Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang dapat mengenai paru-paru
manusia. Tuberkulosis disebabkan oleh kuman dan karena itu tuberkulosis bukanlah
penyakit keturunan. Selain terdapat pada paru-paru, tuberkulosis juga dapat mengenai
organ tubuh lainnya, seperti tulang, otak, otot dan lain-lain (Aditama, 1994).
Tuberkulosis disebabkan oleh basil atau kuman yang diberi nama dalam
bahasa latin Mycobacterium tuberculosis. Basil penyebab tuberkulosis ini ditemukan
oleh seorang ilmuwan Jerman yang bernama Robert Koch pada tahun 1882. Basil
tuberkulosis akan tumbuh secara optimal pada suhu sekitarC,37yang memang
kebetulan sesuai dengan tubuh manusia (Aditama, 1994).
1. Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30
dosis harian).
2. Kambuh (Relaps) adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapatkan pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian
kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
3. Pindahan (Transfer In) adalah penderita yang sedang mendapatkan pengobatan
di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita
pindahan tersebut harus membawa surat rujukan/pindah.
4. Lalai (Default /Drop Out) adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1
bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat.
Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif.
5. Lain-lain
a. Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan akhir pengobatan) atau lebih.
Bisa juga penderita dengan hasil BTA negatif rontgen positif yang menjadi
BTA positif pada akhir bulan ke 2 pengobatan.
b. Kasus kronis adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulang kategori 2.
memfokuskan
perhatian
(direct
attention)
dalam
usaha
Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan
maupun penderita, selain itu harus disegani dan dihormati oleh penderita.
sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang
memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota Perhimpunan
Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), atau tokoh masyarakat lainnya atau
anggota keluarga.
Tugas seorang PMO antara lain adalah :
-
Mengawasi penderita TB Paru agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan.
Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada waktu-waktu yang telah
ditentukan.
motivasi dari dalam diri penderita TB Paru seperti rasa tanggung jawab. Adapun
faktor eksternalnya yaitu motivasi dari luar diri penderita TB Paru yang meliputi
dukungan keluarga, pengawasan PMO dan dorongan petugas.
Perilaku seseorang itu sebenarnya dapat dikaji sebagai saling interaksinya atau
ketergantungannya beberapa unsur yang merupakan suatu lingkaran. Sebagaimana
menurut Fred Luthans dalam Thoha (2008) terdiri dari tiga unsur yakni kebutuhan
(need), dorongan (drive), dan tujuan (goals). Unsur-unsur itu secara pokok terdiri dari
motivasi dan tujuan. Motivasi seseorang tergantung pada kekuatan dari motivasi itu
sendiri. Dorongan ini yang menyebabkan mengapa seseorang itu berusaha mencapai
tujuan-tujuan, baik sadar ataupun tidak sadar. Dorongan ini pula yang menyebabkan
seseorang itu berperilaku, yang dapat mengendalikan dan memelihara kegiatankegiatan serta menetapkan arah umum yang harus ditempuh oleh seseorang tersebut.
profesional kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis. Pasien
membutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa penyebabnya dan apa yang
dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti ini.
3. Isolasi Sosial dan Keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program
pengobatan yang dapat mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan
membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit.
4. Keyakinan, sikap, Kepribadian
Ahli psikologis telah menyelidiki tentang hubungan antara pengukuranpengukuran kepribadian dan kepatuhan. Mereka menemukan bahwa data kepribadian
secara benar dibedakan antara orang yang patuh dengan orang yang gagal. Orangorang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami depresi, sangat
memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan yang
kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada dirinya sendiri. Blumenthal et
al (Ester, 2000) mengatakan bahwa ciri-ciri kepribadian yang disebutkan di atas itu
yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh (drop out) dari program
pengobatan.
Menurut Schwartz & Griffin (Bart, 1994), riset tentang ketaatan pasien
didasarkan atas pandangan tradisional mengenai pasien sebagai penerima nasihat
dokter yang pasif dan patuh. Pasien yang tidak taat dipandang sebagai orang yang
lalai, dan masalahnya dianggap sebagai masalah kontrol. Riset berusaha untuk
merupakan
pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku dan kaset oleh pasien secara
mandiri. Usaha-usaha ini sedikit berhasil, seseorang dapat menjadi tidak taat kalau
situasinya memungkinkan. Teori-teori yang lebih baru menekankan faktor situasional
dan pasien sebagai peserta yang aktif dalam proses pengobatannya. Perilaku ketaatan
sering diartikan sebagai usaha pasien untuk mengendalikan perilakunya, bahkan jika
hal tersebut bisa menimbulkan risiko mengenai kesehatannya.
Macam-macam faktor yang berkaitan dengan ketidaktaatan disebutkan :
1. Ciri-ciri kesakitan dan ciri-ciri pengobatan
Menurut Dickson dkk (Bart, 1994), perilaku ketaatan lebih rendah untuk penyakit
kronis (karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau risiko yang
jelas), saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama, pengobatan
yang kompleks, serta pengobatan dengan efek samping.
Menurut Sarafino (Bart,1994), tingkat ketaatan rata-rata minum obat untuk
menyembuhkan kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar
78%, untuk kesakitan kronis dengan cara pengobatan jangka panjang, tingkat
tersebut menurun sampai 54%.
2. Komunikasi antara pasien dan dokter
Berbagai aspek komunukasi antara pasien dengan dokter memengaruhi tingkat
ketidaktaatan
misalnya,
informasi
dengan
pengawasan
yang
kurang,
2.5. Motivasi
2.5.1. Definisi Motivasi
Malayu (1996) menyatakan bahwa motivasi berasal dari bahasa latin, yakni
movere yang berarti daya penggerak atau dorongan dalam diri manusia yang
menyebabkan individu tersebut berbuat sesuatu. Menurut Notoatmodjo (2003)
motivasi diartikan sebagai dorongan dalam bertindak untuk mencapai tujuan tertentu.
Hasil dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku. Adapun perilaku
itu sendiri terbentuk melalui proses tertentu, dan berlangsung dalam interaksi
manusia dengan lingkungannya.
Menurut Mitchell dalam Winardi (2001), motivasi mewakili proses-proses
psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi
hal yang seharusnya tidak dilakukannya, bawahan tersebut akan cenderung untuk
tidak mengulangi tindakan tersebut terlepas dari dalam diri orang yang bersangkutan.
Singkatnya, motivasi seseorang bawahan untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar dirinya seperti sikap pimpinan,
pengaruh rekan kerja dan sejenisnya (Siagian, 1995).
Dalam hal kepatuhan berobat pada penderita TB Paru, faktor-faktor di luar
dirinya seperti dukungan keluarga, pengawasan PMO dan dorongan petugas dapat
menjadi faktor-faktor penguat yang mendorong penderita TB Paru untuk persisten
dalam menjalani pengobatannya sehingga tidak menyebabkan penderita putus
berobat. Bentuk penguatan tersebut dapat berupa perhatian maupun teguran dari
keluarga dan PMO bila penderita jenuh dalam menjalani proses pengobatan, serta
sikap petugas yang senantiasa mendengar segala keluhan penderita, meresponnya dan
memberikan solusi dengan baik.
keamanan
atas
segalanya.
Mengikuti
falsafah
ini
maka
1. Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih
menyukai diarahkan atau diperintah.
2. Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalah.
3. Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja.
4. Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mencapai tujuan.
Untuk menyadari kelemahan dari asumsi teori X itu maka McGregor
memberikan alternatif teori lain yang dinamakannya teori Y. Asumsi teori Y ini
menyatakan bahwa orang-orang pada hakikatnya tidak malas dan dapat dipercaya,
tidak seperti yang diduga oleh teori X (Thoha, 2008).
Variabel Dependen
Karakteristik Individu
Umur
Jenis kelamin
Status perkawinan
Pekerjaan
Pengetahuan
Kepatuhan Berobat
Penderita TB Paru
Motivasi
Dukungan Keluarga
Peran PMO
Dorongan Petugas
Rasa Tanggung jawab
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Definisi Konsep :
1. Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat dalam diri penderita TB Paru
yang membedakan seseorang dengan lainnya, meliputi : umur, jenis kelamin,
status perkawinan, pekerjaan dan pengetahuan.
2. Motivasi adalah suatu perasaan, pikiran dan dorongan atau daya penggerak yang
berasal dari dalam diri penderita TB Paru maupun yang berasal dari kekuatan di
luar pribadi penderita yang menyebabkan kepatuhan berobat penderita TB Paru,
meliputi : dukungan keluarga, peran PMO, dorongan petugas, dan rasa tanggung
jawab.
3. Kepatuhan berobat penderita TB Paru adalah ketaatan penderita TB Paru dalam
menelan obat pada tahap intensif sesuai jadwal yang ditentukan yaitu selama 2
bulan dan menaati segala nasihat dari petugas kesehatan.