Вы находитесь на странице: 1из 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini Indonesia akan mengalami pasar bebas yang di sebabkan oleh adalanya
era globalisasi. Bukan hanya di bidang ekonomi melainkan juga di bidang kesehatan
yaitu adanya fenomena dokter luar negeri masuk ke Indonesia.
Tak bisa dielakkan lagi kita sudah berada digerbang masuknya pasar bebas ASEAN.
Pasar bebas ASEAN akan memberikan peluang kepada siapa dan dari Negara manapun
di ASEAN untuk melakukan kegiata ekonomi di Indonesia, serta sebaliknya. Bukan
hanya di sector ekonomi, Indonesia bisa menjadi incaran starategis bagi Negara ASEAN
lainnya dalam hal pasar kesehatan baik dari segi produk ataupun sumber daya
manusianya. Perdagangan bebas ASEAN di sector kesehatan akan menjadi tantangan
besar bagi tenaga kesehatan Indonesia.
Tenaga kesehatan merupakan penggerak dari sistem pelayanan kesehatan, dengan
tenaga kesehatan yang berkualitas dan professional akan memberikan pelayanan
kesehatan yang optimal kepada masyarakat. Dengan pasar bebas ASEAN tidak bisa
dipungkiri tenaga kesehatan asing juga akan datang ke pasar kesehatan Indonesia
menawarkan tenaga professional dan berkualitas yang mereka miliki. Akan tetapi,
akankah persaingan ini bisa dihadapi oleh tenaga kesehatan kita?
OLeh karena itu penulis tertarik untuk membahas mengenai masalah Dokter Luar
Negeri Masuk ke Indonesia.
2.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan MRA?
2. Bagaimana tata kelola dan infrastruktur mengenai dokter luar negeri masuk
ke Indonesia?
3. Bagaimana cara meningkatkan jasa medis/ dokter di Indonesia untuk
menghadapi dokter luar negeri yang nasuk ke Indonesia?

2.3 Tujuan Masalah


1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan MRA
2. Menjelaskan tentang tata kelola dan infrastruktur masuknya dokter luar
negeri ke Indonesia
3. Menjelaskan cara meningkatakan tenaga medis di Indonesi dalam
menghadapi dokter luar negeri .

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi kepercayaan

Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain


dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental
yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks sosialnya. Ketika seseorang
mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan
dari orang- orang yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai
(Moorman, 1993)
2.2 Dimensi kepercayaan
a. Trusting belief adalah sejauh mana seseorang percaya dan merasa yakin
terhadap orang lain dalam suatu situasi
b. Trusting intention adalah suatu hal yang disengaja dimana seseorang siap
bergantung pada orang lain dalam suatu situasi, ini terjadi secara pribadi dan
mengarah langsung kepada orang lain. Trusting intention didasarkan pada
kepercayaan kognitif seseorang kepada orang lain
2.3 Kewajiban dokter menurut UU
Menurut Undang-undang No 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran,
pada pasal 51 diatur mengenai kewajiban seorang dokter kepada pasien
1. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien
2. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian
atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan
3. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan
juga setelah pasien itu meninggal dunia
4. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya
5. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran atau kedokteran gigi
2.4 Faktor yang mempengaruhi kepuasan pengguna jasa layanan kesehatan

1. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yangakan diterimanya.


Dalam hal ini, aspek komunikasi memegang peranan penting karena
pelayanan kesehatan adalah high personnel contract
2. Empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan. Sikap ini
akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat
kepatuhan pasien
3. Biaya. Tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber moral
hazard bagi pasien dan keluarganya
4. Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi dan kebersihan ruangan
5. Jaminan keamanan yang ditujukan oleh petugas kesehatan. Ketepatan
jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter juga termasuk pada faktor ini
6. Keandalan dan keterampilanpetugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan
7. Kecepatan petugas memberikan tanggapan terhadap keluhan pasien
2.5 MRA ( Mutual Recognition Agreement)
Dalam upaya mendukung liberalisasi sektor jasa , terutama terkait lalu lintas
atau

perpindahan

tenaga

kerja

terampil,

negara-negara

anggota

ASEAN

menandatangani MRA (Mutual Recognition Agreement) pada tanggal 19 November


2007. MRA ini menjadi sebuah hal mutlak yang dilakukan untuk mendukung
liberalisasi sektor jasa yang berasaskan keadilan/fairness. Setidaknya saat ini telah
disepakti 8 MRA dan MRA Framework, yaitu (1) MRA untuk jasa teknik; (2) arsitek;
(3) jasa perawatan; (4) praktisi medis; (5) praktisi gigi/dokter gigi; (6) jasa akuntan;
(7) penyigian (surveying).
2.6 Hakikat MRA
Pertama, negara tujuan atau negara penerima mengakui kualifikasi profesional
dan muatan latihan yang diperoleh dari negara pengirim atau negara asal tenaga kerja
terampil. Kedua, negara asal diberikan otoritas untuk mengesahkan kualifikasi dan
pelatihan dengan cara memberikan diploma atau sertifikat. Ketiga, pengakuan tidak

bersifat otomatis. Ada proses untuk penentuan standar dan persyaratan lainnya yang
diterapkan baik di negara penerima maupun di negara asal
2.7 ASEAN MRA on Medical Practitioner
MRA untuk jasa dokter ditandatangani di Cha am, Thailand pada tanggal 26
Februaari 2009 bersamaan dengan penandatangan MRA untuk sektor jasa dokter gigi
(dental practitioners) dan jasa akuntansi (accountancy services). MRA ini bertujuan
untuk:
1. Memfasilitasi mobilitas jasa dokter di dalam kawasan ASEAN
2. Bertukar informasi dan meningkatakan kerjasama dalam skema MRA jasa
dokter
3. Mempromosikan pengadopsian best practices untuk standar dan kualifikasi
4. Menyediakan kesempatan untuk meningkatkan kapasitas dan melatih para
pelaku jasa dokter

2.8 Tata kelola dokter asing masuk ke Indonesia


Dalam hal tata kelola/regulasi, tahun 2011 UU Pendidikan Kedokteran telah
dirancang. Implementasi dari UU Kedokteran ini memerlukan koordinasi anatara
Kemenkes, Kemendiknas, KKI dan organisasi profesi kedokteran lainnya. UU ini
diharapkan dapat menjadi solusi Indonesia untuk menyamakan kompetensi dengan
negara ASEAN lainnya. Selain itu, dalam kerangka harmonisasi aturan di ASEAN,
pemerintah perlu memperhatikan dan merujuk UU kesehatan, UU praktik kedokteran
dan UU tenaga Kesehatan. Tanpa merujuk UU yang saling terkait, aturan yang
komprehensif dalam upaya memaksimalkan manfaat pasar ASEAN akan sulit

tercapai. Namun sesungguhnya, Indonesia merupakan negara yang meliberalkan


sektor jasa kedokteran cukup longgar. Di Thailand, pemerintah mensyaratkan dokter
asing untuk menguasai bahasa lokal. Sementara di Indonesia dari sisi bisnis
kesehatan, perusahaan asing dapat memiliki saham hingga 70%, bahkan diizinkan
untuk mendirikan rumah sakit dengan syarat tetap menyediakan 25% kuota untuk
pasien kurang mampu. Sementara itu, dalam hal arus tenaga dokter asing, pemerintah
telah membuat regulasi tentang dokter asing di Indonesia. Regulasi ini menjabarkan
secara rinci, apa saja dokumen yang dibutuhkan dan dokter asing yang bagaimana
yang dapat diakomodasi di Indonesia.
2.9 Infrastruktur pendukung
Berbicara infrastruktur pendukung untuk sektor jasa praktisi medis/dokter,
poin penting yang perlu diperhatikan adalah fasilitas pendidikan baik terkait
ketersediaan SDM dalam memperkuat pengajaran di bidang kesehatan/kedokteran,
maupun ketersediaan teknologi kedokteran. Untuk SDM dalam bidang pendidikan,
seperti yang telah dijelaskan di depan, fasilitas pendidikan dan SDM masih terpusat
di daerah Jawa. Adapun dalam hal teknologi. Pendidikan kedokteran di Indonesia
dapat dikatakan tertinggal dibandingkan dengan Malaysia, Filipina dan Singapura, di
mana pemerintahnya memberikan perhatian yang besar dalam penguasaan teknologi
kedokteran. Terkait dengan teknologi ini tentu dibutuhkan biaya yang tidak sedikit,
sementara pemerintah hanya mengalokasikan 2,2 % dari total health expenditure,
jauh tertinggal dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, Filipina bahkan Vietnam
yang menempatakn 6,6%. Selain itu, anggaran yang dialokasikan perlu transparansi
dan pengalokasian yang efisien dan efektif. Konsekuensinya, Indonesia masih
berorientasi impor dalam pengadaan teknologi kedokteran baik high-tech maupun
yang standar, sehingga hampir 90% alat-alat kesehatan yang beredar di Indonesia
masih harus diimpor dari luar negeri. Bahkan tercatat nilai pasar alat kesehatan
mencapai 7 triliun rupiah. Keluhan narasumber penelitian ini juga diarahkan tentang
minimnya dana untuk penguasaan teknologi, mengindikasikan minimnya perhatian

pemerintah terhadap penguasaan sektor jasa dokter dan tidak dipandanganya sektor
ini sebagai sektor strategis dan vital dalam urusan ketahanan negara.
2.10 Hal yang perlu ditingkatkan dalam mengoptimalkan layanan posisi sektor
jasa praktisi medis/ dokter di Indonesia:
1. Perlunya meningkatkan daya saing tenaga dokter Indonesia melalui
peningkatan standar kompetensi, sambil mengupayakan untuk mengejar
keseragaman kompetensi bersama di antara negara-negara ASEAN. Dalam hal
ini koordinasi antara Kemenkes dan Kemendiknas dan stakeholders lainnya
menjadi kunci terbentuknya regulasi yang memadai untuk standar kompetensi
dokter Indonesia.
2. Melakukan review secara rutin standar kompetensi yang sudah dibuat untuk
bisa mengikuti perkembangan standar kompetensi di negara lainnya
3. Memperbanyak jumlah dokter dengan cara memperbanyak institusi
pendidikan kedokteran. Selain itu, perlu memetakan kembali distribusi dokter
dan intitusi kedokteran yang selama ini bertumpuk di Pulau Jawa.
4. Memperkuat infrastruktur pendukung dalam hal ini teknologi kedokteran dan
institusi pendidikan kedokteran yang memadai.
5. Terkait dengan praktik dokter asing, pemerintah perlu memikirkan untuk
menggunakan celah dalam MRA untuk memposisikan dokter Indonesia
menjadi lebih kompetitif dibandingkan dokter asing, misalnya melalui
persyaratan penguasaan bahasa setempat.

Daftar Pustaka
Keliat, M, dkk. 2013. Pemetaan Pekerja Terampil Indonesia dan liberalisasi jasa
ASEAN. [online]
http://www.kemlu.go.id/Documents/Penelitian%20BPPK%202014/Laporan
%20Akhir%20Liberalisasi%20Jasa.pdf [accssed 5 oktober 2015]

Вам также может понравиться

  • Referat Radiologi Osteosarkoma
    Referat Radiologi Osteosarkoma
    Документ53 страницы
    Referat Radiologi Osteosarkoma
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • Edema Pulmo
    Edema Pulmo
    Документ24 страницы
    Edema Pulmo
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • Kejang Demam
    Kejang Demam
    Документ13 страниц
    Kejang Demam
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • Fix RD
    Fix RD
    Документ45 страниц
    Fix RD
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Bells Palsy Pada Kehamilan
    Laporan Kasus Bells Palsy Pada Kehamilan
    Документ25 страниц
    Laporan Kasus Bells Palsy Pada Kehamilan
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Bells Palsy
    Laporan Kasus Bells Palsy
    Документ71 страница
    Laporan Kasus Bells Palsy
    Novita Afsari
    100% (1)
  • Bronkiolitis
    Bronkiolitis
    Документ10 страниц
    Bronkiolitis
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • Crush Injury Kasus
    Crush Injury Kasus
    Документ12 страниц
    Crush Injury Kasus
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus SNH
    Laporan Kasus SNH
    Документ16 страниц
    Laporan Kasus SNH
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • Abses Parafaring Jurnal
    Abses Parafaring Jurnal
    Документ9 страниц
    Abses Parafaring Jurnal
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • Dislokasi TMJ
    Dislokasi TMJ
    Документ10 страниц
    Dislokasi TMJ
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • Pemeriksaan Radiologis Telinga Tengah Dan Mastoid
    Pemeriksaan Radiologis Telinga Tengah Dan Mastoid
    Документ7 страниц
    Pemeriksaan Radiologis Telinga Tengah Dan Mastoid
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • BPPV
    BPPV
    Документ14 страниц
    BPPV
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • Jurding BPPV
    Jurding BPPV
    Документ15 страниц
    Jurding BPPV
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • Indikasi Pembedahan Pada Stroke
    Indikasi Pembedahan Pada Stroke
    Документ13 страниц
    Indikasi Pembedahan Pada Stroke
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • Tumor Nasofaring
    Tumor Nasofaring
    Документ33 страницы
    Tumor Nasofaring
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • HYDROCHEPALUS
    HYDROCHEPALUS
    Документ22 страницы
    HYDROCHEPALUS
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • Crush Injury
    Crush Injury
    Документ30 страниц
    Crush Injury
    Novita Afsari
    100% (1)
  • Laporan Kasus Nstemi
    Laporan Kasus Nstemi
    Документ44 страницы
    Laporan Kasus Nstemi
    Novita Afsari
    100% (2)
  • Laporan Kasus Ket
    Laporan Kasus Ket
    Документ42 страницы
    Laporan Kasus Ket
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus CHF
    Laporan Kasus CHF
    Документ36 страниц
    Laporan Kasus CHF
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • Pemeriksaan Fisik Toraks
    Pemeriksaan Fisik Toraks
    Документ31 страница
    Pemeriksaan Fisik Toraks
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Efusi Pleura Masif
    Laporan Kasus Efusi Pleura Masif
    Документ18 страниц
    Laporan Kasus Efusi Pleura Masif
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Efusi Pleura Masif
    Laporan Kasus Efusi Pleura Masif
    Документ18 страниц
    Laporan Kasus Efusi Pleura Masif
    Novita Afsari
    Оценок пока нет
  • LAPORAN KASUS Anemia Hemolitik
    LAPORAN KASUS Anemia Hemolitik
    Документ23 страницы
    LAPORAN KASUS Anemia Hemolitik
    Novita Afsari
    Оценок пока нет