Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan taufiq dan
hidayah-Nya sehingga paper ini dapat diselesaikan. Paper dengan judul Pengaruh Inflasi
Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia disusun sebagai salah satu tugas pengganti Ujian
MID Semester 3 dari Bapak Aidzin S.E, M.A., M.Eng. selaku dosen mata kuliah Aplikasi
Statistika 1. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak karena telah berjasa
mencurahkan ilmu kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa penyusunan paper ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengaharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga
paper ini bermanfaat untuk penulis dan seluruh pembaca.
Semarang,
Desember 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Inflasi merupakan suatu keadaan dimana barang-barang mengalami kenaikan
harga secara umum dan terus menerus. Dari tahun ketahun laju inflasi di Indonesia
mengalami fluktuasi. Pada tahun 1998 Indonesia mengalami inflasi yang tergolong
berat. Dan untuk tahun-tahun berikutnya yaitu tahun 1999-2013 Indonesia mengalami
inflasi yang tergolong ringan dan sedang. Dengan laju inflasi yang berfluktuasi tersebut
tentu akan mempengaruhi daya beli masyarakat. Apabila seiring meningkatnya laju
inflasi tidak diikuti dengan meningkatnya daya beli atau pendapatan masyarakat
terutama yang berpendapatan rendah tentu hal tersebut akan mendorong terjadinya
peningkatan kemiskinan di Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut penulis ingin mencari tahu apakah inflasi mempengaruhi
tingkat kemiskinan. Hal tersebut dikarenakan tingkat kemiskinan suatu negara
merupakan salah satu indikator kesejahteraan rakyat serta perkembangan pembangunan
suatu negara. Tingkat kemiskinan yang rendah menandakan pemerintah telah hampir
berhasil dalam menjalankan tugasnya dalam bidang pembangunan yaitu mengentas
rakyat Indonesia dari kemiskinan.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan inflasi?
2. Apa dampak dari adanya inflasi?
3. Bagaimana cara menghitung inflasi?
4. Apakah inflasi mempengaruhi tingkat kemiskinan?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan inflasi.
2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari adanya inflasi.
3. Mengetahui cara menghitung inflasi.
4. Mengetahui apakah inflasi mempengaruhi tingkat kemiskinan atau tidak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Inflasi
Makna inflasi adalah persentase tingkat kenaikan harga sejumlah barang dan jasa
yang secara umum dikonsumsi rumah tangga. Ada barang yang harganya naik dan ada
yang tetap. Namun, tidak jarang ada barang/jasa yang harganya justru turun. Resultante
(rata-rata tertimbang) dari perubahan harga bermacam barang dan jasa tersebut, pada
suatu selang waktu (bulanan) disebut inflasi (apabila naik) dan deflasi (apabila turun).
Secara umum, hitungan perubahan harga tersebut tercakup dalam suatu indeks harga
yang dikenal dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI).
Persentase kenaikan IHK dikenal dengan inflasi, sedangkan penurunannya disebut
deflasi. Inflasi/deflasi tersebut dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
INFt =
INFt
IHKt
IHKt-1
IHKn =
IHKn
Pni
= Harga komoditas i pada bula ke - n
P(n-1) i
= Harga komoditas i pada bulan ke - (n-1)
P(n-1) i . Qo1 = Nilai konsumsi komoditas i pada bulan ke - (n-1)
Po i . Qo1
= Nilai konsumsi komoditas i pada thun dasar
k
= jumlah barang/jasa yang masuk dalam paket komoditas
Indeks harga konsumen (consumer price index) adalah nomor indeks yang
mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga
(household). IHK adalah indeks yang sering dipakai namun bukanlah satu-satunya
indeks yang dipakai untuk mengukur laju inflasi. Masih ada indeks yang dapat
digunakan yakni Indeks Harga Produsen (IHP), yang mengukur harga sekelompok
barang yang dibeli perusahaan (produsen bukannya konsumen).
Penyusunan inflasi bertujuan untuk memperoleh indikator yang menggambarkan
kecenderungan umum tentang perkembangan harga. Tujuan tersebut penting dicapai
karena indikator tersebut dapat dipakai sebagai informasi dasar untuk pengambilan
keputusan baik tingkat ekonomi mikro atau makro, baik fikal maupun moneter. Pada
lesu.
Orang
menjadi
tidak
bersemangat kerja,
menabung,
atau
mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para
penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta
kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup
mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata
uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat
inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia
usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha
membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan,
karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah
dibandingkan
pada
saat
meminjam.
pihak
yang
meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih
rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih
tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, akan menyebabkan naiknya
biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk
meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara
waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut
mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,
mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat
spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit
neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
2.2
Kemiskinan
Kemiskinan menurut Bank Dunia didefinisikan sebagai ketidakmampuan
penduduk yang bersangkutan untuk mencapai atau memenuhi standar hidup minimum
tertentu (Kamaluddin, 1998). Ketidakmampuan seseorang atau penduduk didalam
memenuhi kebutuhan hidup minimum tersebut tidak terlepas dari berbagai faktor
penyebabnya. Dilihat dari aspek penyebab kemiskinan, maka kemiskinan itu sendiri
penyebabnya selain bersifat alamiah dan kultural juga dapat bersifat struktural, (Arsyad,
1999).
2.3
Tahun
Desa
Kota+Des
a
1998
17,6
31,9
49,5
21,92
25,72
24,23
1999
15,64
32,33
47,97
19,41
26,03
23,43
2000
14,6
22,38
19,14
12,31
26,43
38,74
2001
8,6
29,27
37,87
9,79
24,84
18,41
2002
13,32
25,08
38,39
14,46
21,1
18,2
2003
12,26
25,08
37,34
13,57
20,23
17,42
2004
11,37
24,78
36,15
12,13
20,11
16,66
2005
12,4
22,7
35,1
11,68
19,98
15,97
2006
14,49
24,81
39,3
13,47
21,81
17,75
2007
13,56
23,61
37,17
12,52
20,37
16,58
2008
12,77
22,19
34,96
11,65
18,93
15,42
2009
11,91
20,62
32,53
10,72
17,35
14,15
2010
11,1
19,93
31,02
9,87
16,56
13,33
Maret
2011
11,05
18,97
30,02
9,23
15,72
12,49
Sep-11
10,95
18,94
29,89
9,09
15,59
12,36
maret
2012
10,65
18,49
29,13
8,78
15,12
11,96
Sep-12
10,51
18,09
28,59
8,6
14,7
11,66
Mar-13
10,33
17,74
28,07
8,39
14,32
11,37
Sep-13
10,63
17,92
28,55
8,52
14,42
11,47
Untuk laju inflasi di Indonesia selama tahun 1998 2013 dapat dilihat dalam tabel 2
dibawah ini.
Tabel 2
Laju Inflasi di Indonesia Tahun 1998 2013
Tahun
Inflasi
Tahun
Inflasi
Tahun
Inflasi
Tahun
Inflasi
1998
77.63
2002
10.03
2006
6.6
2010
6.96
1999
2.01
2003
5.06
2007
6.59
2011
3.79
2000
9.35
2004
6.4
2008
11.06
2012
4.3
2001
12.55
2005
17.11
2009
2.78
2013
8.38
Dengan menggunakan analisis regresi sederhana menggunakan SPSS diperoleh hasil sebagai
berikut :
Model Summary
Model
R Square
.564a
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
.318
.269
5.12837
Koefisien determinasi (R square) yaitu sebesar 0,318. Hal itu berarti di Indonesia inflasi
mempengaruhi tingkat kemiskinan sebesar 0,318 atau 31,8 persen. Sedangkan sisanya yaitu
sebesar 0,682 atau 68,2 persen ditentukan atau dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel
yang diteliti (inflasi).
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Sig.
Coefficients
B
1
Std. Error
(Constant)
34.193
1.554
laju inflasi
.188
.074
Beta
.564
21.999
.000
2.553
.023
Dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS diperoleh persamaan regresi sederhana sebagai
berikut :
Y = 34,193 + 0,188X
Dengan :
Y = variabel terikat yaitu kemiskinan
X = variabel bebas yaitu inflasi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
- Inflasi adalah persentase tingkat kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara
-
defisit
-
neraca
pembayaran,
dan
merosotnya
tingkat
kehidupan
dan
kesejahteraan masyarakat
Inflasi dapat dihitung menggunakan rumus :
INFt =
INFt = inflasi (deflasi) pada waktu (bulan atau tahun) t
IHKt = indeks harga konsumen pada waktu (bulan atau tahun) t
IHKt-1 = indeks harga konsumen pada waktu (bulan atau tahun) sebelumnya
IHK diatas dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
IHKn =
IHKn
Pni
= Harga komoditas i pada bula ke - n
P(n-1) i
= Harga komoditas i pada bulan ke - (n-1)
P(n-1) i . Qo1 = Nilai konsumsi komoditas i pada bulan ke - (n-1)
Po i . Qo1 = Nilai konsumsi komoditas i pada thun dasar
K
= jumlah barang/jasa yang masuk dalam paket komoditas
Inflasi dapat dikatakan mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia, dengan besar
pengaruh sebesar 0,318 atau 31,8 persen. Sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor
lain.