Вы находитесь на странице: 1из 28

AWASLU

B
BULETIN

EDISI 01, JANUARI 2014

Badan Pengawas Pemilihan Umum

Pemerintah dan DPR Sepakat


Mitra PPL di Pemilu 2014
Politisasi Sara Masih
Akan Terjadi di
Pemilu 2014?

Bawaslu Minta
Bantuan KPK
Terkait Dana Kampanye

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Kemajemukan Bangsa Memperindah Tahun Politik

bagi Pemilu.
Sedangkan secara historis, Pemilu
di Indonesia merupakan Pemilu ke
AWASLU
4 sejak era reformasi bergulir. Sejak
itu juga, tidak ada kekuasaan yang
mutlak (absolute) alias setiap Pemilu
menghasilkan pemenang yang berbeda. Jadi, secara historis diprediksi
pemenang Pemilu 2014 tidak akan
bisa ditebak (unpredictable).
Pemerintah dan DPR Sepakat
Namun, semua kemajemukan
Mitra PPL di Pemilu 2014
tersebut merupakan khasanah bangPolitisasi
Sara Masih Bawaslu Minta
sa dan memperindah demokrasi di
Akan Terjadi di
Bantuan KPK
Pemilu 2014?
Terkait Dana Kampanye
Indonesia. Bangsa lain pun mengakui
rumitnya sistem Pemilu kita. Sistem
yang rumit tersebut adalah bentuk
dari akomodasi terhadap berbagai kepentingan dan manajemen konflik.
Dari fakta tersebut, maka sebagai bangsa kita harus berpikir kembali untuk bersikap apatis pada Pemilu. Fakta tersebut harusnya menjadi
pemicu kita, untuk menampilkan demokrasi Indonesia yang sesungguhnya. Bangsa lain saja mau belajar pada demokrasi di Indonesia, mengapa
kita tidak?

Selamat datang kembali para pembaca Buletin Bawaslu. Pada awal


tahun politik ini kembali kami hadir sebagai media referensi bagi para
pembaca yang membutuhkan informasi terkait pengawasan Pemilu di
Indonesia.
Mencermati tahun politik 2014, Indonesia kini sudah semakin dekat
dengan pesta demokrasi terbesar di negara demokrasi terbesar. Pemilu
di Indonesia tidak hanya akan diamati oleh masyarakat Indonesia pada
umumnya, tetapi juga masyarakat dunia secara keseluruhan, semua
mata akan tertuju pesta tersebut.
Sebagai negara demokrasi terbesar, sangat wajar jika Indonesia menjadi perhatian dunia, terutama negara-negara demokrasi pada umumnya. Mereka ingin melihat bagaimana Indonesia menjalankan demokrasi
lewat Pemilu, sementara banyak keragaman yang ada di Indonesia.
Secara sosiologis Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis masyarakat, suku, budaya dan adat istiadat. Dari sini tergambarkan, pilihan
masyarakat akan berbeda-beda, sehingga ideologi yang ditawarkan
juga akan berbeda-beda. Ada partai yang mengusung nasionalisme, religius dan sebagainya.
Secara geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari sekitar 17.000 pulau. Hingga saat ini, kemudahan akses transportasi di beberapa daerah masih terkendala, dan jadi tantangan tersendiri

BULETIN

EDISI 01, JANUARI 2014

Badan Pengawas Pemilihan Umum

Salam Awas
Daftar isi:

BADAN

UM

UM
SI
IK INDO

A S L U

BL

RE

Profil
Yusfitriadi
Sang Generator Relawan Pengawas Pemilu ...................................... 14
Divisi Update
Divisi Pengawasan
Bawaslu Gelar Rakernis Pengawasan Pemilu Legislatif 2014 .... 15
Divisi Organisasi dan SDM
Bawaslu Rekrut CPNS Pertama ......................................................... 16
Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran
Unsur Kumulatif Kampanye Terus Jadi Perdebatan ............. 18
Divisi Sosialisasi, Humas dan Hubungan Antar Lembaga
Politisasi Media, Bukan Jaminan Menang Pemilu .................. 19
Sudut Pandang
Pentingnya Transparansi Dana Kampanye ................................. 20
Demokrasi dan Islam ............................................................................ 21
Ekspose Daerah ............................................................................................ 22
Glosari Kepemiluan ...................................................................................... 24
Galeri ................................................................................................................ 25

Buletin BAWASLU ini diterbitkan oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum, sebagai wahana informasi kepada
khalayak serta ajang komunikasi keluarga besar pengawas Pemilu di seluruh tanah air. Terbit satu bulan sekali.

AS PEMIL
AW
IH
A
NG

PE

Dari Redaksi ................................................................................................... 2


Laporan Utama
Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL di Pemilu 2014 ............... 3
Opini
Bawaslu Menuju Pemilu Indonesia yang Luber dan Jurdil ........... 6
Sorotan
Gelinding Dana Saksi Parpol ............................................................... 8
Politisasi Sara Masih Akan Terjadi di Pemilu 2014? ............... 9
Investigasi
Tim KPK Datangi Bawaslu Terkait Gratifikasi ........................... 10
Bawaslu Minta Bantuan KPK Terkait Dana Kampanye ......... 11
Bawaslu Terkini
JPPR Laporkan Dana Kampanye ........................................................... 12
Info Bawaslu
Sekjen Bawaslu
Bendahara Harus Tertib Menyusun Laporan Keuangan .. 13

Penerbit: Bawaslu RI Pengarah: Dr. Muhammad, S.IP., MSi, Nasrullah, SH., Endang Wihdatiningtyas, SH., Daniel Zuchron, Ir. Nelson
Simanjuntak ; Penanggung jawab: Gunawan Suswantoro, SH, M.Si Redaktur: Jajang Abdullah, S.Pd, M.Si, Tagor Fredy, SH, M.Si, Drs.
Hengky Pramono, M.Si, Ferdinand ET Sirait, SH, MH, Pakerti Luhur, Ak, Rahmawati, SE, M.Si, Raja Monang Silalahi, S.Sos, Hilton Tampubolon, SE, Redaktur Bahasa: Saparuddin, Ken Norton Pembuat Artikel: Falcao Silaban, Christina Kartikawati, Muhammad Zain, Hendru,
Irwan; Design Grafis dan Layout: Christina Kartikawati, Muhammad Zain, Muhtar Sekretariat: Tim Sekretariat Bawaslu
Alamat Redaksi: Jalan MH. Thamrin No. 14 Jakarta Pusat, 10350. Telp./Fax: (021) 3905889, 3907911. I www.bawaslu.go.id

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Jalan Panjang Mitra PPL

Pemerintah dan DPR Sepakat Mitra PPL


di Pemilu 2014

Salah satu penyebab Bawaslu pada


periode lalu dianggap
sebagai macan ompong
karena pengawasan yang tidak
maksimal, saat tahapan
pemungutan dan penghitungan suara.
Penyebabnya, organ
Bawaslu di tingkat tempat
pemungutan suara (TPS) hanya ada
satu orang, sedangkan
jumlah TPS bisa mencapai
puluhan.

ondisi seperti ini dialami oleh Bawaslu sejak berdirinya pada April
2008 lalu yang ditegaskan dalam
Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu. Tidak hanya
itu, UU tersebut juga memberikan kewenangan Bawaslu sekadar rekomendasi yang tidak wajib diikuti oleh KPU.
Akibatnya, jadilah Bawaslu bak macan
ompong dalam melakukan pengawasan
Pemilu.
Percaya atau tidak kondisi Bawaslu
yang seperti ini semakin buruk dengan
pendapat-pendapat para pengamat yang
menilai Bawaslu tidak ada gunanya dalam
hal mengawasi. Bawaslu hanya dianggap
membuang-buang uang negara dan output
yang dihasilkan dinilai tidak sesuai.
Benar saja, pasca pelaksanaannya,
Pemilu 2009 dicap sebagai Pemilu paling buruk di era reformasi (setidaknya
menurut beberapa pengamat Pemilu).
Kualitas Pemilu mulai dari caleg, daftar

pemilih tetap (DPT), hingga pemungutan


suara, dianggap tidak memiliki legitimasi
bahkan cenderung manipulatif. Penyelenggara Pemilu, dalam hal ini KPU dan
Bawaslu dianggap sebagai pihak yang
paling bertanggung jawab atas citra buruk
Pemilu.
Praktik jual beli suara terjadi hampir
di seluruh daerah. Diduga, oknum Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) menjual dan memanipulasi
suara dengan imbalan yang diperoleh dari
peserta Pemilu. Ini terjadi, akibat tidak
adanya pengawasan baik oleh Pengawas
Pemilu maupun oleh saksi-saksi dari
peserta Pemilu.
Pada akhir tahun 2011, sejumlah isu
pun mencuat. Salah satu yang sangat
santer, Bawaslu akan dibubarkan melalui
legislasi yang baru (baca: UU No. 15 Tahun 2011). Wacana yang menguat di DPR
tersebut, tidak sepenuhnya diamini oleh
semua anggota DPR alias masih ada ang-

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Sambungan: Pemerintah ....


gota DPR yang menolak wacana tersebut.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya
Bawaslu pun tidak jadi dibubarkan, dan
bahkan diperkuat dalam beberapa kewenangan. Salah satunya adalah jumlah
Pengawas Pemilu Lapangan (PPL) yang
berjumlah 1-5 orang per desa/kelurahan.
Walaupun bertambah, jumlah ini dianggap tidak terlalu signifikan karena belum
mencapai jumlah yang ideal yakni satu
PPL untuk setiap TPS.
Tidak mau dianggap sebagai macan
ompong (lagi), Bawaslu periode 20122017 yang dinakhodai Muhammad mulai
berpikir keras, agar pelaksanaan tahapan
Pemungutan dan Penghitungan Suara
dapat terawasi dengan baik. Dengan paradigma mengutamakan pencegahan daripada penindakan pelanggaran, Bawaslu
berupaya untuk mengikutsertakan semakin banyak orang untuk mengawasi TPS.
Berdasarkan pengalaman buruk tersebut, Bawaslu menggadang-gadang ide
untuk menambah jumlah pengawas di
tiap TPS, dengan dinamakan mitra PPL.
Ide ini sebenarnya bukan ide baru, karena
dari beberapa pengalaman Pemilu Kada,
banyak Pengawas Pemilu yang menginisiasi mitra PPL untuk mengawasi TPS.
Hasilnya cukup efektif. TPS yang terawasi oleh mitra PPL lebih sedikit jumlah
pelanggaran yang terjadi dibandingkan
dengan TPS yang tidak terawasi. Dari

pengalaman ini maka dapat diasumsikan


semakin banyak yang mengawasi TPS
maka jumlah pelanggaran yang terjadi
akan semakin sedikit.
Terganjal Hukum
Dalam UU No. 15 tentang Penyelenggara Pemilu, Mitra PPL memang tidak
diakomodasi. Oleh karena itu, sempat
terpikir ide ini sangat kecil peluangnya
untuk direalisasikan, karena dasar hukumnya tidak ada. Dari segi kewenangan
dan anggaran maka Mitra PPL akan dengan mudah dimentahkan.
Apalagi untuk membentuk Mitra PPL
dibutuhkan dana yang cukup besar. Jika
satu orang saja diakomdasi di TPS dengan honor Rp 100 ribu, maka negara
diperkirakan harus mengeluarkan biaya
sekitar Rp 400 miliar rupiah. Jumlah
yang fantastis, dan pasti membuat DPR
dan Pemerintah berpikir dua kali untuk
menyetujuinya.
Selain itu, Mitra PPL pasti akan terganjal peran dan kewenangan yang tidak
diatur dalam UU. Keberadaan mereka
akan dipertanyakan oleh berbagai pihak. Jikalaupun kewenangan dan perannya ada, maka bisa dipastikan tidak akan
sekuat PPL yang menjadi organ resmi
Bawaslu. Intinya, bisa saja keberadaan
Mitra PPL dianggap sia-sia.
Benang merahnya, bisa kita bayang-

FOTO-FOTO: M. ZAIN

Pemungutan Suara Ulang di Maluku Utara

kan ketika Mitra PPL yang tidak memiliki


kewenangan besar tapi dibiayai dengan
dana yang cukup besar. Semua pihak
pasti juga akan menolak ide ini, terutama
pemerintah dan DPR karena tidak mau
dianggap memboroskan anggaran negara
untuk hasil yang tidak signifikan.
Namun, Bawaslu bersikeras bahwa
Mitra PPL ini sangat diperlukan untuk
mengawasi tiap TPS. Bawaslu selalu
menceritakan pengalaman kelam di masa
lampau, praktik-praktik manipulasi suara
terjadi tanpa adanya pengawasan. Gambaran tersebut selalu menjadi dilema
tersendiri bagi DPR RI, karena pada
dasarnya DPR merupakan partai politik
yang memiliki kepentingan suara mereka
tidak dicurangi.
Perlu benar-benar meyakinkan Anggota DPR, melalui Komisi II DPR tentang
pentingnya pengawasan di setiap TPS.
Salah satu ide Bawaslu saat itu, adalah
mengganti fungsi linmas yang sebanyak
dua orang di masing-masing TPS menjadi
Mitra PPL, yang fungsi keduanya agak
sedikit berbeda.
Bawaslu juga menjelaskan bahwa
pentingnya pengawas Pemilu di tingkat
TPS adalah memastikan formulir C1KWK dapat diperoleh. Jika tidak ada pengawas Pemilu, maka percuma saja UU
mengamanatkan bahwa formulir tersebut
juga harus diberikan kepada Pengawas
Pemilu.
Hingga pada akhirnya DPR RI pun
menyetujui ide Bawaslu agar setiap TPS
dapat terawasi dengan baik. Artinya , partai politik mulai berpikir tentang pentingnya pengawasan Pemilu di setiap TPS.
Persetujuan DPR tersebut tertuang
dalam dukungan rencana anggaran yang
diusulkan oleh Bawaslu, dan diajukan
dalam rapat pembahasan di Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, hingga akhirnya
ditetapkan oleh Banggar untuk diserahkan kepada Kementerian Keuangan.
Namun, apa yang sudah dibahas Bawaslu dan disetujui oleh DPR belum tentu
sejalan dengan pemahaman pemerintah,
dalam hal ini Kementerian Keuangan
(Kemenkeu). Ketidakpahaman tersebut
menggambarkan ketidakpekaan Kemenkeu soal anggaran mitra PPL.
Dalam suratnya, Menteri Keuangan
Chatib Basri menyatakan bahwa, ang-

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

garan untuk Mitra


PPL tidak dapat
dipertimbangkan
alias tidak diberikan anggaran untuk program itu.
Pernyataan tersebut
tentu saja membuat,
Bawaslu
sedikit
geram dan kembali harus melakukan lobi via DPR
dan Kementerian
Dalam Negeri.
Pada awal tahun 2014, Menteri
Koordinator Politik, Hukum dan
Keamanan (Menkopolhukam) Djoko
Suyanto akhirnya
mengambil inisiatif
untuk melakukan
pertemuan dengan
Kemendagri, Bawaslu dan KPU.
Dalam pertemuan
tersebut membahas mengenai pentingnya
dana Mitra PPL.
Setelah itu, dilakukan pertemuan
kedua yang diinisiasi oleh Kementerian
Dalam Negeri. Pertemuan tersebut menyepakati untuk memperjuangkan
anggaran Mitra PPL ke Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. Jika, Presiden menyetujuinya, maka tidak ada lagi alasan
bagi Menkeu tidak mempertimbangkan
anggaran Mitra PPL.
Dalam pertemuan dengan Presiden, kami akan membahas soal Mitra
PPL. Namun, saya membutuhkan argumen yang kuat termasuk dukungan dari
semua pihak, terutama Komisi Pemilihan
Umum (KPU) dan Komisi II DPR, ujar
Mendagri Gamawan Fauzi.
Perpres sebagai Dasar
Pasca pertemuan tersebut, komunikasi dengan Presiden dilaksanakan oleh
Mendagri Gamawan Fauzi dan Menkopolhukam Djoko Suyanto. Pada intinya
presiden menyetujui jika pemerintah mendukung dengan memberikan alokasi anggaran untuk Mitra PPL. Presiden pun memaklumi sikap Menteri Keuangan yang

tidak dapat mempertimbangkan anggaran untuk Mitra PPL untuk dilaksanakan


karena tidak ada dasar hukumnya. Oleh
karena itu, ia meminta agar dibuat terobosan sebagai dasar hukum agar Kementerian Keuangan dapat memberikan alokasi
anggaran untuk Mitra PPL.
Dasar hukum yang dimaksud adalah
Peraturan Presiden (Perpres) yang mengatur tentang keberadaan Mitra PPL.Kementerian Keuangan pun bersifat terbuka
andaisaja, Perppres tersebut nantinya sudah diundangkan, untuk segera direalisasikan anggarannya.
Saat ini pembahasan Perpres terkait
Mitra PPL sedang dibahas di Kementerian
Dalam Negeri. Perpres tersebut nantinya
juga akan mengakomodasi semua kepentingan dalam pembentukan Mitra PPL, sedangkan, terkait tugas dan kewenangannya akan diformulasikan oleh Bawaslu.
Bawaslu rencananya akan melaksanakan perekrutan dan bimbingan teknis
terhadap Mitra PPL pada Februari 2014.
Ada sekitar 545.000 TPS, yang masingmasing akan diawasi oleh dua orang Mitra
PPL. Artinya, ada sekitar 1.000.000 Mitra
PPL yang akan direkrut oleh Bawaslu.
Namun, seiring dengan perkembangan

tersebut, Ketua Komisi II DPR Agun Gunanjar Sudarsa meminta secara tegas kepada Bawaslu untuk memiliki mekanisme
agar Mitra PPL yang direkrut nantinya
benar-benar bisa melaksanakan tanggung
jawab dengan baik. Apakah cukup dalam
waktu yang singkat untuk merekrut Mitra
PPL sebanyak itu?
Pertanyaan besar itu sempat dilontarkan oleh sebagian besar Anggota Komisi
II DPR RI. Mereka meragukan itu dapat
terwujud dengan baik, mengingat pelaksanaan Pemilu tinggal beberapa bulan
saja.
Soal independensi dan netralitas
Mitra PPL juga menjadi sorotan, karena
khawatir Mitra PPL ini akan ditunggangi
oleh beberapa kepentingan politik, tutur
Agun.
Namun, Pimpinan Bawaslu Nasrullah
mengatakan bahwa masalah perekrutan
Mitra PPL, sudah dipertimbangkan untuk mengambil dari Relawan Pengawas
Pemilu yang sudah terdaftar. Relawan
Pengawas Pemilu sendiri merupakan program Bawaslu yang merupakan gerakan
moral dengan target atau sasaran pemilih
pemula. [FS]

Opini

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Bawaslu Menuju Pemilu Indonesia


yang Luber dan Jurdil
Oleh : Rahmawati*

adan Pengawas Pemilu (Bawaslu) merupakan salah


satu lembaga yang bertugas sebagai penyelenggara Pemilu Indonesia, kegiatan yang dilaksanakan berorientasi
pada pengawasan Pemilu dengan fokus kegiatan kepada penyelenggaraan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya
pelaksanaan Pemilu bersih, Jujur, adil, berkualitas dan akuntabel. Dimana dalam proses penyelenggaraannya diharapkan tidak
ditemukan pelanggaraan-pelanggaran yang dapat menodai citacita reformasi. Dalam konteks ini kehadiran Bawaslu sebagai
Lembaga atau pengambil keputusan untuk dan atas nama orang
banyak dengan mengemban tanggungjawab terhadap hasil Pemilu, dimana dalam pelaksanaannya dapat memastikan bahwa
Pemilu di Negara Kesatuan Republik Indonesia benar-benar diawasi dengan baik, supaya hasilnyapun benar-benar merupakan
hasil pelaksanaan demokrasi yang bersih dan akuntabel.
Mengapa Pemilu diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu diawasi? Pertanyaan tersebut tentu memerlukan
jawaban yang memang mampu menuntaskan apa yang menjadi masalah dalam pelaksanaan Pemilu. Sering ditemukannya
pelanggaran-pelanggaran yang dengan sengaja dilakukan oleh
oknum-oknum yang bekerja bukan oleh individu yang berintegritas untuk melanggar hasil Pemilu itu sendiri, oleh sebab itu,
Bawaslu harus berkemampuan memberi kepercayaan kepada
masyarakat dan memastikan bahwa Pemilu yang sedang berlangsung tahapan demi tahapan telah mendapat pengawasan
oleh para Pengawas Pemilu Lapangan maupun pengawasan
terpadu yang dilakukan oleh mahasiswa, media massa, dan kelompok Organisasi Kemasyarakatan secara menyeluruh dengan
penuh kesadaran dan dengan suka rela ikut menjadi pengawas
Pemilu.
Tugas ini tidaklah mudah disebabkan oknum pelanggar hasil
Pemilu akan selalu mencari jalan dan celah agar mereka mampu
mewujudkan ambisi orang-orang atau calon yang diusungkan
untuk dimenangkan pada Pemilu. Sikap optimisme dan keyakinan seluruh komponen serta elemen yang terlibat dalam pengawasan Pemilu memberi kepastian bahwa Pemilu harus mampu
diawasi secara menyeluruh. Keyakinan tersebut tentunya harus
diimbangi dengan kerja keras serta komitmen yang dibangun
bersama antara Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan dan Pengawas Pemilu Lapangan
ditingkat desa/kelurahan, media massa, Organisasi Kemasyarakatan, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.
Dapat dipahami bahwa Bawaslu merupakan wadah dalam
rangka mendorong partisipasi publik secara bersama-sama
melakukan pengawasan Pemilu mulai tingkat desa/kelurahan,
Kabupaten/Kota, Provinsi, yang mana tugas yang dilaksanakan

merupakan penjabaran dari pada amanat ayat (3) Pasal 73


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011
tentang Penyelenggara Pemilihan Umum memuat Tugas Badan
Pengawas Pemilu meliputi :
1. Mengawasi persiapan penyelenggaraan Pemilu yang terdiri
atas:
Perencanaan dan penetapan jadwal tahapan Pemilu;
Perencanaan pengawasan logistik oleh KPU;
Pelaksanaan penetapan daerah pemilih dan jumlah kursi
pada setiap daerah pemilihan untuk pemilihan Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota
oleh KPUsesuai dengan ketentuan peraturan perundanguandangan.
Sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan
Pelaksanaan tugas pengawasan lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Mengawasi pelaksanaan tahapan penyelenggaraan Pemilu
yang terdiri atas :
pemutakhiran data pemilih dan penetapan daftar
pemilih seementara serta daftar pemilih tetap;
penetapan peserta Pemilu;

Proses pencalonan sampai dengan penetapan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, pasangan calon presiden dan wakil presiden, dan calon gubernur, Bupati dan
Walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
pelaksanaan kampanye;
pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;
pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara
hasil Pemilu di TPS:
pergerakan surat suara, berita acara penghitungan suara,
dan sertifikat hasil penghitungan suara dari tingkat TPS
sampai ke PPK;
pergerakan surat tabulasi penghitungan suara dari tingkat
TPS sampai ke KPU Kabupaten/Kota;
proses rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara
di PPS, PPK , KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi dan
KPU;
pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang,
Pemilu Lanjutan dan Pemilu susulan;
pelaksanaan putusan pengadilan terkait dengan Pemilu;
pelaksanaan putusan DKPP; dan
proses penetapan hasil Pemilu.
3. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen serta melaksanakan penyusutannya berdasarkan retensi arsip

Opini

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

pakan paksaan tetapi merupakan bentuk promosi supaya dikenal.


Pengawasan Pemilu selain mencegah terjadinya pelanggaran,
juga untuk memastikan demokratisasi di Indonesia benar-benar
terwujud, dimana masyarakat dan pemimpin menikmati hak-hak
dasar seperti kebebasan berbicara, berkumpul, berorganisasi termasuk kebebasan bagi pers dalam menyampaikan berita mampu
berbicara tentang kebenaran data dan fakta dan lain sebagainya,
disadari bahwa masyarakat lebih memilih orientasi evaluatif terhadap kapasitas individu untuk mampu memberi penilaian terhadap sistem politik Indonesia. Orientasi tersebut adalah untuk
mewujudkannya Pemerintahan yang Good Governance dimana
untuk mewujudkannya harus didukung dengan pemerintahan
yang reinventing govermen dimana salah satunya adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan artinya harus dimulai
dari penyelenggaraan Pemilu yang terawasi dengan baik dalam
rangka mewujudkan Pemilu yang berkualitas, langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

yang disusun oleh Bawaslu dan ANRI;


4. Memantau atas pelaksanaan tindak lanjut penanganan
pelanggaran pidana Pemilu oleh instansi yang berwenang;
5. Mengawasi atas pelaksanaan putusan pelanggaran Pemilu;
6. Evaluasi pengawasan Pemilu;
7. Menyusun laporan hasil pengawasan penyelenggaraan Pemilu.
Beberapa tugas Bawaslu tersebut diatas, diharapkan keterlibatan dan partisipasi mahasiswa, media massa dan organisasi kemasyarakatan pada huruf b poin 4 sampai dengan poin 10, terutama bagi Pemilih Pemula lulusan SLTA/Mahasiswa diharapkan
partisipasinya ikut dalam Program Sejuta Relawan Pengawas Pemilu. Pada Program tersebut relawan dituntut bersikap netralitas
dan profesionalisme pada saat melakukan pengawasan Pemilu.
Harapannya Pemilu terawasi pada setiap tahapan terutama pada
saat pemungutan suara dan pelaporan hasil pemungutan suara,
karena pada tahapan tersebutlah kerawanan dan manipulasi data
sering terjadi maka hal ini harus dapat dicegah.
Dengan demikian pemilihan Umum dapat dinikmati oleh setiap individu sebagai sebuah pesta pemilihan pemimpin rakyat
secara demokrasi. Baru dapat dikatakan demokrasi apabila masyarakat dalam menentukan siapa yang akan dipilih merupakan
pilihan atas dasar pemikiran dan analisa berdasarkan keinginan
sendiri bukan merupakan hasil dari pada permintaan oleh orang
lain untuk dipilih, walaupun terkadang dalam konteks tertentu sicalon mempromosikan dirinya untuk dipilih hal ini tidak meru-

*Kepala Sub Bagian Publikasi dan


Dokumentasi Setjen Bawaslu RI

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Gelinding Dana Saksi Parpol


Jelang Pemilihan Umum 9 April
2014, suasana politik di negeri ini menjadi lebih tinggi. Tokoh-tokoh partai politik peserta Pemilu yang akan bertarung
memperebutkan simpati dan suara rakyat
dalam Pemilu 2014 berupaya mengoalkan kepentingannya. Satu hal yang tengah menjadi perhatian publik negara
mendanai keberadaan saksi partai politik
di tempat pemungutan suara (TPS).
Pada Undang-undang nomor 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu,
memang menyebut secara jelas tentang
keberadaan saksi peserta Pemilu (partai
politik). Begitupun dalam Undang-undang
Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD. Namun dalam
dua undang-undang tersebut tidak ada satu
pasalpun menyebut, bahwa saksi peserta
Pemilu didanai negara.
Gagasan tentang pendanan saksi parpol,
pertama kali mengemuka pada akhir sesi
rapat dengar pendapat Bawaslu RI dengan
Komisi II DPR RI pada awal Bulan Januari
2014 lalu yang membahas dukungan terhadap mitra pengawas Pemilu lapangan (PPL)
yang digagas Bawaslu RI. Beberapa peserta
rapat di Komisi II DPR RI di akhir sesi secara spontan mencetuskan gagasan agar
saksi parpol pun didanai negara.
Gagasan pendanaan saksi parpol pun
terus menggelinding dan bahkan masuk
dalam agenda rapat koordinasi di kantor
Menkopolhumkam. Juga masuk agenda
rapat penyelenggara Pemilu yang difasilitasi Kementrian Dalam Negeri dan dihadiri
Bawaslu RI, KPU RI, Komisi II DPR RI,
hari Rabu (15/1).Rapat sedianya membahas
satu agenda pokok terkait anggaran mitra
PPL yang terkendala di Kementrian Keuangan karena belum memiliki dasar hukum.
Namun rapat juga berkembang dengan gagasan pendanaan saksi parpol oleh pemerintah.
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi
dalam keterangan pers kepada wartawan
usai rapat mengatakan dana saksi parpol
merupakan usulan dari Bawaslu RI. Pemerintahpun memberikan sinyal menyetujui
pendanaan saksi parpol dan akan mempersiapkan rancangan peraturan presiden sebagai payung hukumnya.

Dalam perkembangan selanjutnya, sejumlah pengamat politik menolak keras


pemerintah mendanai saksi parpol dalam
Pemilu 2014. Mereka berpandangan parpol
harus menyiapkan sendiri dana saksi mereka di TPS karena keberadaan saksi parpol
untuk kepentingan parpol, bukan justru
membebani rakyat melalui dana APBN. Sejak gagasan saksi parpol didanai APBN, dua
partai politik yakni PDI Perjuangan dan Nasional Demokrat menolak menerima dana
saksi parpol sekiranya jadi digelontorkan.
Total dana yang diusulkan pemerintah untuk saksi parpol sekitar Rp 654,9 miliar untuk Pileg dan Pilpres.
Sekretaris Badan Pemenangan Pemilu
(Bappilu) PDI Perjuangan Arif Wibowo
menilai, bila pemerintah melanjutkan rencana pemberian dana saksi parpol menimbulkan kecurigaan adanya tujuan politik
untuk kepentingan tertentu.
Sementara Ketua Bappilu Partai NasDem Ferry Mursyidan Baldan mengatakan,
perlu ditelaah lebih jauh motif dibalik gagasan pendanaan saksi parpol. Partainya, berpandangan parpol harus mendanai sendiri
saksinya di TPS pada Pemilu 2014.
Saksi Penting
Sementara itu Ketua Bawaslu RI Muhammad mengatakan, keberadaan saksi
parpol di tempat pemungutan suara (TPS)
penting guna meminimalisir kecurangan
di TPS. Merujuk pada pengalaman Pemilu
tahun-tahun sebelumnya, minimnya saksi
parpol di TPS menimbulkan banyaknya kecurangan yang berakhir pada gugatan hasil
Pemilu oleh peserta Pemilu.
Dari sisi pengawasan Pemilu, ke-

beradaan saksi parpol penting karena fungsinya sama dengan mitra PPL yakni mengawasi proses pemungutan suara di TPS.
Tapi mengenai usul saksi partai politik
di danai pemerintah bukan dari Bawaslu.
Kami pun sedang berupaya agar usulan
tambahan anggaran untuk mitra PPL yang
sudah dapat dukungan Komisi II dapat difasilitasi pemerintah, kata Muhammad
memaparkan.
Sementara itu, Pimpinan Bawaslu Nasrullah mengatakan, semakin banyak orang
yang mengawasi proses tahapan Pemilu
termasuk pada hari pemungutan dan penghiitungan suara, maka niat orang yang ingin
berbuat curang akan bisa ditekan. Karenanya selain mengusulkan anggaran untuk mitra
PPL kepada pemerintah, Bawaslu RI juga
menggalang dukungan partisipasi masyarakat untuk menjadi relawan Pemilu melalui
gerakan sejuta relawan pengawas Pemilu.
Terkait mitra PPL, Bawaslu RI mengusulkan kepada pemerintah untuk mendanai
2 orang mitra PPL per TPS yang bekerja
pada hari H pemungutan dan penghitungan
suara di TPS , dengan honor Rp 100.000/
orang untuk dua kegiatan yakni Pileg dan
Pilpres. Dasar usulan tersebut adalah keterbatasan pengawas Pemilu lapangan yang
berjumlah 1-5 orang setiap desa/kelurahan
sesuai amanat Pasal 72 UU Nomor 15 tahun 2011. Padahal dalam 1 desa/kelurahan
terdapat belasan hingga puluhan TPS. Sehingga tidak memungkinkan hanya di awasi
1 orang saja.
Terhadap permintaan, agar dana saksi
parpol di kelola Bawaslu RI bukan oleh
KPU RI, Ketua Bawaslu RI Muhammad
mengatakan hal itu merupakan permintaan
lisan Kemendagri bukan tertulis. Mungkin
pertimbangannya karena sama-sama menjalankan fungsi pengawasan, KPU sendiri
menolak mengelola dana itu. Kami mesti
pleno sebelum mengambil keputusan,
ujarnya.
Bawaslu RI menurut Muhammad tidak
ingin gegabah menerima usulan agar dana
parpol dimasukkan dalam anggaran Bawaslu RI. Sebab hal ini akan menjadi preseden
buruk bagi Bawaslu, seolah-olah dana saksi
parpol memang diusulkan oleh Bawaslu RI.
[RS]

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Politisasi SARA Masih Akan Terjadi di Pemilu 2014?

anyak yang tidak mengetahui bahwa


pada pelaksanaan Pemilu 2009 dan
Pemilu Kada di beberapa daerah
menyisakan trauma mendalam yang dialami
oleh beberapa kelompok masyarakat, terutama yang minoritas. Kelompok seperti ini,
kerap menjadi sasaran dalam berkampanye
oleh berbagai pihak dengan tujuan tujuan
tertentu. Mereka cenderung dideskreditkan
dan dimarginalkan, demi mendapatkan simpatik kaum mayoritas.
Namun, isu ini seakan-akan tenggelam
oleh isu-isu lain yang memang menjadi
polemik dan menjadi kontroversial, seperti
daftar pemilih tetap (DPT) dan penghitungan suara. Padahal dampak yang ditimbulkan adalah ketakutan yang luar biasa, apalagi saat kampanye dilakukan dalam setiap
rezim Pemilu.
Masa kampanye Pemilu Legislatif 2014
sudah di depan mata. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) diminta berbenah diri untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk
mengoptimalkan pengawasan pada tahapan
tersebut. Pasalnya, tahapan tersebut sangat
berpotensi untuk menimbulkan konflik sosial di masyarakat.
Gerakan Kebhinekaan untuk Pemilu
2014 yang Berkualitas hadir dan mendeklarasikan diri untuk memfokuskan perhatian
terhadap kampanye yang mengusung isu
diskriminasi terhadap golongan minori-

tas. Gerakan tersebut terdiri dari beberapa


ormas antara lain, ILRC, Wahid Institute,
Abdulrahman Wahid Center, PGI, KWI,
Maarif Institute, Pusat Hukum Konstitusi
Universitas Airlangga, Pusat HAM dan
Demokrasi FH Universitas Brawijaya, PP
Muhammadiyah, PBNU, Perludem, Sejuk,
Aman Indonesia, dan Yayasan TIFA.
Intoleransi dalam kehidupan umat beragama sudah semakin meningkat. Dalam
beberapa pengalaman Pemilu, isu terhadap
suku, ras dan antar golongan (SARA) selalu
terjadi, ujar Direktur Eksekutif The Wahid
Institute, Ahmad Suaedy, bersama para aktivis OMS yang lain saat Audiensi dengan
Bawaslu, di Jakarta, Senin (13/1).
Lebih lanjut menurut Suaedy, dalam
masa kampanye para peserta Pemilu yang
intoleran dan diskriminatif menggunakan
kesempatan tersebut untuk memojokkan
lawan politiknya yang kebetulan memiliki
perbedaan, dengan menggunakan paham
agama atau penodaan agama, dan juga pidato dan orasi yang berbau kebencian (hate
speech).
Hal yang sama diungkapkan Sekretaris Eksekutif Bidang Diakonia, PGI Jeiry
Sumampouw yang mengatakan bahwa isu
agama dalam kampanye banyak digunakan
dan sangat popular untuk mendulang suara,
terutama oleh partai-partai yang memiliki
basis masa mayoritas dalam suatu daerah.

Oleh karena itu dibutuhkan peran aktif Bawaslu untuk mencegah supaya kampanye
menggunakan isu agama dan diskriminasi
terhadap minoritas dapat dicegah.
Veri Junaidi dari Perludem berharap
besar Bawaslu dapat memegang kunci terhadap permasalahan potensi diskriminasi
tersebut. Karena pada dasarnya, semua
pelanggaran dalam Pemilu akan dilaporkan
ke Bawaslu.
Peran penegakan hukum pidana dalam
Pemilu memang juga melibatkan Kepolisian,
dan peran tersebut juga sangat besar. Namun,
Bawaslu adalah kuncinya dan harapan besar
agar Bawaslu dapat mengatasi permasalahan
(diskriminasi) tersebut, tambahnya.
Sementara itu, Ketua Bawaslu Muhammad mengatakan bahwa, Indonesia
merupakan negara demokrasi bukan negara agama. Sehingga praktik politik yang
mempolitisasi masalah keagamaan sangat
dilarang dan tidak bisa dibiarkan. Bawaslu
dan jajarannya, juga akan siap menindak tegas terhadap pelanggaran semacam itu jika
terjadi.
Peran aktif masyarakat juga sangat
diperlukan dalam hal ini. Kami ingin menyatakan bahwa Pemilu itu milik bersama
dan tanggung jawab bersama. Nantinya,
Bawaslu akan membuat SMS gateway, yang
dapat dipergunakan untuk orang yang melapor, ujarnya. [FS]

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Tim KPK Datangi Bawaslu

Terkait Gratifikasi
Menjelang Pemilu legislatif
tanggal 9 April 2014 dan Pemilu
Presiden/Wapres pada Bulan
Oktober 2014, Tim Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK)
mengingatkan jajaran Bawaslu RI
untuk mewaspadai dan menghindari
praktik gratifikasi dari pihak-pihak
yang ingin bermain curang dalam
proses pesta demokrasi lima tahunan
tersebut.

encegahan dini diperlukan mengingat Bawaslu RI diberikan kewenangan sesuai Undang-undang


Nomor 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemlilu. Dalam isi undang-undang
tersebut sebagaimana diuraikan dalam
pasal 75, 76 dan 77, Bawaslu RI hingga
Panwaslu kabupaten/kota diberikan kewenangan untuk mengawasi seluruh tahapan dan proses Pemilu serta memberikan
rekomendasi yang sifatnya wajib dilaksanakan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Koordinator Tim KPK bidang pencegahan, Maruli Tua mengatakan kepentingan KPK adalah menjamin para penyelenggara negara bertindak sesuai aturan
hukum dengan menghindari praktik-praktik suap dan gratifikasi
Kita juga ingin agar Pemilu 2014
bisa di kawal menjadi Pemilu yang bersih, demokratis dan berintegritas, katanya saat memberi penjelasan kepada seluruh pejabat struktural Sekretariat Jenderal
Bawaslu RI, Senin (13/1).
Kedatangan Tim KPK yang terdiri 4
(empat) orang bukan tanpa alasan. Sekretaris Jenderal Bawaslu Gunawan Suswantoro dan Pimpinan Bawaslu RI sebelumnya menilai penting menghadirkan KPK
untuk memberikan penjelasan terkait suap
dan gratifikasi. Sebab Pimpinan Bawaslu
tidak ingin jajarannya terjerat dengan kasus suap dan gratifikasi.
Saya sengaja mengundang KPK
untuk mensosialisasikan aturan-aturan

terkait gratifikasi,
kita mesti membuat
aturan-aturan untuk
mengendalikan gratifikasi, kata Gunawan saat membuka diskusi Struktural
Bawaslu RI dengan
Tim KPK.
Gratifikasi dalam
penjelasan pasal 12
B Undang-undang
CHRISTINA KARTIKA
nomor 31/1999
Tim KPK menyambangi Bawaslu terkait sosialisasi pengendalian
juncto Undanggratifikasi. Hadir dari Bawaslu antara lain: Pimpinan Bawaslu, Enundang
nomor
dang Wihdatiningtyas, Sekjen Bawaslu Gunawan Suswantoro, 4
20/2001 diartikan kepala Biro di lingkungan Bawaslu RI, Pejabat eselon III dan Pejasebagai
pembe- bat Eselon IV.
rian dalam arti luas.
diterimanya gratifikasi kepada KPK.
Meliputi uang/seGratifikasi itu sangat dekat dengan
tara uang, barang, rabat/diskon. pinjaman
suap,
KPK bisa menelusuri bagaimana
tanpa bunga, komisi, pengobatan cumasebenarnya
prosesnya itu, kata Rusfian.
cuma, tiket perjalanan, perjalanan wisata,
Ancaman
hukum bagi penerima gratifasilitas penginapan dan fasilitas lainnya.
fikasi
adalah
pidana
penjara seumur hidup
Gratifikasi dianggap sebagai suap apabila
atau
4-20
tahun
dan
denda Rp. 200 juta
berhubungan dengan jabatan dan berten
Rp
1
Miliar.
Penerima
gratifikasi dalam
tangan dengan tugas atau kewajibannya.
UU
No
31/1999
Juncto
UU No 20/2001
Terkait gratifikasi Koordinator Tim
adalah
pegawai
negeri
dan
penyelenggara
KPK Maruli mengingatkan, agar jangan
negara.
Pegawai
negeri
yang
dimaksud tihanya dilihat perspektif hukumnya saja
dak
hanya
PNS
sebagaimana
diatur dalam
melainkan juga perspektif etika. Sebab
UU
kepegawaian
melainkan
semua
orang
pemberian gratifikasi sangat terkait denyang
gajinya
bersumber
dari
keuangan
gan jabatan atau kedudukan seseorang,
sekalipun pemberi gratifikasi adalah te- negara atau daerah.
Hadir dalam sosialisasi pengendalian
man dekat atau keluarga. Terkait persgratifikasi
oleh KPK antara lain Komispektif etika, gratifikasi dikelompokkan
ioner
Bawaslu,
Endang Wihdatiningtyas,
menjadi kategori suap yakni pemberian
Sekjend
Bawaslu
Gunawan Suswantoro,
untuk melakukan sesuatu, kategori kediempat
Kepala
Biro
di lingkungan Banasan yakni menerima fasilitas lain dalam
waslu
RI,
Pejabat
eselon
III dan Pejabat
perjalanan dinasnya, dan non kedinasan
Eselon
IV.
Pimpinan
Bawaslu
pada kesmisalnya menerima sesuatu dari kerabatempatan
tersebut
meminta
KPK
untuk tunya terkait jabatannya.
rut
serta
dalam
acara-acara
besar
Bawaslu
Sementara itu Rusfian, anggota Tim
di
berbagai
daerah
baik
internal
maupun
KPK menjelaskan sanksi pidana gratifiyang
melibatkan
stakeholder,
tujuannya
kasi sebagaimana diatur dalam UU Nomor 31/1999 juncto UU Nomor 20/2001 agar KPK bisa sekaligus mensosialisapasal 12 C ayat (1) dengan sendirinya sikan pengendalian gratifikasi di jajaran
akan gugur apabila penerima gratifikasi Bawaslu. Hal itu sudah mulai dirintis bemelaporkan gratifikasi yang diterimanya berapa kali sejak tahun 2013 dalam acara
dalam jangka waktu 30 hari kerja sejak rakor stakeholder Pemilukada.[RS]

10

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Bawaslu Minta Bantuan KPK


Terkait Dana Kampanye

JAKARTA -- Maraknya praktik suap,


gratifikasi dan pencucian uang menjelang
pesta demokrasi, Pemilu 2014 perlu disikapi secara serius. Berbagai pihak mulai
dari pengamat dan jajaran penegak hukum mengingatkan, agar pesta demokrasi
2014, tidak dikotori dengan praktik gratifikasi dan bahkan pencucian uang baik
oleh calon anggota legislatif maupun partai politik peserta Pemilu 2014.
Mensikapi hal tersebut, Badan Pengawas
Pemilu Republik Indonesia (Bawaslu RI)
di awal tahun 2014, meminta bantuan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
bersama-sama merumuskan aturan main
terkait gratifikasi dalam perhelatan Pemilu tahun 2014. Sebab, Bawaslu mengalami kesulitan mengidentifikasi apakah
sumbangan dana kampanye Pemilu bagi
calon legislatif dan partai politik dapat dikategorikan sebagai gratifikasi.
Kepala Biro Teknis Penyelenggaraan
dan Pengawasan Pemilu (TP3), Bernard
D. Sutrisno dan Plt Kabag Penanganan
Pelanggaran Yusti Erlina dalam diskusi
dengan Tim KPK bidang pencegahan,
Senin (13/1), menanyakan isi Peraturan
KPU Nomor 17 tahun 2013 tentang Pelaporan Dana Kampanye yang mengacu
pada Undang-undang Nomor 8 Tahun
2012.
Dalam PKPU tersebut disebutkan caleg
DPD dapat menerima sumbangan dari
perseorangan maksimal sebesar Rp 250
juta dan sumbangan dari perusahaan
sebesar maksimal Rp 500 juta. Sedangkan parpol dapat menerima sumbagan
perorangan maksimal Rp 1 miliar dan
dari perusahaan/kelompok sebesar Rp 7,5
miliar.
Hal ini dinilai bertolak belakang dengan
nafas pemberantasan tindak pidana korupsi, sebagaimana isi penjelasan pasal
12 B UU Nomor 31/1999 juncto UU Nomor 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana
Korupsi. Penjelasan pasal tersebut menjabarkan bahwa gratifikasi merupakan
pemberian dalam artian luas. Sementara
dalam UU Nomor 8 tahun 2012 tentang
Pemilu, parpol boleh mendapatkan sumbangan dana kampanye baik dari anggot-

Sekjen Bawaslu, Gunawan Suswantoro dan Tim KPK


anya maupun pihak lain.
Misalnya anggota DPD incumbent (masih menjabat) mencalonkan diri lagi dalam
Pemilu 2014, lalu dia atau partai yang ada
di DPR menerima sumbangan kampanye
dari perorangan atau kelompok, apakah
itu dapat dikategorikan gratifikasi juga?.
Ini kan ada dasar aturannya yang berbeda, kata Yusti saat diskusi pengendalian
gratifikasi oleh KPK.
Sementara itu, Maruli Tua, Koordinator
Tim KPK bidang pencegahan menegaskan dalam aturan perundang-undangan
tidak ada batasan jumlah pemberian
gratifikasi. Gratifikasi dipahami sebagai
pemberian dengan harapan mendapatkan
imbalan bagi para penyelenggara negara
dan pejabat publik.
Sebenarnya batasan nilai pemberian
gratifikasi tidak ada dalam undangundang, justru kalau ada batasan akan
menimbulkan polemik baru, perdebatan
baru, kata Maruli Tua, Koordinator Tim
KPK bidang pencegahan.
Sejumlah persoalan terkait sumbangan
dana kampanye baik kepada parpol dan
caleg dipertanyakan kepada tim KPK.
Hal ini dimaksudkan guna meminimalisir
polemik dan sengketa antarpeserta Pemilu manakala sumbangan dana kampanye
ini pada akhirnya dikategorikan dengan
gratifikasi.
Terkait hal ini,Sekjend Bawaslu Gunawan

11

CHRISTINA KARTIKAWATI

Suswantoro meminta bantuan KPK untuk


membantu tim internal Bawaslu merumuskan aturan main pengawasan dana
kampanye ini. Selain itu juga perlu ada
tindak lanjut antara Bawaslu, DKPP dan
KPU secara bersama-sama merumuskan
indikator-indikator atau kriteria untuk
mewujudkan Pemilu bersih dan jurdil
dalam kaitannya dengan pengendalian
gratifikasi.
Bawaslu juga perlu membangun sistem
pengendalian gratifikasi yang sifatnya
internal yang berlaku baik di lingkungan
Sekretariat Jenderal Bawaslu RI hingga
ke jajarannya di provinsi, kabupaten dan
kota. Sebab menurut Tim KPK, Maruli
Tua, terdapat beberapa titik rawan gratifikasi di Bawaslu misalnya di lingkungan
internal Bawaslu, gratifikasi dalam proses
pengawasan Pemilu, gratifikasi terselubung dalam bentuk pendanaan Pemilu.
Karenanya perlu dilakukan mapping agar
lebih tepat sasaran dalam pengaturannya.
Bawaslu perlu sistem pengendalian
gratifikasi yang sifatnya internal, artinya
bertujuan bagi semua pejabat dan staff
Bawaslu dan DKPP, ini segera kita tindaklanjuti, kata Guanwan Suswantoro
seraya menambahkan Bawaslu segera
membuat pernyataan komitmen penerapan pengendalian gratifikasi dilingkungannya untuk disampaikan kepada KPK.
[RS]

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

JPPR Laporkan
Dana Kampanye
Mencurigakan

JPPR.OR.ID

MUHAMMAD YUSUF,
Ketua PPATK

SUNANTO,
Manajer Program Pemantau JPPR

embaga Swadaya Masyarakat


(LSM) Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) melaporkan adanya kejanggalan dalam laporan
dana kampanye peserta Pemilu ke Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu). Dalam data
yang didapat, jumlah penerimaan partai
dalam bentuk barang dan jasa sebesar 93
persen, dan hanya 7 persen saja yang berbentuk uang.
Jika dalam bentuk barang dan jasa,
maka KPU dan Pusat Pelaporan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK) akan sulit
untuk melacak dan menelusuri keberadaan
dana parpol tersebut dalam proses audit,
ungkap Manajer Program Pemantau JPPR
Sunanto, usai melaporkan laporan tersebut
ke Bawaslu, di Jakarta, Selasa (7/1).
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, perbandingan antara jumlah sumbangan barang dan jasa dengan uang sangat timpang
dan mencurigakan. Sumbangan dalam
bentuk jasa dan barang mencapai Rp
907.395.692.165 atau 93 persen, sementara sumbangan dalam bentuk uang hanya
Rp 67.620.388.803 atau 7 persen saja.
Sebelumnya, PPATK menjelaskan
bahwa pada awal 2013 banyak transaksi
mencurigakan terjadi, karena mulai meningkatnya aktivitas kePemiluan. Bahkan,
PPATK menemukan adanya partai politik

yang tidak memiliki uang yang banyak


di rekeningnya, tetapi aktivitasnya cukup
banyak.
Diduga kenaikan ini merupakan bentuk upaya untuk melakukan politik uang.
Perlu penelusuran lebih jauh untuk dilaporkan kepada Penyelenggara Pemilu,
ujar Ketua PPATK Muhammad Yusuf,
akhir 2013 lalu.
Sementara itu, Koordinator JPPR M.
Afifuddin mengungkapkan fakta adanya
ketidakseragamaan pelaporan dana kampanye yang dimasukkan ke KPU. Berdasarkan analisa, banyak kekurangan
dalam pelaporan penerimaan sumbangan
dana kampanye parpol yang dimasukkan
ke Komisi Pemilihan Umum.
Ada partai yang menyerahkan dana
pengeluaran dana caleg sebagai dana
sumbangan partai politik, namun ada juga
partai yang tidak menyerahkan, tuturnya.
Selain itu, ia mengkritik transparansi
laporan dana kampanye partai politik yang
dipublikasikan oleh KPU. Menurutnya,
daftar laporan penerimaan sumbangan
parpol di laman KPU belum benar-benar
dapat menggambarkan penerimaan partai
politik dan asal-usulnya secara jelas.
Dalam daftar laporan yang terdapat di
laman resmi KPU tak sesuai dengan yang
diatur dalam PKPU No. 17 tentang Pedo-

12

KOMPAS.COM

man Pelaporan Dana Kampanye,, ujar


Afifuddin.
Sementara itu, Ketua Bawaslu Muhammad mengatakan menyambut baik
temuan PPATK dan JPPR terkait transaksi
mencurigakan para caleg dan parpol. Jika
benar terbukti, mereka akan terkena sanksi berat. Itu bisa membatalkan kemenangan seseorang.
Jelas sekali pasalnya. Jadi money
politics yang terbukti, bisa menggagalkan kemenangan caleg. Tak hanya caleg,
sanksi juga dapat diberikan kepada parpol berperan dalm praktik money politics
tersebut, pungkasnya.
Sejauh ini, Bawaslu dan PPATK juga
sudah melaksanakan kerjasama terkait
dana-dana mencurigakan peserta Pemilu.
Bawaslu berharap, PPTK dapat melaporkan adanya kecurigaan transaksi kepada
Bawaslu untuk segera ditindaklanjuti.
[FS]

Politik itu mahal,


bahkan untuk kalahpun
kita harus mengeluarkan
banyak uang.
- Anonim

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Sekjen Bawaslu:
Bendahara Harus
Tertib Menyusun
Laporan Keuangan

Gunawan Suswantoro, SH, M.Si


Sekretaris Jenderal Bawaslu RI

adan Pengawas Pemilu mengadakan kegiatan sosialisasi Penyusunan Laporan Keuangan dan Kebijakan Akuntansi Akhir Tahun 2013 yang
dilaksanakan di Jakarta, Kamis (23/1)
hingga Sabtu (25/1).
Tujuan diselenggarakannya kegiatan
sosialisasi ini untuk menciptakan laporan
keuangan yang akuntabel dan transparan,

sebagaimana
diamanatkan
Undang Undang Nomor
17 Tahun 2003
tentang
Keuangan
Negara dan Undang
Undang Nomor 22
Tahun 2012 tentang
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Negara
(APBN) Tahun

Anggaran 2012.
Menteri/pimpinan lembaga negara
sebagai pengguna anggaran/barang mempunyai tugas antara lain menyusun dan
menyampaikan laporan keuangan kementerian/lembaga negara yang dipimpinnya, jelas Sekjen Bawaslu, Gunawan
Suswantoro.
Bawaslu berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan laporan pertanggung jawaban atas pelaksanaan APBN,
dengan menyusun laporan keuangan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas

laporan keuangan, paparnya.


Sekjen Bawaslu, Gunawan Suswantoro mengharapkan laporan keuangan tersebut dapat memberikan informasi yang
berguna kepada para pemakai laporan,
khususnya sebagai sarana untuk meningkatkan akuntabilitas/pertanggung jawaban dan transparansi pengelolaan keuangan negara. Laporan keuangan ini, juga
dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada manajemen dalam pengambilan
keputusan, dalam usaha mewujudkan
tata kelola pemerintahan yang baik.
Karena itu, bendahara pengeluaran dan staf operator komputer pengelola keuangan Bawaslu Provinsi dapat
mengimplementasikan ilmu yang diperoleh dari kegiatan sosialisasi ini dengan
sebaik-baiknya.
Selain itu, Sekjen Bawaslu, Gunawan
Suswantoro menekankan agar bendahara
dapat tertib membuat laporan keuangan.
Bendahara diminta untuk memahami betul tata cara pelaporan keuangan di tahun
2014, sehingga dapat dilaksanakan secara
tertib dan sesuai aturan. [CK]

FOTO-FOTO: CHRISTINA KARTIKAWATI

Peserta Sosialisasi Penyusunan Laporan Keuangan dan Kebijakan Akuntansi

13

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Yusfitriadi
Sang Generator Relawan
Pengawas Pemilu
Bekerja konkret dan tak
banyak bicara., itulah kira-kira yang
pantas disematkan pada mantan
Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Yusfitriadi. Dengan pengalamannya di dunia
kePemiluan, ia berharap kontribusinya
akan membuahkan hasil yang manis dan
berguna bagi perkembangan demokrasi.
Sebagai seorang aktivis sejak era reformasi, Yusfitriadi tidak jarang memberikan kritik keras dan tajam pada pemerintah terutama dalam kaitan perkembangan
demokrasi lewat Pemilu. Namun, kemampuan analisanya ini tidak hanya dipergunakan hanya untuk mengkritik saja,
tetapi juga memberikan kontribusi nyata
sebagai aktualisasi pengalaman yang pernah didapatnya.
Karena itulah, ia didaulat menjadi
Ketua Kelompok Kerja Nasional Gerakan
Satu Juta Relawan Pengawas Pemilu.
Tanggung jawab yang cukup berat mengingat harapan dan tuntutan masyarakat
terhadap gerakan ini cukup penting dan
signifikan, terutama dalam rangka mengawasi tahapan Pemilu ke depan.
Gerakan Satu Juta Relawan Pengawas
Pemilu merupakan sebuah gerakan yang
diinisiasi oleh Bawaslu, sebagai gerakan
moral untuk meningkatkan partisipasi
pemilih, terutama pemilih pemula, dan
melibatkanya secara aktif dalam pengawasan Pemilu. Selama ini, banyak pemilih pemula yang cenderung apatis terhadap Pemilu karena kurang dilibatkan dan
diikutsertakan dalam Pemilu itu sendiri.
Yusfitriadi mengatakan, selain sebagai
gerakan yang berupaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, gerakan ini
juga diharapkan dapat menekan segala
bentuk politik transaksional yang terjadi
di masyarakat. Seperti yang kita tahu, saat
ini praktik money politics masih sering
terjadi dan bukan lagi menjadi hal yang

dilarang dalam masyarakat,


untuk itulah gerakan sejuta
relawan pengawas Pemilu ini dibutuhkan.

Sebagian
pihak
sempat
meragukan target relawan pengawas Pemilu akan tercapai,
baik dari segi jumlah dan dari
segi kualitas. Dari segi jumlah,
relawan pengawas Pemilu diharapkan benar-benar mencapai
angka sejuta atau lebih, dengan
begitu akan gerakan ini akan
terlihat lebih masif. SedangDOK. HUMAS
kan secara kualitas, masyaraYusfitriadi
kat berharap gerakan ini dapat
Koord. Pokjanas Sejuta Relawan Pengawas Pemilu
memberikan kontribusi pengana mengubah pola pikir masyarakat terwasan yang positif dan bermanfaat, walapun gerakan ini tidak dibayar hadap Pemilu. Selama ini Pemilu selalu
dianggap sebagai pesta demokrasi bagi
sepeserpun.
Namun, di balik itu, ia yakin gerakan segelintir orang saja. Hanya penyelengini mampu membawa perubahan terhadap gara Pemilu dan orang-orang yang berkenasib Pemilu 204 ini. Gerakan relawan pentingan yang harus peduli pada Pemilu.
Pandangan tersebut salah. Pemilih
akan mengawasi penyelenggaraan Pemilu sejak masa kampanye, pungut hitung merupakan Stakeholders terbesar dalam
Pemilu. Sehingga pemilih memiliki daya
sampai pada rekapitulasi suara.
Berbeda dengan tugas para para saksi tawar yang tinggi terhadap Pemilu. Artidan pengawas Pemilu di tingkat lapangan, nya, sukses atau tidaknya Pemilu juga terrelawan tidak hanya bertugas saat Pemilu gantung pada pemilih, ujarnya.
Oleh karena itu, menurutnya pemilih
berlangsung, tetapi sebelum Pemilu dengan memperhatikan dinamika politik harus mendapatkan edukasi yang benar
yang terjadi di TPS. Setiap TPS akan di- terhadap Pemilu, agar tindakannya ke
tempatkan 2 relawan. Adapun tugasnya depan juga benar. Salah satunya melalui
menurut Yusfitriadi ialah menyampaikan Gerakan Satu Juta Relawan Pengawas
informasi ke Bawaslu bila ditemukan ma- Pemilu. Ia akan berupaya menjadi generator, untuk membangkitkan relawan
salah atau pelanggaran di TPS.
Salah satu yang ditekankan oleh Yusfi- pengawas Pemilu menjadi berarti dan
triadi dalam gerakan ini, adalah bagaima- bermanfaat. [FS]

14

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Divisi Pengawasan

Bawaslu Gelar Rakernis Pengawasan


Pemilu Legislatif 2014
Badan Pengawas Pemilu
(Bawaslu)
menggelar Rapat Kerja
Teknis (Rakernis)
Persiapan Pengawasan
Pemilu Anggota DPR, DPD,
dan DPRD Tahun 2014 di
Jakarta, Jumat (27/12).

akernis yang dihadiri oleh


Pimpinan Bawaslu Nasrullah,
Daniel Zuchron dan Endang
Wihdatiningtyas ini, sebagai
evaluasi pengawasan tahapan Pemilu
legislatif untuk mengindentifikasi bentuk pencegahan pelanggaran, termasuk
kelemahan atau hambatan dalam pelaksanaan teknis pengawasan tahapan Pemilu,
juga untuk mengidentifikasi temuantemuan dugaan pelanggaran Pemilu yang
memungkinkan mempengaruhi proses
dan pelaksanaan Pemilu, dan yang terakhir adalah untuk mengidentifikasi tindaklanjut temuan oleh Pengawas Pemilu.
Demikian yang disampaikan oleh Tim
Asistensi Bawaslu RI, Muhammad Turmudzi sebagai salah satu fasilitator dalam
Rakernis tersebut.
Pimpinan Bawaslu, Nasrullah dalam
sambutan pembukaan menyampaikan
bahwa seluruh tahapan penyelenggaraan
Pemilu pada tahun 2013 ini semestinya
juga dilakukan evaluasi terhadap keBawaslu-an, jadi tidak hanya membahas

tentang rangkaian tahapan


apalagi (hanya) subsektor
pengawasan tetapi juga prinsip dasar ke-Bawaslu-an
ini, pada aspek struktural
dan administrasi, tentunya juga dalam domain
pengawasan, penindakan pelanggaran dan
wilayah yang sifatnya support system
dari jiwa atau
roh
Ba-

waslu
menyangkut pengawasan dan penindakan pelanggaran,
misalnya kehumasan
dan sosialisasi.
Sementara itu dalam
kesempatan yang sama, Daniel
Zuchron menyatakan Rakernis ini
untuk melakukan evaluasi terhadap
metode dan kebijakan teknis serta
hasil pengawasan pada tahapan
yang telah berlangsung dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan
bagi penyusunan metode dan kebijakan teknis dalam pengawasan
tahapan selanjutnya. Sehingga
akselerasi kinerja dan pelaporan
Bawaslu Provinsi dan jajarannya
menjadi cepat, efektif, dan terkendali.
Jadi fokus dari target rencana kita,
goal-nya adalah akselerasi (percepatan), sehingga kita tidak lagi berada pada
track yang lambat, tetapi sudah semakin
cepat. Oleh karena itu evaluasi ini penting
karena kami melihat akselerasinya belum
jalan, sehingga percepatan, efektivitas,
dan pengendalian ini terhambat. Hal-hal
seperti ini yang kita buka dalam rapat
ini, sehingga kebijakan pengawasan Ba-

15

DANIEL ZUCHRON

Koordinator Divisi Pengawasan

waslu RI yang dihasilkan dari Rakernis


ini, telah memperhitungkan aspek-aspek
masukan dari Bawaslu Provinsi. ujar
Daniel.
Rakernis yang berlangsung hingga,
Minggu (29/12) ini dihadiri oleh seluruh
Bawaslu Provinsi, Tim Asistensi Divisi
Pengawasan dan Staf Biro TP3 Setjen
Bawaslu RI dan ditutup oleh Pimpinan
Bawaslu RI, Daniel Zuchron.
[MZ]

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Divisi Organisasi dan SDM

Bawaslu Rekrut CPNS Pertama

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Bawaslu, Gunawan Suswantoro (tengah) didampingi Kepala Biro Hukum, Humas, dan Pengawasan Internal (H2PI), Jajang Abdullah (kedua dari kanan), Plt. Kepala Biro Administrasi, Dermawan A. Santoso
(kedua dari kiri), dan Kepala Bagian Laporan dan Temuan, Yusti Erlina, dan Kepala BagianPersidangan DKPP, Osbin
Samosir.

Badan Pengawas Pemilu


(Bawaslu) akhirnya menerima
sebanyak 32 orang Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
pertama kali dalam sejarah keberadaan Bawaslu. Kepastian
tersebut berdasarkan serangkaian Tes Kemampuan Dasar
(TKD) dan Tes Kemampuan
Bidang (TKB) yang telah dilaksanakan beberapa waktu lalu.

eputusan tersebut diumumkan


oleh Bawaslu melalui Pengumuman Nomor: 001/Peng/
Bawaslu/I/2014 Tentang Kelulusan
Peserta Seleksi Calon Pegawai Negeri
Sipil Badan Pengawas Pemilihan Umum
Tahun 2013.
Selanjutnya CPNS diminta segera
melakukan orientasi dan pengenalan
terhadap lembaga. Para CPNS yang
mengikuti orientasi itu diminta segera
beradaptasi dengan cepat dalam rangka
mendukung pengawasan proses dan
tahapan Pemilu yang sedang berjalan.
Banyak hal baru yang akan dipelajari di
lembaga ini. Kami berharap anda segera
beradaptasi, dan disiplin dengan tugas

16

dan pekerjaan yang ada di Bawaslu,


kata Ketua Bawaslu, Muhammad, menyambut kedatangan CPNS Bawaslu.
Hadir dalam orientasi tersebut, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Bawaslu, Gunawan Suswantoro, Kepala Biro Hukum,
Humas, dan Pengawasan Internal (H2PI),
Jajang Abdullah, Plt. Kepala Biro Administrasi, Dermawan A. Santoso, dan
Kepala Biro Administrasi DKPP, Ahmad
Khumaidi.
Menurut Muhammad, mereka yang
lulus sebagai CPNS Bawaslu yang
jumlahnya 32 orang sudah merupakan
hasil seleksi yang sangat ketat. Dari hasil
ujian, mereka dinilai memiliki perolehan
nilai yang cukup tinggi, dan lulus standar

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Divisi Organisasi dan SDM


nasional dalam proses perekrutan CPNS.
Muhammad menegaskan, dalam
proses perekrutan CPNS di Bawaslu,
mereka yang lulus sama sekali tidak
ada yang dibantu oleh unsur pimpinan
maupun pejabat di jajaran Sekretariat
Jenderal Bawaslu. Semua CPNS yang
lulus tersebut, murni hasil kerja keras
mereka saat mengikuti ujian.
CPNS yang mengikuti masa orientasi
itu dinyatakan lulus murni. Karena anda
masuk ke Bawaslu tanpa menggunakan
uang sepeser pun, maka ketika menjalankan tugasnya di Bawaslu, anda juga
tidak boleh menerima uang yang bukan
milik anda, tutur Muhammad, mengingatkan.
Hal yang sama juga dibenarkan
Sekjen Bawaslu, Gunawan Suswantoro.
Menurutnya, proses perekrutan CPNS di
lingkungan Sekretariat Jenderal Bawaslu
itu berlangsung secara murni, dan menjadi barometer dalam perekrutan CPNS

Karena anda masuk (CPNS) Bawaslu


tanpa menggunakan
uang sepeser pun,
maka ketika menjalankan tugas, anda
juga tidak
boleh menerima
uang yang bukan
milik anda

Bawaslu di kemudian hari.


Selain itu, menurut Gunawan, Bawaslu sebagai lembaga yang baru saja
ditingkatkan menjadi eselon I, belum
memiliki pegawai organik. Selama ini,
PNS yang berada di Bawaslu merupakan
PNS yang sebagian besar berasal dari
Kementerian Dalam Negeri.
Ke depan, Sekretariat Jenderal Bawaslu akan dipegang oleh PNS yang asli
dari Bawaslu. Sedangkan kami hanya
dipekerjakan di sini, tambah Gunawan.
CPNS di lingkungan Bawaslu terdiri
dari formasi Analis Pengawasan Pemilu,
Penata Laporan Keuangan, Pengelola
Administrasi Keuangan, dan Penata
Komputer Penyelia. CPNS Bawaslu
tersebut dalam waktu dekat akan ditempatkan di masing-masing biro.

Muhammad
[FS]

CPNS Bawaslu RI mendapatkan pengarahan

17

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran

Unsur Kumulatif Kampanye

Terus Jadi Perdebatan


Bawaslu dan Kepolisian
ternyata masih memiliki
ketidaksepahaman soal
pelanggaran pidana pemilu,
khususnya dalam kampanye.
Bawaslu menilai satu unsur
kampanye saja terpenuhi
maka sudah bisa dinyatakan
sebagai kampanye, namun
Kepolisian tidak.

ebelumnya, Bawaslu merekomendasikan iklan Partai Golongan


Karya (Golkar) di televisi swasta
TVOne melanggar pidana Pemilu, namun
setelah diteruskan ke Kepolisian, ternyata
penyidik menghentikan kasus tersebut
karena dianggap tidak memenuhi unsur
kumulatif untuk didefinisikan sebagai
kampanye Pemilu.
Bawaslu, Kejaksaan dan Kepolisian
telah mengadakan rapat Sentra Gakkumdu untuk menyamakan persepsi terkait
proses tindak lanjut Sentra Gakkumdu.
Penyamaan persepsi ini sangat penting,
apalagi perbedaan pemahaman pidana
Pemilu kerap terjadi antara Bawaslu dan
Kepolisian.
Pada Pemilu 2009 lalu, ada sekitar

1.500 kasus yang direkomendasikan Bawaslu dan jajarannya sebagai pelanggaran pidana Pemilu, namun hanya
sekitar dua per-sen saja yang
divonis di pengadilan. Sisanya, hampir sebagian besar
dihentikan oleh pihak penyidik kepolisian.
Hal tersebut tentunya jauh dari
ekspetasi
masyarakat
terhadap
penegakan
hukum
Pemilu.
MasyaraEndang Wihdatiningtyas, SH
kat sangat
berharap
bil langkah tegas. Namun, jika dihentikan
agar ada tindakan cepat dan nyata terha- maka Bawaslu yang akan disalahkan,
dap para pelanggar pidana Pemilu. Den- tambahnya.
gan begitu, masyarakat masih optimis
Sebelumnya, Komisi Penyiaran Indoterhadap Pemilu itu sendiri.
nesia (KPI) sudah menegur beberapa lemDalam sebuah forum, Ketua Bawaslu baga penyiaran publik terkait iklan partai
Muhammad mengatakan, jika terus meli- politik. Mereka dianggap tidak mematuhi
hat secara hitam dan putih terhadap iklan aturan dan tidak memberikan proporsi
partai politik di televisi, maka sampai ka- yang seimbang terhadap penyiaran iklan
panpun, iklan tersebut tidak akan pernah partai politik. KPI juga mendorong agar
bisa dijerat, termasuk parpol dan lembaga lembaga penyiaran, pada saat ini lebih
penyiarannya.
mengedepankan tentang edukasi politik
Padahal masyarakat sudah sangat kepada masyarakat.
terganggu dengan iklan-iklan semacam
Sementara itu Endang Wihdatinitu dan berharap Bawaslu dapat mengam- ingtyas mengatakan bahwa, kesulitan
Bawaslu untuk mencari barang bukti
yang diperlukan bagi penyidik kepolisian
untuk dapat ditindaklujuti adalah tidak
punya kewenangan untuk memaksa para
Bawaslu tidak punya
pihak yang diduga melanggar.
kekuatan memaksa. Jika
Kami hanya bisa mengundang pihakada bukti yang belum dapat
pihak terkait dengan dugaan pelanggaran
kami lengkapi, maka penyitersebut untuk memberikan klarifikasi.
dik dapat mengambil peran
Bawaslu tidak punya kekuatan memaksa.
tersebut, karena punya
Jika ada bukti yang belum dapat kami
kekuatan memaksa
lengkapi, maka penyidik dapat mengambil peran tersebut, karena pu nya kekuatan
memaksa, jelas Endang. [FS]

18

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Divisi Sosialisasi, Humas dan Hubungan Antar Lembaga

Politisasi Media,Bukan
Jaminan Menang Pemilu
Akhir-akhir ini, masyarakat disuguhkan
dengan berbagai macam iklan tokoh yang
mengaku dirinya calon presiden. Tokohtokoh tersebut dengan percaya diri mengumumkan visi dan misi serta janji saat terpilih
menjadi presiden nanti. Padahal, tahapan Pemilu presiden saja belum dimulai.
Bukan secara kebetulan, para pemimpin
yang narsis sebagai calon presiden dan calon
wakil presiden, yang tampil di media elektronik adalah pemilik media tersebut, atau
setidaknya investor yang menanam saham di
media elektonik tersebut. Media elektronik
yang seharusnya menjadi milik publik, justru
menjadi alat propaganda salah satu pihak.
Narsisme sendiri berasal dari bahasa Belanda yang berarti membanggakan diri sendiri secara berlebihan dan terkadang tidak sesuai dengan kenyataan. Apa yang ditampilkan
di media bisa jadi hanya pencitraan, untuk
menarik minat masyarakat memilihnya pada
Pilpres mendatang.
Namun, apakah tindakan tersebut
dibenarkan? Secara Undang-Undang (UU)
gaya pemilik media yang narsis menyatakan
mereka Capres dan Cawapres tidak melanggar. Pasalnya, tahapan Pilpres sendiri belum
dimulai, sehingga kampanye model seperti
ini belum dilarang. Namun, akan menjadi
pelanggaran jika diserta dengan logo partai,
nomor urut serta visi misi partai, serta adanya ajakan memilih partai tersebut.
Dalam UU No. 8 Tahun 2012 Tentang
Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD
masa kampanye di media elektronik serta
kampanye dalam bentuk rapat umum belum
diperbolehkan. Tahapan tersebut baru diperbolehkan pada 21 hari sebelum masa tenang.
Kasus Sutiyoso (Ketum PKP Indonesia) di
Jawa Tengah yang divonis bersalah karena
melakukan rapat umum menjadi sebuah contoh bahwa, pelanggaran pidana terhadap ketentuan tersebut tidak main-main.
Namun sepertinya pemilik media tidak mengindahkan hal-hal tersebut. Mereka tetap melakukan semacam sosialisasi di
media mereka dengan memakai logo partai,
nomor urut namun cenderung dengan bermain aman, sehingga pelanggaran pidana
Pemilu sulit dikenakan. Peran Bawaslu dan
Komisi Pemilihan Umum (KPU) sangat ditentukan dalam hal ini.
Pimpinan Bawaslu Nasrullah mengatakan bahwa masyarakat sudah cerdas

untuk menilai bahwa media yang mempropagandakan seseorang, hanya karena kedekatan media tersebut dengan orang yang
mengaku capres tersebut. Pesan-pesan
yang disampaikan, juga belum tentu benarbenar
menggambarkan dia
sebagai
capres dan
cawapres.
Masyarakat sebagai pemilih
sudah cerdas untuk menilai
iklan tersebut. Frekuensi
tayangan mereka seharihari, bisa jadi bukan menarik simpatik masyarakat,
tetapi membuat masyarakat jenuh dan berbalik mengkritik, tuturnya.
Ia juga menambahkan masyarakat juga
paham, bahwa tahapan Pemilu presiden saja
belum dimulai, tetapi sudah ada capres yang
berkeliaran di televisi. Sering tampil di
televisi bukan jaminan ia akan dipilih, termasuk mempolitisisasi media, tambah Nasrullah.
Ditegur KPI
Sementara itu, selama 3 (tiga) bulan terakhir, September-November 2013, KPI telah
melakukan pemantauan pada seluruh lembaga penyiaran. Dari pemantauan tersebut,
KPI berkesimpulan terdapat 6 (enam) lembaga penyiaran yang telah dinilai tidak proporsional dalam penyiaran politik. Termasuk
terdapat iklan politik yang menurut penilaian
KPI mengandung unsur kampanye. Keenam
lembaga penyiaran itu adalah RCTI, MNC
TV, Global TV, ANTV, TV One dan Metro
TV.
KPI menilai, enam stasiun televisi tersebut telah bertindak tidak proporsional dan
tidak menjunjung tinggi netralitas dalam
hal penyiaran. Padahal, lembaga penyiaran
tersebut menggunakan frekuensi publik.
Menurut Komisioner KPI, Bekti Nugroho masyarakat sudah bisa menilai media
massa elektronik maupun cetak yang secara
kasat mata berafiliasi dengan salah satu partai tertentu. Sehingga mereka juga bisa menilai apa yang ditampilkan mereka di media
benar atau tidak adanya. Dampakya, media
tersebut bisa saja ditinggalkan oleh masyara-

19

Nasrullah, SH
kat.

Politisi yang tampil di media miliknya


terus menerus, juga akan membuat masyarakat jenuh. Apalagi tidak atau belum ada
prestasi yang dimilikinya, ujar Bekti barubaru ini.
Untuk informasi, KPI telah memanggil
dan menyampaikan teguran pada 6 (enam)
stasiun televisi tersebut. Teguran ini wajib
menjadi evaluasi bagi lembaga penyiaran,
agar menjalankan fungsi dan perannya yang
sesuai dengan amanat undang-undang penyiaran. Dalam pertemuan tersebut, lembaga
penyiaran menerima masukan dan berjanji
akan memperbaiki programnya, serta merencanakan program iklan layanan masyarakat
(ILM) tentang pemilihan umum.
Bekti juga sadar, bahwa redaksi media
massa tersebut juga tidak bisa disalahkan
begitu saja. Intervensi dari pemilik modal
yang luar biasa menjadi salah satu penyebab
media-media ini tampak terlihat berafiliasi
dengan partai politik.
Jurnalis dalam redaksi sebenarnya tidak
takut pada siapapun, termasuk menteri, pejabat, bahkan presiden. Ia hanya takut pada
si pemilik modal. Oleh karena itu, pemilik
modal bebas berintervensi terhadap redaksinya, ujar Bekti.
Sementara itu, Pimpinan Bawaslu Nasrullah mengatakan bahwa orang yang mengaku Capres dan Cawapres tersebut terlalu
percaya diri, padahal tahapan Pilpres saja belum dimulai. Belum tentu partai yang mereka dukung mencapai presidential threshold
sebesar 20 persen pada Pilpres mendatang,
tuturnya. [FS]

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Pentingnya Transparansi
Dana Kampanye

khir Desember 2013


lalu, 12 partai politik resmi menyerahkan laporan
sumbangan dana kampanye kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Namun, dari beberapa laporan tersebut,
beberapa pihak menilai laporan tersebut
belum mencerminkan transparansi partai
politik terhadap posisi keuangan peserta
pemilu.
Sebenarnya mengapa laporan sumbangan dana kampanye itu penting dilaporkan, dan mengapa transparansi tersebut harus dijunjung tinggi? Pertanyaan
tersebut sering dilupakan oleh partai politik, dan cenderung asal-asalan dalam melaporkan.
Dalam prosesi politik seperti Pemilu, biarpun bukan merupakan faktor
yang utama, uang bisa jadi pendukung
kemenangan bagi peserta pemilu dalam
kontestasinya. Bahkan, terkadang uang
bisa berubah posisi menjadi faktor utama
penentu kemenangan.
Tidak dapat dipungkiri, dari data Bank
Indonesia, setiap kali pelaksanaan Pemilu
perputaran uang meningkat tajam daripada sebelumnya. Bahkan, data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK) menyebut selama tahun 2013,
banyak transaksi yang mencurigakan
telah terjadi.
Namun, semua itu seperti samar saat
partai politik melaporkan dana sumbangannya kepada KPU. Dari data tersebut
tidak terlihat bagaimana data yang digambarkan oleh BI dan PPATK tersebut. Artinya, laporan yang tertulis ternyat tidak
sesuai dengan realitas yang ada.
Indonesian Corruption Watch (ICW)
mengungkapkan bahwa pentingnya
transparansi dana kampanye, agar masyarakat dapat melihat dan meyakinkan
tidak ada potensi korupsi serta tindak
pidana pencucian yang terjadi.
Apa hubungannya tindak pidana korupsi dan pencucian uang dengan tuntutan tranparansi dana kampanye? Tidak
bisa dipungkiri dan ternyata bukan secara
kebetulan tindak pidana korupsi dan pencucian uang meningkat jelang pemilu.

ANTARA/Rosa Panggabean

Abdullah Dahlan - ICW


Dugaanya ada pihak-pihak yang menggunakan uang negara untuk kepentingan
politik dan sebagainya.
Wakil Koordinator ICW Ade Irawan
mengatakan, dari hasil penelitiannya,
jelang kampanye Pemilu Tahun 2014, potensi penyalahgunaan uang negara, dan

Patut diawasi adalah


penggunaan APBN dan APBD
yang rawan disalahgunakan
untuk kampanye para Caleg.
Penyalahgunaan tersebut
tidak terlalu terlihat
karena diselimuti oleh programprogram pemerintah

tindak pidana pencucian uang semakin


berpeluang terjadi.
Patut diawasi adalah penggunaan APBN
dan APBD yang rawan disalahgunakan
untuk kampanye para Caleg. Penyalahgunaan tersebut tidak terlalu terlihat karena
diselimuti oleh program-program pemerintah, tuturnya.
Koordinator Divisi Politik ICW
Abdullah Dahlan bahkan mengatakan

20

TEMPO/Seto Wardhana

Ade Irawan - ICW


laporan dana kampanye yang disampaikan oleh partai politik tidak jujur dan tidak sesuai kenyataan. Bisa dibayangkan,
sebesar 93 persen laporan sumbangan
berbentuk jasa, yang sangat sulit untuk
diaudit oleh lembaga manapun.
Jika sejak awal sudah dibangun tidak
jujur, maka dipastikan ke depan, anggota
dewan yang terpilih juga akan menciptakan kondisi politik yang tidak sehat dan
penuh intrik, tambahnya.
Ketidaktransparanan laporan sumbangan dana kampanye, juga dapat mengindikasikan bahwa caleg-caleg yang melaporkan sumbangannya tersebut secara
tidak jujur, karena hanya melaporkan
sumbangan jasa. Ini penting jadi perhatian, mengingat masyarakat sudah semakin cerdas dan kritis.
Selain itu, laporan sumbangan dana
kampanye hanya mencerminkan partai
politik yang sekadar memenuhi formalitas belaka. Laporan ini tidak dianggap
sebagai bentuk tanggung jawab mereka
terhadap masyarakat yang kelak akan memilih mereka.
Oleh sebab itu, ICW menghimbau
agar semua partai politik dan caleg tidak
terjebak pada pragmatisme dalam laporan
dana kampanye, karena pada nantinya
mereka akan memiliki beban dan akhirnya terjadi praktik penyelewengan anggaran negara.
[FS]

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Demokrasi dan Islam


Wacana Liberalisme dan Implikasi Sosial-Politiknya bagi Indonesia

Oleh : Al Chaidar
(Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh)

asa sekarang pasca runtuhnya


otoritarianisme Orde Baru,
demokrasi merupakan pilihan
terakhir (the last resort) yang eksistensinya pada waktu itu sejumlah partai
politik yang telah membajak demokrasi
dengan berbagai cara : manipulasi pemilu,
pelanggaran pemilu serta munculnya
kelompok-kelompok intoleran yang
semakin mendelegitimasi demokrasi di
Indonesia. Ulah pelanggaran pemilu ini
sebagiannya disebabkan kultur menerabas peraturan dan etika demokrasi yang
sudah melewati ambang batas konstitusional. Banyak kalangan yang mengalami
intelectual fatique atas situasi demokrasi
belgeddes di Indonesia saat ini dan mulai
melirik sistem lain yang berasal dari pemikiran primordial. Demokrasi belgeddes,
yang pertama dikemukakan oleh Abdul
Hamid (2013) dari The Reform Institute,
adalah demokrasi yang semakin entropis
di tengah maraknya apatisme rakyat untuk
berpartisipasi di dalam pemilu yang semakin hari semakin berkurang kualitasnya,
karena sistem pengawasan Pemilu pada
saat itu yang belum mapan.
Tulisan ini ingin melihat sistem lain
dengan mengambil contoh negara Islam
lain di jantung Eropa: Spanyol zaman
Islam (Islamic Spain). Negeri Muslim
dan umat Muslim di Spanyol merupakan
salah satu wilayah yang paling jauh
dari jantung dunia Islam, tetapi sangat
toleran. Bernard Lewis menunjukkan
bahwa Islam yang lebih awal itu, ternyata
cenderung lebih toleran dibanding Islam
yang lebih belakangan. Pada masa Islam
awal itu, banyak pergaulan sosial yang
berlangsung dengan lancar antara kaum
Muslim, Kristen, dan Yahudi. Meskipun
menganut agama-agama yang berbeda,
mereka membentuk sebuah masyarakat yang tunggal, di mana perkawanan
antarpribadi, kemitraan dalam bisnis,
hubungan guru-murid dalam kehidupan
ilmu pengetahuan, dan bentuk-bentuk lain
kegiatan bersama berlangsung normal dan
bahkan sangat umum.
Kerja sama kultural ini tampak dalam

banyak cara. Orang-orang Islam, Kristen,


dan Yahudi hidup dalam suasana penuh
peradaban, saling hormat, dan saling
mengembangkan ilmu pengetahuan dan
seni budaya. Tidak ada sedikit pun diskriminasi. Karena itu, masalah pluralisme
adalah masalah bagaimana kaum Muslim
mengadaptasikan diri mereka dengan
dunia modern.
Hal ini pasti akan melibatkan
masalah-masalah bagaimana mereka
memandang dan menilai sejarah Islam,
dan bagaimana mereka melihat dan menilai perubahan dan keharusan membawa
masuk nilai-nilai Islam yang normatif dan
universal ke dalam dialog dengan realitas
ruang dan waktu.
Sejarah kaum Muslim, seperti halnya
sejarah komunitas umat manusia manapun, selalu memiliki potensi untuk
membuat kesalahan atau berbelok dari
jalan yang benar. Selain karena truisme
sederhana seperti yang dikatakan penyair
Inggris Alexander Pope, yakni bahwa
berbuat salah itu manusiawi, semua
sejarah jelas dengan sendirinya adalah
sejarah manusia, dan tidak ada seorang
manusia biasa pun yang sakral dan suci.
Singkatnya, manusia pada dasarnya
baik, tetapi ia juga lemah. Berkaitan
dengan kelemahan ini, manusia memiliki
potensi untuk mengubah dirinya menjadi
seorang tiran, kapan saja ia memandang
dirinya serba berkecukupan dan tidak lagi
membutuhkan manusia-manusia lain.
Terhadap prinsip ini, harus juga
ditambahkan ajaran Islam yang sangat terkenal bahwa pada mulanya umat manusia
adalah satu dan bahwa semua orang pada
dasarnya sederajat. Dalam hal ini, kaum
Muslim klasik seperti di Spanyol ini telah
berhasil sepenuhnya menginternalisasikan
konsepsi mengenai manusia yang positif
dan optimistik seperti disebutkan di atas.
Sebuah konsepsi yang kemudian menjadikan mereka komunitas yang demikian
kosmopolit dan universalisnya, sehingga
mereka bersedia belajar dan menerima
segala yang bernilai dari pengalamanpengalaman komunitas lain.

21

Demikianlah, peran kaum Muslim


yang awal sebagai salah satu di antara
beberapa komunitas yang menginternasionalisasi ilmu pengetahuan. Dalam setiap
peradaban, orang-orang tertentu meneliti
pada alam itu sendiri sebab-sebab perubahan yang menggejala, bukan pada kemauan manusia atau luar manusia. Meskipun demikian, sebelum orang-orang Arab
mewarisi filsafat alam Yunani dan alkeni
Cina, kemudian meneruskannya ke Barat,
tidak ada badan tunggal ilmu pengetahuan
alam yang diteruskan dari satu peradaban
ke peradaban lain.
Sebaliknya, dalam setiap peradaban,
penelitian tentang alam mengikuti jalan
sendiri-sendiri. Para filsuf Yunani dan
Cina memberi penjelasan yang berbeda
tentang dunia fisik yang sama. Sebagian
besar hasil usaha itu pertama-tama diserap
oleh Islam, yang dari tahun 750 M hingga
akhir Zaman Tengah terbentang dari Spanyol hingga Turkestan. Orang-orang Arab
menyatupadukan badan ilmu pengetahuan
yang luas itu dan menambahnya.
Dalam kesepakatan lain, hal senada
yang juga dikemukakan demikian: adalah
kelebihan orang-orang Arab bahwa,
meskipun mereka merupakan para
pemenang secara militer dan politik, mereka tidak memandang peradaban negerinegeri yang mereka taklukkan dengan
sikap menghina, bahkan Islam menghormati pluralitas dan menghargai kultur
masyarakat yang ada. Sebagai ilustrasi,
segera setelah diketemukan, kekayaan
kebudayaan Syiria, Persia, dan Hindu
mereka salin ke dalam bahasa Arab. Para
khalifah, gubernur, dan tokoh-tokoh
yang lain menyantuni para sarjana yang
melakukan tugas penerjemahan, sehingga
kumpulan ilmu bukan-Islam (non-Islamic
learning) yang luas dapat diperoleh dalam
bahasa Arab. Semangat pluralisme dikembangkan dan toleransi ditegakkan dengan
kasanah intelektual yang diperkaya.

bersambung

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Bawaslu Peringatkan Peserta Pemilu


Sikap tegas ditempuh Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Provinsi
Gorontalo. Seiring maraknya penayangan
iklan kampanye di media massa saat ini,
badan yang bertugas mengawasi pemilu itu
mengeluarkan teguran tegas. Teguran tersebut berupa somasi yang ditujukan kepada
partai politik (parpol) peserta pemilu serta
calon anggota legislatif (caleg) DPR,DPD
dan DPRD.
Dalam Surat Peringatan tertanggal 8
Januari 2014 tersebut ditegaskan, peserta
pemilu dan para caleg DPR,DPD dan DPRD
agar segera menghentikan atau menarik iklan
kampanye pemilu di media massa cetak dan
elektronik, paling lambat Sabtu (11/1) mendatang.

Apabila sampai dengan Senin, 13 Januari mendatang, peserta pemilu atau caleg
DPR, DPD dan DPRD masih memasang
iklan kampanye di media massa dan elektronik, maka Bawaslu akan menindak lanjuti
melalui Sentra Penegakan Hukum Terpadu
(Gakumdu) berdasar ketentuan berdasar ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
tegas Ketua Bawaslu Provinsi Gorontalo
Hasyim M Wantu didampingi Anggota Bawaslu Siti Haslina Said.
Menurut Haslina Said, berdasarkan hasil
inventarisasi dan kajian Bawaslu, penayangan iklan kampanye oleh peserta pemilu dan
caleg telah melanggar ketentuan dan peraturan yang berlaku, yakni pasal 276 pasal 91
(3) Undang-Undang No.8 tahun 2012 tentang

Bawaslu Riau Tuding Caleg


Tidak Transparan

Pemilu Anggota DPR,DPD dan DPRD. Bahkan, kata Haslina, penayangan iklan kampanye tersebut sudah mengarah kepada indikasi
pidana pemilu.
Sejak beberapa waktu lalu, kami sudah
mengadakan sosialisasi baik kepada peserta
pemilu, caleg maupun di kalangan media
dan perguruan-perguruan tinggi terkemuka
di Gorontalo berkaitan ketentuan iklan kampanye. Sehingga setelah kurun waktu yang
cukup panjang itu, Bawaslu saat ini mulai
melakukan penindakan, kata Haslina.
Oleh karena itu Ketua Bawaslu Gorontalo dan Siti Haslina Said selaku Anggota Bawaslu menghimbau peserta pemilu dan caleg
agar kiranya dapat mengikuti ketentuan yang
berlaku. (FS/BawasluGorontalo)

Kelembagaan Bawaslu Provinsi Gorontalo Diperkuat

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Riau mensinyalir


adanya caleg anggota DPR, DPD, dan DPRD Provinsi dan Kabupaten/
Kota yang tidak transparan soal dana kampanye. Dugaan tersebut, berdasarkan laporan yang disampaikan dengan fakta yang ada di lapangan.
Banyak yang tidak sesuai dengan kenyataan. Ada caleg yang
menerima hanya mendapat sumbangan Rp 100 ribu, tetapi memiliki
baliho dimana-mana, kata Ketua Bawaslu Provinsi Riau Edi Syarifuddin.
Tidak hanya itu, tambah Edi, alat peraga kampanye yang bertebaran
dengan ukuran yang besar dan jumlah yang cukup banyak terjadi di
seluruh kabupaten/kota. Padahal, realita laporan dana kampanye tidak
menggambarkan hal tersebut.
Oleh karena itu, Bawaslu Provinsi Riau sudah meminta agar KPU
Provinsi Riau segera mengumumumkan laporan sumbangan dana
kampanye tersebut kepada publik, agar masyarakat bisa menilai sendiri
tentang realitas yang ada.
Sementara itu, Panwaslu Pekanbaru menolak jika diminta untuk
menertibkan alat peraga kampanye yang ada wilayah Pekanbaru.
Menurutnya, Panwaslu bukanlah pihak yang memiliki wewenang
tersebut.
Tugas Panwaslu bukan untuk menurunkan atau mencabut baliho
dan alat peraga kampanye lainnya, kata Ketua Panwaslu Pekanbaru
Budi Chandra.
Pihaknya, tambah Budi, banyak mendapat laporan dari masyarakat
terkait alat peraga kampanye yang diduga melanggar. Kebanyakan
masyarakat meminta Panwaslu untuk segera menurunkan alat peraga
tersebut. Namun, sesuai dengan Peraturan KPU No. 15 tahun 2013
tentang Kampanye, Panwaslu hanya dapat merekomendasikan penurunan alat peraga kepada KPU.
Pemda melalui satpol PP yang bertindak untuk menurunkan alat
peraga kampanye. Karena secara teritori ini merupakan wilayah yang
diatur oleh Pemda, tambahnya. [FS/berbagaisumber]

22

Tiga Pejabat Struktural


Eselon IV Dilantik
2014 adalah tahun politik. Olehnya, seluruh jajaran Badan Pengawas Pemilihan Umum (BAWASLU)
Provinsi Gorontalo, diminta untuk bekerja dengan
optimal dan netral. Hal ini disampaikan oleh ketua
Bawaslu Provinsi Gorontalo, Hasyim M Wantu, dalam
pelantikan dilingkungan Bawaslu Provinsi Gorontalo,
Jumat (10/1) kemarin.
Hasyim meminta pejabat yang dilantik bisa
bekerja dengan baik dan tetap mengedepankan netralitas sebagai aparat pemerintah. Tugas dari Bawaslu
tidak hanya mengawasi peserta partai politik, tetapi
mengawasi diri kita sendiri untuk tidak terlibat dalam
politik. Karena PNS harus netral. Saya yakin pejabat
yang baru dilantik ini, bisa menjalankan amanah yang
diberikan, dan bekerja dengan sungguh-sungguh serta
sesuai tupoksi, ungkapnya.
Adapun pejabat eselon IV yang dilanti1k yakni
Abdul Munir Sj Rauf S.Sos sebagai Kasubag Teknis
Penyelenggaraan Pengawas Pemilu, Irma Soraya A.
Monoarfa, SE sebagai Kasubag Administrasi dan
Marthen Soleman S.STP sebagai Kasubag Hukum,
Humas dan Hubungan Antar Lembaga. Para pejabat ini diangkat dengan SK Sekjen Bawaslu RI No
026-KEP,027-KEP,028-KEP tanggal 7 Januari 2014.
(MNH)

Anekdot Pemilu

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Cerimor (Cerita Humor)


Politisi Berbicara Kepada
Petani

Seorang pendatang baru di dunia


politik sedang berkampanye di suatu
daerah pertanian. Di depan sebuah gubuk
yang reot, ia mencoba berbincangbincang dengan seorang pemuda yang
sedang memerah susu.
Pada saat ia hendak mulai memperkenalkan diri, terdengar suara lelaki tua
memanggil dari dalam rumah, Lukas,
masuk. Dan siapa teman bicaramu itu?
Katanya, dia seorang politisi, pak,
sahut Lukas.
Kalau begitu, sapi itu juga lebih baik
kau bawa masuk!

Proyek Pembangunan
Jembatan

Pada suatu hari seorang dari partai


politik datang ke sebuah kampung untuk
melakukan kampanye pemilihan kepala
daerah.
Kita akan membangun sebuah jembatan yang besar di kampung ini.
Salah seorang warga di situ bertanya,
Tapi pak, di sini tidak ada sungai, buat

apa membangun jembatan?


Politisi itu pun dengan senyum ramahnya menjawab,
Kalau begitu, nanti tentu saja kita
akan membangun sungai juga di sini.

Merampok Politisi

Pada suatu malam, seorang perampok


mengenakan topeng melompat ke jalan
menodong pria berpakaian rapi dengan
pistol di tulang rusuknya.
Berikan uang Anda, katanya.
Marah, pria itu menjawab, Kamu
tidak bisa melakukan ini! Saya seorang
anggota DPR!
Kalau begitu, jawab perampok,
berikan uang SAYA!

Gus Dur, Bill Clinton, dan


Jacques Chirac

Saking udah bosannya keliling dunia,


Gus Dur coba cari suasana di pesawat
RI-01. Kali ini dia mengundang Presiden
AS dan Perancis terbang bersama Gus
Dur buat keliling dunia. Boleh dong,
emangnya AS dan Perancis aja yg punya
pesawat kepresidenan. Seperti biasa...

23

setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan


negerinya.
Tidak lama presiden Amerika, Clinton mengeluarkan tangannya dan sesaat
kemudian dia berkata: Wah kita sedang
berada di atas New York!
Presiden Indonesia (Gus Dur): Lho
kok bisa tau sih?
Itu.. patung Liberty kepegang!,
jawab Clinton dengan bangganya.
Ngga mau kalah Presiden Perancis,
Jacques Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar. Tau nggak... kita sedang
berada di atas kota Paris!, katanya
dengan sombongnya.
Presiden Indonesia: Wah... kok bisa
tau juga?
Itu... menara Eiffel kepegang!,
sahut presiden Prancis tersebut.
Karena disombongin sama Clinton
dan Chirac, giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya keluar pesawat...
Wah... kita sedang berada di atas
Tanah Abang!!!, teriak Gus Dur.
Lho kok bisa tau sih? tanya Clinton
dan Chirac heran karena tahu Gus Dur
itu kan nggak bisa ngeliat.
Ini... jam tangan saya ilang...,
jawab Gus Dur kalem.
Sumber: http://www.ketawa.com

Glosari Pemilu

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Political Quotes
Mengutip teori Nash Equilibrium, saat setiap orang yang setara berebut ingin mendapat
sesuatu, tak satupun mereka
mendapatkan sesuatu itu. Tidak adanya pengawasan di
internal KPU, justru memberi kesempatan kepada
kekuasaan untuk mengintervensi lembaga itu.

As I would not be a slave, so


I would not be a master. This
expresses my idea of democracy (Sebagaimana aku
tidak ingin menjadi budak, aku juga tidak ingin
menjadi tuan. Inilah
pernyataanku tentang
ide demokrasi) Abraham Lincoln

Budiman Sudjatmiko

ISTILAH-ISTILAH DALAM KEPEMILUAN


BPP:
Bilangan Pembagi Pemilih yaitu harga sebuah kursi di satu
daerah pemilihan yang berasal dari jumlah pemilih dibagi
jumlah kursi.

Formulir Model A2.2:


Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan Akhir
Formulir Model A3:
Daftar Pemilih Tetap (DPT)

Dapil:
Daerah Pemilihan, batas wilayah atau jumlah penduduk yang
menjadi dasar penentuan jumlah kursi yang diperebutkan,
dan karena itu menjadi dasar penentuan jumlah suara untuk
menentukan calon terpilih.

Formulir Model A4:


Daftar Pemilih Tambahan

DPS:
Daftar Pemilih Sementara, merupakan daftar nama
warga yang bisa ikut Pemilu. Tapi data-data di dalam DPS
ini masih akan diperbaharui dan dibuat menjadi Daftar Pemilih Tetap (DPT). Kenapa harus dicek ulang, karena bisa saja
dalam DPS ini ada warga yang telah wafat, pindah rumah
atau masih dibawah umur tapi masuk jadi daftar pemilih.

Formulir Model A6:


Rekap DPT Kabupaten/Kota

Formulir Model A5:


Surat Pemberitahuan Daftar Pemilih Tambahan

Formulir Model A7:


Rekap Daftar Pemilih Tetap Provinsi
Parliamentary Threshold:
Ambang batas partai politik memperoleh kursi di DPR.

DPSHP:
Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan, yaitu hasil koreksi
atas Daftar Pemilih Sementara (DPS) berdasar masukan atau
laporan masyarakat.

Pemutakhiran Data Pemilih:


Pendataan pemilih dengan menggunakan data pemilih terakhir yang ada di setiap KPU daerah. Hasil pemutakhiran data
pemilih digunakan sebagai bahan penyusunan daftar pemilih sementara.

Electoral Threshold:
Ambang batas untuk partai politik agar mengikuti pemilu
berikutnya.

Sengketa Hasil Pemilu: Sengketa terhadap keputusan


komisi pemilihan umum atau komisi pemilihan umum di
tingkat daerah menyangkut hasil pemilu.

Formulir Model A:
Digunakan untuk data pemilih

Sistem bikameral: Wujud institusional dari lembaga perwakilan atau parlemen sebuah negara yang terdiri atas dua
kamar (majelis).

Formulir Model A1:


Digunakan sebagai Daftar Pemilih Sementara (DPS)
Formulir Model A1.1:
Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan Awal

Sistem proporsional:
Sesuainya proporsi jumlah wakil dalam lembaga legislatif
dengan jumlah pendukung nyata tiap partai. [AI]

24

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Bawaslu Gelar Tes Kemampuan Bidang

CPNS Bawaslu RI

FOTO-FOTO: CHRISTINA KARTIKAWATI

Peserta Seleksi CPNS Bawaslu RI

adan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI melaksanakan Tes Kemampuan Bidang (TKB) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Bawaslu
di Hotel Grand Sahid Jaya, Jalan Jenderal Sudirman No. 86, Jakarta,
Senin (6/1) mulai pukul 09.30 sampai dengan pukul 13.45 WIB.
Tes Kemampuan Bidang (TKB) ini diikuti 43 peserta dari 50 (lima
puluh) peserta yang lulus Tes Kemampuan Dasar (TKD). TKB ini diawasi langsung oleh Ketua Bawaslu RI, Muhammad dan Sekretaris Jenderal Bawaslu RI, Gunawan Suswantoro, Pakar Hukum Tata Negara,
Prof. Saldi Isra, dan Pengamat ICW.
Ketua Bawaslu Muhammad mengatakan dalam sambutannya sebelum TKB dimulai, bahwa CPNS ini adalah CPNS pertama Bawaslu dan
merupakan momentum bersejarah bagi Bawaslu karena jika diterima,
CPNS ini merupakan angkatan pertama di Bawaslu. [CK]

Ketua Bawaslu, Muhammad dan Kepala Bagian SDM dan TU Pimpinan, Roy
Siagian mengawasi jalannya tes kemampuan bidang Calon Pegawai Negeri Sipil Bawaslu RI

25

Sekretaris Jenderal Bawaslu RI, Gunawan Suswantoro berbincang dengan Pakar Hukum Tata
Negara, Profesor Saldi Isra pada saat pelaksanaan Tes Kemampuan Bidang CPNS Bawaslu RI,
di Jakarta.

Panitia Seleksi CPNS Bawaslu RI memberikan


pengarahan.

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Sejuta Relawan Pengawas Pemilu

FOTO: MUHAMMAD ZT

Pelajar dan Pemilih Pemula se-Kota Bandung yang telah bergabung dalam Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu 2014

erakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu adalah sebuah


gerakan pengawalan Pemilu
2014 oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Gerakan ini merupakan terobosan dan implementasi dari program
pengawasan partisipatif. Gerakan ini
hendak mentransformasikan gerakan
moral (moral force) menjadi gerakan
sosial (social movement).
Istilah Sejuta Relawan bukanlah
menunjukkan jumlah, namun betapa
besar dan masifnya gerakan ini. Siapapun, terutama mereka yang mempunyai jiwa sosial dan pengabdian kepada
masyarakat, negara, dan bangsanya
diharapkan mendedikasikan dirinya
menjadi relawan, karena pada dasarnya
setiap orang mempunyai potensi dan
kemampuan.

FOTO: HENDRU WIJAYA

Pelajar dan Pemilih Pemula se-Kota Jambi menandatangani keikutsertaan dalam


Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu 2014

26

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

Launching Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu 2014 di Universitas Padjajaran, Kampus Jatinagor, Jawa Barat

FOTO: CHRISTINA K

Pimpinan Bawaslu RI,


Nasrullah memberikan
pengarahan kepada
Peserta Rakor Persiapan Pengawasan
Pemilu dan Launching
Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu
di Kota Jambi

FOTO: HENDRU WIJAYA

FOTO: HENDRU WIJAYA

Kelompok Kerja Nasional Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu 2014, yang terdiri unsur Bawaslu, Bawaslu Provinsi dan LSM
Pemantau Pemilu.

27

BULETIN BAWASLU, EDISI 01, JANUARI 2014

P
S
EMI
A
W
L
A
IH
G
A
N
FALCAO SILABAN

MUHTAR

Ketua Bawaslu, Muhammad, Pimpinan Bawaslu, Nasrullah, Endang, Wihdatiningtyas, Nelson Simanjuntak, dan Sekjen Bawaslu, Gunawan Suswantoro menghadiri Rapat Sinkronisasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan
Bawaslu dan Bawaslu Provinsi tahun Anggaran 2014 di Jakarta, 5-8 Januari
2014.

UM

BADAN

PE

Ketua Bawaslu Muhammad bersama Ketua KPU Husni Kamil Manik


dan Dirjen Kesbangpol Tanribali Lamo menghadiri pertemuan terbatas terkait pembahasan dana mitra PPL. Pada acara tersebut dihadiri
oleh Mendagri Gamawan Fauzi dan beberapa Pimpinan Komisi II DPR
RI..

UM

A S L U

N
O
IK IND

SI

BL

CHRISTINA KARTIKA

Sekjen Bawaslu, Gunawan Suswantoro memberikan pengarahan kepada


bendahara dan staf pengelola keuangan di jajaran Sekretariat Jenderal
Bawaslu dan Bawaslu Provinsi seluruh Indonesia pada kegiatan Sosialisasi
Penyusunan Laporan Keuangan dan Kebijakan Akuntansi Akhir Tahun
2013 itu dilaksanakan di Jakarta, Kamis (23/1), didampingi Plt. Kepala Biro
Administrasi, Adhi Santoso, Kabag Keuangan Ernawati Perangin-angin,
dan Kabag Umum, Dirja Abdul Kadir.

RE

MUHAMMAD ZAIN

Komisi A DPRD Sukoharjo mengunjungi kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Jalan MH.Thamrin No 14, Jakarta Pusat. Kunjungan ini
diterima Pimpinan bawaslu, Daniel Zuchron didampingi Kasubbag
Analisis Teknis Pengawasan, Feisal Rahman.

HENDRU W

Rapat Kerja Revisi Perbawaslu No 13 Tahun 2013 tentang Tata Cara


Pemberian Keterangan dalam Perselisihan Hasil Pemilu di Mahkamah
Konstitusi bagi Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Panwaslu Kabupaten/
Kota dan Perbawaslu No 14 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun
2012 Tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

CHRISTINA KARTIKA

Ketua Bawaslu, Muhammad menerima kunjungan Gerakan Kebhinekaan


untuk Pemilu yang Berkualitas. Gerakan tersebut terdiri dari ILRC, Wahid
Institute, Abdurrahman Wahid Centre, PGI, KWI, Maarif Institute, Pusat Hukum universitas Airlangga, Pusat HAM dan Demokrasi Univ. Brawijaya, PP
Muhammadiyah, PBNU, PERLUDEM, SEJUK, AMAN Indonesia, dan Yayasan
TIFA

28

Вам также может понравиться