugas lain terkait dengan bidang pendanaan yang ditugaskan oleh
ketua pokja sanitasi kabupaten/kota.
h. Bertanggung jkawab atas pelaksanaan tugas kepada ketua pokja sanitasi
kabupaten/kota.
5.

Bidang Teknis
a. Menyampaikan bahan masukan aspek teknis dalam rangka penyusunan BPS,SSk
dan MPS.
b. Memberikan masukan strategis terkait aspek teknis penyusunan SSk dan
penyempurnaan BPS dan SSK dari hasil review pokja sanitasi propinsi.
c.

Menyiapkan bahan masukan bidang teknis kepada pokja sanitasi dalam


pelaksanaan pembangunan fisik dan non fisik program PPSP agar sesuai dengan
rencana yang ditetapkan.

d. Membuat laporan kerja terkait bidang tugas secara berkala kepada ketua pokja
sanitasi kabupaten/kota.
e. Melaksanakan tugas lain terkait dengan bidang teknis yang ditugaskan oleh ketua
pokja sanitasi kabupaten/kota.
f.
6.

Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada ketua pokja sanitasi


kabupaten/kota.
Bidang Kesehatan, Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat

a. Mempersiapkan bahan masukan dalam rangka penyusunan BPS,SSK dan draft MPS
b. Menyiapkan bahan sosialisasi, advokasi dalam rangka pelaksanaan program PPSP.
c.

Menyiapkan bahan untuk peningkatan kesadaran masyarakat agar terlibat secara


aktif untuk menjadi pelaku individu dan masyarakat yang menjaga dan
mengembangkan sanitasi sehat di kabupaten/kota.

d. Menyiapkan bahan masukan untuk penyusunan BPS, serta memberikan input


strategis aspek PMJK dan komunikasi terhadap penyusunan SSK.
e. Membuat bahan laporan kerja terkait bidang tugas secara berkala kepada ketua
pokja sanitasi kabupaten/kota
f.

Melaksanakan tugas lain terkait dengan bidang komunikasi, kesehatan dan


pemberdayaan masyarakat yang ditugaskan oleh ketua pokja sanitasi
kabupaten/kota.

g. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada ketua pokja sanitasi


kabupaten/kota.
7.

Bidang Pemantauan dan Evaluasi


a. Menyiapkan bahan masukan dalam rangka penyusunan BPS,SSK dan draft MPS.
b. Menyiapkan bahan untuk kegiatan pemantauan dan evaluasi terhadap kemajuan
pelaksanaan program PPSP pada setiap SKPD terkait.
c.

Menyusun rekomendasi tindak lanjut hasil temuan pelaksanaan program PPSP di


kabupaten/kota untuk dilakukan perbaikan oleh SKPD terkait.

d. Membuat laporan kerja bidang secara berkala kepada ketua pokja sanitasi
kabupaten/kota.
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

e. Melaksanakan tugas lain terkait dengan bidang tugas yang ditugaskan oleh ketua
pokja sanitasi kabupaten/kota.
f.
8.

Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kepada ketua pokja sanitasi


kabupaten/kota.
Sekretariat Pokja Sanitasi

a. Menyiapkan pelaksanaan rapat-rapat internal pokja sanitasi, lokakarya dan pelatihanpelatihan.


b. Melakukan pengolahan dan menganalisa data kemajuan pelaksanaan PPSP
kabupaten/kotamelalui web ppsp.nawasis.info.
c.

Menghimpunbahan laporan kerja terkait bidang tugas pokok pokja sanitasi dan
laporan sekretariat pokja sanitasi serta menyusun laporan program PPSP untuk
dilaporkan secara berkala kepada ketua pokja sanitasi kabupaten/kota.

d. Menyiapkan laporan kerja perkembangan pelaksanaan program PPSP kepada


Bupati/Walikota.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

2.7 Komunikasi dan Media


Untuk saat ini data terkait dengan kegiatan komunikasi dalam hal promosi hiegene dan sanitasi dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.14: Kegiatan Komunikasi terkait Sanitasi
No

Kegiatan

Tahun

Dinas
Pelaksana

Tujuan Kegiatan

Khalayak
Sasaran

Pesan Kunci

Pembelajaran

Pemicuan STBM

2013

Dinas
Kesehatan

Meningkatkan
peranserta
masyarakat dalam
penyediaan
layanan sanitasi
dan membiasakan
PHBS dalam
kehidupan seharihari.

Masyarakat di
100 RT pada 12
Desa/Keluraha
n prioritas yang
menurut studi
EHRA memiliki
Indek Risiko
Sanitasi
Tertinggi.

Sanitasi buruk
dan perilaku
hidup tidak
bersih dan tidak
sehat itu
menJijikan,
memalukan dan
membuat sakit,
karenanya perlu
kita perbaiki
sanitasi dan
biasakan PHBS.

Terbatasnya tenaga
fasilitator yang
handal, membuat
pemicuan di
sejumlah RT kurang
sukses, perlu
peningkatan jumlah
fasilitator handal.

Penyuluhan tata
cara Cuci Tangan
Pakai Sabun
(CTPS) di sekolah
Dasar

2013

Dinas
Pendidikan
dan Dinas
Kesehatan

Siswa Sekolah
Dasar mampu dan
mau melakukan
CTPS yang baik
dan benar.

Siswa-siswi SD
di 20 sekolah
dengan angka
tidak masuk
sekolah karena
diare tertinggi.

Dengan CTPS,
kita terhindar
dari penyakit,
dan hidup lebih
sehat.

Dampak dari
kegiatan ini,
ternyata dapat
menurunkan angka
tidak masuk sekolah
karena diare.

Tabel 2.15 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi


No

1.

Jenis Media
a)

Radio RRI pro


2 FM:
Produksi dan
penyiaran

Khalayak
b)
Masyarakat
Umum
terutama
masyarakat
Merauke yang
bertempat
tinggal di
daerah banjir

Pendanaan
c)
Produksi dan
penyiaran dari
Radio RRI,

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Isu yang
Diangkat
d)
Keterlibatan
Masyarakat
dalam
Pencegahan
Banjir dan
Mengurangi
Risiko Banjir

Pesan Kunci
e)

Efektivitas
f)

Bersama-sama
mencegah
banjir dan
mengurangi
risiko banjir.

Dari hasil evaluasi, 5


dari 10 responden
masyarakat Merauke
mengaku mendengar
informasi tentang
pencegahan banjir
dan Mengurangi
Risiko Banjir dari
Radio RRI.

Page 58

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

BAB 3
PROFIL SANITASI WILAYAH
Peta 3.1. Peta Wilayah Kajian Sanitasi

Sumber : RTRW Kabupaten Merauke Merauke 2010-2030


Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 58

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Wilayah Kajian Sanitasi adalah Distrik Merauke terdiri atas 8 Kelurahan dan 2 Kampung, Distrik
Semangga terdiri atas 1 Kampung dan Distrik Naukenjerai terdiri atas 1 Kampung. dimana
keseluruhan wilayah kajian diasumsikan sudah mewakili setiap kluster penduduk kabupaten Merauke,
mulai dari penduduk kota yang merupakan percampuran dari berbagai macam suku dan adat istiadat,
penduduk pendatang/transmigrasi dan penduduk asli papua.
3.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene
Sektor sanitasi disamping membangun infrastruktur jg salah satu faktor pendukung adalah masalah
perilaku masyarakat sehari-hari dalam menjaga kebersihan diri, rumah serta lingkungan disekitarnya.
hal ini bisa dicapai melalui promosi hygiene dan sanitasi yang dilakukan oleh semua pihak yang
terkait dengan sanitasi. Oleh karena itu, dalam Sub-bab ini akan membahas tentang kondisi eksisting
PHBS yang fokus di 2 (dua) tatanan yaitu rumah tangga dan sekolah.
3.2.1. Tatanan Rumah Tangga
PHBS pada tatanan Rumah Tangga meliputi perilaku : (1) Cuci tangan Pake Sabun (CTPS), (2)
Penanganan Jamban keluarga, (3) Penanganan air bersih dan (4). Perilaku BABs. Pada grafik
berikut ini dapat dilihat PHBS di Kabupaten Merauke antara lain :
Berdasarkan hasil analisa data studi EHRA tersebut dapat digambarkan bahwa untuk perilaku
Cuci Tangan Pake Sabun di Kabupaten Merauke masih sangat memprihatinkan dimana 69%
responden tidak pernah melakukan CTPS pada waktu-waktu penting hanya 39 % saja
respondent yang sudah mencuci tangan di lima waktu penting antara lain setelah BABs,
sebelum makan dan menyuapi anak, sebelum menyiapkan makanan, setelah menceboki anak
dan setelah memegang hewan.
Gambar 3.1 : Grafik CTPS di 5 (lima) Waktu Penting

Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013


Kegiatan CTPS di lima waktu paling banyak dilakukan sebelum makan sebesar 91%, kemudian
setelah makan sebesar 89%, setelah buang air besar 82%, setelah memegang hewan 51%,
setelah menceboki bajyi/anak 49%, setelah menyuapi anak 44%, setelah menyiapkan masakan
39%, sebelum sholat 16%, sebelum ke toilet 15% dan lainnya 3%.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 58

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Gambar 3.2 : Grafik Persentase Penduduk yang melakukan BABS

Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013


Persentase penduduk yang melakukan BABs berdasarkan Grafik Persentase Penduduk yang
Melakukan BABs cukup besar yaitu sebesar 70,5%, BABs tertinggi terdapat di cluster 0 sebesar
82,3%, kemudian di cluster 2 sebesar 70% dan di cluster 1 sebesar 66,1%.

Gambar 3.3 Grafik Pengelolaan Air Minum (Pencemaran pada wadah penyimpanan penanganan air)

Sumber : Hasil Studi EHRA 2013


Sumber air minum berdasarkan grafik diatas paling banyak berasal dari air hujan sebesar 47%,
kemudian air isi ulang sebesar 34% dan air sumur gali terlindungi sebesar 29%, sedangkan untuk
memasak paling banyak menggunakan air hujan sebesar 46%, kemudian air sumur gali terlindungi
31% dan air ledeng dari PDAM sebesar 25%.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 59

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Gambar 3.4 Grafik Pengelolaan Sampah Setempat

Sumber : Studi EHRA tahun 2013

Dari diatas terlihat bahwa pengelolaan sampah di lingkungan rumah tangga paling banyak dilakuan
dengan cara dibakar yaitu sebanyak 87%, kemudian dibuang ke sungai atau dilahan kosong
sebanyak 3%, dikumpulkan oleh kolektor informal dan dibuang ke TPS sebanyak 2% dan sisanya
sebanyak 1% dibuang kedalam lubang dan ditutup dengan tanah atau dibiarkan sampai membusuk.
Gambar 3.5 Grafik Pencemaran karena SPAL

Sumber : Studi EHRA tahun 2013

Akibat tidak memiliki SPAL, sebesar 62,3% mengakibatkan adanya pencemaran SPAL, dan hanya
37,7% yang mengakibatkan tidak terjadinya pemcemaran SPAL. Pencemaran terbanyak terjadi di
cluster 2 sebesar 100%, kemudian di cluster 0 sebesar 76,6% dan di cluster 1 sebesar 52,3%.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 60

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

3.2.2. Tatanan Sekolah


Data sarana dan prasana PHBS di sekolah diperoleh dari hasil kunjungan langsung dari
anggota pokja ke beberapa sekolah ( 30 Tingkat SD ) yang ada di Kabupaten Merauke, yang
hasilmya cukup memprihatinkan. Berdasarkan data tabel 3.4 terlihat jumlah jamban untuk murid
tidak mencukupi sesuai dengan standar yaitu 1 : 40 untuk siswa laki-laki dan 1:25 untuk siswa
perempuan. Ketersediaan sarana air bersih di seluruh sekolah yang disurvey berasal dari
sumur gali dengan kondisi selalu tersedia sebanyak 86,7%, kadang tersedia 13,3 %.
Ketersediaan sarana cuci tangan di sekolah yang di survey hanya ada di 23 sekolah atau
76,7% namun demikian tidak ada persediaann sabunnya. Kebiasaan membersihkan jamban di
seluruh lokasi survey dilakukan oleh siswa dan guru sekolah. Selengkapnya dapat dilihat pada
tabel 3.1.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 61

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 3.1 Rekapitulasi Jumlah Sarana Air Bersih dan Sanitasi Sekolah Tingkat Sekolah Dasar/MI di wilayah kajian

No

Status
Sekolah
Dasar

Jumlah Siswa

Jumlah Guru

Sumber Air Bersih *)

Jumlah
Sekolah

Toilet Guru**)

Fas. Cuci
tangan ****)

Toilet Siswa***)

PDAM

SPT/
PL

SGL

L/P

L dan
P

L/
P

L dan
P

Fasilitas TPS
Sekolah *****)

Saluran
Drainase

Sekolah
Dasar
Negeri

16

122

152

2278

2215

14

11

10

Sekolah
Dasar
Swasta

10

43

128

1836

1787

MI

30

52

814

843

Total

30

195

332

4928

4845

26

17

11

10

23

20

10

19

11

Sumber : Hasil Kajian Sanitasi Sekolah oleh Pokja tahun 2014

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 62

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 3.2: Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah Dasar/MI


No
1
2
3
4
5
6
7
8

Kondisi Sarana
Sanitasi
Toilet Guru
Toilet siswa
Fasilitas CTPS
Sarana Air Bersih
Pengelolaan sampah
Drainase
Ketersediaan dana
Pendidikan HS

Sangat Baik
%
56,7
36,7
63,3
86,7
66,7
33,3
46,7
60,0

Baik
%
16,7
30,0
13,3
10,0
13,3
30,0
10,0
33,3

Kurang Baik
%
26,7
33,3
23,3
3,3
20,0
36,7
43,3
6,7

Sumber : Hasil Kajian sanitasi sekolah oleh Pokja tahun 2014

Tabel 3.3 PHBS terkait Sanitasi di Sekolah Dasar/MI


No
1
2
3

Perilaku Higiene dan Sanitasi


Cuci tangan pakai sabun
Penggunaan toilet/jamban
Perilaku buang sampah

Baik %
28,63
85,5
86,2

Kurang baik %
71,33
14,5
13,8

Sumber : Hasil Kajian sanitasi sekolah oleh Pokja tahun 2014

3.3. Pengelolaan Air Limbah Domestik


3.3.1. Kelembagaan
Aspek Legal Formal
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.42 tahun 2007 tentang Juknis pelaksanaan DAK
infrastruktur bidang sanitasi yang mengamanatkan prioritas penanganan sanitasi dengan
meningkatkan pemberdayaan masyarakat, dengan urutan prioritas :
- Menangani air limbah cair yang berasal dari buangan rumah tangga dari kegiatan mandi, cuci
dan kakus (MCK) dengan membangun MCK Komunal, Septic Tank komunal.
Target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 dimana ditargetkan masyarakat
miskin di pedesaan sudah mendapatkan akses pelayanan sanitasi dasar
Undang Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, dalam salah satu pasalnya
(pasal22) mengisyaratkan akan pentingnya kesehatan lingkungan melalui antara lain
pengamanan limbah padat dan cair
PP nomor 16 tahun 2005 tentang pengembangan sistem penyediaan air minum, dalam pasal
14 mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah permukiman secara terpadu
dengan penyelenggaraan sistem penyediaan air minum
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor16/PRT/M/2006 tentang kebijakan dan strategi
nasional pengembangan sistem air limbah permukiman, dalam salah satu pasalnya (pasal2)
menyebutkan bahwa peraturan ini merupakan pedoman dan arahan dalam penyusunan
kebijakan teknis, perencanaan dan pemrograman, pelaksanaan dan pengelolaan dalam
penyelenggaraan dan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman, baik bagi
pemerintah pusat, maupun daerah, dunia usaha, swasta dan masyarakat sesuai dengan
kondisi setempat.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 63

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Aspek Institusional
Di lingkup Pemerintah Kabupaten Merauke yang bertanggung jawab langsung terhadap
pengelolaan air limbah domestik adalah Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan dan Kantor
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kebersihan. Tugas utama dari Dinas Pekerjaan Umum
adalah menyediakan sarana dan prasarana sektor air limbah domestic untuk masyarakat umum
seperti penyediaan MCK septic tank. Dinas Kesehatan mempunyai tugas dalam bidang
pendidikan masyarakat tentang PHBS khususnya pesan tentang buang limbah ditempat-tempat
yang semestinya atau tidak Buang Air Besar sembarangan. Sedangkan Kantor Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Kebersihan mempunyai tugas rutin dalam penyediakan pelayan sedot
tinja kepada masyarakat di Kabupaten Merauke.
Kelompok swadaya masyarakat (KSM) dengan di dampingi Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)
Teknis dan TFL sosial yang berperan sebagai perencana, pelaksana serta pengelola prasarana
sanitasi yang terbangun terutama pada program sanimas, Pamsimas dan SLBM.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 64

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 3.4: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik

FUNGSI

PEMANGKU KEPENTINGAN
Pemerintah Kabupaten/Kota

Swasta

Masyarakat

Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota

Dinas PU

Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka


pencapaian target
Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka
pencapaian target
PENGADAAN SARANA

Dinas PU

Dinas PU

Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik

Dinas PU

Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik)

Dinas PU

Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja)

Dinas Tata Kota dan Pemakaman

Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke


IPAL (pipa kolektor)
Membangun sarana IPLT dan atau IPAL

Dinas PU

Dinas PU dan Dinas Tata Kota


dan Pemakaman

PERENCANAAN

PENGELOLAAN

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 65

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

FUNGSI

PEMANGKU KEPENTINGAN
Pemerintah Kabupaten/Kota

Swasta

Masyarakat

Dinas Tata Kota dan Pemakaman

Dinas PU dan Dinas Tata Kota


dan Pemakaman

Dinas Tata Kota dan Pemakaman

Dinas PU dan Dinas Tata Kota


dan Pemakaman

Dinas PU

Dinas PU

Dinas PU

Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan Dinas PU dan Dinas Tata Kota
air limbah domestik skala kab/kota
dan Pemakaman

Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur Dinas PU dan Dinas Tata Kota
sarana pengelolaan air limbah domestik
dan Pemakaman

Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air Dinas PU dan Dinas Tata Kota
limbah domestic, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas

Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja


Mengelola IPLT dan atau IPAL
Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja
Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau
penyedotan air limbah domestik
Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki
septik, dan saluran drainase perkotaan) dalam pengurusan IMB

Dinas PU

PENGATURAN DAN PEMBINAAN


Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik
(pengangkutan, personil, peralatan, dll)
Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan
air limbah domestik
Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah
domestik
MONITORING DAN EVALUASI

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 66

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

PEMANGKU KEPENTINGAN

FUNGSI

Pemerintah Kabupaten/Kota

layanan air limbah domestik

Swasta

Masyarakat

dan Pemakaman

Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah Dinas PU dan Dinas Tata Kota
domestik
dan Pemakaman

Tabel 3.5: Daftar Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Merauke


Ketersediaan
Substansi

Pelaksanaan

Ada (Sebutkan)

Tidak
Ada

Efektif
Dilaksanakan

Belum Efektif
Dilaksanakan

Belum ada

Belum ada

Belum ada

AIR LIMBAH DOMESTIK

Target capaian pelayanan


pengelolaan air limbah
domestik di Kab/Kota ini
Kewajiban dan sanksi bagi
Pemerintah Kab/Kota dalam
penyediaan layanan
pengelolaan air limbah
domestik
Kewajiban dan sanksi bagi
Pemerintah Kab/Kota dalam
memberdayakan
masyarakat dan badan
usaha dalam pengelolaan
air limbah domestik
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 67

Tidak Efektif
Dilaksanakan

Keterang
an

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Ketersediaan
Substansi

Kewajiban dan sanksi bagi


masyarakat dan atau
pengembang untuk
menyediakan sarana
pengelolaan air limbah
domestik di hunian rumah
Kewajiban dan sanksi bagi
industry rumah tangga untuk
menyediakan sarana
pengelolaan air limbah
domestik di tempat usaha
Kewajiban dan sanksi bagi
kantor untuk menyediakan
sarana pengelolaan air
limbah domestik di tempat
usaha
Kewajiban penyedotan air
limbah domestik untuk
masyarakat, industri rumah
tangga, dan kantor pemilik
tangki septik
Retribusi penyedotan air
limbah domestik
Tatacara perizinan untuk
kegiatan pembuangan air
limbah domestik bagi
kegiatan permukiman,
usaha rumah tangga, dan
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Pelaksanaan

Ada (Sebutkan)

Tidak
Ada

Efektif
Dilaksanakan

Belum Efektif
Dilaksanakan

Belum ada

Belum ada

Page 68

Tidak Efektif
Dilaksanakan

Keterang
an

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Ketersediaan
Substansi

Ada (Sebutkan)

Pelaksanaan
Tidak
Ada

Efektif
Dilaksanakan

Belum Efektif
Dilaksanakan

perkantoran

Sumber: DInas Pekerjaan Umum, 2014

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 69

Tidak Efektif
Dilaksanakan

Keterang
an

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

3.3.2. Sistem dan Cakupan Pelayanan


Berdasarkan hasil studi ehra untuk tempat BAB dan kemana menyalurkan tinja dapat
dilihat pada grafik sebagai berikut:
Gambar 3.6: Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja

Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013

Dari grafik di atas terlihat bahwa, Tempat Penyaluran Akhir Tinja paling banyak disalurkan melalui
Tangki septik sebesar 52%, kemudian melalui cubluk/lobang tanah sebesar 20%, melalui
sungai/danau/pantai sebesar 2% dan pipa sewer sebesar 1%.
Gambar 3.7 : Grafik Presentase tengki septik aman dan tidak aman

Sumber : Analisis Studi EHRA 2013

Dari Grafik diatas diperoleh bahwa sebagain besar responden menyatakan tangki septik yang
dimilikinya termasuk tangki septik suspek aman yaitu sebesar 90,6% namun realitas dilapangan
tangki septik yang ada di masyarakat belum sesuai dengan standar SNI, sedangkan yang
menyatakan tidak aman hanya sebesar 9,4%.
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 70

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Diagram sistim Sanitasi (DSS) adalah gambaran sistem penanganan sanitasi di daerah, untuk
DSS limbah di Kabupaten Merauke mulai dari User interface sampai pembuangan akhir bisa dilihat
pada tabel 3.8 dibawah ini, Kepemilikan jamban sebagian sudah memadai akan tetapi pengolahan
akhir tidak diketahui kemana buangan akhir.
Gambar 3.8 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestic

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 71

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Produk
Input

(A)
User Interface

(B)
Pengumpulan &
Penampungan/
Pengolahan awal

CUBLUK

(C)
Pengangkutan /
Pengaliran

DRAINA
SE

(D)
(Semi)
Pengolahan Akhir
Terpusat

(E)
Daur Ulang
dan/atau
Pembuangan
Akhir

SUNGAI
/KALI/PA
NTAI/KE
BUN

Black
Water

Tinja
Urine
Air
Peng
gelon
tor

CLOSET

Grey
Water

TANGKI
SEPTIK

MOBIL TINJA

DRAINA
SE

Limba
h Air
Cucian
Limba
h Air
Mandi
Limba
h Air
Cucian
Pakaia

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 72

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 3.6: Cakupan Layanan Air Limbah Domestik yang ada di Kabupaten Merauke

No.

Nama
Distrik/
Kelurahan/
Kampung

BABS*

Sarana
tidak
layak

Sarana Layak
Onsite System
Individual

(KK)

Cubluk, Tangki septik


tidak aman** (KK)

(iii)

(iv)

Jamban keluarga dgn


tangki septik aman
(KK)
(v)

Offsite System
Kawasan / terpusat

Berbasis Komunal
MCK+ umum
/Jamban Bersama
(KK)

MCK++
(KK)

(vi)

IPAL
Komunal
(KK)
(ix)

Sambungan Rumah
(KK)

(vii)

Tangki Septik
Komunal
(KK)
(viii)

(i)

(ii)

Distrik
Merauke

1.

Kelurahan
Kelapa Lima

79

1775

1578

118

118

237

39

2.

Kelurahan
Bambu Pemali

43

972

864

65

65

130

22

3.

Kelurahan
Mandala

112

2509

2230

167

167

335

56

4.

Kelurahan
Seringgu Jaya

42

941

836

63

63

125

21

5.

Kelurahan
Rimba Jaya

106

2381

2117

159

159

318

53

6.

Kelurahan
Karang Indah

51

1146

1018

76

76

153

25

7.

Kelurahan Maro

92

2061

1832

137

137

275

46

8.

Kelurahan
Samkai

48

1072

953

71

71

143

24

9.

Kampung

59

53

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 73

(x)

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke


Nasem
10.

Kampung
Wasur

II

Distrik
Semangga

1.

Kampung
Waninggap
Nanggo

III

Distrik
Naukenjerai

1.

Kampung
Onggaya

60

53

101

90

13

44

39

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 74

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 3.7: Kondisi Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik


No

Jenis

(i)

(ii)

Satuan

(iii)

Kondisi

Jumlah/

Keterangan

Kapasitas

Berfungsi

Tdk berfungsi

(iv)

(v)

(vi)

(vii)

Sistem Onsite
1

Berbasis komunal
- IPAL Komunal
- MCK +
- MCK ++

unit
unit
unit

11

Pembangunan dari
Tahun 2010 s/d 2013

10

Pembangunan dari
Tahun 2010 s/d 2013

- Tangki septik komunal

unit

1.751

1.751

2.

Truk Tinja

unit

IPLT : kapasitas

M3/hari

M3/hari

Sistem Offsite
4

IPAL Kawasan/Terpusat
- kapasitas
- sistem

IPLT: Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja


IPAL: Instalasi Pengolahan Air Limbah

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 75

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Peta 3.2: Peta cakupan layanan pengelolaan air limbah domestic

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 76

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

3.3.3 Peran Serta Masyarakat


Kesadaran masyarakat mengelola air limbah masih sebatas dilingkup rumah tangga masing-masing seperti membersihkan kamar mandi dan toilet
dirumah masing-masing akan tetapi masih banyak masyarakat yang buang air besar diselokan atau di sungai-sungai. Sedangkan tingkat kesadaran
masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengelola MCK umum masih rendah, ini dapat dilihat dari tidak terawatnya MCK-MCK umum baik itu yang
berada di permukiman warga maupun di tempat-tempat umum seperti terminal dan pasar.
Tabel 3.8: Daftar Program/Kegiatan Air Limbah Domestik Berbasis Masyarakat*)

No.

Nama Program/Kegiatan

1.

On Site individual : STBM

2.

On Site komunal : Sanimas:


MCK +

Pelaksana/PJ

Dinas Cipta Karya


Pemukiman dan Tata
Ruang

Tahun
Program/kegiatan **)

Lokasi

1.
2.
3.
4.
1.

Penerima manfaat***)
P

Kelurahan Karang Indah


Kelurahan Kelapa Lima
Kelurahan Samkai
Kelurahan Maro

2010

70 orang

25 orang

1 Unit

50 orang

75 orang

1 Unit

50 orang

75 orang

1 Unit

50 orang

50 0rang

1 Unit

50 orang

75 orang

1 Unit

2011

50 orang

75 orang

1 Unit

2012

50 orang

75 orang

1 Unit

50 orang

75 orang

1 Unit

150 orang

75 orang

2 Unit

50 orang

50 orang

1 Unit

Kelurah

an Rimba Jaya
2. Kelurahan Mandala

1. Kelurahan Rimba Jaya


2. Kelurahan Bampel

1. Kelurahan Kelapa Lima


2. Kelurahan Rimba Jaya

2013

1. Kelurahan Maro
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Jumlah
Sarana

Page 77

Kondisi Sarana Saat


Ini ****)
Tidak
Berfungsi
Berfungsi
-

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Sanimas: MCK ++

Dinas Cipta Karya


Pemukiman dan Tata
Ruang

1. Kelurahan Karang

2010

75 orang

65 orang

1 unit

Indah
2. Kelurahan Samkai
3. Kelurahan Maro

2011

60 0rang

68 orang

1 unit

65 orang

70 orang

1 unit

60 0rang

72 orang

1 unit

55 0rang

65 orang

1 unit

60 orang

65 orang

1 unit

65 orang

67 orang

1 unit

65 orang

75 orang

1 unit

150 orang

165 orang

2 unit

175 orang

200 0rang

1 unit

1. Kelurahan Samkai
2. Kelapa Lima
3. Kelurahan Rimba Jaya
2012
1. Kelurahan Samkai
2. Kelurahan Rimba Jaya
3. Kampung Wasur

Sanimas: IPAL Komunal

2013

--

Total

22 unit

Sumber Data : Data Sekunder Pokja, wawancara dengan SKPD dan kunjungan lapangan

Tabel 3.9 : Pengelolaan Sarana Air Limbah Domestik oleh Masyarakat


Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 78

22 unit

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

No.
1.

Jenis Sarana
MCK +

Tahun
Sarana
Dibangun
2010

2011

2012

Lokasi

MCK ++

2010

2011

Biaya operasi dan


pemeliharaan

Pengosongan tangki
septik/IPAL
Waktu
Layanan

Lembaga
KSM

Kondisi
aktif

KSM

Tdk aktif

Tidak ada iuran

KSM

Tdk aktif

Tidak ada iuran

1. Kelurahan Rimba Jaya


2. Kelurahan Mandala

KSM

Aktif

Tidak ada iuran

1. Kelurahan Rimba Jaya


2. Kelurahan Bampel

KSM

Aktif

Tidak ada iuran

KSM

Aktif

Tidak ada iuran

KSM

Aktif

Tidak ada iuran

KSM

Aktif

Tidak ada iuran

KSM

Aktif

Tidak ada iuran

KSM

Tidak aktif

Tidak ada iuran

Belum pernah

Aktif

Tidak ada iuran

Belum pernah

KSM
KSM

Aktif

Tidak ada iuran

KSM

Aktif

Tidak ada iuran

1.
2.
3.
4.

Kelurahan maro
Kelurahan karang indah
Kelurahan kelapa lima
Kelurahan samkai

1. Kelurahan Kelapa Lima


2. Kelurahan Rimba Jaya

2013
2.

Pengelola

1. 1. Kelurahan Maro
1. Kelurahan Karang indah
2. Kelurahan samkai
3. Kelurahan maro

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 79

Tidak ada iuran


Belum Pernah

Belum Pernah

Belum Pernah

Belum Pernah

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

2012
1. Kelurahan Samkai
2. Kelurahan kelapa lima
3. Kelurahan Rimba Jaya

2013
1. Kelurahan Samkai
2. Kalurahan Rimba Jaya
3. Kampung Wasur
3.

IPAL Komunal

4.

Septik tank
komunal

2008-2013

1. Kelurahan Karang indah


2. Kelurahan Samkai
3. Kelurahan Maro

KSM
KSM

Aktif

Tidak ada iuran

Aktif

Tidak ada iuran

Aktif

Tidak ada iuran

KSM
KSM

Aktif

Tidak ada iuran

KSM

Aktif

Tidak ada iuran

Aktif

Tidak ada iuran

KSM

Belum pernah

Masyarakat

Aktif

Tidak ada iuran

Belum pernah

4. Kelurahan Kelapa lima


5. Kelurahan Rimba Jaya
6. Kelurahan Mandala
7. Kelurahan Bampel
8. Kelurahan Seringgu Jaya
9. Kampung Nasem
10.
Kampung Wasur
11.
Kampung Waninggap
Nanggo
12.
Kampung Onggaya
Sumber Data : Data Sekunder Pokja, wawancara dengan SKPD dan kunjungan lapangan

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Belum pernah

Page 80

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Program /proyek layanan Air limbah yang berbasis masyarakat yang ada di Merauke yaitu SLBM
dan Sanimas, adapun SLBM itu adalah Sanitasi lingkungan berbasis masyarakat dana dari APBD
sedangkan SANIMAS dananya dari APBNt
3.3.4 Komunikasi dan Media
Peran media pemerintah dalam pengelolaan air limbah masih rendah. Sejauh ini kegiatan yang
dilakukan baru berupa kegiatan sosialisasi program-program kegiatan sektor air limbah domestik
seperti pembangunan MCK, SANIMAS, PAMSIMAS dan SLBM. Sedangkan bentuk media
komunikasi yang dipakai berupa Koran-koran lokal Kabupaten Merauke seperti Arafura News,
Papua Selatan Post, dan media komunikasi non verbal seperti poster, baner. Sedangkan
pemberitaan tentang air limbah di Koran-koran baru berupa kegiatan sosialisasi yang dillakukan
oleh Pemerintah Kabupaten Merauke untuk sektor air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL).
Gambar 3.9 penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten Merauke

Sumber : Hasil Kajian Komunikasi dan Media, 2014

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 81

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

3.3.5 Peran Swasta


Partisipasi Swasta di Kabupaten Merauke khususnya untuk sektor air limbah masih sangat
rendah karena belum ada dunia usaha ataupun LSM yang tertarik secara langsung untuk
berpartisipasi dalam pengelolaan dan penyediaan sarana dan prasarana air limbah domestik.
Tabel 3.10 Penyedia Layanan Air Limbah Domestik yang ada di Kabupaten Merauke

No.

1.

Nama
Provider/Mitra
Potensial

Perseorangan
(Pak Wahyudi)

Tahun mulai
operasi/
Berkontribusi

2011

Jenis kegiatan/
Kontribusi
Terhadap
Sanitasi

Potensi Kerjasama

Volume

Operasional &
pemeliharaan perangkat
pengurasan tangki septik
2 unit
untuk meningkatkan area
tangki
pelayanan (service
septik/bulan coverage) dengan tangki
septik yang memenuhi
standar teknis.

Pengurasan
tangki septik

Sumber: Kajian Primer Peran Swasta

Pak Wahyudi adalah Penyedia Layanan Air Limbah dalam hal pengurasan tangki septik, namun
sejauh ini belum diketahui limbah hasil pengurasan tersebut dibuang kemana.
3.3.6 Pendanaan dan Pembiayaan
Seperti yang telah dijelaskan pada bab II bahwa dari data alokasi APBD Kabupaten Merauke
pertahunnya, alokasi untuk sekotr air limbah telah menunjukkan peningkatan. Berikut ini tabel
alokasi APBD untuk kegiatan sektor air limah di Kabupaten Merauke.
Tabel 3.11 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik
No

Komponen

2009

2010

2011

2012

2013

Ratarata
(Rp)

128.758.000,00

170.500.000,00

453.180.725,00

1,9 %

Belanja (Rp)

Pertumb
uhan (%)

Air Limbah (1a+1b)

1.a

Pendanaan Investasi air


limbah

1.b

Pendanaan OM yang
dialokasikan dalam
APBD

1.c

Perkiraan biaya OM
berdasarkan
infrastruktur terbangun

Sumber: Realisasi APBD 2009-2013

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 82

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 3.12 Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah


No

Retribusi Sanitasi Tahun (Rp)

SKPD

2009

2010

2011

2012

Pertumbuhan
(%)

2013

Retribusi Air Limbah

1.a

Realisasi retribusi

1.b

Potensi retribusi

Sumber: Realisasi APBD 2009-2013

3.3.7 Permasalahan Mendesak


Permasalahan mendesak yang ada di Kabupaten Merauke terkait dengan pengelolaan air Limbah
Domestik antara lain dapat di lihat pada tabel 3.13 berikut ;

Tabel 3.13 Permasalahan Mendesak Komponen Air Limbah Domestik


No.

Permasalahan Mendesak

1.

Rendahnya akses Masyarakat terhadap jamban pribadi / septick tank maupun MCK

2.

Rendahnya fasilitas pengelolaan air limbah setempat (masih belum memenuhi standar
teknis yang ditetapkan, Belum berfungsinya IPLT, Masih minimnya mobil truk tinja)

3.

Belum Optimalnya penggalian potensi pendanaan dari sektor swasta

4.

Belum ada peraturan daerah yang mengatur tentang air limbah

5.

Kapasitas sumber daya manusia yang terkait dalam pengelolaan masih sangat rendah

6.

Kesadaran masyarakat masih kurang

7.

Perlunya pengembangan sanitasi yang berbasis masyarakat

3.4. Pengelolaan Persampahan


3.4.1. Kelembagaan/Aspek Legalitas
Didalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Merauke terdapat beberapa dasar hukum
pengelolaan sampah yang dijadikan sebagai landasan gerak, yaitu:
1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008
Pemerintah menyadari bahwa permasalahan sampah telah menjadi permasalahan nasional.
Perlu adanya sistem pengelolaan yang dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke
hilir. Selain itu bahwa dalam pengelolaan sampah diperlukan kepastian hukum, kejelasan
tanggung jawab dan kewenangan Pemerintah, pemerintah daerah, serta peran masyarakat dan
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 83

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

dunia usaha sehingga perlu adanya Undang-Undang yang mengatur tentang pengelolaan
sampah. Pada tahun 2008 disahkan UU no 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yang
bertujuan antara lain :
a. Agar pengelolaan ini dapat memberikan manfaat secara ekonomi (sampah sebagai sumber
daya), sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku
masyarakat.
b. Agar mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah terhadap kesehatan dan
lingkungan.
c. Agar pengelolaan sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif, dan efisien.
Salah satu amanat dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah adalah bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota berwewenang dalam menyelenggarakan
pengelolaan sampah skala Kabupaten/Kota sesuai dengan norma, standar, prosedur dan
kriteria yang di tetapkan oleh pemerintah serta menetapkan lokasi tempat penampungan
sementara, tempat pengolahan sampah terpadu dan/atau tempat pemrosesan akhir.
2. Peraturan Daerah terbaru tentang persampahan dan kebersihan di Kabupaten Merauke adalah
Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang retribusi sampah, dan belum memiliki
peraturan daerah yang komprehesif tentang peran pemerintah, swasta dan masyarakat tentang
persampahan begitupun sanksi-sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan dalam bidang
persampahan baik itu oleh pemerintah, swasta dan masayarakat.
Berdasarkan tabel 3.14 dibawah ini dapat dilihat bahwa sebagian besar pemangku kepentingan
sektor persampahan di Kabupaten Merauke masih dipegang oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Merauke melalui Dinas Tata Kota dan Pemakaman (Bidang Kebersihan ), Lingkungan Hidup dan
Kebersihan, sedangkan peran serta swasta dan masyarakat masih sangat terbatas, hanya berupa
penyedian tempat-tempat sampah di sekitar lokasi ditempat mereka tinggal dan beraktifitas,
sedangkan untuk pengelolaan lebih lanjut masih menjadi tanggung jawab pemerintah.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 84

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 3.14 : Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 85

PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Pemerintah Kabupaten/Kota

Swasta

Masyarakat

Dinas Tata Kota dan Pemakaman

2. Menyusun rencana program persampahan dalam rangka Dinas Tata Kota dan Pemakaman
pencapaian target
3. Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka Dinas Tata Kota dan Pemakaman
pencapaian target
PENGADAAN SARANA
Dinas Tata Kota dan Pemakaman

Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah

Dinas Tata Kota dan Pemakaman

Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber Dinas Tata Kota dan Pemakaman
sampah ke TPS)
Dinas Tata Kota dan Pemakaman
Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS)

Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Dinas Tata Kota dan Pemakaman
Pembuangan Akhir (TPA)
Dinas Tata Kota dan Pemakaman
Membangun sarana TPA

Menyediakan sarana komposting

Dinas Tata Kota dan Pemakaman

PENGELOLAAN

Dinas Tata Kota dan Pemakaman

Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS

Dinas Tata Kota dan Pemakaman

Mengelola sampah di TPS

Dinas Tata Kota dan Pemakaman

Mengangkut sampah dari TPS ke TPA

Dinas Tata Kota dan Pemakaman

Mengelola TPA

Dinas Tata Kota dan Pemakaman

Melakukan pemilahan sampah*

Dinas Tata Kota dan Pemakaman

Melakukan penarikan retribusi sampah

Dinas Tata Kota dan Pemakaman

Memberikan izin usaha pengelolaan sampah

Dinas Tata Kota dan Pemakaman

PENGATURAN DAN PEMBINAAN

Dinas Tata Kota dan Pemakaman

Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, Dinas Tata Kota dan Pemakaman

PERENCANAAN
1. Menyusun target pengelolaan sampah skala kab/kota,

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 86

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 3.15 : Daftar Peraturan Persampahan Kabupaten Merauke


Ketersediaan
Substansi

Ada (Sebutkan)

Pelaksanaan
Tidak
Ada

Efektif
Dilaksanakan

Belum Efektif
Dilaksanakan

PERSAMPAHAN

Target capaian pelayanan


pengelolaan persampahan di
Kab/Kota ini

Perda No. 11 Tahun 2005


tentang K3
Perda No.5 Tahun 2014
tentang pengelolaan sampah

Kewajiban dan sanksi bagi


Pemerintah Kab/Kota dalam
menyediakan layanan
pengelolaan sampah

Perda No. 11 Tahun 2005


tentang K3
Perda No.5 Tahun 2014
tentang pengelolaan sampah

Kewajiban dan sanksi bagi


Pemerintah Kab/Kota dalam
memberdayakan masyarakat
dan badan usaha dalam
pengelolaan sampah
Kewajiban dan sanksi bagi
masyarakat untuk
mengurangi sampah,
menyediakan tempat sampah
di hunian rumah, dan
membuang ke TPS
Kewajiban dan sanksi bagi
kantor / unit usaha di
kawasan komersial / fasilitas
social / fasilitas umum untuk
mengurangi sampah,

Perda No. 11 Tahun 2005


tentang K3
Perda No.5 Tahun 2014
tentang pengelolaan sampah

Perda No. 11 Tahun 2005


tentang K3
Perda No.5 Tahun 2014
tentang pengelolaan sampah

Perda No. 11 Tahun 2005


tentang K3
Perda No.5 Tahun 2014
tentang pengelolaan sampah

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 87

Tidak Efektif
Dilaksanakan

Keterang
an

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Ketersediaan
Substansi

menyediakan tempat sampah,


dan membuang ke TPS
Pembagian kerja
pengumpulan sampah dari
sumber ke TPS, dari TPS ke
TPA, pengelolaan di TPA, dan
pengaturan waktu
pengangkutan sampah dari
TPS ke TPA
Kerjasama pemerintah
kab/kota dengan swasta atau
pihak lain dalam pengelolaan
sampah
Retribusi sampah atau
kebersihan

Ada (Sebutkan)

Pelaksanaan
Tidak
Ada

Efektif
Dilaksanakan

Belum Efektif
Dilaksanakan

Perda No. 11 Tahun 2005


tentang K3
Perda No.5 Tahun 2014
tentang pengelolaan sampah

Perda No. 11 Tahun 2005


tentang K3
Perda No.5 Tahun 2014
tentang pengelolaan sampah
Perda No. 10 Tahun 2011
tentang Retribusi Jasa Umum
pelayanan
persampahan/kebersihan

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 88

Tidak Efektif
Dilaksanakan

Keterang
an

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

3.4.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan


Secara umum pengelolaan sampah dilakukan melalui 3 tahapan:
1. Pengumpulan
Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai ke tempat
pembuangan sementara sebelum menuju ke tahapan berikutnya. Pada tahapan ini digunakan
sarana bantuan berupa tong sampah, bak sampah, gerobak dorong maupun tempat
pembuangan sementara (TPS/Dipo). Untuk melakukan pengumpulan, umumnya melibatkan
sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap periode waktu tertentu.
2. Pengangkutan
Tahapan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan berupa alat
transportasi tertentu menuju ke tempat pembuangan akhir. Pada tahapan ini juga melibatkan
tenaga yang pada periode waktu tertentu mengangkut sampah dari tempat pembuangan
sementara ke tempat pembuangan akhir (TPA), Jumlah Arm roll Truk Sampah yang ada
sebanyak 6 Unit..
3. Pembuangan akhir
Pada tahap pembuangan akhir, sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik, kimia
maupun biologis sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh proses. TPA sampah di
kabupaten Merauke berlokasi di Bokem dengan luas lahan 15 Ha kapasitas tampung ....... M3,
TPA (tempat Pengolahan Akhir) ini telah menggunakan sistem open dumping Saat ini TPA
sudah difungsikan namun belum maksimal karena keterbatasan peralatan alat berat serta
keterbatasan sumber daya aparatur (SDM) pengelola TPA.
Pengelolaan sampah dewasa ini dihadapkan kepada berbagai permasalahan yang cukup
kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut meliputi tingginya laju timbulan sampah,
Cakupan layanan yang masih rendah, kepedulian masyarakat yang masih sangat rendah serta
masalah pada kegiatan pembuangan akhir sampah yang selalu menimbulkan permasalahan
tersendiri. Timbulan Sampah Di Kabupaten Merauke sebesar 2 m3/orang/hari.
Sumber sampah yang dilayani di kecamatan Merauke berasal dari 1 Pasar tradisional. Pasar
yang sudah terlayani diantaranya Pasar Wamanggu
Gambar 3.10 :Grafik pengelolaan sampah di Kabupaten Merauke

Sumber : Study EHRA Kab. Merauke 2013

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 89

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Dari diatas terlihat bahwa pengelolaan sampah di lingkungan rumah tangga paling banyak
dilakukan dengan cara dibakar yaitu sebanyak 87%, kemudian dibuang ke sungai atau dilahan
kosong sebanyak 3%, dikumpulkan oleh kolektor informal dan dibuang ke TPS sebanyak 2% dan
sisanya sebanyak 1% dibuang kedalam lubang dan ditutup dengan tanah atau dibiarkan sampai
membusuk.
Gambar 3.11 Grafik pengangkutan sampah

Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013

Sedangkan untuk perilaku Praktek Pemilihan Sampah Rumah Tangga, terlihat pada grafik di
atas hampir semua masyarakat belum melakukan praktek pemilahan sampah yaitu sebesar 94%,
sedangkan yang telah melakukan pemilahan sampah hanya sebesar 6%.
Masyarakat di Kabupaten Merauke pada umumnya masih belum memisahkan antara
sampah organik dan anorganik, mereka masih sebatas mengumpulkan sampah ke tong sampah,
bak sampah dan kantong plastik yang selanjutnya dibuang ke TPS dan kemudian diangkut ke TPA
oleh truk sampah yang ada. Disamping itu masih banyak masyarakat yang langsung membakar
sampah di belakang atau di depan rumah mereka dan ada juga yang menimbunnya kedalam
lubang-lubang sampah yang mereka bangun sendiri.
Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Merauke untuk user interface
berupa Drum, Bak sampah pasangan bata, penampungan awal berupa TPS Kontainer,
Pengangkutan Truk, Pengolahan akhir TPA

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 90

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Gambar 3.12 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan Yang Terlayani sebesar 75 M3/Hari
Produk
Input

(A)
User
Interface

SAMPAH
ORGANI
K

SEMBAR
ANGAN/J
ALAN/S
UNGAI/D
RAINASE

(B)
Pengumpulan
Setempat

(C)
Pengumpulan
Sementara
(TPS)

(D)
Pengangkutan

(E)
(Semi)
Pengolaha
n Akhir
Terpusat

(F)
Daur Ulang/
Pembuangan
Akhir

MOTOR
SAMPAH
TRUK
SAMPAH
NON
ORGANI
K

TEMPA
T
SAMPA
H

TEMPAT
PEMBUAN
GAN
SAMPAH/T
PS

TPA
Belum
Maksimal

GEROBAK
SAMPAH

DIBAKA
R/
DITANA
M

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 91

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 3.16: Sistem cakupan layanan persampahan yang ada di Kabupaten Merauke
Volume Terlayani
No.

Nama
Distrik/
Kelurahan

Jumlah
Penduduk

Timbunan
Sampah

(orang)

(M3)

(%)

(M3))

(%)

(M3)

(%)

(M3))

(%)

(M3))

241

30

75

70

166

Institusi
Pengelola

TPA

Distrik Merauke

1.

Kelurahan Kelapa
Lima

17.732

53

30

16

70

37

2.

Kelurahan Bambu
Pemali

8.492

17

30

70

12

3.

Kelurahan
Mandala

22.000

44

30

14

70

30

4.

Kelurahan
Seringgu Jaya

8.331

17

30

70

12

5.

Kelurahan Rimba
Jaya

22.495

45

30

14

70

31

6.

Kelurahan Karang
Indah

11.164

22

30

70

15

7.

Kelurahan Maro

19.590

39

30

12

70

27

8.

Kelurahan Samkai

9.719

19

30

70

13

9.

Kampung Nasem

621

100

10.

Kampung Wasur

512

100

948

100

405

100

II

Distrik
Semangga

1.

Kampung
Waninggap
Nanggo

III

Distrik
Naukenjerai

1.

Kampung
Onggaya

120.656

3R

Tidak Terlayani

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 92

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 3.17 Kondisi Prasarana dan Sarana persampahan yang ada di Kabupaten Merauke
Jenis Prasarana /

No

Sarana

(i)

(ii)

Berfungsi

Tdk berfungsi

(v)

(vi)

(vii)

Dicek lagi

unit

10

10

- Becak/Becak Motor

unit

unit

14

21

14

unit

unit

Penampungan Sementara

unit

6-7 Bak yang


Mobile

Pengangkutan

- Arm Roll Truck

unit

unit

- TPS 3R

unit

- SPA (stasiun peralihan


antara)
TPA/TPA Regional

unit

- Sanitary landfill

Ha

- Controlled landfill

Ha

- Open dumping

Ha

15,42

- Bulldozerl

unit

- Whell/truck loader

unit

- Excavator / backhoe

unit

- Compaction Truck

/hari

Keterangan

- Gerobak

- Dump Truck

Kapasitas

Kondisi

Pengumpulan Setempat

- Transfer Depo

Rotasi

(iv)

- Container

Jumlah/

(iii)

- Bak Biasa

3.

Satuan

3 Truck Amroll
masing 6-7 Ret

(Semi) Pengolahan Akhir


Terpusat

Alat Berat

IPL
- sistem

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 93

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Peta 3.3: Peta cakupan layanan persampahan

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 94

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

3.4.3 Peran Serta Masyarakat


Saat ini kesadaran masyarakat tentang pemilihan sampah organik dan anorganik masih minim.
Akibatnya sampah organik dan anorganik di tempat pembuangan akhir (TPA) maupun ditempat
pembuangan sampah (TPS) tercampur dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
Sejauh ini peran dari masyarakat baru sebatas pengangkutan sampah dari rumah mereka masingmasing ke TPS-TPS yang ada dan belum ada pemilihan atau pemisahan sampah organik dan
anorganik. Sedangkan untuk masyarakat yang berada dekat dengan TPA, mereka lansung
membuang sampah ke TPA tersebut dengan terlebih dahulu mengumpulkannya di kantong plastik.
Tabel 3.18 Daftar Program/Kegiatan Persampahan Berbasis Masyarakat*
Nama
Program/kegiatan

Pelaksana/PJ

No

Total

Lokasi

Penerima
manfaat ***)

Tahun
Program/Kegiatan**)

Jumlah
Sarana

Kondisi Sarana Saat


Ini **)
Berfungsi
Tidak
Berfungsi
-

Catatan : Tidak ada Program/Kegiatan Persampahan Berbasis Masyarakat di Kabupaten Merauke

Tabel 3.19 Pengelolaan Sarana Persampahan oleh Masyarakat


Pengelola
No

Jenis Kegiatan

Lokasi

Kerjasama
dengan pihak
lain

Keterangan

Lembaga

Kondisi

Catatan : Tidak ada Pengelolaan Sarana Persampahan oleh Masyarakat di Kabupaten Merauke
Untuk tingkat kabupaten, peran Pemerintah Daerah adalah dengan pengangkutan sampah dari
rumah-rumah ke TPS dan TPA yang ada dengan menggunakan truk sampah. Dan Becak Motor
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa Kabupaten Merauke hanya memiliki 3 truk
sampah dengan kapasitas Terlayani 75 M3/hari ke TPA.
1.4.4 Komunikasi dan Media
Kegiatan komunikasi yang telah dilakukan oleh Kantor Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Kebersihan adalah mensosialisasikan kebijakan pengelolaan persampahan termasuk sosialisai
Peraturan Daerah Nomor 11Tahun 2011 draft tentang retribusi persampahan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kebersihan untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarakat dan lingkungan.
Media Komunikasi dan kerjasama terkait komponen persampahan dikabupaten Merauke belum
ada, dikarenakan kurang menjadi isu prioritas di komunitas lingkungan masyarakat.

Gambar 3.13 Kegiatan Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten Merauke
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 95

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

.
Sumber : Hasil Kajian Komunikasi dan Media

3.4.5 Peran Swasta


Sejauh ini belum ada partisipasi dunia usaha/swasta untuk sektor persampahan karena sektor
persampahan masih dianggap sebagai sektor yang kurang mendatangkan keuntungan kepada
mereka.
Tabel 3.20 Peran Swasta dalam Penyediaan layanan pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten
Merauke
No.

Nama
Provider/Mitra
Potensial

1.

CV. DIANA MANDIRI /


Abdul Majid

2.

UD. LIMA JAYA /


Ibrahim H.S

3.

UD KARYA LOGAM
JAYA

Tahun mulai
operasi/
Berkontribusi

Jenis kegiatan/
Kontribusi
Terhadap Sanitasi

2007

Pengepul karton,
kaleng, seng bekas,
dll

2006

2008

Pengepul besi tua,


Alumunium,
Logam/Tembaga,
Kuningan
Pengepul besi tua,
Alumunium,
Logam/Tembaga,
Kuningan

Volume
(per bln)

10 ton

Potensi Kerjasama
Ada potensi
kerjasama terkait
pengelolaan barang
bekas

15 - 20 ton

Ada potensi
kerjasama terkait
pengelolaan besi tua

13 15 ton

Ada potensi
kerjasama terkait
pengelolaan besi tua

Sumber: Kajian Peran Serta Swasta, 2014

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 96

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

3.4.6 Pendanaan dan Pembiayaan


Tabel 3.21 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Komponen persampahan
Belanja (Rp)
No
Subsektor
2009
2010
2011

2012

2013

Rata-rata (Rp)

Pertumbuhan
(%)

1.771.384.000,00

2.360.408.000,00

2.505.380.000,00

451.012.925,00

12,97%

1 Sampah (2a+2b)
Pendanaan Investasi
1.433.150.000,00
Persampahan
Pendanaan OM yang
1.b dialokasikan dalam APBD
Perkiraan biaya OM
berdasarkan infrastruktur
1.c terbangun
Sumber: Ringkasa APBD Kab. Merauke 2009-2013
1.a

Rekafitulasi realisasi pendanaan persampahan untuk setiap tahunnya rata rata Rp. 451.012.925 atau mengalami pertumbuhan 12,97%
Tabel 3.22 Realisasi dan Potensi Retribusi Sampah
No

SKPD

Retribusi Sampah

1.a

Realisasi retribusi

1.b

Potensi retribusi

Retribusi Sanitasi Tahun (Rp)


2009

2010

2011

2012

311.160.000,00

344.880.000,00

344.880.000,00

426.000.000,00

1,11

367.635.000,00

389.265.000,00

410.895.000,00

432.525.000,00

454.155.000,00

Sumber: Ringkasa anggaran sanitasi 5 tahun terakhir

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

2013

Pertumbuhan
(%)

Page 97

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

3.4.7 Permasalahan Mendesak


Isu-isu strategis dan permasalahan pengelolaan persampahan dan kebersihan yang dihadapi oleh
Kabupaten Merauke adalah:

Tabel 3.23 Permasalahan Mendesak Komponen Persampahan


No.

Permasalahan Mendesak

1.

Makin Besarnya Timbulan Sampah / Peningkatan laju timbulan sampah perhari, yang
tidak diikuti dengan ketersediaan prasarana dan sarana persampahan yang memadai

2.

Rendahnya kualitas dan tingkat Pengelolaan Persampahan

3.

Pemerintah berfungsi sebagai regulator sekaligus menjalankan kegiatan sebagai operator

4.

Belum berperan aktifnya masyarakat ditingkat RT/RW dalam hal kebersihan lingkungan

5.

Perlunya meningkatkan peran swasta dalam pengelolaan sampah

6.

Rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya

7.

Belum terlaksananya penegakan hukum pengolahan persampahan

3.5. Pengelolaan Drainase Perkotaan


Berdasarkan data dan informasi dari Dinas Pekerjaan Umum bahwa sampai dengan tahun 2013 ini
belum ada kegiatan khusus yang berhubungan dengan sektor drainase lingkungan. Sejauh ini kegiatan
pembangunan drainase merupakan kegiatan yang melekat kepada kegiatan lainnya atau lebih bersifat
sebagai kegiatan pelengkap atau penunjang semata. Pembangunan drainase biasanya sejalan dengan
pembangunan Jalan baik jalan Nasional, Provinsi, Kabupaten maupun jalan Lingkungan
3.5.1 Kelembagaan
Lembaga yang bertanggung jawab langsung terhadap pengelolaan drainase lingkungan adalah
Dinas Pekerjaan Umum, akan tetapi sejauh ini belum ada kegiatan khusus yang berkaitan dengan
drainase lingkungan. Pembangunan drainase yang dilakukan melalui kegiatan ke Cipta Karya-an
yang lain seperti pembangunan jalan lingkungan, jalan kabupaten dan pasar.
Sedangkan peraturan legal tentang drainase, di tingkat kabupaten belum ada sampai dengan
sekarang ini baik itu berupa Peraturan Daerah maupun Peraturan Bupati sehingga kegiatan sektor
drainase hingga saat ini belum bisa untuk diprioritaskan.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 98

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 99

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 3.24: Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Perkotaan
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI

Pemerintah
Kabupaten/Kota

Swasta

Masyarakat

Menyusun target pengelolaan drainase perkotaan skala kab/kota

Dinas PU

Menyusun rencana program drainase perkotaan dalam rangka pencapaian target

Dinas PU

Menyusun rencana anggaran program drainase perkotaan dalam rangka pencapaian target

Dinas PU

Dinas PU

Membersihkan saluran drainase perkotaan

Dinas PU

Memperbaiki saluran drainase perkotaan yang rusak

Dinas PU

Dinas PU dan Dinas Tata


Kota & Pemakaman

Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan


drainase perkotaan di wilayah yang akan dibangun

Dinas PU

Memastikan integrasi sistem drainase perkotaan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder
dan primer

Dinas PU

PERENCANAAN

PENGADAAN SARANA
Menyediakan / membangun sarana drainase perkotaan
PENGELOLAAN

Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase perkotaan)


dalam pengurusan IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 100

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI

Pemerintah
Kabupaten/Kota
Dinas PU

Swasta

Masyarakat

Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase perkotaan
skala kab/kota

Dinas PU

Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan


drainase perkotaan

Dinas PU

Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase perkotaan, dan atau
menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase perkotaan

Dinas PU

Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase perkotaan
Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase perkotaan
MONITORING DAN EVALUASI

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 101

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 3.25: Daftar Peraturan Drainase Perkotaan Kabupaten Merauke


Ketersediaan
substansi

Ada
(Sebutkan)

Pelaksanaan

Tidak Ada

Efektif
Dilaksanakan

Belum Efektif
Dilaksanakan

Tidak Efektif
Dilaksanakan

Ket.

DRAINASE PERKOTAAN

Target capaian pelayanan pengelolaan


drainase perkotaan di Kab/Kota ini
Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah
Kab/Kota dalam menyediakan drainase
perkotaan
Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah
Kab/Kota dalam memberdayakan
masyarakat dalam pengelolaan drainase
perkotaan
Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan
atau pengembang untuk menyediakan
sarana drainase perkotaan, dan
menghubungkannya dengan sistem
drainase sekunder
Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat
untuk memelihara sarana drainase
perkotaan sebagai saluran pematusan air
hujan

Pemerintah Kabupaten Merauke sejauh ini belum memiliki Peraturan Daerah ataupun Peraturan Bupati yang mengatur tentang pengelolaan drainase

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 102

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

3.5.2 Sistem dan Cakupan Pelayanan


Pada umumnya jaringan drainase yang ada di Kabupaten Merauke masih bersifat sederhana dan
konvensional. Untuk Daerah permukiman jaringan drainase terdiri dari galian tanpa konstruksi
disisi kanan kirinya yang fungsinya masih tergabung antara untuk i) tempat pembuangan dan
pengaliran grey water bahkan black water dan ii) penyaluran air hujan.

Gambar 3.14: Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin

Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 103

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Gambar 3.15 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan drainase perkotaan


Produk
Input

(A)
User Interface

(B)
Pengumpulan
&
Penampungan /
Pengolahan
awal

(C)
Pengangkutan/
pengaliran

(D)
(Semi)pengola
han Akhir
Terpusat

(E)
Daur Ulang
dan atau
Pembuangan
Akhirt

washtafel
Air
Cucian
Dapur
Drainase

Air
Bekas
Mandi

Air
Cucian
Pakaian

Air
Genang
an
Halama
n

Sungai /
Laut

Lubang
pembuan
gan

Pembuang
an Air
Cucian

Talang
Air

Sumur
Resapan

Air
Genang
an Jalan

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 104

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 3.26: Luas Wilayah Genangan

N
o

Nama
Kecamatan/
Kelurahan

Ketingg
Luas
ian
(Ha)

(M)

Wilayah Genangan
Lama Frekue
nsi
(jam/
(kali/
hari)
tahun)

Penyebab

Kelurahan Maro

40

0,3

Pasang surut air laut, Hujan

Kelurahan Karang Indah

52

0,3

Pasang surut air laut, Hujan

Kelurahan Samkai

50

0,3

Pasang surut air laut, Hujan

Kecamatan Seringgu Jaya

12

0,3

Pasang surut air laut, Hujan

Kelurahan Bambu Pemali

15

0,3

Pasang surut air laut, Hujan

Kelurahan Mandala

30

0,4

Pasang surut air laut, Hujan

Kelurahan Kelapa Lima

35

0,4

Pasang surut air laut, Hujan

Kelurahan Rimba Jaya

40

0,4

Pasang surut air laut, Hujan

Kampung Nasem

0,3

Pasang surut air laut, Hujan

10

Kampung Wasur

15

0,3

Pasang surut air laut, Hujan

11

Kampung Onggaya

60

0,3

Pasang surut air laut, Hujan

12

Kampung Waninggap Nanggo

16

0,4

Pasang surut air laut, Hujan

Sumber: Dinas PU Kabupaten Merauke

Secara umum sistem pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Merauke belum tertata
dengan baik, kondisi eksisting yang ada adalah bahwa limbah grey water dan black water
langsung dibuang ke saluran terbuka yang ada, baik itu berupa drainase maupun selokanselokan yang ada. Kemudian diteruskan ke sungai atau ke danau sebagai tempat
penampungan terakhir.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 105

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 3.27: Kondisi Sarana dan Prasarana Drainase yang ada di Kabupaten Merauke
No
(i)
1

3.

Jenis Prasarana /
Sarana

Satuan

Jumlah/
Kapasitas

Kondisi
Berfungsi
Tdk
berfungsi
(v)
(vi)

Frekuensi
Pemeliharaan
(kali/tahun)
(vii)

(ii)
Saluran Primer

(iii)

(iv)

- S. Primer A

28.024,8

28.024,8

- S. Primer B

- Saluran Sekunder A1

5.400,72

5.400,72

- Saluran Sekunder A2

- Saluran Sekunder B1

- Rumah Pompa

unit

- Pintu Air

unit

Saluran Sekunder

Bangunan Pelengkap

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 106

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 107

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Peta 3.4 : Peta jaringan Drainase Kabupaten Merauke

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 108

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

3.5.3. Peran Serta Masyarakat


Kesadaran masyarakat untuk pengelolaan drainase masih sangat rendah karena belum adanya
sosialiasi dan pembelajaran dari Pemerintah Daerah tentang pentingnya pengelolaan drainase.
Hal ini disebabkan karena pemerintah daerah sendiri belum memiliki kegiatan tentang drainase
baik itu secara fisik maupun non fisik. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat ini dapat dilihat
dari banyak saluran-saluran yang mampet karena sampah menumpuk dan banyak nya rumput
yang tumbuh di sepanjang selokan-selokan yang ada.
Tabel 3.28 Daftar Program/Proyek Layanan drainase perkotaan Yang Berbasis Masyarakat

No

Nama
Program/Kegiatan

Pelaksana/PJ

Lokasi

Tahun
Program/
kegiatan
**)

Penerima
manfaat***)

Jumlah
Sarana

Kondisi Sarana Saat Ini


****)
Berfungsi

Tidak
Berfungsi

Total

Catatan ; Tidak ada Program/Proyek Layanan drainase perkotaan Yang Berbasis Masyarakat Di
kabupaten Merauke
Tabel 3.29 Pengelolaan Sarana drainase perkotaan oleh Masyarakat
No

Jenis Sarana

Lokasi

Pengelolaan

Iuran

Keterangan

Lembaga

Kondisi

Catatan ; Tidak ada Pengelolaan Sarana drainase perkotaan oleh Masyarakat Di kabupaten Merauke
3.5.4. Komunikasi dan Media
Sejauh ini belum ada media yang terlibat dalam pengelolaan drainase di Kabupaten Merauke
bahkan dari media pemerintah kabupaten sekalipun.

Gambar 3.16 Kegiatan Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti di Kabuaten Merauke
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 109

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Sumber : Hasil Kajian Komunikasi dan Media

3.5.5 Peran Swasta


Partisipasi dunia usaha secara riil untuk sektor drainase belum ada bahkan perhatian dari
Pemerintah Kabupaten pun masih sangat rendah. Bentuk partisipasi dunia usaha hanya berupa
pembangunan drainase di lingkungan perumahan yang ada dan masih tidak terintegrasi dengan
drainase/selokan yang ada disekitarnya.

Tabel 3.30 Penyedia layanan pengelolaan drainase perkotaan yang ada di Kabupaten Merauke

No

Nama
Provider/Mitra
Potensial

Tahun mulai
operasi/
Berkontribusi

Jenis kegiatan/
Kontribusi
Terhadap
Sanitasi

Volume

1.

Potensi Kerjasama

Keterangan: tidak ada data terkait pengelolaan drainase lingkungan

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 110

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

3.5.6 Pendanaan dan Pembiayaan


Tabel 3.31 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Komponen Drainase Perkotaan
Belanja (Rp)
No

Subsektor

2009

2010

2011

2012

2013

6.820.353.000,00

9.405.900.000,00

Drainase
(3a+3b)
Pendanaan
Investasi
Drainase
Pendanaan OM
yang
dialokasikan
dalam APBD
Perkiraan biaya
OM berdasarkan
infrastruktur
terbangun

1
1.a

1.b

1.c

Pertum
buhan
(%)

Rata-rata
(Rp)

27

Tabel 3.32 Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase Perkotaan


No

Retribusi Sanitasi Tahun (Rp)

SKPD

2009
-

2010
-

2011
-

2012
-

2013
-

Pertumbuhan
(%)

Retribusi Drainase

1.a

Realisasi retribusi

1.b

Potensi retribusi

Catatan : Tidak ada Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase perkotaan di Kabupaten Merauke
3.5.7 Permasalahan Mendesak
Permasalahan mendesak pengelolaan drainase di Kabupaten Merauke adalah
Tabel 3.33 Permasalahan Mendesak Komponen Drainase Perkotaan
No.

Permasalahan Mendesak

1.

Masih terjadinya genangan dibeberapa tempat

2.

Kurang kesadaran masyarakat sekitar untuk memelihara saluran drainase sesuai fungsinya

3.

Belum terintegrasinya saluran drainase sekunder dan tersier

4.

Belum adanya Peraturan daerah yang mengatur tentang drainase

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 111

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Peta 3.5 Peta Cakupan Layanan Air Bersih Kabupaten

Catatan : Peta jaringan air bersih oleh PDAM belum ada

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 112

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

3.6. Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi


Komponen yang berhubungan dengan sanitasi adalah pengelolaan air bersih, air limbah industri
rumah tangga dan pengelolaan limbah medis.
3.6.1 Pengelolaan Air Bersih
Gambar 3.17 Grafik Sumber Air Minum dan Memasak

Sumber : Hasil analisa Tim Ehra 2013


Sumber air minum berdasarkan grafik diatas paling banyak berasal dari air hujan sebesar
47%, kemudian air isi ulang sebesar 34% dan air sumur gali terlindungi sebesar 29%,
sedangkan untuk memasak paling banyak menggunakan air hujan sebesar 46%, kemudian
air sumur gali terlindungi 31% dan air ledeng dari PDAM sebesar 25%.
Tabel 3.34 Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Kabupaten Merauke Tahun 2013
No
Uraian
Satuan
Sistem Pompa
Keterangan
1

Pengelola

Tingkat Pelayanan

Kapasitas Produksi

Lt/detik

180

Kapasitas Terpasang

Lt/detik

180

Jumlah Sambungan
Rumah (Total)

Unit

3.329

Jumlah Kran Air

Unit

3.952

Kehilangan Air (UFW)

31,06

Retribusi/Tarif (rumah
tangga)

M3

9.875

Jumlah pelanggan di
SR
Distrik Merauke
Sumber: PDAM Kabupaten Merauke Tahun 2011

3.952

Unit

PDAM-PT. WEDU

3.6.2 Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga


Jenis industry rumah tangga yang ada di Kabupaten Merauke adalah Industri Kerupuk,
Industri Makanan, Industri Tahu dan Tempe, Kue Kering.
Tabel 3.35 Pengelolaan Limbah Industri Rumah Tangga di Kabupaten Merauke
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 112

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Jenis Industri
Rumah Tangga

Lokasi

Jumlah industri
RT

Jenis
Pengolahan

Kapasitas
(m3/hari)

Industri Laundry

Merauke

25

Tradisional

25

Industri makanan

Merauke

100

Tradisional

20

Industri Tahu/tempe

Merauke

10

Tradisional

Industri Kue

Merauke

50

Tradisional

Benkel dan pencucian Merauke


mobil/motor

90

Tradisional

45

45

Tradisional

4,5

Salon
Merauke
Sumber: Pokja Sanitasi, Data Diolah 2014

Rata-rata dari industri rumah tangga yang ada di Kabupaten Merauke tidak melakukan
pengolahan terhadap limbah industri yang dihasilkan. Limbah yang ada biasanya langsung
dibuang kesaluran yang ada seperti selokan atau sungai.
3.6.3 Pengelolaan Limbah Medis
Jenis limbah medis yang ada di Kabupaten Merauke meliputi limbah medis yang berasal
dari puskesmas yang tersebar di 3 kecamatan dan 1 rumah sakit umum daerah yang
berada di Ibukota Kabupaten. Pengolahan limbah medis semuanya melalui proses
pembakaran langsung.
Tabel 3.36 Pengelolaan limbah medis di fasilitas-fasilitas kesehatan
Nama Fasilitas
Kesehatan

Lokasi

Jenis Pengolahan
Limbah Medis

Kapasitas
(m3/hari)

Puskesmas Mopah

Merauke

dibakar

0,5

Puskesmas Rimba Jaya

Merauke

dibakar

0,5

Puskesmas Kuprik

Semangga

Puskesmas Onggaya

Naukenjerai

RSUD Merauke

Distrik Merauke

RS Bunda Pengharapan

Distrik Merauke

RS Angkatan Laut

Distrik Merauke

Sumber:Dinas Kesehatan, 2014

Catatan : dibakar manual

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 113

dibakar
dibakar
dibakar
dibakar
dibakar

0,5
0,5
4,5
2
1

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

BAB 4

PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI


DAN YANG DIRENCANAKAN

4.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan


Promosi Higiene
Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higiene secara rutin telah
dilaksanakan di kabupaten Merauke meskipun dengan jumlah anggaran yang terbatas. dengan
instansi penanggung jawab adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke.
Tabel 4.1: Rencana Program dan Kegiatan PHBS dan Promosi Higiene Tahun 2015
Rencana Program dan Kegiatan PHBS dan Promosi Higiene Tahun 2015
Nama Program/Kegiatan

Satuan

Volume

Biaya (Rp)

Sumber
Dana

Lokasi
kegiatan

Pelaksana
Kegiatan

Shearing dana Tugas


Pembantuan fasilitas sarana
perubahan prilaku dan SAB
kesling di DTPK

Paket

135.000.000

DAU

Kab.Merauke

Dinkes

2.

Program Penyehatan
Lingkungan Dana TP.
Depkes Fasilitas sarana
perubahan perilaku dan SAB
Kesling di DTPK

Paket

200.000.000

APBN

Kab.Merauke

Dinkes

Pengawasan dan Inspeksi


Sanitasi,Institusi, TTU dan
TPM

Paket

250.000.000

OTSUS

Kab.Merauke

Dinkes

Pengembangan PHBS untuk


generasi muda melalui
kepemudaan sekolah

Paket

150.000.000

DAU

Kab.Merauke

Dinkes

Pengembangan media
elektronik,sprt,iklan dan
dialog

paket

150.000.000

DAU

Kab.Merauke

Dinkes

Mengembangan media
promosi kesehatan dan hidup
sehat melalui masa media

paket

200.000.000

DAU

Kab.Merauke

Dinkes

Penyuluhan masyarakat pola


hidup sehat

Paket

350.000.000

OTSUS

Kab.Merauke

Dinkes

Pendampingan kampung
paket siaga aktif

paket

500.000.000

DAU

Kab.Merauke

Dinkes

Bantuian Sosial Sanitasi


Sekolah

paket

1.500.000.000

DAK

Kab.Merauke

Dinkes

No

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 114

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Sumber: APBD Kab. Merauke 2014

Kegiatan PHBS dan Promosi Higiene untuk Tahun 2014 ada beberapa kegiatan, yang pendanaannya
bersumber dari dana Alokasi Umum (DAU), APBN dan Otonomi Khusus (OTSUS).
Tabel 4.2: Kegiatan PHBS dan Promosi Higiene yang Sedang Berjalan

Kegiatan PHBS dan Promos Higiene Tahun 2014


Nama program/kegiatan

Satuan

Volume

Biaya (Rp)

Sumber
Dana

Lokasi
Kegiatan

Pelaksana
Kegiatan

Shearing dana Tugas Pembantuan


fasilitas sarana perubahan prilaku
dan SAB kesling di DTPK

paket

35.000.000

DAU

Merauke

Dinkes

Paket

174.040.000

APBN

Merauke

Dinkes

2.

Program Penyehatan Lingkungan


Dana TP. Depkes Fasilitas sarana
perubahan perilaku dan SAB
Kesling di DTPK

Pengawasan dan Inspeksi


Sanitasi,Institusi, TTU dan TPM

Paket

105.245.000

OTSUS

Merauke

Dinkes

Pengembangan PHBS untuk


generasi muda melalui
kepemudaan sekolah

Paket

50.000.000

DAU

Merauke

Dinkes

4
5

Pengembangan media
elektronik,sprt,iklan dan dialog

paket

50.000.000

DAU

Merauke

Dinkes

Mengembangan media promosi


kesehatan dan hidup sehat melalui
masa media

paket

51.600.000

DAU

Merauke

Dinkes

6
7

Penyuluhan masyarakat pola hidup


sehat

Paket

199.500.000

OTSUS

Merauke

Dinkes

Pendampingan kampung paket


siaga aktif

paket

105.000.000

DAU

Merauke

Dinkes

No

Sumber: APBD Kab. Merauke 2014

4.2. Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik


Tabel 4.3: Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2015

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 115

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2015
No

Nama
Progam/Kegiatan

Satuan

Volume

Indikasi Biaya
(Rp)

Sumber
Pendanaan/
Pembiayaan

SKPD
Penanggung
Jawab

Sumber
Dokumen
Perencanaan

Pembangunan
Sarana Instalasi
Pengolahan lumpur
Tinja (IPLT)

Paket

5.000.000.000

APBN

Dinas Tata
Kota dan
Pemakaman

Renstra SKPD

Dokumen

300.000.000

APBD

Bappeda

Renstra SKPD

Percepatan
Pembangunan
Sanitasi
Permukiman
(PPSP) Kab.
Merauke

Rencana kegiatan untuk tahun 2014, terdapat 6 (enam) kegiatan pengelolaan air limbah domestik yang
sumber pendanaannya berasal dari APBD yang semua kegiatannya terfokus kepada, pembangunan
MCK + dan MCK ++.

Tabel 4.4: Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik yang Sedang Berjalan
Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2014
No

Sumber
dana

Lokasi
kegiatan

Pelaksana
kegiatan

1.202.080.000

DAK &
DAU

Disrik
Merauke

Dinas PU

406.197.000

DAK &
DAU

Distrik
Merauke

Dinas PU

Unit

341.550.000

DAK &
DAU

Distrik
Merauke

Dinas PU

-. Pembangunan MCK ++
(Kelurahan Mandala, Kelapa
Lima, Maro)

Unit

1.048.773.900

DAK &
DAU

Distrik
Merauke

Dinas PU

-. Pembangunan MCK+ (Kelurahan


Mandala, Rimba Jaya, Samkai)

Unit

512.325.000

DAK &
DAU

Distrik
Merauke

Dinas PU

Nama Program/Kegiatan

Satuan

Volume

Biaya (Rp)

-. Pembangunan MCK ++
(Kelurahan Mandala dan Rimba
Jaya)

Unit

-. Pembangunan MCK + dn
Menara Air (Kelurahan Samkai)

Unit

-. Pembangunan MCK +
( Kelurahan Kelapa Lima)

Prgram Lingkungan Sehat


Perumahan :

Sumber : APBD Kab Merauke 2014


Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 116

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

4.3. Peningkatan Pengelolaan Persampahan


Program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan dan kebersihan lingkungan;

a. Tujuan Program :
Program ini bertujuan untuk meningkatkan cakupan pelayanan persampahan di Kabupaten
Merauke serta meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah dan berupaya
untuk meningkatkan nilai guna dari sampah.
b. Outcome / Hasil :
Hasil yang diharapkan dari program ini adalah tersusunnya sistem manajemen persampahan
mulai dari pewadahan, pengumpulan, tempat pemrosesan akhir (TPA) serta adanya upaya
pengolahan sampah menjadi bahan yang bernilai guna yang dapat berkontribusi pada
perekonomian masyarakat.

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 117

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 4.5: Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2015
Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan PersampahanTahun 2015
No

Nama progam/kegiatan

Satuan

Vol

Indikasi biaya (Rp)

Sumber pendanaan/
pembiayaan

SKPD penanggung jawab

Sumber dokumen
perencanaan

Pasang

200

400.000.000

DAK

BLH

Renstra SKPD

40.000.000

APBD

BLH

Renstra SKPD

480.000.000

DAK

BLH

Renstra SKPD

48.000.000

APBD

BLH

Renstra SKPD

360.000.000

DAK

BLH

Renstra SKPD

36.000.000

APBD

BLH

Renstra SKPD

Pengadaan Tong Sampah

Pengadaan Tong Sampah (DAU P)

Pengadaan Kontainer Truk Sampah

Pengadaan Kontainer Truk Sampah


(DAU P)

Pengadaan Motor Gerobak Sampah


Roda 3 (tiga)

Pengadaan Motor Gerobak Sasmpah


Roda 3 (tiga (DAU P)

Optimalisasi bangunan sampah 3R

Paket

850.000.000

DAU

Dinas Tata Kota dan


Pemakaman

Renstra SKPD

Pengadaan Truck Amrol+ 2 Bak


Container 5M3

Paket

1.150.000.000

DAU

Dinas Tata Kota dan


Pemakaman

Renstra SKPD

Perbaikan dan pemeliharaan bak


kontainer

bh

90.000.000

DAU

Dinas Tata Kota dan


Pemakaman

Renstra SKPD

10

Pembangunan Sarana Prasarana


Sanitasi (Sanimas)MCK ++

Unit

216.000.000
2.160.000.000

DAU
DAK

Dinas Tata Kota dan


Pemakaman

Renstra SKPD

11

Pembangunan Sarana Prasarana


Sanitasi (Sanimas) MCK +

Unit

110.000.000
1.110.000.000

DAU
DAK

Dinas Tata Kota dan


Pemakaman

Renstra SKPD

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Unit

Unit

10

Page 115

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

4.4. Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan


Sampai dengan tahun 2015, Kabupaten Merauke belum terdapat program dan kegiatan khusus sektor
drainase. Sejauh ini, pembangunan drainase hanya merupakan kegiatan pendukung saja. Pada tahun 2014
didalam dokumen PPAS Dinas Pekerjaan Umum ada terdapat beberapa kegiatan pembangunan drainase
dan normalisasi drainase di lingkungan kabupaten merauke yang mana pendanaannya masih
mengusahan sumber pendanaan dari APBD Provinsi atau APBD kabupaten.
Tabel 4.6: Kegiatan Pengelolaan Persampahan yang Sedang Berjalan
Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2014
No

Nama Program/Kegiatan

Satuan

Volume

Biaya (Rp)

Sumber
Dana

Lokasi
Kegiatan

Institusi
Pelaksana

Pasang

200

320.950.000

DAK

Kab.
Merauke

BLH

Pengadaan Tong Sampah

Pengadaan Komposter

Unit

350

227.500.000

DAK

Distrik
Merauke

BLH

Pengadaan Truck Amrol + 1


kontainer

Unit

500.000.000

DAU

Distrik
merauke

Dinas Tata
Kota dan
Pemakaman

Pengadaan Dump Truck

Unit

450.000.000

DAU

Distrik
merauke

Dinas Tata
Kota dan
Pemakaman

Pengadaan Gerobak
Sampah

bh

35

7.500.000

DAU

Distrik
merauke

Dinas Tata
Kota dan
Pemakaman

Pengadaan Bak Kontainer


4,5 M3 untuk 8 kelurahan

unit

60.000.000

DAU

Distrik
merauke

Dinas Tata
Kota dan
Pemakaman

kegiatan

35.368.000

DAU

Distrik
merauke

Dinas Tata
Kota dan
Pemakaman

Pembangunan Pelataran
TPS di lingkungan 4
kelurahan
Sumber : ABPD Kab. Merauke 2014
7

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 116

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 4.7 : Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Tahun 2015
Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Tahun 2015

No

Nama progam/kegiatan

Satuan

Vol

Indikasi
biaya (Rp)

Sumber
pendanaan/
pembiayaan

SKPD
penanggung
jawab

Pembangunan Salurn Drainase


dan Gorong-Gorong :

-. Pembangunan saluran/parit
Jalan Nusa Barong

-. Pembangunan saluran/parit
Jalan Laban Felubun

-. Pembangunan saluran/parit
Jalan Tidore

-. Pembangunan saluran/parit
Jalan Ternate

-. Pembangunan saluran/parit
Gang Cornelis

-. Pembangunan GorongGorong Jalan Rahangiar

Renstra
SKPD
Meter

1100

1.325.500.000

DAU

Dinas PU

Meter

1100

1.325.500.000

DAU

Dinas PU

Meter

1100

1.325.500.000

DAU

Dinas PU

Meter

1100

1.325.500.000

DAU

Dinas PU

Meter

900

1.084.500.000

DAU

Dinas PU

Buah

121.620.000

DAU

Dinas PU

Buah

40.540.000

DAU

Dinas PU

Buah

81.080.000

DAU

Dinas PU

Meter

1121

1.35.853.200

DAU

Dinas PU

Buah

400.000.000

DAU

Dinas PU

-. Pembangunan GorongGorong Jalan Tidore

-. Pebangunan Gorong-Gorong
Perumahan PNS Distrik
Merauke (samping PLTD)

-. Pembangunan Saluran/Parit
Permahan PNS Distrik

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 117

Sumber
dokumen
perencana
an

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke


Merauke (samping PLTD)

-. Pembangunan Box Culvert


Perumahan PNS Distrik
Tanah Miring

Sumber : Dinas PU Kab. Merauke Tahun 2014

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 118

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 4.8 : Kegiatan Pengelolaan Drainase yang Sedang Berjalan

Kegiatan Pengelolaan Drainase Tahun 2014


No

Nama
program/kegiatan
Program
Pembangunan
Saluran Drainase /
Gorong-Gorong :
-. Pembangunan
Gorong - Gorong
Gang Mugito

-. Pembuatan
Saluran Gan
Hindun

Satuan

Volum
e

Biaya (Rp)

Sumber
Dana

Kegiatan

26.440.000

DAU

Meter

50

35.000.000

DAU

Kegiatan

26.440.000

DAU

-. Pembangunan
Goong-Gorong
Laronda
Kegiatan
Rehabilitasi /
Pemeliharaan Saluran
Drainase / GorongGorong :
-. Normalisasi /
Rehabilitasi
drainase
Perkotaan paket I
-. Normalisasi /
Rehabilitasi
drainase
Perkotaan paket II
2

-. Normalisasi /
Rehabilitasi
drainase
Perkotaan paket III
-. Normalisasi /
Rehabilitasi
drainase
Perkotaan paket
IV

Distrik
Merauke
Distrik
Meruake
Distik
Merauke

Pelaksana
Kegiatan

Dina PU
Dinas PU
Dinas PU

Distik
Merauke
Meter
Meter
Meter

Meter
Meter

-. Normalisasi /
Rehabilitasi
drainase
Perkotaan paket V

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 119

Lokasi
Kegiatan

3.860

555.840.000

DAU

2.670

384.480.000

DAU

4.300

619.200.000

Dinas PU
Distik
Merauke

DAU

Distik
Merauke
Distik
Merauke

4.390

632.160.000

DAU

1.420

204.480.000

DAU

Dinas PU
Dinas PU
Dinas PU
Dinas PU

Distik
Merauke

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

4.5. Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi


Rencana kegiatan sub sektor air minum tahun 2015 dilaksanakan oleh dua instansi. Penyediaan Air
minum di pedesaan akan dilaksanakan melalui program PAMSIMAS dan Program-program lain yang
terkait dengan Air Bersih dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan lembaga
penanggungjawabnya adalah Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta karya.

Rencana Program dan Kegiatan Sanitasi Sub-sektor Air Bersih Tahun 2015
No

Nama Progam/Kegiatan

Sumber
Pendanaan/
Pembiayaan

SKPD
Penanggung
Jawab

Satuan

Vol

Indikasi Biaya
(Rp)

Kegiatan

350.000.000

DAU

Dinas PU

Kegiatan

12.676.557.135

DAU dan
DAK

Dinas PU

Sumber
Dokumen
Perencanaan

Program Pembangunan
Infrastruktur Perdesaan :
- Pengelolaan Air Minum
dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat
(PAMSIMAS)

- Pembangunan Sarana
dan Prasarana Air
Bersih Pedesaan
(DAK)

Renstra SKPD
Kegiatan

1.500.000.000

DAU

Dinas PU

- Pembuatan Sumur
Gali, MCK dan PAH
Pedesaan

Program Percepatan
Pembangunan Sanitasi
Permukiman (PPSP)

Paket

300.000.000,-

APBD

Tabel 4.9 : Rencana Program dan Kegiatan Terkait Sanitasi Tahun 2015

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 120

Bappeda

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 121

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Tabel 4.10: Kegiatan Komponen Terkait Sanitasi yang Sedang Berjalan

Kegiatan Sanitasi Sub-sektor Air Bersih Tahun 2014


No

Nama program/kegiatan

Satuan

Vol

Indikasi Biaya
(Rp)

Sumber Dana

Lokasi Kegiatan

Pelaksana Kegiatan

16

450.200.000

DAK

Distrik Merauke

BLH

90.220.000

APBD

Distrik Merauke

BLH

Distrik
Naukenjerai

DPU, Bappeda

Pembangunan Sumur Resapan

Unit

Pembangunan Sumur Resapan


(DAU P)
ProgramPembangunan
Infrastruktur Pedesaan :
- Pengelolaan Air Minum dan
Sanitasi Berbasis Masyarakat
(PAMSIMAS)

Unit

- Peningkatan Sistem
Penyediaan Air Bersih
Kampung Sota Paket I
-. Peningkatan Sistem
Penyediaan Air Bersih
Kampung Sigabel
-. Peningkatan Sistem
Penyediaan Air Bersih
Kampung Angger Permegi
Paket I
-. Pembuatan Sumur Gali di
Kampung Selauw
Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Kegiatan

1.110.000.000
DAU & DAK

DPU
Kegiatan

Disrik Sota

715.000.000

DPU
Kegiatan

660.000.000

Kegatan

841.698.000

Unit

375.000.000

DAU & DAK

Distrik Muting

Distrik Jagebob

DAU & DAK

Distrik Muting

Page 110

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

-. Peningkatan Sistem
Penyediaan Air Bersih
Kampung Sota Paket II
-. Peningkatan Sistem
Penyediaan Air Bersih
Kampung Angger Permegi
Paket II

Kegiatan

1.030.000.000

Kegiatan

1.037.766.200

Distrik Sota

DAU & DAK

Distrik Jagebob

DAU

DAU & DAK

DAU & DAK


4

PAMSIMAS(Penyediaan Air
Minum dan Sanitasi berbasis
Masyarakat)

Paket

250.000.000

APBD

Kab. Merauke

Bappeda

Program Percepatan

Paket

300.000.000,-

APBD

Kab. Merauke

Bappeda

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 111

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

Pembangunan Sanitasi
Permukiman (PPSP)
6

Program Percepatan
Pembangunan Sanitasi
Permukiman (PPSP)

Paket

133.000.000,-

APBD

Kab. Merauke

DinasTata Kota

Program Percepatan
Pembangunan Sanitasi
Permukiman (PPSP)

Paket

96.000.000,-

APBD

Kab. Merauke

Dinas KomInfo

Program Percepatan
Pembangunan Sanitasi
Permukiman (PPSP)

Paket

76.500.000,-

APBD

Kab. Merauke

Dinas BLH

Program Percepatan
Pembangunan Sanitasi
Permukiman (PPSP)

Paket

67.255.000,-

APBD

Kab. Merauke

BPMK

10

Program Percepatan
Pembangunan Sanitasi
Permukiman (PPSP)

Paket

97.800.000,-

APBD

Kab. Merauke

Dinas Kesehatan

11

Program Percepatan
Pembangunan Sanitasi
Permukiman (PPSP)

Paket

83.500.000,-

APBD

Kab. Merauke

BPKAD

12

Program Percepatan
Pembangunan Sanitasi
Permukiman (PPSP)

Paket

119.250.000,-

APBD

Kab. Merauke

Bagian Administrasi Pembangunan SETDA

13

Pengawasan dan pemeriksaan


kualitas air minum

Paket

50

150.000.000

OTSUS

Kab. Merauke

Dinkes

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 112

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Merauke

14

Pengadaan Reagensia untuk


pemeriksaan kualitas air di lab.
Paket
penyehatan air
Sumber: APBD Kab. Merauke 2014

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

225.630.000

DAU

Kab. Merauke

Page 113

Dinkes

Buku Putih PPSP (BPS) Kabupaten Merauke

BAB 5
AREA BERESIKO SANITASI
Data/informasi yang berasal dari data sekunder, studi EHRA (Environmental Health Risk
Assessment) tahun 2013 dan persepsi SKPD digunakan sebagai kriteria untuk menentukan pilihan area
berisiko yang dilakukan pada wilayah kajian yang terdiri dari 8 Kelurahan dan 4 kampung pada 3
Kecamatan yang da di Kabupaten Merauke.
Pemetaan Desa/Kelurahan beresiko dilakukan dengan menentukan 4 klasifikasi daerah beresiko
berdasarkan resiko SANITASI yaitu :

Resiko Sangat Tinggi dengan simbol warna merah

Resiko Tinggi dengan simbol warna kuning

Resiko Sedang dengan simbol warna hijau

Resiko Rendah dengan simbol warna biru

Area beresiko sangat tinggi adalah Kelurahan-Kelurahan yang dianggap memiliki resiko kesehatan
lingkungan yang tinggi karena buruknya kondisi SANITASI didasarkan pada informasi yang tersedia.
Pemetaan daerah beresiko SANITASI ini akan mempermudah dalam melakukan intervensi atau perlakuan
yang tepat dalam mengatasi permasalahan SANITASI di daerah tersebut. Hal ini diharapkan perlakuan dan
permasalahan yang ada di setiap Kelurahan dapat mengurangi potensi terjadinya kasus kejadian penyakit
lingkungan yang sesuai antara masalah dan strategi pemecahannya.
Tujuan dari Pemetaan Area Berisiko adalah memetakan area area yang memiliki tingkat resiko
SANITASI dan klasifikasi area berdasarkan tingkat resiko kesehatan lingkungan akan menjadi salah satu
pertimbangan dalam menentukan prioritas program pembangunan dan pengembangan SANITASI.
Proses Penentuan Area Berisiko
Data Sekunder
Data Primer
Indikator sebagai variabel
Skoring dan pembobotan
Analisa frekuensi, mean weighted,
diskusi kelompok
Alternatif skenario

Pengumpulan Data

Analisa data

Penentuan Area Berisiko

Keterangan :
Data Sekunder meliputi populasi, cakupan pelayanan air minum, jumlah jamban, luas genangan,
jumlah sampah yang terangkut, prosentase wilayah terbangun, dan jumlah SPAL (saluran
pembungan air limbah)
Data Primer meliputi persepsi SKPD dan Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 123

Buku Putih PPSP (BPS) Kabupaten Merauke

Berdasarkan hasil dari analisa data-data sekunder, persepsi SKPD, dan studi EHRA maka diperoleh
data area beresiko yang ada di Kabupaten Merauke adalah sebagai berikut,
Untuk area beresiko sanitasi komponen Air limbah domestik, daerah yang memiliki resiko sangat
tinggi ada dua kelurahan yakni ada pada kelurahan kelapa lima dan kelurahan bambu pemali, sementara
untuk area beresiko tinggi ada pada dua kelurahan juga yakni pada kelurahan maro dan kelurahan
mandala, untuk area beresiko rendah komponen air limbah domestik ada 7 lokasi yakni ada pada
kelurahan karang indah, kelurahan rimba jaya, kelurahan seringgu jaya, kelurahan samkai,kampung
nasem, kampung onggaya dan kampung wasur. Sementara untuk area beresiko sangat rendah komponen
persampahan ada pada kampung waninggap naggo. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada tabel dan grafik
berikut ini .
Tabel. 5.1 Area beresiko Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik
No

Area
Beresiko

1
2
3
4
5
6

Resiko 4
Resiko 4
Resiko 3
Resiko 3
Resiko 3
Resiko 3

Resiko 3

8
9
10
11
12

Resiko 3
Resiko 2
Resiko 2
Resiko 2
Resiko 2

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Wilayah Prioritas
Kelurahan Bambu pemali, Distrik
Merauke
Kelurahan kelapa Lima
Kelurahan Mandala
Kelurahan Maro
Kampung Nasem
Kampung Wasur
Kampung Waninggap Nanggo, Distrik
Semangga
Kampung Onggaya, Distrik
Naukenjerai
Kelurahan Karang Indah
Kelurahan Seringgu Jaya
Kelurahan Samkai
Kelurahan Rimba Jaya

Page 124

Buku Putih PPSP (BPS) Kabupaten Merauke

Peta 5.1 Area beresiko Sanitasi Komponen Air limbah Domestik

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 125

Buku Putih PPSP (BPS) Kabupaten Merauke

Untuk area beresiko sanitasi komponen persampahan, daerah yang memiliki resiko sangat tinggi
ada satu kelurahan yakni ada pada kelurahan Mandala, sementara untuk area beresiko tinggi ada pada
satu kelurahan juga yakni pada kelurahan bambu pemali, untuk area beresiko rendah komponen
persampahan ada 5 lokasi yakni ada pada kelurahan maro, kelurahan karang indah, kelurahan seringgu
jaya, kelurahan samkai dan kampung wasur. Sementara untuk area beresiko sangat rendah komponen
persampahan ada pada kelurahan kelapa lima kelurahan rimba jaya, kampung nasem, kampung
waninggap naggo, kampung onggaya. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada tabel dan grafik berikut ini .
Tabel. 5.2 Area beresiko Sanitasi Komponen Persampahan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Area
Beresiko
Resiko 4
Resiko 3
Resiko 3
Resiko 3
Resiko 2
Resiko 2
Resiko 2
Resiko 2
Resiko 1
Resiko 1
Resiko 1
Resiko 1

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Wilayah Prioritas
Kelurahan Mandala
Kelurahan Bambu Pemali
Kampung Nasem
Kampung Wasur
Kelurahan Seringgu Jaya
Kelurahan Samkai
Kelurahan Maro
Kelurahan Karang Indah
Kelurahan Kelapa Lima
Kampung Waninggap Nanggo
Kampung Onggaya
kelurahan Rimba Jaya

Page 126

Buku Putih PPSP (BPS) Kabupaten Merauke

Peta 5.2. Area Beresiko Sanitasi Komponen Persampahan

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 127

Buku Putih PPSP (BPS) Kabupaten Merauke

Untuk area beresiko sanitasi komponen Drainase, daerah yang memiliki resiko sangat tinggi ada
pada kelurahan Mandala, sementara untuk area beresiko tinggi ada pada empat kelurahan yakni pada
kelurahan maro, kelurahan bambu pemali, kelurahan kelapa lima dan kelurahan rimba jaya, untuk area
beresiko rendah komponen drainase ada 3 lokasi yakni ada pada kelurahan karang indah, kelurahan
seringgu jaya, kelurahan samkai. Sementara untuk area beresiko sangat rendah komponen Drainase ada
pada, kampung nasem, kampung waninggap naggo, kampung onggaya. Dan kampung wasur. Untuk lebih
jelas dapat di lihat pada tabel dan grafik berikut ini .
Tabel. 5.3 Area beresiko Sanitasi komponen Drainase
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Area
Beresiko
Resiko 4
Resiko 3
Resiko 4
Resiko 3
Resiko 3
Resiko 2
Resiko 2
Resiko 1
Resiko 3
Resiko 3
Resiko 3
Resiko 3

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Wilayah Prioritas
Kelurahan Mandala
Kelurahan Bambu Pemali
Kelurahan Maro
Kelurahan Kelapa Lima
Kelurahan Rimba Jaya
Kelurahan Karang Indah
Kelurahan Seringgu Jaya
Kelurahan Samkai
Kampung Nasem
Kampung Wasur
Kampung Waninggap Nanggo
Kampung Onggaya

Page 128

Buku Putih PPSP (BPS) Kabupaten Merauke

Peta 5.3 Peta Area Beresiko Komponen Drainase

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 129

Buku Putih PPSP (BPS) Kabupaten Merauke

Pokja Sanitasi Kabupaten Merauke

Page 110

Вам также может понравиться