Вы находитесь на странице: 1из 28

AWASLU

B
BULETIN

EDISI 02, FEBRUARI 2014

Badan Pengawas Pemilihan Umum

SIAGA SATU PEMILU

Bawaslu Perketat
Pengawasan Semua Lini
Bawaslu
Ingatkan KPU Soal
Kerawanan
Logistik

Bawaslu Tuntaskan
Pembentukan
Panwaslu
Luar Negeri

Mengawal
Pesta
Demokrasi
2014

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

kementerian tersebut melaporkan Rencana Kerja dan Anggaran


AWASLU
Kementerian
Negara/Lembaga
(RKAK/L).
Tujuannya adalah mendapatkan gambaran anggaran kementrian tersebut, terutama soal penggunaan dana hibah dan bansos.
Pengawasan terhadap dana
SIAGA SATU PEMILU
hibah dan bansos, merupakan
Bawaslu Perketat
salah satu bagian tugas Bawaslu
Pengawasan Semua Lini
untuk menciptakan pemilu yang
fair. Semua pihak berkompetisi
dengan sumber daya masing-masing dan legal, dan bukan berasal
dari anggaran negara. Pemilu yang fair akan menciptakan persaingan yang sehat dan berintegritas.
Demikian sedikit cerita pengawasan Bawaslu di bulan Februari,
tepatnya 2 (dua) bulan sebelum puncak Pemilu 2014, pada 9 April
mendatang. Semoga bermanfaat. Dari Bawaslu Kita Selamatkan
Pemilu di Indonesia.

Dana bantuan sosial (bansos) dan hibah merupakan dana taktis yang dimiliki oleh kementerian dan lembaga negara untuk meningkatkan kegiatan sosial kemasyarakatan. Namun, dalam praktiknya dana semacam ini bisa menjadi alat bagi oknum pejabat
dan dimanfaatkan untuk kepentingan politiknya.
Indonesia Budget Center (IBC) dan Indonesia Corruption Watch
(ICW) memprediksi adanya peningkatan dana bantuan sosial dan
hibah pada Kementerian/Lembaga serta dinas di tingkat pusat
dan daerah menjelang pemilu 2014. Sebagai lembaga yang mengawasi jalannya tahapan pemilu, Bawaslu lebih berkewajiban untuk
mengawasi unsur penyelewengan dana tersebut dalam rangka
pemilu.
Pada awalnya, peningkatan dana bansos dan hibah tersebut
memang bukan urusan Bawaslu. Namun, indikasi yang muncul
penggunaan dana bansos untuk diselewengkan demi pemenangan terhadap pemilu membuat Bawaslu pun harus turun tangan
untuk mengawasinya penggunaannya.
Pengawasan terhadap penggunaan dana hibah dan bansos
oleh Bawaslu dilakukan dengan pendekatan persuasif serta preventif terhadap 10 Kementerian yang secara kebetulan menterinya menjadi calon anggota legislatif. Bawaslu juga meminta agar

BULETIN

Bawaslu
Ingatkan KPU Soal
Kerawanan
Logistik

EDISI 02, FEBRUARI 2014

Badan Pengawas Pemilihan Umum

Bawaslu Tuntaskan
Pembentukan
Panwaslu
Luar Negeri

Mengawal
Pesta
Demokrasi
2014

Salam Awas

Daftar isi:

BADAN

UM

UM
SI
IK INDO

A S L U

BL

RE

Divisi Update
Divisi Pengawasan

Bawaslu Ingatkan KPU Soal Kerawanan Logistik ........................... 15


Divisi Organisasi dan SDM
Bawaslu Tuntaskan Pembentukan Panwaslu Luar Negeri.. 16
Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran
Mencari Celah Penegakkan Hukum Kampanye di Luar
Jadwal ............................................................................................................ 18
Divisi Sosialisasi, Humas dan Hubungan Antar Lembaga
Dukung Pengawasan Pemilu, Tiga Lembaga Teken MoU
dengan Bawaslu ....................................................................................... 19
Sudut Pandang
Tokoh Bangsa Mendukung Gerakan Sejuta Relawan
Pengawas Pemilu ...................................................................................... 20
Demokrasi dan Islam ............................................................................ 21
Sosiologi Masyarakat dalam Konteks Pemilu 2014 ................. 22
Ekspose Daerah ............................................................................................ 23
Glosari Kepemiluan ...................................................................................... 24
Galeri ........................................................................................................ 26 - 28

Buletin BAWASLU ini diterbitkan oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum, sebagai wahana informasi kepada
khalayak serta ajang komunikasi keluarga besar pengawas Pemilu di seluruh tanah air. Terbit satu bulan sekali.

AS PEMIL
AW
IH
A
NG

PE

Dari Redaksi ................................................................................................... 2


Laporan Utama
Siaga Satu Pemilu, Bawaslu Perketat Pengawasan Semua Lini ... 3
Opini
Mengawal Pesta Demokrasi 2014 ......................................................... 6
Sorotan
Bawaslu RI dan DPR Aceh Sepakat Soal Bawaslu Aceh ...... 8
Investigasi
Setiap Tahun Parpol Dapat Dana Pemerintah ........................... 10
Dana Saksi Parpol Hampir Pasti Batal ............................................ 11
Bawaslu Terkini
Bawaslu Siapkan Strategi Khusus Antisipasi Kecurangan
Hari H............................................................................................................ 12
Info Bawaslu
Jelang Pemilu, Komnas HAM Inginkan Komunikasi yang
Intensif dengan Bawaslu ................................................................... 13
Profil
Ramlan Surbakti ......................................................................................... 14

Penerbit: Bawaslu RI Pengarah: Dr. Muhammad, S.IP., MSi, Nasrullah, SH., Endang Wihdatiningtyas, SH., Daniel Zuchron, Ir. Nelson
Simanjuntak ; Penanggung jawab: Gunawan Suswantoro, SH, M.Si Redaktur: Jajang Abdullah, S.Pd, M.Si, Tagor Fredy, SH, M.Si, Drs.
Hengky Pramono, M.Si, Ferdinand ET Sirait, Pakerti Luhur, Ak, Rahmawati, SE, M.Si, Raja Monang Silalahi, S.Sos, Hilton Tampubolon, SE,
Redaktur Bahasa: Saparuddin, Ken Norton Pembuat Artikel: Falcao Silaban, Christina Kartikawati, Muhammad Zain, Hendru, Irwan;
Design Grafis dan Layout: Christina Kartikawati, Muhammad Zain, Muhtar Sekretariat: Tim Sekretariat Bawaslu
Alamat Redaksi: Jalan MH. Thamrin No. 14 Jakarta Pusat, 10350. Telp./Fax: (021) 3905889, 3907911. I www.bawaslu.go.id

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Siaga Satu Pemilu

Bawaslu Perketat Pengawasan Semua Lini

Dalam beberapa puluh hari


lagi, pemungutan dan
penghitungan suara akan
dilaksanakan. Pesta demokrasi
terbesar di negara demokrasi
terbesar akan menyedot
perhatian nasional dan dunia.
Namun, patut diwaspadai akan
muncul beragam pelanggaran,
baik pelanggaran yang sifatnya ringan hingga
pelanggaran yang
terstruktur, masif dan
sistematis.

M. ZAIN

ejak awal Badan Pengawas Pemilu


(Bawaslu) yang diberikan beban
untuk memastikan pelaksanaan
pemilu berlangsung dengan langsung,
umum, bebas, rahasia serta jujur dan adil
(luber dan jurdil), memandang perlunya
keterlibatan masyarakat dalam mengawasi pemilu.
Bawaslu tidak bisa sendiri untuk
memastikan pemilu berlangsung dengan baik. Keterlibatan aktif masyarakat
sangat diperlukan, karena pengawasan
pemilu tanpa peran masyarakat, sia-sia
saja, kata Koordinator Divisi Sosialisasi,
Humas, dan Hubungan Antar Lembaga
Bawaslu, Nasrullah.
Memperkuat lini Sosialisasi, Humas,
dan Hubungan Antar Lembaga, Bawaslu
melibatkan peran serta masyarakat dalam
berbagai bentuk. Belajar dari pengalaman
pemilu lalu, masyarakat kurang terlibat
aktif dalam pemilu, baik secara penyelenggaraan maupun pengawasan. Masyarakat hanya dijadikan objek pemilu,
padahal keberadaan mereka sangat signifikan dan strategis untuk menentukan

kualitas dalam pemilu.


Atas dasar itulah, peran aktif masyarakat pada pemilu 2014 harus diperkuat
sejak awal. Bawaslu bahkan mencanangkan program-program berbasis keterlibatan masyarakat sejak awal periode baru
kepemimpinan 2012. Program-program
tersebut melibatkan berbagai macam organisasi kemasyarakatan baik yang berasaskan nasional, lokal, agama, dan kesukuan, perguruan tinggi, dan sekolah,
melalui pelatihan dan rapat koordinasi
antara stakeholders dan Gerakan Sejuta
Relawan Pengawas Pemilu.
Program Bawaslu tersebut berupaya
memberikan pemahaman tentang pentingnya pemilu bagi kelangsungan demokrasi
di Indonesia. Brainstorming semacam
ini akan membentuk pola pikir masyarakat agar peduli dengan pemilu, di tengah
badai keapatisan dan apriori terhadap pemilu. Untuk membangkitkan kesadaran
masyarakat mengawasi pemilu, maka kesadaran tersebut sangat diperlukan.
Selain itu, juga dijelaskan bahwa masyarakat tidak hanya memberikan suara

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Sambungan: ....
pada hari pemungutan suara, tetapi juga
masyarakat dapat terlibat dalam pengawasan agar suaranya tidak dicurangi. Selain memastikan suaranya, pengawasan
aktif masyarakat juga dapat dilakukan
dengan melaporkan jika terjadi praktikpraktik kecurangan dalam pemilu.
Selama ini masyarakat cenderung takut dan malas untuk melaporkan adanya
dugaan pelanggaran. Pasalnya, dengan
melaporkan pelanggaran, waktu mereka
akan tersita untuk proses penangangan
pelanggaran yang dilakukan oleh pengawas pemilu. Proses penangangannya juga
mirip-mirip dengan penyidikan yang dilakukan oleh kepolisan.
Masyarakat juga enggan untuk melapor dikarenakan sering mendapat intimidasi - diduga dari pihak yang akan
dilaporkan - berupa ancaman dan teror.
Atas dasar itu, mereka akhirnya menutupi
pelanggaran yang diketahuinya, dengan
mempertimbangkan keselamatan diri dan
keluarganya.
Mengambil pengalaman tersebut,
Bawaslu mencoba berbagai cara untuk
memudahkan dan mendorong masyarakat
untuk melaporkan adanya dugaan pelanggaran. Metode paling populer yang digunakan adalah menjadikan laporan masyarakat sebagai temuan Bawaslu sendiri.
Dengan cara itu, pelapor tidak perlu repotrepot untuk memberikan klarifikasi atau
terintimidasi, sebab yang akan menjadi
pelapornya adalah Bawaslu itu sendiri.
Peta Kerawanan dan Early Warning
System
Dalam
melakukan
upaya-upaya
pencegahan terhadap pelanggaran pemilu, Bawaslu selalu mengedepankan upaya
preventifikasi. Untuk itulah Bawaslu secara bertahap membangun Manajemen
Peringatan Dini Kerawanan Pemilu yang
diharapkan mampu menghasilkan Peta
Kerawanan Pemilu, Indeks Kerawanan
Pemilu, dan sampai dengan terbangunnya Early Warning System Kerawanan
Pemilu.
Sebagai langkah awal dalam menentukan Peta Kerawanan Pemilu, Bawaslu
melakukan kajian untuk menilai potensi
kerawanan Pemilu terhadap 510 (lima
ratus sepuluh) kabupaten/kota di Indo-

nesia. Potensi kerawanan ini difokuskan


berdasarkan pelaksanaan tahapan Pemilu
Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun
2014 yang sedang berjalan dan akan dilaksanakan yakni Pendaftaran dan Pemutakhiran Daftar Pemilih, Logistik,
Kampanye, serta Pemungutan dan Penghitungan Suara.
Dalam konteks internal, peta kerawanan yang telah dihasilkan ini akan menjadi panduan dalam penentuan kebijakan
untuk menetapkan metode dan strategi
pengawasan berdasarkan kajian yang
telah dilaksanakan. Di lain pihak, adanya
peta potensi kerawanan ini diharapkan
mampu meningkatkan awareness seluruh
stakeholders dalam melakukan pengawasan partisipatif. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan pengawasan tahapan Pemilu akan lebih optimal sehingga
mampu menghasilkan Pemilu yang jujur,
adil, dan demokratis.
Untuk menentukan potensi kerawanan
dalam tahapan pendaftaran dan pemutakhiran daftar pemilih, Bawaslu menggunakan metode perbandingan antara
jumlah pemilih dengan jumlah penduduk
di sebuah kabupaten/kota. Model perbandingan ini dilakukan dengan membandingkan data DPT KPU dengan data
kependudukan BPS yang merupakan
benchmark dalam menentukan tingkat
kewajaran. Ditentukan bahwa tingkat
kewajaran perbandingan antara jumlah
pemilih dengan jumlah penduduk di daerah-daerah perkotaan (urban) sebesar 73
% dan di daerah pedesaan (rural) sebesar
68%. Selanjutnya ditentukan ambang batas proyeksi yakni :
1. Apabila lebih dari 40% kecamatan di
sebuah kabupaten/kota berada di atas
ambang batas kewajaran dinyatakan
sebagai daerah yang sangat rawan
2. Apabila 20% - 40% kecamatan di sebuah kabupaten/kota berada di atas
ambang batas kewajaran dinyatakan
sebagai daerah yang rawan.
3. Apabila kurang dari 20% kecamatan di
sebuah kabupaten/kota berada di atas
ambang batas kewajaran dinyatakan
sebagai daerah yang aman.
Dari hasil kajian yang dilakukan oleh
Bawaslu, ditemukan bahwa sebanyak 169
(seratus enam puluh sembilan) kabupaten/

kota masuk dalam kategori sangat rawan,


51 (lima puluh satu) rawan dan 290 (dua
ratus sembilan puluh) aman.
Dalam tahapan kampanye ditentukan
dengan menilai potensi terjadinya money
politics yang diukur dengan menggunakan metode perbandingan antara jumlah penduduk miskin di Desil III dengan
jumlah pemilih di sebuah kabupaten/kota.
Selanjutnya ditentukan ambang batas
proyeksi sebagai berikut :
1. Apabila penduduk miskin lebih dari
30% dari jumlah pemilih di sebuah kabupaten/kota, dinyatakan sebagai daerah yang sangat rawan
2. Apabila penduduk miskin sebanyak
10% - 30% dari jumlah di sebuah kabupaten/kota, dinyatakan sebagai daerah yang rawan.
3. Apabila kurang dari 10% kecamatan di
sebuah kabupaten/kota berada di atas
ambang batas kewajaran dinyatakan
sebagai daerah yang aman.
Dari hasil kajian yang dilakukan oleh
Bawaslu, ditemukan bahwa sebanyak 34
(tiga puluh empat) kabupaten/kota masuk
dalam kategori sangat rawan, 268 (dua ratus enam puluh delapan) rawan dan 208
(dua ratus delapan) aman.
Sedangkan potensi kerawanan dalam
tahapan logistik ditentukan dengan menilai tingkat aksesibilitas sebuah kabupaten/kota dan aspek produksi. Namun
pada saat kajian dilakukan, KPU belum
mengumumkan perusahaan pemenang
tender pengadaan, sehingga pada saat
awal ini masih menggunakan pendekatan
aksesibilitas saja.
Untuk mengukur tingkat aksesibiltas
sebuah daerah dilakukan dengan melakukan perbandingan antara bobot kondisi
alam dengan jarak tempuh kumulatif .
Kondisi alam daerah bergunung atau kepulauan lebih sulit dari pada daerah landai
perkotaan. Jarak tempuh kumulatif adalah
total jarak (akumulatif) yang harus ditempuh untuk mengirim logistik dari ibukota
kabupaten ke ibukota-ibukota kecamatan
(logikanya jumlah kecamatan yang banyak di kabupaten yang luas membutuhkan
waktu lebih banyak dibanding dengan
luas kabupaten yang sempit dengan sedikit kecamatan). Kemudian kedua aspek
distribusi diberi bobot sebagai berikut :

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

1. Bobot kondisi alam (kontur) sebesar


70%,
2. Sedangkan jarak kumulatif diberi
bobot sebesar 30%.
Dari hasil kajian yang dilakukan
oleh Bawaslu, ditemukan bahwa sebanyak 155 (seratus lima puluh lima) kabupaten/kota masuk dalam kategori sangat
rawan, 304 (tiga ratus empat) rawan dan
97 (sembilan puluh tujuh) aman. Potensi
kerawanan dalam tahapan pemungutan
dan penghitungan suara ditentukan
dari dampak elektoral yaitu proporsi
jumlah pemilih fiktif potensial terhadap
harga kursi murni di sebuah daerah pemilihan.
Jumlah pemilih fiktif potensial adalah
selisih rasio pemilih (DPT) terhadap
jumlah penduduk (DAK) dengan ambang kewajaran (73% wilayah urbanisasi 68% wilayah non-urbanisasi)
Harga kursi murni adalah jumlah kursi
yang diperebutkan di sebuah Daerah
Pemilihan dibagi dengan BPP Murni
(Bilangan Pembagi Murni). Sedangkan BPP Murni dihitung dengan prediksi dengan tingkat partisipasi, suara
tidak sah (untuk sementara menggunakan angka-angka historis Pileg
2009, akan di-update dengan survei
terbaru yang akan dilakukan Bawaslu), dan prediksi suara hangus (suara
partai yang tidak lolos Parlimentiary
Threshold pada Pileg 2014 berdasarkan survei-survei elektoral sebesar 1012%).
Selanjutnya ditentukan ambang batas
proyeksi sebagai berikut :
1. Apabila dampak elektoral melebih
15% maka dianggap sangat rawan,
artinya ada potensi 15% suara untuk
meraih sebuah kursi dipengaruhi oleh
penggelembungan suara, sebuah kursi
yang seharusnya jatuh kepada partai A
berpindah ke partai B.
2. Apabila dampak elektoral melebih
5%-15% maka dianggap rawan.
3. Apabila kurang dari 5% dianggap
aman.
Dari hasil kajian yang dilakukan oleh
Bawaslu, ditemukan bahwa sebanyak 92
(sembilan puluh dua) kabupaten/kota masuk dalam kategori sangat rawan, 30 (tiga

puluh) rawan dan 388 (tiga ratus delapan


puluh delapan) aman.
Sementara itu, dalam rangka penguatan regulasi lewat Peraturan Bawaslu
(Perbawaslu), saat ini Bawaslu sedang
menyelesaikan beberapa peraturan yang
akan digunakan sebagai pedoman saat
tahapan dimulai. Salah satu fokus Perbawaslu adalah mengatur tentang kerja
pengawasan bagi Pengawas Pemilu Luar
Negeri (PPLN).
Dalam rangka penindakan pelanggaran, selain memperbaiki kinerja penindakan pelanggaran dari segi internal,
Bawaslu juga sedang meningkatkan koordinasi dengan Kepolisian dan Kejaksaan
dalam Sentra Penegakkan Hukum Terpadu (Sentra Gakkumdu). Peningkatan
peran Sentra Gakkumdu yang selama ini
dijalankan ternyata belum maksimal dan
optimal.
Padahal sejak diluncurkan pada 2013
lalu lewat penandatanganan Nota Kesepahaman Sentra Gakkumdu, Bawaslu,
Kepolisian, dan Kejaksaan berpandangan
akan membuat perbedaan dengan pola
penanganan Sentra Gakkumdu pada Pemilu lalu. Pada Pemilu 2009 lalu, banyak
kasus pidana pemilu yang mentah begitu
saja di tahapan penyidikan alias tidak diproses. Hal tersebut terjadi akibat tidak
adanya kesepahaman antara tiga elemen
penegak hukum tersebut.
Salah satu bentuk penanganan Sentra
Gakkumdu yang belum optimal adalah
soal penanganan iklan politik yang diduga

kampanye pemilu di berbagai media penyiaran. Dari kajian yang dilakukan oleh
Bawaslu, ada indikasi pelanggaran pidana
pemilu dalam iklan tersebut, karena merupakan kampanye di luar jadwal. Namun,
kasus tersebut dihentikan oleh Kepolisian
dengan alasan tidak memenuhi cukup
bukti untuk dijadikan pidana pemilu.
Kami sudah melakukan pertemuan
dengan Kapolri dan jajarannya terkait
dengan mandegnya kasus-kasus pidana
pemilu yang diteruskan oleh Bawaslu.
Kami berupaya terus untuk meningkatkan
pemahaman soal pidana pemilu, termasuk
unsur-unsur dalam kampanye yang masih
jadi perdebatan, tutur Koordinator Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran,
Endang Wihdatiningtyas.
Sekarang, masyarakat Indonesia tinggal melihat realisasi dari peningkatan kerjasama tersebut. Apakah kepolisian dan
kejaksaan dapat bersinergi dengan baik
dengan Bawaslu dan memahami bahwa
penafsiran terkait unsur-unsur dalam pemilu, lebih baik dipercayakan kepada
penyelenggara pemilu, dan bukan merupakan penilaian dari satu pihak saja.
Dengan begitu, apa yang diharapkan
masyarakat, yakni penegakan hukum pemilu yang benar-benar bisa memberikan
rasa keadilan dapat terwujud. Karena
hanya dengan itu, maka masyarakat akan
kembali percaya, bahwa demokrasi di
negeri ini masih memberikan harapan dan
cahaya yang berarti untuk pembangunan
bangsa. [FS/dari berbagai sumber]

Opini

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Mengawal Pesta Demokrasi 2014


Oleh : Ahmad Ali Imron*
Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilu Presiden Tahun 2014 sudah semakin
dekat. Pengawasan dan pemantauan perlu terus ditingkatkan dalam menciptakan
Pemilu yang berkualitas dan bebas dari
pelanggaran atau kecurangan.
Suara masyarakat bukan hanya sekedar memenuhi syarat demokratis, tetapi
sebagai bentuk penegasan eksistensi diri
dalam ranah publik. Lebih penting lagi,
masyarakat harus tampil melakukan kontrol dan pengawasan terhadap berbagai
praktik kecurangan yang menggerogoti
nilai demokrasi. Pemilu maupun Pemilukada harus dikembalikan pada filosofi
dasarnya dalam menguatkan kedaulatan
publik. Menjadikan aspirasi publik sebagai sentral perhatian dan meminimalisasi
peran elit politik.
Pemilu yang berkualitas bukan hanya
menghamburkan banyak biaya, tetapi
penyadaran politik dan keharusan untuk
memilih secara independen menjadi faktor utama Pemilu berkualitas. Memaksimalkan perannya sebagai pemilik sah
kedaulatan negeri ini. Praktik pelanggaran Pemilu seperti money politic dapat
menghancurkan masa depan negara ini
karena praktik tersebut akan cukup menguras keuangan suatu partai atau perorangan yang mencalonkan diri pada
Pemilu, setelah terpilih di Pemilu akan
memicu niat untuk tindakkorupsi.Calon
pemimpin yang melakuan money politic
tentu tidak berlaku jujur sehingga sebagai
masyarakat yang cerdas jangan mau dipimpin oleh seseorang yang budi pekertinya tidak baik. Sadarilah apabila kita
salah memilih pemimpin akan berakibat
fatal karena dapat menyengsarakan rakyatnya. Maka dari itu, pemerintah dengan para stake holder harus mengadakan
sosialisasi Pemilu yang bersih dan bebas
politik uang kepada masyarakat luas agar
tingkat partisipasi masyarakat dalam demokrasi secara langsung meningkat. Perlu keseriusan dalam penyuluhan pendidikan politik kepada masyarakat dengan
penanaman nilai yang aman, damai, jujur
dan kondusif dalam memilih.

Tidak kalah pentingnya jika kita mau


terlibat dalam mengawal setiap proses
Pemilu, karena tidak mungkin hanya
diserahkan kepada Bawaslu/Panwaslu
dan KPU/KPUD yang jumlahnya sangat
terbatas. Penyelenggara pemilu belum
tentu bisa mengontrol gerak dan manuver rakyat Indonesia dengan jumlahnya
yang cukup besar dan wilayah yang begitu luas. Secara formal memang pada
dasarnya pengawasan agenda lima tahunan ini merupakan tanggung jawab penuh
yang harus dilakukan oleh pengawas Pemilu (Bawaslu/Panwaslu). Akan tetapi
sejatinya masyarakat juga mempunyai
kewajiban penuh untuk turut serta andil
dalam mensukseskan agenda akbar tersebut. Karena bagimanapun juga agenda
dalam Pemilu 2014 ini akan menentukan
masa depan Indonesia serta nasib rakyatnya selama lima tahun ke depan.
Tidak kalah pentingnya peran masingmasing tim sukses untuk tetap menjaga
dan mengikuti setiap prosedur Pemilu
secara konsisten. Menjaga harmonisasi
sosial dan mengedepankan prosedur hukum dalam setiap sengketa Pemilu yang
terjadi. Agar hasilnya dapat memuaskan
berbagai kalangan dan memiliki legitimasi kuat dalam melahirkan pemimpin
yang cerdas dan berwibawa. Pemimpin
yang bisa membawa perubahan Indonesia
ke arah yang lebih baik. Paling tidak bisa
menyelesaikan sebagian dari sekian banyaknya masalah di Indonesia yang belum
rampung sampai saat ini.
Cerdas Memilih
Penyelenggaraan Pemilu tentu sangat
penting bagi seluruh rakyat Indonesia.
Karena hal tersebut merupakan sarana
implementasi kedaulatan rakyat dan juga
sarana penggantian pemimpin secara konstitusional. Selain itu, Pemilu adalah sarana bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam
proses politik secara langsung. Suatu
keniscayaan bagi rakyat Indonesia untuk
selalu cerdas memilih dan memilah calon
legislator maupun presiden demi menentukan masa depan rakyat Indonesia dan

mewujudkan demokrasi yang lebih baik.


Untuk mendapatkan pemimpin yang
berkualitas, pemilih harus menggunakan
hak pilihnya dengan cerdas. Memilih
dengan cerdas, berarti memilih dengan
menggunakan akal sehat dan hati nurani.
Memilih dengan akal sehat, berarti kita
memilih dengan menggunakan penilaian
yang objektif, tanpa dipengaruhi oleh faktor uang, hubungan kekerabatan, suku,
daerah, agama, dan sebagainya. Memilih dengan hati nurani, berarti kita harus melihat dengan hati nurani kita, siapa
sebenarnya calon yang akan kita pilih,
bagaimana kualitas moralnya, kualitas
intelektual dan leadershipnya serta ketrampilan profesional yang dimilikinya.
Ada 4 (empat) cara memilih dengan
cerdas dan berkualitas; Pertama, kenali
calonnya. Sebelum menentukan pilihan,
sebaiknya pemilih mengenal dan mengetahui riwayat hidup calon dan partai politik
yang mengusungnya. Pengenalan riwayat
hidup calon tersebut dapat berhubungan
dengan latar belakang pendidikan, pekerjaan, aktifitas dalam masyarakat, dan juga
pribadi yang bersangkutan dalam kehidupan sehari-hari bersama-sama dengan
masyarakat. Kedua, ketahui visi, misi dan
programnya. Visi merupakan rangkaian
kalimat yang menyatakan cita-cita atau
impian seorang calon yang ingin dicapai
ketika menjadi. Misi merupakan lanjutan dari visi. Pada dasarnya, misi merupakan alasan mendasar eksistensi dari
visi. Misi biasanya sudah mengarahkan
secara tegas calon menuju suatu tujuan
yang secara teknis dapat dijabarkan ke
dalam program-program.
Program merupakan penterjemahan
secara teknis dari visi dan misi yang ditawarkan oleh para calon kepada pemilih
dan masyarakat. Biasanya para calon
mengemas program tersebut sedemikian
bagusnya, sehingga program-program
mereka terlihat sempurna dan menjanjikan masa depan yang lebih baik kepada
para pemilih dan masyarakat. Oleh karena
itu, para pemilih dan masyarakat harus
cerdas dan cermat dalam menilai program

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

yang ditawarkan oleh para calon.


Ketiga,
pastikan
pilihannya.
Mendekati hari pemungutan suara, para
pemilih seharusnya mengenali surat suara yang akan dipergunakan dalam Pileg atau Pilpres. Surat suara ini berisi
nama, nomor urut dan lambang partai
(untuk Pileg) dan foto calon presiden
dan wakilnya (untuk Pilpres). Para pemilih dalam menentukan pilihannya
memberikan tanda coblos pada 1 (satu)
kolom yang memuat 1 (satu) pasangan
calon yang berisi nomor urut, atau foto,
atau nama calon. Apabila calon sudah
dikenalnya, sepakat visi, misi dan programnya tetapi pada saat pemungutan
suara tidak dipastikan pilihannya dengan mencoblosnya maka tidak ada gunanya alias sia-sia. Karena itu, kalau
kita mengambil sikap abstain (golput),
meskipun ini juga bagian dari hak warga
negara, berarti kita telah mempersilahkan diri disandera selama lima tahun
oleh pemimpin yang sebenarnya tidak
kita kehendaki. Namun demikian, kita
juga harus bisa memahami jalan berpikir beberapa kalangan yang memutuskan untuk tidak memilih.
Keempat, awasi kinerjanya!. Proses
demokrasi tidak berhenti sampai dengan
terpilihnya wakil di legislatif maupun
eksekutif, melainkan harus lebih luas
dan mendalam, termasuk menyangkut
apakah kepemimpinan politik-pemerintahan yang terpilih bisa berororientasi
pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat banyak. Pemilu bisa dianggap
gagal apabila kepemimpinan politikpemerintahan yang terbangun justru
merepresentasikan kepentingan segelitir
elite politik (oligarkis) yang berkuasa.
Oleh karena itu, Pemilu memungkinkan
rakyatnya memilih pemimpin mereka
secara langsung yang harus diikuti oleh
perluasan voice, akses dan kontrol masyarakat untuk terlibat secara partisipatoris dalam proses-proses kebijakan.
Kita berharap Pemilu Tahun 2014 ini
berjalan sukses dan berkualitas sesuai
dengan asas bebas, langsung, umum,
rahasia, jujur dan adil. Menghasilkan
pemimpin-pemimpin yang sesuai dengan harapan seluruh rakyat Indonesia.
Semoga!
* Staff Biro H2PI Setjen Bawaslu RI

Opini

Trend Swing Voters

Masih Ada di Pemilu 2014

wing voters (suara mengambang) diprediksi masih akan terjadi pada Pemilu 2014
mendatang. Partai politik masih gundah gulana untuk menebak kemana arah
swing voters agar bisa mendapatkan suara mereka dan berpengaruh besar pada
perolehan suara.
Tidak bisa dipungkiri swing voters seketika bisa mengangkat parpol namun seketika
juga menjatuhkan partai tersebut. Pada tahun 1999, salah satu kontribusi kemenangan
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) adalah besarnya suara swing voters.
Saat itu, swing voters memilih PDI-P, karena partai ini (dahulu PDI) merupakan
salah satu partai oposisi yang termasuk keras dalam melawan digdaya Partai Golkar di
era Orde Baru. Masyarakat melihat PDI-P merupakan partai yang dizalimi, sedangkan
Golkar yang menzalimi. Akibatnya, suara PDI-P meningkat tajam, sedangkan suara
Golkar sebaliknya.
Sedangkan pada Pemilu tahun 2004, kembali berkontribusi pada melejitnya suara
Golkar, dan memenangkan partai berlambang pohon beringin tersebut. Pada saat itu,
swing voters melihat ada-nya transformasi Golkar pada era Orde Baru ke era Reformasi, dari partai otoriter ke partai yang lebih demokratis.
Namun, pada Pemilu 2009, kembali terjadi perubahan perolehan suara. Partai Demokrat sebagai partai baru, menjadi pemenang pada Pemilu 2009. Kemenangan tersebut, tidak dapat dipungkiri juga diakibatkan oleh signifikannya suara swing voters yang
menilai kinerja Presiden SBY yang juga menjadi leader di partai berlambang mercy
tersebut.
Dalam penelitian yang disampaikan oleh Saiful Munjani Research and Consulting
(SMRC), perilaku swing voters lah yang menyebabkan, setiap pemilu ada pemenang
yang berbeda. Swing Voters adalah perilaku pemilih yang berubah atau berpindah pilihan partai atau calon dari satu pemilu ke pemilu berikutnya.
Menurut Direktur Eksekutif SMRC Grace Natalie, suara swing voters tidak akan
pernah terbagi secara sama, linear, dan proporsional pada masing-masing parpol. Swing
voters terjadi karena tingkat rasionalitas pemilih yang semakin meningkat, apalagi
menjelang Pemilu.
Selama 5 (lima) tahun kepemimpinan parpol pemenang pemilu, swing voters cenderung akan melihat kinerja partai tersebut. Pilihan mereka pada lima tahun mendatang,
itu sangat tergantung pada keberhasilan kinerja yang dihasilkan dan dijanjikan sesuai
dengan visi dan misi partai.
Perubahan signifikan pada swing voters, menurut SMRC terjadi hanya pada partaipartai besar saja. Pada Pemilu 1999 ke pemilu 2004 yang paling banyak mengalami
perubahan adalah PDIP (15.5%). Sedangkan untuk partai-partai menengah dan kecil,
perubahan suara akibat swing voters tidak terlalu besar.
Jadi pilihan swing voters dipastikan tidak akan sama dari waktu ke waktu. Hal ini
berbeda dengan loyalis partai, yang tetap akan memilih partai tersebut, seburuk dan
sebagus apapun kinerja yang telah dilakukannya.
Pemilih dengan label swing voters dipastikan tidak akan menjadi anggota partai
politik tertentu. Mereka bisa dikategorikan sebagai pemilih yang rasional, yang lebih
terbuka terhadap semua partai dan ideologinya.
Sementara itu, Peneliti Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti
Zuhro memprediksi bahwa peningkatan pemilih rasional pada Pemilu 2014 sangat
mungkin terjadi. Menurut dia, pemilih sudah semakin kritis terhadap peserta pemilu
dan calon anggota legislatifnya.
Dia mengungkapkan bahwa, saat ini makin kritis dan rasionalnya masyarakat karena adanya akses informasi yang semakin terbuka dan mudah dijangkau. Sosok politisi
dan peserta pemilu akan sangat mudah diawasi lewat media, karena teknologi yang
semakin canggih, pungkasnya. [FS]

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Bawaslu RI dan DPR Aceh


Sepakat Soal Bawaslu Aceh

DOK. HUMAS

Pertemuan Bawaslu dengan DPR Aceh, di Gedung Bawaslu, Jakarta, (17/2)


SETELAH melalui proses panjang
polemik keberadaan Badan Pengawas
Pemilihan Umum Aceh, Bawaslu RI
dengan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh
(DPRA) dan Pemerintah Aceh hari Senin
(16/2), bertemu di kantor Bawaslu RI
Jalan MH Thamrin Nomor 14, Jakarta
Pusat, guna mencari titik temu menyelesaikan polemik tersebut.
Para pihak menyadari bahwa tahapan
Pemilu legislatif tanggal 9 April 2014
harus diawasi dengan baik guna menghindari kecurangan dan gugatan peserta
Pemilu. Karenanya, Bawaslu Aceh sebagai lembaga yang berwenang mengawasi Pemilu sesuai amanat Undang-undang
Nomor 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu, sesegera mungkin dapat
menjalankan tugas dan fungsinya dengan
normal.
Ketua Bawaslu RI Muhammad mengatakan pihaknya dapat menyepakati
jumlah anggota Bawaslu Aceh berjumlah
5 (lima) orang dengan komposisi 3 + 2,

yakni anggota Bawaslu Aceh saat ini sebanyak 3 orang (versi Bawaslu RI) ditambah 2 orang yang akan diseleksi oleh
DPRA. Pertimbangannya, bila rekruitmen
anggota Bawaslu Aceh dimulai dari awal
maka akan menimbulkan persoalan-persoalan baru terkait pengawasan tahapan
Pemilu 2014 mengingat Pemilu 9 April
2014 tersisa kurang dari 2 (dua) bulan
lagi.
Solusi terbaik adalah 3 plus 2, yang
3 sudah bekerja ditambah 2 orang yang
akan diusulkan Pemerintah Aceh dan
DPR Aceh, kata Muhammad saat memimpin pembahasan Bawaslu Aceh dan
Panwaslu kabupaten/kota se Aceh dengan
Tim Pemerintahan Aceh yang terdiri dari
DPRA dan Pemerintah Aceh,
Kendati Bawaslu RI menyepakati
penambahan jumlah anggota Bawaslu
Aceh menjadi 5 (lima) orang, hal ini bukan tanpa masalah sebab akan berimplikasi pada penambahan anggaran gaji untuk
2 (dua) anggota Bawaslu Aceh. Penamba-

han 2 (dua) orang ini belum dianggarkan


dalam APBN tahun 2014 karena tidak
memiliki dasar hukum. Untuk mendapatkan solusi, Pimpinan Bawaslu RI bersama
perwakilan Pemerintahan Aceh sepakat
menghadap Mendagri dan Menkopolkam
sehingga Pemerintah bisa mengeluarkan
kebijakan sebagai dasar untuk penambahan anggaran 2 (dua) orang anggota Bawaslu Aceh.
Dalam waktu dekat, kita akan bersama-sama menghadap menteri, kalau perlu
menghadap presiden supaya tambahan
dua orang ini bisa didanai pemerintah,
ujar Muhammad.
Sementara itu, juru bicara Pemerintahan
Aceh, Nurzahri dan Asisten I Pemerintah
Aceh Iskandar A. Gani mewakili Gubernur
Aceh dan DPRA menyambut baik persetujuan Bawaslu RI tentang jumlah anggota
Bawaslu Aceh sebanyak 5 orang. Terkait hal
teknis mengenai dasar hukum, masa jabatan
dan kewenangan rekruitmen akan dibicarakan lebih lanjut dengan Bawaslu RI.

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Akan lebih bagus kita mendorong


Mendagri dan Menkopolhumkam untuk
membicarakan hal ini. Kita juga perlu
pegangan hukum agar tindakan kita juga
tidak bermasalah dengan hukum, kata
Nurzahri saat audiensi dengan Pimpinan
Bawaslu RI, Senin (16/2) lalu.
Menanggapi hal ini, Ketua Bawaslu
Muhammad mengatakan sebelum bertemu dengan Mendagri, Menkopolhumkam
dan Menkeu maka Bawaslu dan Pemerintahan Aceh sudah harus satu suara terkait teknis dan mekanisme penambahan 2
(dua) anggota Bawaslu Aceh Terhadap
hal-hal teknis yang bisa menimbulkan
perbedaan, kita selesaikan dulu disini sebelum ke menteri. Biar nanti tidak mentah
pembicaraannya, ujarnya.
Gugatan Mahkamah Konstitusi
Ihwal polemik Bawaslu RI dengan
Pemerintahan Aceh bermula dari perbedaan tafsir undang-undang. Pemerintahan Aceh berpegang pada UU Nomor 11
Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh
terutama pada pasal 60 yang menyatakan
anggota Panitia Pengawas Pemilihan
Aceh beranggotakan 5 (lima) orang yang
di usulkan DPRA/DPRK. Sementara Bawaslu RI berpegang pada Undang-undang
Nomor 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu khususnya pasal 72 yang
menyebutkan anggota Bawaslu Provinsi
dan Panwaslu Kabupaten/Kota berjumlah
3 orang dan berlaku di seluruh Indonesia
tanpa terkecuali.
Berpegang pada UU Nomor 15 Tahun 2011, Bawaslu RI memulai rekruitmen calon anggota Bawaslu Aceh meski
dibayang-bayangi penolakan oleh Pemerintah Aceh dan DPRA. Setelah melalui
uji kelayakan, terpilihlah 3 (tiga) anggota
Bawaslu Aceh periode 2013-2018 atas
nama Asqalani S.Th, MH, DR Muklir
S.Sos, SH, MAP dan Zuraida Alwi S.Pd,
M.Pd yang dilantik Ketua Bawaslu DR
Muhammad tanggal 15 April 2013.
Namun dalam perjalanannya, keberadaan anggota Bawaslu Aceh tetap
mendapatkan penolakan dari Pemerintah
Aceh dan DPRA. Kendatipun dalam pasal 60, Undang-undang Nomor 11 Tahun
2006 tentang Pemerintahan Aceh berpegang bahwa Panwaslu provinsi/kabupaten/kota bersifat ad-hoc dan harus dipilih oleh Pemerintahan Aceh. Sementara

Terhadap hal-hal teknis


yang bisa menimbulkan
perbedaan, kita selesaikan
dulu disini sebelum ke
menteri. Biar nanti tidak
mentah pembicaraannya

dalam Undang-undang Nomor 15 tahun


2011, Panwaslu provinsi berubah nama
menjadi Bawaslu Provinsi dan bersifat
definitif karena anggotanya dipilih selama 5 (lima) tahun sekali. Sedangkan
Panwaslu kabupaten/kota bersifat ad-hoc.
Kendati demikian, Pemerintah Aceh
dan DPRA tetap berpegang pada Undangundang Nomor 11 Tahun 2006. Mereka tetap menolak keberadaan Bawaslu
Provinsi versi Bawaslu RI. Bentuk penolakan tersebut ditunjukkan dengan penarikan fasilitas Kantor Bawaslu Aceh dan
pegawai Sekretariat Bawaslu yang pernah
dipinjamkan Pemerintah Aceh beberapa
waktu lalu.
Karena berlarut-larutnya persoalan
Bawaslu Aceh, Bawaslu RI pada bulan Juni 2013 mengajukan pemohonan
sengketa kewenangan lembaga negara
(SKLN) ke Mahkamah Konstitusi (MK)
guna mendapatkan kepastian hukum,
undang-undang mana yang akan dipakai
dalam pembentukan Bawaslu Aceh.
Namun sidang pleno terbuka Mahkamah Konstitusi yang dihadiri delapan hakim konstitusi dan pemohon, menyatakan
menolak permohonan SKLN. Alasannya,
objek perkara (objectum litis) dalam
perkara tersebut bukanlah kewenangan
yang diberikan oleh Undang-Undang
Dasar 1945 kepada Pemohon (Bawaslu),
sehingga bukan kewenangan MK untuk memutusnya. Menurut Mahkamah,
kewenangan yang menjadi objectum litis permohonan Pemohon bukanlah kewenangan Pemohon yang diberikan oleh
UUD 1945, melainkan kewenangan yang
diberikan oleh Undang-Undang, yaitu
UU 15/2011, sehingga bukan merupakan
objectum litis dalam SKLN sebagaimana
dimaksud Pasal 24C ayat (1) UUD 1945
dan Pasal 61 UU MK, ungkap Wakil
Ketua MK Arief Hidayat, dalam Sidang

Pengucapan Putusan Nomor 3/SKLNXI/2013 tersebut di Ruang Sidang Pleno MK.


MK memberi catatan terkait persoalan
ini. Menurut MK, terlepas dari Pemohon
tidak memenuhi syarat objectum litis dan
subjectum litis, permasalahan kewenangan pembentukan Bawaslu Provinsi,
yakni Bawaslu Aceh, adalah permasalahan yang sangat penting untuk segera
diselesaikan karena hal tersebut memiliki
pengaruh yang besar pada pelaksanaan
Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden
Tahun 2014 mendatang.
Karenanya, menurut Mahkamah,
pemohon dan para termohon harus memusyawarahkan penyelesaian masalah
tersebut dalam rangka segera terbentuknya
Bawaslu Provinsi maupun Panwaslu
kabupaten/Kota dengan menggunakan
pendekatan penyelesaian konflik norma
sesuai dengan prinsip-prinsip dalam berhukum. Apabila tidak mencapai kesepakatan, pemohon dapat melakukan upaya hukum lain yang tersedia seperti permohonan
pengujian undang-undang, kata Arief.
Pimpinan Bawaslu RI Muhammad,
Nelson Simanjuntak dan Endang Wihdatiningtyas sempat menyayangkan lambatnya putusan SKLN di MK bila hasilnya
menyatakan MK tidak dapat memutuskan
SKLN tersebut. Menurut mereka sekiranya
putusan MK tersebut dapat diputuskan
menjelang akhir tahun 2013 lalu, maka polemik Bawaslu Aceh akan lebih cepat selesai.
Terhadap putusan MK, Ketua Bawaslu
Aceh, Asqalani mengatakan sejauh belum
adanya keputusan lain dari Bawaslu RI,
pihaknya masih tetap melanjutkan tugastugas pengawasan pemilu di Aceh sesuai
amanah Undang-undang Nomor 15/2011.
Terlebih, katanya, dalam amar putusan
MK itu tidak membicarakan soal legalitas
pembentukan Bawaslu di Aceh sehingga
Bawaslu Aceh beranggapan tugas-tugas
pengawasan masih terus dapat dijalankan.
Dikatakan, pihaknya menyadari jika
dalam pembentukan Bawaslu Aceh masih
ada perbedaan pandangan antara DPRA
dengan Bawaslu RI tentang lembaga
mana yang berhak membentuk Bawaslu
di Aceh. Kita berharap dan mendorong
apa yang disarankan MK agar adanya
musyawarah. Kita sangat apresiasi dan
kita dorong agar ini bisa dikomunikasikan
kembali. Kami sebatas pelaksana tugas
dari Bawaslu Pusat, ujarnya. [RS/AHI)

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Setiap Tahun Parpol Dapat Dana Pemerintah

ahukah anda, setiap tahun partai politik yang mendapatkan kursi di DPR RI, DPRD Provinsi dan Kabupaten
mendapatkan bantuan dana dari pemerintah. Karenanya
ketika usulan saksi parpol di setiap tempat pemungutan suara
(TPS) dalam Pemilu 2014 didanai pemerintah, banyak menuai
penolakan keras baik dari kalangan pengamat politik, politisi
parpol hingga masyarakat.
Berdasarkan amanat Undang-undang Nomor 2 tahun 2008
tentang Partai Politik sebagaimana telah diubah dalam UU Nomor 2 tahun 2011 dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5 tahun 2009 sebagaimana telah diubah dalam PP nomor 83 tahun
2012 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik, Pemerintah melalui Kementrian Dalam Negeri telah mengeluarkan
Permendagri Nomor 26 tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Permendagri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara
Penghitungan, Pengganggaran Dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan
Keuangan.
Pemberian bantuan keuangan Partai Politik diberikan secara
proporsional yang penghitungannya berdasarkan jumlah perolehan suara. Ada tiga macam pemberian bantuan keuangan kepada
Partai Politik, yaitu:
(1) Bantuan keuangan yang bersumber dari APBN diberikan
kepada Partai Politik di tingkat pusat bagi yang mendapat
kursi di DPR.
(2) Bantuan keuangan yang bersumber dari APBD provinsi diberikan kepada Partai Politik di tingkat provinsi bagi yang
mendapat kursi di DPRD provinsi.
(3) Bantuan keuangan yang bersumber dari APBD kabupaten/
kota diberikan kepada partai politik di kabupaten/kota bagi
yang mendapat kursi di DPRD kabupaten/kota.
Cara perhitungan bantuan keuangan untuk parpol sesuai ketentuan tersebut sebagai berikut:
Bantuan Parpol Tingkat Pusat
Sebelum masuk pada perhitungan berapa besar parpol di
tingkat pusat mendapatkan bantuan keuangan negara, pertama
harus menentukan nilai bantuan per suara terlebih dahulu, dengan cara; Jumlah bantuan APBN tahun anggaran sebelumnya
dibagi dengan jumlah perolehan suara hasil Pemilu DPR periode
sebelumnya berdasarkan penghitungan suara secara nasional
yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum.
Setelah itu, baru bisa diketahui besaran jumlah bantuan
keuangan yang yang dialokasikan APBN setiap tahun untuk partai politik, dengan cara; Jumlah perolehan suara hasil pemilu
2009 dikalikan dengan nilai bantuan persuara.
Selanjutnya dapat diketahui besaran bantuan keuangan yang
akan diterima oleh setiap partai politik, dengan cara; Jumlah
perolehan suara partai politik hasil pemilu 2009 dikalikan dengan nilai bantuan persuara.
Simulasi Perhitungan:
Pada Pemilu Tahun 2009; Jumlah Kursi di DPR Tahun 2004

adalah 555 Kursi; bantuan untuk Partai Politik perkursi berdasarkan PP Nomor 29 Tahun 2005 dihargai Rp.21.000.000,-/
Kursi. Jadi, bantuan untuk seluruh Parpol pada Tahun 2009 berarti Rp.11.550.000.000,- Sedangkan Suara Sah Pada Pemilu
2004 sebesar 113.462.414 suara dan suara sah pada Pemilu 2009
sebesar 104.095.847 suara. Pemenang Pemilu tahun 2009 dengan jumlah perolehan suara tertinggi adalah Partai Demokrat
yang memperoleh 21.703.137 suara atau 20,85%.
Diketahui:
Alokasi Bantuan Parpol dalam APBN Tahun 2009 = Rp.11.550.000.000,Suara Sah Pemilu 2004
= 113.462.414 suara
Suara Sah Pemilu 2009
= 104.095.847 suara
Suara Partai Demokrat 2009
= 21.703.137 suara
[1] Setelah mengetahui jumlah bantuan APBN untuk Partai Politik Tahun Anggaran 2009 dan Suara Sah Pada Pemilu 2004, bisa mengetahui nilai bantuan persuara, yakni
11.550.000.000/113.462.414 = 102.
Jadi nilai bantuan persuaranya Rp.102,[2] Jumlah bantuan keuangan yang yang dialokasikan APBN
setiap tahunnya untuk partai politik, 104.095.847 x 102 =
Rp.10.617.776.394,[3] Jumlah bantuan keuangan yang akan diterima oleh setiap
partai politik, contohnya partai Demokrat yang mendapatkan suara terbanyak, yakni: 21.703.137 x 102 =
Rp. 2.213.719.974,Bantuan Tingkat Provinsi
Tata cara penghitungan bantuan kepada partai politik dari
APBD Provinsi, tidak jauh berbeda dengan Tingkat Pusat hanya
saja disesuaikan dengan level provinsi, seperti jumlah kursi di
DPRD, dan Jumlah suara sah Pemilu 2004 dan 2009 Tingkat
Provinsi, yakni:
1. Besarnya nilai bantuan persuara untuk partai politik yang
mendapatkan kursi di DPRD Provinsi yang bersumber dari
APBD Provinsi adalah jumlah bantuan APBD Provinsi tahun anggaran sebelumnya dibagi dengan jumlah perolehan
suara hasil Pemilu DPRD Provinsi periode sebelumnya berdasarkan penghitungan suara yang ditetapkan oleh Komisi
Pemilihan Umum;
2. Besarnya jumlah bantuan keuangan yang dialokasikan
dalam APBD Provinsi setiap tahun untuk partai politik
adalah jumlah perolehan suara hasil pemilu 2009 dikalikan
dengan nilai bantuan persuara; dan
3. Jumlah bantuan keuangan dari APBD Provinsi setiap tahun
kepada masing-masing partai politik adalah jumlah perolehan suara partai politik hasil pemilu 2009 dikalikan dengan
nilai bantuan persuara.
Bantuan Tingkat Kabupaten/Kota
1. Besarnya nilai bantuan persuara untuk partai politik yang
mendapatkan kursi di DPRD kabupaten/kota yang bersumber dari APBD kabupaten/kota adalah jumlah bantuan APBD

10

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

kabupaten/kota tahun anggaran sebelumnya


Contoh Jumlah Bantuan Partai Politik Yang Lolos pada Pemilu 2009
dibagi dengan jumlah perolehan suara hasil
No Partai Nama Partai
Kursi
Perolehan Suara Jumlah Bantuan
Pemilu DPRD kabupaten/kota periode sebel1
Partai Hati Nurani Rakyat
18
3.922.870
400.132.740
umnya berdasarkan penghitungan suara yang
5
Partai Gerakan Indonesia Raya
26
4.646.406
473.933.412
8
Partai Keadilan Sejahtera
57
8.206.955
837.109.410
ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum;
9
Partai Amanat Nasional
43
6.254.580
637.967.160
2. Besarnya jumlah bantuan keuangan yang di13
Partai Kebangkitan Bangsa
27
5.146.122
524.904.444
alokasikan dalam APBD kabupaten/kota se23
Partai Golongan Karya
107
15.037.757
1.533.851.214
tiap tahun untuk partai politik adalah jumlah
24
Partai Persatuan Pembangunan
37
5.533.214
564.387.828
28
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 95
14.600.091
1.489.209.282
perolehan suara hasil pemilu 2009 dikalikan
31
Partai Demokrat
150
21.703.137
2.213.719.974
dengan nilai bantuan persuara sebagaimana
Jumlah:
560
85.051.132
8.675.215.464
dimaksud pada huruf a; dan
3. Jumlah bantuan keuangan dari APBD kabuJadi, bantuan yang diberikan oleh Negara melalui APBN kepada parpol setiap tahunnya adalah
Rp.8.675.215.464,-(HM/fitra)
paten/kota setiap tahun kepada partai politik
adalah jumlah perolehan suara partai politik
juan Bantuan Keuangan Partai Politik, Verifikasi Kelengkapan
hasil pemilu 2009 dikalikan dengan nilai banAdministrasi Partai Politik, Mekanisme Penyaluran Bantuan
tuan persuara sebagaimana dimaksud pada huruf a.
Tentunya bantuan keuangan untuk parpol tidak serta-merta Keuangan Kepada Partai Politik, Aturan Penggunaan Bantuan
diberikan oleh Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah. Ada Keuangan Partai Politik, dan Laporan Pertanggungjawaban
beberapa syarat dan ketentuan yang berlaku; seperti, Penga- Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik.(HM)

Dana Saksi Parpol Hampir Pasti Batal


Pembahasan peraturan Presiden tentang
saksi partai politik hampir dipastikan dibatalkan Kementerian Dalam Negeri pasalnya tidak satupun kementrian atau lembaga
negara bersedia menjadi tempat titipan
kucuran dana yang akan disalurkan kepada
saksi partai politik peserta Pemilu 2014.
Badan Pengawas Pemilu RI yang semula
diminta Kemendagri, mengelola dana saksi
parpol telah mengambil sikap tidak akan
menerima titipan dana tersebut.
Semula rancangan peraturan presiden
(Perpres) saksi parpol akan menjadi satu
dengan mitra pengawas pemilu lapangan
(PPL) yang diusulkan Bawaslu RI kepada pemerintah. Total dana yang diusulkan pemerintah untuk saksi parpol sekitar
Rp 654,9 miliar untuk Pileg dan Pilpres.
Namun pasca usulan saksi parpol didanai pemerintah mencuat ke permukaan dan
banyak mendapatkan tentangan termasuk
dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
maka usulan tersebut urung dilanjutkan
pemerintah.
Berdasarkan sumber Bawaslu, dalam
dokumen rancangan Perpres draft tanggal
15 Januari 2014 masih tertulis Rancangan Perpres Nomor......Tahun 2014 tentang
Pembentukan Mitra Pengawas Pemilihan
Umum Lapangan dan Saksi Partai Politik
di setiap Tempat Pemungutan Suara dalam
Penyelenggaraan Pemilihan Umum 2014.
Namun dalam draft tertanggal 24 Januari
2014, kalimat saksi partai politik telah di
coret. Terkait dihapusnya kalimat saksi par-

pol dalam rancangan Perpres maka berimplikasi pada tertundanya usulan anggaran
untuk mitra PPL. Saat ini rancangan Perpres
tersebut masih berada di Kementrian Dalam
Negeri.
Ketua Bawaslu Muhammad mengatakan, usulan anggaran dana saksi parpol itu
bukan berasal dari inisiatif Bawaslu melainkan dari pemerintah sendiri. Dia menilai
keberadaan saksi parpol memang penting
untuk ikut mengawal proses pemungutan
dan penghitungan suara di TPS, namun hal
itu bukan merupakan kebutuhan Bawaslu.
Pertemuan terakhir di Kantor Menko
Polhukam, kesimpulannya di poin empat
mengatakan terkait pembahasan dana saksi
parpol itu ditunda menunggu pembahasan
lanjutan. Tidak mungkin Bawaslu menginisiasi pertemuan itu karena diusulkan oleh
Kemenko Polhukam, kata Muhammad
kepada wartawan di sela-sela acara Rakornas Pemantapan Pemilu 2014 yang di gagas
Kemendagri di Jakarta Convention Center,
Senayan Jakarta, Selasa (11/2).
Lebih lanjut Muhammad mengemukakan, tidak ada satu alasan kuat bagi Bawaslu RI menerima titipan dana saksi parpol
melalui rekening Bawaslu. Justru bila Bawaslu RI menerima titipan dana saksi parpol pada Pemilu 2014 dikhawatirkan akan
menjadi preseden buruk pada citra lembaga
Bawaslu.
Sementara itu Mendagri Gamawan
Fauzi tidak menampik usulan dana saksi
parpol tidak dilanjutkan dalam pembahasan

11

rancangan Perpres. Alasannya, pemerintah


perlu mendapat persetujuan parpol peserta
Pemilu 2014 dan ada lembaga pemerintah
yang bersedia mengucurkan anggaran dana
saksi parpol tersebut.
Saya sudah sampaikan dua hal penting, yaitu harus ada kepastian bahwa parpol peserta Pemilu setuju dan harus ada
lembaga yang bersedia menerima dan menjalankan, kata Mendagri Gamawan Fauzi
kepada wartawan usai membuka Rakornas
Pemantapan Pemilu Pemantapan Pemilu
2014 di Jakarta.
Kemendagri telah menyurati Bawaslu
terkait dana saksi parpol untuk meminta Bawaslu memastikan dan menjamin seluruh
parpol peserta Pemilu 2014 menyetujui saksi parpol didanai pemerintah dan sekaligus
meminta Bawaslu untuk menjadi lembaga
penyalur dana saksi parpol tersebut.
Makanya saya serahkan saja ke lembaga penyelenggara Pemilu, kalau tidak
disampaikan ke kami dan tidak ada yang
mau bertanggung jawab ya tidak akan kami
berikan, kata Gamawan.
Kemendagri sebelumnya telah membahas persoalan dana saksi parpol secara internal dan pemerintah tetap pada pendirian
awal bahwa bilamana partai tidak sepakat,
maka kemendagri tidak akan merekomendasikan untuk dana parpol itu. Kalau tidak ada lembaga yang bertanggung jawab,
mempertanggungjawabkan uang yang akan
dibantu itu, saya tidak akan merekomendasi.
Artinya tidak ada uang, ujarnya.[RS/HM]

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Masyarakat Permisif Politik Uang

Bawaslu Siapkan Strategi (Khusus)


Antisipasi Kecurangan Hari H
Semakin tinggi party id atau kedekatan seseorang terhadap
sebuah partai, maka tingkat toleransi terhadap politik uang
juga cenderung menurun

ahapan pemungutan dan penghitungan suara pada 9 April 2014


merupakan proses penentuan hidup dan mati peserta pemilu. Oleh karena
itu, pada tahapan ini juga potensi pelanggaran dan kecurangan diprediksi akan
banyak terjadi. Oknum-oknum yang terlibat, bisa jadi bukan hanya dari peserta
Pemilu tetapi juga penyelenggara pemilu
bahkan masyarakat sebagai pemilih.
Kecenderungan kecurangan tersebut,
bukan isapan jempol belaka. Berdasarkan
berbagai pengalaman dalam Pemilu 2009
dan Pemilu Kada, praktik kecurangan
yang terjadi di tempat pemungutan suara (TPS) sangat beragam jenisnya, mulai dari yang main belakang sampai yang
kelihatan dengan kentara di depan mata.
Tidak dapat dipungkiri caleg dan parpol
butuh suara, apapun pasti dilakukan untuk
mendapatkannya.
Tidak sampai di situ, sebelumnya,
para peserta pemilu juga akan berupaya
menggoda pemilih pada masa tenang.
Godaan tersebut bisa berupa uang tunai,
sembako, voucher, ataupun barang-barang kebutuhan lainnya. Padahal, pada
waktu tersebut, peserta pemilu sudah dilarang untuk mempengaruhi para pemilih,
apalagi melakukan praktik politik uang.
Peserta pemilu dan caleg seperti
ini, sebenarnya sudah tidak layak untuk
menjadi wakil rakyat di parlemen nanti.
Orang-orang semacam ini merupakan
bibit baru koruptor di masa mendatang,
pesan Pimpinan Bawaslu Nasrullah.
Ia menganalogikan bahwa para pemilih yang terlibat dalam praktik politik
uang, juga ikut bertanggung jawab me-

lenggangkan ia menuju parlemen. Sehingga, nantinya kalo ia terlibat dalam kasus korupsi, maka si pemilih tidak berhak
menyalahkan apalagi memaki, karena ia
pun sudah terlibat dalam praktik semacam
ini.
Ketua Bawaslu Muhammad, pernah
mengatakan dalam sebuah diskusi, bahwa
ia menemukan spanduk di sebuah daerah
yang menyatakan menerima politik uang
dengan tangan terbuka. Spanduk yang
terpampang besar di tengah kota tersebut,
membuatnya berpikir sudah sedemikian
parah tingkat permisifitas masyarakat terhadap money politics.
Sedih saya membaca spanduk tersebut. Namun, inilah kenyataan yang harus dihadapi, bahwa sebagian masyarakat
kita menganggap politik uang sebagai hal
yang wajar, tuturnya.
Hal serupa disampaikan oleh lembaga
survey Indikator Politik Indonesia. Sikap
toleran publik terhadap politik uang dalam
pemilu dinilai sudah pada level mengancam demokrasi Indonesia. Berdasarkan
hasil survey sebanyak 41,5 persen responden menilai politik uang sebagai hal yang
wajar. Sebanyak 57,9 persen mengaku tidak bisa menerima politik uang dan 0,5
persen tidak menjawab.
Survei itu dilakukan dengan mengambil populasi di 39 daerah pemilihan
(dapil). Tiap dapil diambil 400 responden.
Wawancara dilakukan pada SeptemberOktober 2013. Burhanuddin meyakini
responden yang diambil mewakili seluruh
populasi.
Dari 41,5 persen responden yang
mengaku bisa menerima politik uang, In-

12

dikator lalu menanyakan kepada mereka


apakah akan menerima uang atau barang
yang diberikan. Hasilnya, sebanyak 55,7
persen mengaku akan menerima, namun
memilih calon berdasarkan hati nuraninya.
Lalu, sebanyak 28,7 persen mengaku
akan menerima dan memilih calon yang
memberikan uang/barang. Sebanyak 10,3
persen akan menerima, namun memilih
calon yang memberi uang lebih baik.
Hanya 4,3 persen yang mengaku tidak
akan menerima pemberian dan 1 persen
tidak menjawab.
Burhanuddin Muhtadi menjelaskan
bahwa variabel penting yang mendorong
semakin meningkatnya tingkat toleransi masyarakat terhadap money politics
adalah rendahnya tingkat party id (kedekatan dengan parpol) pemilih yang
menunjukkan trend menurun dan mengkhawatirkan.
Semakin tinggi party id atau kedekatan seseorang terhadap sebuah partai,
maka tingkat toleransi terhadap politik
uang juga cenderung menurun, tuturnya.
Ia juga berharap menyerukan agar
parpol-parpol segera berbenah diri guna
meningkatkan party id atau kedekatan secara pskologis dengan para pemilih. Hal
ini akan berimbas dengan biaya politik
yang dapat ditekan apabila pemilih merasa dekat dengan partai tersebut sesuai
dengan hasil temuan survey kali ini.
Lebih lanjut, berdasarkan temuan Bawaslu dalam pelaksanaan Pemilu Kada
juga ditemukan bahwa politik uang dapat
dilakukan dengan berbagai modus. Dalam
istilah yang disampaikan oleh Ketua Bawaslu yakni, politik uang pra bayar dan
pasca bayar.
Politik uang dengan pra bayar, sudah mulai ditinggalkan oleh para pelaku,
karena banyak pemilih yang ternyata
tidak memberikan hak pilihnya kepada
calon yang memberikan. Hal tersebut
diketahui setelah hasil penghitungan suara yang ternyata tidak signifikan dengan
uang yang digelontorkan. [FS]

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Jelang Pemilu, Komnas HAM Inginkan


Komunikasi yang Intensif dengan Bawaslu

Pertemuan Bawaslu dengan Komnas HAM

omnas HAM berkewajiban memastikan hak politik warga negara


terpenuhi dan berencana melakukan pemantauan Pemilu, oleh karena itu
Komnas HAM menginginkan komunikasi
yang intensif antara Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dengan Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
Hal tersebut dikatakan Komisioner
Komnas HAM, Imdadun Rahmat dalam
kunjungannya bersama rombongan antara
lain Komisioner Komnas HAM Roichatul
Aswidah, Natalius Pigai, Ansori Sinungan
dan Maneger Nasution ke Bawaslu, Senin
(3/2). Kunjungan tersebut diterima langsung Ketua Bawaslu, Muhammad, Pimpinan Bawaslu, Endang Wihdatiningtyas dan
Nelson Simanjuntak, Tim Asistensi Bawaslu, Saparuddin dan Kepala Bagian Humas
dan Antar Lembaga, Hengky Pramono.
Komnas HAM tupoksinya terkait dengan penegakkan HAM maka pemantauan
yang dilakukan Komnas HAM lebih berwarna, lebih sensitif pada pemenuhan hak
asasi. Pemantauan yang akan dilakukan
Komnas HAM agak berbeda dengan yang
dilakukan Bawaslu atau pemantau lainnya. Kami mengambil fokus pada vulnerable vooters atau pemilih yang rentan yaitu
orang-orang ada dipenjara, kelompok masyarakat yang tereksekusi yang banyak dikurangi hak-haknya, saudara kita eks tahanan politik (tapol), minoritas agama/suku,
masyarakat di pengungsian, masyarakat
yang berada di lokasi lokasi yang terpen-

cil, masyarakat dengan kebutuhan khusus,


jelas Imdadun.
Imdadun menambahkan Komnas HAM
ingin memihak kelompok yang paling lemah dan apakah kelompok yang rentan ini
sudah terlayani dengan baik atau belum.
Inilah yang akan dilakukan Komnas
HAM dalam berkontribusi dalam Pemilu,
yaitu Pemilu zona merah, yang diramalkan
akan muncul kerawanan dan ketegangan.
Komnas HAM berkonsentrasi bagaimana
agar Pemilu dapat berjalan dengan aman
dan damai. Komnas HAM berharap agar
Pemilu dilaksanakan sebaik-baiknya,
terangnya.
Terkait jaminan akan tidak terjadi kecurangan, Imdadun Rahmat menjelaskan
dalam diskusi antara Komnas HAM dengan sejumlah masyarakat, terungkap bahwa manipulasi suara adalah puncak dari
pelanggaran HAM politik warga negara,
oleh karena itu masyarakat berharap agar
komnas HAM mengeluarkan peryataan
bahwa manipulasi suara harus disikapi
dengan serius. Proses Pemilu yang kita
perjuangkan dengan susah payah tidak ada
artinya bila ada manipulasi suara tersebut.
Sementara itu Komisioner Komnas
HAM, Roichatul menyatakan bahwa Komnas HAM memang diminta untuk mengawasi Pemilu agar berjalan secara fair dan
tidak ada diskriminasi, dan universal, adanya kesetaraan yaitu one person, one vote,
one value (satu pemilih, satu suara, satu
nilai). Selanjutnya Komisioner Komnas

13

CHRISTINA KARTIKAWATI

HAM, Natalius Pigai menambahkan Komnas HAM ingin menjalin kemitraan dengan
Bawaslu dan mendukung Bawaslu sebagai
Pengawas Pemilu.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Bawaslu, Muhammad, bersama Pimpinan
Bawaslu, Endang Wihdatiningtyas dan
Nelson Simanjuntak menyambut baik usulan menjalin komunikasi intensif antara
Bawaslu dengan Komnas HAM. Ketua Bawaslu, Muhammad menjelaskan, saat ini
Bawaslu sudah mempunyai program pengawasan partisipatif yang dikenal dengan
gerakan sejuta relawan pengawas Pemilu.
Selain itu, kata Muhammad, Bawaslu
sudah menanda tangani MoU dengan lembaga negara yang mempunyai fungsi sama
di bidang pengawasan. Khusus pada hari
H pemungutan dan penghitungan suara
pada tanggal 9 April 2014, Bawaslu memperkuat pengawasan dengan membentuk
mitra Pengawas Pemilu Lapangan (PPL).
Bawaslu akan menempatkan dua orang mitra PPL di setiap tempat pemungutan suara
(TPS).
Banyak pihak meminta Bawaslu agar
care terhadap persoalan Pemilu, terutama terkait daftar pemilih. Karena itu,
Bawaslu ingin memastikan, warga negara
yang memenuhi syarat, wajib diperjuangkan untuk ikut memilih. Langkah nyata
yang dilakukan adalah membuat kesepahaman bersama, karena tantangan Pemilu
sekarang ini sudah berbeda dengan Pemilu
2009, tandas Muhammad.[CK]

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Ramlan Surbakti

Pemilu Masih Ada Harapan


Masyarakat Indonesia berharap banyak pada Pemilu 2014
mendatang. Walaupun kesuksesan Pemilu 1955 mungkin
belum dapat terwujud, namun diharapkan Pemilu 2014
menjadi titik balik kualitas pemilu yang terus menurun secara kualitas dari periode ke periode. Namun, sebagian pihak
skeptis itu bisa terwujud.

Ahli Kepemiluan Ramlan Surbakti mengatakan, pada hakikatnya Pemilu


2014 mendatang masih akan memberikan harapan bagi masyarakat Indonesia. Pemilu itu baik, jadi untuk mencapainya harus dengan cara yang baik
juga. Pemilu yang baik, ialah persaingan yang bebas dan adil antar peserta
pemilu.
Persaingan yang bebas dan adil, ialah semua kontestan mendapat suara
dengan cara-cara politik. Politik itu bukan cara kasar atau jual beli suara,
tetapi cara dialogis untuk menarik minat rakyat. Jadi rak-yat memilih karena
kesadaran, bukan karena paksaan apalagi iming-iming uang, tuturnya.
Ramlan menyebutkan, ada beberapa kondisi transaksional yang kerap
terjadi dalam Pemilu. Pertama, petahana menggunakan sumber daya negara
untuk kepentingan kampanye dirinya. Kedua, ketidak patuhan peserta terhadap peraturan terkait dana kampanye. Ketiga, media massa cetak dan elektronik tidak secara objektif dan berimbang dalam iklan dan pemberitaan.
Keempat, semua peserta pemilu menjelek-jelekan partai lain tanpa dasar.
Terkait dengan penggunaan sumber daya negara, biasanya pe-tahana atau
caleg yang menjadi pejabat negara melakukan manipulasi fiskal sebelum pemilu atau kebijakan komposisi pengeluaran untuk kepentingan kampanye.
Dana bansos dan dana optimalisasi ini bisa jadi misinya adalah politik
transaksional, pungkas Guru Besar Unair Surabaya itu.
Perlu diketahui, dalam kontestasi Pemilu, pengeluaran parpol lebih besar
dari penerimaan. Darimana anggaran diperoleh untuk menutupinya? Salah
satunya berasal dari anggaran negara yang bersifat illegal.
Jika di Eropa Barat, memang partai secara resmi mendapat dana dari
negara. Beda di Indonesia, anggaran negara didapat dengan cara yang illegal, paparnya.
Dana besar yang digelontorkan oleh partai politik, tutur Ramlan, digunakan dalam transaksi dengan calon dengan pemilih. Calon punya uang, pemilih punya suara. Ia mencontohkan, dalam pada kasus yang terjadi di Bali,
dimana ada kesepakatan dengan calon tertentu, dengan imbalan yang sudah
disepakati.
Tetapi yang terjadi, ada kepala banjar yang mencoblos 40 surat suara
sekaligus. Kesepakatan dipersilakan, namun soal pilihan seharusnya diberikan langsung kepada masing-masing pemilih, tambah Ramlan.
Tidak semua pemilih mata duitan. Jika calon yang hendak dipilih memang bagus, maka diberi uang pun mereka tidak akan mau. Namun, yang
terjadi banyak calon yang tidak dikenal track recordnya akibatnya, mereka
lebih memilih menerima uangnya.
Ada juga transaksi yang terjadi antara sesama peserta pemilu dengan penyelenggara Pemilu. Peserta pemilu yang mencari kekuasaan akan membeli
suara calon yang tidak berpeluang. Hal ini diamini oleh Penyelenggara Pemilu.
Begitu juga dengan petugas KPPS. Gaji mereka sangat kecil. Jika ada
yang dapat membayar lebih daripada gaji mereka sekarang maka otomatis
akan masuk angin, tuturnya. [FS]

14

Prof. Ramlan Surbakti

MERDEKA.COM

Nama

Ramlan Surbakti

Lahir

Tanjung Morawa Sumatera Utara, 20 Juni 1953

Isteri

Drs Psi Veronika Suprapti, MS E

Anak

Dua orang

Pendidikan

Riwayat
Pekerjaan

1. Fakultas Sospol Universitas Gajah Mada,


Jurusan Ilmu Pemerintahan.
2. Departemen Ilmu Politik Ohio University
Athens, Ohio Amerika Serikat
3. Departemen Ilmu Politik dengan Spesilisasi
Perbandingan Politik, Filsafat Politik dan Local
Politik Northen Illonis University, DeKalb Illonis,
Amerika Serikat.
:

1. Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, (1978)
2. Dosen Program Pasca Sarjana Unair, (1992)
3. Dosen Program Pasca Sarjana Universitas
Muhammadiyah, (1994)
4. Dosen Program Pasca Sarjana Universitas Darul
Ulum Jombang, (2000)
5. Perintis Jurusan Ilmu Politik pada Fisip Unair,
(1981)
6. Ketua Program Studi Ilmu Politik Fisip Unair,
(1982-1981)
7. Kepala Laboratorium Masalah Politik Fisip Unair,
(1997)
8. Ketua Program Studi Program Magister ilmuilmu Sosial Program Pasca Sarjana Unair, (19931999)
9. Ketua Program Study Program Doktor ilmu-ilmu
Sosial, Program Pasca Sarjana Unair, (1999)
10. Anggota Panitia Pengawasan Pemilu Pusat
(Panwaslu pusat), (1999)
11. Anggota Tim 7 Depdagri yang mempersiapkan
RUU Parpol, RUU Pemilu, RUU Susduk dan RUU
Pemda, (1998-1999)
12. Wakil Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU)
2004, (2001-2004)

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Divisi Pengawasan

Gunung Kelud Meletus

Bawaslu Ingatkan KPU


Soal Kerawanan Logistik

FOTO: trikfotografi.com

Peristiwa meletusnya Gunung Kelud di Kediri pada 13 Februari 2014, ternyata berdampak
juga pada pelaksanaan Pemilu mendatang.
Pasalnya, beberapa daerah di sekitar Gunung Kelud merupakan tempat pembuatan
logistik Pemilu 2014.

asca meletusnya Gunung Kelud, Bawaslu menerjunkan


tim dari Bagian Analisis Teknis Pengawasan dan Potensi
Pelanggaran untuk menelusuri proses pembuatan logistik
pemilu di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur yang merupakan
salah satu daerah sentral yang memproduksi logistik pemilu.
Karena tersiar kabar, bahwa aktivitas ekonomi di dua daerah
tersebut terganggu.
Untuk informasi Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur
memproduksi logistik untuk 25 provinsi dan 52 daerah pemilihan dewan perwakilan rakyat (DPR). Oleh karena itu, dengan

15

meletusnya Gunung Kelud, dapat dipastikan proses pembuatan


logistik pasti juga akan terhambat.
Dampak terburuknya, maka alat-alat logistik seperti surat suara, kotak suara, tinta, dan lain-lain bisa terlambat dari jadwal
yang telah ditentukan dan menyebabkan penyelenggaraan pemilu bisa tertunda, ujar Koordinator Divisi Pengawasan Daniel
Zuchron, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (13/2).
Menurut Daniel, bencana meletusnya Gunung Kelud, Jawa
Timur memang kejadian yang tidak dapat diprediksi sebelumnya. Namun, seharusnya KPU memiliki persiapan yang matang
jika ada kendala dalam pembuatan logistik dalam pemilu.
Jika tidak, tambah Daniel, KPU sedang berada dalam kesulitan saat ini. Dampak buruknya, KPU dan perusahaan pembuat
logistik akan bekerja ekstra cepat untuk memproses kebutuhan
logistik pemilu, tanpa memperhatikan kualitas logistik. Atau
lebih parahnya, KPU bisa saja menunda pelaksanaan pemungutan suara pada 9 April mendatang, dengan alasan bencana yang
mengakibatkan logistik tertunda.
Dari info yang didapatkan oleh Bawaslu, bahwa produksi
terhadap logistik pemilu oleh beberapa perusahaan yang terkena
imbas dari meletusnya Gunung Kelud untuk sementara terhenti.
Padahal, target perusahaan tersebut untuk menyelesaikan semua
logistik adalah pada 20 Maret 2014 mendatang.
Kami khawatir jika tidak segera diambil langkah strategis maka
hal kejadian ini bisa menimbulkan keterlambatan logistik pemilu. Untuk itu, kami akan terus berkoordinasi dengan KPU,
tegas Daniel.
Sementara itu, menurut informasi yang beredar, KPU sedang
mempertimbangkan penundaan pemilu jika terjadi keterlambatan dalam produksi logistik, karena dalam Undang-Undang
pun memperbolehkan dengan alasan bencana. Namun, KPU
tetap optimis bahwa perusahaan yang sudah ditunjuk dapat
memenuhi target produksi yang jatuh pada 20 Maret mendatang.
[FS]

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Divisi Organisasi dan SDM

Bawaslu Tuntaskan Pembentukan


Pengawas Pemilu Luar Negeri
Keberadaan warga negara
Indonesia di luar negeri
menjadi perhatian serius
Badan Pengawas Pemilu
dalam perhelatan Pemilu
2014. Jumlah WNI yang
mencapai 2.025.000 orang
sesuai daftar pemilih tetap
luar negeri (DPTLN) yang
dikeluarkan Komisi
Pemilihan Umum hingga 15
Januari 2014, harus dijamin
dapat menggunakan hak
pilihnya untuk menentukan
masa depan Indonesia dalam
Pemilu 2014.

al ini juga yang membuat Bawaslu secara bertahap merampungkan pembentukan dan pelantikan Pengawas Pemilu Luar Negeri
di 29 (dua puluh sembilan) negara perwakilan beberapa waktu lalu. Jumlah ini
sebenarnya belum ideal dibandingkan
dengan sebaran domisili WNI di luar negeri yang mencapai 130 negara. Namun
amanat Undang-undang Nomor 15 tahun
2011 dan Perbawaslu Nomor 15 tahun
2013, Pengawas Pemilu Luar Negeri di
bentuk di setiap negara yang memiliki
perwakilan RI dengan jumlah pemilih
diatas 5.000 orang.
Pimpinan Bawaslu Daniel Zuchron
mengatakan, idealnya pengawas Pemilu
luar negeri dibentuk sejak tahapan Pemilu
2014 dimulai yakni akhir Desember 2012
lalu. Namun karena keterbatasan anggaran dan persoalan teknis lainnya, Bawaslu baru dapat menuntaskan pembentukan
dan pelantikannya secara bertahap pada
Desember 2013.
Pasca pelantikan seluruh anggota Pengawas Pemilu Luar Negeri, Bawaslu bersama Pokja Pengawas Pemilu Luar negeri
Kementrian Luar Negeri menggelar rapat
pembahasan pola komunikasi dan koordinasi antara Bawaslu, Kemlu dengan
Pengawas Pemilu Luar Negeri di Jakarta,
selama tiga hari, mulai tanggal 17 sampai

PELANTIKAN PANWASLU LUAR NEGERI

tanggal 19 Febuari 2014. Pada kesempatan itu juga digunakan untuk mensosialisasikan aturan main Pemilu dengan cara
teleconference dengan Pengawas Pemilu
Luar Negeri.
Pimpinan Bawaslu Endang Wihdatiningtyas saat sosialisasi menjelaskan,
dalam menjalankan tugas pengawasan
Pemilu di luar negeri, Pengawas Pemilu
Luar Negeri akan diminta memberikan
data, informasi, dan laporan kepada Bawaslu terkait hasil pengawasan terhadap
proses dan tahapan Pemilu 2014 di luar
negeri. Data, informasi, dan laporan tersebut perlu dikelola dengan baik melalui
media komunikasi yang efektif, sehingga
laporan hasil pengawasan dari luar negeri dan tindak lanjutnya tidak mengalami
kendala karena faktor jarak lintas negara.
Menurut Endang, di antara sesama
anggota Pengawas Pemilu Luar Negeri dari negara yang berbeda juga perlu
berkomunikasi, terutama untuk berbagi
pengalaman dan pengetahuan di dalam
upaya mencegah pelanggaran Pemilu,
menangani dan menindaklanjuti dugaan
pelanggaran Pemilu yang terjadi di masing-masing negara. Pola komunikasi di
antara mereka tentu saja bersifat terbuka.
Sementara itu, ketika Pengawas Pemilu
Luar Negeri memberikan data, informasi,
dan laporan dugaan pelanggaran Pemilu

16

DOK. HUMAS

kepada Bawaslu, maka pola komunikasinya ada yang terbuka dan sebagian
lagi tertutup.
Saya berharap pengawas Pemilu luar
negeri dapat bekerja dengan baik meskipun komunikasi menjadi lebih terbatas
dibandingkan kondisi di dalam negeri,
ujar Endang
Pemilu Lebih Awal
Sementara itu, Komisioner KPU
Ferry Kurnia Rizkiyansyah mengatakan,
pelaksanaan pemungutan suara untuk
legislatif di luar negeri akan dilaksanakan
lebih dulu yakni antara tanggal 30 maret
2014 sampai tanggal 6 April 2014. Hal ini
antara lain mempertimbangkan hari libur
maupun kondisi cuaca di setiap negara
juga berbeda. Namun untuk penghitungan suara tetap dilaksanakan serentak di
dalam negeri pada tanggal 9 April 2014.
Yang akan menggelar Pemilu 30 Maret adalah Hongkong, Beijing, dan Brasil, kata Ferry kepada wartawan di KPU.
Mengenai teknis pemungutan suara
akan dilakukan dengan cara mendatangi
Tempat Pemungutan Suara di perwakilan
Indonesia di luar negeri dan melalui pos
bagi pemilih yang jaraknya jauh dengan
kantor perwakilan luar negeri.
Terhadap persoalan administrasi
untuk pengawas Pemilu luar negeri,

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Divisi Organisasi dan SDM

ANGGOTA PENGAWAS PEMILU LUAR NEGERI (Panwas LN)


PERWAKILAN NAMA Panwas LN

PERWAKILAN

NAMA Panwas LN

PERWAKILAN NAMA Panwas LN

EROPA

Dubai

Johanes Bosco Indra Wirawan


(Ketua)

Singapura

London

Panusunan Simanjuntak

Slamet Sumaryadi

I Dewa Gede Putra Negara

Adityo

Yuliana Kurniasari

Lucky Nurafiatin

Fira Hermawati
Den Haag

Jeddah

Ahmad Hambali Maskum

Syamsul Jamal Mali

Ahmad Hudaiby
Galihkusumah (Ketua)

Doha

Sri Nur Indrati Debus

AMERIKA

Muhammad Yasar
Bandar Seri
Begawan

Yadie Riyadi

Farini Anwar
Ahmad Yuliana

Hamzah Radjab (ketua)


Rusdiyanto

AUSTRALIA

Dedy Fazriansyah

Dadang Hermawan

Sydney

Eddy Sugandy

Muhamad Carlos Patriawan

Suwandi

Ahmad Difinubun

Rina Priyani

Andang Sunarto

Misbach Djamil

Kuching

Slmanjaya

Perth

Widyawati Husin
Muhidin Wasid
Muhammad Amin BN
Appa

Angga Hendrayana

Dicky Fajar Maulana


Melbourne

Ardiansyah Syahrom

Ridwan Fakih

Siam P. Nugraha
Siti Rusman

Sugeng Supriadi

Bagus Nugroho

Lucky Fathria Jatnika

TIMOR LESTE

Masitoh BT Pandi Emang

Ady Arkono

Dili

Zed Salim Kuddah

Winda Mandasari

Samsari Hatipe

Ahmad Zakin bin Sawabehi

Ola Lema Paulus

Solehudin Kokasih Nur

Ikhsan Tarmizi

Tawau

Dede Sujatna
Syahri Sakidin

Asmui Munir
Johor Bahru

Ewa Chandra Wirawati


Manuputhy

Riyadh

Mohammad Irfan Saleh


Taipei

Irawan Subagio
Kota Kinabalu

Vanny Priscilla
Takaendengan
Mohammad Arief Imam
Hidayat

Hanapi Aliyas

Tidar Rachmadi

Muscat

Chairul Hudaya (Ketua)

Khairul Hamzah bin M. Rusdi


Erlinda Fitriawati

Asri Julianti
Hafizah Larasati

Tokyo

Dwi Susanto

TIMUR TENGAH

Kuwait

Seoul

Riza Wibawa
ASIA

Kinibowo Indriyo Sukmono

Leo Djoenaidy Tamtomo

Abu Dhabi

Abdul Hamid
Albertus Retnanto

Kuala Lumpur

Daisy Loho

San Fransisco

Abdul Razak
Benu Hidayat

Adi Nur Cahyono

Los Angeles

Hongkong

Saleh Maryono Karyadi

Roselinda Adriana/Ketua

New York

Achmad Fahmi Yasir Al Sanani

Ida Anna Riaurika Pattinam

Budi Wahyu Rianto


Frankfurt

Setyadi Ongkowidjaja

Penang

Taufik Firnandi

Ferdinand Murni Hamundu

Achmad Chafidz Mas Sahid

Fauzi

Maximilianus Bala

Fariez Tachsin
Sandy Surya Sanwatri

Sekretaris Inspektorat Jenderal Kemenlu Bambang Antarikso mengatakan,


perwakilan RI di luar negeri menunjuk
Sekretaris Pengawas Pemilu Luar Negeri
yang bertugas sebagai penata keuangan

dan kerumah tanggaan. Sifat tugasnya


non-substantif pada pengawasan Pemilu,
melainkan lebih kepada administrasi misalnya membantu Pengawas Pemilu Luar
Negeri terkait dengan surat-menyurat.

17

Ia juga membantu proses komunikasi


resmi antara Kantor Perwakilan RI di luar
negeri dengan Kemenlu di Jakarta, dan
penggunaan fasilitas yang ada di Kantor
Perwakilan RI, kata Bambang (rs/ck)

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran

Mencari Celah Penegakkan Hukum

Kampanye di Luar Jadwal

ugaan pidana pemilu karena


melakukan kampanye di
luar jadwal. Itulah kira-kira
yang diteriakkan oleh Bawaslu terhadap beberapa partai politik
yang melakukan iklan politik di televisi.
Namun, apa daya rekomendasi tersebut
dimentahkan kepolisian dengan alasan
tidak memenuhi unsur kampanye yang
dipermasalahkan.
Tidak akan ada habisnya untuk membahas perdebatan tentang unsur kampanye yang diperdebatkan antara Bawaslu
dan Kepolisian. Namun, yang lebih penting, bagaimana keresahan masyarakat terhadap iklan partai politik yang dianggap
belum waktunya tersebut dapat dihentikan, atau minimal diminimalisasi.
Maraknya iklan partai politik di lembaga penyiaran membuat gugus tugas
(task force) harus mengambil langkah
tegas dengan mengeluarkan Surat Kesepakatan Bersama (SKB) empat lembaga
Bawaslu, KPU, KPI, dan KIP tentang
Moratorium Iklan Partai Politik di Lembaga penyiaran.
Hal tersebut didukung oleh Komisi
I DPR RI yang membidangi soal penyiaran. Menurutnya, penghentian iklan
partai politik lewat moratorium merupakan langkah strategis yang harus diam-

JIBI PHOTO

bil oleh gugus tugas. Lewat moratorium


ini, Komisi I DPR berharap partai politik
dapat menahan diri untuk tidak beriklan
sebelum waktunya yakni 16 Maret 2014
hingga 5 April 2014.
SKB yang ditandatangi pada akhir
Februari tersebut, walaupun terkesan terlambat, mau tidak mau harus diterbitkan.
Gagasan tersebut merupakan bentuk terobosan hukum untuk menegakkan hukum
pemilu untuk kampanye di luar jadwal,
setelah pendekatan dengan hukum pidana
menemui jalan buntu.
Dalam sosialisasinya, Ketua Bawaslu,
Muhammad mengultimatum parpol yang
tidak mengindahkan Kesepakatan tersebut. SKB yang memuat sembilan poin itu
untuk menghentikan segala bentuk iklan
kampanye parpol di media elektronik.
Partai politik, kata Muhammad, wajib
mematuhi kesepatan tersebut. Jika tidak,
maka Bawaslu berjanji akan mempublikasikan kepada masyarakat terkait sikap
parpol yang tidak mentaati hal itu. Kami
akan mencari waktu yang tepat untuk
segera merilis kepada masyarakat Indonesia terhadap parpol yang membangkang
terhadap SKB ini, ujarnya.
Menurut Muhammad, melalui SKB
ini diharapkan parpol dapat menahan diri
dari berbagai macam bentuk iklan di me-

18

dia massa, sebelum masa kampanye terbuka. Dengan begitu, maka akan tercipta
suasana politik yang kondusif.
Meskipun dinilai sudah terlambat, namun SKB tersebut diharapkan menjadi
instrumen yang efektif untuk menekan
berbagai bentuk iklan politik yang bermunculan di media elektonik. SKB tersebut bukan sebagai alat untuk menghukum
parpol dan lembaga penyiaran, melainkan
alat pencegahan terhadap berbagai bentuk
iklan politik yang sudah meresahkan masyarakat.
Kami (gugus tugas,-red) tidak ingin
menghukum atau membatasi lembaga penyiaran maupun parpol, tetapi lebih pada
koridor pencegahan, tambah Muhammad.
Sementara itu, Ketua KPI, Judhariksawan mengatakan, lembaga penyiaran
merupakan lembaga publik yang menggunakan spektrum publik, dan harus bertanggung jawab kepada publik. Kami
menghimbau agar lembaga penyiaran
lebih memberikan porsi iklan layanan
masyarakat (ILM) sebagai bentuk edukasi
terhadap masyarakat, dan meningkatkan
partisipasi masyarakat. Dengan begitu,
lembaga penyiaran telah melaksanakan
tanggung jawabnya kepada publik, ungkapnya. [FS]

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Divisi Sosialisasi, Humas dan Hubungan Antar Lembaga

Dukung Pengawasan Pemilu,


Tiga Organisasi Teken MoU dengan Bawaslu
H
imbauan Bawaslu untuk mengajak masyarakat berpartisipasi seluas-luasnya mengawasi proses dan tahapan Pemilu 2014 ditanggapi positif oleh
tiga organisasi, yakni Aliansi Jurnalis Independent (AJI) Jakarta, Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI),
dan Pengurus Pusat Nasyiatul Asyiyah.
Bawaslu pun menyambut komitmen tiga
organisasi ini melalui penandatanganan
Memorandum of Understanding (MoU),
di Jakarta, Selasa (18/2).
Ketua Umum PP Nasyiatul Asyiyah,
Norma Sari dalam sambutan usai penandatanganan MoU menilai kerjasama PP
Nasyiatul Asyiyah dengan Bawaslu sangatlah penting, mengingat Bawaslu mempunyai peran strategis ke depan dalam
mengembangkan kehidupan demokrasi di
Indonesia melalui pengawasan Pemilu. Ia
pun optimis dengan MoU ini, maka kerjasama yang dibangun akan membuahkan
hasil positif.
Saya melihat tidak perlu ada yang
dirisaukan pada Pemilu 2014 nanti, dan
itu tergambar dalam MoU ini. Jadi apa
yang dirisaukan oleh sebagian pihak
tentang Pemilu yang suram, belum tentu
benar adanya, kata Norma.
Norma menilai, Bawaslu merupakan
lembaga negara yang cepat tanggap. Hal
tersebut terbukti, ketika organisasi yang
dipimpinnya ingin bekerjasama. Dalam
waktu hitungan hari, Bawaslu sudah
mempersiapkan MoU dan segala persiapannya. Respon Bawaslu sangat cepat
dan positif. Jadi, apa yang harus diragukan lagi, tambahnya.
Nasyiatul Asyiyah merupakan salah
satu lembaga otonom Muhammadiyah.
Organisasi yang berlambang padi ini,
berdiri secara resmi 83 tahun silam, tepatnya pada 1931. PP Nasyiatul Asyiyah
sudah memiliki cabang wilayah dan ranting di 32 Provinsi (kecuali Papua Barat),
hampir seluruh Kabupaten/Kota, dan sebagian Kecamatan dan Desa di Indonesia.
Artinya secara massif, kata Norma, Nasyiatul Asyiyah memiliki jumlah massa
yang cukup banyak, dan sering melaku-

FALCAO SILABAN

Foto Bersama Ketua dan Pimpinan Bawaslu dengan Ketua AJI Jakarta, Ketua Umum PP
Nasyiatul Asyiyah, dan Ketua Umum PB HMI

kan pemantauan mandiri pada Pemilu.


Untuk itu, pihaknya akan menginformasikan MoU dengan Bawaslu kepada seluruh
kadernya didaerah sehingga dapat membantu pelaksanaan pengawasan Pemilu.
Sementara itu, Ketua Umum PB HMI,
Arif Rosyid Hasan memberikan apresiasi
terhadap Bawaslu yang melibatkan generasi muda dalam rangka pengawasan Pemilu ke depan. Pihaknya, mengaku siap
berpartisipasi dalam pengawasan Pemilu
dengan sejumlah kader di seluruh Indonesia. Jumlah anggota HMI ada sekitar 450
ribu orang. Dengan jumlah tersebut, kami
akan bergerak dan ikut menyukseskan Pemilu 2014, katanya.
Hal senada juga diungkapkan Ketua
AJI Jakarta, Idris Umar. Bahkan, pihaknya sudah meluncurkan program
matamassa yang berguna dan mendukung pengawasan Pemilu secara online.
Aplikasi yang diakses melalui situs www.
matamassa.org ini menampilkan fitur-fitur yang digunakan untuk mendukung tugas dan kinerja jajaran pengawas Pemilu.
Laporan masyarakat dapat secara
cepat disampaikan pada situs ini. Dengan

19

kerjasama ini, maka kami akan meneruskan dan menyampaikannya kepada Bawaslu untuk diambil langkah-langkah
berikutnya, tambah Umar.
Ketua Bawaslu, Muhammad, menyambut baik komitmen para pimpinan
organisasi yang telah dituangkan dalam
MoU itu, apalagi ketiga organisasi tersebut merupakan organisasi yang digerakkan oleh orang-orang muda. Menurutnya,
orang-orang muda harus menunjukkan
kemampuan dan kekuatannya, karena
kepemimpinan bangsa ini ke depan berada di tangan mereka.
Kita sebagai orang-orang muda harus menunjukkan kemampuan kita. Biarkanlah orang-orang tua mempercayakan
negara ini, dan memberikan kesempatan
kepada kaum muda, karena pada dasarnya
kami mampu, kata Muhammad.
Muhammad berharap, penandatanganan MoU yang baru saja dilakukan, bukan sekedar acara seremoni saja. Jangan
berhenti pada acara ini saja, tetapi harus
ada kegiatan yang ditindaklanjuti secara
nyata dalam bentuk kerjasama, ujarnya.
(FS)

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Tokoh Bangsa Mendukung Gerakan


Sejuta Relawan Pengawas Pemilu
Gerakan Sejuta Relawan
Pengawas Pemilu yang
digagas oleh Badan Pengawas
Pemilu (Bawaslu) mendapat
dukungan penuh dari
berbagai tokoh bangsa.
Mereka bahkan menganggap
gerakan tersebut menjadi
sangat penting untuk
menyelamatkan bangsa
Indonesia dari praktik-praktik
politik transaksional.

ukungan sejumlah tokoh bangsa


itu terungkap dalam sarasehan nasional Menyelamatkan
Bangsa dari Politik Transaksional pada
Pemilu 2014 yang diselenggarakan oleh
Bawaslu di Jakarta, Rabu (22/1). Tokoh
bangsa yang hadir dalam sarasehan
tersebut antara lain, Azyumardi Azra,
Ramlan Surbakti, Ahmad Sobari, Romo
Benny Susetyo, Pendeta Andreas Anangguru Yewangoe, I Nyoman Udayana, dan
Bhikku Dhammakaro.
Kami juga akan membentuk
relawan-relawan untuk membantu

pengawasan Pemilu. Sepulang dari sini,


kami akan mensosialisasikan ke seluruh
Indonesia, bagaimana agar Pemilu 2014
sukses, ujar Tokoh Hindu, I Nyoman
Udayana.
I Nyoman Udayana mengakui, semua
elemen bangsa perlu mengambil bagian untuk terlibat aktif dalam rangka
terwujudnya Pemilu yang jujur dan adil.
Semua tokoh bangsa yang ada di negeri
ini harus bersatu dan bergerak bersamasama dengan atau tanpa permintaan dari
Bawaslu, untuk bersama-sama menyukseskan Pemilu 2014.
Hal senada diungkapkan Romo Benny Susetyo. Menurutnya, Pemilu 2014
yang berkualitas masih ada harapan.
Optimisme itu bisa terwujud, apabila ada
pergerakan dari kalangan masyarakat
kelas menengah yang jumlahnya sangat
signifikan.

Masyarakat kelas menegah, kata


Benny, harus diberikan edukasi secara tepat dengan memberikan pemahaman terhadap pilihan yang cerdas dan visioner.
Dengan jumlah yang signifikan, nantinya
mereka akan menentukan terpilihnya
orang-orang yang tepat.
Jika hasil pilihan yang lalu telah
gagal memperbaiki bangsa ini, maka
kita harus mencari pemimpin baru, yang
jujur, berintegritas, dan berkomitmen.
Hal itu dilakukan dengan mencari rekam
jejaknya. Jika ingin merubah bangsa ini,
kita harus berani memutus mata rantai
politik transaksional, tutur Benny.
Sementara itu, Cendikiawan Muslim,
Azyumardi Azra mengatakan, walaupun terkesan sulit untuk menyelesaikan
masalah politik transaksional, namun
Bawaslu dapat bekerja lebih keras untuk
setidaknya menyelamatkan Pemilu.
Pasalnya, politik transaksional sudah
mengakar, dan membutuhkan kerja keras
semua elemen bangsa dalam waktu yang
tidak sebentar.
Kita memang pesimis politik transaksional bisa hilang dari Pemilu 2014,
karena berakar dari masalah-masalah
yang mendalam. Target Bawaslu yang realistis, Bawaslu menyelamatkan Pemilu
dengan meningkatkan partisipasi pemilih
di dalam turut mengawasi proses dan
tahapan Pemilu, tegas mantan Rektor
UIN Syarif Hidayatullah tersebut.
[FS]

Benny Susetyo, AA Yewangoe, dan Azyumardi Azra

20

FOTO-FOTO: GOOGLE.COM

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Demokrasi dan Islam


Wacana Liberalisme dan Implikasi Sosial-Politiknya bagi Indonesia
Oleh : Al Chaidar
(Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh)
Bagian Kedua

Menanggapi gagasan brilian Giddens


dalam konteks masyarakat Barat itu, Profesor Chibli Mallat, ahli politik Lebanon,
mengatakan konsepsi jalan ketiga Anthony Giddens sebagai konsepsi politik yang
baru. Namun Giddens dinilai telah mengabaikan negara-negara non-Barat, khususnya negara-negara Muslim. Sejak dasawarsa 1970-an dan 1980-an, slogan jalan
ketiga Giddens itu sudah berkumandang
di negara-negara Muslim. Revolusi Iranlah yang mencanangkannya dengan menegaskan bahwa jalan ketiga adalah Islam,
yang sistem kemasyarakatan bukan model
Barat (kanan) atau model Soviet (kiri), tidak Blok Barat maupun Blok Timur (la
syarqiyah la gharbiyah).
Profesor Mallat mencatat, dalam sejarah abad ke-XX, jalan ketiga adalah
nama lain dari Nazisme Jerman dan Fasisme Italia, yang mencoba memberi alternatif baru terhadap ideologi komunisme
(Uni Soviet) dan kapitalisme (AS). Mallat
kemudian mengusulkan agar para penganut
jalan ketiga lebih menekankan nilai-nilai
peradaban yang mampu menghilangkan
berbagai ketimpangan struktural.
Dengan menyimak gagasan Giddens
dan tanggapan Mallat itu, saya kira, ada
baiknya para inteligensia Muslim kini harus mencermati jalan ketiga yang kontekstual dengan Indonesia, di mana pluralitas
(kemajemukan) sangatlah sarat kompleksitas.
Tentang Islam dalam hubungannya dengan jalan ketiga Giddens itu, saya ingin
meminjam diskursus Bernard Lewis yang
menyatakan bahwa Islam yang lebih awal
di era Cordova Spanyol, sangatlah toleran.
Saya kira, di Indonesia Islam yang lebih
awal itu datang dengan jalan damai melalui
perdagangan. Dan sebagaimana di zaman
Islam Cordova Spanyol, di Indonesia pun
Islam awal ini ternyata cenderung lebih toleran dibanding Islam yang lebih belakangan. Pada masa Islam awal itu, banyak
pergaulan sosial yang berlangsung dengan
lancar antara kaum Muslim, Kristen, Hin-

du, Buddha dan Cina. Meskipun menganut


agama-agama yang berbeda, mereka membentuk sebuah masyarakat yang beradab, di
mana perkawanan antarpribadi, kemitraan
dalam bisnis, hubungan guru-murid dalam
kehidupan ilmu pengetahuan, dan bentukbentuk lain kegiatan bersama berlangsung
normal dan bahkan sangat umum.
Kerja sama kultural ini, seperti dicatat
Anthony Reid, tampak dalam banyak cara
orang-orang Islam, Hindu-Budha dan Kristen menjalankan kehidupan dan kebudayaan. Bahkan di era pergerakan nasional
untuk mewujudkan kemerdekaan, kaum
pluralis ini berjuang dalam spirit Sumpah
Pemuda. Dan sampai era demokrasi parlementer Bung Karno pada 1950-an, kaum
Muslim dan non-Muslim itu hidup dalam
suasana penuh peradaban, saling hormat,
dan saling mengembangkan ilmu pengetahuan dan seni budaya. Tidak ada sedikit
pun diskriminasi, karena pembangunan
bangsa dan karakternya (nation and character building) berjalan wajar. Karena itu, masalah pluralisme adalah masalah bagaimana
kaum Muslim mengadaptasikan diri mereka dengan dunia modern, yang sampai
kurun 1950-an itu dijamin oleh konstitusi.
Pada kurun waktu itu Islam menghormati
pluralitas dan menghargai kultur masyarakat yang ada. Semangat pluralisme dikembangkan dan toleransi ditegakkan dengan
kasanah intelektual yang diperkaya.
Akan tetapi, di bawah Orde Baru Soeharto, semua itu mengalami keretakan:
state building (pembangunan negara) telah
melebihi dan menghancurkan nation building (pembangunan bangsa). Negara kian
represif dan hegemonik, melibas masyarakat di seluruh etnis, kelas, dan lapisan. Politik belah bambu dan regimentasi Orde Baru
Soeharto meluluhlantakkan spirit kebangsaan dan kemanusiaan.
Karena itu, para intelektual dan elite islam harus mencari jalan keluar dari krisiskrisis sosial, ekonomi, politik dan ideologi
dewasa ini, agar reformasi tidak mengalami
stagnasi, agar bangsa ini tidak mengalami

21

disintegrasi. Giddens menyebut politik jalan ketiga dengan menekankan tak ada
hak tanpa tanggung jawab. Di dalam Islam
era Rasululah, tak ada hak tanpa tanggung
jawab itu teraksentuasikan dalam Piagam
Madinah, yang menjamin kebebasan, persamaan dan keadilan. Di era Islam Cordova,
Spanyol, spirit dan konsepsi Piagam Madinah itu kemudian menjadikan mereka
komunitas yang pluralistik, kosmopolit dan
universal, sehingga mereka bersedia belajar dan menerima segala yang bernilai dari
pengalaman-pengalaman komunitas lain.
Dalam konteks Indonesia era Presiden
Abdurrahman Wahid ini, selain sumber
non-Islam, maka Islam seyogyanya menjadi sumber inspirasi dan nilai untuk membentuk good governance dan supremasi
hukum, yang merupakan suatu keharusan.
Ini signifikan untuk mewujudkan apa yang
disebut Anthony Giddens sebagai politik
jalan ketiga, yang menekankan nilai-nilai
peradaban untuk menghapuskan struktur
ketimpangan. Tegaknya negara hukum dan
terwujudnya good governance ini akan melandasi tegaknya demokrasi, politik emansipatoris dan keadilan sosial guna menjamin pluralitas (kemajemukan) yang kini
dalam kerawanan.
Sebagai sebuah sistem (politik) yang
bersifat partisipatif, yang mengesahkan
persamaan hak di antara sesama manusia, maka demokrasi mungkin merupakan
struktur terbaik yang pernah ada. Dan
tidaklah mengherankan jika pengalaman
dan eksperimen demokrasi di zaman Yunani kuno itu menjadi model ideal bagi
para pemikir dan teoritikus politik di zaman modern ini. Dalam hal ini keragaman
agama, budaya merupakan kekayaan yang
harus dibangun dan dijadikan modal untuk menata kembali NKRI agar pada masa
mendatang mampu menjadikan para pemimpin terpilih menjadi figur yang mampu
mempengaruhi rakyatnya untuk bersamasama membangun daerah dan Negara yang
ideal bagi masyarkatnya.
***

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Sosiologi Masyarakat
dalam Konteks Pemilu 2014

ntuk mewujudkan Pemilu tahun 2014 yang bersih, jujur,


adil
berkualitas dan akuntabel, pendekatan yang dilakukan melalui
pendekatan sosiologi kemasyarakatan, sebagaimana lazimnya masyarakat berkepemiluan merupakan sebuah kondisi dimana masyarakat dengan penuh kesadaran
ikut berpartisipasi melaksanakan hak
suaranya untuk menjadi pemilih dan ikut
serta memilih ketika berlangsungnya pesta demokrasi, artinya masyarakat secara
individu harus memastikan dirinya ikut
memilih tanpa meninggalkan haknya sebagai warga masyarakat sebagai pemilih.
Perubahan paradigma berpikir masyarakat tidak mudah terfokasi dalam
menentukan siapa calon pemimpin pada
masa mendatang, merupakan dampak
dari pada kemajuan teknologi informasi
dan kemajuan pendidikan masyarakat
yang mereka peroleh melalui proses pendidikan, keterbukaan informasi kepada
publik merupakan sebuah jawaban bahwa
informasi kepada publik perlu digalakkan, dan sangat tinggi nilainya sebab
hal tersebut merupakan media pendidikan secara menyeluruh, dengan demikian
calon pemimpin rakyat juga dituntut ke-

Oleh : Rahmawati*
mampuannya sebagai lidership pada masa
depan, kecendrungan masyarakat dalam
menetukan pilihan yang didasari dari informasi kemudian dijadikan dasar dalam
menentukan pilihan, disinilah terletak
kreatifitas berfikir masyarakat.
Kondisi tersebut telah membuktikan
dan memberi sebuah jawaban bahwa
saat ini masyarakat cukup cerdas dalam
menentukan pilihannya terhadap orangorang yang akan memimpin Republik
yang kita cintai ini. Walau demikian bukan tidak ada kemungkinan terjadinya
pelanggaran-pelangggaran yang dapat
mengakibatkan dan berdampak negatif
terhadap kemurnian hasil Pemilu DPR,
DPD, DPRD/DPRK, dan Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden Tahun 2014.
Kehadiran Bawaslu sebagai Lembaga Penyelenggara sekaligus Pengawas
Pemilu yang bertujuan memberi kenyamanan agar masyarakat dapat menikmati
proses demokrasi. Kepercayaan terhadap
Lembaga Negara tersebut telah mengalami pergeseran yang dipicu oleh perubahan sosiologi masyarakat di Indonesia
merupakan sebuah dinamika baru bagi
kemajuan berpikir masyarakat, hal ini terjadi karena masyarakat sudah mendapat

22

jawaban, melihat dan menilai sendiri pemimpin-pemimpin yang terdahulu, dalam


memimpin Daerah dan Negara artinya
pendidikan kepemiluan dan karakteritik
seorang pemimpin seperti apa yang mereka inginkan mereka lebih cerdas dalam
menentukan siapa yang berhak dipilih dan
siapa yang tidak berhak untuk dipilih.
Dengan kualitas pendidikan tentang
kepemiluan bagi masyarakat yang semakin membaik, Bawaslu beserta jajarannya
meminta dan menghimbau agar masyarakat lebih cerdas lagi dalam menyikapi
setiap individu yang ingin melakukan
tindakan-tindakan dengan maksud melanggar dan memanipulasi hasil Pemilu
yaitu dengan melaporkan apabila melihat,
menemukan dan mendapatkan bukti seseorang melakukan pelanggaran Pemilu.
Dengan demikian Pemilu dengan partisipasi pengawasan oleh masyarakat merupakan tujuan yang ingin diwujudkan oleh
Bawaslu, terawasinya dan tercegahnya
jumlah pelanggaran dan jumlah temuan
pada saat penyelenggaran Pemilu. ***
*Kasubbag Publikasi dan Dokumentasi
Setjen Bawaslu RI

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Bawaslu DIY Pastikan Rekruitmen Relawan Pengawas


Pemilu Dapat Jaga Integritas Pelaksanaan Pemilu 2014
Yogyakarta, Bawaslu Ketua Bawaslu
Daerah Istimewa Yokyakarta (DIY) Muhammad Najib memastikan agar tujuan
memperkenalkan gerakan sejuta relawan
pengawas pemilu dapar menjaga Integritas
Pelaksanaan Pemilu Tahun 2014 di Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY).
Oleh karena itu untuk menjaga integritas pemilu mekanisme kerja relawan serta
alur laporan dan cara kerja instrumen pelaporan yang terindikasi pelanggaran pemilu dapat dindaklajuti, Ujarnya pada saat
memberikan materi tentang recruitment dan
pengelolaan relawan pengawas pemilu guna
mendukung keberhasilan Gerakan Sejuta
Relawan Pengawas Pemilu di Kantor Bawaslu, Jl. Nyi Ageng Nis 544 Peleman Rejowinangun Kotagede Yogyakarta, Jumat
(28/2)
Menurutnya Najib, untuk membangun
kesamaan persepsi dan peningkatan kapasitas pemahaman dan ketrampilan dalam rekrutmen dan pengelolaan relawan pengawas
pemilu, Bawaslu D.I.Y melakukan koordinasi pengawasan pemilu tersebut dilakukan
dengan secara masif dan fokus pada materi
tentang rekruitment dan pengelolaan relawan pengawas pemilu bertujuan menjadi tolak ukur Gerakan Sejuta Relawan Pengawas
Pemilu di D.I.Y.
Sarana membangun sinergisitas dan
kesamaan persepsi dalam meningkatan
kapasitas pemahaman bersama serta ketrampilan rekrutmen pengelolaan relawan

pengawas pemilu Bawaslu oleh karena itu,


Bawaslu DIY menggelar Rapat Koordinasi
(Rakor) Pengawasan Pemilu, ujarnya
Pada kesempatan tersebut Ketua Bawaslu D.I.Y Mohammad Najib selaku narasumber melakukan simulasi terkait kendala
yang dihadapi dalam merekrut relawan dan
mencari solusi atas masalah agar target bisa
tercapai. Kemudian pada sesi kedua disampaikan pula identifikasi potensi kerawanan
pada tahapan kampanye, masa tenang dan
pungut hitung.
Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu adalah sebuah gerakan pengawalan
Pemilu 2014 oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Gerakan ini merupakan terobosan
dan implementasi dari program pengawasan
partisipatif. Gerakan ini hendak mentransformasikan gerakan moral (moral force)
menjadi gerakan sosial (social movement).
Istilah Sejuta Relawan bukanlah menunjukkan jumlah, namun betapa besar dan massifnya gerakan ini. Siapapun, terutama mereka
yang mempunyai jiwa sosial dan pengabdian kepada masyarakat, negara, dan bangsanya diharapkan mendedikasikan dirinya menjadi relawan, karena pada dasarnya setiap
orang mempunyai potensi dan kemampuan.
Sementara itu, Komisioner Bawaslu
DIY, Bagus Sarwono menjelaskan, ada
dua pendekatan dalam recruitment relawan,
yakni pendekatan struktural dan pendekatan kultural. Recruitmen relawan dengan
pendekatan struktural dilakukan sebagaima-

na kebijakan Bawaslu RI bahwa setiap anggota Panwascam dan PPL minimal harus
merekrut relawan dari warga setempat di
mana pengawas pemilu tersebut tinggal.
Masing-masing minimal lima orang relawan. Pendekatan ini diharapkan akan mampu memenuhi kebutuhan relawan berbasis
TPS setempat, sehingga keberadaan relawan akan bisa dijamin terpenuhinya kebutuhan relawan untuk mengawasi pemungutan
dan penghitungan suara di setiap TPS.
Sedangkan rekrutmen relawan dengan pendekatan kultural menjadi porsi
Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/
Kota. Bawaslu Provinsi bertugas merekrut
relawan berbasis perguruan tinggi dan organisasi sosial kemasyarakatan. Panwaslu
Kabupaten/Kota bertugas merekrut relawan
berbasis SMA/sederajat. Secara berjenjang
Bawaslu Provinsi dan Panwaslu Kabupaten/
Kota bertugas untuk melakukan supervisi
dan monitoring atas rekrutmen relawan,
manajemen data serta pengelolaan relawan
di lembaga pengawas pemilu level bawahnya, ujarnya.
Sebagai informasi rakor ini diikuti oleh
25 orang terdiri dari Ketua dan Anggota
Panwaslu Kabupaten/Kota, satu orang staf
Panwaslu Kabupaten/Kota yang mengelola
data relawan pengawas pemilu dan lima
orang Anggota Kelompok Kerja (Pokja)
Provinsi Gerakan Sejuta Relawan Pengawas
Pemilu Bawaslu DIY. (www.bawasluDIY.
go.id/HW)

Bawaslu NTB Usut Pelanggaran Partai Gerindra


Mataram, Bawaslu NTB - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) NTB merekomendasikan pihak kepolisian agar mengusut dugaan pelanggaran pemilu yang
dilakukan Partai Gerindra. Partai yang
berlambang kepala burung garuda tersebut diduga melakukan kampanye terbuka
dilapangan Desa Risa, Kabupaten Bima.
Divisi Pengawasan Bawaslu NTB
Bambang Karyono mengatakan, pihaknya
sudah melakukan klarifikasi terkait
dugaan keterlibatan caleg DPRD provinsi
NTB.

Terkait keterlibatan caleg DPRD partai Gerindra kami sudak lakukan klarifikasi dan identifikasi, ujarnya
Menurutnya, dari hasil klarifikasi dan
kajian yang sudah dilakuakan oleh Bawaslu NTB, ia mengakatan terkait dugaan
keterlibatan caleg DPRD provinsi NTB
dengan adanya indikasi pelanggaran
pidana pemilu oleh Partai Gerindra pihaknya sudah merekomendasikan kepada
kepolisian setempat.
Karyono
mengungkapkan,
proses klarifikasi tersebut telah dilaku-

23

kan terhadap sejumlah pengurus Partai


Gerindra,Panitia pelaksana, termasuk Caleg yang kampanye itu. Dugaan pelanggaran Pemilu itu juga menjadi salah satu
materi pembicaraan dalam rapat dengan
penegakan hukum terpadu (Gakkumdu)
yang terdiri atas kepolisian, Kejaksaan
dan Bawaslu.
Panwas sudah mengantisifasi kegiatan tersebut dengan berkordinasi dengan
pihak kepolisian. Namun acara itu tetap
berlangsung tanpa dapat dicegah, pungkasnya. (www.bawasluNTB.go.id/ HW)

Glosari Pemilu

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Political Quotes
Integritas tanpa pengetahuan adalah lemah dan tidak berguna,
dan pengetahuan tanpa
integritas adalah berbahaya dan mengerikan.
. Samuel Johnson

Almarhum harusnya didoakan masuk


surga, bukan dimasukkan dalam DPT.
Masyukurudin Hafidz
(JPPR).

ISTILAH-ISTILAH DALAM KEPEMILUAN


BPP DPR: Bilangan Pembagi Pemilihan bagi kursi DPR adalah
bilangan yang diperoleh dari pembagian jumlah suara sah
seluruh partai politik peserta pemilu yang memenuhi ambang batas perolehan suara 2,5 persen dari suara sah secara
nasional di satu daerah pemilihan dengan jumlah kursi di
suatu daerah pemilihan untuk menentukan jumlah perolehan kursi partai politik peserta pemilu.

Partai Oposisi: Partai yang menyatakan berseberangan dengan partai yang sedang berkuasa.
Referendum: Disebut juga jajak pendapat, yakni pemungutan suara untuk mengambil sebuah keputusan (politik).
Pada sebuah referendum, biasanya orang-orang yang memiliki hak pilih dimintai pendapatnya. Hasil refendum bisa dianggap mengikat atau tidak mengikat. Jika mengikat, maka
para anggota kaum eksekutif wajib menjalankan hasil jajak
pendapat tersebut. Di beberapa negara tertentu seperti Belanda, referendum tidak mengikat.

Calon Independen: Sering juga disebut calon perseorangan,


adalah seorang yang mencalonkan diri untuk menduduki jabatan politik tanpa ada dukungan partai politik. Calon independen dikenal dalam pemilihan kepala daerah (pilkada).

Unikameral : Sistem perlemen yang hanya terdiri dari satu


kamar/satu kesatuan.

Etika Politik: Tata aturan atau kaidah yang harus diperhatikan dalam berpolitik. Misalnya, sebuah partai politik ketika
sedang kampanye tidak boleh menjelek- jelekkan/menjatuhkan partai politik atau tokoh lain.

Verifikasi Parpol: Suatu proses tahap akhir penyeleksian


yang dilakukan oleh komisi pemilihan umum terhadap
semua calon peserta pemilu sebelum ditetapkan menjadi
peserta pemilu.

Golput: Golongan Putih, Sebutan untuk kelompok masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya secara sengaja
dan penuh kesadaran karena tidak percaya dengan sistem
politik yang ada.

Voting: Proses pengambilan keputusan melalui pemungutan suara dan pemenangnya ditentukan dengan suara terbanyak. (AI, berbagai sumber)

Incumbent: Orang yang sedang memegang jabatan (bupati,


walikota, gubernur, presiden) yang ikut pemilihan agar dipilih kembali pada jabatan itu.
Kampanye Hitam: Disebut juga Black Campaign, kampanye
untuk menjatuhkan lawan politik melalui isu-isu negatif dan
tidak berdasar. Metode yang digunakan biasanya desas-desus dari mulut ke mulut dan sekarang ini telah memanfaatkan kecanggihan teknologi, multimedia dan media massa.
Masa Tenang: Rentang waktu ketika peserta pemilu dilarang
melakukan kampanye. Media massa juga dilarang menyiarkan kampanye dalam bentuk apapun yang menguntungkan
atau merugikan pihak tertentu.

IRWAN

ToT kelompok kerja nasional sejuta relawan pengawas


Pemilu, Jakarta, 7 Februari 2014

24

Anekdot Pemilu

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Cerimor (Cerita Humor)

Menanyakan Kejujuran Politikus

Rombangan bus politikus berkunjung


kedaerah terpencil untuk kampanye
Pilkada. Jalan menuju daerah berliku-liku
dan penuh jurang. Setelah mengadakan
kampanye rombongan tersebut pulang
ke kota namun naas, ditengah jalan
mobil tersebut masuk jurang. Beberapa
penduduk segera menolong mereka dengan menguburkan para penumpang bus
ditempat itu juga. Sehari kemudian polisi
datang ketempat kejadian lalu menanyakan ke para penduduk setempat.
Polisi: Kemarin ada kecelakaan bus
rombongan politikus, bagaimana dengan
penumpangnya, apakah masih ada yang
hidup?
Penduduk: Iya kemarin sih ada beberapa
penumpang yang merintih: tolooong
saya pak, saya masih hiduuup.
Polisi: Lalu kemana penumpang yang
hidup itu sekarang?

Penduduk: Sudah kita kubur, Bapak kan


tau sendiri kejujuran politikus. Bilangnya
A tapi nyatanya B. Paling mereka kemarin ngaku hidup, padahal sih sebenarnya
sudah mati. Jadi kita kubur saja!

Alamat Email Pejabat


Ini kisah nyata. Ada seorang pejabat
tinggi di suatu daerah di Indonesia sedang diwawancarai wartawan,
Wartawan : Bapak punya email?
Mungkin pejabat itu ga tau apa itu email
terus jawabnya...
Pejabat : Dulu ada sih. Tapi sudah saya
jual...

Pembenaran Artikel Editor Sebuah


Surat Kabar
Editor sebuah koran dituntut untuk minta
maaf oleh anggota Parlemen karena artikel yang dimuat berjudul SETENGAH
ANGGOTA PARLEMEN KORUPSI.

Benarlah, di edisi berikutnya sang editor


minta maaf dengan mengganti judul
artikelnya dengan SETENGAH ANGGOTA PARLEMEN TIDAK KORUPSI

Cara Membedakan TNI Angkatan


Udara, TNI Angkatan Laut, dan
TNI Angkatan Darat
Ada 2 orang sahabat sedang mengobrolobrol sejenak,
Anto : Eh, loe kan tahu ya bangsanya
militer gitu, loe kan sering baca majalah
militer, lu tahu ga ciri-ciri yang paling
gampang diliat TNI angkatan udara, laut
dan darat.
Fakhri: Itu mah gampang, coba aja
orang itu lu tolong kalo dia jawab
Terima kasih yang setinggi-tingginya
berarti dia angkatan udara, kalo Terima
kasih yang sedalam-dalamnya berarti
angkatan laut, kalo Terima Kasih yang
seluas-luasnya berarti angkatan darat
Anto: ???? [AI/www.ketawa.com]

Muhtar

25

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Sejuta Relawan Pengawas Pemilu

Pelajar dan mahasiswa yang berasal dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi se-Indonesia mengunjungi Stan Pendaftaran Relawan
Pengawas Pemilu, Bawaslu RI pada Pameran Political Party Expo Rock The Vote Indonesia, yang diselenggarakan oleh CEPP FISIP Universitas Indonesia, 9 Februari 2014 di Kampus Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat.

Pelajar dan mahasiswa yang berasal dari berbagai sekolah dan perguruan
tinggi se-Indonesia antusias mendaftar sebagai Relawan Pengawas Pemilu
2014, pada Pameran Political Party Expo Rock The Vote Indonesia, yang
diselenggarakan oleh CEPP FISIP Universitas Indonesia, 9 Februari 2014 di
Kampus Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat.

erakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu merupakan gerakan moral untuk


meningkatkan partisipasi terutama bagi
pemilih pemula. Gerakan ini juga bertujuan
menekan angka politik uang yang kemungkinan
besar masih akan terjadi pada Pemilu 2014.
Relawan Pengawas Pemilu nantinya akan
dibekali metode-metode untuk melakukan pengawasan pemilu, memberikan informasi dan
menyampaikan laporan pelanggaran pemilu.
Gerakan ini rencananya akan diikuti oleh
mahasiswa, pelajar dan masyarakat umum di
seluruh wilayah Indonesia. Pendaftaran gerakan
ini dapat melalui website www.bawaslu.go.id
dan kantor pengawas pemilu terdekat. Sampai
akhir Februari ini, telah terdaftar sebanyak 500
ribu lebih relawan.
FOTO-FOTO: HUMAS BAWASLU RI

Ketua Bawaslu, Muhammad dan Dirjen Kesbangpol, Tanribali Lamo, serta aktivis LSM Rock The Vote Indonesia berfoto bersama dalam
Pameran Political Party Expo Rock The Vote Indonesia, yang diselenggarakan oleh CEPP FISIP Universitas Indonesia, 9 Februari 2014 di
Kampus Universitas Indonesia Depok, Jawa Barat.

26

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

Nota Kesepahaman Bersama

WISNU

Ketua Bawaslu Muhammad, Ketua KPU Husni Kamil Manik, Ketua KPI Pusat Judhariksawan dan Ketua KIP Abdulhamid Dipopramono
menandatangani Surat Kesepahaman Bersama, di Jakarta, 28 Februari 2014 tentang Moratorium Iklan Partai Politik di Lembaga Penyiaran.

aradigma Bawaslu yang mengajak masyarakat berpartisipasi seluas-luasnya untuk ikut mengawasi
proses dan tahapan Pemilu 2014 ditanggapi positif
oleh tiga organisasi, yakni Aliansi Jurnalis Independent
(AJI) Jakarta, Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI), dan Pengurus Pusat Nasyiatul Asyiyah.
Bawaslu pun menyambut komitmen tiga organisasi ini
melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU), di Jakarta, Selasa (18/2).
Selain itu Bawaslu bersama KPU, KPI, dan KIP juga
melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama Tentang Kepatuhan Ketentuan Pelaksanaan Kampanye Melalui Media Penyiaran.

FALCAO SILABAN

Pimpinan Bawaslu, Nasrullah melakukan salam komando dengan


Ketua Umum PB HMI, Arif Rosyid Hasan seusai penandatanganan
MoU tentang Pengawasan Partisipatif antara Bawaslu dengan PB
HMI.

FALCAO SILABAN

Ketua Bawaslu, Muhammad dan Ketua Umum PP Nasyiatul Asyiyah, Norma Sari menandatangani MoU tentang Pengawasan Partisipatif antara Bawaslu dengan PP Nasyiatul Aisyiah.

FALCAO SILABAN

Pimpinan Bawaslu, Endang Wihdatiningtyas disaksikan Ketua


Bawaslu, Muhammad menerima Kaos Mata Massa dari Ketua AJI
Jakarta, Idris Umar seusai penandatanganan MoU tentang Pengawasan Partisipatif antara Bawaslu dengan AJI Jakarta.

27

BULETIN BAWASLU, EDISI 02, FEBRUARI 2014

P
S
EMI
A
W
L
A
IH
G
A
N

FALCAO SILABAN

Komisioner Bawaslu, Daniel Zuchron, Komisioner KPU, Ferry Kurnia Rizkiansyah dan Wakil Ketua KPI, Iddy Muzzayad dalam rapat Gugus Tugas
(Task Force) Pengawasan Iklan Kampanye Pemilu. Dalam rapat tersebut
dihasilkan tentang beberapa poin yang melarang iklan politik di lembaga
penyiaran sebelum masa kampanye terbuka.

UM

BADAN

PE

FALCAO SILABAN

Ketua Bawaslu, Muhammad berbincang dengan Kapolri, Jend. Pol.


Sutarman dalam rangka meningkatkan koordinasi mengenai Sentra
Gakkumdu. Dalam pertemuan tersebut juga hadir Pimpinan Bawaslu
Endang Wihdatiningtyas dan Nelson Simanjuntak.

UM

A S L U

N
O
IK IND

SI

BL

ALI IMRON

Para undangan Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pemantapan Pemilu Legislatif 2014, yang terdiri dari Ketua Lembaga Tinggi Negara, Ketua
Komisi/Lembaga Negara dan Menteri Kabinet Indonesia Bersatu yang
diselenggaran Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri RI, di Jakarta Convention Center, 11 Februari 2014.

RE

CHRISTINA KARTIKA

Ketua Bawaslu, Muhammad, Pimpinan Bawaslu Endang Wihdatiningtyas dan Pimpinan Bawaslu Nelson Simanjuntak menerima
kunjungan Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
HAM), di Gedung Bawaslu, Jl. MH. Thamrin no. 14 Jakarta.

HENDRU W

Antisipasi gangguan keamanan pada pelaksanaan Pemilu 2014, Kepolisian mengadakan Simulasi Pengamanan Pemilu 2014 di kawasan
Kantor Bawaslu RI, Jl. MH. Thamrin 14 Jakarta Pusat. Bawaslu dianggap sebagai salah satu obyek vital dalam penyelenggaraan Pemilu
2014, selain KPU, Komplek MPR/DPR RI Senayan dan Mahkamah Konstitusi. Simulasi tersebut melibatkan 1.600 personil Kepolisian.

ANDHIKA

Komisioner KPK, Adnan Pandu Praja memberikan Drop Box Pelaporan


Gratifikasi kepada Ketua Bawaslu, Muhammad disela-sela acara Rakornas
Pengawasan Tahapan Pemilu Legislatif 2014 di Jakarta, 10-12 Februari
lalu.

28

Вам также может понравиться