Вы находитесь на странице: 1из 10

Pendahuluan

Tenggelam adalah suatu bentuk sufokasi berupa korban terbenam dalam cairan dan
cairan tersebut terhisap masuk ke jalan napas sampai alveoli paru-paru. Pada umumnya
tenggelam merupakan kasus kecelakaan, baik secara langsung maupun karena ada faktorfaktor lain seperti korban dalam keadaan mabuk atau dibawah pengaruh obat, atau bisa
saja dikarenakan akibat dari suatu peristiwa pembunuhan.
Setiap

tahun,

sekitar

150.000

kematian dilaporkan

di

seluruh

dunia

akibat

tenggelam, dengan kejadian tahunan mungkin lebih dekat ke 500.000. Beberapa negara
terpadat di dunia gagal untuk melaporkan insiden hampir tenggelam. Ini, menyatakan bahwa
banyak kasus tidak pernah dibawa ke perhatian medis, kejadian di seluruh dunia
membuat pendekatan akurat yang hampir mustahil.
Sedangkan pada data yang diperoleh dari RS. Dr. Soetomo Surabaya didapatkan 23 orang
meninggal karena tenggelam mulai bulan Januari 2011 hingga September 2011. sedangkan
pada 4 tahun terakhir didapatkan 93 kasus meninggal sejak Januari 2007 hingga Desember
2010.
Pada pemeriksaan jenazah yang diduga tenggelam perlu juga diketahui kondisi korban
meninggal sebelum atau sesudah masuk air, tempat jenasah ditemukan meninggal berada di
air tawar atau asin,

adanya ante mortem injury, adanya sebab kematian wajar atau

keracunan, dan terakhir yaitu sebab kematiannya. Dalam hal ini bantuan dokter pada
peradilan untuk membuat terang suatu perkara jenasah yang diduga meninggal karena
tenggelam memerlukan pemeriksaan luar dan dalam pada tubuh korban serta pemeriksaan
tambahan lain seperti percobaan getah paru, pemeriksaan darah secara kimia (Gettler test),
destruction test & analisa isi lambung, pemeriksaan histopatologi jaringan paru,dan
penentuan berat jenis plasma. Diatom (tumbuhan air) pada air yang terhirup ketika korban
tenggelam masuk melalui alveoli dan pembuluh darah tersebar keseluruh tubuh. Adanya
diatom pada jenasah yang diduga mati tenggelam menunjukkan bahwa korban masih sempat
bernafas saat masih didalam air. Sampai saat ini pemeriksaan diatom pada kasus tenggelam
masih jarang digunakan meskipun pemeriksaan tersebut berguna untuk diagnosa kematian
pada kasus tenggelam. Tulisan ini akan
pemeriksaan korban tenggelam.

menjelaskan peran pemeriksaan diatom dalam

Definisi dan Morfologi Diatom


Diatom kelompok besar dari alga plankton yang termasuk paling sering ditemui. Diatom sendiri
merupakan fitoplankton yang termasuk dalam kelas Bacillariophyceae. Ia terdapat dimana
saja, dari tepi pantai hingga ke tengah samudra. Diatom biasanya terapung bebas di dalam
badan air dan juga kebanyakan dari mereka melekat pada substrat yang lebih keras.
Pelekatan diatom biasanya karena tumbuhan ini mempunyai semacam gelatin (Gelatinous
extrusion) yang memberikan daya lekat pada benda atau substrat. Kadang ditemukan beberapa
diatom

yang walau sangat lambat tetapi punya daya untuk bergerak. Diatom akan sangat

tergantung pada pola arus dan pergerakan massa air baik itu secara horizontal maupun
vertical. Diperkirakan di dunia ada sekitar 1400-1800 jenis diatom, tetapi tidak semua hidup
sebagai plankton. Ada juga yang hidup sebagai bentos (didasar laut) atau yang kehidupan
normalnya didasar laut tetapi oleh gerakan adukan air dapat membuatnya lepas dari dasar dan
terbawa hanyut sebagai plankton (disebut sebagai tikoplankton). Dari bentuknya, diatom itu
sendiri dikenal dengan cell diatom melingkar (Centric diatom) dan cell diatom memanjang
(pennate diatom). Diatom sentrik (centric) bercirikan bentuk sel yang mempunyai simetri
radial atau konsentrik dengan satu titik pusat. Selnya bisa berbentuk bulat, lonjong,
silindris, dengan penampang bulat, segitiga atau segiempat. Sebaliknya diatom penat
(pinnate) mempunyai simetri bilateral, yang bentuknya umumnya memanjang atau berbentuk
sigmoid seperti huruf S. Sepanjang median sel diatom penat ada jalur tengah yang disebut rafe
(raphe). Struktur umum sel diatom dapat dijelaskan secara sederhana dengan model dari
diatom sentrik. Sel dengan kerangka silikanya yang disebut frustul. Morfologi frustul terdiri
dari dua valvula setangkup, bagaikan cawan petri (petri dish), atau bagaikan kotak obat (pill
box). Valvula bagian atas disebut epiteka yang menutupi sebagian valvula bagian bawah
yang disebut hipoteka. Bagian tumpang tindih yang melingkar pinggangnya disebut girdle.
Seluruh permukaan valvula boleh dikatakan penuh dengan berbagai ornamentasi yang
simetris dan indah dan pori-pori yang

menghubungkan

sitoplasma

dalam

sel dengan

ligkungan diluarnya. Ciri ornamentasi pada valvula ini merupakan hal penting untuk
identifikasi jenis. Di dalam frustul terdapat sitoplasma yang mengandung inti sel dan vakuola
yang besar. Di dalam sitoplasma terdapat pula kromatofor yang umumnya berwarna
kuning- coklat karena adanya pigmen karotenoid. Populasi diatom banyak ditentukan oleh
faktor suhu, salinitas dan arus. Sebagai contoh, Thalassiosira antartica sebarannya hanya

pada perairan dingin di sekitar kutub selatan. Sebaliknya, Rhizosolemia robusta merupakan
jenis yang terdapat di seluruh perairan tropis (circumtropical) yang telah beradaptasi
dengan suhu hangat. Dalam kajian diatom di Laut Jawa,dijumpai sedikitnya 127 jenis
diatom, yang terdiri dari 91 jenis diatom sentrik, dan 36 jenis diatom penate. Pada kasus
tenggelam di air tawar, keberadaan diatom di sumsum tulang dapat digunakan untuk
mendiagnosis 30% dari kasus tenggelam di air tawar, hasil diagnose tersebut sangat
bergantung oleh dinamika populasi diatom yang dipengaruhi oleh musim, selain juga faktor
ukuran dari diatom tersebut. Musim dingin adalah musim dengan frekuensi tertinggi tidak
ditemukan diatom pada sampel, Diatom yang biasa ditemukan pada kasus tenggelam pada
air

tawar

seperti

kolam,

danau, sungai

dan

kanal adalah:

Navicula

pupula,

N.

cryptocephara, N. graciloides, N. Meniscus, N. Bacillum, N. radiosa, N. simplex, N.


pusilla, Pinnularia mesolepta, P. gibba, P. braunii, Nitzscia mesplepta, Mastoglia smithioi,
Cymbella cistula, Camera lucida, Cymbella cymbiformi, dan Cocconeis diminuta Pinnularia
boreali ditemukan pada air tawar yang dingin, Pinnularia capsoleta ditemukan pada air tawar
yang dangkal.
Dari beberapa literature yang ada dapat disimpulkan macam-macam spesies dari diatom
yang paling sering ditemukan pada organ-organ tubuh manusia yang diduga meninggal
karena tenggelam. Berikut adalah rangkuman dari spesies diatom yang sering di temukan di
dalam organ tubuh:
Studi lebih lanjut mengenai morfologi dan eksistensi diatom pada zona perairan tertentu
sangat membantu dalam menyelesaikan penyebab kematian

pada

korban

yang

diduga

meninggal karena tenggelam


Mekanisme Tenggelam
Mekanisme tenggelam dalam air tawar:
a. Air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar sehingga terjadi hemodilusi yang
hebat sampai 72% yang berakibat terjadinya hemolisis.
b. Oleh karena terjadi perubahan biokimiawi yang serius, dimana kalium dalam plasma
meningkat dan natrium berkurang, juga terjadi anoksia dalam miokardium.
c. Hemodilusi menyebabkan cairan dalam pembuluh darah dan sirkulasi berlebihan, terjadi
penurunan tekanan sistole dan dalam beberapa menit terjadi fibrilasi ventrikel.
d. Jantung untuk beberapa saat masih berdenyut dengan lemah, terjadi anoksia cerebri yang
hebat, hal ini menerangkan mengapa kematian terjadi dengan cepat.

Mekanisme tenggelam dalam air asin:


a. Terjadi hemokonsentrasi, cairan dari sirkulasi tertarik keluar sampai 42% dan masuk
kedalam jaringan paru sehingga terjadi edema pulmonum yang hebat dalam waktu
relatif singkat.
b. Pertukaran elektrolit dari asin kedalam darah mengakibatkan meningkatnya hematokrit dan
peningkatan kadar natrium plasma.
c. Vibrilasi ventrikel tidak terjadi, tetapi terjadi anoksia pada miokardium dan disertai
peningkatan viskositas darah akan menyebabkan payah jantung.
d. Tidak terjadi hemolisis melainkan hemokonsentrasi, tekanan sistolik akan menetap dalam
beberapa menit.
Temuan Makroskopis pada korban tenggelam
Pemeriksaan luar:

Tidak ada yang patognomonis untuk drowning, fungsinya hanya menguatkan.

Hanya beberapa penemuan memperkuat diagnosa drowning antara lain: kulit basah,
dingin dan pucat.

Lebam jenazah biasanya sianotik, kecuali bila air sangat dingin maka lebam
jenazah akan berwarna pink.

Kadang terdapat cutis anserina pada lengan, paha dan bahu. Ini disebabkan suhu air
dingin yang menyebabkan kontraksi m. Erector pilorum.

Buih putih halus pada mulut dan hidung, sifatnya lekat (cairan kental dan berbuih).

Kadang terdapat cadaveric spasme pada tangan dan kotoran dapat tergenggam.

Bila berada cukup lama pada air, kulit telapak tangan dan kaki akan mengeriput dan
pucat.

Kadang terdapat luka berbagai jenis pada yang tenggelam di pemandian atau yang
meloncat dari tempat tinggi yang dapat merobek paru, hati, otak atau iga.

Pemeriksaan dalam:

Jalan nafas berisi buih, kadang ditemukan lumpur, pasir, rumput air, diatom, dll.
Terjadi karena adanya kompresi terhadap septum interalveoler atau oleh karena

terjadinya fase konvulsi akibat kekurangan oksigen.


Paru-paru membesar, mengalami kongesti dan mempunyai gambaran seperti marmer
sehingga jantung kanan dan vena-vena besar dilatasi. Bila paru masih fresh, kadang dapat

dibedakan apakah ini tenggelam dalam air tawar atau asin.


Banyak cairan dalam lambung.

Perdarahan telinga bagian tengah (dapat ditemukan pada kasus asfiksia lain).

Pemeriksaan Khusus Pada Tenggelam


Pemeriksaan khusus yang dapat dilakukan pada kasus tenggelam adalah: Percobaan
getah paru (Longsap proof), Pemeriksaan darah secara kimia (Gettler

test), Tes

Destruksi & analisa isi lambung, Pemeriksaan histopatolgi jaringan paru, Menentukan
berat jenis plasma (BJ plasma).
Pemeriksaan Diatom (Destruction Test)
Keseluruhan prosedur dalam persiapan bahan untuk analisa diatom meliputi contoh air
dari dugaan lokasi tenggelam, contoh jaringan dari hasil otopsi korban, jaringan yang
dihancurkan untuk mengumpulkan diatom, konsentrasi diatom, dan analisa mikroskopis.
Pengumpulan bahan dari media tenggelam yang diduga harus dilakukan semenjak penemuan
jenazah, dari air permukaan dan dalam, menggunakan 1 hingga 1,5 L tempat steril untuk
disimpan pada suhu 4C, di dalamnya disimpan bahan-bahan dari korban dugaan tenggelam
yang diambil dengan cara steril., kebanyakan berasal dari paru-paru, ginjal, otak, dan
sumsum tulang. Usaha untuk mencari diatome (binatang bersel satu) dalam tubuh korban.
Karena adanya anggapan bahwa bila orang masih hidup pada waktu tenggelam, maka akan
terjadi aspirasi, dan karena terjadi adanya usaha untuk tetap bernafas maka terjadi kerusakan
bronkioli/bronkus sehingga terdapat jalan dari diatome untuk masuk ke dalam tubuh.
Syaratnya paru-paru harus masih dalam keadaan segar, yang diperiksa bagian kanan
perifer paru-paru, dan jenis diatome harus sama dengan diatome di perairan tersebut. Cara
melakukan pemeriksaan diatome yaitu:
1. Ambil potongan jaringan sebesar 2-5 gram (hati, ginjal, limpa dan sumsum tulang).
2.

Potongan jaringan tersebut dimasukkan 10 mL asam nitrat jenuh, 0,5 ml asam sulfat
jenuh.

3.

Kemudian dimasukkan lemari asam sampai semua jaringan hancur.

4. Warna jaringan menjadi hitam oleh karena karbonnya.


5.

Ditambahkan natrium nitrat tetes demi tetes sampai warna menjadi jernih.

6.

Kadang-kadang sifat cairan asam sehingga sukar untuk melakukan pemeriksaan, oleh
karena itu ditambahkan sedikit NaOH lemah (sering tidak dilakukan oleh karena bila
berlebihan akan menghancurkan chitine).

7.

Kemudian dicuci dengan aquadest. Lalu dikonsentrasikan (seperti telur cacing),


disimpan/diambil sedikit untuk diperiksa, diteteskan pada deck gelas lalu keringkan
dengan api kecil.

8. Kemudian ditetesi oil immersion dan diperiksa dibawah mikroskop. diteteskan pada deck
gelas lalu keringkan dengan api kecil.
9. Kemudian ditetesi oil immersion dan diperiksa dibawah mikroskop.
Pemeriksaan Getah Paru
Merupakan pemeriksaan patognomonis untuk kasus-kasus tertentu. Dicari benda-benda asing
dalam getah paru yang diambil pada daerah subpleura, antara lain: pasir, lumpur, telur cacing,
tanaman air, dll. Cara pemeriksaan getah paru yaitu:
1. Paru-paru dilepaskan satu persatu secara tersendiri dengan memotong hilus.
2. Paru-paru yang sudah dilepas tidak boleh diletakkan tetapi langsung disiram dengan
dengan air bersih (bebas diatom dan alga).
3. Permukaan paru dibersihkan dengan cara dikerik/dikerok 2-3 kali, lalu pisau kembali
dibersihkan dengan air yang mengalir.
4. Dengan mata pisau yang tegak lurus permukaan paru, kemudian permukaan paru
diiris sedangkal (subpleura), lalu pisau kembali dibersihkan di bawah air yang
megalir, lalu dikibaskan sampai kering.
5. Dengan ujung pisau, getah paru pada irisan tadi diambil kemudian diteteskan pada objek
glass lalu ditutup cover glass dan diperiksa di bawah mikroskop.
6. Cara lain yaitu dengan menempelkan objek glass pada permukaan irisan didaerah
subpleural, lalu ditutup cover glass pada permukaan irisan didaerah subpleural, lalu
ditutup cover glass dan diperiksa dibawah mikroskop.
Syarat sediaan percobaan getah paru yaitu eritrosit dalam sediaan harus sedikit jumlahnya.
Bila banyak mungkin irisan terlalu dalam.
Pemeriksaan DNA
Metode lain dalam pengidentifikasian diatom adalah dengan amplifikasi DNA ataupun RNA
diatom pada jaringan manusia, analisa mikroskopis pada bagian jaringan, kultur diatom pada
media, dan spectrofluophotometry untuk menghitung klorofil dari plankton di paru-paru.
Metode pendeteksi diatom di darahmeliputi observasi secara langsung diatom pada membrane
filter, setelah darah dihemolisa menggunakan sodium dodecyl sulfate, atau dengan metode

hemolisa kombinasi, 5 mm pori membrane filter. Dicampur dengan asam nitrat, dan disaring
ulang. Setelah pencampuran selesai diatom dapat
Kontaminasi lain
diisolasi

dengan

metode

mengkonsentrasikan diatom

sentrifuse
dan

atau

membrane

menyingkirkan

semua

filtration.
sisa

Siklus

asam dengan

sentrifuse
pencucian

berulang, supernatant diganti tiap beberapa kali dengan air distilled. Penggunaan saring
nitroselulose adalah bagi bahan dengan jumlah diatom yang rendah dan diikuti dengan
analisa LM.
Interpretasi Hasil Pemeriksaan
False Positif
Kritik utama pada pemeriksaan diatom adalah penemuan diatom pada paru-paru dan organorgan lain pada jenasah yang meninggal bukan karena tenggelam. Hal tersebut dibuktikan
oleh adanya penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti seperti Pachar dan Cameron
menemukan 5-25 diatom/100g dan mencapain 10 diatom/100g pada organ tertutup. Selain itu
ada pula penelitian yang dilakukan oleh Foged menunjukkan bahwa terdapat diatom hingga
54 diatom pada hepar, 51 diatom pada ginjal, dan 17 diatom pada bone marrow (seperti tulang
panjang atau tulang punggung). Spesies diatom yang ditemukan pada jaringan yang tidak
cocok dengan spesies diatom yang ada pada air tempat jenasah tersebut ditemukan, menurut
Ludes dan Coste dapat diklasifikasikan sebagai kontaminasi diatom.

Kontaminasi Antemortem
Penyerapan diatom pada gastrointestinal mungkin terjadi sebagai akibat dari makan
makanan seperti salad dll yang masih terdapat diatom didalamnya atau pada
minuman, karena pada beberapa negara penduduknya minum air yang berasal dari
sungai maupun sumur. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Splitz, Koseki
dan Foged menyebutkan bahwa diatom dapat juga terhirup saat merokok apabila daun

tembakau masih terdapat diatom.


Komtaminasi Postmortem
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ludes dan Coste menyatakan bahwa
penetrasi diatom pada post mortem mungkin terjadi selama adanya perendaman tubuh
jenasah pada tekanan hidrostatik yang tinggi. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Koseki menyatakan bahwa tulang yang direndam dalam jangka waktu lama dapat
membuat suatu kesalahan dalam menentukan sebab kematian karena diatom dapat
masuk melalui foramen nutricium atau pori-pori yang lain.
Kemungkinan lain adanya kontaminasi diatom yaitu selama pembuatan preparat,
mulai dari pengambilan sampel saat otopsi hingga kontaminasi pada slide preparat.
False Negatif
Ada beberapa faktor yang memungkinkan terjadinya false positif pada pemeriksaan
diatom pada jenasah mati tenggelam yaitu rendahnya jumlah diatom pada tempat tenggelam,
jumlah air yang terhirup sedikit dan berkurangnya jumlah diatom selama pembuatan
preparat. Beberapa peneliti juga berusaha menentukan batas minimum diatom pada media
tenggelam untuk bisa membuat adanya diatom pada organ tertutup. Data yang didapat dari
penelitian yang dilakukan oleh Muller ditetapkan bahwa batas minimal yaitu 20.000/100ml pada
percobaan

dengan menggunakan

tikus

dan

13.500/100ml

pada percobaan

dengan

menggunakan kelinci. Jumlah dari false negatif pada kasus dugaan mati tenggelam sangat
ervariasi. Beberapa peneliti seperti Rota yang melakukan penelitian dengan 48 korban mati
tenggelam, terdapat 24% tidak ditemukan ada diatom pada paru-paru maupun organ-organ
tertutup lainnya. Peneliti lain seperti Timperman melaporkan 10% dari 40 kasus tidak ditemukan
adanya diatom. Oleh karena itu, meskipun pemeriksaan diatom pada korban diduga mati
tenggelam mempunyai hasil yang negatif, tidak semata-mata mencoret kemungkinan sebab
kematian korban tersebut dikarenakan tenggelam.
Tingkat Keberhasilan Pemeriksaan Diatom
Diatom dapat ditemukan di dalam korban tenggelam untuk memperjelas diagnosis penyebab
kematian. Hal ini dapat menjelaskan apakah korban tenggelam pada saat ante-mortem
ataukah post-mortem. Diatom tidak selalu ditemukan di semua kasus tenggelam, tetapi jika
didapatkan pada organ-organ dalam jumlah banyak, hal ini dapat mempertegas diagnose
tenggelam ante- mortem. Ada banyak kontroversi mengenai tes diatom. Banyak penulis yang
tidak memperhitungkan tes diatom sebagai metode yang berharga. Akan tetapi dalam berbagai
ajaran lampau tes diatom sangat berguna dalam penentuan tenggelam ante-mortem atau
post- mortem dengan memperhitungkan tiap aspek dengan penuh ketelitian.

Beberapa topik dalam patologi forensik telah menimbulkan banyak pendapat


seperti penggunaan diatom pada diagnosa dari mati tenggelam. Revenstorf pada 1904
pertama kali mencoba menggunakan diatom sebagai tes untuk mati tenggelam, meski ia
menetapkan bahwa Hoffmann pada 1896 telah menemukan diatom yang pertama kali
dalam cairan paru-paru. Pemeriksaan yang baik sekali dari perdebatan tentang diatom telah
diumumkan oleh Peabody pada 1980.
Selain itu ada beberapa peneliti yang juga berpendapat sama.

Studi yang

dilakukan oleh Hendey, Pollanen, Timperman, dan Azparren menyatakan bahwa tes diatom
sangat dapat diandalkan untuk memastikan apakah korban tenggelam ante-mortem atau
post-mortem. Para peneliti menemukan partikel serupa diatom di sirkulasi hepato-portal
yang mengindikasikan masuknya diatom ke tubuh melalui makanan ataupun air. Hasil paling
baik didapat dengan cara menghindari kontaminasi dan mengetahui segala keperluan spesifik
untuk tes diatom. Berdasarkan kriteria ini, akan dapat ditemukan diatom yang sama di darah
dan organ.
Penelitian yang menggunakan 7 sampel jaringan yang di ambil dari mayat
korban yang meninggal karena tenggelam mendapatkan diatom pada semua jaringan terutama
pada jaringan usus. Diatom yang ditemukan juga berbeda pada tiap kasusnya, bergantung
pada tempat lokasi tenggelam. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan diatom
merupakan pemeriksaan yang dapat dipercaya untuk menegakkan diagonis kematian yang
diduga karena tenggelam.
Tidak

semua

peneliti

yang

mempunyai pendapat

yang sama terhadap

efektivitas diatom untuk pemeriksaan korban mati karena tenggelam. Foged

membuat

investigasi yang terperinci ke dalam tubuh yang mati tenggelam dan tidak tenggelam di
Denmark, dan disimpulkan bahwa tes diatom sungguh sudah tidak berlaku. Ia memberikan
banyak referensi keduanya untuk dan melawan kepercayaan dari teknik tersebut, dan tidak
diragukan lagi kontroversi akan berlanjut. Terlihat mungkin terdapat perbedaan kuantitatif
antara jumlah diatom diperoleh dari jaringan pada mati tenggelam dan mati tidak tenggelam,
dan analisis yang hati-hati dari identifikasi spesies dalam hubungan dengan lokus dan
keadaan mati mungkin berguna.
Pada saat sekarang tes diatom sebaiknya

digunakan

hanya

sebagai

pertolongan/bantuan indikatif dan tidak sebagai bukti yang sah dari mati tenggelam. Oleh
karena itu, pemeriksaan diatom memang salah satu tanda yang patognomonis untuk
mendiagnosis kasus tenggelam. Keberadaan diatom di organ-organ tubuh yang dianalisis baik
secara kualitatif maupun kuantitatif, bukan hanya dapat menentukan penyebab kematian tetapi
juga dapat digunakan untuk menentukan tempat kejadian yang dicurigai sebagai tempat
tenggelamnya korban. Sementara hasil pemeriksaan yang positif pada pemeriksaan diatom
sangat membantu, tetapi hasil yang negatif juga tidak dapat mengindikasikan bahwa korban
tidak meninggal dikarenakan tenggelam. Beberapa pemikiran yang lebih kritis mengenai
pemeriksaan diatom dapat dikembangkan dengan metode yang lebih baru. Pemikiran atau
ide-ide yang lebih terkini sangat dibutuhkan untuk mengaplikasikan teknik ini untuk
investigasi medikolegal.
Kesimpulan
Pemeriksaan diatome pada korban diduga tenggelam merupakan prosedur rutin yang harus
dilakukan. Adanya diatom pada jenasah yang diduga mati tenggelam menunjukkan bahwa
korban masih sempat bernafas saat masih didalam air. Hasil pemeriksaan yang positif pada
pemeriksaan diatom sangat membantu, tetapi hasil yang negatif tidak memastikan bahwa
korban tidak meninggal dikarenakan tenggelam.

Вам также может понравиться