Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Konsep Humidifier
1.1. Definisi
Humidifier adalah alat pelembab udara (Smeltzer & bare, 2008).
Prose penambahan air ke gas (oksigen) yang merupakan humidifikasi
(Perry & Potter, 2006). Tucker, Canobbio, Paquette, dan Wells (2000)
menyebutkan
humidifier
merupakan
alat
yang
digunakan
untuk
oksigen.
Jadi
humidifier
merupakan
alat
humidikasi
atau
pelembab
udara
dengan
melepaskan uap air atau embun dari air hangat. Pemanasan air dilakukan
dengan mesin listrik sehingga uap akan keluar dari air yang mendidih.
Humidifier tipe ini digunakan pada terapi oksigen dengan cara closed
system yang digunakan pada ventilator.
Humidifier dingin adalah pelembab udara fengan suatu alat akan
melepaskan uap/ droplet air yang dingin. Humidifier tipe ini diberikan pada
terapi oksigen yang alirannya dapat bernafas spontan lewat jalan nafas
atas. Humidifier ini, secara konvensional dengan teknik menglairkan
oksigen melalui air yang ahirnya akan timbul gelembung-gelembung udara
yang akan mendorong uap air ke udara (Rita, 2001). Kelembaban yang
dihasilkan kurang lebih 72,5% sampai 79% pada suhu ruangan (Waugh &
Granger, 2004). Weber, Palmer, Jaffar, dan Mulholland (1998) menyatakan
bahwa didaerah cuaca tropis kelembaan akan mengalami penurunan, yang
didapat hanya 34-56%.
Humidifier dingin secara luas menggunakan humidifier yang dapat
digunakan berulang-ulang. Penggunaan humidifier ini perlu diperhatikan
beberapa hal antara lain reservoir (tabung humidifier) harus dalam kondisi
bersih, air dalam humidifier harus air setril dan diganti setiap 24 jam, dan
reservoir harus diisi segera sebelum dipakai, bila cairan hendak
ditambahkan sisa cairan harus dibuang dahulu (Panmed Dalin Nosok RSU
dr. Soetomo Surabaya, 2000).
Kemajuan tekonologi memunulkan penemuan baru yaitu humidifier
yang sekali pakai (aquapak). Yamashita, Nishivama, Yokoyama, Abe,
Manabe (2005) menyebutkan bahwa dengan aquapak penggunaan selama
58 hari secara terus menerus tidak ditemukan pertumbuhan bakteri.
Pemakaian aquapak ini perlu dipertimbangkan efisiensinya karena
pemakaian pada klien yang mobilitas tinggi sangat membebani biaya klien.
Kondisi tersebut kurang sesuai dengan ruangan jantung dan ruang
observasi intensif yang rata-rata pemakaian humidifier 1-7 hari (buku
laporan ruang jantung dan ROI RSU Dr. Soetomo Surabaya, 2008).
tersedia,
sehingga
terapi
oksigen
tidak
terganggu
saat
merupakan salah satu golongan asam karboksilat yang telah dikenal sejak
lama dari zaman dahulu dan masih banyak digunakan sampai saat ini.
Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimiasudah dimulai sejak lama.
Pada
membentuk
berbagai zat warna, misalnya timbal putih (timbal karbonat), dan verdigris,
yaitu
suatuzat
hijau
campuran
dari
garam-garam
tembaga
dan
sirup
yang
amat
manis,
yang
oksidasi
pada
dari
udara
disebut
digunakan
minuman
memanfaatkan
Proses
Orkana.
oleh Schutzenbach
yang
berisi
bantuan
Ini
adalah
dengan
proses
melakukan
bakter-bakteri.
Eksperimen
ini
H2SO4. Proses inilah yang nantinya akan menghasilkan asam asetat biasa
yang disebut dengan asam cuka kayu(wood acetic acid). Ilmu yang lebih
sempurna untuk proses pembuatan asam asetat diantaranya
Oksidasi
Asetaldehid
yang
dilakukan
pada
kondisi
adalah
tekanan
15
asam
karboksilat
Larutanasam asetat
paling
dalam air
sederhana,
setelah
merupakan sebuah
asam
format.
asam lemah,
asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari
hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari
sumber hayati.
Asam asetat merupakan salah satu produj industri yang banyak
dibutuhkan di Indonesia. Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang
mengandung alkohol, yang diperoleh dari berbagai macam bahan seperti
buah buahan, kulit nanas, pulp kopi, dan air kelapa. Hasil dari fermentasi
asam asetat sering disebut sebagai vinegar yang berarti sour wine. Vinegar
berasal dari bahasa Perancis, vindiger (vin=wine, digger=sour). Pada saat
ini cuka atau vinegar dibuat dari bahan kaya gula seperti buah anggur apel,
nira kelapa, malt, gula sendiri seperti sukrosa dan glukosa, dimana
pembuatannya melibatkan proses fermentasi alokohol dan fermentasi
asetat secara berimbang.
Komposisi vinegar tergantung dari bahan baku, proses fermentasi
menjadi alkohol dan fermentasi alkohol menjadi asam cuka, pengeraman,
serta penyimpanan. Dari Food and Drugs Administrator (FDA) USA, definisi
vinegar sebagai berikut: vinegar, cider vinegar, aplle vinegar dibuat dari
juice apel yang difermentasikan menjadi alkohol dan difermentasikan lebih
lanjut menjadi asam cuka. Asam cuka mengandung 4 gr vinegar dalam 100
ml, 20 0C. Wine vinegar, grape vinegar sama dengan diatas hanya bahan
bakunya dari anggur. Selain itu, ada yang disebut malt vinegar, sugar
vinegar dan glukosa vinegar.
2.2
asam
asetat,
mikroorganisme
berhubungan
khususnya
aerobik
dengan
yang
sistem
dari
genus
mempunyai
bioksidasi
Acetobacter
enzim
intraselular
mempergunakan
adalah
yang
sitokhrom
sebagai katalisatornya.
Reaksi:
2.4
agar
slant,
inkubasikan
pada
30
oC
sehingga
terjadi
2.5
e. Vinegar yang dibuat dari dried apple, apple cores, dan apple
peels.
f. White destilled vinegar dan grain vinegar dibuat dengan alkohol
yang terdestilasi.
Jenis jenis vinegar yang populer:
a. White destilled vinegar (etanol yang telah didestilasi sebagai
bahan baku)
b. Cider vinegar (dibuat dari apple yang telah difermentasi)
c. Wine vinegar (dibuat dari anggur kualitas rendah)
d. Malt vinegar (dibuat dari fermentasi alkohol dann aseton terhadap
mult mush atau malt yang mengandung corn atau barley yang
ditambahkan pada malt)
2.6
Processing Vinegar
a. Filtrasi dan klasifikasi
Vinegar hasil destilasi dari tricking generator lebih besar dari
bahan bahan yang tidak larut sehingga filter yang digunakan
mempunyai lubang kecil. Namun vinegar lain memerlukan filter
untuk mendapatkan vinegar yang jernih. Filter dengan kapasitas
besar dengan klasifikasi bila ada zat aditif yang digunakan.
b. Pembotolan
Bertujuan untuk mencegah bakteri maka harus dipasteurisasi.
Botol beisi ditutup rapat lalu dipanaskan pada suhu 60-65 oC.
Kadang vinegar dipanaskan hingga suhu 65-70 oC dan dengan
segera botol dengan vinegar panas ditutup.
c. Konsentrasi vinegar
Vinegar dapat dikosentrasikan dengan proses freezing. Vinegar
didinginkan untuk mengetahui kadar alkohol. Sistem ini dapat
dipakai tutup sp 0,2% dan lalu 25% produk diambil. Waktu cycle
12% vinegar masing masing 335 jam, vinegar yang dihasilkan dari
submerged proses sangat keruh karena berisi bakteri. Untuk
filtrasi kapasitas besar diperlukan filter agent dengan tangki
filtering, sebaliknya jika digunakan dalam sharing vinegar tidak
mengandung mikroorganisme karena telah tersaring.
2.7
a. Pemilihan mikroba
Bakteri yang dapat memenuhi syarat yaitu yang produktivitasnya
tinggi dan mempunyai rasa enak. Sebagai contoh Bacterium
schutzen bachil / Baterium cuvrum biasanya dipakai untuk
memproduksi asam cuka biasanya dipakai asam cuka dari etanol
dengan quick vinegar process, sedang Bacteruim orleanense pada
proses Orleans (proses lambat)
b. Kualitas bahan dasar
Sebagai bahan dasar adalah
semua
bahan
yang
dapat
selama
fermentasi
menjadi
alkohol
harus
diperhatikan.
d. Keasaman
Kadar alkohol terbaik dan dapat segera difermrntasikan 10-13%.
Bila kadar alkohol 14% atau lebih maka oksidasi alkohol menjadi
asam cuka tidak atau kurang sempurna sebab perkembangan
bakteri asam cuka terhambat. Sedang bila kadar alkohol rendah
mungkin akan banyak vinegar yang hilang bahkan pada
konsentrasi alkohol 1-2% ester dan asam cuka akan dioksidasi
yang mengakibatkan hilangnya aroma dan flavor( aroma dan
flavor menjadi jelek).
e. Oksigen
Proses fermentasi asam cuka menjadi alkohol adalah proses
oksidasi maka perlu diaerasi.
2.9
untuk
dehidrasi
aseton.
Bakteri
ini
mempunyai
3.
Konsep Deterjen
3.1 Pengertian
Deterjen merupakan salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan
karena peranannya sebagai produk pembersih serba guna yang dapat
digunakan untuk membersihkan bahan kain, alat dapur dari bahan kaca,
keramik, metal bahkan lantai. Deterjen adalah senyawa dengan ujung
hidrokarbon hidrofobik dan ujung ion sulfat. Sifat dari deterjen adalah
memperkecil tegangan permukaan dan menjaga agar kotoran teremulsi
dalam pelarut air. Ujung hidrofobik deterjen terikat dengan pengotor
sedangkan ujung ion akan tercelup dalam air sehingga kotoran diikat
deterjen dan dibebaskan dari bendanya (Yuni, 2012).
3.2
Klasifikasi
Menurut kandungan gugus aktif maka deterjen diklasifikasikan
senyawa
organik
yang
dikandungnya,
detergen
dikelompokkan menjadi :
a. Detergen anionik (DAI) Merupakan detergen yang mengandung
surfaktan anionik dan dinetralkan dengan alkali. Detergen ini akan
berubah menjadi partikel bermuatan negatif apabila dilarutkan dalam air.
Biasanya digunakan untuk pencuci kain. Kelompok utama dari detergen
anionik adalah : Rantai panjang (berlemak) alkohol sulfat Alkil aril
sulfonat Olefin sulfat dan sulfonat
b. Detergen kationik Merupakan detergen yang mengandung surfaktan
kationik. Detergen ini akan berubah menjadi partikel bermuatan positif
ketika terlarut dalam air, biasanya digunakan pada pelembut (softener).
Selama proses pembuatannya tidak ada netralisasi tetapi bahan-bahan
yang mengganggu dihilangkan dengan asam kuat untuk netralisasi.
Agen aktif permukaan kationik mengandung kation rantai panjang yang
memiliki sifat aktif pada permukaannya. Kelompok utama dari detergen
kationik adalah : Amina asetat (RNH3)OOCCH3 (R=8 sampai 12 atom
C) Alkil trimetil amonium klorida (RN(CH3))3+ (R=8 sampai 18 atom
karbon) Dialkil dimetil amonium klorida (R2N(CH3)2) +Cl- (R=8 sampai
18
atom
karbon)
Lauril
dimetil
benzil
amonium
klorida
(R2N(CH3)2CH2C2H6)Cl
c. Detergen nonionik Merupakan senyawa yang tidak mengandung
molekul ion sementara, kedua asam dan basanya merupakan molekul
yang sama. Detergen ini tidak akan berubah menjadi partikel bermuatan
apabila dilarutkan dalam air tetapi dapat bekerja di dalam air sadah dan
dapat mencuci dengan baik hampir semua jenis kotoran. Kelompok
utama dari detergen nonionik adalah : Etilen oksida atau propilen oksida
Kegunaan Deterjen
Deterjen merupakan salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan
kotoran
(10-5 cm2/ detik) atau juga terjadi pada kondisi surfaktan berbentuk
agregat atau micelle dimana kinetika perpindahannya relatif lambat (107 cm2/detik). Kinetika perpindahan surfaktan dan adsorbsi pada
permukaan dapat diukur dengan teganngan permukaan dinamik.
2. Adsorbsi surfaktan pada interfase air-atanah, interfase air-udara, dan
interfase permukaan-air. Tahapan ini terjadi dengan menurunkan
tegangan permukaan pada masing-masing interfase tersebut.
3. Membentuk kompleks surfaktan-tanah. Hal ini menunjukkan bahwa
surfaktan akan menyelimuti tanah yang akan dipisahkan dalam satu
lapisan atau pada konsentrasi surfaktan yang tinggi akan menghasilkan
dua lapisan. Pada tahapan ini surfaktan dapat mendorong padatan
tanah menjadi lunak dan berbentuk cairan. Tahapan ini merupakan
tahapan yang kritis untuk menuju proses emulsi yang dapat terjadi jika
tanah berbentuk cairan.
4. Desorpsi kompleks surfaktan-tanah. Untuk tanah yang berminyak,
proses ini dapat terjadi melalui mekanisme penggulungan atau melalui
pelarutan minyak menjadi agregat micelle dari surfaktan.
5. Perpindahan kompleks surfaktan-tanah menjauh dari permukaan. Pada
tahapan ini tanah yang mengandung minyak dengan massa jenis yang
leih rendah dari air akan mengapung di permukaan. Padahal dibutuhkan
energi
mekanik
atau
pengadukan
untuk
untuk
menjauhkan
kompleks
mencegah
terjadinya
redeposisi.
3.4
Sifat Deterjen
Molekul deterjen terdiri atas dua bagian yaitu bagian yang bersifat
hidrofilik dan yang bersifat hidrofobik. Bagian hidrofilik adalah bagian yang
menyukai air atau bersifat polar. Adapun bagian hidrofobik adalah bagian
yang tidak suka air atau bersifat nonpolar. Kotoran yang bersifat polar
biasanya larut dalam air, sehingga kotoran jenis ini tidak perlu dibersihkan
dengan menggunakan sabun. Kotoran yang bersifat nonpolar, seperti
minyak atau lemak tidak akan hilang jika hanya dibersihkan menggunakan
air. Oleh karena itu, diperlukan deterjen sebagai
pembersihnya. Ujung
hidrofob deterjen yang bersifat nonpolar mudah larut dalam minyak atau
lemak dari bahan cucian. Ketika menggosok atau memeras pakaian
Komposisi Deterjen
Bahan-bahan
kimia
yang
terdapat
pada
deterjen
adalah
(Arifin,2008) :
1. Surfaktan
Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang termasuk bahan kimia
organik yang bersifat kotionik, anionik, maupun non ionoik. Surfaktan
memiliki dua gugus molekul yang berbeda kepolarannya, satu jenis
hidrofilik (suka air) dan lipofilik (suka lemak). Surfaktan bekerja dengan
menurunkan tegangan air untuk mengangkat kotoran yang menempel
pada pakaian.
Menurut struktur kimia, molekul surfaktan dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Rantai bercabang (alkil benzen sulfanat atau ABS);
b. rantai lurus (Linear alkil sulfanat atau ALS).
Sifat deterjen ABS merupakan jenis surfaktan yang ditemukan dan
digunakan secara luas sebagai bahan pembersih yag berasal dari
minyak bumi. Jenis ini mempunyai sifat yang tidak diuraikan oleh
bahan-bahan
alami
seperti
mikroganisme,
matahari
dan
air.
limbah
yang
mengandung
fosfor
sehingga
menyebabkan eutrofikasi.
2. Buildier (Pembetuk)
Builder (Pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci surfaktan
dengan cara menon-aktifkan mineral penyebabkan kesadahan air.
Senyawa pembentuk tersebut adalah:
a. Garam-garam fosfat, seperti natrium tripolipfosfat;
b. senyawa-senyawa asetat, seperti Nitril TriasEtat (NTA), Etilena
Diamina TetraAsetat (EDTA);
c. senyawa-senyawa sitrat, seperti asam sitrat.
misalnya
pewangi,
pelarut,
pemutih,
pewarna,
tidak
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, MS.Phd. Diktat Mikrobiologi Industri . Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro : Semarang
Alba, S. Humpey NE and Miks.1973. Biochemical Engineering 2nd. Accademy
Press : New York
Shakhashiri . 2008. Acetic Acid & Acetic Anhydride. General Chemistry.