Вы находитесь на странице: 1из 144

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.

T
USIA 26 TAHUN P3A0 6-8 JAM POST PARTUM
DI BPS HASMIATI BAHRI, S.ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015

KARYA TULIS ILMIAH


Karya Tulis Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan
Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan

Disusun Oleh:
N a m a : ANDRIYANI
Nim
: 201207002

AKADEMI KEBIDANAN ADILA


BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015

HALAMAN PENGESAHAN

Di terima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada:

Hari

: Kamis

Tanggal

: 30 Juli 2015

Penguji I

Penguji II

Zendri Julistia, S.Kep.M.Kes


NIK : 2015501065

Ervina Irawati Harianja, S.ST


NIK : 2009111020

Direktur Akademi Kebidanan Adila


Bandar Lampung

dr. Wazni Adila, MPH


NIK : 201041008

ii

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.T


USIA 26 TAHUN P3A0 6-8 JAM POST PARTUM
DI BPS HASMIATI BAHRI, S.ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015

Andriani, Zendri Julistia, S.Kep.M.Kes, Ervina Irawati Harianja, S.ST


INTISARI
Masa nifas ini berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahanperubahann fisiologis maupun psikologis, yaitu: perubahan fisik, involusi uterus dan
pengeluaran lokhia, laktasi/pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya dan
perubahan psikis, karena pada masa ini ibu-ibu yang baru melahirkan mengalami
berbagai beberapa kejadian yang sangat kompleks baik fisiologis maupun psikologis.
Angka Kematian Ibu (AKI) berdasarkan laporan dari Kabupaten kota tahun 2012 sebesar
115,8 per 100.000 Kelahiran Hidup, namun angka ini tidak dapat dipergunakan karena
angka tidak menggambarkan seluruh kematian ibu yang ada di populasi (data hanya dari
fasilitas kesehatan saja). Bila dilihat berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi
Lampung tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat bahwa kasus kematian
ibu (kematian ibu pada saat hamil, saat melahirkan dan nifas) seluruhnya sebanyak 179
kasus dimana kasus kematian ibu terbesar (59,78%) terjadi pada saat persalinan dan
70,95% terjadi pada usia 2034 tahun. Penyebab kasus kematian ibu di Provinsi lampung
tahun 2012 disebabkanoleh perdarahan, eklamsi, infeksi dan lain-lain. Tujuan penelitian,
dapat memberikan asuhan kebidanan kepada ibu nifas.
Metode penelitian, menggunakan metode penulisan penelitian deskriptif. Subyek
penelitian, Ibu nifas. Tempat penelitian, BPS Hasmiati Bahri, S.ST Bandar Lampung.
Hasil penelitian, Penulis mampu melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas terhadap Ny.T
P3A0 tidak terdapat satu kesenjangan antara teori dan kasus. Saran utama, hasil penelitian
ini dapat digunakan untuk mengetahui pentingnya asuhahan pada ibu nifas terutama
pada 6-8 jam postpartum yang dilakukan oleh petugas kesehatan difasilitas kesehatan.
Kata Kunci
Kepustakaan
Jumlah halaman

: Ibu Nifas, 6-8 jam postpartum


: 18 Referensi (2005-2015)
: 130 halaman

iii

CURRICULUM VITAE

Nama

: Andriyani

Nim

: 201207002

Tempat/Tanggal lahir : Baradatu Way kanan, 16 Agustus 1993


Alamat

: Baradatu Way kanan

Institusi

: Akademi Kebidanan Adila

Angkatan

: VII

Biografi

:
1. SDN 1 Setia Negara : 2000 - 2006
2. SMP YP 17 Baradatu Waykanan : 2006 - 2009
3. SMA PGRI Bukit Kemuning : 2009 - 2012
4. Saat ini Penulis Sedang Menyelesaikan Pendidikan di
Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung

iv

MOTTO
Tidak Ada Yang Tidak Bisa Jika Kita Berani Maju
Melawan Kegagalan
By.
Andriyani

PERSEMBAHAN



Tiada yang maha pengasih dan maha penyayang selain Engkau Ya
ALLAH...Syukur alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Mu ya Allah, saya bisa
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis ilmiah ini ku persembahkan
untuk :
1. Terima kasih buat Kedua orang tuaku tercinta yang selalu memberikan
motivasi, dukungan, dan selalu mendoakan untuk keberhasilan anak mu ini
serta terimakasih buat Kakak dan Adik-adik tersayang yang selalu memberi
semngat.
2. Teman-teman seperjuangan angkatan ke-VII dan Sahabat-sahabatku,terima
kasih atas motivasi dan semangat yang telah kalian berikan kepada saya
selama pendidikan di AKBID ADILA serta selalu mendukung hingga
terselesai tugas akhir ini.
3. Almamaterku tercinta Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung sebagai
tempat penulis menuntut ilmu selama tiga tahun.
4. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas
dukungannya selama saya menyelesaikan tugas akhir Diploma Kebidanan ini.

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat dan HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk
Studi Kasus yang berjudul ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
TERHADAP NY.T USIA 26 TAHUN P3A0 6-8 JAM POST PARTUM DI
BPS HASMIATI BAHRI,S.ST BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015. Penulis
menyadari karena keterbatasan pengetahuan Karya Tulis Ilmiah ini, dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

penulis ingin

mengucapkan terima kasih

kepada:
1.

dr. Wazni Adila, MPH selaku direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung

2.

Andestyana Septiyaningsih, S.ST.,M.Kes selaku pembimbing I Karya Tulis


Ilmiah

3.

Margareta Rinjani, S.ST selaku pembimbing II Karya Tulis Ilmiah

4.

Hasmiati Bahri, S.ST selaku pemilik BPS yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian.

5.

Seluruh Staf dan Dosen Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung

Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua
pihak. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan bagi pembaca.

Bandar Lampung, Juli 2015

Penulis
vii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ ii
ABSTRAK.......................................................................................... iii
CURICULUM VITAE ....................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................. v
PERSEMBAHAN .............................................................................. vi
KATA PENGANTAR ........................................................................ vii
DAFTAR ISI ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah .............................................................. 3
1.3.Tujuan Penulis .................................................................... 3
1.4.Ruang Lingkup .................................................................. 5
1.5.Manfaat Penulisan .............................................................. 5
1.6.Metodelogi Dan Tehnik Memperoleh Data ......................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis......................................................... 9
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan ..................................... 58
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan ................................ 78
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian .......................................................................... 80
3.2 Matriks ............................................................................... 89
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian .......................................................................... 98
4.2 Interpretasi Data ................................................................. 116
4.3 Antisipasi Masalah Potensial .............................................. 117
4.4 Tindakan Segera ................................................................. 118
4.5 Perencanaan ....................................................................... 118
4.6 Implementasi ...................................................................... 121
4.7 Evaluasi .............................................................................. 125
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................... 128
5.2 Saran ................................................................................. 129
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Program Masa Nifas ............................................................. 14


Tabel 2.2 Involusi Uterus .................................................................... 16
Tabel 2.3 Tinggi Fundus Uteri ............................................................ 73
Tabel 3.1 Matriks ................................................................................ 89

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 2.1 Struktur Payudara ..................................................................... 37

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat izin penelitian


Lampiran 2 : Surat balesan
Lampiran 3 : Jadwal penelitian
Lampiran 4 : Dokumentasi
Lampiran 5 : Lembar konsul

xi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berdasarkan Word Health Organization (WHO) sebanyak 99% kematian ibu
akibat masalah persalinan terjadi di negara berkembang. Rasio kematian ibu
di Negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 425 kematian ibu
per 100 ribu persalinan hidup. Menurut WHO, 25% selama masa post partum.
Faktor lansung penyebab tingginya Angka Kematian Ibu adalah perdarahan
(35%), infeksi (25%), gestosis (15-17%), dan lain-lain (5%). (Manuaba
et.all,2010;h.29).
Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat
mencapai 359 per 100 kelahiran hidup. Rata- rata kematian ini jauh melonjak
disbanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 kelahiran hidup
(Data SDKI 2012 28-06-2015 ; 15.00 WIB).
Berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung Tahun 2012
berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat bahwa kasus kematian ibu
(kematian ibu pada saat hamil, saat melahirkan dan nifas) seluruhnya
sebanyak 179 kasus dimana kasus kematian ibu terbesar ( 59,78% ) terjadi
pada saat persalinan dan 70,95% terjadi pada usia 20 34 tahun. Penyebab
kasus kematian ibu di provinsi lampung tahun 2012 disebabkan oleh
perdarahan 40,23%, eklamsi 59,33%, infeksi 4,2%, dan lain-lain sebanyak
75,42% ( Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2012 ).

Menurut data dari Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung Angka
Kematian Ibu (AKI) berdasarkan laporan dari kabupaten kota tahun 2012
sebesar 115,8 per 100.000 kelahiran hidup (Profil Dinas Kesehatan Profinsi
Lampung 2012 16-04-2015 ; 14.56 WIB)
Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berahir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu ( 42 hari ) setelah itu ( Dewi & Sunarsih , 2011. h; 01 ).
Sekitar 60 % kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50 % dari
kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan ,
diantaranya desebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas
(Saleha, 2009; h.95).
Periode pasca persalinan meliputi masa trasnsisi kritis bagi ibu, bayi dan
keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. perdarahan pasca
persalinan merupakan penyebab utama dari 150.000 kematian ibu setiap
tahun di dunia dan hampir 4 dari 5 kematian karena perdarahan pasca
persalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan dalam waktu satu jam
setelah persalinan, penolong persalinan harus memastikan bahwa uterus
berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dalam jumlah besar.
Bila

perdarahan berat, tranfusi darah adalah satu-satunya jalan untuk

menyelamatkan ibu. Penyebab terpenting terjadinya kematian ibu di dunia


melibatkan 150.000 kematian dalam satu tahun, terutama terjadi di negara
berkembang. Sebagian besar kematian ibu (88%) terjadi dalam waktu 4 jam

persalinan, menandakan bahwa ini adalah kejadian yang berkaitan erat


dengan persalinan kala III (Sarwono Prawirohardjo, 2010; h.357-358).
Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan
yang dilakukan, hal ini menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk
mencegah ,mendeteksi dan menangani masalah masalah yang terjadi
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.4).
Berdasarkan prasurvey pada tanggal 7 Juli 2015 di BPS Hasmiati Bahri
,S.ST terdapat 1 ibu postpartem 6 8 jam postpartem. Untuk mencegah
resiko perdarahan karena atonia uteri, maka Ny. T perlu diberi Asuhan
kebidanan dan memberikan konseling.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk memberikan Asuhan
kebidanan pada ibu nifas 6 8 jam post partum terhadap Ny. T umur 26 tahun
P3A0 di BPS Hasmiati Bahri,S.ST Bandar Lampung tahun 2015.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimanakah asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 - 8 jam post partum
terhadap Ny. T umur 26 tahun P3A0 DI BPS Hasmiati Bahri, S.ST Bandar
Lampung Tahun 2015 ?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Dapat

melaksanakan

dan

meningkatkan

kemampuan

dalam

memberikan asuhan kebidanan pada Ny T umur 26 tahun P3 A0 di


BPS Hasmiati Bahri,S.ST Bandar Lampung tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian asuhan kebidanan pada ibu
nifas 6 - 8 jam normal khususya pada Ny.T umur 26 tahun
P3A0 di BPS Hasmiati Bahri,S.ST Bandar Lampung tahun
2015.
1.3.2.2 Mampu menginterprestasikan data yang ada sehingga mampu
menyusun diagnosa kebidanan , masalah dan kebutuhan pada
ibu nifas normal khususya pada Ny. T umur 26 tahun P3A0 di
BPS Hasmiati Bahri,S.ST Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.3 Mampu menerapkan diagnosa potensial pada ibu nifas
normal khususya pada Ny.T umur 26 tahun P3A0 di BPS
Hasmiati Bahri,S.ST Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.4 Mampu

melaksanakan

identifikasi

kebutuhan

yang

memerlukan penanganan segera pada asuhan kebidanan ibu


nifas normal khususya pada Ny. T umur 26 tahun P3A0 di
BPS Hasmiati Bahri Bandar lampung tahun 2015.
1.3.2.5 Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas
normal khususya pada Ny. T umur 26 tahun P3A0 di BPS
Hasmiati Bahri,S.ST Bandar lampung tahun 2015.
1.3.2.6 Mampu melaksanakan tindakan kebidanan sesuai dengan
kebutuhan dan masalah khususya pada Ny. T umur 26 tahun
P3A0 di BPS Hasmiati Bahri,S.ST Bandar lampung tahun
2015.

1.3.2.7 Mampu melaksanakan evaluasi terhadap penanganan kasus


ibu nifas normal khususya pada Ny. T umur 26 tahun P3A0 di
BPS Hasmiati Bahri,S.ST Bandar Lampung tahun 2015.

1.4. Ruang Lingkup


1.4.1 Sasaran
Objek pada penelitian ini adalah ibu nifas 6 jam post partum yaitu
Ny.T umur 26 tahun P3A0.
1.4.2 Tempat
Penilitian dilakukan di BPS Hasmiati Bahri,S.ST Bandar Lampung
1.4.3 Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 2015.

1.5. Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan referensi, keterampilan dan ilmu pengetahuan bagi
mahasiswa Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam
penatalaksanaan asuhan kebidanan khususnya pada 6 - 8 jam post
partum.
1.5.2 Bagi Lahan Praktek
Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan sebagian bahan masukan
bagi tempat praktek terutama bagi bidan serta tenaga kesehatan yang
berada di masyarakat untuk melakukan tindakan promotif dan
preventif seperti penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan

atau KIE untuk mencegah terjadinya komplikasi pada 6 - 8 jam post


partum.
1.5.3 Bagi Peneliti
Hasil

penelitian

mengaplikasikan

ini

dapat

pendididkan

menambah
penulis

pengetahuan
khususnya

dan

tentang

penatalaksanaan 6 - 8 jam post partum pada ibu nifas.


1.5.4 Bagi Masyarakat
Dapat di jadikan masukan pada masyarakat agar lebih mengerti
tentang perawatan ibu selama masa nifas pada umumnya dapat
dijadikan referensi khususnya pada Ny T tentang bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

1.6. Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
1.6.1. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, menggunakan metode
penelitian deskriptif. Metode penulisan deskriptif adalah suatu metode
penelitian

yang

dilakukan

untuk

mendeskripsikan

atau

menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat.


Metode penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau
memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan
sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas
tertentu

1.6.2. Teknik memperoleh data


Untuk memperoleh data tehnik yang digunakan sebagai berikut:
1.6.2.1 Data primer
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk
menggumpulkan

data,

dimana

peneliti

mendapatkan

keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang


sasaran

penelitian

(responden),

atau

bercakap-cakap

berhadapan muka dengan muka dengan orang tersebut


( Notoatmodjo, 2012;h.137- 139).
Wawancara dilakukan dengan cara:
a) Auto Anamnesa
Auto anamesa merupakan anamesa yang dilakukan
kepada pasien secara langsung .
b) Allo Anamnesa
Allo anamesa merupakan anamesa yang dilakukan
kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang
pasien (Sulistyawati, 2009;h. 166).

b. Pengkajian Fisik
Penulis melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada
klien mulai dari kepala sampai kaki dengan tehnik inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi (Soepardan, 2006;h.98).

1.6.2.2 Data Sekunder


a. Studi Pustaka
Adalah bahan-bahan pustaka merupakan hal yang sangat
penting dalam menunjang latar belakang teoritis suatu
penelitian dari buku-buku, laporan, majalah ilmiah, jurnal dan
sebagainya dapat memperoleh informasi baik berupa teori
teori, generasi, maupun konsep yang telah dikemukakan oleh
berbagai ahli
b. Studi Dokumenter
Adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan
maupun yang tidak diterbitkan, yang ada dibawah tanggung
jawab instansi resmi, misalnya laporan, statistik, catatan
catatan di dalam kartu klinik (Notoatmodjo, 2005; h.62-63).

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS


2.1.1 NIFAS
2.1.1.1 Pengertian
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009;h.1).
Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari
menurut hitungan awam merupakan masa nifas. Masa ini
penting sekali untuk terus dipantau. Nifas merupakan masa
pembersihan rahim, sama halnya seperti masa haid.
Masa nifas (puerpurium) adalah masa setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu (Saleha, 2009; h.2).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 2
jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42
hari) (Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri Sunarsih, 2011; h.1)
2.1.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

10

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu


dan bayi. Dengan diberikan asuhan, ibu akan mendapatkan
fasilitas

dan

dukungan

dalam

upayanya

untuk

menyusuaikan peran barunya sebagai ibu (pada kasus ibu


dengan kelahiran anak pertama) dan pendampingan keluaga
dalam membuat bentuk dan pola baru dengan anak
kelahiran berikutnya. Jika ibu dapat melewati masa ini
dengan baik maka kesejahteraan fisik dan psikologis bayi
pun akan meningkat.
b. Pencegahan, diagnose dini, dan pengobatan komplikasi
pada ibu. Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas,
kemungkinan munculnya permasalahan dan komplikasi
akan lebih cepat terdeteksi sehingga penangananpun dapat
lebih maksimal.
c. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli jika perlu.
Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan
kesehatan pada ibu nifas yang memerlukan rujukan, namun
tidak semua keputusan yang diambil tepat, misalnya mereka
lebih memilih untuk tidak datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan

karena

pertimbangan

tertentu.Jika

bidan

senantiasa

mendampingi pasien dan keluarga

maka

keputusan tepat dapat diambil sesuai dengan kondisi pasien


sehingga kejadian mortalitas dapat dicegah.

10

11

d. Mendukung

dan

memperkuat

keyakinan

ibu

serta

memungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan perannya


dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus.
Pada saat memberikan asuhan nifas, keterampilan seseorang
bidan sangat dituntut dalam memberikan pendidikan
kesehatan terhadap ibu dan keluarga. Keterampilan yang
harus dikuasai oleh bidan, antara lain berupa materi
pendidikan yang sesuai dengan kondisi pasien, teknik
penyampaian, media yang digunakan, dan pendekatan
psikologis yang efektif sesuai dengan budaya setempat. Hal
tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena banyak
pihak yang beranggapan bahwa jika bayi telah lahir dengan
selamat, serta secara fisik ibu dan bayi tidak ada masalah
maka tidak perlu lagi dilakuakn pendampingan bagi ibu.
Padahal bagi para ibu (terutama ibu baru), beradaptasi
dengan peran barunya sangatlah berat dan membutuhkan
suatu kondisi mental yang maksimal.
e. Imunisasi ibu terhadap tetanus.
Dengan pemberian asuhan maksimal pada ibu nifas,
kejadian tetanus dapat dihindari, meskipun untuk saat ini
angka

kejadian

tetanus

penurunan.

11

sudah

banyak

mengalami

12

f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang


pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan
hubungan yang baik antara ibu dan anak.
Saat bidan memberikan asuhan pada masa nifas, materi dan
pemantauan yang diberikaan tidak hanya sebatas pada
lingkup permasalah ibu, tapi bersifat menyeluruh terhadap
ibu dan anak. Kesempatan untuk berkonsultasi tentang
kesehatan, termasuk kesehatan anak dan keluarga akan
sangat terbuka. Bidan akan mengkaji pengetahuan ibu dan
keluarga mengenai upaya mereka dalam rangka peningkatan
kesehatan keluarga. Upaya pengembangan pola hubungan
psikologis yang baik antara ibu, anak, dan keluarga juga
dapat

ditingkatkan

melalui

pelaksanaan

asuhan

ini

(Sulistyawati,2009; h.2-3).

2.1.1.3 Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas


Peranan dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah:
a. Medeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
b. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
menjaga gizi yang baik,serta mempraktekan kebersihan yang
aman.
c. Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi
d. Memulai dan mendorong pemberian ASI

12

13

(Ambarwati dan Wulandari, 2010: h.3).


2.1.1.4 Tahapan masa nifas
a. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu diperbolehkan
berdiri dan berjalan ,serta menjalankan aktivitas layaknya
wanita normal lainya.
b. Puerperium intermediate, yaitu suatu kepulihan menyeluruh
alat-alat genitalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu
c. Puerperium remote, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau
persalinan mempunyai komplikasi
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h 4).

2.1.1.5 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Table 2.1 Program Masa Nifas

13

14

Kunjungan

Waktu

Tujuan

6-8
jam
setelah
persalinan

6
hari
setelah
persalinan

1. Pencegah perdarahan masa nifas karena atonia


uteri.
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
prdarahan;rujuk jika perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga mengenai bagaimana cara
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri.
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
6. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara
mencegah hypotermi
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia
harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir
selama 2 jam pertama setelah klahiran atau
sampai ibu dan bayinya dalam keadaan stabil.
1. Memastikan
involusi
uterus
berjalan
normal:uterus berkontraksi, funus dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam,infeks, atau
perdarahan abnormal.
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan, dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
mmperlihatkan tanda tanda penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat,
dan merawat bayi sehari-hari.
Sama seperti diatas

2
minggu
setelah
prsalinan
6
minggu
setelah
persalinan
(Sulistyawati,2009;h.6-7)

1. Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan


yang ia atau bayinya alami.
2. Memberikan konseling Kb secara dini

2.1.2 Perubahan Fisiologis Masa Nifas


2.1.2.1 Perubahan sistem reproduksi

14

15

a. Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah
proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut.
1. Iskemia miometrium.
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terusmenerus dari uterus setelah penegluaran plasenta
membuat uterus relative anemia dan menyebabkan
serat otot atrofi.
2. Autolysis.
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri
yang tejadi di dalam otot uterus.
3. Efek oksitosin.
Oksitosin

menyebabkan terjadinya kontraksi dan

retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh


darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah
ke uterus.

Tabel 2.2 Involusi Uterus


Involusi

Tinggi
Uteri

Fundus

15

Berat
Uterus
(gr)

Keadaan Serviks

16

Bayi lahir
Uri lahir
Satu minggu

Dua minggu
Enam
minggu
Delapan
minggu

Setinggi pusat
2 jari dibawah
pusat
Pertengahan
puat
dan
simpisis
Tak
teraba
diatas simpisis
Bertambah kecil

1000
750

Sebesar normal

30

500

350
50-60

Lembek
Beberapa
hari
setelah postpartum
dapat dilalui 2 jari.
Akhir
minggu
pertama
dapat
dimasuki 1 jari.

(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.55-57)


b. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa
nifas.Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua
yang nekrotik dari dalam uterus.Lochea mempunyai reaksi
basa atau

alkalis

yang dapat

membuat

organisme

berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada


pada vagina normal. Lochea berbau amis atau anyir dengan
volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang
berbau dan tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lochea
mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya
proses involusi.
Lokhea di bedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan
waktu keluar nya

1) Lokhea rubra / merah

16

17

Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke -4


masa pospartem. Cairan yang keluar berwarna merah
karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan
Lokhea mekonium.
2) Lokhea sanguinolenta
ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta
berlangsung, dari hari keempat sampai hari ketujuh post
partum.
3) Lokhea serosa
Lokea

ini

berwarna

kuning

kecoklatan

karena

mengandung serum , leukosit, dan robekan atau laserasi


plasenta. Keluar pada hari ke 7 sampai hari ke 14 post
partum.
4) Lokhea alba / putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desi dua, sel epitel,
selaput lendir servik, dan serabut jaringan yang mati.
Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu
postpartum

2.1.2.2 Perubahan pada servik

17

18

Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak


menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan servik
berbentuk semacam cincin. Muara servik yang berdilatasi
sampai 10 cm sewaktu persalinan

akan menutup secara

perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk


ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki
2-3 jari. Pada minggu ke 6 post partum, servik sudah menutup
kembali.
a.Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ
ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva
dan vagina kembali keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali,
sementara labia menjadi lebih menonjol.
b.Perenium
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena
sebelumnya terenggang oleh tekanan bayi yang bergerak
maju. Pada post natal hari kelima, perineum sudah

18

19

mendapatkan kembali sebagian tonus-nya, sekalipun tetap


kendur daripada keadaan sebelum hamil

2.1.2.3

Perubahan Sistem Pencernaan


Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan
hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat
pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu
persalinan,kurangnya asupan cairan dan makanan, serta
kurangnya aktifitas tubuh. Supaya buang air besar kembali
normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan
asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil,
selama 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia. Selain
konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan
dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi
perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang
menyebabkan kurang nafsu makan

2.1.2.4 Perubahan Sistem Perkemihan


Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan
sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.
Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat
spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah
bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala

19

20

janin dan tulang pubis selama persalinan berlansung.Urine


dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam
postpartum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan
air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan
tersebut disebut deuresis. Ureter yang berdilatasi akan
kembali normal dalam 6 minggu.
Dinding kandung kemih memperlihatkan odem dan
hyperemia,

kadang-kadang

odem

trigonum

yang

menimbulkan aloktasi dari uretra sehingga retensio


urine.Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang
sensitif dan kapasitas bertambah sehingga setiap kali
kencing masih tertinggal urine desidua (normal kurang
lebih 15 cc). Dalam hal ini ,sisa urine dan trauma pada
kandung kemih sewaktu persalinan dapat menyebabkan
infeksi.

2.1.2.5 Perubahan Sistem Muskuloskeletal


Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang
meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus
jatuh

ke

belakang

dan

menjadi

retrofleksi

karena

ligamentum rotundum menjadi kendor.Stabilisasi secara


sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan
(Sulistyawati, 2009; h.77-79).

20

21

2.1.2.6 Perubahan Sistem Endokrin


Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan
pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang
berperan dalam proses tersebut.
a. Oksitosin
Oksitosin

disekresikan

dari

kelenjar

otak

bagian

belakang.Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin


berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan
kontraksi, sehingga mencegah pendarahan.Isapan bayi
dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin.Hal
tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal.
b. Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar pituitary bagian belakang untuk mengeluarkan
prolaktin,

hormon

ini

berperan dalam

pembesaran

payudara untuk merangsang produksi susu.


c. Estrogen dan Progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya
Diperkirakan

secara
bahwa

penuh
tingkat

belum
estrogen

dimengerti.
yang

tinggi

memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan


volume darah.Di samping itu, progesteron mempengaruhi
otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan

21

22

pembuluh darah.Hal ini sangat mempengaruhi saluran


kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum
dan vulva, serta vagina (Saleha, 2009; h. 60).

2.1.2.7 Perubahan Tanda-Tanda Vital


a. Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat
celcius. Pasca melahirkan, Kenaikan suhu badan ini
akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan,kemungkinan
payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi
pada endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun
system lain. Apabila kenaikan suhu diatas 38 derajat
celcius, waspada terhadap infeksi post partum
b. Nadi
Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali
karena pengaruh partus lama. Denyut nadi dan curah
jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi
lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang
tidak diketahui. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah
melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum
hamil.

c. Tekanan darah

22

23

Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada


pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke
seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal
manusia adalah sistolik antara 90-80 mmHg. Sedangkan
tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda
terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian,
hal tersebut sangat jarang terjadi
d. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah
16-24 kali permenit. Pada ibu post partum umumnya
pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu
dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Bila pernafasan pada masa post
partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tandatanda syok.

2.1.2.8

Perubahan Sistem Kardiovaskulers


Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan
kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan
tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.Meskipun
kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar
selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih

23

24

tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu


mengandung cairan dengan demikian daya koagulasi
meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan
penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi
dini
2.1.2.9 Perubahan Sistem Hematologi
Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan
kehilangan volume plasma daripada sel darah, penurunan
plasma ditambah peningkatan sel darah pada waktu
kehamilan diasosikan denganpeningkatan hematoktir dan
haemoglobin pada hari ketiga sampai tujuh hari setelah
persalinan (Rukiya et.all, 2011; h.68-71).

2.1.3 Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas


Pengalaman menjadi orang tua khusus nya menjadi seorang ibu
tidaklah selalu merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi setiap
wanita atau pasangan suami istri. Realisasi tanggung jawab sebagai
seorang ibu setelah melahirkan bayi seringkali menimbulkan konflik
dalam diri seorang wanita dan merupakan faktor pemicu munculnya
gangguan emosi, intelektual, dan tingkah laku pada seorang wanita.
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami
fase-fase sebagai berikut :
2.1.3.1 Fase taking in : periode ketergantungan yang berlangsung
pada hari 1-2 setelah melahirkan. Pada saat itu fokus

24

25

perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman


selama proses persalinan barulang kali diceritakannya. Hal
ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap
lingkungan nya.
2.1.3.2 Fase Taking Hold : Periode ini berlangsung pada hari 3-10
hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir
akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya
dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat
sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah
sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi
dengan ibu.
2.1.3.3 Fase Letting Go : merupakan fase menerima tanggung
jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah
melahirkan. Ibu sudah dapat meyesuaikan diri, merawat diri
dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah menigkat.
Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase
sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri
dalam memenuhi kebutuhan dan dirinya (Dewi dan
Sunarsih, 2011; h.65-66).

2.1.4

Kebutuhan dasar ibu masa nifas


2.1.4.1 Makanan.

25

26

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh

makanan yang

dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan


cukup

mengandung

gizi

yang

diperlukan

akan

mempengaruhi produksi ASI , karena kelenjar pembuat


ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan
yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik ,
makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori , protein , dan
lemak , dan vitamin serta mineral yang cukup selain itu
ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12
gelas/hari (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.27).
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian
yang serius , karena dengan nutrisi yang baik dapat
mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi
susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu,
bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak
mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi akan kebutuhan gizi
sebagai berikut:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein mineral dan vitamin yang cukup
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.

26

27

d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,


setidaknya 40 hari pasca persalinan
e. Minum kapsul vit A 200.000 unit agar dapat
memberikan vit A kepada bayinya melalui ASI

2.1.4.2 Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar
secepat mungkin bidan membimbing ibu postpartum
bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat
mungkin untuk

berjalan.Sekarang

tidak

perlu

lagi

menahan ibu postpartum terlentang ditempat tidurnya


selama 7-14 hari setelah melahirkan.Ibu postpartum sudah
diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya dalam 24-48
jam postpartum.
Keuntungan (early ambulation) adalah sebagai berikut:
a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early
ambulation.
b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
c.

Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan

ibu cara merawat anaknya selama ibu masih di rumah


sakit. Misalnya memandikan, mangganti pakaian dan
memberi makan.
Lebih

sesuai

dengan

keadaan

Indonesia

sosial

ekonomis). Menurut penalitian-penelitian yang seksama,

27

28

early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk,


tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak
mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka
diperut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus
atau retrotexto uteri.
Early ambulation tentu tidak dibanarkan pada ibu
postpartum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit
jantung, penyakit paru-paru, demam dan sebagainya
Panambahan kegitan dengan early ambulation harus
berangsur-angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera
setelah bangun dibanarkan mencuci, memasak dan
sebagainya Saleha, 2009; h.71-72).

2.1.4.3 Eliminasi
a. Buang Air Kecil
Miksi di anggap normal bila dapat BAK spontan tiap
3-4 jam (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.73).
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam
postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum
berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100
cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi jika
kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam
untuk kateterisasi.

28

29

Berikut ini sebab-sabab terjadinya kesulitan berkemih


(retensio urine) pada ibu postpartum.
1) Berkurangnya tekanan intraabdominal
2) Otot-otot perut masih lemah
3) Edema dan uretra
4) Dinding kandung kemih kurang sensitive (Saleha,
2009; h.72-73).
b. Buang Air Besar
Harus ada 3 hari postpartum. Bila ada obstipsi dan
timbul koprostase

hingga

skibala

(feses

yang

mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi


febris. Bila terjadi hal demikian dapat dilakukan
klisma atau diberi laksan per os (melalui mulut).
Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan teratur.
1)

Diet teratur

2)

Pemberian cairan yang banyak

3)

Ambulasi yang baik

4)

Bila takut buang air besar secara episiotomi ,


maka diberikan laksan supposotoria
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.73-74).

Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum.

29

30

Apabila mengalami kesulitan BAB/obstipasi, lakukan


diet teratur, cukup cairan, konsumsi makanan berserat,
olahraga, berikan obat rangsanagan per oral atau per
rectal

atau

klisma

bilamana

perlu

(Yanti

dan

Sundawati 2011; h. 83).


2.1.4.4 Personal Hygiene
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga
kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut.
a. Anjurkan

kebersihan

seluruh

tubuh,

terutama

perineum.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu
c. mengerti

untuk

membersihkan

membersihkan

daerah disekitar vulva terlebih dahulu , dari depan ke


belakang , kemudian membersihkan daerah sekitar
anus. Nasihati ibu untuk membersihkan vulva setiap
kali selesai buang air kecil atau besar.
d. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat
digunakan ulang setelah dicuci dengan baik dan
dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.

30

31

e. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun


dan air sebelum dan sesudah membersihkan alat
kelaminnya.
f. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh
daerah tersebut Saleha, 2009; h.73-74).
2.1.4.5 Istirahat dan Tidur
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang
berkualitas

untuk

memulihkan

kembali

keadaan

fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan


kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup
sebagai persiapan untuk energy menyusui bayinya
nanti.
Kurangnya istirahat pada ibu post partum akan
mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya :
a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b. Memperlambat

proses

involusi

uterus

dan

memperbanyak perdarahan.
c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri.
Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan
keluarga bahwa untuk kembali melakukan kegiatan
rumah tangga harus dilakukan secara perlahan

31

32

lahan dan bertahap. Pasien juga perlu diingatkan


untuk selalu tidur siang atau beristirahat selagi
bayinya

tidur.

Kebutuhan

istirahat

bagi

ibu

menyusui minimal 8 jam sehari yang dapat dipenuhi


melalui istirahat siang dan malam (Sulistyawati,
2009; h.103).

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien ,


berapa jam pasien tidur , kebiasaan sebelum tidur
misalnya

membaca

mendengarkan

music

kebiasaan mengkonsumsi obat tidur , kebiasaan tidur


siang , penggunaan waktu luang. Istirahat sangat
penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat
cukup

dapat

mempercepat

penyembuhan

(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 136) .

2.1.4.6 Aktivitas seksual


Aktifitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu nifas
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami
istri begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat

memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina


tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai
melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

32

33

b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda


hubungan suami istri sampai masa waktu terrtentu,
misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan
yang bersangkutan (Saleha,2009; h.75).
2.1.4.7 Latihan dan senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu
setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih
kembali. senam nifas bertujuan untuk:
a. Mempercepat penyembuhan
b. Mencegah timbulnya komplikasi
c. Memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung,
otot dasar panggul dan otot perut
Pada saat hamil, otot perut dan sekitar rahim, serta
vagina telah teregang dan melemah.Latihan senam
nifas dilakukan untuk membantu mengencangkan otototot tersebut.Hal ini untuk mencegah terjadinya nyeri
punggung dikemudian hari dan terjadinya kelemahan
pada otot panggul sehingga dapat mengakibatkan ibu
tidak bisa menahan BAK. Gerakan senam nifas ini
dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga
yang tersulit. Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan

33

34

terus menerus (kontinue). Lakukan pengulangan setiap


5 gerakan dan tingkatkan setiap hari sampai 10 kali
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.81).

2.1.5 Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas


Jika ibu melihat hal-hal berikut ini atau memperhatikan bahwa
ada seseuatu yang tidak beres atau melihat salah satu dari halhal berikut ini, maka ibu tersebut akan perlu menemui
seseorang bidan dengan segera:
2.1.5.1 Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara
tiba-tiba (melebihi haid biasa atau jika perdarahan
tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut saniter
dalam waktu setengah jam)
2.1.5.2 Pengeluaran cairan vagina dengan bau busuk yang
keras.
2.1.5.3 Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung
2.1.5.4 Sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik,
atau masalah penglihatan
2.1.5.5 Pembengkakan pada wajah dan tangan
2.1.5.6 Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni,
atau merasa tidak enak badan
2.1.5.7 Payudara yang memerah, panas dan atau sakit
2.1.5.8 Kehilangan

selera

berkepanjangan

34

makan

untuk

waktu

yang

35

2.1.5.9 Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan atau


pembengkakan pada kaki
2.1.5.10 Merasa sangat sedih dan tidak mampu mengurus diri
sendiri atau bayi
2.1.5.11 Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah
(Rukiyah et.all, 2013; h. 154)

2.1.6 Proses Laktasi Dan Menyusui


Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI.
Laktasi merupakan bagian integral dan siklus reproduksi
mamalia termasuk manusia . Masa laktasi mempunyai tujuan
meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan
pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan
benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami
(Ambarwati dan Wulandari, 2010: h.6) .
2.1.6.1 Anatomi Payudara
Payudara yang matang adalah salah satu tanda
kelamin sekunder dari seorang gadis dan salah satu
organ yang indah dan menarik.Lebih dari itu, untuk
mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya,
maka organ ini menjadi sumber utama kehidupan,
karena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi

35

36

yang paling penting terutama pada bulan-bulan


pertama kehidupan.
Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah
kulit, diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah
memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia yang
mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang
beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600
gram, dan saat menyusui 800 gram. Payudara
disebut juga glandula mamalia yang ada baik pada
wanita maupun pria. Pada pria secara normal tidak
berkembang kecuali jika dirangsang oleh hormon.
Pada wanita terus berkembang pada pubertas,
sedangkan selama kehamilan terutama berkembang
pada saat menyusui.

36

37

Gambar. 2.1 Struktur Payudara

a. Letak : Setiap payudara terletak pada sternum


danmeluas setinggi kosta kedua dan keenam.
Payudara ini terletak pada fascia superficialis
dinding rongga dada yang disangga oleh
ligamentum sospensorium
b. Bentuk : Bentuk masing-masing payudara
berbentuk tonjolan

setengah

bola

dan

mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang


meluas ketiak atau aksila
c. Ukuran : Ukuran payudara berbeda pada setiap
individu, juga

tergantung

pada

stadium

perkembangan dan umur. Tidak jarang salah


satu payudara ukurannya agak lebih besar
daripada yang lainya

37

38

2.1.6.2 Fisiologi Laktasi


a. Pembentukan Air Susu
Pada ibu yang menyusui memiliki dua reflek
yang

masing-masing

berperan

sebagai

pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu


sebagai berikut:
1) Reflek prolaktin: pada akhir kehamilan ,
hormone prolaktin memegang peranan
untuk membuat kolostrum, namun jumlah
kolostrum yang terbatas karena aktivitas
prolaktin

dihambat oleh esterogen dan

progesteron yang kadarnya memang tinggi.


Setelah partus, lepasnya plasenta dan
kurang

berfungsinya

membuat

esterogen

korpus
dan

luteum

progesteron

berkurang , ditambah dengan adanya isapan


bayi yang merangsang putting susu dan
kalang payudara yang akan merangsang
ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi
sebagai reseptor mekanik rangsangan air ini
dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla
spinalis hipotalamus yang akan menekan
pengeluaran

38

factor-faktor

yang

39

menghambat

sekresi

prolaktin

dan

sebaliknya merangsang pengeluaran factorfaktor yang memacu sekresi prolaktin.


Factor-faktor
prolaktin

yang

akan

memacu

merangsang

sekresi
hipofisis

anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon


ini

merangsang

sel-sel

alveoli

yang

berfungsi untuk membuat air susu (Dewi


dan Sunarsih, 2011, h.7-12).
2) Releks Let Down: dengan dibentuknya
hormon prolaktin rangsangan yang berasal
dari isapan bayi akan dilanjutkan ke
neurohipofise yang kemudian dikeluarkan
oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini
akan

menuju

menimbulkan
sehingga

uterus

yang

dapat

kontraksi

pada

uterus

terjadi

involusi

pada

organ

tersebut. Oksitosin yang sampai pada


alveoli akan mempengaruhi selmiopitelium.
Kontraksi sel akan memeras air susu yang
telah terbuat keluar dari alvoli dan masuk
ke sistem duktus yang untuk selanjutnya
akan mengalir melalui duktus laktiferus

39

40

masuk ke

mulut

bayi (Rukiyah dan

Yulianti, 2013, h.14)


Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let
down adalah sebagai berikut :
1) Melihat bayi
2) Mendengarkan suara bayi
3) mencium bayi
4) Memikirkan untuk menyusui bayinya
Faktor-faktor yang menghambat reflek let
down adalah stres,seperti keadaan bingung/
pikiran kacau,takut,dan cemas.

b. Mekanisme Menyusui
1) Reflek mencari ( rooting reflek)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau
daerah

sekeliling

rangsangan
mencari

yang
pada

mulut

merupakan

menimbulkan
bayi.

Keadaan

reflek
ini

menyebabkan kepala bayi berputar menuju


puting susu yang menempel tadi diikuti
dengan membuka mulut dan kemudian
puting susu ditarik masuk ke dalam mulut.

40

41

2). Reflek Menghisap (sucking reflek)


Puting susu yang sudah masuk ke dalam
mulut dengan bantuan lidah ditarik lebih
jauh dan rahang menekan kalang payudara
di belakang puting susu yang pada saat itu
sudah terletak pada langit- langit keras.
Tekanan bibir dan gerakan rahang yang
terjadi secara berirama membuat gusi akan
menjepit

kalang

payudara

dan

sinus

laktiferus sehingga air susu akan mengalir


ke puting susu, selanjutnya bagian belakang
lidah menekan puting susu pada langitlangit yang mengakibatkan air susu keluar
dari puting susu.

3) Refleks menelan (swallowing reflek)


Pada saat air susu keluar dari puting susu,
akan disusul dengan gerakan menghisap
yang

ditimbulkan

sehingga
bertambah

oleh

pengeluaran
dan

otot-otot
air

susu

diteruskan

pipi
akan

dengan

mekanisme menelan masuk ke lambung


(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.13-14).

41

42

2.1.7 Manfaat pemberian ASI


Pemberian Air susu ibu (ASI) pada bayi baru lahir segera
sampai berumur sedikitnya 2 tahun akan memberi manfaat,
baik untuk bayi, ibu maupun masyarakat, pada umumnya.
2.1.7.1

Manfaat bagi bayi


Kandungan

gizi

paling

sempurna

untuk

pertumbuhan bayi dan perkembanan kecerdasannya,


pertumbuhan sel otak secara optimal terutama
kandungan protein khusus yaitu taurin, selain
mengandung laktosa dan asam lemak ikatan
panjang lebih banyak susu sapi/kaleng ,mudah
dicerna, penyerapan lebih sempurna, terdapat
kandungan

berbagai enzim

untuk penyerapan

makanan , komposisi selalu menyesuaikan diri


dengan kebutuhan bayi; mengandung zat anti diare,
protein ASI adalah spesifik spesies sehingga jarang
menyebabkan alergi untuk manusia,
pertumbuhan

gigi,

mengandung

zat

membantu
antibodi

mencegah infeksi, merangsang pertumbuhan sistem


kekebalan tubuh, dan mempererat ikatan batin ibu
dan bayi.

42

43

2.1.7.2 Bagi ibu


Manfaat untuk ibu yakni: mudah, murah, praktis,
tidak merepotkan selalu tersedia kapan saja
(Rukiyah et.all, 2013:17-18)
2.1.7.3 Manfaat Bagi Keluarga
a. Mudah dalam proses pemberianya
b. Mengurangi biaya rumah tangga
c. Bayi yang mendapat asi jarang sakit , sehingga
dapat menghemat biaya untuk berobat
(Saleha, 2009; h,33)

2.1.8 Stadium ASI


ASI dibedakan dalam 3 stadium yaitu sebagai berikut :
a. Kolostrum
Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah
kolostrum yang mengandung campuran kaya akan
protein, mineral, antibodi daripada ASI yang telah
matang. ASI dimulai ada kira kira pada hari ke 3 atau
hari ke 4. Kolostrum berubah menjadi ASI yang matang
kira kira 15 hari sesudah bayi lahir.Kolostrum
merupakan cairan dengan viskosis kental, lengket, dan
berwarna kekuningan.

43

44

b. ASI transisi
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum
sampai ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke
10. Selama 2 minggu, volume air susu bertambah banyak
dan

berubah

warna,

serta

komposisinya.

Kadar

imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak


dan laktosa meningkat.
c. ASI matur
ASI matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya.ASI
matur tanpak berwarna putih. Kandungan ASI matur
relatif konstan, tidak mengumpal bila dipanaskan. Air
susu yang mengalir pertama kali atau lima menit pertama
disebut foremilk. Foremilk lebih encer, serta mempunyai
kandungan lemak rendah, tinggi laktosa, gula, protein,
mineral, dan air.

2.1.9

Cara Menyusui Yang Benar.


Pengertian teknik menyusui yang benar adalah cara
memberikan ASI kepada bayi dengan perleketan dan posisi
ibu dan bayi dengan benar (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.
20-21,30).

44

45

Mengajarkan kepada ibu cara menyusui yang benar:


a. Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan
kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
b. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya
c. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi
diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi
diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh
tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak
tangan ibu
d. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan
yang satu didepan
e. Perut

bayi

menempel

badan

ibu,

kepala

bayi

menghadap payudara
f. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
g. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
h. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat
jari dan ibu jari menekan payudara bagian atas areola
i.

Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting


reflek) dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu
atau menyentuh sisi mulut bayi

45

46

j.

Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi


didekatkan ke payudara ibu dengan putting serta areola
dimasukkan ke mulut bayi

k. Melepas isapan bayi


a. Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa
kosong, sebaiknya diganti menyusui pada payudara
yang lain.Cara melepas isapan bayi :
1) Jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi
melalui sudut mulut atau
2) Dagu bayi ditekan kebawah
b. Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang
belum terkosongkan (yang dihisap terakhir).
c. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan pada putting susu dan areola
sekitarnya. Biarkan kering dengan sendiri nya
d. Menyendawakan bayi Tujuan menyendawakan bayi
adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya
bayi tidak muntah (gumoh-jawa) setelah menyusui.
Cara menyendawakan bayi :
1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu
ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan
2) Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan
ibu, lalu usap-usap punggung bayi sampai bayi

46

47

bersendawa (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.


40).

2.1.10 Rawat Gabung


2.1.10.1 Pengertian rawat gabung
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan, dimana
ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan,
melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan
kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam
penuh dalam seharinya . sehingga setiap kali bayi
memerlukan , ibunya dapat segera memberikan
perhatian

2.1.10.2 Tujuan rawat gabung


a. Agar bayi segera mendpatkan kolostrum / ASI.
b. Memberikan kesempatan kepada ibu yang baru
melahirkan dan suaminya untuk mendapatkan
pengalaman cara merawat bayi segera segera
sesudah kelahiran.
c. Stimulasi mental dini dalam tumbuh kembang
anak (Maryunani, 2009.h; 107-109).

47

48

2.1.10.3 Manfaat rawat gabung


a. Aspek Psikologis
Dengan rawat gabung antara ibu dan bayi akan
terjalin proses lekat (bonding) . hal ini sangat
mempengaruhi perkembangan psikologis bayi
selanjutnya.kehangatan tubuh ibu merupakan
stimulasi mental mutlak diperlukan oleh bayi.
b. Aspek fisik
Dengan rawat gabung ,ibu dengan mudah
menyusui kapan saja bayi menginginkanya
dengan demikian ,ASI juga akan cepat keluar.
c. Aspek Fisiologis
Dengan rawat gabung , bayi dapat disusui dengan
frekuensi yang sering dan menimbulkan reflek
prolaktin yang memacu proses produksi ASI dan
reflek oksitosin yang membantu pengeluaran ASI
dan mempercepat involusi rahim. Pemberian ASI
eksklusif

dapat

juga

dipergunakan

sebagai

metode keluarga berencana (metode amenorea


laktasi) asal memenuhi syarat yaitu usia bayi
belum berusia 6 bulan, ibu belum haid lagi, dan
bayi masih diberi ASI secara eksklusif.

48

49

d. Aspek Eduatif
Dengan rawat gabung, terutama yang primipara,
akan mempunyai pengalaman menyusui dan
merawat bayinya. Juga memberi kesempatan bagi
perawat untuk tugas penyuluhan, antara lain
posisi dan perlekatan bayi untuk menyusui dan
tanda-tanda bahaya pada bayi.
e. Aspek Medis
Dengan rawat gabung,

ibu merawat bayinya

sendiri. Bayi juga tidak terpapar dengan banyak


petugas sehingga

infeksi nosokomial

dapat

dicegah
f. Aspek ekonomi
Dengan rawat gabung, pemberian ASI dapat
dilakukan sedini mungkin sehingga anggaran
pengeluaran untuk membeli susu formula dan
peralatan untuk membuatnya dapat dihemat
(Prawirohardjo, 2010; h.386-387).

2.1.10.4

Jenis Rawat Gabung


a. Rawat gabung purna waktu ( penuh/kontinu)
Adalah cara perawatan dimana ibu dan bayi
dirawat bersama-sama secara terus menerus

49

50

selama 24 jam . Bayi tetap berada di samping


ibunya terus-menerus.
b. Rawat gabung parsial
Adalah cara perawatan dimana ibu dan bayi
dirawat secara terpisah pada saat tertentu

2.1.10.5 Syarat / Kriteria Rawat Gabung


a. Bayi lahir spontan, baik presentasi kepala
maupun bokong.
b. Bila bayi lahir dengan tindakan, maka rawat
gabung dapat dilakukan setelah bayi cukup sehat ,
reflek menghisap baik, tidak ada tanda infeksi
dan sebagainya.
c. Bayi yang lahir secara seksio caesaria dengan
anastesi umum, rawat gabung dapat dilakukan
segera setelah ibu sadar penuh.
d. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama ( nilai
apgar minimal 7)
e. Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
f. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih
g. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
h. Bayi dan ibu sehat

50

51

2.1.10.6 Kontra indikasi rawat gabung


Rawat gabung tidak dianjurkan pada kondisi-kondisi
berikut ini :
a. Ibu
1) ibu dengan kondisi jantung parunya tidak
baik
2) ibu dengan pasca eklamsia
3) ibu dengan penyakit infeksi akut, TBC
terbuka.
4) Ibu dengan penyakit hepatitis B, infeksi HIV
(masih kontroversi)
b. Bayi
1) bayi dengan kejang atau kesadaran menurun
2) bayi dengan sakit jantung dan paru berat
3) bayi dengan cacat bawaan sehingga tidak mau
menyusu
4) bayi yang dalam pengawasan intensif atau
perlu terapi khusus.

2.1.10.7 Pelaksanaan rawat gabung


a. Di poliklinik kebidanan
Bidan/perawat dapat melakukan kegiatan dengan:
Memberikan penyuluhan tentang ASI dan rawat
gabung

51

52

b. Di kamar bersalin
Bidan /perawat harus mengetahui Kritera bayi
baru lahir yang dapat dilakukan rawat gabung
bersama ibunya, dengan criteria antara lain :
1.

Nilai apgar > 7

2.

Berat badan bayi > 2000 gram

3.

Masa kehamilan > 36 minggu

4.

Bayi lahir spontan

5.

Ibu sehat (Maryunani,2009;.h.108-116)

2.1.10.8 Mempertahankan Suhu Tubuh BBL Dan Mencegah


Hipotermi
Untuk mencegah terjadinya hipotermi , bayi yang
baru lahir harus segera dikeringkan dan dibungkus
dengan kain kering kemudian diletakkan telungkup
diatas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari
dekapan ibu (Dewi dan Sunarsih, 2011.h;4)

2.1.10.9 Mekanisme Kehilangan Panas


Empat

kemungkinan

mekanisme

yang

dapat

menyebabkan bayi baru lahir kehilangan panas


tubuhnya.
a Konduksi, panas dihantarkan dari tubuh bayi ke
benda sekitarnya yang kontak langsung dengan

52

53

tubuh bayi. Contoh: ketika menimbang bayi tanpa


alas timbangan, memegang bayi saat tangan
dingin, dan menggunakan stetoskop dingin untuk
pemeriksaan BBL.
b Konveksi, panas hilang dari tubuh bayi ke udara
sekitarnya

yang

sedang

bergerak.

Contoh,

konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau


menempatkan

BBL

dekat

jendela,

atau

membiarkan BBL diruangan yang terpasang kipas


angin.
c Radiasi, panas dipancarkan dari BBL keluar
tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin,
contoh: membiarkan BBL dalam ruangan AC
tanpa diberikan pemanas,membiarkan BBL dalam
keadaan

telanjang

atau

menidurkan

BBL

berdekatan dengan ruangan yang dingin ( dekat


tembok).
d Evaporasi,

panas

hilang

melalui

proses

penguapan yang bergantung pada kecepatan dan


kelembapan udara

53

54

2.1.11 Deteksi Dini Komplikasi Pada Ibu Masa Nifas


2.1.11.1 Hemoragi
a. Perdarahan Pasca Persalinan Primer
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml
setelah

bersalin

perdarahan

didefinisikan

pasca-persalinan,

sebagai

akan

tetapi

terdapat beberapa masalah mengenai definisi


ini, yaitu sebagai berikut :
1. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak
sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang
hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut
bercampur

dengan cairan

amnion

atau

dengan urine.
2. Volume darah yang hilang juga bervariasi
akibatnya sesuai dengan kadar Haemoglobin
ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal
akan dapat menyesuaikan diri terhadap
kehilangan darah dimana sebaliknya akan
berakibat fatal pada ibu yang mengalami
anemia.
3. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat
untuk jangka waktu beberapa jam dan

54

55

kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi


syok.
Berikut adalah faktor resiko dari komplikasi
ini :
1) Partus lama
2) Over distensi uterus ( Hidramnion,
Kehamilan kembar, Makrosomnia)
3) Perdarahan antepartum
4) Pasca-induksi oksitosin atau MgSO4
5) Korioamnionitis
6) Mioma uteri
7) Anastesia

2.1.11.2 Infeksi Masa Nifas


Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah
persalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan
penyebab tertinggi angka kematian ibu (AKI).
Infeksi luka jalan lahir pasca-persalinan,biasanya
dari endometrium bekas insersi plasenta. demam
dalam masa nifas sering juga di sebut morbiditas
nifas dan merupakan indek infeksi nifas.

55

56

a. Jenis jenis Infeksi


1) Endometritis
Jenis infeksi yang paling sering ialah
Endometritis. Kuman-kuman yang memasuki
Endometrium, Biasanya melalui insersio
plasenta,

Dan

dalam

waktu

singkat

Mengikutsertakan seluruh Endometrium.


2) Parametritis
Parametritis adalah infeksi jaringan velvis
yang dapat terjadi melalui beberapa cara :
penyebara melalui limfe dari luka serviks
yang terinfeksi atau dari Endometritis,
Penyebaran langsung Dari luka pada serviks
yang meluas sampai ke dasar ligamentum,
serta

penyebaran

sekunder

dari

trombofeblitis.
3) Peritonitis
Peritonitis dapat berasal dari penyebaran
melalui Pembuluh limfe uterus, Parametritis
yang

meluas

ke

Peritoneum,Salpingo-

ooforitis meluas ke peritoneum atau langsung


sewaktu tindakan perabdominal.

56

57

4) Infeksi Saluran Kemih


Kejadian infeksi saluran kemih pada masa
Nifas Relatif tinggi dan hal ini di hubungkan
dengan Hipotoni kandung kemih Akibat
Trauma kandung Kemih saat persalinan,
Pemeriksaan dalam yang sering, Kontaminasi
kuman dari Perineum, Atau kateterisasi yang
serinng.
5) Trombofeblitis Dan Emboli
Paru Trombofeblitis pasca partum lebih
umum

terjadi

pada

wanita

penderita

varikositis atau yang mungkin secara Genetik


rentan terhadap Relaksasi dinding vena dan
statis vena.
6) Hematoma
Hematoma adalah pembengkakan jaringan
yang berisi darah. Bahaya Hematoma adalah
kehilangan sejumlah darah karena hemoragi,
Aanemia, Dan infeksi. Hematoma terjadi
karena Ruptur pembuluh darah Spontan atau
akibat trauma (Dewi dan Sunarsih, 2011.h;
13-14,107,117).

2.2 TEORI ASUHAN KEBIDANAN

57

58

2.2.1 Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering di sebut mana
jemen kebidanan suatu metode berfikir dan bertindak secara
sistemmatis dan logis dalam memberikan asuhan kebidanan, agar
menemukan kedua belah pihak baik kelain maupun memberi
asuhan.
Manajemen kebidanan di adaptasi dari sebuah konsep yang di
kembngkan oleh helen parney dalam buku midwifery varneys
midwifery, edisi ketiga tahun 1997; menggambar kan proses
menejemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah
yang berurut secara sistem matis dan siklik (Soepardan, 2008:
h.96)
2.2.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut varney
2.2.2.1 Langkah 1: Pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
A. Data subjektif
1. Anamnesa
Anamnesa dapat dilakukan melalui cara, yaitu
sebagai berikut:
a) Nama

58

59

Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama


panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan
b) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya
resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat
reproduksi belum matang, mental dan psikisnya
belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun
rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam
masa nifas
c) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut
untuk membimbing atau mengarahkan pasien
dalam berdoa
d) Suku/bangsa
Berpengauh pada adat istiadat atau kebiasaan
sehari-hari.
e)

Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk

mengetahui

sejauh

mana

tingkat

intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan


konseling sesuai pendidikannya
f)

Pekerjaan

59

60

Gunanya

untuk mengetahui dan mengukur

tingkat social ekonominya, karena ini juga


mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut
c)

Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan
rumah bila diperlukan

2. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang
berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa
mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada
perineum
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Data

ini

diperlukan

untuk

mengetahui

kemungkinan adanya riwayat atau penyakit


akut, kronis seperti : Jantung, DM, Hipertensi,
Asma yang dapat mempengaruhi pada masa
nifas ini

b. Riwayat kesehatan sekarang

60

61

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui


kemungkinan adanya penyakit yang diderita
pada saat ini yang ada hubungannya pada masa
nifas dan bayinya
c. Riwayat kesehatan keluarga
Data

ini

diperlukan

untuk

mengetahui

kemungkinan adanya pengaruh penyakit kelurga


terhadap

gangguan

kesehatan

pasien

dan

bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga


yang menyertainya
2. Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status
menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan
tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan
psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses
nifas
3. Riwayat obstetrik
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang
lalu.
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,
jumlah anak, cara perslinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu.
b. Riwayat persalinan sekarang

61

62

Tanggal

persalinan,

jenis

persalinan,

jenis

kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB,


penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah proses persalinan mengalami
kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada
masa nifas saat ini

4. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB
dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah
keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta
rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke
kontrasepsi apa
5. Kehidupan sosial budaya
Untuk

mengetahui

pasien

dan

keluarga

yang

menganut adat istiadat yang akan menguntungkan


atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas
misalnya pada kebiasaan pantang makan
6. Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
bayinya.

Wanita

banyak

mengalami

perubahan

emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia


menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering
ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah

62

63

kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai post


partum blues. Post partum blues sebagian besar
merupakan perwujudan fenomena psikologis yang
dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan
bayinya. Hal ini sering terjadi sering diakibatkan oleh
sejumlah faktor.
Penyebab paling menonjol adalah :
a. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas
dan takut yang dialami kebanyakan wanita
selama kehamilan dan persalinan.
b. Rasa sakit masa nifas awal.
c. Kelelahan selama kurang tidur selam persalinan
dan post partum.
d. Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat
bayinya setelah meninggalkan rumah sakit
e. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi
suaminya.
Menjelaskan pengkajian psikologisnya
a. Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya.
b. Respon ibu terhadap bayinya.
c. Respon ibu terhadap dirinya
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.131-135).
7. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

63

64

a. Nutrisi
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup , gizi
seimbang,

terutama

kebutuhan

protein

dan

karbohidrat.
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya
dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan
untuk tumbuh kembang janin.
Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional
dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan
lebih tinggi selama ibu menyusui dibandingkan
selama ibu hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI
yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70
kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu
untuk tiap 100 ml yang dihasilkan rata-rata ibu
menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan
pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua
untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata
ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kla ketika
menyusui.Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein
diatas kebutuhan normal ketika menyusui jumlah ini
hanya 16 % dari tambahan 500

kalori yang

dianjurkan . Protein diperlukan pertumbuhan dan


penggantian sel-sel yang rusak atau mati.Sumber

64

65

protein diperoleh dari protein hewani ndan nabati.


Protein hewani antara lain :seperti telur, danging,
ikan, udang, kerang, susu dan keju. Sementara itu
protein nabati banyak terkandung dalam tahu,
tempe, kacang-kacangan.
Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah
asupan cairan. Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3
liter perhari dalam bentuk air putih, susu, dan jus
buah. Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk
melindungi tubuh dari serangan penyakit dan
mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh.
Sumber zat pengatur tersebut bisa diperoleh dari
semua jenis sayur dan buah-buahan segar.
Pil zat besi (FE) harus diminum , untuk menambah
zat besi

selama 40 hari pascapersalinan. Minum

kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali


yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam
setelahnya agar dapat memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI (Dewi dan Sunarsih.2011;
h.72).

b. Eliminasi

65

66

1) Miksi
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan
secepatnya, miksi normal bila dapat BAK spontan
setiap 3-4 jam.
2) Defekasi
Ibu diharapkan dapat BAB 3-4 hari post partum
c. Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat
tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada
malam hari dan 1 jam pada siang hari (Yanti dan
Sundawati ,2011.h;83-84)
d. Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia,
karena pada masa nifas masih mengelurkan lokia
e. Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari.
Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktifitas terhadap
kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat
mempercepat
reproduksi.

proses
Apakah

ibu

pengembalian

alat-alat

melakukan

ambulasi,

seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan

66

67

atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan


ambulasi (Ambarwati dan Wulandari , 2010; h.137).
f. Seksual
Aktifitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu
masa nifas harus memenuhi syarat berikut ini:
1) Secara fisik aman untuk memulai hubungan
suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu
dapat memasukkan satu-satu dua jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman
untuk memulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap.
2) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda
hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu,
misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan.

Keputusan ini

bergantung pada

pasangan yang bersangkutan


(Saleha,2009;h.75).

B. Data objektif
untuk melengkapi data

dalam menegakkan diagnosis,

bidan harus melakukan pengkajian data objektif melalui


pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
yang dilakukan secara berurutan (Sulistyawati, 2009;
h.121)

67

68

Langkah-langkah pemeriksaanya sebagai berikut:


1. Keadaan umum.
Untuk mengetahui data ini bidan perlu mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan
akan bidan laporkan dengan kriteria sebagai berikut :
a. Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara
fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam
berjalan.
b. Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang
atau tidak memberikan respons yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, dan pasien sudah tidak
mampu lagi untuk berjalan sendiri
c. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, bidan dapat melakukan pengkajian drajat
kesadaran pasien dari keadaan composmentis
( kesadaran maksimal ) sampai dengan koma (pasien
tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2009;
h.121-122).

68

69

2. Vital sign
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan
dengan kondisi yang dialaminya
(Ambarwat dan Wulandari,2010; h.121-122)
a. Temperatur/suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2
derajat celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat
naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan
normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja
keras

sewaktu

melahirkan,

kehilangan

cairan

maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post


partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini
diakibatkan ada

ASI, kemungkinan payudara

membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada


endometrium , mastitis, traktus genetalis ataupun
system lain. Apabila kenaikan suhu diatas 38 derajat
celcius, waspada terhadap infeksi post partum
(Rukiyah et.all, ,2013,h; 68).

b. Nadi dan pernafasan


1) Nadi berkisar antara 60-80x/m. denyut nadi
diatas

100x/m

pada

masa

nifas

adalah

mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini

69

70

salah satunya bisa diakibatkan oleh proses


persalinan sulit atau karena kehilangan darah
yang berlebihan.
2) Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan
disebabkan karena adanya vitium kordis.
3) Beberapa

ibu

post

partum

kadang-kadang

mengalami bradikardi puerperal, yang denyut


nadinya

mencapai

serendah rendahnya

40

sampai 50x/m, beberapa alasan telah diberikan


sebagai penyebab yang mungkin, tetapi belum
ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu
adalah suatu kelainan.
4) Pernafasan harus berada dalam rentang yang
normal, yaitu sekitar 20-30x/m
(Ambarwati dan wulandari , 2010;h.138-139).

c. Tekanan darah
1) Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan
darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena
ada perdarahan (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.60)
2) Tekanan darah adalah tekanan yang dialami
darah pada pembuluh arteri ketika darah
dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh
manusia. Tekanan darah normal manusia adalah

70

71

sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80


mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal,
tekanan

darah

biasanya

tidak

berubah.

Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah


pasca

melahirkan

dapat

diakibatkan

oleh

perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi


pada post partum merupakan tanda terjadinya
pre eklamsia post partum (Rukiyah et.all, 2013.
h;69).

3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala

: Organ tubuh yang perlu di kaji

karena pada kepala terdapat organ organ yang sangat


penting pengkajian di awali dengan inspeksi lalu
palpasi
b. Muka
muka,

: pada
apakah

Ketidaksemitrisan

daerah
kulitnya
muka

muka

kesimetrisan

normal,

pucat.

menunjukan

adanya

gangguan pada saraf ke tujuh


c. Mata : Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata,
teknik yang digunakan inspeksi dan palpasi (Eviana
S. Tambunan dan Deswani Kasim, 2011; h.66-67).
d. Payudara : Pada saat bidan melakukan pemeriksaan
payudara sebelumnya lakukan pemeriksaan pandang

71

72

(Inspeksi) pada kedua payudara dimana ibu dalam


posisi duduk kedua tangan dibelakang kepala, lihat
simetris atau tidaknya, warna kulit, penonjolan puting
susu, warna sekitar areola mamae. Selanjutnya bidan
melakukan palpasi pada payudara ibu, dimana ibu
dalam posisi tidur dan perhatikan tingkat kenyamanan
ibu , raba payudara yang terjauh dari bidan dengan
tangan kanan dapat secara melingkar searah jarum
jam, tanya saat nyeri saat diraba, raba ada tidaknya
benjolan atau bisa juga meraba payudara pada empat
kuadran atas, bawah, kiri, kanan dengan tangan kiri
menyanggah payudara tangan kanan memeriksanya
begitu juga dengan payudara yang sebelahnya
dilakukan dengan langkah yang sama.

e. Perut : Uterus
Pada pemeriksaan uterus sama halnya dengan
pemeriksaan payudara dilakukan terlebih dahulu
periksa pandang warna perut, pembesaran pada
perut, kemudian lakukan pemeriksaan raba ( palpasi)
periksa rasa nyeri saat diraba, periksa kontraksi
uterus, kemudian raba tinggi fundus (Rukiyah et.all,
2013; h.99).

72

73

Tabel. 2.3 Tinggi Fundus Uteri


Involusi

Bayi
lahir
Uri lahir
Satu
minggu
Dua
minggu
Enam
minggu
Delapan
minggu

Tinggi Fundus Uteri

Berat
Uterus
(gr)
1000

Keadaan Serviks

2 jari dibawah pusat


Pertengahan pusat dan
simpisis
Tak
teraba
diatas
simpisis
Bertambah kecil

750
500

Sebesar normal

30

Lembek
Beberapa hari
setelah
postpartum
dapat dilalui 2
jari.
Akhir minggu
pertama dapat
dimasuki 1 jari.

Setinggi pusat

350
50-60

(Dewi dan Sunarsih, 2011; hal 57)


d. Kandung kemih : Kondisi kandung kemih sangat
berpengaruh terhadap keadaan kontraksi uterus,
sehingga

pemeriksaan kandung

kemih

jangan

diabaikan karena jika kontraksi terhambat oleh


kandung kemih yang penuh bisa berakibat keluar
darah yang cukup banyak.
e. Punggung

: Nyeri tekan, nyeri ketuk

f. Genetalia

Lakukan pemeriksaan raba pada

daerah genetalia dan perinium apakah ada rasa


nyeri,ada tidaknya pembekakan, buka daerah lobang
vagina ibu perhatikan ada tidaknya tanda-tanda
infeksi dan raba ada tidaknya rasa nyeri dan
pembekakan,

pengeluaran

lokhia,

penjahitan

laserasi atau luka episiotomi, pembukakan, luka, ada


tidaknya hemoroit.

73

74

g. Ekstremitas bawah : Pada pemeriksaan ekstremitas


ibu masa nifas yang dilakukan seperti halnya
pemeriksaan ekstremitas pada umumnya akan tetapi
lakukan pemeriksaan terutama ada tidaknya odema,
tanda-tanda trombofleblitis, nyeri tungkai dengan
melakukan pemeriksaan raba betis ibu ada tidaknya
nyeri tekan, ada tidaknya varises, kemerahan pada
daerah tersebut
(Rukiyah et.all, 2013; h.99).

2.1.1 Interpretasi data


Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah berdasarkan
intepretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diintepretasikan
menjadi diagnose kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan
karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnose tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan
dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan
dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan
1. Diagnosa Kebidanan
Diagnosis

dapat

di

tegakkan

berkaitan

dengan

para,abortus,anak hidup,umur ibu,dan keadaan nifas


2. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.

74

75

2.1.2 Diagnosa potensial


Mengidentifikasi dianosa atau masalah potensial yang mungkin
akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasi masalah atau
diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa,
hal

ini

membutuhkan

antisipasi,

pencegahan,

bila

memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap bila hal


tersebut benar-benar terjadi

2.1.3 Antisipasi Masalah


Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan atau dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai
dengan kondisi pasien.

2.1.4 Perencanaan
Langkah-langkah

ini

ditentukan

oleh

langkah-langkah

sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa


yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari
kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga
berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita
tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati dan
Wulandari ; h.141-143).

75

76

Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Asuhan 6-8 jam post partum sebagai berikut:
1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk
bila perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
(Dewi dan sunarsih, 2011; h.4-5).

2.1.5 Melaksanakan perencanaan


Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis
yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilaksanakan oleh bidan
secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya
2.1.4 Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni
dengan

melakukan

evaluasi

dari

perencanaan

maupun

pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari


proses yang dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan

76

77

pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan


kondisi atau kebutuhan klien (Wildan dan Hidayat,2009; h.39).

2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik
Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
1. Kewenangan normal:
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang
tidak memiliki dokter.
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh
bidan. Kewenangan ini meliputi:
1. Pelayanan kesehatan ibu
a. Ruang lingkup:
1.) Pelayanan konseling pada masa pra hamil
2.) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
3.) Pelayanan persalinan normal
4.) Pelayanan ibu nifas normal
5.) Pelayanan ibu menyusui

77

78

6.) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

b. Kewenangan:
1.) Episotomi
2.) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
3.) Penanganan

kegawat-daruratan,

dilanjutkan

dengan

perujukan
4.) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
5.) Pemberian

vitamin

dosis

tinggi

pada

ibu

nifas

Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan


promosi air susu ibu (ASI) eksklusif
6.) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
7.) Penyuluhan dan konseling
8.) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
9.) Pemberian surat keterangan kematian
10.) Pemberian surat keterangan cuti bersalin
(http://www.kesehatanibu.depkes.go.id)

78

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.T


UMUR 26 TAHUN P3A0 6-8 JAM POSPARTEMDI
BPS HASMIATI BAHRI,S.ST
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015

I. PENGKAJIAN
Tanggal

: 07 Juli 2015

Jam

: 10.30 WIB

Tempat

: BPS Hasmiati Bahri,S.ST Bandar Lampung

Oleh

: Andriyani

NIM

: 201207002

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
a. Biodata
Istri

Suami

Nama

: Ny. T

: Tn.Y

Umur

: 26 tahun

: 32 tahun

Agama

: Islam

: Islam

Suku

: Jawa/Indonesia

: Jawa/Indonesia

Pendidikan

: SMA

: SMA

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga :Wiraswasta

Alamat

: Jl.darusalam kemiling Bandar Lampung

80

81

2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan saat ini perutnya masih merasa mulas.
3. Riwayat kesehatan :
a. Riwayat kesehatan sekarang
Hipertensi

: Tidak ada

DM

: Tidak ada

Jantung

: Tidak ada

Asma

: Tidak ada

Ginjal

: Tidak ada

Hepatitis

: Tidak ada

TBC

: Tidak ada

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


Hipertensi

: Tidak ada

DM

: Tidak ada

Jantung

: Tidak ada

Asma

: Tidak ada

Ginjal

: Tidak ada

Hepatitis

: Tidak ada

TBC

: Tidak ada

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Hipertensi

: Tidak ada

DM

: Tidak ada

Jantung

: Tidak ada

Asma

: Tidak ada

Ginjal

: Tidak ada

81

82

Hepatitis

: Tidak ada

TBC

: Tidak ada

4. Riwayat Perkawinan
Status perkawinan

: Syah

Usia nikah pertama

: 18 Tahun

Lamanya pernikahan

: 8 Tahun

5. Riwayat obstetri
a. Riwayat haid
1) Menarche

: 14 Tahun

2) Siklus

: 28 Hari

3) Lama

: 4-6 Hari

4) Volume

: 2- 3 kali ganti pembalut/hari

5) Sifat

: Encer dengan sedikit menggumpal

6) Disminorhea

: Tidak ada

b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.


Tahun
Tempat
Persal
Persalinan
inan
1. 2008 RB Hasmiati
2.

Umur
Kehamilan
Aterm

Jenis
penolong penyulit
Persalina
n
Sepontan
Bidan Tidak ada

Keadaan
nifas
anak
Baik

2011

RB Hasmiati Cukup bulan Sepontan

Bidan

Tidak ada

Baik

3 2015

RB Hasmiati Cukup bulan Sepontan

Bidan

Tidak ada

Baik

c. Riwayat persalinan sekarang


Jenis persalinan

: Partus spontan

Tanggal

: 07 Juli 2015

Jam

: 10.30 WIB

Jenis kelamin

: Laki-laki

82

Hidup,
sehat
Hidup
sehat
Hidup
sehat

83

Panjang badan

: 50 cm

Berat badan

: 4000 gram

Keadaan bayi

: Hidup, sehat

d. Riwayat KB

: Ibu mengatakan pernah menggunakan alat


kontrasepsi KB suntik 3 bulan

6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari


a. Pola Nutrisi
Selama hamil

: Ibu makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur


dan lauk pauk, serta minum susu 1 gelas per hari

Selama nifas

:Ibu

baru

makan

kali

dari

setelahmelahirkan, dengan menu nasi, sayur


sop, lauk pauk 1 potong ayam dan 1 potong
tempe dan air putih
b. Pola eliminasi
Selama hamil
BAK
BAB

: Ibu mengatakan BAK 2-4 kali bau nya khas


: Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi lunak pada saat 1 hari sebelum
melahirkan.

Selama nifas
BAK

: Ibu mengatakan BAK 1 kali pada 6 jam post


partum.

BAB

: Ibu belum BAB selama pemantauan 6 jam


post partum .

83

84

c. Pola aktivitas
Selam hamil

: Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti


memasak, menyapu, mengepel, dan mencuci.

Selama nifas

: Dari setelah melahirkan ibu sudah mampu ke


kamar mandi sendiri pada 6 jam post

partum

d. Pola istirahat
Selam hamil

: Ibu tidur malam selam 6-8 jam dan tidur siang


selama 1-2 jam

Selama nifas

: Dari setelah melahirkan ibu istirahat di tempat


tidur

e. Pola personal hygine


Selam hamil

: Ibu mandi 2 kali perhari, keramas 3 kali dalam


seminggu ganti pakaian setiap mandi dan
mengganti celana dalam 3x sehari atau jika
lembab.

Selam nifas

: Ibu mengganti pembalut 1 kali dari setelah


melahirkan

f. Pola seksual
Selam hamil

: Ibu jarang melakukan hubungan seksual, yaitu 1


minggu sekali.

Selama nifas

: Ibu tidak melakukan hubungan seksual

84

85

7. Psikososial
a. Tanggapan ibu terhadap dirinya : Ibu bahagia setelah dia mampu
melahirkan secara normal
b. Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya: Ibu tidak tau bahwa
rasa mules yang masih ia rasa kan adalah hal yangnormal
c. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi :

Keluarga

bahagia

dengan kelahiran bayi Ny.T


d. Pengambilan Keputusan : Pengambilan keputusan dilakukan secara
bermusyawarah dalam keluarga
e. Lingkungan yang berpengaruh : Tidak ada

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Composmentis

Keadaan emosional

: Stabil

Tanda-tanda vital
TD

: 110/70 mmHg

Pernafasan

: 23 kali/menit

Nadi

: 83 kali/menit

Suhu

: 36,50c

2. Pemeriksaan fisik
Kepala
a. Wajah
Oedema

: Tidak ada

85

86

Pucat

: Tidak ada

b. Mata
Simetris

: Ya kanan dan kiri

Kelopak mata

: Tidak odema

Konjungtiva

: Merah muda

Sklera

: Putih

c. Hidung
Simetris

: Ya kanan dan kiri

Polip

: Tidak ada pembesaran

Kebersihan

: Bersih

d. Mulut
Bibir

: Tidak kering dan tidak ada sariawan

Lidah

: Bersih

e. Payudara
Pembesaran

: Ada, pada payudara kanan dan kiri

Puting Susu

: Menonjol, bersih

Simetris

: Ya, antara kanan dan kiri

Benjolan

: Tidak ada

Pengeluaran

: Ada, kolostrum

Rasa Nyeri

: Tidak ada

f. Abdomen
Bekas luka operasi

: Tidak ada

Pembesaran

: Ada, sesuai hari nifas

Konsistensi

: Keras

86

87

Benjolan

: Tidak ada

Kandung Kemih

: Kosong

Tinggi fundus Uteri

: 2 jari di bawah pusat

g. Anogenital
Vulva

: Warna merah kehitaman

Perenium

: Tidak Ada luka jahitan

Pengeluaran Pervaginam

: Lochea rubra

Kelenjar Bartholini

: Tidak ada pembengkakan

Anus

: Tidak ada hemoroid

h. Ekstremitas Bawah
Oedema

: Tidak ada

Kemerahan

: Tidak ada

Varises

: Tidak ada

Reflek patela

: Tidak dikaji

3. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
4. Data penunjang
a. Riwayat Persalinan sekarang
1) Tempat Melahirkan :BPS Hasmiati Bahri,S.ST Bandar Lampung
2) Penolong

: Bidan

3) Jenis Persalinan

: Spontan, pervaginam

4) Tanggal Persalinan

: 7 Juli 2015

5) Komplikasi

: Tidak ada

87

88

6) Lamanya persalinan
Kala 1

: 10 jam

Kala II

: 10 menit

Kala III

: 0 Jam 10 Menit

Kala IV

: 2 Jam 0 Menit +

Lama

: 12 Jam 10 Menit

7) Obat - obatan yang diberikan selama persalinan

: Oksitosin

8) Obat obatan yang diberikan setelah persalinan

: Paracetamol

500 mg, tablet Fe dengan dosis 60 mg, Vitamin A dengan dosis


200.000 IU
9) Plasenta

Lahir

: Spontan

Insersia

: Sentralis

Panjang Tali Pusat

: 50 cm

Diameter

: 20 cm

Kelainan

: Tidak ada

10) Perenium

: Tidak ada laserasi

a. Bayi
Lahir tanggal/pukul

: 7-7-2015/10.30 WIB

Nilai APGAR

: 9/10

Jenis kelamin

: Laki-laki

Masa gestasi

: 39 minggu 6 hari

88

TABLE 3.1
MATRIKS
Tgl /jam

07
Juli
2015
pukul
07:00WI
B

Pengkajian

Interpretasi
data
(diagnose,
masalah
dan dan
kebutuhan )
DS:
DX: Ny.T
Ibu
umur
26
mengatakan
tahun P3A0
senang atas 6 jam post
kelahiran
partum
anak ke Tiga DS:
nya
Ibu
mengatak
Ibu
an
ini
mengatakan
adalah
mules
persalinan
dibagian
ke Tiga
perut nya
Sudah
pernah
DO:
melahirka
KU ibu baik
n
dan
kesadaran
belum
compomentis
pernah
Tekanan
keguguran
Darah
110/80
mmhg
Nadi:82x/i
Pernapasan:2

Dx
potensial
masalah
potensial

Antisipas
i/
tindakan
segera

Tidak ada

Tidak ada

Intervensi

Implementasi

Implementasi

1. Jelaskan tentang 1. Menjelaskan keadaan ibu saat 1. Ibu


mengerti
kondisi ibu saat ini
Ini dalam keadaan baik sesuai
keadaannya saat ini
dengan pemeriksaan fisik yaitu
dalam
keadaan
keadaan ibu baik.
baik.
TD : 110/80 mmhg
RR : 22x/i
T
: 36,50C
N
:82 x/i
TFU : 2 jari dibawah
pusatkontraksi baik lokhea
rubra
perineum ada luka jahitan
2. Jelaskan tentang 2. Menjelaskan pada ibu bahwa 2. Ibu
mengerti
keluhan
yang
rasa mulas yang dialami adalah
bahwa
keluhan
dialami ibu
hal yang
normal, hal ini
yang
dialaminya
dikarenakan
proses
adalah normal
pengembalian rahim kebentuk
semula.
3. Ajarkan pada ibu 3. Mengajarkan ibu atau salah satu 3. ibu dan keluarga
atau salah satu
anggota
keluarga
untuk
telah
melakukan
anggota keluarga
mencegah perdarahan karena
masase perut ibu.
untuk
mencegah
atonia uteri dengan cara

89

2x/i
Suhu:36,50C
TFU 2 jari
bawah pusat
Pengeluaran
lokhea rubra

perdarahan karena
atonia uteri

memasase
perut
ibu
menggunakan telapak tangan
dengan meletakan diperut dan
sedikit ditekan dan diputar agar
tidak terjadi perdarahan.

4. Anjurkan ibu untuk 4. Menganjurkan


ibu
untuk 4. Ibu sudah miring
mobilisasi dini.
melakukan mobilisasi dini yaitu
ke kanan dan kiri
belajar
miring
kiri,
kanan,duduk,kemudian
jalan
kekamar mandi secara perlahanlahan
untuk
membantu
menguatkan otot-otot perut
sehingga ibu cepat pulih.
5. Anjurkan ibu untuk 5. Menganjurkan
ibu
untuk 5. Ibu
bersedia
memberikan
asi
memberikan asi awal pada
menyusui bayinya
awal
bayinya karena cairan pertama
seawal mungkin.
yang diperoleh bayi dari ibunya
adalah kolostrum yang yang
mengandung kadar protein yang
tinggi dan mengandung zat
antibody
sehingga
mampu
melindungi tubuh bayi dari
berbagai penyakit infeksi untuk
jangka waktu s/d 6 bulan
6. Lakukan
rawat 6. Melakukan rawat gabung antara 6. ibu bersedia dan
gabung ibu dan
ibu dan bayi yaitu menempatkan
mengerti tentang
bayi
bayi dan ibu dalam satu ruangan
rawat gabung.
agar hubungan ibu dan bayi

90

lebih dekat dan ibu dapat


memberikan ASI secara dini dan
sesering mungkin.

7. Lakukan
pencegahan
hipotermi
bayi.

pada

7. Melakukanpencegahan
7. Bayi
dalam
hipotermi dengan meletakkan
keadaan hangat.
bayi pada ruangan hangat yang
bersuhu > 25o, ganti popok
setiap kali basah, bayi harus
tetap berpakaian kering dan
diselimuti setiap saat agar tetap
hangat.

8. Jelaskan pada ibu 8. Menjelaskan pada ibu tentang 8. Ibu bersedia untuk
tentang kebutuhan
kebutuhan istirahat pada Ibu
istirahat
istirahat
nifas yaitu memerlukan istirahat
yang cukup, sekitar 8 jam pada
malam hari dan 1 jam pada
siang hari untuk memberitahu
ibu apabila kurang istirahat
dapat menyebabkan produksi
ASI berkurang,proses involusi
berjalan lambat sehingga dapat
menyebabkan perdarahan.

9. Anjurkan ibu untuk


9. Ibu
mengerti
tetap
memenuhi 9. Menganjurkan ibu untuk tetap
tentang kebutuhan
kebutuhan nutris
memnuhi kebutuhan nutrisi
nutrisi

91

selama masa nifas ini , makanan


yang dikonsumsi ibu haruslah
makanan yang memiliki nilai
gizi tinggi seperti karbohidrat
pada nasi jagung dan kentang,
protein pada tahu, tempe, telor
,ikan ,daging, vitamin pada buah
dan sayur serta mineral , agar
kondisi ibu cepat pulih

10. Ajarkan pada ibu 10. Mengajarkan pada ibu tentang 10. Ibu
mengerti
tentang
personal
cara personal hygiene yaitu :
tentang
cara
hygiene
personal hygiene
a. Anjurkan
kebersihan
yang baik
seluruh tubuh terutama
perineum.
b. Ajarkan ibu bagaimana
membersihkan
daerah
kelamin dengan sabun dan
air bersih .pastikan bahwa
ia
mengerti
untuk
membersihkan
daerah
sekitar
vulva
terlebih
dahulu dari depan ke
belakang,baru
kemudian
dibersihkan daearah anus.
c. Sarankan
ibu
untuk
mengganti pembalut atau
kain pembalut setidaknya 2
kali sehari.

92

d. Sarankan
ibu
untuk
mencuci tangan dengan
sabun dan air,sebelum dan
sesudah
membersihkan
daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka
episiotomi atau laserasi
sarankan kepada ibu untuk
menghindari
menyentuh
daerah tersebut.

11. Beritahu
ibu 11. Memberitahu ibu tentang tandatentang tanda-tanda
tanda bahay masa nifas yaitu
bahaya pada masa
penglihatan
kabur,pusing
nifas
berkepanjangan, lochea berbau,
demam tinggi suhu lebih dari
38oC, payudara nyeri, merah,
panas.
10
juli DS :
2015
- Ibu
pukul
mengataka
09.00
n perutnya
WIB
terasa
mulas
DO
- Ibu
terlihat
sedikit

Ny.T usia Tidak ada


26 tahun
P3A0 8 jam
post partum
DS :
Ibu
mengataka
n perutnya
terasa

Tidak ada

11. Ibu
sudah
mengerti tanda
bahaya masa
nifas

1. Beritahu
kondisi 1. Memberitahu kondisi ibu saat ini 1. ibu
sudah
ibu saat ini
dalam keadaan baik sesuai
mengetahui
dengan pemeriksaan fisik yaitu:
kondisinya saat ini.
TD : 110/70 mmhg
RR : 22x/i
T
: 36,5C
N
:82 x/i
TFU : 2 jari dibawah
Pusat

93

cemas
- Dari hasil
pemeriksa
an
diperoleh
hasil
TD : 110/70
RR : 22 x/i
Nadi: 82x/i
S
:
36,50C.
TFU : 2 jari
dibawah
pusat
Kontraksi :
baik
Lokhea
:
rubra

mulas
DO:
Masalah :
tidak ada
kebutuhan :
tidak ada

Kontraksi : baik
Lokhea : rubra
Perineum : ada lukajahitan

2. Evaluasi kembali 2. Mengevaluasikan


kembali
keluhan
yang
keluhan yang dialami ibu bahwa 2. Ibu mengerti bahwa
dialami ibu
rasa mulas yang dirasakan adalah
rasa mulas yang
hal yang normal.
dialami adalah hal
yang normal, hal ini
dikarenakan proses
pengembalian rahim
ke bentuk semula.
3. Evaluasi
3. Mengevaluasi
pencegahan 3. Ibu dan Keluarga
pencegahan
perdarahan yang telah diajarkan
telah
melakukan
perdarahan
yang
dengan melakukan masase pada
massase perut ibu,
telah
diajarkan
uterus ibu.
kontraksi uterus ibu
kepada keluarga.
baik dan tidak terjadi
perdarahan.

4. Evaluasi
ibu 4. Mengevaluasi pada ibu tentang 4. Ibu telah mampu
tentang mobilisasi
mobilisasi dini .
miring kiri
dan
dini.
kanan dan berjalan
kekamar
mandi
secara perlahan.

94

5. Evaluasi kepada ibu 5. Mengevaluasi


ibu
tentang pemberian
pemberian asi awal .
ASI awal

tentang 5. Ibu telah menyusui


bayinya
3
kali
selama 6-8 jamdan
bayi
telah
mendapatkan cairan
yang pertama kali
keluar
yaitu
kolostrum
mengandung kadar
protein yang tinggi
dan zat antibodi
sehingga
mampu
melindungi
tubuh
bayi dari berbagai
infeksi s/d 6 bulan.

6. Evaluaasi
pencegahan
hipotermi

6. Mengevaluasi
hipotermi

pencegahan 6. Bayi dalam keadaan


baik
dan
telah
dibedong
dengan
menggunakan
pakaian yang kering.

7. Evaluasi kebutuhan
istirahat ibu

7. Mengevaluasi
kebutuhan istirahat ibu

kembali 7. Dalam 6-8


jam
postpartum
ibu
sudah tidur kurang
lebih 5 jam.

8. Evaluasi kebutuhan

8. Mengevaluasi

kembali 8. Selama 8 jam post

95

nutrisi ibu

9. Evaluasi kembali
tentang pola
personal hygiene
ibu

kebutuhan nutrisi ibu

partum ibu telah


makan dengan menu
setengah porsi nasi,
2 potong tempe, 1
potong ayam, dan 1
mangkuk
sayur.
serta minum air
putih dan buah buahan

9. Mengevaluasi kembali tentang 9. Ibu


sudah
pola personal hygiene ibu sesuai
melakukan
pola
yang telah diajarkan
kebersihan
diri
sesuai dengan yang
telah diajarkan dan
dianjurkan
oleh
bidan yaitu selama 6
jam postpartum ibu
telah
mengganti
pembalut 1 kali.

10.
E
valuasi tanda-tanda 10. Mengevaluasi tanda bahaya masa 10. Ibu
tidak
bahaya masa nifas
nifas pada ibu
menunjukkan tandapada ibu
tanda bahaya masa
nifas selama 6-8 jam
postpartum

11.Anjurkan ibu untuk 11. Menganjurkan

ibu

untuk 11. Ibu

mengatakan

96

melakukan
kunjungan ulang

melakukan kunjungan ulang 1


minggu kemudian atau jika ibu
merasakan ada keluhan

bersedia
untuk
melakukan
kunjungan ulang

97

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny.T Umur 26
Tahun P3A0 dengan 6-8 jam postpartum di dapatkan hasil sebagai berikut :
4.1 PENGKAJIAN
Pada pengkajian dilakukan untuk mengumpulkan data dasar tentang keadaan
pasien. Pada kasus ini penulis melakukan pengkajian pada ibu nifas yaitu
Ny.T Umur 26 Tahun P3A0
4.1.1 DATA SUBJEKTIF
4.1.1.1 Identitas Pasien
1. Nama
a. Tinjauan Teori
Nama pasien di kaji untuk membedakan pasien satu
dengan yang lain
b. Tinjauan kasus
Dalam kasus ini nama ibu adalah Ny.T
c. Pembahasan
Dalam kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan praktik karena Ny.T memiliki nama jelas yang dapat
membedakan dengan klien lain.

98

99

2. Umur ibu
a. Tinjauan teori
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan
umur lebih dari 25 tahun rentan sekali untuk terjadi
sperdarahan pada masa nifas
b. Tinjauan kasus
Pada kasus ini Ny.T berumur 26 tahun
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terjadi kesenjangan karna pada kasus ini, Ny.T berumur
26 tahun dan dalam teori usia 20-35 tahun masih di
katagorikan usia reproduksi sehat.
3. Agama
a. Tinjauan teori
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
b. Tinjauan kasus
Dalam kasus ini Ny.T beragama islam
c. Pembahasan
Dalam kasus ini tidak terjadi kesenjangan antara
tinjauan kasus dan tinjauan teori dikarenakan antara
bidan dan pasien mempunyai keyakinan yang sama

99

100

sehingga mempermudah bidan dalam memberikan


bimbingan.
Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori
karena ibu tidak memiliki kebiasaan adat istiadat yang
berpengaruhterhadap kehamilan persalinan dan nifas.
4. Suku/ bangsa
a. Tinjauan teori
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan seharihari
b. Tinjauan kasus
Ibu bersuku jawa.
c. Pembahasan
Dari pembahasan di atas tidak terdapat kesenjangan
antara teori dengan hasil pemeriksaan karena ibu tidak
memiliki kebiasaan adat istiadat yang berpengaruh
terhadap kehamilan, persalinan, dan nifas
5. Pendidikan
a. Tinjauan Teori
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
pendidikannya
b. Tinjauan Kasus
Pendidikan terakhir Ny. T adalah SMA

100

101

c. Pembahasan
Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan karena Ny.T
memiliki pendidikan terakhir SMA namun ketika
petugas kesehatan memberikan penyuluhan atau
konseling Ny.T cukup mudah dalam memahaminya.
6. Pekerjaan
a. Tinjauan Teori
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut
b. Tinjauan kasus
Pekerjaan Ny.T sebagai Ibu Rumah Tangga
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan, meskipun Ny.T hanya bekerja
sebagai IRT namun suami Ny.T bekerja sebagai
wiraswasta, Jadi pemenuhan nutrisi dan kebutuhan
sehari-hari Ny.T terpenuhi di karenakan di dukung
oleh penghasilan suami.

7.

Alamat
a. Tinjauan Teori
Ditanyakan untuk mempermudah

kunjungan

rumah bila diperlukan


b. Tinjauan Kasus

101

102

alamat rumah Ny.T adalah Jl.Darusalam kemiling


Bandar Lampung.
c. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori
dan tinjauan kasus karena Ny.T memiliki alamat
rumah yang lengkap untuk mempermudah dalam
melakukan kunjungan rumah bila diperlukan.

4.1.1.2 Keluhan Utama


a. Tinjauan Teori
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang
berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien
merasa mulas, dan ibu belum mengerti tentang 6
jam post partum.(Ambarwati,2010;h.131-132)
b. Tinjauan Kasus
Pada kasus,

Ny.T mengatakan mulas pada

perutnya.
c.

Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
ada kesenjangan karena keluhan yang dialami
Ny.T adalah fisiologis atau normal.
Disebabkan oleh involusi uterus atau pengerutan
uterus yang merupakan proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil.

102

103

4.1.1.3 Riwayat kesehatan


a. Tinjauan Teori
Data penting tentang riwayat kesehatan pasien
yang perlu bidan ketahui, yaitu apakah pasien
pernah atau sedang menderita penyakit, seperti
penyakit

jantung,

diabetes

mellitus,

ginjal,

hipertensi/hipotensi, atau hepatitis (sulistyawati


,2009;h.114).
b. Tinjauan kasus
Ibu

mengatakan

sebelumnya

menderita penyakit

tidak

pernah

seperti penyakit

menular

maupun penyakit keturunan.


c. Pembahasan
Dalam hal ini tidak di temukan kesenjangan antara
teori dan kasus karena ibu tidak memiliki riwayat
penyakit

menular

maupun

menurun

yang

berpengaruh pada masa nifasnya

4.1.1.4 Riwayat Persalinan Sekarang


a. Tinjauan Teori
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong
persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui
apakah proses persalinan mengalami kelainan atau

103

104

tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat


ini
b. Tinjauan Kasus
Ny.T melahirkan pada tanggal 7 Juli 2015, jenis
persalinan spontan ,jenis kelamin anak yaitu LakiLaki, dengan berat 4000 gram , panjang badan 51
cm dan ditolong oleh bidan.
c. Pembahasan
Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara
tinjauan teori dan kasus karena Ny.T melahirkan
secara spontan pervaginam dan proses persalinan
tidak mengalami kelainan yang bisa berpengaruh
pada masa nifas saat ini.

4.1.1.5 Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari


1. Nutrisi
a. Tinjauan Teori
Nutrisi ,menggambarkan tentang pola makan dan
minum , frekuensi , banyaknya, jenis makanan,
makanan pantangan (Ambarwati, 2010;h,134-136)
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapatkan
perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang
baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan
sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang
diberikan harus bermutu,bergizi tinggi, cukup

104

105

kalori, tinggi protein dan banyak mengandung


cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan
akan gizi sebagai berikut:
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
2) Makan

dengan

diet

berimbang

untuk

mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang


cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter air putih tiap hari
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat
gizi setidaknya selama 40 hari pascapersalinan
(Saleha,2009;h,71-72).
5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit)
sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah
melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui
ASI (Dew dan Sunarsih,2011;h,72).
b. Tinjauan Kasus
Ny.T telah makan 1 kali saat pengkajian dengan
menu 1 porsi nasi, 1 mangkuk sayur katu, 2 potong
tempe, 1 potong ikan,1 buah jeruk serta susu dan
telah diberikan vitamin A sebanyak 1 kali yaitu pada

105

106

1 jam setelah melahirkan .


c. Pembahasan
Menurut tinjauan teori dan tinjauan kasus di atas
tidak terdapat kesenjangan karena Ny.T dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi dengan baik.
2. Eliminasi
a. Tinjauan Teori
1) Miksi
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan
secepatnya, miksi normal bila dapat BAK
spontan setiap 3-4 jam.
2) Defekasi
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari
postpartum Tinjauan kasus
Ibu sudah

BAK

2 kali pada

saat

jam

postpartum, dan ibu belum BAB.


b. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan dalam kasus ini karena
dalam kasus ini ibu BAK 2 kali selama 6 jam
postpartum, dan ibu belum BAB karena menurut
teori biasanya ibu BAB sekitar 3-4 hari postpartum.

106

107

3. Istirahat
a. TinjauanTeori
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup,
istirahat tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8
jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari
(Yanti dan Sundawati 2011; h.83-84).
b. Tinjauan Kasus
Ibu tidur pada malam hari sebanyak 6 jam.
c. Pembahasan
Menurut tinjauan teori dan kasus

terdapat

kesenjangan karena Ny.T beristirahat pada malam


hari sebanyak 6 jam karena menurut teori istirahat
tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada
malam hari kemudian kurangnya istirahat pada ibu
post partum akan mengurangi jumlah asi yang
diproduksi, memperlambat involusi uterus dan
memperbanyak perdarahan.
4. Personal hygiene
a.

Tinjauan Teori
Dikaji

untuk mengetahui apakah ibu selalu

menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah


genetalia, karena pada masa nifas mengeluarkan
lochea (Ambarwati,2010;h.137)

107

108

b. Tinjauan kasus
Ny.T tampak terlihat bersih pada tubuhnya serta
ibu sudah 2 kali mengganti pembalut saat penuh.
c. Pembahasan
Dari

pembahasan

kesenjangan antara

diatas,

tidak

terdapatnya

tinjauan teori dan tinjauan

kasus karena Ny.T selalu dalam keadaan bersih dan


mengganti pembalut jika terasa penuh.

4.1.2 DATA OBJEKTIF


4.1.2.1. Pemeriksaan umum
a) Tinjauan Teori
1. Keadaan umum
Untuk melengkapi data dalam menegakkan
diagnose, bidan harus melakukan pengkajian
data objektif melalui pemeriksaan inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi yang bidan
lakukan secara berurutan.
2. Kesadaran
Untuk

mendapatkan

kesadaran

pasien,kita

pengkajian

derajat

gambaran
dapat

kesadaran

tentang
melakukan

pasien

dari

keadaan compos mentis sampai dengan koma.


(Sulistyawati,2009;hal:122).

108

109

b) Tinjauan Kasus

c)

Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Composmentis

Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus karna keadaan umum dan kesadaran
ibu dalam keadaan baik.

4.1.2.2 Tanda-Tanda vital.


1. Temperature/ Suhu
a. Tinjauan Teori
Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan
naik sedikit (37,5-380c) sebagai akibat kerja keras
waktu melahirkan, kehilang cairan, dan kelelahan .
apabila keadaan normal , suhu badan menjadi biasa
(Dewi dan Sunarsih, 2011;h.60).
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2
derajat Celsius. Sesudah partus dapat naik kurang
lebih 0,5 derajat Celsius dari keadaan normal ,
namun tidak akan melebihi 8 derajat Celsius .
sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya
suhu badan akan kembali normal. Bila sudah lebih
dari 38 derajat Celsius , mungkin terjadi infeksi
pada klien (Saleha, 2009;h,61).

109

110

b.

Tinjauan Kasus
Pada kasus Ny.T suhu tubuh ibu yaitu 37,60c

c. Pembahasan
Menurut tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan karena suhu tubuh ibu
mengalami peningkatan 0,50c, dan ini merupakan
hal yang normal karena pada ibu nifas pada saat
persalinan banyak mengeluarkan cairan sehingga
metabolisme tubuh meningkat.

2. Nadi
a. Tinjauan Teori
Berkisar antara 60- 80x/menit denyut nadi di atas
100x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan
adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa di
akibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena
kehilangan darah yang berlebih.
b. Tinjauan Kasus
Nadi Ny.T yaitu 80 kali/ menit
c. Pembahasan
Pada Tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena nadi ibu pada saat ini dalam batas
normal yaitu 80 kali/menit

110

111

3. Pernafasan
a. Tinjauan Teori
Pernafasan harus berada dalam rentang yang
normal,yaitu

sekitar

20-30

x/menit

(Ambarwati,2010;h.138-139).
b.

Tinjauan Kasus
Pada kasus Pernafasan Ny.T yaitu 22 kali/menit

c.

Pembahasan
Menurut tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan karena pernafasan ibu dalam
batas normal yaitu 22 kali/menit.

4. Tekanan Darah
a. Tinjauan Teori
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah
pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh
jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan
darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120
mmHg

dan

diastolik

60-80

mmHg.

Pasca

melahirkan pada kasus normal, tekanan darah


biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah
menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat
diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan
darah tinggi pada post partum merupakan tanda

111

112

terjadinya pre eklamsia post partum (Rukiyah et.all,


2011.h; 69).
b. Tinjauan Kasus
Tekanan Darah Ny T normal yaitu 120/80 mmHg
c.

Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus karena Tekanan darah Ny.T dalam
batas normal tidak mengalami peningkatan.

4.1.2.3. Pemeriksaan fisik


a) Payudara
a. Tinjauan Teori
Umumnya

ASI

keluar

2-3

hari

setelah

melahirkan. Namun dipayudara sudah terbentuk


kolostrum yang baik sekali untuk bayi, karena
mengandung

zat

kaya gizi dan antibiotik

pembunuh kuman (Saleha, 2009.h;11 ).


b. Tinjauan Kasus
Ibu mengatakan asinya keluar tapi sedikit.
c. Pembahasan
Dalam hal ini tidak di temukan kesenjangan
antara teori dan kasus karena menurut teori pada
hari kedua atau ketiga pasca persalinan mulai ada
sekresi ASI.

112

113

b) Abdomen
a.

Tinjauan Teori
1) TFU
Pada pemeriksaan uterus sama halnya dengan
pemeriksaan
dahulu

payudara

periksa

dilakukan

pandang

terlebih

warna

perut,

pembesaran pada perut , kemudian lakukan


pemeriksaan raba ( palpasi ) periksa rasa nyeri
saat diraba, periksa kontraksi uterus, kemudian
raba tinggi fundus (Rukiyah et.all, 2011.h; 99).
Perubahan ini dapat di ketahui dengan
melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba
dimana TFU nya (tinggi fundus uteri).
a) Pada saat bayi lahir , fundus uteri setinggi
pusat dengan berat 1000 gram
b) Pada ahir kala III,

TFU teraba 2 jari

dibawah pusat.
c) Pada 1 minggu post partum,TFU teraba
pertengahan pusat simpisis dengan berat
500 gram.
d) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba di
atas simpisis dengan berat 350 gram.

113

114

e) Pada 6 minggu post partum , fundus uteri


mengecil (tak teraba) dengan berat 50 grm
(Sulistyawati,2009;h.74)
2) Kandung Kemih
Kondisi kandung kemih sangat berpengaruh
terhadap keadaan kontraksi uterus, sehingga
pemeriksaan kandung kemih jangan diabaikan
karena jika kontraksi terhambat oleh kandung
kemih yang penuh bisa berakibat keluar darah
yang cukup banyak (Rukiya et.all h,2011.h;
100).

b. Tinjauan Kasus
Tidak

ada

pembesaran, konsistensi Keras

pada fundus, kandung kemih Kosong, TFU 2 jari di


bawah pusat, dan kontraksinya Baik, dan kandung
kemih kosong.
c.

Pembahasan
Dalam hal ini tidak di temukan kesenjangan antara
teori dan kasus. TFU ibu sesuai dengan teori
involusi uterus yaitu 2 jari dibawah pusat.

114

115

c) Anogenital
1) Pengeluaran Pervaginam
a. Tinjauan Teori
1. Lokia rubra /merah ( kruenta)
Lokia ini muncul pada hari pertama sampai
hari ketiga masa post partum. Sesuai
dengan namanya, warnanya biasanya merah
dan mengandung darah dari robekan /luka
pada plasenta dan serabut dari desidua dan
chorion. lokia ini terdiri atas sel desidua,
vernik

caseosa,

rambut

lanugo,

sisa

mekoneum, dan sisa darah (Dewi dan


Sunarsih ,2011;h.58).
2. Keadaan perineum
Tidak ada oedema, hematoma,tidak ada
luka jahitan.
Anus : tidak ada hemoroid
b. Tinjauan Kasus
Vulva berwarna

merah

muda, pengeluaran

pervaginam lochea rubra, dan pada anus tidak


ada hemorhoid.
c

Pembahasan
Dalam hal ini tidak di temukan kesenjangan
antara teori dan kasus karena ibu dalam 6 jam

115

116

postpartum, lokhea ibu lokhea rubra berwarna


merah yang berisi darah. Lokhea rubra pada
hari pertama sampai hari ke 3 dan tidak
terdapat luka perineum.

4.1.2.4 Interpretasi Data


1. Tinjauan Teori
Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah
berdasarkan intepretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah
dikumpulkan

diintepretasikan

menjadi

diagnose

kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena


beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnose

tetapi

membutuhkan

penanganan

yang

dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien,


masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita
yang diidentifikasikan oleh bidan
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosis

dapat

ditegakkan

berkaitan

dengan

para,abortus,anak hidup, umur ibu,dan keadaan nifas


b. Masalah Kebutuhan
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan
pasien.

116

117

2. Tinjauan Kasus
Diagnosa : Ny T umur 26 tahun P3A0 6 -8 jam post
partum
Masalah

:tidak ada

Kebutuhan

: tidak ada

3. Pembahasan
Berdasarkan data diatas maka penulis menyimpulkan
bahwa tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori
dan tinjauan kasus, karena diagnossa yang ditegakkan
sesuai dengan hasil pemeriksaan.

4.1.2.5 Antisipasi Maslah Potensial


a. Tinjauan Teori
Mengidentifikasi dianosa atau masalah potensial yang
mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasi
masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi,
pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati
dan bersiap-siap bila hal tersebut benar-benar terjadi
b. Tinjauan kasus
Pada kasus Ny.T tidak terdapat tindakan atau antisipasi
masalah potensial.
c. Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dengan
tinjauan kasus.

117

118

4.1.2.6 Tindakan Segera


a. Tinjauan Teori
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan atau dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain
sesuai dengan kondisi pasien
b. Tinjauan kasus
Pada saat pengkajian terhadap Ny.T tidak ada data yang
menunjang perlunya tindakan segera
c.

Pembahasan
Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori
dan kasus karena sesuai hasil pengkajian pada Ny.T tidak
ditemukan masalah yang membutuhkan tindakan segera.

4.1.2.7 Intervensi
a.

Tinjauan Teori
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau
diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap
masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan
kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu

118

119

apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati,2010;h.141143).


Kebijakan program nasional masa nifas asuhan 6-8 jam
post partum sebagai berikut:
1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,
rujuk bila perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5.

Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah


hipotermi (Dewi dan Sunarsih, 2011,h; 4-5).
b.

Tinjauan Kasus
Rencan asuhan yang diberikan kepada Ny.T pukul 17:05
wib
a. Jelaskan tentang kondisi ibu saat ini
b. Jelaskan tentang keluhan yang dialami ibu.
c. Ajarkan pada ibu atau salah satu anggota keluarga
untuk mencegah perdarahan karena atonia uteri.
d. Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini.
e. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI awal
f. Lakukan rawat gabung ibu dan bayi

119

120

g. Lakukan pencegahan hipotermi pada bayi


Rencana Asuhan yang diberikan pukul 22:00 wib:
1. Pantau kondisi ibu saat ini
2. Evaluasi kembali bahwa ibu masih terasa mules
3. Evaluasi pencegahan perdarahan yang telah di
ajarkan kepada keluarga
4. Evaluasi ibu tentang mobilisasi dini
5. Evaluasi kepada ibu tentang pemberian ASI awal
6. Evaluasi pencegahan hipotermi
7. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan
nutrisi
8. jelaskan pada ibu tentang kebutuhan istirahat
9. Ajarkan pada ibu tentang personal hygene.

c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
ditemukan kesenjangan, hal ini sesuai dengan teori
yang meyatakan Kebijakan program nasional masa
nifas asuhan 6-8 jam post partum sebagai berikut
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri
2) Mendeteksi

dan

perdarahan, rujuk bila

merawat

penyebab

lain

perdarahan berlanjut.

120

121

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu


anggota keluarga

bagaimana

mencegah

perdarahan masa nifas karena atonia uteri


4) Pemberian ASI awal
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi.

4.1.2.8 Implementasi
a. Tinjauan Teori
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua
rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien
ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini
dapat dilaksanakan oleh bidan secara mandiri
maupun

berkolaborasi

dengan

tim

kesehatan

lainnya.
b. Tinjauan Kasus
Pada kasus Ny.T di lakukan penatalaksanaan
dengan:
a. Menjelaskan keadaan ibu saat ini dalam keadaan
baik sesuai dengan pemeriksaan fisik yaitu
keadaan ibu baik, TD : 120/80 mmhg,RR: 22
x

/I,T: 37,60/i,N: 80x/I, TFU: 2 jari dibawah pusat

121

122

kontraksi baik, lokea rubra,perineum tidak ada


luka jahitan.
b. Menjelaskan pada ibu bahwa rasa mulas yang
dialami adalah hal yang

normal,

hal ini

dikarenakan proses pengembalian rahim kebentuk


semula.
c. Mengajarkan ibu atau salah satu anggota keluarga
untuk mencegah perdarahan karena atonia uteri
dengan cara memasase perut ibu menggunakan
telapak tangan dengan meletakkan di perut dan
sedikit ditekan dan diputar agar tidak terjadi
perdarahan.
d. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi
dini

yaitu

belajar

miring

kiri-

kanan,duduk,kemudian jalan kekamar mandi


secara

perlahan-lahan

untuk

membantu

menguatkan otot-otot perut sehingga ibu cepat


pulih.
e. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI awal
pada bayinya karena cairan pertama yang
diperoleh bayi dari ibunya adalah kolostrum yang
mengandung kadar protein yang tinggi dan
mengandung zat antibody sehingga mampu
melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit

122

123

infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6


bulan.
f. Melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi
yaitu menempatkan bayi dan ibu dalam satu
ruangan agar hubungan ibu dan bayi lebih dekat
dan ibu dapat memberikan ASI secara dini dan
sesering mungkin.
g. Melakukan

pencegahan

hipotermi

dengan

meletakkan bayi pada ruangan yang bersuhu >250


dan memakaikan bedong bayi dan pakaian yang
kering.
Penatalaksanaan pukul 20:00 wib
a. Memantau keadaan ibu saat ini dalam keadaan
baik sesuai dengan pemeriksaan fisik yaitu
TD:110/70 mmhg,RR:22 x/i , T: 37,60c, N: 80
x/i, TFU: 2 jari dibawah pusat,kontraksi baik ,
lokea: rubra, perineum tidak ada luka jahitan.
b. Mengevaluasikan pada ibu bahwa rasa mulas
yang dialami adalah hal yang normal
c. Mengevaluasi pencegahan perdarahan yang
telah diajarkan dengan melakukan masase
pada uterus ibu.
d. Mengevaluasi pada ibu tentang mobilisasi dini
e. Mengevaluasi ibu tentang pemberian asi awal .

123

124

f. Mengevaluasi pencegahan hipotermi


g. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi
kebutuhan nutrisi ibu selama masa nifas ini,
makanan

yang

dikonsumsi

ibu

haruslah

makanan yang mamiliki nilai gizi tinggi


seperti karbohidrat pada nasi, jagung, kentang,
protein pada tahu, tempe, telur, ikan daging,
vitamin pada buah dan sayur serta mineral ,
agar kondisi ibu cepat pulih.
h. Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan
istirahat pada ibu nifas yaitu memerlukan
istirahat yang cukup, sekitar 8 jam pada malam
hari dan 1 jam pada siang hari untuk
memberitahu ibu apabila kurang istirahat dapat
menyebabkan produksi ASI berkurang, proses
involusi

berjalan

lambat

sehingga

menyebabkan perdarahan
i.

Mengajarkan pada ibu tentang cara personal


hygiene yaitu :
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
2) Ajarkan ibu

bagaimana

membersihkan

daerah kelamin dengan air bersih .pastikan


bahwa ia mengerti untuk membersihkan
daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari

124

125

depan

ke

belakang,

baru

kemudian

dibersihkan daearah anus.


3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut
atau kain pembalut setidaknya 2 kali sehari.
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan
sabun

dan

air,sebelum

dan

sesudah

membersihkan daerah kelaminnya.

c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
ditemukan kesenjangan, hal ini sesuai dengan
tinjauan teori yang menyatakan implementasi
merupakan

pelaksanaan

rencana

asuhan

penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan


atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien
dan aman.

4.1.2.9 Evaluasi
a. Tinjauan Teori
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan,
yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan
maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi
sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus
menerus

untuk

meningkatkan

pelayanan

secara

125

126

komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi


atau kebutuhan klien (wildan dan Hidayat ,2008;h.39).
b. Tinjauan Kasus
Pukul 17:30 wib
1) Ibu mengerti keadaanya saat ini dalam keadaan baik.
2) Ibu mengerti bahwa keluhan yang dialamianya
adalah normal.
3) suami dan keluarga telah melakukan masase uterus
ibu.
4) Ibu sudah miring ke kanan dan kiri
5) Ibu bersedia menyusui bayinya seawal mungkin.
6) Ibu bersedia dan mengerti tentang rawat gabung.
7) Bayi dalam keadaan hangat

Pukul 22:00 wib


1) Ibu sudah mengetahui kondisinya saat ini
2) Ibu mengerti bahwa rasa mulas yang dialami
adalah hal yang normal, hal ini dikarenakan proses
pengembalian rahim kebentuk semula.
3) Ibu dan keluarga telah melakukan masase dan
kontraksi uterus ibu baik.
4) Ibu telah mampu miring kiri-kanan dan berjalan
kekamar mandi secara perlahan
5) Ibu telah menyusi bayinya 3 kali selama 6 jam dan
bayi telah mendapatkan cairan yang pertama kali

126

127

keluar yaitu kolostrum mengandung kadar protein


yang tinggi dan zat antibody sehingga mampu
melindungi tubuh bayi dari berbagai infeksi s/d 6
bulan.
6) Bayi dalam keadaan baik dan telah dibedong
dengan menggunakan pakaian yang kering.
7) Ibu mengerti tentang kebutuhan nutrisi
8) Ibu bersedia untuk istirahat
9) Ibu mengerti tentang cara personal hygiene yang
baik
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak
terdapat kesenjangan karena Asuhan Nifas terlaksana
sesuai dengan teori yang ada, Ny.T berada dalam
keadaan baik.

127

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas yaitu Ny.T umur 26 tahun
P3A0 pada tanggal 7 juli 2015 di bps Hasmiati Bahri,S.ST, asuhan yang
dilakukan secara menyeluruh dengan memberikan konseling dan memantau
kondisi ibu sesuai dengan kebutuhan ibu. Maka penulis mengambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas yaitu Ny.T penulis
telah melakukan pengkajian dengan baik dan lancar. Pengkajian
tersebut didapat dari pengumpulan data yaitu dari data subjektif dan
objektif pasien. Data subjektif : pasien bernama Ny.T umur 26
tahun,ibu mengatakan perutnya terasa mulas setelah persalinan pada
tanggal 7 juli 2015 pukul 01.00 WIB. Data objektif TTV : TD :110/80
mmhg, T : 36,5C, N:82x/i, RR:22X/i,TFU 2 jari dibawah
pusat,kontraksi baik, lokhea rubra.
5.1.2 penulis dapat melakukan interprestasi dengan menentukan diaknose,
masalah dan kebutuhan berdasarkan data ibu nifas yaitu Ny.T umur 26
tahun P3A0 6 jam post partum.
5.1.3 penulistidak menemukan diaknose potensial pada Ny.T karena hasil
yang didapatkan pada saat pengkajian dalam batas normal.
5.1.4 tidak ada tindakan segera terhadap Ny.T umur 26 tahun P3A0 6 jam
post partumkarena tidak di temukan diaknosa potensial.

128

129

5.1.5

Telah diberikan rencana asuhan kebidanan pada Ny.T umur 26 tahun


P3A0 yaitu dengan melakukan asuhan pada ibu 6 - 8 jam post partum
sesuai dengan kebutuhan, seperti: ajarkan pada ibu atau salah satu
anggota keluarga untuk mencegah perdarahan karena atonia uteri,
anjurkan ibu untuk mobiSlisasi dini, anjurkan ibu untuk memberikan
ASI awal, lakukan rawat gabung antara ibu dan bayi , lakukan
pencegahan hipotrmi pada bayi.

5.1.6

Telah dilakukan plaksanaan asuhan kebidanan sesuai dengan yang di


rencanakan yaitu dengan melakukan asuhan terhadap Ny.T umur 26
tahun P3A0 6 jam post partum.

5.1.7

Setelah dilakukan evaluasi terhadap Ny.T dengan asuhan kebidanan ibu


nifas 6 8

jam post partum dengan hasil evaluasi yaitu ibu dan

keluarga telah mampu melakukan apa yang telah diajarkan oleh bidan
dan ibu mengatakan kondisi nya saat ini dalam keadaan yang baik ibu
mengatakan perutnya terasa mulas dan tidak terjadi perdarahan dan ibu
juga telah menyusui bayi nya 3 kali dalam 6 8 jam dan bayi nya telah
mendapatkan colostrum.

5.2

Saran
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai

bahan

dokumentasi

dan

bahan

perbandinganuntuk

setudikasus selanjut nya tentang ibu nifas terutama pada 6 8 jam


post partum dan untuk mengetahui perkembangan aplikasi secara
nyata di lapangan dan sebagai sarana penilaian dalam belajar.

130

5.2.2 Bagi Lahan Praktek


Hasil penelitian dapat mengahasilkan mutu pelyanan secara
komprehensif

berdasarkan

kewenangan

dalam

memberikan

pelayanan pada masyarakat untuk melakuakn tindakan promotif,


preventif, seperti penyuluhan dan mengerjakan pendidikan kesehatan
terutama pada ibu nifas 6 8 jam post partum.
5.2.3 Bagi pasien/masyarakat.
Dapat dijadikan masukan pada masyarakat kehususnya Ny.T agar
lebih mengerti tentang perawatan ibu selama masa nifas terutama 6
8 jam post partum yang fungsi nya untuk mendeteksi secara dini agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan yang berhubungan
dengan masa nifas.
5.2.4 Bagi peneliti selanjut nya
Diharapkan bagi penulis selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan
sarana untuk dapat lebih meningkatkan pengetahuan yang di dapat
selama perkuliahan maupun dilahan praktik tentang perawatan ibu
selama masa nifas serta mendapatkan pengalaman nyata dalam
penanganan kasus yang sering terjadi di masyarakat.

131
DOKUMENTASI HASIL TUGAS KTI
Pada Tanggal : 07 Juli 2015
Oleh : Andryani

Melakukan Pengukuran Tekanan darah pada ibu

132

Melakukan Masase padaperut ibu

133

JADWAL PENELITIAN

Tanggal dan Bulan


NO

KEGIATAN
1-7

1
2
3
4
5
6
7
8

KONSUL JUDUL
ACC JUDUL
ACC BAB I
ACC BAB II
ACC BAB III
ACC MATRIK
ACC BAB IV
ACC BAB V

April
8-14
15-21

22-30

1-7

Mei
8-14
15-21

22-31

1-7

Juni
8-14
15-21

22-30

134

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Retna dan Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:
Penerbit Fokus Kesehatan
Hidayat, Alimul Aziz.A dan Moh. Wildan. 2009. Dokumentasi Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika.
Manuaba et.all. 2010. IlmuKebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:
EGC
Maryunanik.Anik. 2009.Auhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (POSTPARTUM).
Jakarta:TIM
Nanny ,Vivian dan Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Jakarta:Salemba Medika
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Rukiyah et all. 2013. Asuhan Kebidanan III (NIFAS). Jakarta: Trans Info Media
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika
Soepardan. Suryani.2007. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Yogyakarta:Andi
Tambunan, Eviana S dan Deswani Kasim.2011.Panduan Pemeriksaan Fisik Bagi
Mahasiswa Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Yanti.Damai dan Dian Sundawati.2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
Bandung: PT Refika Aditama

Вам также может понравиться