Вы находитесь на странице: 1из 32

ETIKOMEDIKOLEGAL

EMERGENCY
dr. ADJI SUWANDONO, S.H.

PENDAHULUAN
o

Ketika Accident Room atau Emergency Room (ER) / IGD bagi


kasus trauma dilaunching untuk pertama kali pada th.1968,
segera mendapat respon positif dari masyarakat AS.

Pada tahun itu, tidak kurang dari 35 juta pesakit


mengunjungi ER (IGD), dan pada
th. 1984 melonjak
pesat menjadi 160 juta.

Pesakit yang datangpun tidak lagi dibatasi hanya


emergency akibat trauma saja.

Anehnya, kurang dari 5 % yang benar-benar yang dalam


kondisi True Emergency.

pada

EMERGENCY ROOM (IGD)


Disukai oleh masyarakat Amerika karena :
1.Semakin

menurunnya jumlah Dr yg maubertandang ke rumah pasien.

2.Emergency
3.Fasilitas

Room (IGD) terbuka 24 jam.

di Emergency Room lengkap.

4.Emergency

Room biasanya dikelola oleh tenaga terlatih (high skilled

personnel).
5.Asuransi

bersedia menanggung
biaya layanan di ER (IGD).

seluruh

ASPEK
HUKUM
1.

DEFINISI EMERGENCY

2.

KEWAJIBAN HUKUM BAGI DOKTER

3.

KEWAJIBAN HUKUM BAGI RUMAH SAKIT

4.

SANKSI HUKUM BAGI DOKTER dan RUMAH


SAKIT SEBAGAI LEMBAGA YANG TIDAK MAU
MEMBERIKAN PERTOLONGAN EMERGENCY

5. INFORMED CONSENT PASIEN EMERGENCY


6. EMERGENSI CARE PADA PASIEN ANAK-ANAK
YANG TIDAK DISETUJUI ORANGTUANYA

DEFINISI EMERGENCY
DEFINISI menjadi penting,

sebab,
penyelesaian beberapa sengketa hukum
antara health care reciever dan health
care provider, sering diperlukan acuan
berupa kepastian ....
DEFINISI EMERGENSI

TERMINOLOGI
(DIANGGAP) EMERGENCY :
any condition that ------ in the opinion of the patient,
his family, or whoever assumes the responsibility of
bringing the patient to the hospital ------ requires
immediate medical attention.
(versi orang awam)

TRUE EMERGENCY :
any condition clinically determined to require immediate medical care.
(versi dokter)
Such conditions range from those requiring extensive
immediate care and admission to the hospital to
those that are diagnostic problems and may or may
not require admission after work-up and observation.
(American Hospital Association)

EMTALA
(Emergency Medical Teatment and
Active
Labor
Act)
(A). Suatu
kondisi
yang ditandai adanya gejala berat dan akut (meliputi
rasa sakit luar biasa), yang apabila tidak ditangani dg segera akan
dapat mengakibatkan :
(i)
kesehatan pasien mengalami bahaya serius
(termasuk wanita hamil & bayi yang dikandungnya);
(ii)
kerusakan organ atau tubuh yang serius; atau
(iii)
kegagalan organ atau bagian tubuh yang serius; atau

(B). Suatu kondisi dari wanita hamil yang telah mengalami kontraksi,
akan tetapi :
(i)
tidak memiliki waktu yang cukup untuk membawanya
sampai di RS; atau
(ii)
transportasi ke RS justru akan dapat membahayakan
diri wanita itu atau bayinya.

DEFINISI YURIDIS
Gawat
darurat
adalah
keadaan
klinis
yang
membutuhkan
tindakan
medis
segera
guna
penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan
lebih lanjut.
(Pasal 1 angka 2 UURS)
Jadi pertolongan pasien KEDARURATAN MEDIS harus
dilakukan sesegera mungkin untuk :
mencegah kematian; dan
mencegah kecacatan tetap.

KEWAJIBAN hukum DOKTER


KETIKA
MENEMUI SESEORANG
DENGAN
KONDISI EMERGENCY
(KASUS DILUAR RUMAH SAKIT)

KASUS A DOCTOR AT A BRIGDE


Bermula

dari sebuah kecelakaan lalu lintas di Bronx


Whitestone Brigde New York yang menimpa seorang
pengendara sepeda motor.

Korban

tergeletak di tengah jalan dan membutuhkan


pertolongan segera, namun seorang dokter yang
kebetulan lewat di tempat itu terus saja berlalu tanpa
memberikan pertolongan dan itu diketahui wartawan.

Selama

empat malam berturut-turut profesi medis


dihujat habis-habisan oleh jaringan TV di Amerika
WABC menjelang Natal tahun 1963.

Adilkah menyalahkan Dr tanpa melihat alasannya ???

KEWAJIBAN DOKTER
TERHADAP PENDERITA
EMERGENCY

Dokter diwajibkan oleh moral & etika utk menolong seseorang


dengan kondisi emergency jika:
a.bentuk

pertolongannya masih berada dlm kontek profesinya.

b.pesakit

berada dalam jarak dekat dengan dokter.

c.dokter

mengetahui bahwa ada kebutuhan


emergency atau ada pesakit dgn kondisi serius.
d.dokter

akan

bantuan

dinilai layak memberikan bantuan serta barangkali


membawa
peralatan yang diperlukan. (Gorton, 2000)

SANKSI PIDANA MENURUT


KUHP
Pasal 531:
Barangsiapa ketika menyaksikan bahwa ada
orang dalam keadaan bahaya maut tidak
memberi
pertolongan yang dapat diberikan
padanya tanpa selayaknya menimbulkan bahaya
bagi dirinya atau orang lain, diancam, jika
kemudian orang itu meninggal, dengan pidana
kurungan paling lama tiga bulan atau denda
paling banyak ..

Barangsiapa meliputi pula tenaga kesehatan.

KEWAJIBAN hukum DOKTER


KETIKA
MENEMUI SESEORANG DENGAN
KONDISI EMERGENCY
(PADA SAAT DOKTER
MELAKSANAKAN
PRAKTEK KEDOKTERAN)

KEWAJIBAN DALAM PRAKTEK


Pasal 51 huruf d, UUPK :
Dokter atau Dokter Gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
mempunyai kewajiban:
d. melakukan pertolongan darurat atas dasar prikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan
mampu melakukannya;
Pasal 79 huruf c, UUPK:
Dipidana dg pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau
denda paling banyak Rp 50.000.000.00 (lima puluh juta rupiah),
setiap Dr atau Drg yang:
c. dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 huruf d.

KEWAJIBAN DI INSTITUSI
KESEHATAN
1. Di Puskesmas / RS dg Initial Emergency Care
(UGD sederhana):
stabilisasi semaksimal mungkin; dan
transfer ke RS, jika sudah transferable.
2. Di RS dg Definitive Emergency Care:
melakukan emergency treatment secara
paripurna.

KEWAJIBAN hukum
RUMAH SAKIT
KETIKA
didatangi
SESEORANG DENGAN
KONDISI EMERGENCY

KASUS DI LUAR NEGERI

Suatu malam seorang ayah menelpon sebuah RS, karena


menurut pendapatnya, anaknya dlm kondisi emergency
sehingga perlu pertolongan segera.
Setelah penerima telpon mempersilahkannya maka anak
itupun dibawa ke RS itu, tetapi sesampainya di RS ternyata
ditolak disebabkan ayahnya belum bisa bayar uang muka/
DP (akibat panik shg tidak membawa uang).
Penerima telpon juga tidak mengingatkan ttg DP tsb.
Meski sudah dijelaskan bahwa untuk sampai ke RS itu ia
telah melewati 4 buah RS dan akan menuntut jika anaknya
meninggal dunia, RS tetap menolaknya.

Akhirnya anak itupun meninggal sehingga RS dituntut.

KASUS DI INDONESIA

Suatu hari, seorang korban kecelakaan LL dibawa ke


sebuah RS di Kalimantan dengan sepeda motor.

RS menolak menerima pasien tsb disebabkan


keterbatasannya, dan hanya menganjurkan agar dibawa ke RS lain tanpa stabilisasi & bantuan transfer.

Dengan menggunakan motor yang sama, pasien pun


dibawa ke RS yang disarankan.

Tragisnya, pasien meninggal dunia setibanya di RS


yang dimaksud.

Akibatnya, keluarga pasien menuntut agar pihak RS


yang pertama bertanggung-jawab atas kematian itu.

KEWAJIBAN MENURUT UURS


Pasal 29 ayat UURS :
(1) Setiap RS mempunyai kewajiban :
c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada
pasien sesuai dgn kemampuan pelayanannya.
f. melaksanakan fungsi sosial antara lain dgn
memberikan . pasien tidak mampu/miskin,
pelayanan gawat darurat tanpa uang muka,
ambulan gratis, korban bencana dan
kejadian luar
biasa
(2)

Pelanggaran atas kewajiban sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dikenai sanksi adminis-tratif, yaitu:
teguran,
teguran
tertulis,
denda
dan
pencabutan
izin Rumah Sakit.

BENTUK KEWAJIBAN
1.

Di Puskesmas / RS dg Initial Emergency


Care (UGD sederhana):
- stabilisasi semaksimal mungkin; dan
- transfer ke RS, jika sudah transferable.

2.

Di RS dg Definitive Emergency Care :


- emergency treatment secara paripurna.

TANGGUNGJAWAB DI
IGD Rumah Sakit
EMERGENCY ROOM

DIANJURKAN
ke Family
Doctor
Bukan
emergency

PASIEN
harus
diterima dan
dianggap
triage
emergensi

True emergency
DIRAWA
T

BAGAIMANA
INFORMED CONSENT
PADA
KONDISI EMERGENCY ???
MASIH PERLUKAH
INFORMED CONSENT ITU ???

KARAKTERISTIK
KEDOKTERAN BEDAH
Tindakan bedah bersifat invasif dgn risiko tinggi;
o
Pelaksanaannya membutuhkan bantuan anestesi
yang akan menambah risiko;
o Tindakan bedah bisa mempengaruhi keutuhan fisik;
o Seringkali berhadapan dengan situasi emergency
yang memerlukan kecepatan bertindak
(untuk menghidari kematian dan kecacatan menetap);
o Sering menjumpai hal tak terduga (unpredictable);
o Kadangkala tindakan yang akan dilakukan dilihat dari
aspek etik dan hukum dipertanyakan
(legally or ethically questionable).
o

INFORMED CONSENT (1)


Persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai
tindakan medik yang akan dilakukan terhadap
pasien tersebut.
(Permenkes)
INFORMED CONSENT (2)
Persetujuan pasien atau yang mewakilinya
atas rencana tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi setelah menerima informasi
yg cukup untuk dapat membuat persetujuan.
(Konsil Kedokteran Indonesia)

INFORMED CONSENT (3)


Pernyataan oleh PASIEN, atau dalam hal pasien tidak
berkompeten*), oleh ORANG YANG BERHAK MEWAKILI,
yang isinya berupa persetujuan kepada Dr untuk melakukan
tindakan medik sesudah pasien atau orang yang berhak
tersebut diberi informasi secukupnya **) mengenai rencana
tindakan medik yang akan dilakukan Dr.
(Sofwan Dahlan)

*) Tidak berkompeten: belum dewasa (21 th) atau


belum pernah nikah atau tidak sehat akal.
**) Informasi sekucupnya: kualitas dan kuantitas
informasi cukup adekuat bagi pasien untuk dasar
membuat keputusan (setuju atau tidak setuju).

PENJELASAN :
Dari ketiga definisi tadi maka yang benar dari
sudut legal drafting adalah definisi ketiga,
sebab mampu memberikan pemahaman
bahwa:
1.Pemegang hak utama untuk memberikan
persetujuan ialah pasien.
2.Hak keluarga untuk mewakili pasien bukan
bersifat alternatif, tetapi kondisional (yaitu
dg syarat manakala ia tidak berkompeten).
3.Jika pasien sudah dewasa dan sehat akal

KEBIJAKAN UUPK
1.Bersifat non-selective (semua tindakan medik).
2.Harus didahului penjelasan yang cukup sebagai
landasan bagi pasien dlm mengambil keputusan.
3.Dapat diberikan tertulis atau lisan (ucapan atau
anggukan kepala)?
... anggukan itu body language
4.Untuk tindakan medik berisiko tinggi, persetujuan
harus diberikan secara tertulis.
5.Dalam keadaan emergensi tidak perlu informed
consent, sesudah sadar wajib diberitahu dan
diminta persetujuannya??? Bagian ini agak aneh!!
6. Ditandatangani oleh yang berhak.

PERTANYAAN
APAKAH
INFOMED CONSENT emergensi masih perlu,
mengingat pelaksanaannya perlu komunikasi
sehingga dibutuhkan:
a. waktu yang relatif lama; serta
b. tingkat kesadaran compos mentis?
BUKANKAH
TINDAKAN EMERGENCY perlu dilakukan
dengan cepat untuk mencegah kematian dan
kecacatan?

PEDOMan PADA PASIEN EMERGENCY


1. Jika kondisi pasien masih bisa diajak komunikasi maka
informed consent tetap penting, tetapi bukan prioritas.
2.Meski penting, namun pelaksanaannya tidak boleh menjadi
penghambat atau penghalang dilakukannya tindakan
pertolongan penyelamatan (emergency care).
3.Permenkes, UUPK dan UURS menyatakan bahwa dalam
kondisi emergensi tidak perlu informed consent.
4.Berbagai yurisprudensi di negara maju menunjukkan hal
yang sama, yaitu tindakan pada kondisi emergency dapat
dilakukan tanpa informed consent.
5.Kasus Mohidin (Sukabumi), hakim membenarkan dokter
mencopot mata pasien untuk menyelamatkan mata yang
masih sehat tanpa informed consent atas dasar teori
sympatico optalmia.

EMERGENCY CARE
PADA ANAK TANPA IC ORANGTUA
Jika orangtua anak tidak setuju, tindakan emergency
care dapat dilakukan dg syarat :
o tindakan tsb merupakan tindakan terapeutik,
bukan tindakan medik eksperimental.
o tanpa tindakan maka anak akan meninggal dunia.
o tindakan medik tsb memberikan harapan
atau peluang pada anak yang bersangkutan untuk
hidup normal, sehat dan bermanfaat.

KASUS GERTI
Dr dipersalahkan di pengadilan tingkat
pertama disebabkan ia telah memotong kaki
Gerti (10 th) karena kanker tulang tanpa
informed consent sebab orangtua-nya menolak
menyetujui.
Tetapi Mahkamah Agung membebaskan dokter
atas dasar pertimbangan filosofis, bahwa
penyelamatan nyawa anak jauh
lebih utama d/p keberatan orang-tuanya.

Вам также может понравиться