Вы находитесь на странице: 1из 7

BAB I.

TINJAUAN UMUM SIMPLISIA DAN SENYAWA AKTIF


1.1 Deskripsi Umum
1.1.1 Deskripsi

Gambar 1. Bagian-bagian tumbuhan pegagan


Habitus berupa terna atau herba tahunan, tanpa batang tetapi dengan rimpang pendek
dan stolon-stolon yang melata, panjang 10-80 cm. Daun tunggal, tersusun dalam roset
yang terdiri dari dua sampai sepuluh daun, kadang-kadang agak berambut; tangkai daun
panjang sampai 50 mm, helai daun berbentuk ginjal, lebar dan bundar dengan garis
tengah 1-7 cm, pinggir daun beringgit sampai beringgit-bergerigi, terutama ke arah
pangkal daun. Perbungaan berupa payung tunggal atau tiga sampai lima bersama-sama
keluar dari ketiak daun, gagang perbungaan 5-50 mm, lebih pendek dari tangkai daun.
Bunga umumnya tiga, yang di tengah duduk, yang di samping bergagang pendek, daun
pelindung dua, panjang 3-4 mm, bentuk bundar telur, tajuk berwarna merah lembayung,
panjang 1-1,5 mm, lebar sampai 0,75 mm. Buah pipih, lebar 7 mm dan tinggi 3 mm,
berlekuk dua, jelas berusuk, berwarna kuning kecoklatan, berdinding agak tebal (BPOM
1.1.2

RI, 2008).
Sinonim
Pegagan, kaki kuda (BPOM RI, 2008).
Hydrocotyle asiatica L. = Pesequinus Rumph (Kreutz, 2015).

1.1.3

Nama Lokal
Pegaga (Aceh); Daun kaki kuda, daun penggaga,penggaga, rumput kaki kuda,
pegagan, kaki kuda (Melayu); Pegago, pugago (Minangkabau); Cowet gompeng,
antanan, antanan bener, antanan gede (Sunda); Gagan-gagan, ganggangan, kerok batok,
panegowang, panigowang, rendeng, calingan rambat, pacul gowang (Jawa); Ganggangan
(Madura); Bebele (Sasak); Paiduh panggaga (Bali); Kelai lere (Sawo); Sarowati

(Halmahera); Kolotidi manora (Ternate); Pagaga, wisuwisu (Makasar); Cipubalawo


1.1.4

1.1.5

1.1.6

(Bugis); Hisu-hisu (Salayar); Dogauke, gogauke, sandanan (Irian) (BPOM RI, 2008).
Nama Asing
Broken copper coin / Button grass / SmaIl-leaved horsehoof grass (Inggris); Ji xue
cao (Cina) (Kreutz, 2015).
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Apiales
Suku : Apiaceae
Marga : Centella
Jenis : Centella asiatica (L.). Urb.
(BPOM RI, 2008).
Gambar 2. Daun Pegagan
Habitat
Tumbuh-tumbuhan ini tersebar didaerah beriklim tropis. Di Cina pegagan
ditemukan tumbuh secara liar di pinggir jaIan, lereng bukit yang rindang dan lembab, dan
cukup mendapat sinar matahari atau teduh. Di Indonesia umumnya tumbuh di Jawa Barat
didaerah yang memiliki ketinggian 2500 m di atas permukaan Laut. (biasanya pegagan
disukai sebagai sayur) (Kreutz, 2015).

1.2 Analisis Farmakognosi


1.2.1 Pemerian
Pegagan (Centella asiatica (L.). Urb.) merupakan tanaman herba tahunan yang
tumbuh menjalar dan berbunga sepanjang tahun. Tanaman pegagan yang berupa simplisia
dinamakan Centella Herba atau herba pegagan. Herba pegagan memiliki pemerian
berupa bau yang lemah , aromatik, mula-mula tidak berasa lama-lama agak pahit (Ryzki,
1.2.2

2014).
Makroskopik
Daun tunggal, berkeriput, rapuh, dan mahkota berwarna kemerahan. Rimpang
pendek, umumnya tegak, berwarna coklat kelabu (Saputra, 2012).

1.2.3

Gambar 3. Maksroskopik Herba Pegagan


Mikroskopik
Daun atas terdiri dari 1 lapis sel jernih berbentuk poligonal, dinding antiklinal
lurus, kutikula bergaris, sel epidermis bawah mirip sel epidermis atas, tetapi lebih kecil,
stomata tipe aninositik berbentuk corong terdapat lebih banyak pada epidermis bawah

1.2.4

dari pada epidermis atas (Saputra, 2012).


Serbuk
Hasil pemeriksaan serbuk kering herba pegagan memiliki bentuk fisik serbuk,
warna krem kekuningan, rasa agak asam dan bau khas aromatis, dengan kadar air sebesar
3,63% (Hidayati dan Kosasih, 2010).

1.3 Skrining Fitokimia


Skrining merupakan salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah
penapis senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman. Cara ini digunakan untuk
mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan golongannya. Sebagai informasi awal dalam
mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai aktivitas biologi dari suatu tanaman.
Informasi yang diperoleh dari pendekatan ini juga dapt digunakan untuk keperluan
sumber bahan yang mempunyai nilai ekonomi lain seperti sumber tanni, minyak untuk
industri, sumber gum, dll. Metode yang telah dikembangkan dapat mendeteksi adanya
golongan senyawa alkaloid, flavonoid, senyawa fenolat, tannin, saponin, kumarin,
1.3.1

quinon, steroid/terpenoid. (Teyler.V.E,1988)


Alkaloid
1. Prinsip
Penambahan pereaksi Dragendrof dan pereaksi Mayer. Terbentuknya endapan
merah bata dengan pereaksi Dragendrof atau endapan putih dengan pereaksi Mayer
menunjukan adanya golongan senyawa alkaloid (Nurhalimah dkk, 2011).
2. Hasil

Menggunakan

pereaksi

Dragendorf

hasilnya

Tidak

berwarna

(Negatif).

Menggunakan pereaksi Mayer hasilnya Tidak berwarna (Negatif). Herba pegagan


1.3.2

tidak memiliki kandungan alkaloid (Nurhalimah dkk, 2011).


Polifenolat
1. Prinsip
Penambahan larutan pereaksi besi (III) klorida dan timbulnya warna hijau atau
biru-hijau, merah ungu, biru-hitam hingga hitam menandakan positif fenolat atau
timbul endapan coklat menandakan adanya polifenolat (Nurhalimah dkk, 2011).
2. Hasil
Terbentuk warna hijau timbul endapan coklat (Positif). Herba pegagan memiliki

1.3.3

kandungan polifenolat (Nurhalimah dkk, 2011).


Flavonoid
1. Prinsip
Penambahan serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat. Kemudian
campuran ditambahkan amil alkohol, dikocok dengan kuat lalu dibiarkan sampai
terjadi pemisahan. Terbentuknya warna dalam lapisan amil alkohol menunjukan
adanya golongan senyawa flavonoid (Nurhalimah dkk, 2011).
2. Hasil
Menggunakan Magnesium dan asam klorida terbentuk lapisan warna orange
(Positif). Menggunakan Amil alkohol terbentuk lapisan pada amil alkohol (Positif).

1.3.4

Herba pegagan memiliki kandungan flavonoid (Nurhalimah dkk, 2011).


Saponin
1. Prinsip
Larutan simplisia herba pegagan dimasukkan kedalam tabung reaksi dan kocok
secara vetical selama 10 detik. Dibiarkan selama 10 menit, terbentuknya busa 1 cm
yang stabil di dalam tabung reaksi menunjukan adanya golongan senyawa saponin.
Dan busa tersebut masih bertahan (tidak hilang) setelah ditambahkan beberapa tetes
asam klorida (Nurhalimah dkk, 2011).
2. Hasil
Membentuk busa setinggi 1 cm (Positif). Herba pegagan memiliki kandungan

1.3.5

saponin (Nurhalimah dkk, 2011).


Kuinon
1. Prinsip
Penambahan beberapa tetes larutan Natrium Hidroksida 1 N. Terbentuknya warna
kuning hingga merah menunjukan adanya golongan senyawa kuinon (Nurhalimah
dkk, 2011).
2. Hasil

Terbentuk warna kuning merah (Positif). Herba pegagan memiliki kandungan


1.3.6

kuinon (Nurhalimah dkk, 2011).


Tanin
1. Prinsip
Penambahan larutan besi (III) klorida 1 %, terbentuknya warna biru tua atau
hitam kehijauan menunjukan adanya golongan senyawa tanin. Penambahan larutan
gelatin 1 %, terbentuknya endapan putih menunjukan keberadaan senyawa tannin
(Nurhalimah dkk, 2011).
2. Hasil
Menggunakan FeCl3 terbentuk endapan kuning (Positif). Herba pegagan memiliki

1.3.7

kandungan tannin (Nurhalimah dkk, 2011).


Monoterpen dan Sesquiterpen
1. Prinsip
Penambahan larutan vanilin 10 % dalam Asam Sulfat pekat dan timbulnya warnawarna menandakan positif senyawa monoterpena dan Sesquiterpena (Nurhalimah
dkk, 2011).
2. Hasil
Terbentuk warna hitam (Negatif). Herba pegagan tidak memiliki kandungan

1.3.8

monoterpen dan sesquiterpen (Nurhalimah dkk, 2011).


Triterpenoid dan Steroid
1. Prinsip
Penambahan larutan pereaksi Lieberman Burchard dan terjadinya warna merahungu menandakan positif triterpenoid, sedangkan bila warna hijau-biru menunjukan
positif steroid (Nurhalimah dkk, 2011).
2. Hasil
Terbentuk warna hijau biru (Positif). Herba pegagan memiliki kandungan
steroid
2011).

Kandungan Kimia
Alkaloid

Reaksi

triterpenoid

dan

(Nurhalimah

dkk,

Polifenolat
+

Tabel 1. Uji
Herba Pegagan

Flavonoid

Skrining Fitokimia

+
Saponin
+
Kuinon

(Ditjen

POM,

1979)

Tanin
Monoterpena

dan
-

Sesquiterpena
Triterpenoid
Steroid

dan

1.4 Uraian Senyawa Aktif

Gambar 4. Rumus bangun asiatikosida


Asiatikosida adalah senyawa golongan glikosida triterpenoid yang mengandung
molekul gula yang terdiri dari satu molekul ramnosa dan dua molekul glukosa. Aglikon
triterpen dari asatikosida ini disebut asam asiatikat yang mempunyai gugus alkohol
primer, glikol, dan satu buah karboksilat tererestifikasi dengan gugus gula (Pramono,
1992).
Asiatikosida ini merupakan salah satu senyawa aktif yang terkandung dalam
pegagan, disamping masih banyak senyawa-senyawa lain. Senyawa asiatikosida bersifat
polar karena adanya ikatan glikosida antara molekul gula dengan gugus benzene dan
mempunyai BM 959,19 (Pramono, 1992).

Daftar Pustaka
BPOM

RI.

2008.

Centella

asiatica

(L.).

Urb.

Tersedia

online

di

perpustakaan.pom.go.id/ebook/Taksonomi%20Koleksi%20Tanaman%20Obat%20Kebun
%20Tanaman%20Obat%20Citeureup/Centella%20asiatica%20(L.).%20Urb..pdf deskripsi
centella asiatica [Diakses pada 29 September 2015].
Ditjen POM. 1979.Materia Medika Indonesia Jilid 1. Jakarta: Depkes RI.
Hidayati, Nuri dan Kosasih. 2010. Formulasi Granul Efervesen Ekstrak Herba Pegagan (Centella
asiatica (L.) Urb) Yang Dikeringkan Dengan Pengeringan Semprot. Tersedia online di
http://perpusffup.or.id/index.php?p=show_detail&id=1208 [Diakses pada 30 September
2015]
Kreutz, Serge. 2015. Pegagan. Tersedia online di http://agelu.com/pegagan_centellaasiatica.htm
[Diakses pada 29 September 2015]
Nurhalimah, Ulfah; Puji Sumarlin; Marina Chaerianisa; Fikri Jufri; dan Pranita Dewi. 2011.
Laporan Praktikum Fitokimia Pastiles Antioksidan dari Ekstrak Antanan (Centella
asiatica). Tersedia online di https://id.scribd.com/doc/77352865/ediy [Diakses pada 30
September 2015].
Pramono, H. A. 1992. Tataguna Lahan dan Deforestasi di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Ryzki, Alfi. 2014. Dasar-Dasar Farmakognosi Kelas X. Baiti Ilmina.
Saputra,

Yudi

Agus.

2012.

Herba

(Tanaman).

Tersedia

online

http://yudiagussaputra.co.id/2012/10/herba.html [Diakses pada 29 September 2015].


Teyler.V.E.et.al.1988.Pharmacognosy.9th Edition. 187 188. Phiadelphia : Lea & Febiger.

di

Вам также может понравиться