Вы находитесь на странице: 1из 8

Kereaktifan Logam Alkali

2 Oktober 2014
Mirrah Aghnia Nafilah Febriastuti
1113016200055

Abstrak
Tujuan dari praktikum ini yaitu mengamati kereaktifan logam alkali. Metode yang
digunakan dalam praktikum ini adalah mereaksikan logam natrium dan magnesium
dengan air. Hasil dari praktikum ini diketahui bahwa logam natrium lebih reaktif
daripada logam magnesium. Senyawa-senyawa yang dihasilkanpun bersifat basa.
Kata Kunci: Natrium, Magnesium, Reaktif, Alkali, Alkali Tanah.
Pendahuluan
Semua unsur-unsur golongan IA memiliki energi ionisasi yang rendah dan
karena itu memiliki kecenderungan yang besar untuk kehilangan satu elektron
valensinya. Pada kenyataannya, dalam sebagian besar senyawanya, unsur-unsur
tersebut berupa ion unipositif. Logam-logam sangat reaktif, sehingga tidak pernah
ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Logam-logam yang bersesuaian tersebut
bereaksi dengan air menghasilkan gas hidrogen dan hidroksida logam.
Sebagai suatu golongan, logam alkali tanah agak kurang reaktif dibandingkan
dengan logam alkali. Baik energi ionisasi pertama maupun kedua turun dari berilium
ke barium. Jadi kecenderungannya adalah untuk membentuk ion M2+ (dengan M
melambangkan atom logam alkali), dan karena itu karakter logamnya meningkat dari
atas ke bawah dalam golongan itu. Sebagian besar senyawa berilium (BeH2 dan
berilium halide, seperti BeCl2) dan beberapa senyawa magnesium (MgH2, misalnya)
yang terdapat di alam berupa molekul dan bukannya berupa ion. Kereaktifan logam
alkali tanah dengan air cukup beragam. Berilium tidak bereaksi dengan air; magnesium
bereaksi lambat dengan uap; dan kalsium, stronsium, dan barium cukup reaktif untuk

menyerang air dingin. Kereaktifan logam alkali tanah terhadap oksigen juga meningkat
dari Be ke Ba. Berilium dan magnesium membentuk oksida (BeO dan MgO) hanya pada
suhu tinggi, sedangkan CaO, SrO, dan BaO terbentuk pada suhu kamar. (Chang, 2003:
246-248)
Ciri khas yang paling menyolok dari logam alkali dan alkali tanah, adalah
kereaktifannya yang luar biasa besar. Mengapa kebanyakan orang tak kenal baik rupa
logam-logam yang sangat umum, natrium, kalium, dan kalsium, adalah karena logamlogam ini begitu aktif sehingga mereka tak terdapat sebagai unsur, bila bersentuhan
dengan udara atau air. Tak satupun dari unsur-unsur IA dan IIA terdapat di alam
dalam keadaan unsurnya. Semua unsur alkali terdapat dalam senyawaan alam sebagai
ion unipositif (positif-satu); semua unsur alkali tanah terdapat sebagai ion dipositif
(positif-dua).
Logam alkali dan alkali tanah adalah zat pereduksi yang sangat kuat, karena
begitu mudah kehilangan electron. Mereka mudah bergabung dengan kebanyakan
unsur non-logam, membentuk senyawaan ion seperti halida, hidrida, oksida, dan
sulfida. Karena litium dan logam alkali tanah bereaksi langsung dengan nitrogen pada
suhu tinggi, mereka terus terbakar dalam udara meskipun semua oksigen yang tersedia
sudah habis.
Logam alkali tanah bereaksi dahsyat dengan air; kalsium, stronsium, dan barium
bereaksi kurang dahsyat. Dalam hal kalium, rubidium, dan sesium, reaksi-reaksinya
begitu cepat dan begitu eksotermik, sehingga hidrogen yang dilepaskan biasanya
segera menyala. Litium bereaksi jauh lebih lambat daripada unsur-unsur IA lainnya,
tetapi masih cukup cepat sehingga rekasi litium-air telah diselidiki untuk di kan
sebagai reaksi pendorong (propelan) untuk torpedo. Dari unsur-unsur dalam IIA,
berilium dan magnesium tak bereaksi berarti dengan air, kecuali pada suhu tinggi.
Semua unsur ini, kecuali berilium dan magnesium, berkorosi terus-menerus
dalam udara sampai mereka seluruhnya telah diubah menjadi oksida, hidroksida, atau
karbonat. Berilium dan magnesium mudah bereaksi dengan oksigen, tetapi selaput
oksida yang kuat yang terbentuk, cenderung melindungi logam yang terletak di

sebelah bawahnya dari serangan lebih lanjut pada suhu kamar. Bila dipanaskan keraskeras, bahkan kedua logam inipun akan terbakar dengan dahsyat. Pada suhu tinggi,
magnesium yang terbakar dalam udara, bereaksi bukan saja dengan oksigen, tetapi
bahkan dengan nitrogen dan karbon dioksida. (Keenan, 1980: 153-155)
Energi ionisasi yang rendah dari atom-atom golongan IA memungkinkan
elektron pada kulit terluar tersebut realtif mudah dipromosikan ke tingkat energi yang
lebih tinggi. Eksitasi ini mungkin terjadi, sebagai contoh, hasil tumbukan atom-atom
dalam nyala gas. Bila atom tereksitasi tersebut kembali ke keadaan normalnya (dasar),
sejumlah energi tertentu dipancarkan dalam bentuk cahaya,memberikan warna khas
pada nyala. (Petrucci, 1985: 103-104)
Logam alkali, ditemukan pada golongan 1 dari tabel periodik (sebelumnya
dikenal sebagai kelompok IA), adalah logam yang sangat reaktif yang tidak terjadi
secara bebas di alam. Logam ini hanya memiliki satu elektron di kulit terluarnya. Oleh
karena itu, mereka siap untuk kehilangan satu elektron dalam ikatan ionik dengan
unsur-unsur lain. Seperti semua logam, logam alkali yang lunak, ulet, dan merupakan
konduktor panas yang baik dan listrik. Logam alkali yang lebih lembut daripada
kebanyakan logam lainnya. Cesium dan fransium adalah unsur paling reaktif dalam
grup ini. Logam basa dapat meledak jika mereka terkena air. (Anonim, 2002)
Logam alkali tanah berwarna, logam lunak perak, yang mudah bereaksi dengan
halogen membentuk garam ion, dan dengan air, meskipun tidak secepat logam alkali,
alkali kuat untuk membentuk (dasar) hidroksida. Misalnya, di mana natrium dan
kalium bereaksi dengan air pada suhu kamar, magnesium bereaksi hanya dengan uap
dan kalsium dengan air panas: Berilium adalah pengecualian: Itu tidak bereaksi dengan
air atau uap, dan halida perusahaan adalah kovalen. Semua logam alkali tanah
memiliki dua elektron di kulit valensi mereka, sehingga keadaan sekuat tenaga disukai
untuk mencapai kulit elektron diisi adalah kehilangan dua elektron untuk membentuk
ion positif bermuatan ganda. (Anonim, 2014)

Dari kiri ke kanan dalam tabel periodik, nomor atom meningkat. Elektron dalam
kulit tidak dapat melindungi satu sama lain dari tarikan proton. Karena jumlah proton
juga meningkat dari kiri ke kanan, muatan efektif inti (Zef) akan meningkat dalam satu
periode. Hal ini menyebabkan penurunan jari-jari atomik. Dalam periode, ukuran atom
dibatasi oleh orbital-orbital dalam ukuran volume kulit yang sama besarnya. Unsurunsur periode 2 mempunyai konfigurasi elektronik 1s2 2s(1-2) 2p(1-6). Ukuran atom
ditentukan oleh besarnya muatan efektif inti yang dirasakan oleh elektron-elektron
dalam orbital yang bersangkutan yaitu 1s, 2s dan 2p. Naiknya nomor atom berarti
naiknya Zef yang dirasakan oleh setiap elektron dalam orbital yang bersangkutan,
sehingga orbital-orbital ini mengalami kontraksi ke arah inti atom yang semakin besar
dan akibatnya atom akan nampak semakin kecil.
Dari atas ke bawah dalam tabel periodik, jumlah elektron dan kulit yang terisi
elektron meningkat, tetapi jumlah elektron valensi tetap sama. Elektron terluar dalam
sebuah golongan mempunyai muatan efektif inti (Zef) yang sama, tetapi posisi elektron
jauh dari inti yang menyebabkan jumlah kulit yang terisi energi menurun. Dengan
demikian, jari-jari atom meningkat. Ukuran atom ditentukan oleh ukuran orbital
terluar. Unsur-unsur dalam golongan ditandai dengan elektron valensi yang sama.
Golongan utama yaitu s dan p, mempunyai konfigurasi elektronik terluar (1-7)sx, dan
(1-7)s2 (1-7)px. Naiknya nomor atom berarti bertambahnya kulit elektron atau
bertambahnya elektron "dalam" dan bertambahnya ukuran orbital terluar sehingga
elektron terluar mengalami "perlindungan" (shielding) oleh elektron-elektron "dalam"
yang semakin efektif dari pengaruh tarikan inti, dan akibatnya atom akan nampak
semakin besar. (Winarto, 2012)

Metodologi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cawan petri, tabung reaksi,
penjepit tabung reaksi, pembakar spirtus, dan korek api. Sementara bahan-bahan yamg

digunakan yaitu logam natrium, logam magnesium, indikator pp, aquades, dan kertas
saring.
Pada percobaan pertama, praktikan menyiapkan cawan petri yang bersih dan
kering lalu memasukkan air ke dalam cawan petri. Setelah diisi air, praktikan
meletakkan kertas saring di atas permukaan air. Lalu praktikan menambahkan
beberapa tetes indikator pp pada permukaan kertas saring tersebut. Kemudian
praktikan mengambil logam natrium dalam minyak tanah dengan menggunakan pinset
dan potong bagian kecil dari potongan natrium tersebut, lalu praktikan meletakkan
potongan natrium yang kecil tersebut diatas kertas saring dalam cawan petri dan
mengamati reaksi yang terjadi.
Pada percobaan kedua, praktikan menyiapkan tabung reaksi dan mengisinya
dengan aquadest sebanyak 10 ml. Kemudian praktikan memasukkan logam
magnesium yang sudah dipotong kecil dan dibersihkan ke dalam tabung reaksi
tersebut. Praktikan menambahkan indikator sebanyak 3 tetes ke dalam tabung reaksi
tersebut dan mengamati perubahan yang terjadi. Kemudian praktikan memanaskan
tabung reaksi tadi sambil digoyang-goyang agar panasnya merata lalu mengamati
perubahan yang terjadi.
Hasil dan Pembahasan
Pada percobaan kereaktifan alkali yang pertama akan digunakan logam
Natrium. Percobaan dimulai dengan mengisi cawan petri yang bersih dengan air
secukupnya kemudian diapungkan potongan kertas saring diatas permukaan air pada
cawan petri, penggunaan kertas saring bertujuan agar setelah penambahan indikator
warna larutan dapat dilihat dengan jelas. Selanjutnya diambil potongan kecil Natrium
yang disimpan didalam minyak tanah kemudian diletakkan diatas permukaan kertas
saring dalam cawan petri. Dari percobaan yang dilakukan dapat dilihat bahwa logam
Natrium yang bereaksi dengan air akan menimbulkan nyala api yang kemudian akan
meletup. Karena sifat logam Natrium yang sangat reaktif terhadap air inilah maka
logam Natrium harus disimpan didalam minyak tanah dan dalam percobaan ini hanya

menggunakan potongan kecil Natrium karena semakin besar potongannya maka


semakin besar pula nyala api dan letupan yang terjadi. Setelah Natrium meletup,
ditambahkan indikator PP untuk mengetahui apakah reaksi Natrium dengan air akan
menghasilkan basa atau tidak. Dari perubahan warna larutan yang berubah menjadi
ungu dapat diketahui bahwa reaksi kedua campuran tersebut menghasilkan basa.
Seperti logam alkali, unsur-unsur logam alkali tanah juga merupakan unsur
logam yang reaktif, sehingga unsur-unsur logam alkali di alam tidak terdapat dalam
keadaan bebas, tetapi berikatan dengan unsur-unsur lain. Percobaan yang kedua
menggunakan logam magnesium yang merupakan logam alkali tanah lalu direaksikan
dengan air. Dalam sebuah tabung reaksi dimasukkan kepingan-kepingan logam
magnesium, kemudian ditambahkan akuades dan diamati reaksi yang terjadi. Setelah
ditambahkan air, logam magnesium dan kalsium tidak bereaksi dengan air, namun
setelah dipanaskan, baru terjadi reaksi yang ditandai timbulnya gelembung-gelembung
gas pada tabung reaksi. Gelembung-gelembung gas yang terbentuk dalam tabung
reaksi ini adalah gas hidrogen. Reaksi tidak terjadi pada suhu kamar ini membuktikan
teori bahwa logam alkali tanah kurang reaktif dibandingkan dengan logam alkali yang
seperiode. Tabung reaksi tersebut kemudian

ditambahkan

larutan indikator

fenolftalein (PP). Fungsi penambahan indikator ini sama seperti pada reaksi logam
natrium dengan akuades (yaitu untuk menguji apakah reaksi antara logam Mg dengan
akuades menghasilkan larutan yang bersifat basa atau tidak). Setelah penambahan
indikator ini, larutan dalam tabung reaksi berwarna ungu dan menunjukkan bahwa
larutan setelah terjadinya reaksi yaitu bersifat basa.
Hasil percobaan ini sesuai dengan teori konfigurasi elektron yang menyatakan
bahwa logam alkali lebih reaktif daripada logam alkali tanah karena logam alkali hanya
melepas 1 elektron terluarnya dibandingkan logam alkali tanah yang melepas 2
elektron terluar. Hasil percobaan juga sesuai dengan teori jari-jari atom yang
menyatakan bahwa semakin kebawah unsur dalam suatu golongan maka akan semakin

reaktif karena semakin besar jari-jari atomnya sehingga semakin mudah melepas
elektron terluarnya.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan:
1.

Logam natrium jika direaksikan dengan air akan menghasilkan hidroksida yang
bersifat basa dan gas helium.

2.

Logam magnesium kurang reaktif daripada logam natrium karena ia bereaksi


dengan air hanya pada suhu yang tinggi.

3.

Kedua logam tersebut jika direaksikan dengan air akan menghasilkan senyawa
yang bersifat basa.

Daftar Pustaka
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Keenan, dkk. 1980. Kimia Untuk Universitas Jilid 2 Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga
Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid
2. Jakarta: Erlangga
Anonim.

2002.

Periodic

Table:

http://www.chemicalelements.com/groups/alkali.html

Alkali
diakses

pada

Metals.
tanggal

Oktober 2014 pukul 12:24 WIB


Anonim.

2014.

Alkali

Earth

Metal.

https://www.princeton.edu/~achaney/tmve/wiki100k/docs/Alkaline_earth_metal.ht
ml diakses pada tanggan 8 Oktober 2014 pukul 12:39 WIB
Winarto, Dwi. 2012. Jari-jari Atom. http://www.ilmukimia.org/2012/12/jari-jariatom.html diakses pada tanggal 8 Oktober 2014 pukul 13:11 WIB

Lampiran
Foto Langkah Kerja

Вам также может понравиться