Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Kelompok 5:
Anak cacat
Penyandang cacat
Tuna susila
Pengemis
Gelandangan
Korban penyalahgunaan NAPZA
Korban bencana sosial
Keluarga yang bermasalah sosial psikologis
Jenis-jenis Ketunaan:
1) Tuna Grahita
Pengertian Tuna Grahita menurut American Asociation on Mental Deficiency/AAM
sebagai berikut: yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub-average),
yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes, yang muncul sebelum usia 16 tahun, yang
menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif.
Sedangkan pengertian Tunagrahita menurut Japan League for Mentally Retarded (1992:
p.22) sebagai berikut: Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan
tes inteligensi baku.Kekurangan dalam perilaku adaptif. Terjadi pada masa
perkembangan, yaitu anatara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.
2) Tuna Netra
yaitu, kondisi seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya.
Berdasarkan tingkat gangguannya/kecacatannya tunanetra dibagi dua yaitu buta total (total blind)
dan yang masih mempunyai sisa penglihatan (Low Visioan).
Alat bantu untuk mobilitasnya bagi tuna netra dengan menggunakan tongkat khusus, yaitu
berwarna putih dengan ada garis merah horizontal. Akibat hilang/berkurangnya fungsi indra
penglihatannya maka tunanetra berusaha memaksimalkan fungsi indra-indra yang lainnya
seperti, perabaan, penciuman, pendengaran, dan lain sebaginya sehingga tidak sedikit
penyandang tuna netra yang memiliki kemampuan luar biasa misalnya di bidang musik atau ilmu
pengetahuan.
3) Tuna Rungu
4. Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa
kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka
kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
5. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media
massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku
menyimpang). Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan
yang menyimpang.
Penyimpangan berdasarkan pelakunya:
Penyimpangan individual
adalah, tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari norma-norma
suatu kebudayaan yang telah mapan. Misalnya, seseorang bertindak sendiri tanpa rencana
melaksanakan suatu kejahatan.
Penyimpangan kelompok
adalah, tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma
kelompok yang bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku. Misalnya,
sekelompok orang menyelundupkan narkotika atau obat-obatan terlarang lainnya.
Penyimpangan campuran
penyimpangan seperti itu dilakukan oleh suatu golongan sosial yang memiliki organisasi
yang rapi, sehingga individu ataupun kelompok didalamnya taat dan tunduk kepada
norma golongan dan mengabaikan norma masyarakat yang berlaku. Misalnya, remaja
yang putus sekolah dan pengangguran yang frustasi dari kehidupan masyarakat, dengan
di bawah pimpinan seorang tokoh mereka mengelompok ke dalam organisasi rahasia
yang menyimpang dari norma umum (geng).
1.
Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau
mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi dirinya untuk
melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani maupun sosialnya secara layak, yang terdiri dari
penyandang disabilitas fisik, penyandang disabilitas mental, dan penyandang disabilitas fisik dan
mental.
Kriteria :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
Tuna Susila adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual dengan sesama atau
lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantian diluar perkawinan yang sah dengan tujuan
mendapatkan imbalan uang, materi atau jasa.
Kriteria :
1.
2.
Menjajakan diri di tempat umum, di lokasi atau tempat pelacuran (bordil), dan tempat
terselubung (warung remang-remang, hotel, mall dan diskotek).
10. Gelandangan adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma kehidupan yang
layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai pencaharian dan tempat tinggal yang tetap serta
mengembara di tempat umum.
Kriteria :
1.
2.
Tidak mempunyai tanda pengenal atau identitas diri, berperilaku kehidupan bebas/liar,
terlepas dari norma kehidupan masyarakat pada umumnya
3.
Tidak mempunyai pekerjaan tetap, meminta-minta atau mengambil sisa makanan atau
barang bekas, dll.
11. Pengemis adalah orang-orang yang mendapat penghasilan meminta-minta ditempat umum dengan berbagai
cara dengan alasan untuk mengharapkan belas kasihan orang lain.
Kriteria :
1.
2.
3.
Bertingkah laku untuk mendapatkan belas kasihan berpura-pura sakit, merintih, dan
kadang-kadang mendoakan dengan bacaan-bacaan ayat suci, sumbangan untuk organisasi
tertentu
4.
Biasanya mempunyai tempat tinggal tertentu atau tetap, membaur dengan penduduk pada
umumnya.
12. Pemulung adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan cara mengais langsung dan pendaurulang
barang-barang bekas.
Kriteria :
Tidak mempunyai pekerjaan tetap atau mengais langsung dan mendaurulang barang bekas, dll.
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tunasosial
Kegiatan pelayanan dan rehabilitasi tunasosial adalah salah satu kegiatan Ditjen Yanrehsos yang
dilaksanakan oleh Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Tunasosial bagi PMKS yang masuk dalam kelompok
tunasusila, gelandangan dan pengemis, dan bekas warga binaan lembaga pemasyarakatan. Melalui
bimbingan sosial dan bimbingan keterampilan serta pemberian bantuan Usaha Ekonomis Produktif dalam
rangka pelaksanaan program Pelayanan dan Rehabilitasi Tunasosial serta bimbingan teknis dalam rangka
pembinaan lanjut yang diarahkan pada pemberdayaan tunasusila (wanita dan waria tunasusila),
gelandangan dan pengemis, dan bekas warga binaan pemasyarakatan. Melalui upaya-upaya tersebut tidak
hanya tertanganinya masalah tunasosial tetapi juga dapat meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya serta
dapat bersosialisasi di tengah masyarakat lingkungannya.
Upaya-upaya pelayanan dan rehabilitasi tunasosial dalam rangka mencapai sasaran pelayanannya
mencakup:
1.
2.
3.
4.
pelayanan dan rehabilitasi tunasusila: wanita penjaja seks, waria penjaja seks
pelayanan dan rehabilitasi gelandangan dan pengemis
pelayanan dan rehabilitasi eks narapidana
pelayanan dan rehabilitasi orang dengan HIV dan AIDS
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat
Pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat merupakan salah satu kegiatan Ditjen
Yanrehsos (dilaksanakan oleh Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang
Cacat) yang diarahkan untuk membantu penyandang cacat melalui upaya peningkatan
peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial
penyandang cacat, memperluas jangkauan pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang
cacat,meningkatkan mutu dan profesionalisme pelayanan dan rehabilitasi sosial, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, dan memantapkan manajemen
pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat.
Upaya pelayanan bagi penyandang cacat tersebut dilakukan melalui; (i) rehabilitasi sosial,
(ii) bantuan sosial, (iii) pemeliharaan taraf hidup, dan (iv) aksesibilitas. Adapun kegiatan
pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat dilaksanakan melalui :
1.
2.
3.