Вы находитесь на странице: 1из 37

1

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Investasi dibedakan atas investasi langsung (direct investment) dan
investasi portofolio (portfolio investment). Investasi portofolio dilakukan
melalui pasar modal dengan instrument surat berharga seperti saham dan
obligasi. Dan investasi langsung adalah menempatkan uang secara langsung
pada perusahaan, proyek, atau bisnis dengan harapan bisa memperoleh
keuntungan. Sedangkan penanaman modal asing lansung dikenal dengan FDI
(Foreign direct investment). FDI adalah suatu arus modal internasional dimana
perusahaan dari suatu negara mendirikan dan memperluas operasi jaringan
bisnisnya di negara-negara lain.
Foreign direct investment (FDI) lebih banyak mempunyai kelebihan
jika dibandingkan dengan investasi Portofolio. Karena sifatnya yang permanen
dan jangka panjang, FDI memberi andil dalam alih teknologi, alih keterampilan
manajemen dan membuka lapangan kerja baru. Sehingga penyediaan lapangan
kerja untuk mengatasi masalah penganguran yang harus dihadapi oleh pemerintah
di setiap Negara akan teratasi.

Secara

garis

besar,

peran

penanaman

modal

asing

terhadap

pembangunan negara sedang berkembang menurut pendapat (Basri, 2002)


dapat diperinci menjadi lima: (1) Sumber dana eksternal (modal asing) dapat
dimanfaatkan

oleh negara

sedang berkembang

sebagai dasar untuk

mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi. (2) Pertumbuhan ekonomi

yang meningkat perlu diikuti dengan perpindahan struktur produksi dan


perdagangan. (3) Modal asing dapat berperan penting dalam memobilisasi dana
maupun transformasi struktural. (4) Kebutuhan akan modal asing menjadi
menurun segera setelah perubahan struktural benar-benar terjadi meskipun
modal asing di masa selanjutnya lebih produktif. (5). Bagi negara-negara
sedang berkembang yang tidak mampu memulai membangun industri-industri
berat dan industri strategis, adanya modal asing akan sangat membantu untuk
dapat mendirikan pabrik-pabik baja, alat-alat mesin, pabrik elektronik, industri
kimia dasar dan sebagainya.
(Todaro, 2004:172) menyatakan masuknya modal asing ke Negara
berkembang menimbulkan pro dan kontra. Beberapa alasan yang menentang
masuknya PMA antara lain adalah : (1) di dalam kenyataannya, sangat jarang
perusahaan multinasional bersedia menanamkan kembali keuntungan yang
diperolehnya di negara-negara berkembang. (2) Dilihat dari kepentingan neraca
pembayaran, apabila neraca pembayaran mengalami tidak keseimbangan, suatu
kondisi dimana uang yang dibayarkan dari negara itu lebih besar dibandingkan
dengan uang yang diterima dari negara lain, kondisi ini menimbulkan berbagai
macam dampak negatif, seperti ; kurs valuta asing yang tidak stabil, kondisi
ekonomi menjadi menurun perkembangannya, aliran uang berpindah keluar
negeri, hingga pendapatan rata rata masyarakat menjadi menurun. (3)
meskipun perusahaan multinasional turut menyetor pajak kepada negara,
mereka sering mendapatkan keringanan pajak dari pemerintah, serta
perlindungan-perlindungan lainnya. (4) tidak jarang tujuan transfer teknologi

tidak dapat berjalan dengan lancar. Disamping kesempatan tenaga kerja lokal
yang masih sulit untuk menduduki posisi-posisi kunci dalam perusahaan.
Masih berdasarkan pendapat (Basri, 2002), terlepas dari pandanganpandangan menentang tersebut, Negara Indonesia dinilai masih banyak
membutuhkan uluran penanaman modal asing tersebut. Beberapa alasan yang
melatarbelakanginya adalah : (1) kemampuan menabung masyarakat Indonesia
yang belum baik, sehingga kebutuhan modal dalam negeri masih kurang. (2)
Masih banyak sector usaha yang belum dapat dikelola sendiri oleh tenaga dan
manajemen dalam negeri. (3) belum mampunya perusahaan dalam negri untuk
meminimumkan biaya produksi per unit dan memaksimalkan kemampuan tenaga
kerja dalam meningkatakan produksi, sehingga lebih menguntungkan jika
diserahkan pengelolaannya pada investor asing. (4) meskipun masih sedikit, kita
dapat belajar mencoba proses transfer kemampuan dari para perusahaan
multinasional tersebut, disamping perusahaan tersebut banyak juga turut
membantu pemerintah dalam membuka pusat usaha baru di tempat-tempat yang
selama ini jauh dari kegiatan ekonomi.
Sebagai Negara sedang berkembang, Indonesia mempunyai keinginan
yang kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonominya, untuk melaksanakan
pembangunan ekonomi Negara Indonesia membutuh dana yang besar, kalau
hanya mengandalkan modal yang diperoleh dari dalam negeri tidak akan
mencukupi kebutuhan modal untuk melaksanakan pembangunan. Untuk
mencukupi kebutun modal di dalam negeri salah satu cara yang dilakukan adalah
dengan menarik sebanyak mungkin investor asing untuk masuk ke Indonesia.

Dengan hadirnya investor-investor asing sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi


produksi di Indonesia. Hal demikian menciptakan peningkatan output domestik.
Selama ini investor domestik di Indonesia yang enggan melakukan usaha
yang beresiko tinggi seperti eksploitasi sumber-sumber daya alam yang belum
dimanfaatkan dan membuka lahan-lahan baru, dengan hadirnya investor asing
akan sangat mendukung untuk merintis usaha dibidang-bidang tersebut. Adanya
pengadaan prasarana negara, pendirian industri-industri baru, pemanfaatan
sumber-sumber

baru,

pembukaan

daerah-daerah

baru,

akan

membuka

kecenderungan baru yaitu meningkatkan lapangan kerja. Sehingga tekanan


pendudukan pada tanah pertanian berkurang dan pengangguran dapat diatasi.
Adanya transfer teknologi mengakibatkan tenaga kerja setempat menjadi terampil,
sehingga meningkatkan marginal produktifitasnya, akhirnya akan meningkatkan
keseluruhan upah riil. Semua ini menunjukkan bahwa modal asing cenderung
menaikkan tingkat produktifitas, kinerja dan pendapatan nasional.
Indonesia merupakan Negara dengan memiliki begitu banyak kelebihan
dan keuntungan yang menjadi daya tarik bagi investor asing, mulai dari sumber
daya alam yang melimpah yang dapat menjadi sumber bahan baku bagi
perusahaan. Selain itu Indonesia memiliki luas geografis dengan beanekaragam
budaya, membuat Indonesia memiliki pasar ekonomi yang variatif, dimana
dengan beanekaragamnya budaya di Indonesia, sehingga konsumen pun memiliki
tipikal yang berbeda dengan kebutuhan yang beaneka ragam. Sehingga berbagai
produk yang berbeda dapat dipasarkan di Indonesia.

Masuknya FDI ke Indonesia juga membawa keuntungan bagi masyarakat


dan pemerintah. Kepada masyarakat, penanaman modal asing akan menambah
kesempatan kerja dan mengurangi masalah pengangguran yang dihadapi
pemerintah. Kemampuan perusahaan-perusahaan asing menggunakan teknologi
yang lebih tinggi menyebabkan tingkat produktivitasnya

tinggi dan oleh

karenanya dapat membayar gaji yang lebih tinggi daripada yang sanggup dibayar
oleh perusahaan nasional. Teknologi yang lebih tinggi tersebut memungkinkan
masyarakat untuk memperoleh barang-barang dengan harga yang lebih murah dan
lebih baik mutunya. Sedangkan bagi pemerintah, keuntungan dari penanaman
modal asing adalah sebagai sumber penghasilan pendapatan, berupa pajak yang
dikenakan atas keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan asing. Berikut adalah
tabel perkembangan FDI di Indonesia selama lima belas tahun terahir:
Tabel 1. Perkembangan Net.FDI di Indonesia
Tahun 1997-2011
Tahun
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011

FDI
(US $)
4.677.000.000
-240.800.000
-1.865.620.963
-4.550.355.286
-2.977.391.857
145.085.548.7
-596.923.827.8
1.896.082.770
8.336.257.208
4.914.201.435
6.928.480.000
9.318.453.650
4.877.369.178
13.770.580.771
18.159.533.731

Laju pertumbuhan
(%)
-105,14
674,75
143,90
-34,86
-104,87
-511,42
-417,64
339,65
-41,05
40,98
34,49
-47,65
182,33
31,87

Sumber: world development indicator (www.worldbank.com)

Tabel 1 memperlihatkan bahwa sepanjang periode tahun 1997-2001 FDI di


Indonesia pergi keluar akibat krisis ekonomi yang parah dan iklim berusaha yang
sangat buruk akibat gejolak-gejolak sosial dan politik, yang tidak dapat
memberikan keamanan dan ketidakpastian dalam melakukan bisnis bagi
pengusaha atau investor asing. Memang pada tahun 1997 FDI masih masuk ke
Indonesia yaitu sebesar US$ 4.677.000.000 namun pada tahun 1998 para investor
asing di Indonesia sudah mulai menarik modalnya kembali dan lebih memilih
untuk berinfestasi diluar Indonesia seperti Negara-negara di eropa karna tingkat
pengembalian modal di Negara eropa lebih besar dari pada jika para investor
beinvestasi di Indonesia. Terbukti FDI di Indonesia keluar sebesar US$
240.800.000 di tahun 1998. Pada tahun 1999 FDI di Indonesia keluar sebesar US$
1.865.620.963. Dan tahun 2000 FDI yang keluar dari Indonesia sebesar US$
4.550.355.286. Di tahun 2001 jumlah FDI Indonesia yang ditarik kembali oleh
investor adalah US$ 2.977.391.857.
Pada tahun 2002 sampai 2011 FDI di Indonesia sudah mulai masuk
kembali karna kondisi perekonomian dan stabilitas politik yang sudah mulai
membaik. Terlihat pada tabel bahwa pada tahun 2002 FDI masuk keindonesia
sebesar US$ 145.085.548,7 memang pada tahun 2003 FDI di Indonesia turun atau
keluar US$ 596.923.827,8 penurunan pada tahun 2003 ini tidak terlalu berarti
karna pada tahun tahun selanjutnya FDI terus berdatangan masuk ke Indoesia.
Jumlah FDI yang paling tinggi masuk ke Indonesia adalah pada tahun 2011 yaitu
US$ 18.159.533.731, meningkat 31,87% dibandingkan tahun 2010 dengan nilai
FDI yang masuk ke Indonesia US$13.770.580.771.

Beberapa faktor yang mempengaruhi FDI di antaranya adalah: Petama;


suku bunga, suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan
uang atau pinjaman, yang dinyatakan sebagai persentase. Dimana tingkat suku
bunga mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan investasi, karna para
investor hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanam modal apabila
tingkat pengembalian modal dari investasi yang dilakukan, yaitu persentasi
keuntungan yang akan diperoleh sebelum dikurangi bunga uang yang harus
dibayarkan lebih besar dari bunga.
Kedua; Inflasi, inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang secara
umum mengalami kenaikan secara terus menerus atau terjadi penurunan nilai
mata uang dalam negeri. Dengan kata lain, inflasi juga berarti menurunnya nilai
mata uang secara kontinyu. Jika inflasi meningkat, nilai uang juga secara otomatis
akan menyusut. Akibatnya, dengan jumlah uang yang sama kita hanya mampu
membeli produk atau jasa dalam jumlah yang semakin sedikit.
Tingkat inflasi yang terjadi pada akhirnya akan mengakibatkan perubahan
pada jumlah investasi yang akan dilakukan oleh penanam modal. Tingkat inflasi
yang sangat mengkhawatirkan akan memberikan dampak kepada penanaman
modal dalam negeri dimana dengan terjadinya inflasi atau kenaikan harga barangbarang yang secara terus menerus akan mengakibatkan terjadinya perubahan
kemampuan

masyarakat

dalam

membeli

barang-barang

produksi

yang

kemungkinan terjadi penurunan dan mengurangi gairah produsen dalam


manciptakan atau memproduksi barang dan jasa.

Ketiga; Kurs, Kurs juga turut mempengaruhi keputusan foreign direct


investment yang dilakukan oleh perusahaan asing. Hal ini berkaitan dengan risiko
nilai tukar dan bagaimana preferensi investor dalam menyimpan aset yang
dimilikinya dalam bentuk mata uang tertentu.
Jika nilai mata uang Indonesia (Rp) menguat terhadap mata uang amerika
(US$) maka para investor akan berdatangan masuk untuk menanamkan modalnya
di Indonesia, karna para investor akan mendapatkan pengembalian modal lebih.
Anggaplah seorang investor Amerika datang ke Indonesia untuk berinvestasi
dengan membawa uang sebesar $ 1.000.000 Amerika. Sebelum masuk ke
Indonesia investor tersebut akan membeli mata uang Indonesia dengan dolar, pada
saat itu nilai tukar rupiah terhadap $ 1 Amerika adalah Rp 9.000. Jadi nilai
investasi investor amerika tersebut di Indonesia adalah sebesar Rp 9.000.000.000.
Setahun kemudian investor tersebut ingin menarik kembali modalnya dari
Indonesia. Pada saat itu investor akan membeli mata uang Amerika dengan mata
uang Indonesia, di waktu itu nilai tukar $1 Amerika adalah Rp 8.000. Maka uang
yang dibawa investor kembali ke amerika adalah $ 1.125.000. dan begitu juga
sebaliknya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai tukar atau kurs mempengaruhi
keputusan investor untuk berinvestasi di Indonesia. Pada saat kurs rupiah menguat
terhadap dolar maka investor akan tertarik utuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
Keempat; Pendapatan nasional, Menurut Sukirno (2002:130) kegiatan
investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan

ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan


meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga
fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni (1) investasi merupakan salah satu
komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan
meningkatkan permintaan agregat , pendapatan nasional serta kesempatan kerja;
(2) pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas
produksi; (3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.
Dalam jangka panjang apabila nilai pendapatan nasional semakin
bertambah tinggi, akan menarik minat investor asing untuk menanamkan
modalnya di Indonesia, karena pendapatan nasional yang tinggi menunjukkan
pendapatan masyarakat yang tinggi, pendapatan masyarakat yang tinggi akan
meningkatkan konsumsi terhadap barang hasil produksi, jika permintaan barang
produksi tinggi akan meningkatkan keuntungan. Dan sebaliknya semakin rendah
nilai pendapatan nasional, maka keinginan investor asing untuk menanamkan
modalnya di indonesia akan semakin rendah pula.
Pada Tabel 2 menjelaskan bahwa inflasi di Indonesia cendrung
berfluktuasi. Nilai tertinggi dicapai pada tahun 1998 yaitu sebesar 77,63 persen
dan nilai terendah dicapai pada tahun 1999 dengan laju inflasi sebesar 2,01
persen. Nilai tertinggi pada tahun 1998 merupakan dampak dari merosotnya nilai
tukar rupiah terhadap dolar dan factor sosial politik yang tidak aman, sehingga
mengakibatkan harga barang dan jasa terus meningkat tajam sampai akhir tahun
1998. Inflasi tahun 2000 jika dibandingkan dengan inflasi tahun 1999 meningkat
secara tajam yaitu dari 2,01 persen menjadi 9,35 persen. Peningkatan laju inflasi

10

ini diantaranya disebabkan adanya kenaikan tarif angkutan per 1 September 2000,
kenaikan BBM per Oktober 2000, Bulan Puasa/Ramadhan (November 2000),
Natal dan Lebaran (Desember 2000).
Tabel 2: Suku Bunga, Inflasi, Kurs dan PDB di Indonesia dari Tahun 19972011
Tahun

Suku Bunga

1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011

6.62
7.19
6.47
6.81
4.53
3.09
2.08
1.56
2.89
4.74
5.26
3.07
2.46
2.02
1.26

Inflasi
Tahunan
(yoy)
11.60
77.63
2.01
9.35
12.55
10.03
5.06
6.40
17.11
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3,79

Kurs

PDB (US$)

2909.38
10013.6
7855.15
8421.78
10260.9
9311.19
8577.13
8938.85
9704.74
9159.32
9141
9698.96
10389.9
9090.43
8770.43

215.748.854.646,704
95.445.548.017,3549
140.001.352.527,221
165.021.012.261,509
160.446.947.638,313
195.660.611.033,849
234.772.458.818,096
256.836.883.304,553
285.868.610.016,591
364.570.525.997,054
432.216.737.774,861
510.244.548.959,967
539.579.959.052,699
708.026.840.494,953
846.832.282.925,207

Sumber: 1. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar


2. world development indicator (www.worldbank.com)
3. International Financial Statistics (www.ifs.com)
*. Suku bunga asing yang digunakan adalah suku bunga rill amerika serikat

Pada tahun 2005 laju inflasi kembali naik mencapai 17,11 persen. Ini
adalah inflasi tertinggi pasca krisis moneter Indonesia (1997/1998). Penyesuaian
terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan menjadi faktor
utama tingginya inflasi tahun 2005. Tingginya harga minyak di pasar internasional
menyebabkan pemerintah berusaha untuk menghapuskan subsidi BBM. Laju
inflasi selama tahun 2006-2007 menunjukkan perkembangan yang relatif stabil
yaitu berkisar pada 6 persen. Laju inflasi tahun 2006 sebesar 6,60 persen

11

sedangkan pada tahun 2007 sebesar 6,59 persen Inflasi tahun 2008 mencapai
11,06 persen naik sebesar 4,47 persen bila dibandingkan dengan tahun 2007.
Inflasi pada tahun 2008 dipengaruhi oleh krisis keuangan global. Laju inflasi
tahun 2009-2011 menunjukkan kondisi yang relatif stabil dimana pada tahun 2009
inflasi sebesar 2,78 persen dan tahun 2010 sebesar 6,96 persen sedangkan tahun
2011 inflasi sebesar 3,79 %.
Serta pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai tukar mata uang rupiah (Rp)
terhadap 1 Dollar Amerika Serikat (US$) dari tahun 1997 sampai 2011 terus
mengalami perubahan dari tuhun ke tahun. Pada tahun1997 nilai tukar rupiah
terhadap 1 dolar adalah Rp 2.909,38 sedangkan pada tahun 1998 nilai tukar rupiah
terhadap 1 dolar Amerika yaitu Rp 10.013,6/ 1US$. Di tahun ini terjadi depresiasi
nilai tukar rupiah terhadap mata uang Amerika sebesar Rp 7104.22. terjadinya
depresiasi kurs rupiah di tahun 1998 disebabkan karna krisis moneter yang
dihadapi Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya, sehingga mata uang
dalam negeri mengalami depresiasi terhadap mata uang asing yaitu USD.
Perbaikan indikator moneter membuat nilai tukar rupiah selama tahun
2006 sedikit menguat dibandingkan akhir tahun 2005. Pada tahun 2005 nilai tukar
rupiah per US dolar adalah Rp. 9704.74 sedangkan pada tahun 2006 Rp 9159.32
per US$ . Penguatan nilai rupiah pada tahun ini dipengaruhi oleh ekonomi AS
yang melemah karena terjebak defisit ratusan miliar dolar AS dan kestabilan harga
minyak dunia, meskipun masih cukup tinggi. Tahun

2009, nilai rupiah Rp.

10389.9. Dan pada tahun 2011 kurs rupiah kembali menguat Rp 8770.43 per
1US$.

12

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat perkembangan suku bunga rill amerika


dari tahun 1997 sampai 2011. Di tahun 1997 suku bunga riil amerika serikat lebih
rendah dari suku bunga riil amerika serikat pada tahun 1998, dimana tingkat suku
bunga rill amerika serikat tahun 1998 adalah sebesar 7.19% sedangkan pada tahun
1997 ialah 6,62%. Hal ini mungkin disebabkan oleh efek krisis yang melanda asia
pada tahun 1998. Ditahun-tahun berikutnya tingkat suku bunga rill amerika terus
mengalami penurunan dan berfluktuasi. Tingkat suku bung rill amerika serikat
terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 1.26%.
Pada tahun 2007 tingkat suku bunga rill Amerika adalah sebesar 5,26%
sedangkan pada tahun 2008 tingkat suku bunga rill Amerika yaitu 3.07%. Padahal
di tahun 2008 terjadi Krisis ekonomi yang melanda Amerika tetapi bank sentral
Amerika mampu mempertahankan tingkat suku bunga rillnya tetap stabil.
Di tabel 2 terlihat perkenbangan PDB di Indonesia dari tahun 1997 sampai
2011 cendrung berfluktuasi. Pada tahun 1997 total PDB di Indonesia adalah
sebesar US$ 215.748.854.646,704. Keadaan ini kemungkinan disebabkan karena
telah membaiknya perekonomian dari tahun sebelumnya, yang menyebabkan
meningkatnya pendapatan masyarakat. Sedangkan PDB pada tahun 1998 sebesar
US$ 95.445.548.017,3549 di tahun ini adalah nilai PDB Indonesia terendah. Hal
ini disebabkan karena pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi yang melanda
Indonesia sehingga terjadi penurunan pendapatan masyarakat, dan juga
disebabkan karena harga barang-barang pokok mengalami peningkatan.
Mulai tahun 1999 sampai tahun 2011 baik PDB maupun pendapatan
perkapita penduduk Indonesia sudah mulai mengalami peningkatan. Pertumbuhan
PDB dan pendapatan perkapita yang mulai meningkat ini kemungkinan

13

disebabkan oleh mulai pulih kembalinya sektor perekonomian Indonesia pasca


krisis ekonomi. Pendapatan masyarakat sangat menentukan konsumsi masyarakat
terhadap barang dan jasa, apabila pendapatan masyarakat meningkat maka
permintaan terhadap barang juga akan meningkat.
FDI sangat ber peran dalam pembangunan bagi Negara berkembang, salah
satunya adalah Sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh
negara sedang berkembang sebagai dasar untuk mempercepat pertumbuhan
ekonomi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi FDI masuk kedalam
sebuah Negara, pertama adalah suku bunga, Makin tinggi tingkat suku bunga,
keinginan seorang investor untuk melakukan investasi akan semakin kecil. Hal ini
disebabkan karena seorang investor akan menambah pengeluaran investasinya
apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih dari tingkat suku bunga
yang harus dibayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos dalam
penggunaan dana.
Kedua adalah inflasi, jika inflasi tinggi maka keuntungan yang diperoleh
investor menjadi sedikit karna kemampuan daya beli masyarakat akan turun. Yang
ketiga adalah kurs, apabila kurs melemah terhadap dolar amerika maka tingkat
pengembalian modal yang diperoleh investor asing menjadi turun,dan begitu juga
sebaliknya. Keempat pendapatan nasional, pendapatan nasional menunjukkan
kondisi perekonomian suatu Negara. Jika perekonomian suatu Negara stabil akan
menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di Negara tersebut.
Terjadi variasi perkembangan antara laju inflasi, suku bunga, kurs dan
pendapatan nasional dari tahun 1997 sampai 2011 dalam mempengaruhi FDI di
indonesia. Untuk membuktikan hal ini, perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah

14

yang dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Penanaman Modal Asing Lansung di Indonesia
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas, maka di dalam
penelitian ini dapat dirumuskan permasalahnya sebagai berikut:
1. Sejauhmana pengaruh suku bunga terhadap PMA lansung di Indonesia?
2. Sejauhmana pengaruh inflasi terhadap PMA lansung di Indonesia?
3. Sejauhmana pengaruh kurs terhadap PMA lansung di Indonesia?
4. Sejauhmana pengaruh PDB terhadap PMA lansung di Indonesia?
5. Sejauhmana pengaruh secara bersama-sama antara suku bunga, inflasi,
C.

kurs, dan PDB terhadap PMA lansung di Indonesia?


Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis:
1. Pengaruh perbedaan suku bunga terhadap PMA lansung di Indonesia.
2. Pengaruh inflasi terhadap PMA lansung di Indonesia.
3. Pengaruh pengaruh kurs terhadap PMA lansung di Indonesia.
4. Pengaruh PDB terhadap PMA lansung di Indonesia
5. Pengaruh secara bersama-sama antara suku bunga, inflasi, kurs, dan PDB

terhadap PMA lansung di Indonesia.


D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat :
1. Bagi penulis dapat menambah pengetahuan tentang masalah-masalah
yang berkaitan dengan inflasi dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia serta dapat memberikan sumbangan pikiran untuk
mengatasi hal tersebut dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar
sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
2. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan terutama ilmu ekonomi makro,
ekonomi internasional, dan ekonomi pembangunan khususnya tentang
investasi asing langsung (FDI).
3. Pengambil kebijakan, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil
dan menentukan kebijakan terutama yang menyangkut persoalan

15

makroekonomi khususnya masalah yang berhubungan dengan investasi


asing langsung di Indonesia.
4. Peneliti lebih lanjut, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
literatur atau acuan dalam penulisan proposal penelitian tentang faktor
faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing lansung di
Indonesia.

BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teori
1. Penanaman Modal Asing Langsung
a. Konsep dan Defenisi PMA Langsung
Penanaman modal asing adalah arus modal internasional dimana perusahaan
dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain.
Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi
pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri (Krugman, 2005:214).
Sedangkan menurut (Todaro, 2004:165) penanaman modal asing atau
investasi asing ialah : penanaman modal oleh pihak swasta asing yang dana
investasinya lansung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau
mengadakan alat-alat atau fasilitas produksi, seperti membeli lahan, membuka
pabrik-pabrik,
sejenisnya.

mendatangkan

mesin-mesin,

membeli

bahan

baku

dan

16

Penanaman modal asing merupakan salah satu sumber pembiayaan


pembangunan nasional di samping ekspor, tabungan domestik dan bantuan luar
negeri. Keuntungan adanya modal asing yaitu berupa diolahnya sumber daya
alam kita, meningkatkan lapangan pekerjaan, meningkatnya penerimaan Negara
dari sumber pajak, serta adanya alih teknologi (Kuncoro, 2000:215).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
penanaman modal asing langsung adalah suatu usaha menanamkan modal yang
dilakukan oleh pihak asing di dalam suatu negara yang bertujuan untuk
mendapatkan laba dengan cara menciptakan atau memproduksi barang atau jasa.
Menurut (Mankiw, 2004:12) investasi terdiri dari barang-barang yang
dibeli untuk panggunaan masa depan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Investasi dapat dibagi menjadi tiga sub kelompok yaitu:
1) Inventory Investment, termasuk didalamnya semua
perubahan dalam persediaan bahan baku (raw
materials), perlengkapan, dan produk akhir yang
dihasilkan oleh perusahaan.
2) Fixed Investment, termasuk didalamnya semua produk
yang dibeli oleh perusahaan yang tidak ditujukan untuk
dijual kembali.
3) Residential investment, pembelian rumah baru oleh
rumah tangga dan tuan tanah.
Tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain untuk (Undang
Undang No. 25 Tahun 2007) :
1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
2) Menciptakan lapangan kerja
3) Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan
4) Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional

17

5) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional


6) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
7) Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari
luar negeri
8) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 juga menjelaskan bahwa pemerintah
menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing
maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan,
lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional
lainnya. Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan
berdasarkan criteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam,
perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi,
pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi
modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk
pemerintah.
Jenis usaha yang tidak boleh dilakukan oleh perusahaan PMA di atur
dalam perpes No. 76, 77, 111 tahun 2007. Adapun klasifikasi daftar bidang usaha
dalam rangka penanamam modal asing terbagi atas:
1) Daftar bidang usaha yang tertutup untuk penanam modal, seperti
Perjudian/kasino, peninggalan sejarah dan purbakala, museum
pemerintah, pemukiman/linkungan adat, monumen, objek ziarah,

18

pemanfaatan koral alam serta bidang-bidang usaha lain sebagaimana


tercantum dalam lampiran 1 perpes No. 111 tahun 2007.
2) Daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan (sebagaimana
tercantum dalam lampiran II perpes No. 111 tahun 2007):
a) Dicadangkan untuk UMKMK
b) Kemitraan
c) Kepemilikan modal
d) Lokasi tertentu
e) Perizinan khusus
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penanaman modal asing
merupakan jenis penanaman modal oleh pihak asing yang masuk ke suatu negara,
dimana modal langsung digunkan untuk kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat
atau fasilitas produksi.

b. Teori Investasi
Menurut (Samuelson dan Nordhaus, 2000:183) faktor yang mempengaruhi
investasi dalam perekonomian suatu negara antara lain:
1). Pengaruh Nilai Tukar
Perubahan nilai tukar dengan investasi bersifat uncertainty (tidak pasti).
Pengaruh tingkat kurs yang berubah pada investasi dapat langsung lewat beberapa
saluran, perubahan kurs tersebut akan berpengaruh pada dua saluran, sisi
permintaan dan sisi penawaran domestik. sehingga didapatkan kenyataan nilai

19

tukar mata uang domestik akan mendorong ekspansi investasi pada barang-barang
perdagangan tersebut.
2). Pengaruh Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang signifikan pada dorongan
untuk berinvestasi. Pada kegiatan produksi, pengolahan barang-barang modal atau
bahan baku produksi memerlukan modal (input) lain untuk menghasilkan output /
barang final.

3). Pengaruh Tingkat Inflasi


Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada investasi hal ini disebabkan
karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek
investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata
masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi informasi tentang hargaharga relatif. Menurut Greene dan Pillanueva, tingkat inflasi yang tinggi sering
dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu
ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan ekonomi makro.
Dengan demikian tingkat inflasi domestik juga berpengaruh pada investasi secara
tidak langsung melalui pengaruhnya pada tingkat bunga domestik.
4). Pengaruh Infrastruktur
Banyak negara di dunia, mengundang investor guna berpartisipasi
menanamkan modalnya di sektor-sektor infrastruktur, seperti jalan tol, sumber
energi listrik, sumber daya air, pelabuhan, dan lain-lain. Partisipasi tersebut dapat
berupa pembiayaan dalam mata uang rupiah atau mata uang asing. Pembangunan

20

kembali infrastruktur tampaknya menjadi satu alternatif pilihan yang dapat


diambil oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi krisis, Dengan
infrastruktur yang memadai, efisiensi yang dicapai oleh dunia usaha akan makin
besar dan investasi yang didapat semakin meningkat.
Sejalan dengan pernyataan samuelson diatas menurut (Mankiw 2002:455457) menyatakan bahwa Perusahaan memaksimalkan laba dengan menyewakan
modal sampai produk marginal turun menjadi sama dengan harga sewa riil.
Untuk melihat variabel apa yang mempengaruhi harga sewa ekuilibrium, untuk
melihat variabel yang mempengaruhi harga sewa ekuilibrium, berdasarkan fungsi
produksi Cobb-Douglas :
Y = AKaL1-a (1)
Dimana Y output, K modal, L tenaga kerja, dan A parameter yang
mengukur tingkat teknologi, dan a parameter antara 0 dan 1 yang mengukur
bagian modal dari output. Harga sewa riil dari modal disesuaikan untuk
menyeimbangkan permintaan atas modal dan penawaran tetap. Produk modal
marjinal untuk fungsi produksi Cobb-Douglas adalah :
MPK = aA(L/K)1-a .(2)
Biaya modal bergantung pada tingkat bunga riil, harga modal dan tingkat
penyusutan. Biaya modal riil

(real cost of capital) biaya membeli dan

menyewakan unit modal yang diukur dalam unit output perekonomian :


Biaya modal riil = (PK / P )(r + ) .(3)

21

Di mana r adalah tingkat bunga riil dan PK / P sama dengan harga modal
relatif. Untuk menderivasi persamaan ini, kita asumsikan tingkat kenaikan harga
barang secara umum sama dengan tingkat inflasi.
Perubahan persediaan modal, disebut investasi neto (net investment)
bergantung pada perbedaan antara MPK dan biaya modal. Jika MPK melebihi
biaya modal, perusahaan akan untung bila mereka menambah persediaan modal.
Jika MPK kurang dari biaya modal, perusahaan akan membiarkan persediaan
modal mengecil, sehingga fungsi investasi dapat dilihat pada persamaan berikut
Mankiw (2004:458):
I = f{MPK-(Pk/P)(r+)}+K .(4)
Dimana:
I

= investasi

MPK = Produk marjinal modal


Pk/p

= Harga relative dari barang modal

= Biaya modal atau suku bunga

= penyusutan

Dari persamaan 4, investasi ditentukan oleh :


1). Tingkat Bunga dan Produk Maginal Modal (MPK)
Model diatas dapat menunjukkan investasi tergantung pada tingkat suku
bunga. Apabila tingkat suku bunga di suatu Negara tinggi, maka investasi akan
turun dan begitu pula sebaliknya ketika suku bunga turun investasi akan naik.
Penurunan tingkat bunga rill akan mengurangi biaya modal. Kerena hal ini dapat
meningkatkan jumlah laba dari modal dan meningkatkan untuk mengakumulasi

22

lebih banyak modal. Demikian pula, kenaikan tingkat bunga akan meningkatkan
biaya modal dan menyebabkan perusahaan menurunkan investasi. Karena itu,
kurva investasi yang mengaitkan investasi dengan tingkat bunga miring ke bawah
atau berslope negative. Secara grafik dapat digambarkan:
Tingkat Bunga rill, r

Investasi
Gambar 1. Fungsi Investasi Miring kebawah
Jika produk marjinal mulai di atas biaya modal, persediaan modal akan
naik dan produk marjinal akan turun. Jika produk modal marjinal mulai di bawah
biaya modal, persediaan modal akan turun dan produk marjinal akan naik.
Akhirnya, ketika persediaan modal menyesuaikan, MPK mendekati biaya modal.
Ketika persediaan modal mencapai tingkat kondisi mapan, kita dapat menulis :
MPK = (PK / P )(r + ) . (5)
Jadi, dalam jangka panjang, MPK sama dengan biaya modal riil. Kecepatan
penyesuaian menuju kondisi mapan bergantung berapa cepat perusahaan
menyesuaikan persediaan modal mereka, yang lalu bergantung pada seberapa
besar biaya untuk membangun, mengirimkan dan memasang modal baru.
2). Harga Relatif dari Barang Modal
Investasi bergantung pada harga relatif dari barang modal (pk/p) artinya
apabila harga pada suatu barang dan jasa di suatu negara tidak stabil dikarenakan

23

pendapatan suatu Negara meningkat, dan peningkatan itu berujung kepada daya
beli masyarakat maka permintaan akan suatu barang dan jasa juga akan meningkat
tentunya ini akan mempengaruhi harga yang akan mengalami kenaikan secara
menyeluruh, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya inflasi artinya harga
relatif dan barang modal ini bisa mengalami tingkat inflasi.
2. Aplikasi Teori Investasi ke dalam Keputusan Investor Asing Berinvestasi
di Indonesia
a. Suku Bunga
Produk marjinal modal (MPK) adalah output tambahan yang diproduksi
dengan satu unit modal tambahan. Produk marjinal modal turun ketika jumlah
modal naik, semakin banyak modal yang dimiliki perusahaan, semakin kecil unit
modal tambahan atas output. Perusahaan memaksimalkan laba dengan
menyewakan modal sampai produk marginal turun menjadi sama dengan harga
sewa riil.
Penawaran Modal
harga sewa riil R/P

MPK
K
Gambar 2. Ekulibrium Pasar Sewa untuk Modal
Gambar di atas menunjukan bahwa harga sewa riil dari modal disesuikan
untuk menyeimbangkan permintaan atas modal (ditentukan oleh produk marjinal

24

modal) dan penawaran tetap. Kurva permintaan miring kebawah karena produk
marjinal modal rendah ketika tingkat modal tinggi. Jumlah modal dalam
perekonomian tetap, sehingga kurva penawaran vertical.
Dalam teori makro Keynes keputusan apakah suatu investasi akan
dilaksanakan atau tidak, tergantung pada perbandingan antara besarnya
keuntungan yang diharapkan (yang dinyatakan dalam per-satuan waktu) di satu
pihak. Dalam teori Keynes, tingkat keuntungan yang diharapkan ini disebut
dengan istilah Marginal Efficiency of Capital (MEC). Jadi secara singkat, bila
keuntungan yang diharapkan adalah lebih besar dari tingkat bunga maka investasi
dilaksanakan dan sebaliknya. Bila MEC sama dengan tingkat bunga investasi
boleh dilaksanakan boleh tidak bagi mereka yang memiliki dana (Nopirin,
2000:134-135).
Dari uraian di atas diketahui bahwa berapa tingkat pengeluaran investasi yang
diinginkan oleh para investor ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat bunga yang
berlaku dan MEC atau fungsi investasi. Fungsi MEC atau fungsi investasi ini
menunjukkan hubungan antara tingkat bunga yang berlaku dengan tingkat
pengeluaran investasi yang diinginkan oleh para investor.
Marginal efisiensi capital (MEC) dapat didefenisikan sebagai tingkat
diskonto yang menyamakan present value dari penghasilan dengan harga barang
modal. Menurut pendekatan ini, suatu proyek investasi akan dilakasanakan
apabila MEC lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku dipasar. Dari MEC
dapat diperoleh efisiensi marjinal investasi (MEI) yang memperlihatkan hubungan
antara investasi dengan tingkat bunga pasar. Berdasarkan konsep MEI ini, dengan
stok kapital tertentu, investasi bersih (net investment) berhubungan negatif dengan

25

tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga semakin rendah investasi dan
sebaliknya.
Pandangan klasik menetapakan penerapan tingkat suku bunga sebagai
pertimbangan untuk mengadakan investasi. Kalau tingkat suku bunga lebih besar
dari hasil pendapatan investasi (tingkat pengembalian modal), maka investasi
tidak menguntungkan untuk dilakukan, Keynes mengatakan, masalah investasi
baik ditinjau dari penentuan jumlahnya maupun kesempatan untuk mengadakan
investasi itu sendiri, didasarkan pada konsep marginal efficiency of capital
(MEC). Investasi akan dilakukan oleh investor bila MEC yang diharapkan masih
lebih besar atau tinggi dari tingkat bunga yang berlaku. Jadi jelas pertimbangan
Keynes untuk terlaksananya investasi adalah faktor efisiensi marjinal (MEC) dari
investasi itu sendiri. Efisiensi marjinal dari modal atau investasi sangat tergantung
pada perkiraan-perkiraan dan pertimbangan investor terhadap perkembangan
situasi perkonomian pada masa yang akan datang.
Hubungan antara MEC, investasi dan tingkat bunga dapat dilihat dari MEC yang
menurun, dimana garis ini memperlihatkan jumlah investasi yang terlaksana pada
tingkat bunga yang berlaku, secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut:

Interes

i1

MEC1
MEC2

i2

MEC

Gambar 3: Hubungan Tingkat Bunga dengan Investasi


Investasi
I1
I2

26

Berdasarkan Gambar 3 di atas menggambarkan pada tingkat bunga i1 tingkat


investasi yang terjadi I1 begitu juga posisi MEC1. pada tingkat bunga i2 posisi
investasi adalah I2. sedangkan MEC akan menurun pada posisi MEC2.

Penurunan garis MEC disebabkan oleh:


1. Semakin banyaknya jumlah investasi yang terlakasana, makin rendahlah
marginal efficiency of capital perusahaan investasi pada sektor-sektor ekonomi
akan menyebabkan penurunan MEC sektor-sektor ekonomi tersebut.
2. Semakin banyak investasi yang terlaksana, maka biaya dari barang modal akan
menjadi lebih tinggi dibebankan pada produksi. Sehingga pengusaha akan
berusaha merebut pasar dengan menurunkan harga, ini menyebabkan terjadinya
penurunan MEC setiap sektor ekonomi
Investasi merupakan fungsi dari suku bunga. Semakin tinggi tingkat bunga
maka keinginan investor untuk melakukan investasi juga makin kecil. Alasannya,
seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan
yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar
untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana
(cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih
terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin
kecil.

27

Suku bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan


keuntungan kepada para pemilik modal (investor). Para investor hanya akan
menanamkan modalnya apabila tingkat pengembalian modal dari modal yang
ditanamkan (return of investment), yaitu berupa persentase keuntungan netto
(belum dikurangi dengan suku bunga yang dibayar) yang diterima lebih besar dari
suku bunga. Seorang investor mempunyai dua pilihan di dalam menggunakan
modal yang dimilikinya yaitu dengan meminjamkan atau membungakan uang
tersebut (deposito), dan menggunakannya untuk investasi.
b. Kurs atau Nilai Tukar
Menurut (Case dan Fair, 2004:398), Tingkat kurs atau nilai tukar adalah
harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan mata uang negara lain.
Pasar valuta asing (foreign exchange market) adalah sebuah pasar atau tempat
pertemuan dimana individu, perusahaan, dan kalangan perbankan mengadakan
jual beli mata uang dari berbagai negara atau valuta-valuta asing.
Nilai tukar rupiah adalah perbandingan nilai tukar mata uang Indonesia
(Rp) terhadap mata uang Amerika (US$). Maksudnya adalah harga yang
dibayarkan dalam rupiah untuk menukarkan dalam US dolar. Semakin banyak
nilai dalam rupiah yang dikeluarkan untuk ditukarkan dengan satu US dolar, maka
berarti nilai kurs rupiah melemah. Begitu sebaliknya apabila sedikit nilai rupiah
yang dikeluarkan untuk satu US dolar maka berarti nilai kurs rupiah menguat.
Berdasarkan teori investasi pada persamaan empat (4) harga relatif
memiliki pengaruh terhadap keputusan investasi dimana nilai tukar yang
merupakan harga relatif dari mata uang dua negara (Mankiw, 2004:123). Sebagai
contoh: dimana harga satu buah sepatu di amerika adalah US$10, dan pada saat

28

itu kurs antara dollar Amerika Serikat dan Rupiah Indonesia adalah Rp 1.000 per
dollar, maka harga satu buah sepatu jika dihitung dengan rupiah adalah Rp.
10.000. dan jika pada bulan berikutnya nilai tukar Rp terhadap mata uang
Amerika (US$) adalah Rp.1.500/US$ maka harga satu buah sepatu dalam rupiah
adalah sebesar Rp. 15.000.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kestabilan nilai kurs rupiah sangat
berpengaruh dalam mendorong kegiatan penanaman modal khususnya modal
asing. Apabila nilai tukar rupiah meningkat maka akan meningkatkan investasi
asing karena meningkatnya nilai mata uang suatu negara akan menyebabkan
tingkat pengembalian modal akan meningkat pula. Begitu pula sebaliknya apabila
nilai tukar mata uang suatu negara melemah maka investasi asing akan berkurang.
c. Inflasi
Menurut Cash dan Fair

(2004:6) inflasi adalah kenaikan harga secara

keseluruhan. Keseluruhan tingkat harga dalam suatu perekonomian bergerak


untuk menyeimbangkan jumlah uang beredar dan permintaan uang.
Inflasi berkaitan erat dengan penanaman modal asing dimana tingkat inflasi
yang tinggi akan mengurangi minat investor untuk menanamkan modalnya karena
tingkat inflasi yang tinggi mempengaruhi tingkat produksi dalam negeri,
melemahkan produksi barang. Tingkat inflasi yang tinggi menurunkan produksi
karena harga menjadi tinggi dan permintaan akan barang menurun sehingga
produksi menurun dan pada ahirnya akan mengurangi keuntungan para investor.
Akan tetapi inflasi juga berhungan dengan tingkat bunga. Dimana hubungan
antara tingkat bunga dan inflasi dapat diketahui melalui pengertian tingkat bunga

29

nominal dan riil. Jika A memiliki uang sebesar Rp.100 dan tingkat bunga yang
berlaku adalah sebesar 8%, sedangkan tingkat inflasi sebesar 10%, maka berarti
tahun depan A akan mengalami penurunan daya beli sebesar 2%. Hubungan
seperti ini dikenal sebagai Fisher Effect (one in one relation) yang menunjukkan
1% perubahan inflasi akan menyebabkan 1% perubahan tingkat bunga.
Jika tidak ada inflasi, tingkat bunga nominal akan sama dengan tingkat bunga
riil. Akan tetapi dengan adanya inflasi tingkat bunga riil akan lebih kecil daripada
tingkat bunga nominal. Pemberi pinjaman dan peminjam lebih memperhatikan
tingkat bunga riil dibandingkan tingkat bunga nominal. Tingkat bunga riil
diketahui hanya setelah kenyataan yang terjadi, yaitu hanya setelah inflasi betulbetul terjadi. Tingkat bunga nominal selalu positif, tetapi tingkat bunga riil bisa
saja menjadi negatif. Dukungan serupa untuk efek Fisher datang dari hasil
penelitian variasi diberbagai negara pada satu waktu. Tingkat inflasi suatu negara
dan tingkat bunga nominalnya saling berkaitan. Negara-negara dengan inflasi
yang tinggi cenderung memiliki tingkat bunga nominal yang tinggi, dan negaranegara dengan inflasi yang rendah cenderung memiliki tingkat bunga nominal
yang rendah pula (Mankiw, 2004: 87).
Tingkat inflasi yang tinggi menunjukkan ketidakstabilan ekonomi internal,
hal

ini

menyiratkan

bahwa

pemerintah

negara

tidak

mampu

untuk

menyeimbangkan perekonomian dan kegagalan dari Bank Sentral dalam


melakukan kebijakan moneter yang tepat. Dengan inflasi yang tinggi, perusahaan
menghadapi ketidakpastian dalam hal harga produk dan input. Oleh karena itu,
dalam keadaan tersebut perusahaan multinasional akan menghindari atau

30

mengurangi investasi di negara-negara yang memiliki inflasi yang tinggi. Ketika


inflasi di suatu negara meningkat, maka akan membuat harga barang dan jasa
menjadi lebih mahal, sehingga biaya input (bahan baku dan upah tenaga kerja)
dari produksi menjadi meningkat. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan pelaku
usaha harus meningkatkan harga output sehingga daya saing menjadi lebih
rendah. Selain itu, inflasi juga dapat mengakibatkan daya beli dari masyarakat
menjadi rendah, permintaan terhadap barang dan jasa akan menurun, akibatnya
kegiatan perdagangan lesu dan investor sulit untuk mendapatkan keuntungan. Hal
ini dapat mengurangi daya tarik dari investor untuk menanamkan modalnya di
negara tersebut.
Bagi para investor, inflasi merupakan suatu resiko yang setiap saat
menggerogoti kinerja investasinya yang akhirnya akan menggulung seluruh
investasinya, terutama investasi yang dibiayai oleh hutang luar negeri. Jadi dapat
disimpulkan terdapat pengaruh yang negative antara tingkat inflasi dengan
investasi. Apabila tingkat inflasi meningkat maka investasi akan turun dan
sebaliknya.
d. Pendapatan Nasional
Indikator yang digunakan untuk mengukur pembangunan ekonomi adalah
tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang mengukur pendapatan
total setiap orang dalam perekonomian. Perubahan pembangunan ekonomi dilihat
dari kenaikan PDB riil (Mankiw, 2004:43).
Produk Domestik Bruto (PDB) memang tidak berkaitan lansung dengan
penanaman modal asing karena PDB merupakan jumlah produk berupa barang

31

dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu
negara (domestik) selama satu tahun. Akan tetapi PDB mencerminkan kondisi
perekonomian suatu Negara, dimana jika jumlah PDB tahun sekarang lebih tinggi
dari tahun lalu maka perekonomian suatu Negara melangami pertumbuhan dan
dengan kondisi demikian akan menarik minat para investor untuk berinvestasi di
Negara tersebut, karena PDB yang tinggi menunjukkan permintaan akan barang
dan jasa tinggi. Jika permintaan barang dan jasa tinggi maka nantinya akan
meningkatkan pendapatan atau keuntungan bagi investor.
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PDB sangat berpengaruh
signifikan terhadap investasi. Apabila PDB meningkat maka secara otomatis akan
terjadi peningkatan pada investai dan begitu sebaliknya, apabila terjadi penurunan
terhadap PDB maka investasi akan mengalami penurunan pula.

32

3. Temuan Penelitian Sejenis


Hasil penelitian sejenis ini merupakan bagian yang menguraikan tentang beberapa pendapat/hasil penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dibawah ini dikemukakan beberapa hasil penelitian yang dilakukan dilapangan yang
menghasilkan beberapa kesimpulan terkait adalah:
No Nama
1
Sarwedi

Judul
Investasi asing
langsung di
Indonesia dan
factor yang
mempengaruhiny
a

Variabel Bebas
GDP, Pertumbuhan
ekonomi, upah
pekerja, stabilitas
politik dan nilai
total ekspor

Variabel Terikat
Investasi asing
langsung di
Indonesia

Data
19782001

Determinan FDI

(1)faktor
determinan
masuknya aliran
modal FDI di Asia
(2) faktor
determinan
masuknya aliran
FDI di Indonesia
(3) menguji
dampak investasi

FDI asia,
Indonesia,
dampak investasi
yang masuk ke
China tehadap
FDI yang masuk
ke Indonesia

19902006

Yati
Kurniati,
Andry
Prasmuko
, dan
Yanfitri

Teknik Analisis
OLS dengan
mengaplikasika
n model ECM
dan Uji
Kausalitas
Granger

Hasil
(GDP,
Growth, Wage, dan
Ekspor) mempunyai
hubungan positif dengan
FDI, sedangkan variabel
non ekonomi yaitu
stabilitas politik (SP)
mempunyai hubungan
negatif.
model Dunning Perbedaan tingkat suku
dan model
bunga tidak signifikan di
gravitasi dengan dalam mempengaruhi
estimasi
investasi yang masuk ke
dilakukan secara dalam suatu Negara,
panel dan OLS
Perbedaan upah antara
Indonesia dan China ini
menunjukkan hubungan
yang tidak signifikan,
pengaruh positif dari

33

yang masuk ke
China tehadap
FDI yang masuk ke
Indonesia,

Febi Ani

Faktor yang
mempengaruhi
investasi amerika
serikat ke
Indonesia

Suku Bunga, Kurs


dan Inflasi

setiap peningkatan FDI


ke China terhadap
masuknya investasi ke
Indonesia

Investasi
Amerika Serikat

1988
-2010

Regresi Linear
Berganda

Inflasi di Indonesia
berpengaruh signifikan
dan positif terhadap
investasi Amerika
Serikat di Indonesia
sedangkan Kurs dan
suku bunga berpengaruh
signifikan dan negatif
terhadap investasi
Amerika Serikat di
Indonesia

Beda penelitian yang diteliti ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini meneliti tentang suku bunga ( suku bunga yang
di gunakan adalah suku bunga riil amerika serikat), inflasi di indonesia, pendapatan nasional dan PMA langsung di Indonesia.

34

B.Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual ini dimaksudkan sebagai konsep untuk menjelaskan,
mengungkapkan dan menentukan persepsi keterkaitan antara variabel yang diteliti
berdasarkan teori yang telah dikemungkakan dan rumusan masalah. Keterpautan
maupun hubungan antara variabel yang diteliti diuraikan dengan berdasarkan pada
kajian teori.
Dalam

melakukan

penelitian

yang

berjudul

faktor-faktor

yang

mempengaruhi penanaman modal asing langsung di Indonesia, dipakai beberapa


variabel, yang terdiri dari variabel bebas dan variable terikat. Dimana variabel
terikat adalah penanaman modal asing langsung (Yt) yang dipengaruhi oleh
variabel bebas yaitu perbedaan suku bunga (X t1), inflasi di Indonesia (Xt2), Kurs
Rp/US$ (Xt3) dan pendapatan nasional (Xt4).
Terdapatnya pengaruh yang negatif antara tingkat suku bunga (X t1) dengan
penanaman modal asing langsung (Yt). Hal ini disebabkan karena seorang
investor akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang
diharapkan dari investasi lebih dari tingkat suku bunga yang harus dibayar untuk
dana investasi tersebut yang merupakan ongkos dalam penggunaan dana. Makin
rendah tingkat suku bunga, maka investor akan lebih cendrung untuk melakukan
investasi, sebab keuntungan yang akan diperoleh lebih tinggi. Makin tinggi
tingkat suku bunga, keinginan seorang investor untuk melakukan investasi akan
semakin kecil.
Inflasi sangat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam investasi, baik
investasi dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk surat-surat beharga seperti
saham dan obligasi. Dalam keadaan inflasi, harga barang-barang naik relatif cepat
dan cukup tinggi. Sehingga akan mempengaruhi keuntungan yang akan di peroleh

35

oleh investor, karena kemampuan daya beli masyarakat akan turun. Jadi dapat di
simpulkan bahwa Inflasi di Indonesia (Xt2) berhubungan negatif dengan
penanaman modal asing langsung. Apabila inflasi tinggi maka minat para investor
untuk menanamkan modalnya di Indonesia akan semakin menurun, dan
sebaliknya apabila inflasi semakin rendah maka minat para investor untuk
menanamkan modalnya di Indonesia akan semakin meningkat.
Kurs (Xt3) memiliki pengaruh yang positif terhadap PMA (Yt), apabila kurs
(Xt3) menguat (terapresiasi) terhadap dolar amerika, maka akan mendorong
peningkatan pada nilai investasi, dan sebaliknya jika nilai mata uang Indonesia
melemah (terdepresiasi) terhadap dalar Amerika maka akan menyebabkan nilai
investasi ke Indonesia turun.
Pendapatan nasional (Xt4) memiliki hubungan yang positif terhadap PMA
(Yt), apabila pendaptan nasional (Xt4) meningkat, maka investasi juga akan
meningkat dan sebaliknya. Pendapatan nasional (X t4) yang tinggi menunjukkan
bahwa pendapatan masyarakat tinggi dan selanjutnya pendapatan masyarakat
yang tinggi itu akan memperbesar permintaan atas barang-barang dan jasa. Maka
keuntungan yang dicapai oleh sektor usaha dapat mencapai targetnya, dengan
demikian pada akhirnya akan mendorong masuknya PMA (Yt) baru.
Untuk lebih jelasnya akan penelitian ini, maka uraian di atas dapat
diperlihatkan pada gambar berikut:

Suku Bunga rill U.S


(Xt1)
Inflasi di indonesia
(Xt2)
Kurs Rp/US$
(Xt3)

PMA lansung
(Yt)

36

Pendapatan Nasional
(Xt4)
Gambar 4: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PMA lansung Di Indonesia.
C.Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori yang diuraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
1. Adanya pengaruh yang signifikan antara Suku Bunga dengan PMA
lansung di Indonesia.
Ho : 1= 0
Ha : 1 0
2. Adanya pengaruh yang signifikan antara Inflasi dengan PMA lansung di
Indonesia.
Ho : 2= 0
Ha : 2 0
3. Adanya pengaruh yang signifikan antara Kurs dengan PMA lansung di
Indonesia.
Ho : 3= 0
Ha : 3 0
4. Adanya pengaruh yang signifikan antara Pendapatan Nasional dengan
PMA lansung di Indonesia.
Ho : 3= 0
Ha : 3 0
5. Secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara suku
bunga, inflasi, kurs, dan Pendapatan nasional terhadap PMA lansung di
Indonesia.
Ho : 1 = 2 = 3 = 4 = 0
Ha : salah satu 0

37

Вам также может понравиться

  • BAB II Denm
    BAB II Denm
    Документ47 страниц
    BAB II Denm
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Raw 4
    Raw 4
    Документ5 страниц
    Raw 4
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Surat Lamaran
    Surat Lamaran
    Документ1 страница
    Surat Lamaran
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Artikel Lucy
    Artikel Lucy
    Документ16 страниц
    Artikel Lucy
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ1 страница
    Daftar Pustaka
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Bab 2
    Bab 2
    Документ23 страницы
    Bab 2
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Konsep Keluarga
    Konsep Keluarga
    Документ6 страниц
    Konsep Keluarga
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Daftar Nama Bank
    Daftar Nama Bank
    Документ18 страниц
    Daftar Nama Bank
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Bank Antar Daerah
    Bank Antar Daerah
    Документ396 страниц
    Bank Antar Daerah
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Bab1 Dan Bab 2
    Bab1 Dan Bab 2
    Документ37 страниц
    Bab1 Dan Bab 2
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Diagnosa
    Diagnosa
    Документ10 страниц
    Diagnosa
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Seminar Lokin Fiks Bab1-Bab III
    Seminar Lokin Fiks Bab1-Bab III
    Документ26 страниц
    Seminar Lokin Fiks Bab1-Bab III
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • SGN KLP 2
    SGN KLP 2
    Документ10 страниц
    SGN KLP 2
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Документ1 страница
    Abs Trak
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Документ12 страниц
    Bab Iii
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Raw 19
    Raw 19
    Документ1 страница
    Raw 19
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Daftar Hadir
    Daftar Hadir
    Документ1 страница
    Daftar Hadir
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ2 страницы
    Kata Pengantar
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Seminar Lokin Fiks Bab1-Bab III
    Seminar Lokin Fiks Bab1-Bab III
    Документ26 страниц
    Seminar Lokin Fiks Bab1-Bab III
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Hasil Validasi Observasi Patient Safety
    Hasil Validasi Observasi Patient Safety
    Документ12 страниц
    Hasil Validasi Observasi Patient Safety
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Raw 1
    Raw 1
    Документ6 страниц
    Raw 1
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ1 страница
    Daftar Pustaka
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Hasil Validasi Observasi Patient Safety
    Hasil Validasi Observasi Patient Safety
    Документ12 страниц
    Hasil Validasi Observasi Patient Safety
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Hasil Validasi Data Kepuasan
    Hasil Validasi Data Kepuasan
    Документ4 страницы
    Hasil Validasi Data Kepuasan
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Pre Planning
    Pre Planning
    Документ7 страниц
    Pre Planning
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Ganchart Kel C 3 Agust
    Ganchart Kel C 3 Agust
    Документ4 страницы
    Ganchart Kel C 3 Agust
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Ganchart Kel C 3 Agust
    Ganchart Kel C 3 Agust
    Документ4 страницы
    Ganchart Kel C 3 Agust
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Kuesioner Kepuasaan
    Kuesioner Kepuasaan
    Документ3 страницы
    Kuesioner Kepuasaan
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет
  • Kuesioner Manaj
    Kuesioner Manaj
    Документ2 страницы
    Kuesioner Manaj
    Sesha Amiliano
    Оценок пока нет