Вы находитесь на странице: 1из 6

Sepintas Kilas Tentang Education for All

Movement dan MDGs


Artikel 0 Comment

Disampaikan
Dalam Acara Silaturahmi dan Rapat Koordinasi Dewan Pendidikan
dengan Komite Sekolah se Kabupaten Bogor
Tanggal 10 Desember 2012.

***
Link between education and society are strong, and each influences
the other
(EFA Global Monitoring Report, 2005)

Jalan terpenting untuk mempertinggi mutu sekolah-sekolah itu ialah


mempertinggi mutu pendidiknya
(Mr. Muhammad Yamin)

The future belong ti the nations that best educates its citizens
(Barach Obama)

Pengantar
The Education for All (EFA) movement atau Gerakan Pendidikan untuk Semua
adalah satu komitmen gerakan bersama yang diluncurkan oleh masyarakat dunia
peduli pendidikan untuk menyediakan pendidikan dasar (basic education) untuk
semua anak usia sekolah. Untuk Indenesia, jenjang pendidikan dasar meluputi
satuan pendidikan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dan satuan

pendidikan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), yakni


untuk anak usia 7 sampai 15 tahun. Sementara itu, masyarakat global peduli
pendidikan kemudian juga menilai penting untuk menyediakan Pendidikan Anak
Usia Dini (Early Childhood Education), yakni untuk anak usia 0 6 tahun. Para
pakar pendidikan meyakini bahwa kecerdasan anak berkembang secara optimal
pada usia 0 6 tahun ini, yang dikenal dengan usia keemasan (the golden age).
Gerakan The Education for All (EFA) mulai diwujudkan dalam Forum Pendidikan
Dunia (the World Education Forum ) di Dakar pada tahun 2000. Dalam forum
tersebut, 164 negara telah menandatangani kesepakatan untuk mencapai 6 (enam)
sasaran EFA yang akan dicapai pada tahun 2015. Dalam forum tersebut semua
pemerintahan, lembaga pengembangan, masyarakat sivil dan sektor swasta saling
bekerja sama untuk mencapai 6 (enam) sasaran EFA yang telah disepakati
bersama.

Sasaran EFA
Enam sasaran EFA yang telah disepakati bersama yang akan dicapai pada tahun
2015 adalah sebagai berikut:
Sasaran 1
Memperluas dan meningkatkan perawatan dan pendidikan yang komprehensif
bagi anak usia dini (PAUD), terutama bagi anak-anak yang paling rentan dan
kurang beruntung.
Sasaran 2
Memastikan bahwa pada tahun 2015 semua anak, khususnya anak perempuan,
anak-anak dalam keadaan sulit dan mereka yang termasuk etnis minoritas,
memiliki akses untuk mengikuti dan menamatkan pendidikan dasar, gratis dan
wajib dengan kualitas yang baik.
Sasaran 3
Memastikan bahwa kebutuhan belajar semua anak muda dan orang dewasa
terpenuhi melalui akses yang adil terhadap pembelajaran yang tepat dan dengan
program kecakapan hidup (life skill).
Sasaran 4

Mencapai perbaikan 50 persen di tingkat buta aksara pada tahun 2015, terutama
bagi perempuan, dan akses yang adil pada pendidikan dasar dan berkelanjutan
bagi semua orang dewasa.
Sasaran 5
Menghapus disparitas gender dalam pendidikan dasar dan menengah pada tahun
2005, dan mencapai kesetaraan gender dalam pendidikan pada tahun 2015,
dengan fokus untuk menjamin akses perempuan penuh dan sama untuk prestasi
dalam pendidikan dasar dengan kualitas yang baik.
Sasaran 6
Meningkatkan semua aspek kualitas pendidikan dan menjamin keunggulan semua
sehingga diakui dan hasil pembelajaran yang terukur yang dicapai oleh semua,
terutama dalam bidang terutama dalam bidang keaksaraan, berhitung dan
kecakapan hidup yang esensial.
Sumber: UNESCO/Justin Mott
MDGs
Dalam pada itu, jika semua pemerintah negara sedang dan telah berusaha untuk
mencapai sasaran EFA tersebut, pada tahun yang sama, yakni tahun 2000, PBB
dengan 193 negara anggotanya dan paling tidak bekerja sama dengan 23
organisasi internasional, telah menyepakati satu deklarasi milenium (United
Nasions Millenium Declaration) dengan 8 (delapan) Millenium Development
Goals(MDGs) yang akan dicapai pada tahun 2015, yaitu:
1.

memberantas kemiskinan dan kelaparan;

2.

mencapai pendidikan dasar universal, yang paling penting dari semua tujuan;

3.

mempromosikan kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan;

4.

mengurangi angka kematian anak;

5.

meningkatkan kesehatan ibu;

6.

memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya;

7.

memastikan kelestarian lingkungan, dan

8.

mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Komitmen Indonesia

Jauh sebelum deklarasi Dakar dan deklarasi PBB disepakati oleh masyakat dunia
peduli pendidikan, sebagai salah satu negara anggota PBB, Indonesia sejak awal
kemerdekaannya, sebenarnya telah memiliki komitmen kuat untuk membangun
pendidikan bagi semua anak banga, yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945,
yakni: mencerdaskan kehidupan bangsa. Komitmen awal ini sudah barang tentu
harus menjadi dasar keyakinan semua anak bangsa untuk dapat mencapai 6
(enam) sasaran EFA, dan sekaligus 8 (delapan) sasaran MDGs, yang sudah barang
tentu tidak mudah untuk mencapainya.
Sebagai contoh, untuk mencapai sasaran EFA berupa pemberian kesempatan
belajar bagi anak usia pendidikan dasar memang telah dicapai melalui program
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, namun untuk meneruskan program
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 15 tahun, penuntasannya tidak mudah untuk
dicapai, terutama karena masih besarnya anak bangsa yang berada di bawah garis
kemiskinan.
Itulah sebabnya, untuk memberantas kemiskinan dan kelaparan sebagaimana
telah disepakati dalam MDGs, negeri kita tercinta Indonesia masih menyisakan
tidak kurang dari 30% penduduk yang berada dalam garis kemiskinan. Grafik
berikut ini dapat memberikan gambaran tentang jumlah dan prosesntase
penduduk mistkin di Indonesia pada tahun 1996 2007.
Grafik 1: Jumlah Penduduk Miskin dan Prosentase Penduduk Miskin 1996 2007

Sumber: digrafikkan dari Sindo: BPS (Biro Pusat Statistik).


Grafik tersebut memberikan gambaran bahwa pada tahun 2007 negeri ini masih
banyak mempunyai warga negara yang miskin. Tidak kurang dari 16% penduduk
Indonesia masih tergolong miskin sejak tahun 1996 sampai dengan tahun 2007.
Dalam kurun waktu tersebut, prosentase penurunannya dapat dikatakan tidak
signifikan. Pada tahun 2007, jumlah penduduk yang miskin tersebut tidak kurang
dari 37 juta jiwa. Dengan demikian, grafik tersebut telah memberikan data dan
informasi bahwa sebenarnya kita masih memiliki ladang yang luas untuk dapat
berbagi dengan sesama anak bangsa.

Kemajuan dalam pencapaian sasaran EFA maupun MDGs tentu saja akan
ditentukan oleh komitmen semua pihak dalam ikut bersama-sama dan bekerja
sama untuk melaksanakan program dan kegiatan yang telah dirumuskan bersama
secara demokratis, transparan, dan akuntabel. Dalam hal ini Dewan Pendidikan
dan Komite Sekolah juga harus memiliki komitmen dalam pelaksanaan peran dan
fungsinya secara optimal. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah secara
sinergis untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan melalui
pelaksanaan empat peran/fungsinya.
Dalam dokumen EFA dan MDGs ditegaskan bahwa Education for All can
only be achieved through broad partnerships between governments,
bilateral agencies, civil society groups and the private sector. Dengan
kata lain, Sasaran EFA hanya capat dicapa melalui kerja sama secara luas antara
pemerintah, lembaga bilateral, kelompok masyarakan sivil dan sektor swasta.
Tidak ada satu pihak pun yang secara egoistis yang dapat mencapai sasaran
tersebut sendirian. Semua pihak harus dapat dilibatkan dalam upaya pencapaian
sasaran EFA maupun MDGs, termasuk masyarakat yang diwadahi dalam Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah, melalui program-program inovatif.
Program Inovatif Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
Dewasa ini, Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah harus mampu
mengembangkan program inovatif dalam rangka peningkatan mutu layanan
pendidikan di daerah dan di satuan pendidikannya masing-masing. Program
kemitraan dengan institusi terkait harus menjadi program inovatif Dewan
Pendidikan. Sebagai contoh, Dewan Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan
mulai mencoba dengan program Dompet Pendidikan untuk membantu para
mahasiswa yang berprestasi yang berasal dari keluarga yang kurang mampu.
Dewan Pendidikan Kota Bandung telah memperoleh amanah untuk menyalurkan
Bantuan Walikota Bandung untuk peserta didik yang berasal dari keluarga kurang
mampu agar tidak sampai putus sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
Sudah barang tentu, masih terbuka ladang amal yang dapat menjadi program
inovatif Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Dunia usaha dan dunia industri
di Indonesia melalui CSR (corporate social responsibility) harus digali secara
meluas oleh Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah untuk mendukung upaya
pencapaian sasaran EFA dan MDGs. Dalam hal ini, walaupun Malaysia memang
pernah belajar dari Indonesia dengan mendatangkan guru dari Indonesia, namun
saat ini Indonesia dapat belajar dari Malaysia dalam memberdayakan DUDI untuk
membangun pendidikan di Indonesia. Sebagai contoah, asrama mahasiswa dan

gedung laboratorium di perguruan tinggi di Malaysia banyak yang telah dibangun


oleh DUDI. Itulah sebabnya, janganlah heran jika kita mengetahui bahwa maka
asrama mahasiswa dan bangunan laboratorium tersebut adalah nama perusahaan
tersebut.
Refleksi
EFA dan MDGs telah menunjukkan berbagai masalah dan tantangan dalam bidang
pendidikan yang menghadang kita di hadapan. Untuk memecahkan masalah dan
mencari jalan keluar untuk menghadapi tantangan tersebut, yang diperlukan
adalah kerjasama antara semua pihak. Tidak ada satu pihak pun yang dapat secara
egoistis untuk dapat berjalan sendiri dalam memecahkan masalah dan tantangan
tersebut. Untuk ini, antara pemerintah dam masyarakat (yang diwadahi dalam
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah) harus dapat bekerja sama secara sinergis
untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan bagi anak-anak bangsa di negeri
tercinta Indonesia.
Untuk dapat melaksanakan peran/fungsinya secara optimal, Dewan Pendidikan
dan Komite Sekolah harus mampu merumuskan program inovatif antara lain
dengan mengembangkan kerja sama kemitraan dengan DUDI di negeri ini.
Mudah-mudahan tulisan singkat ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi
kehidupan kita di dunia dan akhirat kelak. Amin.
Sumber: http://www.unesco.org
Depok, 8 Desember 2012.

Вам также может понравиться