Вы находитесь на странице: 1из 5

Nama

: Siti Nurin Nuzulah

NIM

: 120722403879

Offering

:G

Mata Kuliah : Perencanaan Wilayah Pedesaan Perkotaan

PEMBANGUNAN DAERAH DI INDONESIA


ANALISIS PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DAN SEKTOR BASIS
GUNA MENDORONG PEMBANGUNAN DAERAH
DI KABUPATEN JOMBANG

Berdasarkan undang-undang No 32 tahun 2004 bahwa bahwa dalam rangka


penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan
amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, pemerintahan daerah, yang mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi

dan

mempercepat

tugas

pembantuan,

terwujudnya

diarahkan

kesejahteraan

untuk

masyarakat

melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran


serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah
dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b

bahwa

efisiensi

dan

efektivitas

penyelenggaraan

pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih


memperhatikan

aspek-aspek

hubungan

antarsusunan

pemerintahan dan antarpemerintahan daerah, potensi dan


keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan
global dengan memberikan kewenangan yang seluasluasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan

kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam


kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara;
c

bahwa Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang


Pemerintahan Daerah tidak sesuai dengan perkembangan
keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan
otonomi daerah sehingga perlu diganti;

Dalam melaksanakan pembangunan daerah diIndonesia akan berbeda


antara daerah satu dengan daerah lainnya. Hal ini karena setiap daerah memiliki
karakteristik yang khas. Yakni dimulai dari keadaan potensi sumberdaya daerah,
keadaan sumberdaya manusia, dan lain sebagainya. Berdasarkan keanekaragaman
yang bersifat heterogen itulah di Indonesia telah ditetapkan wewenang
Desentralisasi untuk setiap daerah. Wewenang inilah yang akan menghubungkan
secara vertikal antara pemerintah pusat dan daerah. Fungsi-fungsi yang bersifat
lokal diserahkan kepada daerah. Penyerahan fungsi-fungsi lokal ini biasa disebut
pemberian otonomi. Yakni pelimpahan sebagian kewenangan, tugas, kewajiban,
dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan negara dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah (Suwarno, 2009). Kewenangan otonomi yang telah ditetapkan
tersebut sudah seharusnya dimanfaatkan dengan seefektif mungkin untuk
kepentingan pembangunan daerah. Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) UU No 32 tahun 2004, menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah, dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing
daerah. Diharapkan dengan pemanfaatan kewenangan Otonom dapat menjadi
jalan agar pembangunan wilayah dapat meningkat dengan pesat pada setiap
daerah.
Upaya pembangunan daerah tidak dapat terlepas dari kebijakan
pembangunan ekonomi. Untuk menjabarkan kebijaksanaan pembangunan
ekonomi di tingkat daerah, maka diperlukan suatu kawasan andalan yang
berorientasi untuk mengembangkan potensi daerah. Kawasan andalan merupakan
kawasan yang ditetapkan sebagai penggerak perekonomian wilayah, yang
memiliki kriteria sebagai kawasan yang cepat tumbuh dibandingkan lokasi lainnya
dalam suatu provinsi atau kabupaten, memiliki sektor basis dan memiliki
keterkaitan ekonomi dengan daerah sekitar. Pertumbuhan kawasan andalan
diharapkan dapat memberikan impas positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah
sekitar atau daerah dibelakangnya (hinterland), melalui pembudayaan sektor atau
subsektor basis sebagai penggerak perekonomian daerah dan keterkaitan ekonomi
antar daerah. Tujuan utama dari kawasan andalan adalah mempercepat

pembangunan (Royat, 1996 dalam Mudrajad Kuncoro, 2002:28 dalam Wijaya,


2006).
Kawasan andalan atau pusat-pusat pertumbuhan pada tiap daerah tentu
memiliki jumlah fasilitas yang cukup banyak dan menempati hierarki yang tinggi
dari daerah lainnya. Salah satu yang akan dikaji dalam paper ini yakni pusat-pusat
pertumbuhan untuk pembangunan daerah di Kabupaten Jombang. Adapun daerah
di Kabupaten Jombang yang memiliki fasilitas terbanyak dan menempati hierarki
I yakni Kecamatan Jombang dan Kecamatan Ploso. Pengembangan yang tepat
untuk dilakukan di Kecamatan Jombang dan Kecamatan Ploso sebagai kecamatan
pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jombang adalah mengembangkan
sistem perencanaan wilayah dengan mengutamakan pada kekuatan potensi
sumberdaya lokal yang telah ada dan memperbaiki serta melengkapi sarana
prasarananya (Latiefunnisa, 2013). Adanya daerah pusat pertumbuhan sekaligus
sarana dan prasarananya akan mendorong pemerataan pusat perkotaan yang secara
hierarki dan mendorong pemerataan pembangunan daerah. Sehingga daerah yang
berada di sekitar daerah pusat pertumbuhan (Hinterland) dapat memberikan
kontribusi yang positif bagi pembangunan daerah di Kabupaten Jombang.
Dalam perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Jombang,
tentunya mengarah pada pengembangan pusat pertumbuhan yang memerlukan
suatu strategi. Strategi yang dapat dimaksimalkan yakni strategi Demand Side
dan Supply Side. Strategi Demand Side diupayakan melalui peningkatan
barang-barang dan jasa masyarakat setempat melalui kegiatan produksi lokal.
Sehingga taraf hidup penduduk akan meningkat dan permintaan terhadap barangbarang nonpertanian mengikuti peningkatan yang terjadi. Adanya permintaan
tersebut akan meningkatkan perkembangan sektor industri dan jasa-jasa yang akan
lebih mendorong pembangunan daerah tersebut. Sedangkan Strategi Supply Side
dapat diupayakan melalui investasi modal untuk kegiatan produksi yang
berorientasi keluar. Tujuan dari penggunaan strategi ini adalah untuk
meningkatkan pasokan dari komoditi yang ada, umumnya diproses dari
sumberdaya alam lokal. Kegiatan produksi terutama ditujukan untuk ekspor yang
akhirnya akan meningkatkan pendapatan lokal dan mendukung pembangunan
daerah (Rustiadi, 2011).
Selain pada pusat-usat pertumbuhan, untuk mendorong pembangunan
daerah perlu pemantapan pada sektor basis. Adapun sektor basis utama di
Kabupaten Jombang adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor
bangunan, sektor keuangan, sektor persewaan dan jasa perusahaan, sektor jasa dan
perdagangan, hotel dan restoran. Dari hasil analisis SS-EM dapat di ketahui
bahwa sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi sekaligus
adalah sektor pertambangan & penggalian yang ada pada Kecamatan Kesamben
dan Ngusikan, sektor listrik, gas & air bersih ada pada Kecamatan Ngoro, sektor
bangunan yang terdapat pada Kecamatan Perak, Gudo, Diwek, Mojowarno,

Megaluh dan Kesamben, sektor pengangkutan & komunikasi terdapat pada


kecamatan Diwek, Ngoro, Mojowarno, Sumobito, Tembelang, Kesamben, dan
Ploso, dan sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan terdapat pada
Kecamatan Ploso (Latiefunnisa, 2013). Pembangunan sektor basis ini dapat
dilakukan dengan program pelatihan dan kemitraan (job traning and partnership),
Kebijakan Inkubator, penataan ruang bisnis (enterprise zone), zona pasar bebas
(free trade zone), pembangunan perkotaan (urban development), dan
pengembangan masyarakat (Nugroho, 2006). Apabila pembangunan pada sektorsektor basis ini dimaksimalkan maka akan berperan besar dalam mendukung
pembangunan daerah di Kabupaten Jombang.
Dalam pembangunan masa depan (beberapa dekade setelah tahun 2000),
dimana pemerintah dan bangsa Indonesia menghadapi banyak tantangan
(ekonomi, sosial, dan politik) yang berat dan berkepanjangan, maka partisipasi
masyarakat sangat diperlukan sebagai kekuatan dinamis dan merupakan perekat
masyarakat akar bawah (pedesaan) untuk menunjang pembangunan pedesaan
(wilayah) (Adisasmita, 2011). Sehinggga apabila pembangunan pedesaan sangat
pesat sebagai hinterland pusat pertumbuhan daerah maka akan mampu
menggenjot pusat pertumbuhan daerah dan pembangunan daerah sekitarnya.
Adapun untuk pelaksanaan pembangunan daerah tidak serta merta berjalan tanpa
adanya DPRD sebagai pengawas yang dapat mengontrol dan melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan
lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam
melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerja sama internasional di
daerah (UU no 32 tahun 2004).
Berdasarkan pengawasan dari DPRD maka hendaknya relevansi
pembangunan daerah dapat terwujud. Relevansi tersebut yakni meliputi
pemberian perlindungan sosial dan ekonomi sebagai akibat dari kemiskinan dan
ketimpangan; serta tekanan sumberdaya alam, menyediakan media bagi
beroperasinya mekanisme pasar secara adil (in the same playing field) dan lestari
(sustainable), konsep kerangka berfikir bagi perencanaan pembangunan,
mengupayakan pembangunan sistem kelembagaan (Nugroho, 2006). Dengan
pencapaian tujuan ini diharapkan setiap daerah di Indonesia akan menjadi daerah
yang tangguh dan dapat mendukung pembangunan Nasional secara berkelanjutan.

DAFTAR RUJUKAN:
Adisasmita, Sakti Adji. 2011. Transportasi dan Pengembangan Wilayah.
Yogyakarta: Graha Ilmu

Latieffunnisa, Azharia. 2013. Analisis Penetapan Pusat-Pusat Pertumbuhan


Ekonomi di Kabupaten Jombang. Universitas Jember: Fakultas Ekonomi,
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Nugroho, Iwan. 2006. Dasar-Dasar Perencanaan dan Pembangunan Wilayah.
Malang: Universitas Widyagama, Fakultas Pertanian, Program Studi
Agribisnis
Rustiadi, Ernan, Sunsun Saefulhakim, Dyah R. Panuju. 2011. Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah. Jakarta: Crestpent Press, Yayasan Pustaka Obor
Indonesia
Suwarno, Yogi. 2009. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Cipanas: PIM IV
BKM
Undang-Undang (UU) No 32 tahun 2004
Wijaya Bayu, Hastarini Dwi Atmanti. 2006. Analisis Pembangunan Wilayah dan
Sektor Potensial Guna Mendorong Pembangunan di Kota Salatiga. UNDIP,
Jurnal Dinamika Pembangunan Vol. 3 No. 2. Desember 2006: 101-118

Вам также может понравиться