Вы находитесь на странице: 1из 12

TEORI PEMBENARAN KEKUASAN

Pembenaran negara dari sudut keTuhananan ( theoCratische Theorieen)


Teori ini menyatakan bahwa tindakan penguasa/negara itu selalu benar sebab didasarkan negara
itu diciptakan oleh Tuhan. Tuhan menciptakan negara secara langsung dan secara tidak langsung.
Ciri Tuhan menciptakan negara secara langsung yaitu penguasa itu berkuasa karena menerima
wahyu dari Tuhan, sedangkan ciri Tuhan menciptakan negara secara tidak langsung yaitu
penguasa itu berkuasa karena kodarat Tuhan.
Beberapa pendukung teori ini antara lain:

Agustinus, dalam bukunya De Civitate Dei menerangkan tentang dua macam negara
yaitu negara Tuhan yang dipimpin langsung oleh Tuhan dan negara duniawi yang menurut
pendapatnya adalah buatan setan.

Thomas Aquinas berpendapat bahwa keburukan negara bukan merupakan buatan setan
seperti yang diungkapkan Agustinus, akan tetapi merupakan perwujudan dari kekuasaan dan
kehendak Tuhan. Negara timbul dari pergaulan antar manusia yang ditentukan oleh hukum dan
tata alam. Tata hukum tata alam inipun merupakan kehendak Tuhan dan menurut pada hukum
Tuhan.

Julius Stahl, dalam bukunya berjudul Die Philoshopia des Rechts menyatakan
pendapatnya bahwa negara itu timbul dari takdir Illahi.

Friedrich Hegel pernah menyatakan bahwa negara itu adalah The march of God in the
world atau laku Tuhan di dunia.
2.

Pembenaran negara dari sudut kekuatan

Menurut teori evolusi Charles Darwin bahwa kehidupan semesta alam ini diliputi oleh serba
perjuangan untuk mempertahankan hidup masing-masing. Yang kuat akan menindas yang lemah,
maka semuanya berusaha untuk menjadi kuat dan unggul dalam perjuangan. Semua imperium
ditegakkan dengan kekuasaan ini, seperti Napoleon, Lenin, Hitler, Mussolini, dan lain-lain.
Menurut Duguit, yang dapat memaksakan kehendak mereka kepada pihak yang lain adalah pihak
yang paling kuat. Selain itu, beberapa ahli lain Seperti Von Jhering, Laband, serta Jelinnek dalam
karya mereka masing-masing mengemukakan bahwa harus diterima kenyataan yang wajar,
bahwa kekuasaan dan kedaulatan adalah sepenuhnya di tangan negara dan pemerintahan, tetapi
tidak dijelaskan bagaimana lahirnya dan apa sebabnya demikian. Tokoh lain yang mendukung
teori ini adalah Franz Oppenheimer.
3.

Pembenaran negara dari sudut hukum

Teori ini menyatakan bahwa tindakan negara dibenarkan karena didasarkan atas hukum. teori ini
merinci lagi tentang hukum itu, yaitu hukum keluarga ( pathriarchal ), hukum kebendaan
( patrimonial ) dan hukum perjanjian.

Teori Pathriarchal
Teori ini didasarkan pada hukum keluarga, dimana ketika zaman dahulu masyarakat masih
sangat sederhana dan pada waktu negara itu belum ada, masyarakat itu hidup dalam kesatuankesatuan keluarga besar yang dipimpin oleh kepala keluarga. Pada suatu saat, kelompok keluarga
ini akan menjadi besar disebabkan oleh penaklukan antara satu keluarga terhadap keluarga yang
lain sehingga yang sebelumnya berposisi sebagai kepala keluarga akan menjadi raja. Dan ketika
raja tersebut wafat, maka ia akan mewarisis kekuasaannya dan yang menggantikannnya akan
mendapat semua kekuasaannya.

Teori Patrimonial

Patrimonial berasal dari istilah patrimonium yang artinya adalah hak milik. Oleh karena raja
memiliki hal milik terhadap daerahnya, maka semua penduduk harus tunduk kepadanya. Di abad
pertengahan, hak untuk memmerintah dan menguasai timbul dari pemberian tanah. Dalam
keadaan perang, sudah menjadi kebiasaan bahwa raja-raja akan menerima bantuan dari para
bangsawan dan ketika raja menang, maka ia akan mengahdiahkan tanah pada para bangsawan.
Para bangsawan kemudian akan memiliki hak memerintah terhadap semua yang berada di atas
tanah hadiahnya itu. Di Indonesia, peristiwa seperti ini pernah terjadi pada masa Raffles.

Teori perjanjian
Teori ini dikemukakan oleh tiga tokoh terkemuka, yaitu Thomas Hobbes, John Locke dan J.J.
Rousseau. Menurut Hobes, manusia selalu hidup dalam kekuatan karena takut akan diserang
oleh manusia yang lebih kuat lainnya. Sehingga, masyarakat akan membuat perjanjian tanpa
mengikutsertakan raja untuk melegalisasikan kekuasaan raja. Dalam sejarah, hal ini tidak pernah
terjadi. Ini hanya pemikiran Hobes untuk merekonstruksi bagaimana kakuasaan raja dihalalkan.
Sedangkan menurut Locke, antara raja dengan rakyat diadakan perjanjian dan karena perjanjian
itu, raja wajib melindiungi hak-hak rakyat dan sewaktu-waktu bisa dimintai npertanggung
jawaban jika bertindak sewenang-wenang.
4.

Pembenaran negara dari sudut lain


Teori ethis/teori etika, berendapat bhawa negara itu ada karena keharusan susila. Ada tiga
pendapat, yaitu dari Plato dan Aristoteles yang menyatakan bahwa manusia tidak akan ada
artinya jika belum bernegara, Emanuel Kant menyatakan bahwa tanpa adanya negara, manusia
tidak akan tunduk pada aturan-aturan hukum yang dikeluarkan, dan menurut Wolft, menyatakan
bahwa keharusan untuk membentuk negara adalah keharusan moral tertinggi

Teori Absolut Ernest Hegel, menyatakan bahwa manusia itu tujuannya untuk nkembali
pada cita-cita absolut dan penjelmaan dari cita-cita tersebut adalah negara.

Teori psikologis, menyatakan bahwa alan pembentukan negara adalah berdasarkan unsur
psikologis menusia, misalnya karena rasa takut, rasa kasih sayang, dan lain-lain dengan
demikian, tindakan negara tadi dibenarkan.

http://everythingaboutvanrush88.blogspot.co.id/2015/02/teori-pembenaran-hukum-negara.html

TEORI PEMBENARAN KEKUASAAN NEGARA


Posted by anonymous Posted on 5:39 AM with No comments

Dari Mana Negara Mendapatkan Kekuasaan?


TIGA TEORI KEKUASAAN NEGARA
TEORI TEOKRASI
TEORI KEKUATAN
TEORI PERJANJIAN
TEORI ETIKA
TEORI ABSOLUT
TEORI PSIKOLOGI

TEORI TEOKRASI

Teori ini beranggapan bahwa tindakan penguasa/negara selalu benar,


sebab negara itu hasil ciptaan Tuhan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Secara langsung penguasa itu berkuasa krn menerima wahyu dari
Tuhan.
Secara tidak langsung penguasa berkuasa krn kodrat Tuhan.

Teokrasi Langsung
Yang berkuasa di dlm negara adalah Tuhan secara langsung.
Adanya negara atas kehendak Tuhan dan yg memerintah adalah Tuhan.
Sebelum PD II, rakyat Jepang mengakui rajanya sebagai anak Tuhan.
Di Tibet, ada Pancen Lama dan Dalai Lama yg menamakan dirinya sbg
Tuhan yg memperebutkan mahkota kerajaan Tibet.
Di Mesir Kuno, Firaun mengklaim dirinya sebagai Tuhan.

Teokrasi Tidak Langsung

Dikatakan tidak langsung krn bukan Tuhan sendiri yg memerintah


melainkan raja atas nama atau pemberian Tuhan.

Raja dipandang sbg simbol yg diberikan tugas suci (mission sacred) sbg
perintah Tuhan.

AGUSTINUS DE CIVITAS DEI


Ada dua macam kehidupan yg berasal dari anak Adam (Abel/Habil dan
Kain/Kabil)
Civitas Dei Negara ciptaan Tuhan. Negara yg tunduk pd hukum-hukum
dan kepemimpinan gereja.
Civitas Terrana/Diaboli Negara duniawi atau buatan setan. Negara yg
tidak mengikuti hukum-hukum gereja.

THOMAS AQUINAS

Tidak ada negara buatan setan. Semua negara merupakan perwujudan


kehendak Tuhan.
Negara lahir dari pergaulan antarmanusia yg ditentukan oleh hukum dan
tata alam. Shg, ada negara Civitas Dei dan Civitas Terrana.
Sebaik-baiknya negara adalah yg tunduk pada hukum-hukum gereja
(Civitas Dei).

Tokoh Teori Teokrasi lainnya

FRIEDRICH JULIUS STAHL:


Negara lahir karena takdir Ilahi, termasuk kekuasaan yg dimiliki negara
juga karena kehendak dan kekuasaan Tuhan.
FRIEDRICH HEGEL:
The march of God in the world prilaku Tuhan di dunia.

TEORI KEKUATAN
Kekuasaan negara lahir dari mereka yg memiliki kekuatan, baik secara
fisik, materi, maupun politik.
Kekuatan fisik orang yg kuat dan berani.
Kekuatan materi/ekonomi orang yg memiliki harta atau orang kaya.
Kekuatan politik orang yg berpengaruh, baik kepandaian maupun karena
keturunan bangsawan

Teori Kekuatan Fisik

THOMAS HOBBES

NICCOLO MACHIAVELLI

LEON DUGUIT

FRANZ OPPENHEIMER

THOMAS HOBBES Leviathan

Dua macam status manusia: status naturalis yaitu status manusia


sebelum ada negara, dan status civilis yaitu status manusia setelah ada
negara sbg warga negara
Status naturalis manusia sbg srigala terhadap manusia yg lain(homo
homini lupus); perang semua melawan semua (bellum omnium contra
omnes).
Raja adalah orang yg kuat fisiknya, yg melebihi kekuatan warga lainnya
agar dpt mengatasi segala kekacauan yg timbul dlm masyarakat.

NICCOLO MACHIAVELLI Il Principle

Raja harus kuat dan tahu cara mengatasi segala kekacauan yg dihadapi
negara. Ia dpt mempergunakan segala alat yg menguntungkan baginya.
Jika perlu, alat yg digunakan boleh melanggar perikemanusiaan.
Demi mencapai tujuan (keutuhan negara) segala cara dapat digunakan.
Tujuan menghalalkan cara.

Tokoh-Tokoh Penganut Teori Kekuatan

LEON DUGUIT:
Mereka yg paling kuat (lesplus forts) yg dpt memaksakan kehendaknya
kpd pihak lain, baik karena faktor fisik, intelegensia, ekonomi, maupun
agama.
FRANZ OPPENHEIMER:
Negara merupakan susunan masyarakat yg oleh golongan yg menang
dipaksakan kpd golongan yg ditaklukkan dgn maksud utk mengatur
kekuasaan golongan yg satu atas golongan yg lain dan melindungi
terhadap ancaman pihak lain.

Teori Kekuatan Ekonomi


KARL MARX:
Negara merupakan alat kekuasaan bagi segolongan manusia dlm
masyarakat utk menindas golongan lainnya guna mencapai tujuan.
Dalam negara, masyarakat terbagi dlm dua kelas yg saling
bertentangan, yaitu kaum yg ekonominya kuat dan kaum ekonomi lemah.
Pertentangan antara kedua kelas itu, tidak lain untuk merebut
kekuasaan dlm negara, sebab negara adalah alat kekuasaan.

Teori Kekuatan Politik


Patriarchaal yg memerintah dlm negara adalah orang yg kuat dlm arti
berpengaruh krn berjasa dan bijaksana dlm sikap bagi semua warganya.
Jika raja meninggal maka raja yg menggantikan akan mewarisi semua
kekuasaan yg ada pada raja sebelumnya.
Patrimonial patrimonium atau kepemilikan.

TEORI PERJANJIAN
THOMAS HOBBES
JOHN LOCKE
JEAN JACQUES ROUSSEAU

THOMAS HOBBES
Manusia selalu hidup dalam ketakutan.
Untuk melindungi masyarakat, maka diadakan perjanjian untuk
membentuk kolektivitas/kelompok antara rakyat dgn rakyat itu sendiri
(pactum uniones). Kemudian perjanjian penyerahan kedaulatan antara
wakil rakyat dgn raja (pactum subjectiones).
Akibat adanya pactum subjectiones maka raja berkuasa mutlak. Sehingga
negara yg dihasilkan dari konstruksi ini disebut Monarchie Absolut.

JOHN LOCKE
Perjanjian antara wakil rakyat dgn raja bukanlah perjanjian penyerahan
kedaulatan, tetapi raja berjanji untuk melindungi hak-hak asasi rakyat.
Pactum uniones dan pactum subjectiones sama kuatnya.
Raja terikat oleh perjanjian tsb. Kekuasaan raja terbatas pada ruang
lingkup perjanjian yg dibuat, shg apabila raja bertindak sewenangwenang maka rakyat dpt meminta pertanggungjawabannya.
Negara yg lahir dari konstruksi ini disebut Monarchie Constitutional.

J.J. ROUSSEAU
Tidak ada perjanjian penyerahan kedaulatan kepada raja.
Kedaulatan tetap berada di tangan rakyat sbg kemauan umum (volonte
generale)

Raja atau pemerintah (volonte de corps) merupakan mandataris rakyat. Ia


harus melaksanakan amanat rakyat.
Negara yg lahir dari konstruksi ini disebut Negara Demokrasi.

TEORI ETIKA
PLATO & ARISTOTELES manusia tidak memiliki arti dlm hidupnya apabila
tidak bernegara. Negara merupakan hal mutlak, maka segala tindakan
negara dpt dibenarkan.
IMMANUEL KANT tanpa negara manusia tidak dpt tunduk pd hukumhukum yg ada, krn negaralah yg menegakkan hukum itu.
CHRISTIAN WOLFT keharusan utk membentuk negara merupakan
keharusan moral yg tertinggi.

TEORI ABSOLUT
FRIEDRICH HEGEL:
Manusia mutlak hidup dlm suatu negara karena manusia bertujuan utk
kembali kpd cita-cita yg absolut yaitu negara.Tindakan negara dibenarkan
krn negara yg dicita-citakan oleh manusia.

TEORI PSIKOLOGI
Alasan pembenaran kekuasaan negara adalah berdasarkan pd unsur
psikologi manusia, misalnya krn rasa takut, rasa kasih sayang, dll.
Jadi, orang membentuk negara krn secara psikologis memang dibutuhkan
untuk memberi rasa aman, tentram, dll.

http://ilmu-negara.blogspot.co.id/2014/02/teori-pembenaran-kekuasaan-negara.html

Secara garis besar ada empat teori legitimasi yang menjadi pembenaran (dasar pembenar)
kekuasaan negara, yaitu sebagai berikut.

a.

Legitimasi Teologis

Bangsa Indonesia mengakui kemerdekaan negaranya sebagai rahmat Allah Yang Mahakuasa.
Keberadaan negara juga dibenarkan sebagai perpanjangan tangn dari kekuasaan Tuhan yang
memerintahkan hamba-Nya agar hidup teratur dalam mengabdi pada-Nya. Bernegara merupakan
manifestasi pengabdian hamba terhadap Khaliqnya, Pandangan ini kerapkali disebut teokratis.
Namun, sebenarnya lebih tepat dinyatakan sebagai teosentris (berorientasi kepada Tuhan)
sebagai wujud bangsa yang religius, yaitu bahwa Tuhan diinsyafi telah memberikan berkah dan
rahmat-Nya bagi bangsa Indonesia merupakan wujud legitimasi teologis yang kita sadari.

b.

Legitimasi Sosiologis

Pengakuan masyarakat atas adanya kekuasaan negara biasanya terlihat dari kenyataan politik
yang menunjukkan adanya kekuatan kelembagaan negara yang menguasai peri kehidupannya
sebagai warga negara. Pengakuan ini kemudian menjadi persetujuan sosial di mana rakyat
tunduk kepada ketentuan-ketentuan negara. Misalnya, negara dibenarkan dapat mengeluarkan
sertifikat hak milik atas tanah untuk diberikan kepada warga negaranya yang telah memiliki
persyaratan untuk itu.

c.

Legitimasi Yuridis

Pembenaran dari sudut hukum (yuridis) terlihat dari adanya dasar hukum yang jelas (legalitas)
atas keberadaan entitas negara. Negara Republik Indonesia dengan proklamasi keberadaannya
sebagai nation-state baru. Entitas negara baru ini masuk dalam pergaulan masyarakat hukum
internasional pada tanggal 17 Agustus 1945. Dari sudut teori kontrak, proklamasi ini adalah
unilateral contract yang mendapat pengakuan dari dunia internsional sebagai subjek hukum
internasional baru yang memiliki hak-hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat hukum
internasional. Keberadaan konstitusinya, UUD 1945, menegaskan dasar yuridis eksistensi
ketatanegaraannya sebagai komunitas politik yang mandiri (independen); tidak berada di bawah
kedaulatan negara lain dan mampu mempertahankan kemerdekaan secara politik maupun

sosiologis. Keberadaan unsur-unsur negara dan adanya pengakuan internasional menjadi dasar
legitimasi konstatasi de jure bagi Republik Indonesia.

d.

Legitimasi Etis (Filosofis)

Pendasaran keabsahan keberadaan negara secara etis dapat dilihat dari pendapat Wolf dan Hegel.
Pembentukan negara merupakan keharusan moral yang tertinggi (Wolf) untuk mewujudkan citacita tertinggi dari manusia dalam suatu entitas politik yang bernama negara (Hegel). Tindakan
berkuasa dari negara dibenarkan karena negara memang merupakan cita-cita manusia yang
membentuknya. Dalam konteks Negara Republik Indonesia, secara etis keberadaan negara juga
dimaksudkan untuk merealisasi tujuan-tujuan etis secara kolektif.

Dalam hal ini suatu regime pemerintahan negara sudah semestinya berdiri tegak di atas
legitimasi yang kokoh (penuh). Legitimasi yang kokoh ini tidak hanya bersifat sosiologis- dalam
arti mendapat pengakuan masyarakat- dan bersifat yuridis, dalam arti berlaku sebagai hukum
positif dalam format yuridis-ketatanegaraan tertentu, melainkan lebih dalam lagi, yaitu absah
(legitim) secara etisfilosofis.

Dalam hal ini perlu ditegasklan bahwa legitimasi politik tidak selalu sama dengan legitimasi
moral (etis-filosofis). Legitimasi politik secara sederhana dapat dipahami sebagai legitimasi
sosial (sosiologis) yang telah mengalami proses artikulatif dalam institusi-institusi politik yang
representatif.

Proses tarik-menarik kepentingan kekuasaan yang telah tersimpul menjadi keputuan politik itu
disebut memiliki legitimasi politik. Artinya, legitimasi politik dapat dipahami pula sebagai
legitimasi sosiologis yang telah mengalami proses transformasi politis. Sementara itu, legitimasi
moral (etis) mempersoalkan keabsahan wewenang kekuasaan politik dari segi norma-norma
moral, bukan dari segi kekuatan politik riil yang ada dalam masyarakat, bukan pula atas dasar
ketentuan hukum (legalitas) tertentu. Dengan demikian, tidak seluruh legitimasi politik
langsung dapat dikatakan berlegitimasi etis.

Legitimasi etis (filosofis) merupakan penyempurna akhir dari kemauan dan kemampuan
berkuasa. Walaupun seorang atau suatu pemerintahan memilikibanyak legitimasi sebagai

background kekuasaannya, legitimasi akhir dan terus-menerus (kontinu) merupakan legitimasi


etisnya. Tanpa legitimasi etis yang kontinu berpihak pada kepentingan kemanuasiaan, suatu
kekuasaan pemerintahan hanya menunggu waktu untuk dijatuhkan; apakah itu lewat demonstrasi
people power , revolusi atau reformasi (evolusi), maupun penggantian lewat mekanisme
konstitusional; yang jelas akan ada gerakan reformasi untuk mendudukkan kekuasaan pada
proporsi pertanggungjawaban politiknya yang konkret dan etis.

Suatu legitimasi dapat pula mengalami krisis bila seseorang atau lembaga yang memiliki
legitimasi itu tidak memliki kecakapan (skill) yang cukup untuk melakukan pengelolaan
(manajemen) negara secara keseluruhan. Dalam hal ini legitimasi perlu diikuti oleh capability
dan capacity untuk mengimplementasikan program yang langsung menyentuh rakyat; rakyat
sebagai pemegang legitimasi tertinggi. Keamanan dan kesejahteraaan rakyat merupakan ukuran
utama dalam menilai kemampuan legitimasi kapabilitas pemerintahan negara.

Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa kekuasaan yang legitimen (absah) tidak selalu
berbanding lurus dengan kecakapannya. Pemerintah yang sah (legitimed government) tidak
selalu cakap dalam mengelola negara adalah hal yang harus kita sadari sebagai hal yang
tersendiri.

Sumber:

Nurtjahjo, Hendra. 2005. Ilmu Negara Pengembangan Teori Bernegara dan Suplemen. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.

Вам также может понравиться