Вы находитесь на странице: 1из 69

Studi Kasus

SKENARIO PENDAHULUAN
Studi Kasus ini disusun sebagai simulasi
praktik
audit
kinerja
di
lapangan.
Maksudnya adalah untuk membumikan
dan menjelaskan cara penerapan konsep
dan praktek audit kinerja yang telah
dijelaskan pada bab bab terdahulu.
Tujuannya adalah agar pembaca dapat
merasakan keterlibatannya sebagai salah
satu anggota/ketua tim audit dalam audit
kinerja
sehingga
pembaca
dapat
memahami setiap langkah dalam proses
audit kinerja.
Contoh
kasus
akan
dimulai
dari
pemahaman atas entitas yang diaudit
sampai dengan tindak lanjut audit. Kasus
yang disajikan pada bab ini akan berlanjut
pada contoh kasus bab berikutnya. Oleh
sebab itu, sebagai penanda, setiap contoh
kasus diberi angka arab, yang merupakan
lanjutan dari contoh kasus sebelumnya.
SKENARIO
Lembaga Audit Pemerintah adalah suatu
lembaga
audit
di
sektor
publik
di
Indonesia. Dalam rencana strategis tahun
2006 s.d. tahun 2010, memutuskan akan
melaksanakan 100 (seratus) audit kinerja
pada
sektor
publik.
Kebijakan
yang
dipergunakan untuk menetapkan entitas
yang akan diaudit adalah entitas yang
menyangkut pelayanan orang banyak dan
rawan korupsi, kolusi dan nepotisme

308

Studi Kasus

(KKN) dan mendapat alokasi anggaran


yang cukup besar. Pelaksanaannya, pada
tahun 2006, dimulai dengan lingkup dan
jumlah yang kecil dan akan ditingkatkan
secara progresif setiap tahun. Kebijakan ini
ditempuh , mengingat pelaksanaan audit
kinerja merupakan hal baru pada Badan
Pengawas X.
Untuk tahun anggaran 2006, lembaga audit
tersebut memutuskan akan melaksanakan
audit pada 10 (sepuluh) objek audit yang
memenuhi kriteria di atas. Salah satu objek
yang diputuskan untuk diperiksa adalah
Kantor Pelayanan Agraria (KPA) Adipura di
Kabupaten yang merupakan perwakilan
dari
Badan
Agraria
(BA)
di
tingkat
Pemerintah
Pusat.
Salah
satu
pertimbangan
Badan
Pengawas
X
memeriksa KPA Adipura adalah seringnya
diterima pengaduan dari masyarakat baik
dalam
bentuk
surat
yang
ditujukan
langsung
ke
lembaga
audit
tersebut
maupun
melalui
surat
pembaca
di
beberapa surat kabar ibu kota dan daerah
tentang kurang baiknya pelayanan yang
diberikan oleh KPA Adipura dan maraknya
permintaan uang pelicin yang harus
dikeluarkan masyarakat.
Dalam
contoh
kasus
ini
anda
telah
dipercaya dan ditunjuk sebagai ketua tim
audit. Tujuan keseluruhan audit terhadap
KPA adalah untuk mengidentifikasikan dan
menilai setiap kelemahan yang penting
yang berkaitan dengan ekonomi, efisiensi

309

Studi Kasus

dan
efektivitas26,
dan
kemudian
memberikan saran-saran perbaikan atas
pengelolaan pelayanan pertanahan di KPA.
Dalam skenario ini, Anda ditunjuk sebagai
ketua
tim
audit
atas
KPA.
Dengan
demikian, pada bab-bab berikutnya Anda
akan melaksanakan tahap demi tahap
dalam proses audit kinerja.

26 Pada umumnya, tujuan ditetapkan oleh Pimpinan


Lembaga Audit Pemerintah pada Rencana Kerja
Pemeriksaan Tahunan, dan merupakan tentative audit
objective.

310

Studi Kasus

CONTOH KASUS 1
PEMAHAMAN
ATAS
DIAUDIT

ENTITAS

YANG

Sebagai
tindak
lanjut
penunjukkan
sebelumnya, Anda sebagai ketua tim untuk
melakukan audit kinerja pada KPA. Anda
akan mendapatkan surat tugas audit.
Selanjutnya, setelah Anda mendapat surat
penugasan resmi berupa Surat Tugas audit,
Anda memberitahukan kepada KPA bahwa
minggu
depan
Anda
akan
mulai
melaksanakan audit kinerja. Anda juga
minta kepada Pimpinan KPA untuk bertemu
dengan beberapa pejabat yang ingin Anda
wawancarai,
mintakan
informasi
dan
dokumen-dokumen yang Anda butuhkan.
Kegiatan ini dilakukan sebagai langkah
awal yang dilakukan oleh tim audit untuk
memahami entitas yang akan diaudit.
Sebagai catatan, hal ini ditempuh untuk
menghindari adanya unsur pendadakan
yang tidak perlu dalam audit kinerja karena
akan memperlambat perolehan informasi
dan bahan yang diperlukan.
Seminggu
kemudian,
Anda
dengan
ditemani
oleh
seluruh
anggota
tim
mengadakan pertemuan singkat (entry
meeting) dengan Kepala Kantor yang
didampingi oleh pejabat terkait di KPA.
Sebagai Pemimpin Tim, Anda menyerahkan
surat tugas dan menjelaskan mandat yang
dimiliki oleh Lembaga Auditor tempat anda

311

Studi Kasus

bekerja27. Anda juga perlu menjelaskan


tujuan, kebijakan, standar audit, dan
rencana audit yang akan dilakukan. Anda
juga
memberikan
kesempatan
kepada
pejabat yang diaudit untuk mengajukan
pertanyaan sehubungan dengan penugasan
anda di KPA. Kepala KPA dan pejabat yang
terkait menyambut baik audit yang akan
Anda lakukan dan memberikan jaminan
bahwa
seluruh
jajaran
KPA
akan
sepenuhnya membantu pelaksanaan audit
kinerja tersebut. KPA menunjuk Kepala
Bagian
Pengawas
Intern
sebagai
pendamping tim audit dalam melakukan
kegiatan pemeriksaannya.
Sesudah diadakan istirahat sejenak berupa
rehat kopi, Kepala KPA memaparkan
gambaran umum mengenai entitas KPA
kepada
tim
audit.
Kepala
KPA
juga
menyediakan
dokumen-dokumen
yang
berkaitan
dengan
pelaksanaan
tugas
mereka. Berikut ini adalah pemahaman
atas entitas audit berdasarkan dokumen
dan hasil pemaparan, yang kemudian
dituangkan dalam bentuk kertas kerja
audit.

27 Umumnya auditor pemerintah melaksanakan penugasan


berdasarkan surat tugas dari pimpinan lembaga audit sesuai
kewenangan yang diperoleh dari ketentuan perundangan. Hal
ini merupakan bentuk perikatan yang digunakan antara
auditor dan auditee.

312

Studi Kasus

Lembaga Audit Sektor Publik


TIM AUDIT KINERJA
KANTOR PELAYANAN AGRARIA ADIPURA
Auditee
Kertas Kerja Audit

:
Tahun Buku
Dibuat Oleh
Direvieu Oleh

Indeks
A.1
Kantor Pelayanan Agraria Adipura
: 2005 dan 2006
: SGW
: ABI

PEMAHAMAN ATAS ENTITAS YANG DIAUDIT


Tujuan
Memahami Kantor Pelayanan Agraria
Langkah-langkah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Interviu dengan manajemen dan staf kunci.


Reviu terhadap kebijakan-kebijakan, pengarahan-pengarahan, dan dokumen-dokumen.
Reviu terhadap laporan kinerja entitas, laporan mengenai rencana kerja dan prioritasnya.
Reviu dan peninjauan fisik terhadap fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh entitas.
Menelusuri sistem dan prosedur pengendalian.
Analisis terhadap hubungan antara pemanfaatan sumber daya dan hasilnya.
Mengidentifikasi risiko entitas.
Reviu atas laporan-laporan audit dan studi yang telah dilakukan sebelumnya, termasuk lapo
audit yang dilakukan oleh auditor lainnya.

Hasil
1.
2.
3.

Gambaran Umum Entitas (KKA Indeks A.1.1)


Pemahaman atas Input, Proses, dan Output Entitas (KKA Indeks A.1.2)
Informasi Lainnya (KKA Indeks A.1.3)

313

Studi Kasus

Lembaga Audit Sektor Publik


TIM AUDIT KINERJA
KANTOR PELAYANAN AGRARIA ADIPURA

Indeks
A.1.1

Auditee

: Kantor

Pelayanan

Agraria Adipura
Tahun Buku
: 2005 dan 2006
Dibuat Oleh
: SGW
Direvieu Oleh : ABI

Kertas Kerja Audit

A.

Gambaran Umum Entitas


1.

Perencanaan Strategis KPA


Rencana strategis merupakan rencana KPA dalam rangka mencapai tujuan yang
maksimal, terarah, sistematik serta profesional dengan berpijak pada:
(1)

tugas pokok dan fungsi KPA.

(2)

arti dan fungsi tanah di tengah masyarakat serta kondisi saat ini

Maksud dan Tujuan Rencana Strategis (Renstra):


(1)

Setiap kebijakan yang menyangkut bidang pertanahan dapat terencana,


terarah,

berkesinambungan

dan

adil

guna

menghindari

adanya

pertentangan/konflik;
(2)

Penjabaran visi, misi dari wilayah tempat KPA berada (Kabupaten Adipura) yaitu
manusia unggul yang agamis berbasis agribisnis dan industri yang berwawasan
lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat dan pelayanan prima serta
dapat mengantisipasi segala tantangan dan permasalahan yang timbul sebagai
akibat dari pengaruh globalisasi, teknologi dan informasi;

(3)

2.

Sebagai bahan penilaian keberhasilan kerja (akuntabilitas) Kantor Pertanahan.

Visi
Terwujudnya pelayanan prima di bidang pertanahan bagi masyarakat melalui tertib
pengelolaan pertanahan.

3.

Misi
Misi yang diemban Kantor Pelayanan Agraria adalah:
(1)

meningkatkan kualitas pelayanan di bidang pertanahan;

(2)

mendorong percepatan pendaftaran tanah untuk pertama kali;

314

Studi Kasus

(3)

menumbuhkembangkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan bidang


pertanahan

(4)

meningkatkan kualitas pengawasan dan pengendalian teknis operasional


bidang pertanahan.

4.

Nilai Strategis
Nilai-nilai strategis yang menjadi acuan KPA dalam melaksanakan kebijakan,
program, dan kegiatan dalam mewujudkan visi misi adalah tekad, adaptasi, dan
terukur.

5.

Faktor-Faktor Kunci Keberhasilan


Faktor-faktor kunci keberhasilan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
(1)

sumber daya manusia baik secara kualitatif maupun kuantitatif;

(2)

sistem kerja yang terukur sehingga setiap gerak langkah organisasi dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik;

(3)

teknologi informasi sebagai sarana untuk memperoleh informasi dalam


pengambilan keputusan di bidang pelayanan dan pendapatan dari sektor
pertanahan;

(4)

pelayanan pertanahan yang terorganisir dan sistematis;

(5)

koordinasi dengan instansi terkait.

(1)

Meningkatnya pelaksanaan pelayanan sesuai dengan mekanisme dan

6.

Tujuan

prosedur.
(2)

Meningkatnya fasilitas penunjang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan


pelayanan.

7.

Sasaran
(1)

Terlaksananya mekanisme pelayanan yang terarah dan transparan.

(2)

Tercapainya penyempurnaan sarana fisik dan pemenuhan dana untuk


menunjang kegiatan pelayanan kantor.

8.

Kebijakan
Dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran KPA untuk Tahun 2005-2009 arah
kebijakan yang diambil mengacu pada:

315

Studi Kasus

(1)

mendelegasikan 9 (sembilan) kewenangan pemerintah kepada Pemerintah


Kabupaten

sesuai

dengan

Kepress

Nomor

34

Tahun

2003

dalam

penyelenggaraan pelayanan di bidang pertanahan;


(2)

memberikan fasilitas bagi terwujudnya data fisik dan yuridis yang akurat;

(3)

menata kembali penempatan sumber daya manusia sesuai dengan bidang


keahliannya;

(4)

memberikan fasilitas bagi tersusunnya perencanaan organisasi yang rasional;

(5)

memberikan fasilitas bagi terselenggaranya SIM Pertanahan;

(6)

pengaturan pertanahan untuk memenuhi kebutuhan daerah;

(7)

memberikan fasilitas bagi terselenggaranya pembinaan kepada pelaku jasa


pertanahan kepada masyarakat;

(8)

memberikan fasilitas bagi terselenggaranya pengawasan dan pengendalian


penggunaan

tanah

yang

berwawasan

lingkungan

serta

pengendalian

penguasaan pemilikan tanah;

9.

Kegiatan KPA yang terdiri atas:


(1)

Pelayanan, pengukuran, dan pemetaan bidang tanah

(2)

Pelayanan pendaftaran pertama kali

(3)

Pelayanan pemeliharaan data pendaftaran tanah

(4)

Pelayanan pemeriksaan tanah

(5)

Pelayanan informasi tanah.

10.

Tugas dan Fungsi


Kantor Agraria mempunyai tugas dan fungsi Biro Agraria dalam lingkungan wilayah
Kabupaten yang bersangkutan (Wilayah Kabupaten Adipura) sesuai dengan
Keputusan Kepala Biro Agraria (BA) No. 01 Tahun 1989 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor wilayah dan Kantor Agraria.
Fungsi fungsi yang dimiliki oleh Kantor Pelayanan Agraria Adipura adalah:
(1)

menyiapkan kegiatan di bidang pengaturan penguasaan tanah, penatagunaan


tanah, pengurusan hak-hak atas tanah, serta pengukuran dan pendaftaran
tanah;

(2)

melaksanakan kegiatan pelayanan di bidang pengaturan penguasaan tanah,


pengurusan hak-hak tanah, pengukuran dan pendaftaran;

(3)

menyiapkan rencana, program, dan penganggaran dalam rangka pelaksanaan

316

Studi Kasus

tugas pertanahan;
(4)

memberikan pelayanan, perizinan dan rekomendasi di bidang pertanahan;

(5)

melaksanakan survei, pengukuran dan pemetaan dasar, pengukuran dan


pemetaan bidang, pembukuan tanah, pemetaan tematik dan survey potensi
tanah;

(6)

mengusulkan dan melaksanakan penetapan hak tanah, pendaftaran hak tanah,


pemeliharaan data pertanahan dan administrasi tanah aset pemerintah;

11.

(7)

menangani konflik, sengketa, dan perkara pertanahan;

(8)

mengelola Sistem Informasi Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS).

(9)

melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Uraian Struktur Organisasi


Berdasarkan Peraturan Kepala Biro Agraria struktur organisasi KPA Adipura adalah
sebagai berikut.

317

Studi Kasus

12.

Anggaran dan Realisasi Keuangan serta Penerimaan Negara Bukan


Pajak (PNBP) Kantor Pelayanan Agraria (KPA)
Berkaitan dengan pelayanan yang diberikan, KPA mempunyai sumber daya
keuangan sebagai berikut.

318

Studi Kasus

Tahun Anggaran

Anggaran

Realisasi

2005

12.400.000.000

7.000.000.000

56%

2006

16.000.000.000

10.000.000.000

63%

PNBP pada KPA terdiri atas (i) Pelayanan Pendaftaran Tanah; (ii) Pelayanan
Pemeriksaan Tanah; (iii) Pelayanan Informasi Pertanahan, dan; (iv) Pelayanan
Penetapan Hak atas Tanah.
Penerimaan terbesar Tahun Anggaran 2005 dan 2006 adalah dari kegiatan
Pengukuran dan Pemetaan yaitu Tahun 2005 sebesar Rp4.500.000.000 atau 51%
dari total penerimaan Rp8.900.000.000 dan Tahun 2006 sebesar Rp4.000.000.000
atau 48% dari total penerimaan Rp8.300.000.000.

319

Studi Kasus
Lembaga Audit Sektor Publik
TIM AUDIT KINERJA
KANTOR PELAYANAN AGRARIA ADIPURA

Auditee
:
Tahun Buku :
Dibuat Oleh :
Direvieu Oleh :

Kertas Kerja Audit

B.

Indeks
A.1.2

Kantor Pelayanan Agraria


2005 dan 2006
SGW
ABI

Pemahaman atas Input, Proses, dan Output Entitas


Mekanisme Pelayanan
Pelayanan pada KPA menghasilkan 48 jenis pelayanan dengan melibatkan
front office, yaitu petugas yang berhubungan langsung dengan pemohon dan
back office, yaitu

petugas yang memproses permohonan sampai dengan

produk jadi, yaitu sertifikat/SK maupun pejabat struktural yang terlibat dalam
proses koreksi dan validasi serta pengesahan sampai tingkat Kepala Kantor.
Tabel Pelayanan Kantor Pelayanan Agraria
48 Jenis Pelayanan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Pengukuran
Pemisahan (Surat Ukur
sudah ada)
Pengecekan Sertifikat
Hak Atas Tanah
Jual Beli
Peningkatan Hak Guna
Bangunan ke Hak Milik
tanpa Ganti Blanko
Hak Tanggungan
Pemecahan Sempurna
Pangakuan Hak
Roya
Kutipan Surat Ukur
Pemecahan Sebagian
(Pemisahan)
Penerbitan Sertifikat
Berdasarkan SK

13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

Warisan
Pengganti Blanko
karena hilang untuk
HAT
Pemecahan (Surat
Ukur sudah ada)
SKPT
Ganti Nama
Pemekaran Wilayah
Penurunan/Perubahan
Hak tanpa Salinan
Surat Ukur (SU)
Pengganti Blanko
Baru untuk HAT
Perubahan Nama
Hibah
Merger
Roya Parsial
Lelang

25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.

Cessie
Konversi (SU sudah
ada)
Pembagian Hak
Bersama
Blokir
Penggabungan
Penurunan/Perubaha
n Hak dengan
salinan SU
Pengganti Blanko
karena rusak untuk
HAT
Perpanjangan Hak
Pengangkatan Sita
Jaminan
Ganti Nama
Pengecekan
Sertifikat HMARS
Pencabutan Blokir

37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.

Pengukuran ulang
dengan Berita Acara
Penggabungan (SU
sudah ada)
Pengukuran Ulang
(Pengembalian Batas)
Permohonan SK Hak
atas Tanah Negara
Wakaf
Tukar Menukar
Akta Penggabungan
Pengakuan Hak (SU
sudah ada)
Pengangkatan Sita
Lain-lain
Pengakuan Hak (SU
sudah ada, Belum
Pengumuman)
Pembatalan Sertifikat

Berbagai produk pelayanan tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu


permohonan pendaftaran tanah dengan melakukan input data pada Daftar
Isian (DI) 301 dan permohonan pengukuran dengan melakukan input data

320

Studi Kasus
pada DI 302. Pelayanan-pelayanan tersebut melibatkan pegawai KPA sesuai
SK Kepala Kantor No.72/ 2006 tanggal 4 Agustus 2006 tentang Pembagian
Tugas Pegawai di Lingkungan KPA yang mengatur pembagian tugas
Koordinator maupun petugas pelaksana pembantu Koordinator sesuai Struktur
Organisasi Kantor Agraria. Banyaknya volume pekerjaan, yaitu rata-rata lebih
dari 1.000

pemohon

setiap bulan menyebabkan Kepala

memerlukan pendelegasian wewenang kepada staf

Sub Seksi

pelaksana untuk

memperlancar proses kegiatan pelayanan dalam hal ini kepada Koordinator


yang membantu Kepala Sub Seksi untuk melakukan kegiatan memeriksa
kelengkapan berkas permohonan.
Pemberian pelayanan tersebut dilakukan melalui loket-loket. Hal tersebut diatur
dalam Instruksi Kepala BA No.3 tahun 1998 tanggal 20 Juli 1998 tentang
Peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan masyarakat di bidang pertanahan
yang antara lain menginstruksikan kepada Kepala Kantor Agraria mengambil
langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat di
bidang pertanahan di kantornya masing-masing meliputi menyiapkan dan
memfungsikan sistem loket serta diwajibkan semua jenis pelayanan melalui
jenis loket yang telah ditetapkan yaitu :
a. Loket I

: Informasi pelayanan
b. Loket II

Penyerahan dokumen

permohonan pelayanan
c. Loket III

Penyerahan biaya

d. Loket IV

Pengambilan produk

Untuk loket II (pelayanan teknis) dapat diperbanyak secara paralel sesuai


dengan jenis dan volume kegiatan pelayanan.
Mekanisme melalui loket tersebut diatur lebih lanjut oleh Kantor Wilayah Biro
Agraria (BA) dengan mengeluarkan SK Kepala Kanwil BA No.610-587-2000
tanggal 1 April 2000 tentang pedoman penyelenggaraan sistem loket
pelayanan kegiatan seksi pengukuran dan pendaftaran tanah antara lain
seperti berikut.
a.

Loket Informasi berfungsi memberikan informasi yang bersifat


umum untuk selanjutnya disalurkan ke loket pelayanan masing-masing,
menyediakan

brosur/buku

petunjuk

permohonan

menampung mencatat pengaduan dari masyarakat.

321

yang

diperlukan,

Studi Kasus
b.

Loket Penyerahan Dokumen (loket teknis) merupakan loket


tempat penerimaan dan pemeriksaan kelengkapan berkas yang akan
diproses, loket penyerahan sertifikat.

c.

Loket penyerahan biaya tempat membayar biaya-biaya.

d.

Loket pengambilan produk merupakan tempat penyerahan


hasil-hasil akhir pelayanan non sertifikat.

Setelah menjelaskan gambaran umum di atas kepada tim auditor Kepala KPA
memberikan kesempatan kepada tim audit untuk melakukan tanya jawab atas
paparan tersebut. Lebih lanjut, Kepala KPA menyatakan bahwa informasi yang
bersifat teknis akan dijelaskan oleh masing pejabat terkait dengan tujuan dan
luas lingkup audit yang akan dilakukan oleh auditor.
Setelah memperoleh pemahaman entitas tim audit membuat resume hasilnya
dalam bentuk diagram mekanisme pelayanan sebagai berikut.

322

Studi Kasus
Diagram Mekanisme Pelayanan Front Office dan Back Office
KPA ADIPURA

Sementara proses tahapan pelayanan yang


dilakukan oleh Kantor Pelayanan Agraria
(KPA) dapat dilihat pada tabel berikut ini:

323

Studi Kasus
Proses Pelayanan di KPA
Tahapan kegiatan pelayanan pelaksanapelaksana
(ringkasan sesuai dalam SPOPP)(sesuai dengan SPOPP)(di Kantah Kab.Adipura)

Pemohon menyerahkan dokumen atau berkas permohonan

PemohonPemohon
Menerima dan meneliti kelengkapan berkas permohonan dari pemohon

at Tanda Terima Dokumen (STTD) dan Surat Perintah Setor (SPS) dan memberikan ke pemohon

Petugas loket IIKoordinator


(Di Loket I dan II)

Pemohon melakukan pembayaran berdasarkan SPS

Petugas Loket IIPetugas di loket I & II


Pemrosesan berkas permohonan yaitu :
menyiapkan buku tanah (meminjam buku tanah)
mencocokan dengan buku tanah
Input dokumen
menyiapkan sertifikat
mencetak produk/hasil

Petugas loket IIIPetugas Loket III(Bendahara Penerima)

Koreksi dan Validasi dokumen dan mem-bubuhkan paraf dan meneruskan ke Kasie

Petugas ArsipPetugas Arsip

an Validasi dokumen, membu-buhkan


paraf dan meneruskan
Kepala Kantor
Petugas Pelaksana
pdPetugaske
Pelaksana
pd Pertanahan

Subsie yang bersangkutanSubsie yang bersangkutan

Koreksi dan Validasi dokumen dan membubuhkan tandatangan

Koordinator melakukanKoreksi dan validasi sebelum dokumen ke


Kasubsie

SubsieKasubsie
mpel, mengembalikan bukuKepala
tanah ke
petugas arsip dan menyerahkan produk ke petugas loket IV

Mencetak bukti penyerahan produk, menyerahkan sertfikat kepada pemohon

Kepala SeksiKepala Seksi

Pemohon menerima produk

324

Kepala Kantor PertanahanKepala Kantor

Petugas PelaksanaPetugas Pelaksana

Studi Kasus
Lembaga Audit Sektor Publik
TIM AUDIT
KINERJA
Petugas loket IVKoordinator
KANTOR PELAYANAN AGRARIA ADIPURA

Indeks
A.1.3

(petugas di Loket II)

Auditee

: Kantor Pelayanan
Agraria
Tahun Buku
: 2005 dan 2006
Dibuat Oleh
: SGW
Direvieu Oleh : ABI

PemohonPemohon

Kertas Kerja Audit

C.

Informasi Lainnya
Informasi

lainnya yang dikumpulkan oleh tim audit adalah dengan

memanfaatkan berita-berita yang terkait dengan pelayanan pertanahan yang


ada di media massa dan media elektronik seperti: koran, majalah atau
internet. Disamping itu juga dipelajari panduan dan peraturan yang dikeluarkan
oleh pemerintah mengenai masalah pertanahan dan tata kelola organisasi
yang baik. Dalam hal ini adalah Surat-Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) seperti surat keputusan
mengenai penyelenggaraan pelayanan publik dan surat keputusan mengenai
transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pelayanan publik.
Hasil ringkasan dari pemberitaan di media massa dan media elektronik
termasuk internet adalah sebagai berikut:
-

Pelayanan administrasi pertanahan kepada masyarakat selama ini


berbelit-belit, lama dan mahal.

Masyarakat ingin mendapatkan layanan secara cepat.

Pelayanan jasa pertanahan menimbulkan peluang pungutan liar (pungli)


dan munculnya korupsi. Jumlah pungli dan korupsi bervariasi bergantung
pada layanan yang diberikan di loket Kantor BA, makin rumit layanan,
semakin besar pula jumlah pungli dan korupsi.

Muncul harapan lahirnya Biro Agraria baru yang memahami dan siap
menuntaskan problem agraria saat ini, antara lain kemiskinan mayoritas
anak

bangsa

akibat

ketimpangan

penguasaan,

pemilikan

dan

pemanfaatan tanah dan kekayaan lainnya.


-

Perlunya pembaharuan agraria yang bertujuan untuk memperkuat dan


menyejahterakan rakyat mensyaratkan kemudahan bagi petani untuk
mengakses kredit dari Bank, informasi, teknologi, dan pasar.

325

Studi Kasus

Pemberitaan di Internet mengenai

sistem loket di Kantor Pelayanan

Agraria.
-

Pemberitaan mengenai pendaftaran tanah pertama kali konversi dan


pemberian Hak.

Pemberitaan pendaftaran tanah bekas tanah milik adat.

Pemberitaan hak milik atas tanah untuk rumah tinggal.

Perlunya

perubahan

undang-undang

pertanahan

agar

dapat

dilaksanakan secara komprehensif dengan peraturan perundangan


lainnya.

326

Studi Kasus

CONTOH KASUS 2
IDENTIFIKASI AREA KUNCI
Setelah tim audit mendapatkan gambaran
pemahaman
atas
KPA,
ketua
tim
mengidentifikasikan hal-hal penting, antara
lain:
1.
Visi dan misi KPA.
2.
Proses bisnis KPA.
3.
Risiko utama KPA.
4.
Tugas Utama KPA.
Selanjutnya,
pemimpin
tim
akan
menentukan
area
kunci
yang
akan
dijadikan
sasaran
audit
dengan
mendasarkan pada tugas-tugas utama dari
KPA, yaitu :
(1)
Pengelolaan
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
(2)
Penggunaan belanja
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
(3)
Pengelolaan
pelayanan kepada pemohon
(4)
Pengelolaan
dalam
pelayanan
penanganan
sengketa,
konflik, dan perkara
Berikut ini adalah ilustrasi bagaimana
menentukan area kunci sesuai dengan
tahapan-tahapan yang harus dilalui dengan
menggunakan
faktor-faktor
pemilihan
(selection factors).

327

Studi Kasus
Indeks
B.1

Lembaga Audit Sektor Publik


TIM AUDIT KINERJA
KANTOR PELAYANAN AGRARIA ADIPURA

Auditee
Tahun Buku
Dibuat Oleh
Direviu Oleh

Kertas Kerja Audit

: Kantor Pelayanan
Agraria
: 2005 dan 2006
: SGW
: ABI

IDENTIFIKASI AREA KUNCI


Tujuan
Menentukan area kunci
Langkah-langkah
(1)

Lakukan

analisis

untuk

menentukan

area

audit

potensial,

dengan

menggunakan pendekatan faktor pemilihan pada 4 (empat) tugas utama KPA,


yaitu :
1.

Pengelola
an Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

2.

Pengguna
an belanja Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

3.

Pengelola
an pelayanan kepada pemohon.

4.

Pengelola
an dalam pelayanan penanganan sengketa, konflik, dan perkara.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkandalam menentukan pemeringkatan


atas area audit potensial adalah:
R

isiko manajemen, yaitu risiko bahwa entitas atau area yang akan
diperiksa

melakukan

tindakan

ketidakekonomisan,

inefisiensi

dan

ketidakefektivan.
S

ignifikansi, dalam hal ini adalah signifikansi dari suatu area pemeriksaan
harus berhubungan dengan tingkat besar kecilnya pengaruh kegiatan
tersebut terhadap entitas secara keseluruhan. Tim audit dalam hal ini

328

Studi Kasus

memfokuskan kepada tingkat materialitas finansialnya.


D

ampak potensial tertentu dari pemeriksaan kinerja yang meliputi unsur


efektivitas, peningkatan perencanaan, pengendalian dan pengelolaan,
serta peningkatan akuntabilitas efisiensi, ekonomi dan kepentingan mutu
pelayanan. Dalam hal ini kepentingan umum dimasukkan sebagai salah
satu faktor pertimbangan dalam pembobotan karena entitas yang
diperiksa memberikan pelayanan kepada masyarakat. Aspek kepentingan
umum berhubungan dengan aspek sosial ekonomi kegiatan dan
pentingnya pengoperasian kegiatan bagi parlemen dan publik.
A

uditibilitas,

berhubungan

dengan

kemampuan

tim

audit

dalam

melaksanakan audit berdasarkan standar profesi.


Gunakan matrik pembobotan untuk menyeleksi area audit potensial dengan
skoring sebagai berikut :

(2)

Tinggi

: skor 3

Sedang

: skor 2

Rendah

: skor 1

Lakukan analisis untuk menentukan area kunci berdasarkan area, dengan


memperhatikan:
a)

Risiko manajemen adalah risiko manajemen atas tidak tercapainya 3E


(ekonomis, efisiensi dan efektivitas).

b)

Siginifikansi menilai apakah suatu kegiatan dalam suatu area audit


secara komparatif memiliki pengaruh yang besar terhadap kegiatan
lainnya dalam objek audit secara keseluruhan. Faktor-faktor yang
dipertimbangkan:

c)

materialitas keuangan

batas kritis keberhasilan

visibilitas

Dampak hasil pemeriksaan adalah pengaruh hasil audit terhadap


perbaikan atas area yang diperiksa. Berhubung entitas yang diperiksa
adalah kantor pertanahan yang memberikan pelayanan umum, unsur lain

329

Studi Kasus
yang juga harus dilihat dalam dampak hasil pemeriksaan adalah apakah
kepentingan umum dapat terlayani dengan baik dengan adanya audit ini?
d)

Audibilitas berhubungan dengan kemampuan tim auditor untuk


melaksanakan audit sesuai dengan standar profesi.

Hasil
A.

Area audit potensial (KKA Indeks B.1.1)


Pemeringkatan area pemeriksaan potensial dengan mempertimbangkan faktorfaktor tersebut adalah:
1.

Pengelolaan pelayanan kepada pemohon;

2.

Penggunaan belanja PNBP;

3.

Pengelolaan PNBP;

4.

Pengelolaan dalam pelayanan penanganan sengketa, konflik dan


perkara.

B.

Area kunci (KKA Indeks B.1.2)


Dari hasil analisis terdapat dua area kunci, yang akan dinilai oleh tim audit
dalam kegiatan pelaksanaan audit di lapangan, yaitu:

Area Pengukuran; dan

Area Peningkatan Hak Guna Bangunan ke


Hak Milik Tanpa Ganti Blanko.

330

Studi Kasus
Lembaga Audit Sektor Publik
TIM AUDIT KINERJA
KANTOR PELAYANAN AGRARIA

Indeks
B.1.1

Auditee

: Kantor Pelayanan
Agraria
: 2005 dan 2006
: SGW
: ABI

Tahun Buku
Dibuat Oleh
Direviu Oleh

Kertas Kerja Audit

AREA AUDIT POTENSIAL


Resume Matrik Penentuan Area Audit Potensial

Faktor-Faktor

1.
2.
3.
4.

Risiko
manajemen
Signifikansi
Dampak
potensial
Auditibiltas
Total Skor

Pengelolaan
PNBP

Penggunaan
Belanja PNBP

Pengelolaan
pelayanan
kepada pemohon

Pengelolaan
dalam pelayanan
penanganan
sengketa, konflik
dan perkara

11

12

Kesimpulan:
Pemeringkatan area audit potensial dengan mempertimbangkan faktor-faktor
tersebut adalah:
1.

Pengelolaan pelayanan kepada pemohon dengan skor 12.

2.

Penggunaan belanja PNBP dengan skor 11.

3.

Pengelolaan PNBP dengan skor 8.

4.

Pengelolaan dalam pelayanan penanganan sengketa, konflik


dan perkara dengan skor 6.

Untuk mencapai kesimpulan diatas tim audit menilai area audit potensial secara
lebih rinci dengan membuat matrik faktor-faktor dalam memilih topik pemeriksaan
potensial. Hasil matrik tersebut sebagai berikut (KKA Indeks B.1.1.2)
Lembaga Audit Sektor Publik

331

Studi Kasus
Indeks
B.1.1.2

TIM AUDIT KINERJA


KANTOR PELAYANAN AGRARIA

Auditee
Tahun Buku
Dibuat Oleh
Direviu Oleh

Kertas Kerja Audit

: Kantor Pelayanan
Agraria
: 2005 dan 2006
: SGW
: ABI

MATRIK FAKTOR-FAKTOR DALAM MEMILIH TOPIK PEMERIKSAAN

Pengelolaan Pelayanan
Utama kepada Pemohon

Pengelolaan dalam
Pelayanan Penanganan
Sengketa, Konflik dan
Perkara

dari keuangan)
TA 2005
TA 2006

Penggunaan Belanja
PNBP

Risiko Manjemen
Signifikansi (dilihat

(1)

(3)

(3)

(2)

(2)

(2)

(3)

(1)

8.900.000.000

Rp 6.900.000.000

Rp15.888.900.000

n/a

8.300.500.000

Rp7.999.000.000

Rp16.300.000.000

n/a

(3)
(3)

(2)
(1)

(Skor)

Faktor-Faktor

(Skor) Pengelolaan PNBP

POTENSIAL

Auditibiltas
(3)
Dampak Potensial
(2)
Dampak potensial tertentu dari pemeriksaan kinerja

(3)
(3)

332

Pengelolaan dalam pelayanan


penanganan sengketa, konflik
dan perkara

Pengelolaan pelayanan utama


kepada pemohon

Penggunaan Belanja PNBP

Pengelolaan PNBP

Penilaian atas dampak potensial dapat dijabarkan (breakdown) sebagai berikut:

Studi Kasus
A.

Efektivitas

(3)

(3)

(3)

(3)

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

B. Peningkatan Perencanaan, Pengendalian


dan Pengelolaan
1.
Peningkatan perencanaan badan yang
diperiksa
2.
Prioritas dan sasaran yang lebih jelas
3.
Insentif yang lebih baik untuk mencapai
sasaran
4.
Perbaikan pengendalian dan pengelolaan
sumber daya manusia, aset, proyek, dan
sumber daya lain
5.
Pengendalian yang lebih ketat atas
kecurangan
6.
Perbaikan sistem akuntansi keuangan
7.
Perbaikan informasi manajemen
keuangan
8.
Perbaikan keamanan sistem komputer

(3) Tinggi
V
V
V

(3) Tinggi
V
V
V

(2) Sedang
V
V
V

(1)
Rendah
V
V
V

V
V
-

V
V
-

V
-

C. Peningkatan Akuntabilitas

(3) Tinggi
V

(3) Tinggi
V

(2) Sedang
V

(2)
Sedang
V

V
-

V
-

V
-

V
-

(3) Tinggi
V

(3) Tinggi
V

(3) Tinggi
V

(2)
Sedang
-

(1) Rendah

(3) Tinggi

(3) Tinggi

(1)
Rendah

1.
Perbaikan analisis kebutuhan untuk suatu
program
2.
Tujuan dan kebijakan program yang lebih jelas
3.
Tujuan rincian dan sasaran yang lebih memadai
4.
Peningkatan
pencapaian
tujuan
melalui
perubahan sifat output atau perbaikan
sasaran.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
D.
1.
2.
E.

Peningkatan kejelasan output-output dan


prosedur-prosedur
Perbaikan pertanggung-jawaban atas
pengelolaan keuangan negara kepada
lembaga perwakilan
Pengembangan bentuk laporan-laporan
keuangan
Perbaikan indikator kinerja
Perbaikan perbandingan kinerja antara
badan sejenis yang diperiksa
Penyajian informasi yang lebih jelas dan
informatif
Efisiensi
Peningkatan output yang dihasilkan dari
tingkat input yang sama
Perbaikan atas pekerjaan ganda dan
perbaikan koordinasi
Ekonomi

333

Studi Kasus
1.
2.
3.
4.

F.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengurangan biaya melalui perbaikan


sistem pengontrakan dan pembelian besarbesaran
Pengurangan biaya melalui perbaikan
pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber daya lain
Penyederhanaan fasilitas
Pemulihan biaya-biaya melalui
pengenalan ongkos-ongkos yang
sebelumnya tidak dikenakan, atau revisi
ongkos-ongkos

Peningkatan Mutu
Pelayanan
Daftar tunggu yang lebih pendek untuk
program
Pengurangan waktu respon untuk program
Pembagian yang lebih adil akan manfaatmanfaat program
Peningkatan akses terhadap informasi
Perluasan cakupan pelayanan dan
perluasan pilihan
Peningkatan kesetaraan akses terhadap
program-program

(1) Rendah
-

(1) Rendah
-

(3) Tinggi
V
V
-

(2)
Sedang
V
V
-

V
V

V
-

(2)
Sedang

(3)
Tinggi

(3)
Tinggi

(1)
Rendah

Kesimpulan akhir Dampak Potensial

334

Studi Kasus
Indeks
B.1.2

Lembaga Audit Sektor Publik


TIM AUDIT KINERJA
KANTOR PELAYANAN AGRARIA

Auditee

: Kantor Pelayanan
Agraria
: 2005 dan 2006
: SGW
: ABI

Tahun Buku
Dibuat Oleh
Direviu Oleh

Kertas Kerja Audit

AREA KUNCI
Tim audit menggunakan pembobotan yang dipakai dalam pengisian matrik seleksi
area kunci yaitu:

Tinggi

: skor 3

Sedang

: skor 2

Rendah

: skor 1

Hasil pembobotan termuat dalam matrik area kunci atas kegiatan 48 jenis pelayanan
yang ada di KPA dan memberikan skor berdasarkan pertimbangan secara keahlian
(professional judgement) yang dimiliki oleh auditor.

Tabel Matrik Pemilihan Area Kunci


Risiko
Manajemen

Signifikans
i

Dampa
k Audit

Audibilitas

Total

Ket.

12

Dipilih

12

10

11

Jual beli
Peningkatan hak guna
bangunan ke hak milik
tanpa ganti blanko
Hak tanggungan

Pemecahan sempurna

Pengakuan hak

12

Roya (hak tanggungan)

10

Kutipan surat ukur

No

Area

Pengukuran
Pemisahan (Surat Ukur
sudah ada)

2
3
4
5

Pengecekan sertifikat
hak atas tanah

335

Dipilih

Dipilih

Dipilih

Studi Kasus

No

Area

Risiko
Manajemen

Signifikans
i

Dampa
k Audit

Audibilitas

Total

11

Pemecahan sebagian
(pemisahan)

12

Penerbitan sertifikat
berdasarkan SK

13
14
15
16
17
18

Warisan
Pengganti Blanko
karena hilang untuk
HAT
Pemecahan (surat ukur
sudah ada)
SKPT
Ganti nama pemekaran
wilayah
Penurunan/Perubahan
hak tanpa salinan surat
ukur

19

Pengganti Blanko baru


untuk HAT

20

Perubahan nama

21

Hibah

22

Merger

23

Roya Parsial (hak


tanggungan parsial)

24

Lelang

25

28

Cessie
Konversi (SU sudah
ada)
Pembagian hak
bersama
Blokir

29

Penggabungan

30

Penurunan/perubahan
hak dengan salinan SU

26
27

31
32
33
34
35
36

Pengganti Blanko
karena rusak untuk
HAT
Perpanjangan hak
Pengangkatan sita
jaminan
Ganti nama
Pengecekan seripikat
HMARS
Pencabutan blokir

336

Ket.

Studi Kasus

No

Area

Risiko
Manajemen

Signifikans
i

Dampa
k Audit

Audibilitas

Total

37

Pengukuran ulang
dengan berita acara

38

Penggabungan (SU
sudah ada)

39

Pengukuran ulang
(pengembalian batas)

40

Permohonan SK hak
atas tanah negara

41

Wakaf

42

Tukar menukar

43

Akta penggabungan
Pengakuan hak (Surat
Ukur sudah ada)
Pengangkatan sita

12

Lain-lain
Pengakuan hak (Surat
Ukur sudah ada, belum
pengumuman)
Pembatalan Sertifikat

12

44
45
46
47
48

Ket.

Dipilih

Dipilih

Dari hasil pemilihan area kunci di atas, prioritas yang diaudit adalah yang
memiliki bobot paling tinggi.
No

Area Pelayanan

Skor

Pengukuran

12

Pemisahan (surat ukur sudah ada)

12

Pengakuan Hak

12

Pengakuan Hak (surat ukur sudah ada)

12

Pengakuan Hak (surat ukur sudah ada belum pengumuman)

12

Peningkatan hak guna bangunan (HGB) ke hak milik tanpa ganti blanko

11

Dari hasil analisis lebih lanjut atas area pelayanan yang dipilih, tim audit
melihat bahwa area pelayanan pengukuran, area pemisahan (surat ukur sudah
ada), area pengakuan hak, area pengakuan hak (surat ukur sudah ada) dan
area pengakuan hak (surat ukur sudah ada belum pengumuman) merupakan
satu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga
tim audit mengelompokkan kelima area pelayanan ini menjadi satu area kunci

337

Studi Kasus
yaitu area pengukuran. Dengan demikian, terdapat dua area kunci, yang
akan dinilai oleh tim audit dalam kegiatan pelaksanaan audit di lapangan, yaitu:

Area Pengukuran; dan

Area Peningkatan Hak Guna Bangunan ke


Hak Milik Tanpa Ganti Blanko.

Alasan area-area tersebut memiliki bobot nilai yang paling tinggi adalah
sebagai berikut:
1.

A
rea Pengukuran

Risiko Manajemen

Risiko manajemen tinggi karena semua output dari pelayanan pertanahan


banyak yang bergantung kepada hasil pengukuran misalnya pengakuan
hak dengan keluarnya sertifikat tanah. Apabila pengukuran salah, output
yang lainnya pun akan salah (garbage in garbage out) sehingga risiko
tidak tercapainya 3E akan tinggi.

Siginifikansi
1.

Materialitas
keuangan

2.

Batas kritis
keberhasilan

3.

Visibilitas

Dampak Audit

Auditibilitas

Dari sisi materialitas keuangan, area pelayanan pengukuran memiliki


porsi rata-rata separuh dari pos penerimaan di KPKB setiap tahunnya.
Pada tahun 2005, terdapat 606 pemohon dengan penerimaan sebesar
Rp4.500.000.000 atau 51% dari total penerimaan. Pada tahun 2006 (s.d.
Oktober) terdapat 547 pemohon dengan penerimaan sebesar
Rp4.000.000.000 atau 48% dari total penerimaan.
Batas kritis keberhasilan tinggi karena perbaikan atas area pengukuran
akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi operasi kantor
pertanahan seperti turunnya tingkat risiko manajemen akibat kesalahan
pengukuran dan/atau naiknya penerimaan entitas dari area ini.
Pembangunan pertanahan merupakan masalah yang penting dan peka
bagi masyarakat umum.
Kegiatan pelayanan penting karena merupakan kegiatan utama Kantor
Pertanahan. Pelayanan yang diberikan akan mempengaruhi pandangan
masyarakat atas pelayanan BPN kepada masyarakat. Perbaikan dalam
pelayanan pengukuran akan mengakibatkan risiko timbulnya
persengketaan tanah yang rendah.
Auditibilitas tinggi karena tim audit sudah memiliki pengalaman dalam
melakukan audit atas kantor pertanahan.

338

Studi Kasus
2.

A
rea Peningkatan Hak Guna Bangunan ke Hak Milik Tanpa Ganti
Blanko

Risiko Manajemen

Risiko pengalihan HGB ke hak milik sedang karena merupakan pelayanan


administratif dan tidak mempengaruhi output pelayanan lainnya.

Siginifikansi

1.

Materialita
s keuangan

2.

Batas
kritis
keberhasilan

3.

Visibilitas

Dampak Audit

Auditibilitas

Materialitas keuangan tinggi karena banyaknya pemohon untuk


pelayanan pengalihan HGB ke Hak Milik, sehingga nilai penerimaan dari
pelayanan ini cukup tinggi. Jumlah pemohon untuk tahun 2005 sejumlah
7.710 pemohon dengan penerimaan sebesar Rp780.000.000. Pada tahun
2006 (s.d. Oktober) sejumlah 6.271 pemohon dengan penerimaan
sebesar Rp720.000.000,-.
Batas kritis keberhasilan tinggi karena perbaikan atas area pengalihan
HGB akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi operasi kantor
pertanahan, seperti naiknya penerimaan entitas dari area ini.
Pembangunan pelayanan pertanahan merupakan masalah yang penting
dan peka bagi masyarakat umum.
Dampak audit tinggi karena perbaikan atas pelayanan pengalihan HGB ke
Hak Milik akan menurunkan tingkat keluhan (complain) dari pemohon dan
meningkatkan citra pelayanan administrasi pertanahan di masyarakat.
Auditibilitas tinggi karena tim audit sudah memiliki pengalaman dalam
melakukan audit atas kantor pertanahan dan pengujian atas area ini tidak
sulit untuk dilakukan.

339

Studi Kasus

CONTOH KASUS 3
PENETAPAN
TUJUAN
AUDIT

DAN

LINGKUP

Seperti diuraikan sebelumnya, pada contoh


kasus 1, kita sudah menetapkan tentative
audit objective, yaitu:
Menilai
ekonomi,
efisiensi,
dan
efektivitas
pengelolaan
pelayanan
pertanahan yang dikelola oleh Kantor
Pelayanan Agraria Adipura.
Selain itu, pada tahap sebelumnya tim
audit telah menetapkan area kunci, yaitu
area pengukuran dan area peningkatan
HGB ke Hak Milik tanpa ganti blanko.
Selanjutnya, tim audit akan menentukan
tujuan
audit
dan
lingkup
audit
berdasarkan
area
kunci
yang
telah
ditetapkan tersebut. berikut ini adalah
ilustrasi
penetapan
tujuan
audit
dan
lingkup audit.
Lembaga Audit Sektor Publik
TIM AUDIT KINERJA
KANTOR PELAYANAN AGRARIA

Indeks
B.3

Auditee
Kertas Kerja Audit

: Kantor Pelayanan
Agraria Adipura
Tahun Buku : 2005 dan 2006
Dibuat Oleh : SGW
Direview Oleh : ABI

PENETAPAN TUJUAN DAN LINGKUP AUDIT


Tujuan
Menetapkan firm audit objective dan lingkup audit

340

Studi Kasus

Langkah-langkah
1.

Tentukan firm audit objective berdasarkan area kunci yang telah


ditetapkan sebelumnya

2.

Tentukan lingkup audit dengan langkah-langkah sebagai berikut.


(1)

Manfaatkan informasi dari tahap audit sebelumnya

(2)

Menyesuaikan lingkup audit

(3)

Menggunakan pertimbangan profesional

(4)

Mempertimbangkan karakteristik objek audit

Hasil
1.

Firm audit objective:


Dari empat wilayah prioritas audit tersebut, tim audit melihat wilayah
pengelolaan pelayanan kepada pemohon yang paling penting untuk
dilakukan audit karena banyaknya isu atau keluhan dari masyarakat
mengenai pelayanan yang belum baik dan wilayah pelayanan memberikan
kontribusi yang besar atas penerimaan KPA. Oleh karena itu, tim audit
lebih memfokuskan kepada penilaian efektivitas pelayanan dibandingkan
dengan penilaian atas ekonomi dan efisiensi. Di samping itu, tim audit
belum pernah melakukan kegiatan audit kinerja pada KPA sehingga
diperlukan pemilihan skala prioritas dalam hal unsur 3E yang akan dinilai
maupun wilayah audit yang akan dilakukan terkait dengan faktor biaya dan
waktu. Untuk ketiga wilayah prioritas lainnya, yaitu: penggunaan belanja
PNBP, pengelolaan PNBP, dan pengelolaan dalam pelayanan penanganan
sengketa, konflik dan perkara serta unsur ekonomi dan efisiensi dapat
dilakukan pada pelaksanaan audit kinerja periode yang akan datang.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, tim audit akan lebih
memfokuskan kepada penilaian atas efektivitas pengelolaan pelayanan
pertanahan dan akuntabilitas dengan harapan bahwa audit ini akan
meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat dan akuntabilitasnya.
Dengan demikian, perumusan firm audit objective adalah:
Menilai efektivitas pengelolaan pelayanan pengukuran dan
peningkatan HGB ke Hak Milik tanpa ganti blanko, yang dikelola oleh

341

Studi Kasus
Kantor Pelayanan Agraria Adipura.
Untuk tujuan ini, audit akan menilai:
(1)

Apakah

struktur organisasi

dan pengelolaan

keuangan

telah

mendukung pemberian pelayanan kepada masyarakat;


(2)

Apakah proses pelayanan telah sesuai dengan standar dan prosedur


yang ditetapkan;

(3)

Apakah

pengukuran

pelayanan

dan

penilaian

kinerja

Kantor

Pelayanan Agraria Adipura telah dikelola dan dipertanggungjawabkan


dengan baik.
2.

Lingkup Audit
(1)

Tahun Anggaran yang diperiksa adalah 2005


dan 2006;

(2)

Lingkup kegiatan yang diperiksa meliputi


proses pelayanan dan akuntabilitas;

(3)

Lingkup kegiatan yang diuji dalam audit


berdasarkan pemilihan area kunci yang sudah dilakukan mencakup 2
(dua) area kunci, yaitu area pelayanan pengukuran

dan area

pelayanan Peningkatan Hak Guna Bangunan (HGB) ke Hak Milik


Tanpa Ganti Blanko;
(4)

Lokasi audit pada KPA Adipura;

(5)

Audit pada

Biro Agraria Pusat dan Kantor

Wilayah Agraria sebagai instansi vertikal hanya bersifat konfirmasi;


(6)

Lingkup audit tidak termasuk audit atas sistem


komputerisasi informasi pertanahan (Land Office Computerization).

342

Studi Kasus

CONTOH KASUS 4
PENENTUAN KRITERIA AUDIT
Berdasarkan tujuan audit yang ditetapkan
tim, tim perlu menetapkan kriteria yang
akan digunakan untuk menilai efektivitas
pengelolaan pelayanan pengukuran dan
penggantian HGB ke Hak Milik tanpa ganti
blanko.
Lembaga Audit Sektor Publik
TIM AUDIT KINERJA
KANTOR PELAYANAN AGRARIA ADIPURA

Auditee
Tahun Buku
Dibuat Oleh
Direview Oleh

Kertas Kerja Audit

Indeks
B.4

:
:
:
:

Kantor Pelayanan Agraria


2005 dan 2006
SGW
ABI

PENENTUAN KRITERIA AUDIT


TUJUAN
Menentukan kriteria audit

LANGKAH-LANGKAH
1.

Menilai Ketepatan Karakteristik Kriteria Audit

2.

Menentukan Sumber Kriteria Audit

3.

Mengembangkan Kriteria Audit

4.

Mengkomunikasikan Kriteria dengan Auditee

5.
HASIL
1.

Menentukan karakteristik kriteria audit.


Tim audit merumuskan kriteria pemeriksaan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

2.

(a)

Standar kinerja yang sewajarnya;

(b)

Bukan standar minimum atau standar yang tertinggi yang dapat dicapai;

(c)

Mencerminkan praktek yang baik.


Sumber kriteria audit.

343

Studi Kasus

Untuk merumuskan kriteria yang baik, tim audit mempelajari berbagai macam peraturan, keb
pendapat ahli dan standar yang terkait dengan pelayanan pertanahan yang ada di Indonesia. Biro

memiliki standar pelayanan yang dikenal dengan Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan P

Agraria. SPOPP Agraria mengatur mengenai prosedur pelayanan, standar waktu pelayanan, biaya

Tim audit juga melihat panduan praktek yang lebih baik yang dikeluarkan oleh Kementerian Biro Agra

(1)

Peraturan No.01/KBA/07/2003 tanggal 1 Juli 2003 mengenai Pedoman Umum


Pelayanan Publik.

(2)

Peraturan No.02/KBA/02/2004 tanggal 2 Februari 2004 mengenai Pedoman Umum P


Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.

(3)

Peraturan No. 03/KBA/02/2004 tanggal 2 Februari 2004 mengenai Petunjuk Tekni


Akuntabilitas Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

(4)

Peraturan No. 04/KBA/04/2006 tanggal 2 April 2006 mengenai Pedoman Pe


Pelayanan Publik.

Disamping itu, tim audit melakukan konsultasi dan berbagi pengetahuan serta pengalaman ( sharing
tim auditor lainnya yang kebetulan memeriksa kegiatan yang sama. Upaya lain yang dilakukan

mempelajari contoh pelayanan yang baik dari instansi lain sebagai suatu upaya benchmarking (perba

3.

Mengembangkan kriteria audit.


Firm Audit Objective (FAO) 1:

Apakah Kantor Pelayanan Agraria (KPA) mempunyai struktur organisasi dan pengelolaan keuangan
pemberian pelayanan kepada masyarakat?
Kriterianya adalah sebagai berikut:
1.

Adanya struktur organisasi yang memadai untuk mendukung pemberian pelayanan prima kepad
(a)

Tersedianya bagian khusus yang memberikan informasi kepada masyarakat yang da


permohonan.

2.

(b)

Terdapat mekanisme pelayanan front office dan back office yang jelas dalam member

(c)

Adanya pejabat yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan suatu pelayanan

(d)

Tersedianya pegawai yang memiliki keahlian dan ketrampilan dalam memberikan pela

Penyelenggaraan pengelolaan keuangan yang efektif dalam pemberian kegiatan pelayanan.


(a)

Adanya dukungan biaya untuk setiap kegiatan pelayanan.

(b)

Semua pembayaran yang dilakukan sesuai dengan ketentuan.

344

Studi Kasus

Firm Audit Objective (FAO) 2:

Apakah Kantor Pelayanan Agraria (KPA) telah melakukan proses pelayanan sesuai dengan standar
ditetapkan?
Kriterianya adalah sebagai berikut:
1.

2.

3.

Memiliki standar pelayanan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan


(a)

Memiliki standar pelayanan yang jelas yang berlaku di Kantah Kab.Adipura

(b)

Standar pelayanan yang ada disosialisasikan dan diketahui oleh seluruh pegawai

(c)

Standar pelayanan mudah dipahami dan dimengerti

(d)

Standar pelayanan sudah diaplikasikan

(e)

Standar pelayanan sudah diaplikasikan

Melaksanakan kegiatan pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan.


(a)

Proses kegiatan pelayanan dilakukan sesuai prosedur tetap yang dibakukan.

(b)

Realisasi ketepatan waktu pelayanan sudah sesuai dengan standar.

Mengindentifikasi, menilai dan menangani resiko-resiko yang timbul dalam proses pelayanan
(a)

Kantor Pertanahan Kab. Adipura mencatat, menggolongkan dan menganalisa setiap masa

(b)

Masalah-masalah tersebut dilaporkan

(c)

Melayani pengaduan dengan tepat dan segera melakukan perbaikan sesuai prosedur

Firm Audit Objective (FAO) 3:

Apakah Pengukuran pelayanan dan penilaian kinerja Kantor Pelayanan Agraria (KPA) telah dievaluas
dipertanggungjawabkan dengan baik?
1.

2.

Adanya evaluasi kinerja pelayanan KPA secara memadai


a.

Tersedianya informasi mengenai evaluasi kinerja pelayanan

b.

Memonitor dan melakukan tindakan perbaikan atas kinerja pelayanan

c.

Pemeriksaan hasil kinerja pelayanan KPA oleh aparat intern dan ekstern

Adanya Pertanggungjawaban kinerja KPA


a.

Memiliki mekanisme pertanggungjawaban yang memadai

b.

Pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan

c.

Adanya umpan balik atas pertanggungjawaban yang dilakukan

Hasil penetapan kriteria oleh tim audit tersebut dapat dibuat menjadi suatu model yang diseb
Management.

4.

Mengkomunikasikan Kriteria dengan Auditee

Dalam diskusi antara auditee dengan tim audit, auditee menyetujui model kriteria yang diajukan oleh

345

Studi Kasus

Model of Good Management

346

Studi Kasus

C
ONTOH KASUS 5
IDENTIFIKASI BUKTI AUDIT
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan,
tim audit mengidentifikasi sumber dan
jenis bukti yang diperlukan untuk menilai
efektivitas
pengelolaan
pelayanan
pengukuran dan penggantian HGB ke Hak
Milik tanpa ganti blanko. Sebagai catatan,
pengidentifikasian bukti audit ini akan
berkembang
dan
disesuaikan
dengan

347

Studi Kasus

keadaan di lapangan pada saat dilakukan


pengujian terinci. Hasil pengidentifikasian
ini akan dibuat ke dalam suatu matrik
prosedur audit. Bagianbagian dari matrik
prosedur audit adalah sebagai berikut:
1. Tujuan audit yang telah ditetapkan;
2. Kriteria dan sub kriteria audit yang telah
ditetapkan;
3. Jenis bukti bukti;
4. Sumber bukti, yaitu bagian atau unit
kerja yang bertanggung jawab.
Hasil formulasi pengembangan matrik
prosedur audit, kinerja dapat dilihat pada
Tabel 5.1 Matrik prosedur audit kinerja ini
akan digunakan sebagai dasar dalam
pelaksanaan pengujian terinci.

348

Studi Kasus
Tabel 5.1
Matrik Prosedur Audit Kinerja
TUJUAN AUDIT:
Menilai efektivitas pengelolaan pelayanan pengukuran dan peningkatan HGB ke Hak Milik tanpa ganti blanko, yang dikelola oleh KPA.
Kriteria 1:
Adanya struktur organisasi dan pengelolaan keuangan yang memadai untuk mendukung pemberian pelayanan kepada masyarakat
Sub-kriteria
1.1

Jenis Bukti

Sumber Bukti

Apakah

SK Kakan Pembagian Tugas, Struktur Organisasi,

KPA:

terdapat bagian khusus yang memberikan

SK Kanwil Mekanisme Pelayanan, SK Kepala BA

Subbag. Tata Usaha

informasi pertanahan kepada masyarakat?

Urusan Umum dan Kepegawaian


Seksi HT & PT
Seksi SPP
Kanwil:
Bagian Tata Usaha
BA:
Settama
Inspektorat Utama

1.2

Apakah ada mekanisme

SK Struktur Organisasi,

Kantah:

pelayanan front office dan back office yang jelas

SK Kakan Pembagian Tugas

Sub Bag Tata Usaha

dalam memberikan pelayanan?

SK Kepala Kanwil ttg mekanisme pelayanan

Urusan Umum dan Kepegawaian

SK Kepala BA/Settama mengenai pelayanan

Seksi HT & PT

Bagian Ortala: Hasil penilaian kinerja kelembagaan dan

Seksi SPP

ketatalaksanaan

Kanwil :

Inspektorat Utama: LHP

Bagian Tata Usaha


BA:
Settama
Biro Organisasi dan Tata Laksana: Bagian
Organisasi dan Tata Laksana
Inspektorat Utama

1.3

Apakah ada

Struktur organisasi,

KPA:

pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan

SK Kakan tentang Pembagian Tugas, SK Kanwil mengenai Mekanisme

Subbag. Tata Usaha

kegiatan suatu pelayanan?

Pelayanan

Urusan Umum dan Kepegawaian


Seksi HTPT
Seksi SPP
Kanwil:
Bag Tata Usaha
Kabid HTPT
Kabid SPP
BA:
Settama
Ortala
Deputi HTPT
Deputi SPP

1.4

Apakah pegawai memiliki keahlian dan

Struktur Organisasi,

KPA:

keterampilan dalam memberikan pelayanan?

SK Kakan ttg Pembagian Tugas, Data Kepegawaian,

Subbag. Tata Usaha

Laporan Hasil Monitoring,

Urusan Umum dan Kepegawaian

SK Persyaratan penempatan pegawai, SK Pelatihan

Kanwil:
Bagian Tata Usaha
BA:
Inspektorat Utama

1.5

Apakah dalam setiap kegiatan pelayanan telah

RKAKL/POK, Laporan penyerapan anggaran, LKKA, DIPA

KPA:

didukung dengan sumber daya keuangan dan

Subbag. Tata Usaha

sarana yang memadai?

Urusan Perencanaan dan Keuangan

349

Studi Kasus
Seksi HTPT
Seksi SPP
Kanwil:
Subbag. Perencanaan dan Keuangan
BA:
Biro Keuangan

1.6

Apakah biaya yang dikenakan kepada pemohon

SPOPP, DI 306, Berkas Permohonan, Kartu Kendali, Berkas

KPA:

telah sesuai dengan ketentuan?

Penyelesaian Ketentuan Tarif,

Urusan Perencanaan dan Keuangan

LKKA, DIPA, BKU dan Buku Pembantu Bendahara Pengeluaran,

Bendahara Penerima

Laporan Keuangan, Data LOC

Petugas LOC
Seksi HT & PT
Seksi Survey, Pemetaan dan Pengukuran
(SPP)
Kanwil:
Bagian Tata Usaha,
Bidang HTPT,
Bidang SPP
BA:
Inspektorat Utama,
Tim Perumus Standar
Tim Sosialisasi Standar

Kriteria 2:
Apakah Kantor Pelayanan Agraria telah melakukan proses pelayanan sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan?

2.1

Apakah ada standar pelayanan yang jelas yang

SPOPP, Ketentuan MenPAN mengenai Pelayanan

berlaku di KPA Kab. Adipura.

KPA:
Subbag. Tata Usaha
Seksi HT PT
Seksi Survey Pemetaan dan Pengukuran
Kanwil:
Subbag.Tata Usaha
Bidang HTPT
Bidang SPP
BA:
Tim Perumus Standar

2.2

Apakah standar pelayanan disosialisaikan dan

SPOPP,

KPA:

diketahui oleh seluruh pegawai?

Laporan Monitoring Kanwil.

Subbag. Tata Usaha


Seksi HT & PT
Seksi Survey, Pemetaan dan Pengukuran
(SPP)
Kanwil:
Bagian Tata Usaha,
Bidang HTPT,
Bidang SPP
BA:
Inspektorat Utama,
Tim Perumus Standar
Tim Sosialisasi Standar

2.3

Apakah standar pelayanan mudah dipahami dan

SPOPP,

KPA:

dimengerti?

Laporan Monitoring Kanwil, Notulen rapat Koordinasi.

Subbag. Tata Usaha


Seksi HT & PT
Seksi Survey, Pemetaan dan Pengukuran
(SPP)
Kanwil:
Bagian Tata Usaha,
Bidang HTPT,

350

Studi Kasus
Bidang SPP
BA:
Inspektorat Utama,
Tim Perumus Standar
Tim Sosialisasi Standar

2.4

Apakah standar pelayanan sudah diaplikasikan?

SPOPP, Laporan Monitoring Kanwil, Notulen Rapat Koordinasi,

KPA:

Notulen Rapat Pembinaan Kanwil,

Sub Bag Tata Usaha


Seksi HT & PT
Seksi Survey, Pemetaan dan Pengukuran
(SPP)
Kanwil:
Bagian Tata Usaha,
Bidang HTPT,
Bidang SPP
BA:
Inspektorat Utama,
Tim Perumus Standar
Tim Sosialisasi Standar

2.5

Apakah Standar Pelayanan berupa prosedur tetap

SPOPP, Laporan Monitoring Kanwil, Notulen Rapat Koordinasi,

KPA:

yang dibakukan telah dapat memenuhi kebutuhan

Notulen Rapat Pembinaan Kanwil,

Subbag. Tata Usaha

KPA?

Seksi HT & PT
Seksi Survey, Pemetaan dan Pengukuran
(SPP)
Kanwil:
Bagian Tata Usaha,
Bidang HTPT,
Bidang SPP
BA:
Inspektorat Utama,
Tim Perumus Standar
Tim Sosialisasi Standar

2.6

Apakah proses pelayanan dilakukan sesuai

SPOPP, Berkas Permohonan, Kartu Kendali, Berkas Penyelesaian,

KPA:

prosedur tetap yang dibakukan?

Data LOC.

Subbag. Tata Usaha


Seksi HT & PT
Seksi Survey, Pemetaan dan Pengukuran
(SPP)
Petugas LOC
Kanwil:
Bagian Tata Usaha,
Bidang HTPT,
Bidang SPP
BA:
Inspektorat Utama,
Tim Perumus Standar
Tim Sosialisasi Standar

2.7

Apakah realisasi waktu pelayanan sudah sesuai

SPOPP, Berkas Permohonan, Kartu Kendali, Berkas Penyelesaian,

KPA:

dengan standar?

Data LOC, Buku Monitoring per seksi.

Subbag. Tata Usaha


Seksi HT & PT
Seksi Survey, Pemetaan dan Pengukuran
(SPP)
Petugas LOC
Kanwil:
Bagian Tata Usaha,
Bidang HTPT,
Bidang SPP

351

Studi Kasus
BA:
Inspektorat Utama,
Tim Perumus Standar
Tim Sosialisasi Standar

2.8

Apakah Kantor Pelayanan Agraria mencatat,

Laporan Kegiatan, Hasil rapat pembinaan Kakan, Notulen Rapat

KPA:

menggolongkan dan

Pembinaan Kanwil.

Subbag. Tata USaha

menganalisa setiap

masalah?

Seksi HT & PT
Seksi SPP
Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara
(SeKoPer)
Kanwil:
Bagian Tata Usaha
Bidang HTPT
Bidang SeKoPer
BA:
Inspektorat Utama

2.9

Apakah masalah-masalah tersebut dilaporkan ?

Laporan Kegiatan, Hasil rapat pembinaan Kakan, Notulen Rapat

KPA:

Pembinaan Kanwil.

Subbag. Tata USaha


Seksi HT & PT
Seksi SPP
Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara
(SeKoPer)
Kanwil:
Bagian Tata Usaha
Bidang HTPT
Bidang SeKoPer
BA:
Inspektorat Utama

2.10

Apakah Kantor Pelayanan Agraria segera melayani

Laporan Kegiatan, Hasil rapat pembinaan Kakan, Notulen Rapat

KPA:

pengaduan dengan tepat dan segera melakukan

Pembinaan Kanwil.

Sub Bag Tata USaha

perbaikan sesuai prosedur?

Seksi HT & PT
Seksi SPP
Seksi SeKoPer
Kanwil:
Bagian Tata Usaha
Bidang HTPT
Bidang SeKoPer
BA:
Inspektorat Utama
Kriteria 3:

Apakah Pengukuran pelayanan dan penilaian kinerja Kantor Pelayanan Agraria telah dievaluasi dan dipertanggungjawabkan dengan baik?

4.1

Apakah KPA Kab. Adipura telah menyediakan

SPOPP, Laporan Bulanan, Laporan Tahunan, Hasil monitoring Kanwil.

informasi evaluasi kinerja pelayanannya?

KPA:
Subbag. Tata Usaha
Seksi HTPT
Seksi SPP
Kanwil:
Bagian Tata Usaha
Bidang HTPT
Bidang SPP
BA:
Inspektorat Utama

4.2

Apakah KPA Kab. Adipura memonitor serta

Laporan Kegiatan, Data LOC, Hasil Monitoring Kanwil.

melakukan tindakan perbaikan atas kinerja

KPA:
Subbag. Tata Usaha

352

Studi Kasus
pelayanannya?

Seksi HTPT
Seksi SPP
Kanwil:
Bagian Tata Usaha
Bidang HTPT
Bidang SPP
BA:
Inspektorat Utama

4.3

Apakah kinerja pelayanan KPA telah dievaluasi dan

Laporan Kegiatan, Data LOC, Hasil Monitoring Kanwil.

diperiksa oleh aparat intern dan ekstern?

KPA:
Subbag. Tata Usaha
Seksi HTPT
Seksi SPP
Kanwil:
Bagian Tata Usaha
Bidang HTPT
Bidang SPP
BA:
Settama, Bagian Organisasi dan Tata l
Inspektorat Utama

4.4

Apakah KPA Kab. Adipura telah memiliki

Laporan Kegiatan, Data LOC, Hasil Monitoring Kanwil.

KPA:

mekanisme pertanggungjawaban yang memadai

Subbag. Tata Usaha

atas pelayanan yang diberikan?

Seksi HTPT
Seksi SPP
Petugas LOC
Kanwil:
Bagian Tata Usaha
Bidang HTPT
Bidang SPP
BA:
Inspektorat Utama

4.5

Apakah pertanggungjawaban telah sesuai dengan

Laporan Kegiatan, Data LOC, Hasil Monitoring Kanwil.

ketentuan?

KPA:
Subbag. Tata Usaha
Seksi HTPT
Seksi SPP
Petugas LOC
Kanwil:
Bagian Tata Usaha
Bidang HTPT
Bidang SPP
BA:
Inspektorat Utama

4.6 Apakah KPA Kab. Adipura mendapatkan umpan balik

Laporan Kegiatan, Laporan Hasil tindak lanjut, Hasil Monitoring Kanwil.

KPA:

atas pertanggungjawaban yang telah diberikan

Subbag. Tata Usaha

kepada Kantor Wilayah dan Biro Agraria

Seksi HTPT

Pusat?

Seksi SPP
Kanwil:
Bagian Tata Usaha
Bidang HTPT
Bidang SPP
BA:
Inspektorat Utama

353

Studi Kasus

CONTOH KASUS 6
PENYUSUNAN LAPORAN SURVEI
PENDAHULUAN
Tim audit akhirnya telah melalui tahapantahapan yang telah dijelaskan sebelumnya
yaitu:
1)
Pemahaman atas entitas yang
diaudit
2)
Identifikasi area kunci
3)
Penetapan tujuan dan lingkup
audit
4)
Penentuan kriteria audit
5)
Identifikasi bukti audit
Langkah
selanjutnya
adalah
mendokumentasikan hasil tahapan-tahapan
tersebut ke dalam suatu format laporan
yang
disebut
dengan
Laporan
Pendahuluan. Seperti yang dijelaskan
dalam bab ... bahwa penyusunan laporan
survei pendahuluan dibuat sebagai dasar
untuk menentukan apakah suatu kegiatan
audit akan dilanjutkan ke tahap pengujian
terinci atau hanya cukup sampai pada
tahap survei pendahuluan saja.
Setelah bekerja selama satu minggu, tim
audit akhirnya berhasil menyusun laporan
survei
pendahuluan
yang
disampaikan
kepada
ketua
tim.
Setelah
dilakukan
perbaikan/koreksi oleh ketua tim, laporan
pendahuluan ini kemudian disampaikan
kepada penanggung jawab audit sebagai
dasar pertimbangan dalam menentukan
kelanjutan pelaksanaan pemeriksaan yang
dilakukan.

354

Studi Kasus

Laporan pendahuluan yang dibuat oleh tim


memuat hal-hal seperti:

Nama entitas yang diaudit

Tujuan
pemeriksaan
pendahuluan

Tujuan
pemeriksaan
pendahuluan

Jangka waktu pemeriksaan


pendahuluan

Hasil
pemeriksaan
pendahuluan

Kesimpulan

Lampiran-lampiran
Contoh
bentuk
hasil
pemeriksaan
pendahuluan dapat dilihat sebagai berikut:
LAPORAN SURVEI PENDAHULUAN
ATAS
KINERJA KANTOR PELAYANAN AGRARIA ADIPURA
TAHUN 2005 DAN 2006
1.

Entitas yang Diaudit


Kantor Pelayanan Agraria Adipura

2.

Tujuan Survei Pendahuluan


Memahami prosedur perencanaan audit kinerja untuk:
a.
Mengembangkan kerangka kerja dan fokus pada isu-isu au
yang lebih signifikan.
b.
Menetapkan tujuan dan lingkup audit.
c.
Menentukan kriteria audit.
d.
Menyusun model pengelolaan yang baik.
e.
Mengembangkan prosedur audit.
f.
Menyiapkan program audit terinci.

3.
a.
b.
c.
4.

Sasaran Survei Pendahuluan


Kegiatan pelayanan KPA Adipura baik dalam hal stand
prosedur, dan pelaksanaan.
Pengelolaan dan pertanggungjawaban kegiatan pelayanan (siste
pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan) baik intern maupun ekstern.
PNBP dan pengeluaran PNBP.
Jangka Waktu Survei Pendahuluan

355

Studi Kasus

Survei pendahuluan dilaksanakan dalam jangka waktu 40 hari dari tanggal... samp
dengan ...
5.

Hasil Survei Pendahuluan


Pemahaman atas Prosedur Perencanaan Audit Kinerja
1) Uraian mengenai gambaran umum KPA, mencakup:
a) Bentuk Wilayah dan Letak Geografis
b) Perencanaan Strategis KPA
Visi KPA
Misi KPA
Tujuan dan Sasaran KPA
Program dan Kegiatan KPA
c) Tugas dan Fungsi KPA
d) Struktur Organisasi
e) Anggaran dan Realisasi KPA untuk penerimaan dan belanja Tahun 2005
dan 2006.
2) Area Kunci
Pengelolaan pelayanan kepada pemohon yang mencakup:

Area Pengukuran; dan

Area Peningkatan Hak Guna Bangunan ke Hak Milik Tan


Ganti Blanko.

3) Tujuan dan Lingkup


Tujuan audit untuk menilai efektivitas pengelolaan pelayanan pengukuran d
peningkatan HGB ke Hak Milik tanpa ganti blanko, yang dikelola oleh KPA Adipura.
Lingkup audit mencakup:
(7)

Tahun Anggaran yang diperiksa adalah 2005 dan 2006;

(8)

Lingkup kegiatan yang diperiksa meliputi proses pelayanan d


akuntabilitas;

(9)

Lingkup kegiatan yang diuji dalam audit berdasarkan pemilih


area kunci yang sudah dilakukan mencakup
pelayanan pengukuran

2 (dua) area kunci, yaitu ar

dan area pelayanan Peningkatan Hak Guna Bangun

(HGB) ke Hak Milik Tanpa Ganti Blanko;


(10)

Lokasi audit pada KPA Adipura;

(11)

Audit pada

Biro Agraria Pusat dan Kantor Wilayah Agra

sebagai instansi vertikal hanya bersifat konfirmasi;


Lingkup audit tidak termasuk audit atas sistem komputerisasi informasi pertanah
(Land Office Computerization)

4) Kriteria Audit
Tujuan audit kinerja pelayanan KPA adalah menilai efektivitas pengelolaan pelayan
pertanahan yang dikelola oleh KPA. Untuk tujuan ini terdapat tiga kriteria utama, yait

356

Studi Kasus
(a)

Apakah KPKB mempunyai struktur organisasi d


pengelolaan keuangan untuk mendukung pemberian pelayanan kepa
masyarakat?
(b)
Apakah KPKB telah melakukan proses pelayanan sesu
dengan standar dan prosedur yang ditetapkan?
(c)
Apakah pengukuran pelayanan dan penilaian kinerja KPK
telah dikelola dan dipertanggungjawabkan dengan baik?
5) Jenis dan Sumber Bukti (terlampir)

6) Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei pendahuluan, tim auditor telah mengembangkan isu-isu au
yang signifikan. Isu audit tersebut antara lain adanya beberapa pelaksanaan kegiat
yang akan menghambat pencapaian efektivitas pengelolaan pelayanan, seperti belu
dilakukannya pemantauan dan evaluasi atas pelayanan yang diberikan. Berbagai
audit kemudian dikembangkan menjadi suatu Model Pengelolaan yang Baik KPK
dalam hal pelayanan. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, suatu audit kine
secara terinci sangat diperlukan untuk mengetahui sampai seberapa ja
pengelolaan kinerja yang dilakukan oleh KPA serta tingkat penyimpangan ya
terjadi, untuk kemudian memberikan rekomendasi bagi perbaikan kinerja di ma
mendatang.

Lembaga Audit Pemerint

357

Studi Kasus

CONTOH KASUS 7
PROGRAM PENGUJIAN TERINCI
Pada bab sebelumnya dijelaskan bahwa tim
audit
telah
membuat
laporan
survei
pendahuluan
dan
telah
disampaikan
kepada penanggung jawab audit. setelah
menerima dan membaca laporan survei
pendahuluan dari tim audit, penanggung
jawab kemudian berkesimpulan bahwa
tugas pemeriksaan harus tetap dijalankan
dan dilanjutkan ke tahap pengujian terinci.
Penanggung
jawab
audit
mempertimbangkan
beberapa
faktor
perlunya audit dilanjutkan seperti:
(1)
Mandat perundang-undangan
untuk
menjamin
kepastian
hukum
tentang pertanahan.
(2)
Kegiatan
pelayanan
menyangkut
kepentingan
masyarakat
luas.
(3)
Tingkat
materialitas
penerimaan (PNBP) dari KPA Adipura
cukup tinggi.
(4)
Belum pernah dilakukan audit
kinerja pada KPA Adipura.
Penanggung
jawab
audit
kemudian
membuat surat kepada tim audit agar
pengujian audit terinci dilakukan. Setelah
menerima surat dari penanggung jawab
audit, ketua tim audit kemudian membuat
dan
memproses
dari
pejabat
yang
berwenang
pada
Lembaga
Audit

358

Studi Kasus

Pemerintah untuk kemudian surat tugas


pemeriksaan terinci akan disampaikan
kepada entitas yang diperiksa.
Untuk memulai pengujian terinci, tim audit
membuat
program
pengujian
terinci.
Program
pengujian
terinci
memuat
hubungan antara tujuan audit dan langkahlangkah untuk mencapai tujuan tersebut.
Teknik audit yang digunakan dalam rangka
pengumpulan
bukti
audit
akan
diidentifikasi berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan oleh auditor. Setelah tim
audit mengetahui kriteria dan prosedur
audit yang akan dilakukan, tim audit akan
merumuskan perkiraan teknik audit yang
akan dijalankan oleh anggota tim. Setelah
membaca kriteria dan sub-subkriteria, tim
audit merumuskan garis besar teknik audit
yang akan dilakukan, yaitu:
(1)
Wawancara/interview
(2)
Observasi
(3)
Inspeksi
(4)
Review dokumen
(5)
Analisis prosedur
(6)
Uji petik (sampling) atas berkas
permohonan (tanah)
Dasar dari program pengujian terinci ini
adalah matrik prosedur pemeriksaan yang
telah
dibuat
pada
tahap
survei
pendahuluan.
Langkah-langkah
dalam
program pengujian terinci tersebut akan
didokumentasikan dengan kertas kerja
audit (KKA).

359

Studi Kasus

360

Studi Kasus
Tabel 7.1
Matrik Prosedur Audit Kinerja
TUJUAN AUDIT:
Menilai efektivitas pengelolaan pelayanan pengukuran dan peningkatan HGB ke Hak Milik tanpa ganti blanko,
yang dikelola oleh KPA.

Kriteria 1:
Adanya struktur organisasi dan pengelolaan keuangan yang memadai untuk mendukung pemberian pelayanan kepada masyarakat

1.1

Apakah terdapat bagian

1.

khusus yang memberikan informasi


pertanahan kepada masyarakat?

Bagian apa saja yang berhubungan langsung dengan pemohon dalam memberikan
informasi?

2.
3.
4.
5.

Apakah bagian tersebut memiliki tugas pokok dan fungsi yang jelas ?
Apakah bagian-bagian tersebut telah berfungsi secara efektif?
Informasi apa saja yang disampaikan kepada pemohon?
Apakah bagian tersebut telah menyampaikan informasi kepada pemohon dengan
jelas?

6.

Apakah petugas yang memberikan informasi kepada pemohon adalah orang yang
kompeten?

7.

Apakah informasi tersebut disampaikan menggunakan media publikasi secara


terbuka?

1.2

Apakah ada mekanisme


pelayanan front office dan back
office yang jelas dalam memberikan
pelayanan?

1.
2.
3.
4.

Apakah terdapat pelayanan yang jelas begitu pemohon datang?


Apakah pelayanan tersebut dilanjutkan dengan pelayanan back office?
Apakah penyelesaian pelayanan melibatkan back office dan front office?
Apakah terdapat pembagian tugas yang jelas baik di front office maupun
back office?

5.

Apakah terdapat pembagian tugas yang jelas antara front office dan back
office?

1.3

Apakah ada pejabat yang


bertanggung jawab atas

1.
2.

pelaksanaan kegiatan suatu


pelayanan?

1.4

Apakah pegawai memiliki keahlian


dan ketrampilan dalam memberikan
pelayanan?

Apakah setiap jenis pelayanan melekat dalam struktur organisasi?


Apakah pejabat struktural tersebut bertanggungjawab secara langsung atas
kegiatan pelayanan yang berada dibawahnya?

3.
o

Apakah ada pendelegasian atas tanggung jawab kegiatan pelayanan?


Berapa jumlah pegawai yang
berhubungan langsung dengan pemohon (front office)?
Berapa jumlah pegawai

yang

memberikan pelayanan di back office?


Apakah ada kriteria tertentu bagi

o
pegawai back dan front office?

Apakah Kantah mengidentifikasi

o
kebutuhan pelatihan bagi pegawai?

Apakah Kantah mengidentifikasi

o
kebutuhan pelatihan bagi pegawai?

Apakah pegawai yang melakukan

pekerjaan teknis tertentu (mis: pengukuran) dilatih secara memadai dan


berkelanjutan?

361

Observasi

Teknik Lainnya

Prosedur Audit

Dokumentasi

Tujuan Audit

Kuisioner

Wawancara

Teknik Audit

Studi Kasus
TUJUAN AUDIT:
Menilai efektivitas pengelolaan pelayanan pengukuran dan peningkatan HGB ke Hak Milik tanpa ganti blanko,
yang dikelola oleh KPA.
Apakah

ada

perputaran/pergantian pegawai secara periodik?


Apa dasar perputaran/pergantian

o
pegawai tersebut?

Apakah

KPA

melakukan

monitoring kegiatan pelayanan sebagai pelaksanaan waskat sesuai Instruksi Ka Biro


Agraria No. 3/1998 tentang Peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan masyarakat
di bidang pertanahan?
1.5 Apakah dalam setiap kegiatan pelayanan
telah didukung dengan sumber

1.
2.

daya keuangan dan sarana yang


memadai?

1.5

Apakah biaya yang dikenakan

Apakah pengusulan biaya didasarkan atas kebutuhan kegiatan pelayanan utama dan
penerimaan yang akan diperoleh?

3.
4.
5.
6.
7.
1.

kepada pemohon (pembayaran)


telah sesuai dengan ketentuan?

Apakah setiap kegiatan telah dianalisa kebutuhan biayanya (unit cost)?

Apakah ada mekanisme yang baku dalam penganggaran biaya?


Apakah ketentuan yang berlaku telah diikuti dalam penganggaran biaya?
Apakah laporan penyerapan sesuai dengan rencana?
Apakah terdapat penyimpangan material?
Apakah pertanggungjawaban keuangan telah sesuai ketentuan?
Berapa besar biaya yang dikenakan untuk setiap jenis
pelayanan?

2.

Apakah biaya yang dikenakan telah sesuai dengan tarif


dan standar yang ditetapkan?
Kriteria 2:

Apakah Kantor Pelayanan Agraria telah melakukan proses pelayanan sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan?

2.1

Apakah ada standar pelayanan yang jelas


yang berlaku di KPA Adipura.

1.
2.

Apakah terdapat standar berkaitan dengan pelayanan yang diberikan?


Apakah standar pelayanan mengatur mengenai waktu, prosedur, biaya dan berkas
yang diperlukan?

2.2

Apakah standar pelayanan disosialisaikan

3.
4.
1.

dan diketahui oleh seluruh


pegawai

Apakah standar tersebut berlaku di tingkat pusat, daerah atau kabupaten/kota?


Apakah standar tersebut telah memenuhi standar yang ditetapkan secara nasional?
Apakah salinan/copy standar pelayanan disebarluaskan sesuai kebutuhan
dan siap diakses oleh semua pengguna yang potensial

2.

Apakah setiap pelaksana, mengetahui perannya dalam menerapkan standar


pelayanan?

3.

Apakah setiap

pelaksana dapat menggunakan pengetahuan

dan

kemampuannya untuk menerapkan standar pelayanan secara efektif (termasuk


pemahaman akan akibat yang terjadi bila gagal dalam melaksanakan SOP)
2.3

Apakah standar pelayanan mudah

1.

dipahami dan dimengerti?

Apakah standar pelayanan yang ada memuat prosedur yang bersifat pokok
sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan bagi pelaksana/pegawai?

2.

Apakah standar pelayanan didesain dengan memperhatikan siapa yang


menjadi akan target pengguna?

3.

Apakah standar pelayanan didesain dengan menggunakan alur yang jelas


dan sederhana?

2.4

Apakah standar pelayanan sudah

1.

diaplikasikan?

Apakah KPA mempunyai komitmen yang kuat untuk cepat melaksanakan


proses penerapan standar pelayanan?

2.

Apakah standar pelayanan terbuka untuk mendapatkan saran dan masukan


untuk peyempurnaan?

3.
4.
5.

Apakah telah dilakukan reviu standar pelayanan secara berkala?


Apakah ada perubahan dalam standar pelayanan?
Apakah setiap pelaksana/pegawai mengetahui standar pelayanan yang
baru/diubah dan mengetahui alasan perubahannya?

6.

Apakah standar pelayanan yang ditetapkan dapat diukur implementasinya

362

Studi Kasus
TUJUAN AUDIT:
Menilai efektivitas pengelolaan pelayanan pengukuran dan peningkatan HGB ke Hak Milik tanpa ganti blanko,
yang dikelola oleh KPA.
baik teknis maupun non teknis?
2.5 Apakah Standar Pelayanan berupa prosedur
tetap yang dibakukan telah dapat
memenuhi kebutuhan KPA?

1.
2.
3.
4.

Berapa jenis pelayanan yang ada di Kantor Pertanahan Kab. Bekasi?


Apakah SPOPP mengatur semua jenis pelayanan yang diberikan?
Apakah SOP menggambarkan dengan jelas tahapan yang harus dilalui?
Apakah SOP mencakup informasi yang berkaitan dengan berkas atau
dokumen yang harus dilengkapi?

5.

Siapa yang melakukan pengecekan untuk meneliti kelengkapan berkas


dan yang memiliki otorisasi kelengkapan berkas?

2.6

1.
2.
3.
4.

Apakah proses pelayanan dilakukan


sesuai

prosedur

tetap

yang

dibakukan?

Apakah terdapat prosedur tetap yang dibakukan untuk setiap pelayanan?


Apakah setiap tahapan dalam pelayanan telah didokumentasikan?
Bagaimana setiap tahapan kegiatan pelayanan didokumentasikan?
Apakah dokumentasi tersebut menyajikan data yang dapat diandalkan (lengkap,
akurat dan valid)?

5.

Apakah setiap tahapan pelayanan yang dilakukan telah didasarkan pada standar
prosedur yang ada?

2.7

1.

Apakah realisasi waktu pelayanan sudah


sesuai dengan standar?

Apakah terdapat data mengenai jumlah penyelesaian


setiap pelayanan dari pemohon?

2.

Apakah terdapat data mengenai jangka waktu


penyelesaian pelayanan?

3.

Darimanakah data tersebut diperoleh? Apakah data


tersebut dapat diandalkan (akurat dan valid)?

4.

Apakah seksi telah melaporkan hasil kegiatan


pelayanan mengenai jumlah dan jangka waktu penyelesaian?

5.
6.

Berapa lama KPA menyelesaiakan setiap pelayanan?


Apakah ada monitoring mengenai jangka waktu
penyelesaian setiap pelayanan?

2.8

7.
1.

Apakah Kantor Pelayanan Agraria


mencatat, menggolongkan dan

Berapa tingkat pencapaian standar waktu pelayanan?


Apakah KPA telah mengidentifikasi masalah yang
mungkin timbul dalam pelayanan pertanahan?

2.

menganalisa setiap masalah?

Apakah KPA telah melakukan analisa statistik (trend)


terhadap hal tersebut?

3.

Apakah

KPA menganalisa

penyebab

terjadinya

masalah yang mungkin timbul pada setiap tahap kegiatan?

4.

Apakah KPA melakukan upaya perbaikan atas hal


tersebut?

5.

Apakah sudah dievaluasi atas semua permasalahan


dan upaya antisipasi dengan suatu aktivitas pengendalian?

2.9

1.

Apakah masalah-masalah tersebut


dilaporkan ?

Siapa

yang

membuat

laporan?

2.

Apakah

laporan

dibuat

secara berkala?

3.

Kemana laporan tersebut


disampaikan?

4.

Apakah

laporan

tersebut

mendapat umpan balik dari penerima laporan?

2.10

Apakah Kantor Pelayanan Agraria


segera melayani pengaduan dengan

1.
2.
3.

tepat dan segera melakukan


perbaikan sesuai prosedur?

Bagaimana penyelesaian terhadap setiap pengaduan?


Apakah KPA membuat prioritas penyelesaian pengaduan?
Berapa

lama

waktu

yang diperlukan untuk menindaklanjuti pengaduan/keluhan

pemohon?

4.

Apakah KPA melakukan pemantauan dan evaluasi penyelesaian pengaduan?

363

Studi Kasus
TUJUAN AUDIT:
Menilai efektivitas pengelolaan pelayanan pengukuran dan peningkatan HGB ke Hak Milik tanpa ganti blanko,
yang dikelola oleh KPA.
Kriteria 3:
Apakah Pengukuran pelayanan dan penilaian kinerja Kantor Pelayanan Agraria telah dievaluasi dan dipertanggungjawabkan dengan baik?

a.

Apaka
h KPA Kab.
Adipura telah

1.
2.
3.

Apakah KPA memiliki indikator kinerja atas pelayanan yang diberikan?


Apakah KPA mengukur kinerja pelayanannya dengan indikator yang ada?
Apakah informasi hasil pengukuran kinerja pelayanannya didukung oleh

mengevaluasi kinerja

data yang lengkap, akurat dan valid?

pelayanannya?
3.2

Apakah KPA memonitor serta melakukan


tindakan perbaikan atas kinerja
pelayanannya?

1.
2.
3.

Apakah hasil evaluasi pelayanan dibuat dalam suatu analisa trend?


Bagaimana trend dari setiap hasil evaluasi?
Apakah diketahui penyebab keberhasilan dan kegagalan atas hasil evaluasi dan hasil
analisa trend evaluasi kinerja pelayanan?

4.

Dari hasil evaluasi atas realisasi waktu penyelesaian, tahapan kegiatan pelayanan
manakah yang memiliki kontribusi terbesar dalam ketidaktercapaian target waktu
penyelesaian?

5.
6.
1.
2.
3.

3.3 Apakah kinerja pelayanan


Kantah telah dievaluasi
dan diperiksa oleh aparat
intern dan ekstern?

Apa penyebab ketidaktercapaian target waktu penyelesaian?


Hal-hal apa yang sudah dilakukan (upaya di masa mendatang?)
Apakah pernah dilakukan evaluasi dan monitoring atas kinerja pelayanan KPA?
Oleh siapa sajakah evaluasi dan monitoring tersebut dilakukan?
Apakah dasar evaluasi tersebut? Apakah sama dengan dasar evaluasi yang dilakukan
KPA?

4.

Apakah terdapat kebijakan daerah, pusat maupun nasional mengenai evaluasi dan
monitoring atas pelayanan yang diberikan oleh Kantah sebagai salah satu instansi
pemerintah?

5.

Apakah kegiatan evaluasi dan monitoring kinerja pelayanan yang telah sesuai dengan
kebijakan yang ada baik di tingkat pusat, nasional dan daerah?

a.

Apaka
h KPA telah
Memiliki

mekanisme

petanggungjawaban yang memadai


atas pelayanan yang diberikan?

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bagaimana mekanisme pertanggungjawaban atas pelayanan yang diberikan KPA?


Apakah mekanisme tersebut secara intern dilakukan secara berjenjang ?
Apakah sajakah bentuk pertanggungjawaban atas pelayanan yang diberikan KPA?
Apakah pertanggungjawaban dilakukan oleh orang yang kompeten?
Apakah pertanggungjawaban tersebut dilakukan secara periodik?
Apakah laporan kinerja sebagai salah bentuk pertanggungjawaban KPA, telah memuat
informasi secara jelas dan lengkap berdasarkan data yang valid dan sesuai dengan
kondisi di lapangan?

b.

Apaka

1.

Apakah terdapat ketentuan yang mengatur mengenai pertanggungjawaban Kantah


atas pelayanan yang diberikan?

2.

Pertanggungjawaban
telah sesuai dengan

Apakah terdapat pedoman yang secara khusus mengatur pembuatan laporan kinerja
pelayanan?

3.

ketentuan?

Apakah ketentuan dan pedoman tersebut berlaku untuk tingkat nasional, pusat dan
daerah?

4.

Apakah pertanggungjawaban dan pelaporan yang disusun oleh KPA telah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku untuk tingkat nasional, pusat dan daerah?

c.

Apa
kah KPA
mendapatkan umpan balik atas

1.
2.
3.

Kepada siapa sajakah KPA mempertang-gungjawabkan kinerjanya?


Apakah terdapat respon atas pertanggungjawaban yang telah dilakukan oleh KPA?
Apakah tindak lanjut KPA atas respon pertanggungjawabannya?

pertanggungjawaban yang telah


diberikan kepada Kantor Wilayah
dan Biro Agraria Pusat?

364

Studi Kasus

CONTOH KASUS 8
TEMUAN AUDIT
Setelah
melakukan
pengujian
terinci
selama beberapa minggu di lapangan, tim
auditor
menemukan
beberapa
permasalahan yang telah dikemukakan
dalam KKA dan disimpulkan layak menjadi
temuan audit. Temuan-temuan audit ini
akan didiskusikan dengan manajemen KPA
untuk mendapat tanggapan atau komentar
atas temuan audit tersebut. Contoh temuan
audit dapat dilihat sebagai berikut.
Indeks
B.1.1.1

Lembaga Audit Sektor Publik


TIM AUDIT KINERJA
KANTOR PELAYANAN AGRARIA

Kertas Kerja Audit

Auditee
Tahun Buku
Dibuat Oleh
Direview Oleh

:
:
:
:

Kantor Pelayanan Agraria Adipura


2005 dan 2006
SGW
ABI

APAKAH DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN PRIMA TELAH DIDUKUNG MEKANISME PELAYA


JELAS?

Tujuan Audit
Untuk mengetahui apakah ada mekanisme yang jelas antara front office dan back office dalam memberika

Prosedur Audit
1.
Pelajari, lakukan observasi dan interviu apakah terdapat pelayanan yang jelas begitu pemohon datan
2.
Lakukan observasi dan interviu apakah pelayanan tersebut dilanjutkan dengan pelayanan back office
3.
Pelajari, lakukan observasi dan interviu apakah penyelesaian pelayanan melibatkan back office dan f
4.
Pelajari dan lakukan intervieu apakah terdapat pembagian tugas yang jelas baik di front office maup
Hasil Audit
1.

Berdasarkan observasi, kuisioner dari 50 responden dan interviu pada KPA loket 1 b
memberikan pelayanan informasi sehingga belum terdapat pelayanan yang jelas begitu pemohon d

2.

Berdasarkan interviu dan jawaban kuisioner dari 50 responden tahap-tahap prosedur pelayan

jenis pelayanan pada KPA adalah berkas permohonan diterima oleh petugas loket kemudian

365

Studi Kasus

diperiksa dan dinyatakan lengkap dan pemohon telah membayar biaya atas pelayanan yang dimoh
dapat diproses selanjutnya oleh petugas pelaksana di back office.
3.

Berdasarkan interviu dan jawaban kuisioner dari 50 responden penyelesaian pekerjaan suatu

berkas diterima petugas loket sampai berkas diproses dan produk jadi telah melibatkan front office d
4.

Berdasarkan analisa dan interviu belum ada pembagian tugas dan tanggungjawab yang jela

kegiatan proses pelayanan antara front office dengan back office khususnya tugas koordinator dar
pelayanan.

Kesimpulan
Belum ada mekanisme yang jelas antara front office dan back office, diantaranya seperti berikut:
1.

Dari surat tugas Kepala Kantor dapat disimpulkan ada beberapa deskripsi pembagian tugas yang ti

fungsi front office dan back office terutama pembagian tugas untuk koordinator atau pembantu kasub
2.

Pelaksanaan di lapangan koordinator bertugas

sebagai front office maupun back office kar

bertanggung jawab dari mulai penerimaan berkas, memantau proses penyelesaian sampai dengan

diproses untuk diperiksa oleh Kasubsie dan sampai dengan produk tersebut kemudian diserahkan ke

(koordinator peningkatan hak, koordinator pemecahan/penggabungan selain KPR, koordinator p


koordinator pengecekan.
3.

Permasalahan ini diusulkan menjadi temuan audit.


***

366

Studi Kasus
Contoh Temuan Audit
Judul
I.

MEKANISME PELAYANAN FRONT OFFICE DAN BACK OFFICE


DENGAN PEMBAGIAN DAN PEMISAHAN TUGAS YANG JELAS

BELUM DIDUKUNG

Kondisi
Pelayanan pada KPA menghasilkan 48 produk pelayanan dengan melibatkan front office, yaitu
petugas yang berhubungan langsung dengan pemohon dan back office, yaitu petugas yang
memproses permohonan sampai dengan produk jadi, yaitu sertifikat/SK maupun pejabat
struktural yang terlibat dalam proses koreksi dan validasi serta pengesahan sampai tingkat
Kepala Kantor.
Adapun gambaran proses pelayanan maupun petugas baik di front office maupun back office
untuk menghasilkan lebih kurang 38 produk pelayanan yang dikoordinir oleh tujuh koordinator
melalui pelayanan pengukuran, pengecekan sertifikat, pemisahan dan penggabungan sertifikat
selain KPR, pemisahan sertifikat KPR, pendaftaran hak, peningkatan/penurunan hak dan
Peralihan Hak Tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 1.
Mekanisme tersebut menggambarkan peran koordinator di KPA yang tidak hanya sekedar
penghubung front office dengan back office, namun juga melibatkan koordinator sebagai petugas
baik di front office maupun di back office.
Pelaksanaan di lapangan, koordinator bertanggungjawab dari mulai penerimaan berkas,
memantau proses penyelesaian sampai dengan berkas selesai diproses untuk diaudit oleh
Kasubsie dan sampai dengan produk tersebut kemudian diserahkan kepada pemohon. Saat
menerima berkas dan menyerahkan produk koordinator berfungsi sebagai front office, saat
menyiapkan bahan evaluasi dan penyelesaian suatu proses jenis pelayanan, Koordinator
menjalankan fungsinya sebagai back office.
Sedangkan untuk pelayanan Peralihan Hak, sudah ada pembagian tugas yang jelas antara front
dan back office, karena koordinator hanya terlibat di back office dan penyerahan produk
diserahkan melalui penerima berkas di front office.

367

Studi Kasus

Mekanisme pelayanan front office dan back office

Gambar tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut.


Mekanisme Front Office
Front Office merupakan pelayanan di loket-loket
pemohon yang terdiri atas empat loket.

yang langsung berhubungan dengan

1.

Loket I: untuk informasi dan penerimaan berkas pengukuran dilakukan oleh Koodinator
Pencatatan DI 302 yang sekaligus membuat Surat Tugas Petugas Ukur yang
ditandatangani oleh Kasubsie.

2.

Loket II: untuk informasi maupun penerimaan berkas selain pelayanan pengukuran yang
dibuat paralel untuk beberapa jenis pelayanan yang dikoordinir oleh masing-masing
Koordinator yaitu:
1)
2)
3)
4)

Koordinator Pengecekan Sertifikat: di loket II menerima dan memeriksa berkas


pelayanan Pengecekan Sertifikat.
Koordinator Pemisahan dan Penggabungan selain KPR: di loket II menerima dan
meneliti berkas pemisahan dan penggabungan selain KPR.
Koordinator Pemisahan Sertifikat KPR: menerima dan memeriksa berkas pemisahan
KPR, menyiapkan bahan evaluasi dan penyelesaian pemisahan sertifikat.
Koordinator Pendaftaran Hak: menerima dan memeriksa berkas pendaftaran hak,
mengkoordinir bahan penyelesaian pendaftaran hak.

368

Studi Kasus
5)

Koordinator Peningkatan/penurunan Hak: di loket II menerima dan meneliti berkas


peningkatan/penurunan hak, menyiapkan bahan penyelesaian sertifikat.
6)
Koordinator Peralihan Hak (Balik Nama): memeriksa berkas setelah diterima
petugas loket.
3.
Loket III: untuk pelayanan penerimaan pembayaran (Bendahara Penerima);
4.
Loket IV: untuk pelayanan penyerahan produk yang pada pelaksanaannya dilakukan
oleh semua Koordinator tersebut selain koordinator di loket I dan Koordinator peralihan
hak di loket II.
Koordinator merupakan pegawai sesuai struktur organisasi dimana pelayanan yang
dimohon tersebut merupakan tanggung jawab suatu subsie/seksi tertentu dan bertugas
mengkoordinir pelaksanaan pelayanan tertentu. Adanya koordinator dimaksudkan untuk
membantu Kasubsie karena banyaknya permohonan pelayanan, yaitu lebih dari 1.000
pemohon per bulan.
Tahapan prosedur kegiatan pelayanan
berikut.
1.

2.

pada Kantor Pelayanan Agraria adalah sebagai

Pemohon pelayanan melakukan pendaftaran dan penyerahan berkas di loket I dan II


sesuai dengan jenis pelayanan yang dimohon. Berkas akan diterima dan diteliti oleh
petugas loket yang menerima berkas. Setelah berkas lengkap diaudit oleh koordinator
kemudian dibuatkan Surat Perintah Setor (SPS) yang berisi jumlah biaya yang harus
dibayar oleh pemohon atas jenis pelayanan yang dimohon. Koordinator membubuhkan
paraf dengan pensil pada berkas yang lengkap dan siap diproses. Apabila koordinator
menemukan ada kejanggalan/sesuatu yang tidak biasa, berkas akan diserahkan ke
Kasubsie untuk diaudit kelengkapannya. Kemudian, petugas penerima berkas akan
membuat Surat Tanda Terima Dokumen/Berkas (STTD). SPS dan STTD diserahkan ke
pemohon.
SPS sebagai pengantar bagi pemohon untuk melakukan pembayaran di loket III
penerimaan pembayaran (Bendahara
Penerima). Berdasarkan SPS, Bendahara
Penerima membuat kuitansi pembayaran (Daftar Isian (DI) 306) kemudian kuitansi
tersebut dilampirkan pada berkas permohonan sebagai persyaratan berkas dapat
diproses lebih lanjut oleh masing-masing bagian dimana jenis pelayanan tersebut ada.

Mekanisme Back Office


Setelah proses di loket dilakukan, berkas diproses oleh petugas pelaksana. Koordinator
bertanggung jawab atas pelaksanaan proses kegiatan suatu jenis pelayanan dari mulai
menerima berkas sampai dengan produk tersebut jadi. Berkas itu dikoreksi oleh kasubsie
untuk diparaf, kemudian dikoreksi kembali oleh Kepala Seksi untuk ditandatangani atau
diparaf jika produk tersebut ditandatangani Kepala Kantor.
Kembali ke Front Office
Setelah produk jadi, yaitu berupa sertifikat dan ditandatangani Kepala Kantor atau Kepala
Seksi HTPT (untuk sertifikat permohonan pemisahan/penggabungan selain KPR), kemudian
sertifikat diserahkan kembali ke koordinator. Setelah itu pemohon dapat mengambil sertifikat
pada koordinator atau salah satu petugas pelaksana yang membantu koordinator di loket
tempat pemohon menyerahkan berkas.
Dari uraian di atas terlihat keterlibatan Koordinator baik di front office, back office dan kembali
ke front office lagi saat penyerahan produk yang menggambarkan belum adanya pemisahan
tugas secara jelas petugas front office dan back office.
Selain belum adanya pemisahan tugas yang jelas antara front office dan back office, pelayanan
di front office Kantor Pelayanan Agraria belum efektif karena belum berfungsi sepenuhnya, yaitu
seperti berikut:
1.

Loket I, secara tertulis pelayanan informasi ada di loket I bergabung dengan pelayanan
pendaftaran pengukuran. Namun pelaksanaannya loket I melaksanakan fungsi loket II, yaitu

369

Studi Kasus
hanya untuk pelayanan pendaftaran pengukuran dan hanya ada satu petugas, yaitu
koordinator DI 302 yang melayani pendaftaran permohonan pengukuran. Belum ada
pegawai yang ditunjuk khusus untuk memberikan pelayanan informasi.
2.

Loket IV, belum difungsikan secara efektif karena loket IV seharusnya merupakan loket
pengambilan produk namun belum ada pegawai yang ditunjuk secara khusus untuk
bertanggung jawab atas penyerahan seluruh produk Kantor Pertanahan kepada pemohon.
Dalam pelaksanaannya, pengambilan produk atau penyerahan produk kepada pemohon
masih tanggung jawab koordinator sehingga penyerahannya dilakukan oleh koordinator
antara lain pelayanan peningkatan hak, pemecahan/penggabungan selain KPR, pendaftaran
hak, pengecekan sertifikat, pemecahan/penggabungan KPR.

Pada Tahun 2007 ini, Kantor Pelayanan Agraria Adipura telah berupaya memperbaiki
mekanisme pelayanan dengan mengeluarkan Surat Tugas dimana istilah Koodinator telah
diganti menjadi Pembantu Kasubsi. Namun ternyata dalam fungsinya masih tetap seperti
semula, yaitu Pembantu Kasubsi bertanggung jawab dari mulai penerimaan berkas, memantau
proses penyelesaian, sampai dengan berkas selesai diproses untuk diaudit oleh Kasubsie dan
sampai dengan produk tersebut kemudian diserahkan kepada pemohon.
Kriteria
1.
Instruksi Kepala Biro Agraria No.3 Tahun 1998 tanggal 20 Juli 1998 tentang Peningkatan
Efisiensi dan Kualitas Pelayanan Masyarakat di Bidang Pertanahan yang antara lain
menginstruksikan kepada Kepala Kantor Pertanahan mengambil langkah-langkah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat di bidang pertanahan di kantornya
masing-masing meliputi menyiapkan dan memfungsikan sistem loket serta diwajibkan
semua jenis pelayanan melalui jenis loket yang telah ditetapkan yaitu :
e.
Loket I
: Informasi pelayanan
f.
Loket II
: Penyerahan dokumen permohonan pelayanan
g.
Loket III : Penyerahan Biaya
h.
Loket IV : Pengambilan produk
Untuk loket II (pelayanan teknis) dapat diperbanyak secara paralel sesuai dengan jenis
dan volume kegiatan pelayanan.
2.
SK Kepala Kantor Wilayah Biro Agraria No. 610-587-2000 tanggal 1 April 2000 tentang
pedoman penyelenggaraan sistem loket pelayanan kegiatan seksi pengukuran dan
pendaftaran tanah antara lain
a.
Loket Informasi berfungsi memberikan informasi yang bersifat umum
untuk selanjutnya disalurkan ke loket pelayanan masing-masing, menyediakan
brosur/buku petunjuk permohonan yang diperlukan, menampung mencatat
pengaduan dari masyarakat.
b.
Loket Penyerahan Dokumen (Loket Teknis) merupakan loket tempat
penerimaan dan audit kelengkapan berkas yang akan diproses,loket penyerahan
sertifikat.
c.
Loket penyerahan biaya tempat membayar biaya-biaya
d.
Loket pengambilan produk merupakan tempat penyerahan hasil-hasil
akhir pelayanan non sertifikat.
3.
Seharusnya terdapat mekanisme pelayanan Front Office dan Back Office yang jelas
yang didukung dengan pembagian dan pemisahan tugas yang jelas antara pegawai di
front office dan back office dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Akibat
Besarnya peran koordinator dalam proses suatu jenis kegiatan pelayanan mengakibatkan
kelancaran pelaksanaan kegiatan pelayanan tersebut bergantung pada seseorang dan bukan
pada sistem yang sudah berjalan. Hal ini berakibat pula membuka peluang penyalahgunaan
kewenangan.
Sebab
Belum adanya ketentuan Biro Agraria Pusat yang mengatur teknis pelaksanaan pelayanan yang
membagi dan memisahkan tugas front office dan back office. Penerapan hal tersebut bergantung
pada Kantor Pelayanan Agraria masing-masing. Pada Kantor Pelayanan Agraria Adipura sendiri

370

Studi Kasus
belum ada upaya maksimal untuk dapat menerapkan praktek yang baik dalam memberikan
pelayanan, yaitu dengan membagi dan memisahkan tugas dengan jelas antara front dan back
office.
Rekomendasi
Lembaga Audit menyarankan kepada:
(1)
Biro Agraria Pusat untuk mengatur secara jelas teknis pelaksanaan kegiatan
pelayanan dan petugas pelaksananya yang menjalankan fungsi di front office dan back
office.
(2)
Kepala Kantor Pelayanan Agraria Adipura agar pemisahan tugas dan tanggungjawab
yang jelas bagi pelaksana pada setiap tahapan kegiatan dalam kegiatan pelayanan di front
office dan back office.
Komentar Instansi
Kepala Kepala Pelayanan Agraria Adipura setuju dengan permasalahan yang diungkapkan dan
akan mengambil langkah-langkah perbaikan. Tanggapan terinci terlampir.

371

Studi Kasus

CONTOH KASUS 9
PENYUSUNAN LAPORAN HASIL AUDIT
Setelah pengujian terinci selesai dikerjakan
oleh tim audit dan diperoleh beberapa
temuan
audit,
selanjutnya
tim
audit
membuat laporan hasil audit. Pelaporan
hasil audit meliputi kegiatan penyusunan
dan pendistribusian laporan audit. Semua
hasil pelaksanaan audit termasuk temuan
dan komentar dari auditee dimasukkan
dalam laporan audit. Langkah-langkah
dalam penyusunan laporan hasil audit
meliputi:
(1) Penyusunan konsep laporan berikut
rekomendasi audit
(2) Memasukkan komentar auditee atas
temuan-temuan audit.
(3) Penyusunan laporan akhir
(4) Distribusi laporan
Berikut ini adalah contoh format laporan
hasil audit, perlu di catat bahwa format dan
isi laporan hasil audit akan bervariasi
tergantung
kepada
kebijakan
lembaga
pemeriksa.

Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pengelolaan


Pelayanan Kantor Pelayanan Agraria Adipura Tah
Anggaran 2005 dan 2006.
Ringkasan
Pemeriksaan

kinerja

372

pengelolaan

pelayanan

Ka

Studi Kasus

Agraria bertujuan untuk menilai efektivitas pengelol


pelayanan Kantor Pelayanan Agraria Adipura. Sasa
pemeriksaan adalah mekanisme pelayanan dan sum
daya
yang mendukung pemberian pelayanan kep
masyarakat;
proses pelayanan yang sesuai den
standar dan prosedur yang ditetapkan, penanganan re
operasional
dan
pengaduan
dan
evaluasi
kin
pelayanan dan akuntabilitas pada KPA Adipura un
periode Tahun 2005 dan 2006 dengan uji petik p
pelayanan pengukuran tanah.
Hasil pemeriksaan sesuai kerangka tersebut menunjuk
pengeloaan pelayanan pertanahan belum efektif. Hal
terbukti dengan adanya kondisi mencakup (i) be
optimalnya mekanisme pelayanan pertanahan dan kur
memadainya
dukungan
sumber
daya;
(ii)
stan
pelayanan belum ada standar baku, kurang implemen
dan akomodatif; (iii) evaluasi dan akuntabilitas kin
pelayanan pertanahan belum dilaksanakan.

Tujuan dan Lingkup Audit


Tujuan
audit
adalah
untuk:
Menilai
efektiv
pengelolaan pelayanan pengukuran dan peningkatan H
ke Hak Milik tanpa ganti blanko, yang dikelola o
Kantor Pelayanan Agraria Adipura. Untuk tujuan ini, au
akan menilai:
(4)
Apakah
struktur
organisasi
dan
pengelol
keuangan telah mendukung pemberian pelaya
kepada masyarakat;
(5)
Apakah proses pelayanan telah sesuai den
standar dan prosedur yang ditetapkan;
(6)
Apakah pengukuran pelayanan dan penilaian kin
Kantor Pelayanan Agraria Adipura telah dikelola
dipertanggungjawabkan dengan baik.

373

Studi Kasus

Lingkup Audit
(12)
Tahun Anggaran yang diperiksa ada
2005 dan 2006;
(13)
Lingkup
kegiatan
yang
diper
meliputi proses pelayanan dan akuntabilitas;
(14)
Lingkup kegiatan yang diuji dalam a
berdasarkan pemilihan area kunci yang su
dilakukan mencakup 2 (dua) area kunci, yaitu a
pelayanan
pengukuran
dan
area
pelaya
Peningkatan Hak Guna Bangunan (HGB) ke Hak M
Tanpa Ganti Blanko;
(15)
Lokasi audit pada Kantor Pelaya
Agraria Adipura;
(16)
Audit pada
Biro Agraria Pusat
Kantor Wilayah Agraria sebagai instansi vert
hanya bersifat konfirmasi;
(17)
Lingkup audit tidak termasuk audit
sistem komputerisasi informasi pertanahan (L
Office Computerization).
Waktu Audit
Pemeriksaan dilaksanakan selama 40 hari mulai
..

.....

Kriteria Audit
Audit kinerja atas efektivitas pengelolaan pelaya
Kantor Pelayanan Agraria Adipura didasarkan p
kerangka Model Pengelolaan Pelayanan Yang Baik (M
of Good Management) yang mengarahkan pada krit
kriteria utama sebagai berikut:
a.
Apakah
KPA
Adipura
mempunyai
stru
organisasi dan pengelolaan keuangan untuk menduk
pemberian pelayanan kepada masyarakat?

374

Studi Kasus

b.

Apakah KPA telah melakukan proses pelaya


sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan
c.
Apakah pengukuran pelayanan dan penil
kinerja
KPA
telah
dievaluasi
dipertanggungjawabkan dengan baik?

Metodologi
Pemeriksaan atas pengelolaan pelayanan Kantor
Pelayanan Agraria Adipura dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut:
a.
Metodologi audit terdiri dari: pemeriksaan dan r
dokumen, ekstrak data dari sistem komputer (LO
analisis hasil, analisis prosedur, analisis kuantitatif
petik
atas
berkas
permohonan,
pengama
wawancara
kepada pejabat dan petugas s
menyebarkan kuisioner.
b.
Pemeriksaan terbatas juga dilakukan di Ka
Wilayah Biro Agraria Adipura dan Biro Agraria Pu
sebagai instansi vertikal Kantor Pelayanan Agraria.

Temuan dan Rekomendasi


Salah satu temuan yang ada adalah mengenai mekani
pelayanan front office dan back office belum diduk
dengan pembagian dan pemisahan
tugas yang je
Koordinator di Kantor Pelayanan Agraria Adipura ti
hanya sekedar penghubung front office dengan b
office, namun juga melibatkan koordinator seba
petugas baik di front office maupun di back off
Pelaksanaan di lapangan, koordinator bertanggungja
dari
mulai
penerimaan
berkas,
memantau
pro
penyelesaian sampai dengan berkas selesai dipro
untuk diperiksa oleh Kasubsie dan sampai dengan pro
tersebut kemudian diserahkan kepada pemohon. S
menerima berkas dan menyerahkan produk koordin
berfungsi sebagai front office, saat menyiapkan ba

375

Input:
Gamb
aran umum
entitas
Busine
ss process
Info.

Studi Kasus

evaluasi dan penyelesaian suatu proses jenis pelayan


Koordinator menjalankan fungsinya sebagai back off
Hal tersebut mengakibatkan besarnya peran koordin
dalam
proses
suatu
jenis
kegiatan
pelaya
mengakibatkan
kelancaran
pelaksanaan
kegia
pelayanan tersebut
tergantung pada seseorang
bukan pada sistem yang sudah berjalan. Hal ini berak
pula membuka peluang penyalahgunaan kewenangan.
tersebut terjadi karena belum adanya ketentuan
Agraria
Pusat
yang
mengatur
teknis
pelaksan
pelayanan yang membagi dan memisahkan tugas fr
office dan back office. Penerapan hal tersebut tergant
Kantor Pelayanan Agraria masing-masing, sedangkan
Adipura belum ada upaya maksimal untuk da
menerapkan praktek yang baik dalam memberi
pelayanan, yaitu dengan membagi dan memisahkan tu
dengan jelas antara front dan back office.
Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka Lemb
Audit Pemerintah
menyarankan agar diambil langk
langkah perbaikan seperti:
(3)
Biro Agraria Pusat untuk mengatur secara j
teknis pelaksanaan kegiatan pelayanan dan petu
pelaksananya yang menjalankan fungsi di front off
dan back office.
(4)
Kepala Kantor Pelayanan Agraria Adipura a
pemisahan tugas dan
tanggungjawab yang jelas b
pelaksana pada setiap tahapan kegiatan dalam kegia
pelayanan di front office dan back office.

376

Вам также может понравиться