Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Investasi dibedakan atas investasi langsung (direct investment) dan
investasi portofolio (portfolio investment). Investasi portofolio dilakukan
melalui pasar modal dengan instrument surat berharga seperti saham dan
obligasi. Dan investasi langsung adalah menempatkan uang secara langsung
pada perusahaan, proyek, atau bisnis dengan harapan bisa memperoleh
keuntungan. Sedangkan penanaman modal asing lansung dikenal dengan FDI
(Foreign direct investment). FDI adalah suatu arus modal internasional dimana
perusahaan dari suatu negara mendirikan dan memperluas operasi jaringan
bisnisnya di negara-negara lain.
Foreign direct investment (FDI) lebih banyak mempunyai kelebihan
jika dibandingkan dengan investasi Portofolio. Karena sifatnya yang permanen
dan jangka panjang, FDI memberi andil dalam alih teknologi, alih keterampilan
manajemen dan membuka lapangan kerja baru. Sehingga penyediaan lapangan
kerja untuk mengatasi masalah penganguran yang harus dihadapi oleh pemerintah
di setiap Negara akan teratasi.
Secara
garis
besar,
peran
penanaman
modal
asing
terhadap
oleh negara
sedang berkembang
tidak dapat berjalan dengan lancar. Disamping kesempatan tenaga kerja lokal
yang masih sulit untuk menduduki posisi-posisi kunci dalam perusahaan.
Masih berdasarkan pendapat (Basri, 2002), terlepas dari pandanganpandangan menentang tersebut, Negara Indonesia dinilai masih banyak
membutuhkan uluran penanaman modal asing tersebut. Beberapa alasan yang
melatarbelakanginya adalah : (1) kemampuan menabung masyarakat Indonesia
yang belum baik, sehingga kebutuhan modal dalam negeri masih kurang. (2)
Masih banyak sector usaha yang belum dapat dikelola sendiri oleh tenaga dan
manajemen dalam negeri. (3) belum mampunya perusahaan dalam negri untuk
meminimumkan biaya produksi per unit dan memaksimalkan kemampuan tenaga
kerja dalam meningkatakan produksi, sehingga lebih menguntungkan jika
diserahkan pengelolaannya pada investor asing. (4) meskipun masih sedikit, kita
dapat belajar mencoba proses transfer kemampuan dari para perusahaan
multinasional tersebut, disamping perusahaan tersebut banyak juga turut
membantu pemerintah dalam membuka pusat usaha baru di tempat-tempat yang
selama ini jauh dari kegiatan ekonomi.
Sebagai Negara sedang berkembang, Indonesia mempunyai keinginan
yang kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonominya, untuk melaksanakan
pembangunan ekonomi Negara Indonesia membutuh dana yang besar, kalau
hanya mengandalkan modal yang diperoleh dari dalam negeri tidak akan
mencukupi kebutuhan modal untuk melaksanakan pembangunan. Untuk
mencukupi kebutun modal di dalam negeri salah satu cara yang dilakukan adalah
dengan menarik sebanyak mungkin investor asing untuk masuk ke Indonesia.
baru,
pembukaan
daerah-daerah
baru,
akan
membuka
karenanya dapat membayar gaji yang lebih tinggi daripada yang sanggup dibayar
oleh perusahaan nasional. Teknologi yang lebih tinggi tersebut memungkinkan
masyarakat untuk memperoleh barang-barang dengan harga yang lebih murah dan
lebih baik mutunya. Sedangkan bagi pemerintah, keuntungan dari penanaman
modal asing adalah sebagai sumber penghasilan pendapatan, berupa pajak yang
dikenakan atas keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan asing. Berikut adalah
tabel perkembangan FDI di Indonesia selama lima belas tahun terahir:
Tabel 1. Perkembangan Net.FDI di Indonesia
Tahun 1997-2011
Tahun
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
FDI
(US $)
4.677.000.000
-240.800.000
-1.865.620.963
-4.550.355.286
-2.977.391.857
145.085.548.7
-596.923.827.8
1.896.082.770
8.336.257.208
4.914.201.435
6.928.480.000
9.318.453.650
4.877.369.178
13.770.580.771
18.159.533.731
Laju pertumbuhan
(%)
-105,14
674,75
143,90
-34,86
-104,87
-511,42
-417,64
339,65
-41,05
40,98
34,49
-47,65
182,33
31,87
masyarakat
dalam
membeli
barang-barang
produksi
yang
10
ini diantaranya disebabkan adanya kenaikan tarif angkutan per 1 September 2000,
kenaikan BBM per Oktober 2000, Bulan Puasa/Ramadhan (November 2000),
Natal dan Lebaran (Desember 2000).
Tabel 2: Suku Bunga, Inflasi, Kurs dan PDB di Indonesia dari Tahun 19972011
Tahun
Suku Bunga
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
6.62
7.19
6.47
6.81
4.53
3.09
2.08
1.56
2.89
4.74
5.26
3.07
2.46
2.02
1.26
Inflasi
Tahunan
(yoy)
11.60
77.63
2.01
9.35
12.55
10.03
5.06
6.40
17.11
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3,79
Kurs
PDB (US$)
2909.38
10013.6
7855.15
8421.78
10260.9
9311.19
8577.13
8938.85
9704.74
9159.32
9141
9698.96
10389.9
9090.43
8770.43
215.748.854.646,704
95.445.548.017,3549
140.001.352.527,221
165.021.012.261,509
160.446.947.638,313
195.660.611.033,849
234.772.458.818,096
256.836.883.304,553
285.868.610.016,591
364.570.525.997,054
432.216.737.774,861
510.244.548.959,967
539.579.959.052,699
708.026.840.494,953
846.832.282.925,207
Pada tahun 2005 laju inflasi kembali naik mencapai 17,11 persen. Ini
adalah inflasi tertinggi pasca krisis moneter Indonesia (1997/1998). Penyesuaian
terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan menjadi faktor
utama tingginya inflasi tahun 2005. Tingginya harga minyak di pasar internasional
menyebabkan pemerintah berusaha untuk menghapuskan subsidi BBM. Laju
inflasi selama tahun 2006-2007 menunjukkan perkembangan yang relatif stabil
yaitu berkisar pada 6 persen. Laju inflasi tahun 2006 sebesar 6,60 persen
11
sedangkan pada tahun 2007 sebesar 6,59 persen Inflasi tahun 2008 mencapai
11,06 persen naik sebesar 4,47 persen bila dibandingkan dengan tahun 2007.
Inflasi pada tahun 2008 dipengaruhi oleh krisis keuangan global. Laju inflasi
tahun 2009-2011 menunjukkan kondisi yang relatif stabil dimana pada tahun 2009
inflasi sebesar 2,78 persen dan tahun 2010 sebesar 6,96 persen sedangkan tahun
2011 inflasi sebesar 3,79 %.
Serta pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai tukar mata uang rupiah (Rp)
terhadap 1 Dollar Amerika Serikat (US$) dari tahun 1997 sampai 2011 terus
mengalami perubahan dari tuhun ke tahun. Pada tahun1997 nilai tukar rupiah
terhadap 1 dolar adalah Rp 2.909,38 sedangkan pada tahun 1998 nilai tukar rupiah
terhadap 1 dolar Amerika yaitu Rp 10.013,6/ 1US$. Di tahun ini terjadi depresiasi
nilai tukar rupiah terhadap mata uang Amerika sebesar Rp 7104.22. terjadinya
depresiasi kurs rupiah di tahun 1998 disebabkan karna krisis moneter yang
dihadapi Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya, sehingga mata uang
dalam negeri mengalami depresiasi terhadap mata uang asing yaitu USD.
Perbaikan indikator moneter membuat nilai tukar rupiah selama tahun
2006 sedikit menguat dibandingkan akhir tahun 2005. Pada tahun 2005 nilai tukar
rupiah per US dolar adalah Rp. 9704.74 sedangkan pada tahun 2006 Rp 9159.32
per US$ . Penguatan nilai rupiah pada tahun ini dipengaruhi oleh ekonomi AS
yang melemah karena terjebak defisit ratusan miliar dolar AS dan kestabilan harga
minyak dunia, meskipun masih cukup tinggi. Tahun
10389.9. Dan pada tahun 2011 kurs rupiah kembali menguat Rp 8770.43 per
1US$.
12
13
14
15
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kajian Teori
1. Penanaman Modal Asing Langsung
a. Konsep dan Defenisi PMA Langsung
Penanaman modal asing adalah arus modal internasional dimana perusahaan
dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain.
Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi
pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri (Krugman, 2005:214).
Sedangkan menurut (Todaro, 2004:165) penanaman modal asing atau
investasi asing ialah : penanaman modal oleh pihak swasta asing yang dana
investasinya lansung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau
mengadakan alat-alat atau fasilitas produksi, seperti membeli lahan, membuka
pabrik-pabrik,
sejenisnya.
mendatangkan
mesin-mesin,
membeli
bahan
baku
dan
16
17
18
b. Teori Investasi
Menurut (Samuelson dan Nordhaus, 2000:183) faktor yang mempengaruhi
investasi dalam perekonomian suatu negara antara lain:
1). Pengaruh Nilai Tukar
Perubahan nilai tukar dengan investasi bersifat uncertainty (tidak pasti).
Pengaruh tingkat kurs yang berubah pada investasi dapat langsung lewat beberapa
saluran, perubahan kurs tersebut akan berpengaruh pada dua saluran, sisi
permintaan dan sisi penawaran domestik. sehingga didapatkan kenyataan nilai
19
tukar mata uang domestik akan mendorong ekspansi investasi pada barang-barang
perdagangan tersebut.
2). Pengaruh Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang signifikan pada dorongan
untuk berinvestasi. Pada kegiatan produksi, pengolahan barang-barang modal atau
bahan baku produksi memerlukan modal (input) lain untuk menghasilkan output /
barang final.
20
21
Di mana r adalah tingkat bunga riil dan PK / P sama dengan harga modal
relatif. Untuk menderivasi persamaan ini, kita asumsikan tingkat kenaikan harga
barang secara umum sama dengan tingkat inflasi.
Perubahan persediaan modal, disebut investasi neto (net investment)
bergantung pada perbedaan antara MPK dan biaya modal. Jika MPK melebihi
biaya modal, perusahaan akan untung bila mereka menambah persediaan modal.
Jika MPK kurang dari biaya modal, perusahaan akan membiarkan persediaan
modal mengecil, sehingga fungsi investasi dapat dilihat pada persamaan berikut
Mankiw (2004:458):
I = f{MPK-(Pk/P)(r+)}+K .(4)
Dimana:
I
= investasi
= penyusutan
22
lebih banyak modal. Demikian pula, kenaikan tingkat bunga akan meningkatkan
biaya modal dan menyebabkan perusahaan menurunkan investasi. Karena itu,
kurva investasi yang mengaitkan investasi dengan tingkat bunga miring ke bawah
atau berslope negative. Secara grafik dapat digambarkan:
Tingkat Bunga rill, r
Investasi
Gambar 1. Fungsi Investasi Miring kebawah
Jika produk marjinal mulai di atas biaya modal, persediaan modal akan
naik dan produk marjinal akan turun. Jika produk modal marjinal mulai di bawah
biaya modal, persediaan modal akan turun dan produk marjinal akan naik.
Akhirnya, ketika persediaan modal menyesuaikan, MPK mendekati biaya modal.
Ketika persediaan modal mencapai tingkat kondisi mapan, kita dapat menulis :
MPK = (PK / P )(r + ) . (5)
Jadi, dalam jangka panjang, MPK sama dengan biaya modal riil. Kecepatan
penyesuaian menuju kondisi mapan bergantung berapa cepat perusahaan
menyesuaikan persediaan modal mereka, yang lalu bergantung pada seberapa
besar biaya untuk membangun, mengirimkan dan memasang modal baru.
2). Harga Relatif dari Barang Modal
Investasi bergantung pada harga relatif dari barang modal (pk/p) artinya
apabila harga pada suatu barang dan jasa di suatu negara tidak stabil dikarenakan
23
pendapatan suatu Negara meningkat, dan peningkatan itu berujung kepada daya
beli masyarakat maka permintaan akan suatu barang dan jasa juga akan meningkat
tentunya ini akan mempengaruhi harga yang akan mengalami kenaikan secara
menyeluruh, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya inflasi artinya harga
relatif dan barang modal ini bisa mengalami tingkat inflasi.
2. Aplikasi Teori Investasi ke dalam Keputusan Investor Asing Berinvestasi
di Indonesia
a. Suku Bunga
Produk marjinal modal (MPK) adalah output tambahan yang diproduksi
dengan satu unit modal tambahan. Produk marjinal modal turun ketika jumlah
modal naik, semakin banyak modal yang dimiliki perusahaan, semakin kecil unit
modal tambahan atas output. Perusahaan memaksimalkan laba dengan
menyewakan modal sampai produk marginal turun menjadi sama dengan harga
sewa riil.
Penawaran Modal
harga sewa riil R/P
MPK
K
Gambar 2. Ekulibrium Pasar Sewa untuk Modal
Gambar di atas menunjukan bahwa harga sewa riil dari modal disesuikan
untuk menyeimbangkan permintaan atas modal (ditentukan oleh produk marjinal
24
modal) dan penawaran tetap. Kurva permintaan miring kebawah karena produk
marjinal modal rendah ketika tingkat modal tinggi. Jumlah modal dalam
perekonomian tetap, sehingga kurva penawaran vertical.
Dalam teori makro Keynes keputusan apakah suatu investasi akan
dilaksanakan atau tidak, tergantung pada perbandingan antara besarnya
keuntungan yang diharapkan (yang dinyatakan dalam per-satuan waktu) di satu
pihak. Dalam teori Keynes, tingkat keuntungan yang diharapkan ini disebut
dengan istilah Marginal Efficiency of Capital (MEC). Jadi secara singkat, bila
keuntungan yang diharapkan adalah lebih besar dari tingkat bunga maka investasi
dilaksanakan dan sebaliknya. Bila MEC sama dengan tingkat bunga investasi
boleh dilaksanakan boleh tidak bagi mereka yang memiliki dana (Nopirin,
2000:134-135).
Dari uraian di atas diketahui bahwa berapa tingkat pengeluaran investasi yang
diinginkan oleh para investor ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat bunga yang
berlaku dan MEC atau fungsi investasi. Fungsi MEC atau fungsi investasi ini
menunjukkan hubungan antara tingkat bunga yang berlaku dengan tingkat
pengeluaran investasi yang diinginkan oleh para investor.
Marginal efisiensi capital (MEC) dapat didefenisikan sebagai tingkat
diskonto yang menyamakan present value dari penghasilan dengan harga barang
modal. Menurut pendekatan ini, suatu proyek investasi akan dilakasanakan
apabila MEC lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku dipasar. Dari MEC
dapat diperoleh efisiensi marjinal investasi (MEI) yang memperlihatkan hubungan
antara investasi dengan tingkat bunga pasar. Berdasarkan konsep MEI ini, dengan
stok kapital tertentu, investasi bersih (net investment) berhubungan negatif dengan
25
tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga semakin rendah investasi dan
sebaliknya.
Pandangan klasik menetapakan penerapan tingkat suku bunga sebagai
pertimbangan untuk mengadakan investasi. Kalau tingkat suku bunga lebih besar
dari hasil pendapatan investasi (tingkat pengembalian modal), maka investasi
tidak menguntungkan untuk dilakukan, Keynes mengatakan, masalah investasi
baik ditinjau dari penentuan jumlahnya maupun kesempatan untuk mengadakan
investasi itu sendiri, didasarkan pada konsep marginal efficiency of capital
(MEC). Investasi akan dilakukan oleh investor bila MEC yang diharapkan masih
lebih besar atau tinggi dari tingkat bunga yang berlaku. Jadi jelas pertimbangan
Keynes untuk terlaksananya investasi adalah faktor efisiensi marjinal (MEC) dari
investasi itu sendiri. Efisiensi marjinal dari modal atau investasi sangat tergantung
pada perkiraan-perkiraan dan pertimbangan investor terhadap perkembangan
situasi perkonomian pada masa yang akan datang.
Hubungan antara MEC, investasi dan tingkat bunga dapat dilihat dari MEC yang
menurun, dimana garis ini memperlihatkan jumlah investasi yang terlaksana pada
tingkat bunga yang berlaku, secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut:
Interes
i1
MEC1
MEC2
i2
MEC
26
27
28
itu kurs antara dollar Amerika Serikat dan Rupiah Indonesia adalah Rp 1.000 per
dollar, maka harga satu buah sepatu jika dihitung dengan rupiah adalah Rp.
10.000. dan jika pada bulan berikutnya nilai tukar Rp terhadap mata uang
Amerika (US$) adalah Rp.1.500/US$ maka harga satu buah sepatu dalam rupiah
adalah sebesar Rp. 15.000.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kestabilan nilai kurs rupiah sangat
berpengaruh dalam mendorong kegiatan penanaman modal khususnya modal
asing. Apabila nilai tukar rupiah meningkat maka akan meningkatkan investasi
asing karena meningkatnya nilai mata uang suatu negara akan menyebabkan
tingkat pengembalian modal akan meningkat pula. Begitu pula sebaliknya apabila
nilai tukar mata uang suatu negara melemah maka investasi asing akan berkurang.
c. Inflasi
Menurut Cash dan Fair
29
nominal dan riil. Jika A memiliki uang sebesar Rp.100 dan tingkat bunga yang
berlaku adalah sebesar 8%, sedangkan tingkat inflasi sebesar 10%, maka berarti
tahun depan A akan mengalami penurunan daya beli sebesar 2%. Hubungan
seperti ini dikenal sebagai Fisher Effect (one in one relation) yang menunjukkan
1% perubahan inflasi akan menyebabkan 1% perubahan tingkat bunga.
Jika tidak ada inflasi, tingkat bunga nominal akan sama dengan tingkat bunga
riil. Akan tetapi dengan adanya inflasi tingkat bunga riil akan lebih kecil daripada
tingkat bunga nominal. Pemberi pinjaman dan peminjam lebih memperhatikan
tingkat bunga riil dibandingkan tingkat bunga nominal. Tingkat bunga riil
diketahui hanya setelah kenyataan yang terjadi, yaitu hanya setelah inflasi betulbetul terjadi. Tingkat bunga nominal selalu positif, tetapi tingkat bunga riil bisa
saja menjadi negatif. Dukungan serupa untuk efek Fisher datang dari hasil
penelitian variasi diberbagai negara pada satu waktu. Tingkat inflasi suatu negara
dan tingkat bunga nominalnya saling berkaitan. Negara-negara dengan inflasi
yang tinggi cenderung memiliki tingkat bunga nominal yang tinggi, dan negaranegara dengan inflasi yang rendah cenderung memiliki tingkat bunga nominal
yang rendah pula (Mankiw, 2004: 87).
Tingkat inflasi yang tinggi menunjukkan ketidakstabilan ekonomi internal,
hal
ini
menyiratkan
bahwa
pemerintah
negara
tidak
mampu
untuk
30
31
dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu
negara (domestik) selama satu tahun. Akan tetapi PDB mencerminkan kondisi
perekonomian suatu Negara, dimana jika jumlah PDB tahun sekarang lebih tinggi
dari tahun lalu maka perekonomian suatu Negara melangami pertumbuhan dan
dengan kondisi demikian akan menarik minat para investor untuk berinvestasi di
Negara tersebut, karena PDB yang tinggi menunjukkan permintaan akan barang
dan jasa tinggi. Jika permintaan barang dan jasa tinggi maka nantinya akan
meningkatkan pendapatan atau keuntungan bagi investor.
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PDB sangat berpengaruh
signifikan terhadap investasi. Apabila PDB meningkat maka secara otomatis akan
terjadi peningkatan pada investai dan begitu sebaliknya, apabila terjadi penurunan
terhadap PDB maka investasi akan mengalami penurunan pula.
32
Judul
Investasi asing
langsung di
Indonesia dan
factor yang
mempengaruhiny
a
Variabel Bebas
GDP, Pertumbuhan
ekonomi, upah
pekerja, stabilitas
politik dan nilai
total ekspor
Variabel Terikat
Investasi asing
langsung di
Indonesia
Data
19782001
Determinan FDI
(1)faktor
determinan
masuknya aliran
modal FDI di Asia
(2) faktor
determinan
masuknya aliran
FDI di Indonesia
(3) menguji
dampak investasi
FDI asia,
Indonesia,
dampak investasi
yang masuk ke
China tehadap
FDI yang masuk
ke Indonesia
19902006
Yati
Kurniati,
Andry
Prasmuko
, dan
Yanfitri
Teknik Analisis
OLS dengan
mengaplikasika
n model ECM
dan Uji
Kausalitas
Granger
Hasil
(GDP,
Growth, Wage, dan
Ekspor) mempunyai
hubungan positif dengan
FDI, sedangkan variabel
non ekonomi yaitu
stabilitas politik (SP)
mempunyai hubungan
negatif.
model Dunning Perbedaan tingkat suku
dan model
bunga tidak signifikan di
gravitasi dengan dalam mempengaruhi
estimasi
investasi yang masuk ke
dilakukan secara dalam suatu Negara,
panel dan OLS
Perbedaan upah antara
Indonesia dan China ini
menunjukkan hubungan
yang tidak signifikan,
pengaruh positif dari
33
yang masuk ke
China tehadap
FDI yang masuk ke
Indonesia,
Febi Ani
Faktor yang
mempengaruhi
investasi amerika
serikat ke
Indonesia
Investasi
Amerika Serikat
1988
-2010
Regresi Linear
Berganda
Inflasi di Indonesia
berpengaruh signifikan
dan positif terhadap
investasi Amerika
Serikat di Indonesia
sedangkan Kurs dan
suku bunga berpengaruh
signifikan dan negatif
terhadap investasi
Amerika Serikat di
Indonesia
Beda penelitian yang diteliti ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini meneliti tentang suku bunga ( suku bunga yang
di gunakan adalah suku bunga riil amerika serikat), inflasi di indonesia, pendapatan nasional dan PMA langsung di Indonesia.
34
B.Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual ini dimaksudkan sebagai konsep untuk menjelaskan,
mengungkapkan dan menentukan persepsi keterkaitan antara variabel yang diteliti
berdasarkan teori yang telah dikemungkakan dan rumusan masalah. Keterpautan
maupun hubungan antara variabel yang diteliti diuraikan dengan berdasarkan pada
kajian teori.
Dalam
melakukan
penelitian
yang
berjudul
faktor-faktor
yang
35
oleh investor, karena kemampuan daya beli masyarakat akan turun. Jadi dapat di
simpulkan bahwa Inflasi di Indonesia (Xt2) berhubungan negatif dengan
penanaman modal asing langsung. Apabila inflasi tinggi maka minat para investor
untuk menanamkan modalnya di Indonesia akan semakin menurun, dan
sebaliknya apabila inflasi semakin rendah maka minat para investor untuk
menanamkan modalnya di Indonesia akan semakin meningkat.
Kurs (Xt3) memiliki pengaruh yang positif terhadap PMA (Yt), apabila kurs
(Xt3) menguat (terapresiasi) terhadap dolar amerika, maka akan mendorong
peningkatan pada nilai investasi, dan sebaliknya jika nilai mata uang Indonesia
melemah (terdepresiasi) terhadap dalar Amerika maka akan menyebabkan nilai
investasi ke Indonesia turun.
Pendapatan nasional (Xt4) memiliki hubungan yang positif terhadap PMA
(Yt), apabila pendaptan nasional (Xt4) meningkat, maka investasi juga akan
meningkat dan sebaliknya. Pendapatan nasional (X t4) yang tinggi menunjukkan
bahwa pendapatan masyarakat tinggi dan selanjutnya pendapatan masyarakat
yang tinggi itu akan memperbesar permintaan atas barang-barang dan jasa. Maka
keuntungan yang dicapai oleh sektor usaha dapat mencapai targetnya, dengan
demikian pada akhirnya akan mendorong masuknya PMA (Yt) baru.
Untuk lebih jelasnya akan penelitian ini, maka uraian di atas dapat
diperlihatkan pada gambar berikut:
PMA lansung
(Yt)
36
Pendapatan Nasional
(Xt4)
Gambar 4: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PMA lansung Di Indonesia.
C.Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori yang diuraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
1. Adanya pengaruh yang signifikan antara Suku Bunga dengan PMA
lansung di Indonesia.
Ho : 1= 0
Ha : 1 0
2. Adanya pengaruh yang signifikan antara Inflasi dengan PMA lansung di
Indonesia.
Ho : 2= 0
Ha : 2 0
3. Adanya pengaruh yang signifikan antara Kurs dengan PMA lansung di
Indonesia.
Ho : 3= 0
Ha : 3 0
4. Adanya pengaruh yang signifikan antara Pendapatan Nasional dengan
PMA lansung di Indonesia.
Ho : 3= 0
Ha : 3 0
5. Secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara suku
bunga, inflasi, kurs, dan Pendapatan nasional terhadap PMA lansung di
Indonesia.
Ho : 1 = 2 = 3 = 4 = 0
Ha : salah satu 0
37