Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Individu dalam menghadapi setiap stres akan memberikan respon
yang sangat beragam dan unik. Semua unsur dari individu akan terpengaruh
dengan adanya stressor, baik biologi, psikologi, sosial, spiritual maupun
kultural. Respon-respon individu ada yang masih dalam rentang yang
adaptif maupun yang maladaptif. Respon yang adaptif tentunya individu
bisa mengelola stres dengan baik menggunakan mekanisme koping yang
tepat bagi dirinya. Tetapi respon yang maladaptif akan sangat merugikan
invidu kearah suatu gangguan kejiwaan yang
2. Tujuan Khusus
a)
Mahasiswa keperawatan mengerti dan memahami konsep stres
(pengertian, sumber, anatomi, dan fisiologis respons stress manusia,
b)
c)
d)
e)
stress.
Mahasiswa Keperawatan mengerti dan memahami penyakit yang b
erhubungan dengan stress
Mahasiswa keperawatan mengerti dan memahami tentang trend dan
isu
f)
yang
berkaitan
dengan
penatalaksanaan
stress
terapi
psikofarmaka.
Mahasiswa Keperawatan mengerti dan memahami tentang trend dan
isu yang berkaitan dengan penatalaksanaan stress ; terapi aktivitas
g)
kelompok.
Mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang Post Traumatic
h)
i)
pentingnya koping.
Mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang pengukuran
j)
strategi koping.
Mahasiswa mampu dan mengerti tentang aspek sosial dan budaya
koping.
D. Ruang Lingkup
1.3.1. Konsep stress
1.3.2. Model teoritical stress.
1.3.3. Penyakit yang berhubungan dengan stress
1.3.4. Trend dan isu penatalaksanaan stres yaitu terapi psikofarmaka
dan terapi aktivitas kelompok
1.3.5. Post Traumatic Stress Disorder
1.3.6. Konsep, pengukuran strategi dan aspek budaya koping.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan pada makalah ini adalah :
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1. KONSEP STRES
2.1.1 Pengertian Stres, sumber, anatomi, fisiologis, respon stress,
indikator dan jenis stress
A. Pengertian Stress
Stres adalah fenomena yang mempengaruhi semua dimensi dalam
kehidupan seseorang, yang merupakann segala masalah atau tuntutan untuk
menyesuaikan diri dan mengganggu
&Perry, 2009). Stress adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik
mengahruskan seseorang individu untuk berespon untuk melakukan
tindakan (Selye, 1976 dalam Potter & Perry, 2009).
Menurut Hawari (2006), stress didefinisikan sebagai suatu respon
tubuh terhadap respon psikososial tekanan mental atau beban kehidupan.
Sedangkan Keliat (2011) mengungkapkan bahwa stress adalah perubahan
hidup yang memerlukan perubahan.
Jadi stress adalah Stres adalah segala situasi dimana tuntutan
buruk
: Persepsi terhadap masalah, prakiraan yang akan datang.
Contoh
Physiologis
- perkembangan(pergantian
perkembangan
Psikologis
Kognitif
Lingkungan
ke
dari
tahap
satu
perkembangan
selanjutnya)
Trauma
penyakit
gizi buruk/kurang nutrisi
Nyeri
Ketidak nyamanan
gangguan tidur
kelaparan
kecemasan
ketakutan
kemarahan
kurang bahagia
Pikiran
Persepsi
Interpretasi terhadap kejadian
Temperatur
polusi udara
polusi suara
kesesakan/kepadatan
tekanan waktu
tahap
untuk
bertindak
dengan
meningkatkan
denyut
jantung,
mengalihkan darah dari intestinal ke otak, dan otot lurik, serta peningkatan
darah, frekuensi nafas, dan tingkat glukosa darah. Neurofisiologi berespon
terhadap fungsi stres melalui umpan balik negatif, menghasilkan perilaku
yang abnormal. Contoh seperti menggigil untuk menghasilkan panas tubuh.
D. Anatomi dan Fisiologis respon stress manusia
Tiga susunan otak terkait mengontrol respon tubuh terhadap sebuah stress :
1. Medula Oblongata
Medula oblongata mengontrol denyut jantung denyut jantung,
tekanan darah, dan pernafasan. Impuls berjalan menuju dan dari oblongata
untuk meningkatkan atau menurunkan fungsi vital. Sebagai contoh impuls
sistem saraf parasimpatis atau simpatis berjalan dari medula oblongata ke
regulasi kontrol jantung untuk mengatur denyut jantung. Denyut jantung
meningkat saat merespon impuls dari serabut simpatis dan menurun saat
merespon impuls dari serabut parasimpatis.
2. Formasi Retikulasi
Reticulator formation, sekelompok kecil neuron dalam batang otak
dan korda spinalis, memonitor status fisiologis tubuh secara terus menerus
melalui hubungan traktus sensorik dan motorik. Sebagai contoh sel-sel
spesifik dalam formasi retikularis menyebabkan individu yang tidur menjadi
Pilihan koping yang tidak sehat, seperti tidak mendapat istirahat yang
cukup atau diet yang benar, penggunaan tembakau, konsumsi alkohol,
kafein.
Mengabaikan tanda peringatan penyakit atau kegagalan mengikuti
pengobatan atau terapi yang di anjurkan ( Potter & Perry, 2009 )
Stres juga dapat dipertimbangkan sebagai suatu respons. Respons
stres Hans Sayle ditandai dengan suatu rantai atau pola kejadian fisiologi
yang disebut sindrom adaptasi umum (General Adaption Syndrome / GAS).
Respon tubuh terhadap sindrom stres atau GAS , terjadi dengan pelepasan
hormon adaptif tertentu dan perubahan selanjutnya pada struktur dan
komposisi tubuh. Organ tubuh yang di pengaruhi oleh stres adalah saluran
cerna, kelenjar adrenal, struktur limfatik.
Dengan stres yang berkepanjangan kelenjar adrenal mengalami
pembesaran
yang
cukup
signifikan,
struktur
limfatik
mengalami
kita.
Mekanisme koping yang tidak sehat contohnya istirahat kurang,diit
melalui
hubungan
dengan
traktus
sensorik
dn
dan
merespon
reaksi
peringatan
dengan
cara
akan
menghasilkan
suatu
keadaan
frustasi
dan
atau
memiliki
rasa
kesejahteraan
gastroinstestinal,
ketidakteraturan
menstruasi,
gangguan
stres
dapat
mempengaruhi
sistem
imun,
juga
tekanan
termasuk
promosi,
perpindahan,
pengurangan,
stres,
tindakan
penatalaksanaan
dari
perawat
yang
Faktor Maturasional
Stres bervariasi dalam setiap tahap kehidupan seperti :
Pada anak-anak mengidentifikasi stresor dengan penampilan fisik,
keluarga, teman-teman dan sekolah. (Chen et al. 2005 dalam
Potter&Perry, 2009).
Pada praremaja stresor terkait dengan masalah kepercayaan diri,
perubahan struktur keluarga akibat perceraian atau kematian orang
penuaan fisik.
Pada lansia, stresor meliputi kehilangan otonomi dan kekuasaan
karena kelemahan atau masalah kesehatan yang membatasi stamina
dan kekuatan.
Faktor Sosiobudaya
Lingkungan dan stresor sosial menyebabkan masalah perkembangan.
Dukungan sosial, merupakan faktor yang dapat menciptakan kontrobusi
seseorang menjadi lebih baik, dapat dari keluarga, teman, tempat ibadah,
tempat kerja maupun sekolah (Edens etr al 1992). Dukungan sosial dapat
menjadi penyeimbang dari stres
(Caplan 1981 dalam Interpersonal Relationship 2003).
Menurut Caplan, pertumbuhan personal akan mungkin tumbuh di
situasi krisis. Hasil yang ada, akan menjadi sebagai pertumbuhan atau
pengalaman hidup seseorang, interpretasi dan memberi persepsi koping dan
dukungan yang berkualitas di situasi krisis.
Karakteristik dalam Situasi Krisis
Karakeristik
Batas Waktu
Konsep Diri
Pengalaman Personal
Ketidakmampuan
mengatasi situasi
Pola perilaku perubahan normal
D. Pheochronocytoma
adalah tumor medula kelenjar adrenal dan timbul akibat kelebihan
sekresi hormon epinefrin dan norepinefrin. Kelebihan hormon ini
menyebabkan peningkatan tekanan darah.
E. Hiperaldosteronisme
Aldosteronisme adalah hormon yang berfungsi mempertahankan
tingkat natrium dan kalium dalam darah. Gangguan penyakit ini terjadi
karena sekresi berlebihan hormon aldosteron. Kondisi ini menyebabkan
masalah tekanan darah.
F. Komplikasi kelenjar Adrenal pada anak-anak
Anak-anak juga bisa mengalami masalah pada kelenjar adrenal.Anak
yang menderita masalah kelenjar adrenal menunjukan gejala kelelahan,
mual, kelemahan dan muntah.
G. Masalah Kelenjar adrenal pada wanita.
Kelenjar adrenal memainkan peran penting dalam memproduksi
androgen, hormon biologis penting yang membantu mengatur kesehatan
tulang dan otot, keseimbangan protein, serta hasrat sexual pada wanita. Stres
pada wanita yang disebabkan oleh berbagai masalah bisa memicu koping
yang
stres. Lebih jauh lagi, masalah kelenjar adrenal pada wanita menyebabkan
peningkatan resiko osteoporosis dan insomnia.
2.1.4 Trend dan isu dengan penatalaksanaan stress
1.Terapi Psikofarmaka
konsep diri yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional.
Strees ialah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari.
Strees disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian(Keliat,
Budi Anna, 1999). Streesor bisa berasal darimana saja, seperti lingkungan,
diri sendiri, pikiran dan lainnya. Peran perawat jiwa sangat dibutuhkan klien
dengan gangguan kesehatan jiwa atau stress dalam mengatasi gangguan
kebutuhan dasarnya sampai dengan pemberian terapi Psikofarmaka dan
terapi aktivitas kelompok sehingga klien mampu mencapai derajat
kesehatan jiwa secara optimal.
Manajemen pengobatan adalah isu yang krusial bagi banyak klien
penderita gangguan jiwa, dan managemen ini sangat mempengaruhi hasil
terapi. Penting bagi perawat untuk mengetahui cara kerja, efek samping,
kontraindikasi, interaksi obat tersebut, serta intervensi keperawatan yang
diperlukan untuk membantu klien menatalaksana program pengobatan.
Berikut beberapa prinsip yang menjadi pedoman penggunaan obat
dalam menangani gangguan psikiatri (Hyman, Arana dan Rosenbaum,1995
dalam Videbeck, Sheila L, 2008).
sepenuhnya.
Obat psikotropika sering kurang secara bertahap (bersangsur-
1. Farmakokinetik
Ialah studi tentang bagaimana tubuh terpengaruhi oleh obat. Fungsi
tubuh terdiri dari absorpsi ( bagaimana obat berpindah mengikuti aliran
darah). Distribusi (bagaimana obat berpindah ke berbagai jaringan tubuh).
Metabolisme (bagaimana obat diubah oleh enzim hati, secara aktif/inaktif).
Dan eliminasi (bagaimana obat dikeluarkan dari tubuh di waktu-waktu
tertentu).
2. Farmakodinamik
Ialah studi tentang efek obat di tubuh, interaksi obat di lokasi target.
Psikofarmaka mencakup dua konsep yaitu neurotransmitter dan blood brain
barier
1.
Neurotransmitter
Neurotransmitter disintesis oleh precursor dari tubuh. Precursor
cara
Mempengaruhi
pelepasan
neurotransmitter,
obat
obat
tertentu. Jadi hanya obat yang bisa masuk dan dalam jumah tertentu yang
bisa efektif mengobati psikiatrik), dan dimensi metabolic (Barrier metabolik
mencegah molekul yang masuk ke otak dengan aksi enzim di kapiler otak.
Contohnya: leudopa dapat melewati sawar otak tetapi kebanyakan
mengurangi dopamine sebelum semuanya
metabolic, dopamine, tidak bisa melewati barrier (ini cara otak melindungi
kita dari substansi di sirkulasi peripheral)).
Peran perawat psikiatrik dalam psikofarmaka:
Perawat psikiatrik mempunyai pengetahuan dan kompetensi untuk
memberikan pelayanan kepada klien agar gangguan psikiatrik dengan
berbagai cara. Adapun peran perawat psikiatrik khususnya dalam
psikofarmaka antara lain :
Pengkajian pasien
Pengkajian meliputi riwayat penyakit sebelumnya, pemeriksaan fisik
dari lab, evaluasi psikiatri pengakajian sosiakultural dan riwayat obat, harus
lengkap sebelum ditegakkan diagnosa dan intervensi. Informasi ini
membantu membedakan penyakit jiwa dari aspek personality pasien yang
terjadi sebelum sakit.
Pasien dengan terapi psikofarmaka akan menimbulkan efek samping.
Efek samping yang timbul setelah pengobatan berjalan harus diidentifikasi
dan diobati segera.
Koordinasi terapi modalitas
Perawat berperan dalam program terapi klien, masing-masing klien
dengan terapinya sendiri. Koordinasi terapi modalitas menjadi tanggung
jawab utama perawat yang bekerja dengan klien dalam terapi. Perawat lah
psikofarmaka
berdasarkan
persamaan
dan
pengetahuan
psikofarmaka
yang
penting
(ANA,
untuk
adaptasidari
meningkatkan
Laraia
Mt,et
reseptor
neurotransmiter
dopamin.
Reseptor
dopamin
diklasifikasikan kedalam sub kategori ( D1, D2, D3, D4, dan D5) dan d2,
D3, D4 dikaitkan dengan gangguan jiwa. Antipsikotik tipikal merupakan
antagonis (bloker) yang kuat D2, D3, dan D4.
Hal ini membuat obat tersebut efektif dalam menangani gejala
target tetapi juga menimbulkan banyak efek samping ekstrapiramidal karena
penyekatan reseptor D2. Yang terbaru, antipsikotik atipikal, misalnya
Klozapin ( Clozaril ), merupakan bloker D2 yang relatif lemah, yang
menyebabkan insiden efek ekstrapiramidal yang rendah. Selain itu
antipsikotik atipikal menghambat reuptake serotin, yang berefek lebih
efektifi dalam mengobati aspek depresi skizofrenia.
Dua jenis antpsikotik ini tersedia dalam injeksi depot yang
Efek sedasi akan berkurang secara perlahan, jika efek sedasi ini
menetap atau tidak berkurang gejalanya, segera hubungi dokter
untuk merubah dosis atau mengganti obat.
Untuk kegelisahan motorik atau tremor di tangan, tanya ke dokter
untuk pemberian propanolol atau Benzodiazepin.
Anjurkan minum yang tidak berkalori untuk menghindari mulut
kering
Anjurkan
pengaturan
program
diet
yang
seimbang
untuk
teratur.
Mengkonsumsi makanan tinggi serat dan menambah asupan cairan
untuk mencegah konstipasi.
Hindari minuman beralkohol
Jangan hentikan pengobatan antidepresan secara sepihak tanpa
berkonsultasi dengan dokter bila timbul gejala kelainan seksual
(gangguan orgasme atau ereksi)
Bila lupa satu dosis obat, hubungi dokter untuk petunjuk selanjutnya.
Obat Penstabil Mood ( Antikonvulsan ).
Digunakan untuk mengobati gangguan efektif bipolar dengan
menstabilkan mood klien, menghindari atau meminimalkan tinggi rendah
mood yang mencirikan gangguan bipolar, dan mengobati episode akut
mania ( Litium, Karbamazepin, Depakote, Depakene).
- Efek samping: Mual, diare, anoreksia, tremor halus pada tangan,
polidipsi, poliuri, rasa logam di mulut, keletihan atau letargi,
kemaikan berat bada dan akne.
- Penyuluahan klien mengenai penatalaksanaan penobatan:
Obat Penstabil Mood:
1.
Cek kadar serum secara periodik untuk memastikan kadar terapeutik
2.
3.
obat.
Konsumsi obat bersama makan untuk mengurangi mual
Untuk efek tremor halus pada tangan, konsultasikan ke dokter untuk
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
SSp.
2. Stimulan (amfetamin)
Digunakan untuk mengobati ganguan psiktri pada hiperaktivitas defisit
perhatian ( attention deficit / hyperactivity dosorder, ADHD ), obat ADHD
ialah stimulan SSp metilfenidat (Ritalin), pemolin (Cylert), dan dekstroam
fetamin. Efek samping : anoreksia, penurunan berat badan, mual, dan
vitabilitas.
3. Disulfiram ( Antabuse )
Digunakan dalam terpai alkohol (menghentikan kecanduan alkohol).
Disulfiram adalah agen S sensitisasi yang menyebabkan reaksi merugikan
ketika di campur dengan alkohol dalam tubuh.
Efek samping : keletihan, mengantuk, halitosis, tremor, atau impotensi.
2.1.5 Terapi Aktifitas Kelompok
Kelompok
merupakan
sekumpulan
individu
yang
memiliki
hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma
yang sama ( Stuart dan Laraia, 2001) dari berbagai latarbelakang yang
berbeda dalam penanganannya seperti agresif, takut, kebencian, kesamaan,
ketidaksamaan, kesukaan dan menarik. Terapi aktivitas kelompok
merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Di dalam terapi aktivitas kelompok, terdapat tujuan yaitu untuk
membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah
perilaku yang destruktif dan maladaktif. Sedangkan kelompok berfungsi
sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling membantu satu sama lain
untuk menemukan cara menyelesaikan masalah.
Komponen kelompok
1. Struktur Kelompok
Menjelaskan batasan, komunikasi, proses pengambilan keputusan
dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok diatur dengan
adanya pimpinan dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin
sedangkan keputusa diambil secara bersama.
2. Besar kelompok
merupakan
laboratorium
tempat
mencoba
dan
Perkembangan kelompok
Kelompok, seperti individu, memiliki kapasitas untuk pertumbuhan
dan perkembangan. Juga, mereka memiliki kemampuan untuk mundur dan
menolak bekerja secara efektif. Tuckman berteori bahwa konsep sentral
pembangunan
kelompok
adalah
ketergantungan
dan
saling
mengacu
kepada
struktur
kelompok
sebagai
hubungan
dengan
tugas.Setiap
tahap
dicirikan
oleh
anggota
Akemat, 2005).
1.
dan peran yang baru. Yalom (1995) membagi dalam 3 fase orientasi,
konflik, dan kohesif. Tuckman membagi dalam 4 fase yaitu forming,
storming, norming, and performing. Budi anna & Akemat, 2005:
Tahap orientasi
Pada tahap ini pemimpin kelompok lebih aktif dalam meberi
pengarahan. Mengorientasikan anggota pada tugas utama dan melakukan
kontrak yang terdiri dari tujuan, kerahasiaan, waktu pertemuan, struktur,
kejujuran, dan antara komunikasi misalnya hanya satu orang yang bicara
pada satu waktu, norma prilaku, rasa memiliki, atau kohesif antara anggota
kelompok diupayakan terbentuk pada fase orientasi.
Tahap konflik
Peran dependen dan interdependen terjadi pada tahap ini, sebagian
ingin pemimpin yang memutuskan dan yang lain lebih mengarahkan atau
sebaliknya anggota ingin berperan sebagai pemimpin. Adapula anggota
yang netral dan dapat mebantu menyelesaikan konflik peran. Perasaan
bermusuhan yang ditampilkan, baik antara anggota kelompok maupun
anggota dengan pemimpin dapat terjadi pada tahap ini. Pemimpin perlu
memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan menggali
penyebab.
Tahap kohesif
Setelah tahap konflik, anggota kelompo merasakan ikatan yang kuat
satu sama lain. Perasaan positif akan semakin sering diungkapkan. Pada
tahap ini, anggota kelompok merasa bebas mebuka diri tentang informasi
dan lebih intim satu sama lain. Pemimin tetap berupaya meberdayakan
kemampuan anggota kelompok dalam penyelesaian masaalah. Pada tahp
akhir, anggota belajar perbedaan tidak peru ditakutkan. Belajar perbedaan
Fase terminasi
Terminasi dapat sementara atau akhir. Terminasi dapat pula terjadi
peran/stimulasi
dinamika
kelompok,
diskusi/Tanya
jawab,
bermain
Langkah :
- Persiapan : memlilih klien yang sesuai dengan indikasi : isolasi social,
menarik diri membuat kontrak dengan klien, mempersiapkan alat dan
tempat.
- Orientasi : memberi salam terapeutik, evaluasi/validasi, kontra (jelaskan
tujuan aturan main)
- Kerja : jelaskan kegiatan, kaset dihidupkan bola diedarkan, saat tape
dimainkan maka anggota yang memeganggakn bola, memperkenalkan
nama, hobi, asal, tulis nama panggilan pada papan nama, ulangi dan beri
ujian.
- Terminasi : evaluasi dengan memperkenalkan diri baik secara verbal atau
non verbal, rencana tindak lanjut dan kontrak yang akan dating
Sesi 2
Klien
mampu
berkenalan
dengan
anggota
kelompok
dengan
Sesi 6
Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok dengan
cara :bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan pada orang lain,
menjawab dan memberi pada orang lain sesuai dengan permintaan.
Alat flipchart diganti dengan kartu kwartet
Fase kerja : - terapis membagi 4 kartu pada masing-masing anggota, sisanya
dimeja.
Terapis meminta tiap anggota kelompok menyusun kartu sesuai seri.
Anggota yang memegang bola, dapat meminta kartu yang dibutuhkan, jika
kartu lengkap, diumumkan pada kelompok dengan membaca judul/subjudul,
jika kartu belum lengkap, mengambil satu kartu dari tumpukan kartu diatas
meja
Sesi 7
Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok
yang telah dilakukan. Alat = tidak pakai flipchart/kartu kwartet.
2.
Setting
Alat
Metode
Dinamika kelompok
Diskusikan dan tanya jawab
Langkah kegiatan
1. Persiapan
Memilih klien sesuai dengan indikasi, membuat kontrak
dengan klien, mepersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
Salam terapeutik : salam dari terapis kepada klien
Evaluasi validasi: menanyakan perasaan klien saat ini
Kontrak : terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
mengenal orang. Tera[is menjelaskan aturan main berikut:
jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin pada petugas, lama kegiatan 45 menit, setiap klien
mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
Terapis mebagikan papan nama untuk masing klien
Terapis meminta klien menyebutkan nama lengkap,
diri
secara
TAK,
Terapis
memberikan
pujian
atas
keberhasilan kelompok
2. Tindak lanjut: terapis menganjurkan klien menyapa oranglain
yang
akan
datang
yaitumengenal
waktu
1
2
3
4
yang lain
Menyebutkan asal klien yang lain
Menyebutkan hobi klien lain
Nama
Nama
Nama
Nama
Nama
klien
klien
klien
klien
klien
Petunjuk : tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
klien., untuk tiap klien beri penilaian tentang kemampuan klien mengetahui
nama, panggilan, hobi, asal klien lain. Beri tanda checklist jika klien mampu
dan tanda silang jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasi pada catatan proses keperawatan tiap klien. contoh klien
mengikuti TAK orientasi realitas orang. Klien mampu menyebutkan nama,
panggilan, asal dan hobi klien lain sebelahnnya. Anjurkan klien mengenal
nama klien lain diruangan.
F. Post traumatic distress disorder (PTSD)
Stress melekat pada kehidupan. Artinya individu tidak mungkin
terhindar dari stress. Individu bereaksi terhadap stress tergantung pada
fisiknya
atau
yang dialami
Beberapa individu tidak mampu secara tepat menginggat aspek
traumanya
Gejala depresi yang cukup berat
Beberapa kasus klien menguraikan perasaan bersalah yang
menyakitkan terhadap kenapa dia tetap bertahan hidup , sementara
trauma
Usaha untuk menghindari aktivitas , tempat atau orang-orang yang
bermakna
Merasa sendiri dan terasing dari orang lain
Membatasi rentang afektif (tidak mampu mencintai orang lain)
Sensasi masa depan pendek (tidak ada harapan untuk karier,
menikah, memiliki anak, atau perkembangan normal sepanjang
rentang kehidupan)
2. Kapasitas individu
Meliputi :
Kekuatan ego
kemarahan,
merusak
diri,
penyalahgunaan
zat,
menerima dukungan
Mengucapkan tidak ada ide atau keinginan merusak diri
Melakukan usaha melewati rasa bersalah
Cukup tidur
Menyampaikan sumber-sumber di komunitas yang bisa diminta
Karena tekanan emasional dan fisik yang menyertai stress sangatlah tidak
nyaman, maka kita harus mempelajari apa itu koping.
Beberapa definisi coping dikeluarkan oleh Lazarus & Folkman 1984.
Ketika kita melihat bahwa stress melibatkan sebuah pengamatan yang
bertentangan antara tuntutan situasi dan sumber pengamatan yang
bertentangan antara tuntutan situasi dan sumber seseorang.
Koping adalah proses dimana seseorang berusaha untuk memanage
pengamatan bertentangan antara tuntutan dan sumber sumber yang mereka
hargai dalam situasi stress. Kata mengatur/manage dalam definisi ini berarti
mengindikasikan bahwa usaha usaha koping dapat di variasikan dan
jangan memaksa membawanya pada solusi masalah.
Walaupun usaha usaha koping dapat ditujukan untuk mengkoreksi
atau mengatasi masalah, koping juga dengan sederhana dapat menolong
seseorang mengubah persepsinya yang bertentangan, bertoleransi atau
menerima kenyataan yang menyakitkan atau mengancam, atau menghindari
atau melarikan diri dari situasi (Lazarus & Folkman,198, Moos &
Schaefer,1986).
Contohnya, seorang anak yang menghadapi keadaan stress saat ujian
di sekolah dapat mengatasi/mengkoping dengan merasakan mual dan diam
dirumah.
Koping
juga
dapat
dideskripsikan
sebagai
keberhasilan
Anda akan dihadapkan pada ancaman, anda mungkin akan menjadi orang
yang lemah atau bahkan mati. Hal ini merupakan kondisi stress, tapi anda
tidak berfikir bahwa anda dapat mengubah tingkah laku anda.
Seberapa kemampuan anda mengatasi/mengkoping masalah ini?.
Beberapa orang mungkin mengkopingnya dengan mencari informasi tentang
bagaimana meningkatkan kemampuannya untuk berubah. Yang lainnya
mungkin dengan sederhana akan mencari dokter lain yang tidak terlalu to
the point atau tegas. Yang lain lagi mungkin akan berserah diri pada Tuhan
dan meninggalkan masalah. Mungkin yang lain akan mencoba sungguh
sungguh mengatasi kekhawatirannya dengan alkohol, yang bahkan akan
meningkatkan resiko. Seseorang akan menggunakan metode yang berbeda
dalam mengatasi situasi bertentangan antara tuntutan situasi dan sumber
seseorang.
Proses koping bukanlah satu kejadian/single event. Karena koping
melibatkan transaksi yang terus menerus dengan lingkungan, maka proses
koping merupakan sebuah siklus yang dinamis. Jadi dapat ditarik
kesimpulan bahwa definisi koping adalah cara seseorang menghadapi atau
menangani masalah dan situasi. Strategi/mekanisme koping adalah cara
berespon bawaan terhadap perubahan lingkungan atau masalah atau situasi
tertentu. Koping adalah upaya kognitif dan perilaku untuk mengelola
tuntutan eksternal dan internal tertentu yang dinilai membebani atau
melewati batas sumberdaya yang ada dalam diri individu.
2.2. Konsep Koping
2.2.1. Pengertian Koping
a. Koping
Koping adalah suatu usaha individu untuk mengatasi stres psikologis
(Lazarus, 2007, dalam Potter dan Perry, 2010). Koping merupakan suatu
proses yang secara konstan berubah untuk mengatur kebutuhan akan sumber
daya individu. Koping adalah upaya kognitif dan tingkah laku untuk
mengatur tuntutan yang spesifik baik eksternal maupun internal yang dinilai
sebagai beban atau sumber-sumber yang melebihi kemampuan seseorang
dan
rangka
menggunakan
minuman
untuk
mencari
informasi,
4. Distancing
Usaha yang bertujuan untuk menjaga jarak antara diri sendiri dengan
masalah yang dihadapi dan bertingkah laku mengabaikan masalah tersebut.
Individu dengan kondisi seperti ini merusaha menolak atau larut dalam
masalah, dan menganggapnya seakan tidak pernah terjadi sesuatu.
5. Self control
Usaha yang dilakukan oleh individu untuk mengatur perasaan-perasaan
tersebut dengan cara menyimpannya. Individu akan berusaha menyimpan
keadaan atau masalah yang sedang dihadapi agar orang lain tidak tahu.
6. Accepting responsibility
Usaha strategis yang pasif dimana individu mengakui atau menerima dirinya
memiliki peran dalam maslaah tersbeut. Individu akan mengkritisi diri
sendiri apabila sedang menghadapi masalah dan ia merasa dirinya yang
bertanggung jawab.
7. Escape avoidance
Strategi berupa perilaku menghindar atau melarikan diri dari masalah dan
situasi stres dengan cara berkhayal atau berangan-angan juga dengan cara
makan, minum, merokok, menggunakan obat-obatan. Individu berharap
dnegan strategi tersebut situasi buruk akan segera berlalu.
8. Positive reappraisal
Usaha-usaha untuk menemukan makna yang positif dari masalah atau
situasi menekan yang dihadapi, dan dari situasi tersbeut individu akan
3.
4.
5.
Katagori
pertama
membuat
orang
percaya
bahwa
dirinya
masalah,
keluarga
lain
akan
ikut
membantu
bagian
dari
jaringan
komunikasi
dan
saling
melakukan
intervensi.
Gunakan
bahasa
dan
ketrampilan
menghasilkan
stres
tersendiri.
Contoh
perbedaan
budaya
kronis,
merawat
keluarga,
menjadi
tidak
berdaya,
atau
ketergantungan.
Menurut Aldwin, dalam potter & perry, 2009. budaya bervariasi pada
strategi koping berfokus emosi dan berfokus masalah. Terkait dengan
koping berfokus emosi, beberapa budaya stres emosi harus diawasi
sedangkan pada budaya lainnya hanya merupakan ekspresi emosi. Koping
berfokus masalah merupakan pengontrolan dan penanganan stres. Budaya
yang berbeda mengontrol stres dengan cara yang berbeda juga. Budaya
memberikan cara yang berbeda untuk beradaptasi dengan stres. Hal ini
termasuk sistem legal untuk menyelesaikan konflik, pemberian nasihat, atau
kelompok pendukung dan ritual. Penerapannya dalam praktik keperawatan
adalah :
-
Pahami bahwa stressor dan gaya koping bervariasi pada budaya yang
berbeda
-
peran
individu
dan
dengan
dengan
demikian
Ada variasi biologis di antara individu dari latar belakang budaya yang
berbeda-beda. Sebagai contoh : kita sekarang mengetahui bahwa individu
dari beberapa budaya/etnik berespon secara berbeda-beda terhadap
stressor.
Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial dan
budaya mencakup penggalian bersama klien tentang besar, tipe, dan kualitas
dari interaksi sosial yang ada. Stressor pada keluarga dapat menimbulkan
efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan
(Reis dan Heppner, 1993, dalam Potter dan Perry, 2005).
Perawat harus waspada tentang perbedaan kultural dalam respons
stress atau mekanisme koping. Contoh : klien dari suku Afrika-Amerika
mungkin lebih menyukai untuk mendapatkan dukungan sosial dari anggota
keluarga daripada bantuan profesisonal (Murata, 1994, dalam Potter dan
Perry, 2005).
Bagaimana individu menilai stres tergantung pada budaya individu
dan penanganan stressor atau koping juga dipengaruhi budaya individu. Apa
yang dirasakan sebagai suatu stressor pada satu budaya dapat dipandang
sebagai masalah kecil pada budaya lain. Respon individu terhadap stress
apakah individu menjaga kontrol personal atau menjadi lebih ekspresif
secara emosional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stress adalah Stres adalah segala situasi dimana tuntutan nonspesifik
mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan.
Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis dan psikologis. Stres
dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang berlawanan dengan apa yang
di inginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Stres dapat
mengganggu cara seseorang dalam menyerap realitas, menyelesaikan
masalah, hubungan seseorang dan rasa memiliki. Sumber stress yaitu
sumber internal dan sumber eksternal.
Pada fisiologis, stres mengacu pada gaya / kekuatan fisik atau
psikologis pada seseorang yang menimbulkan suatu respon / tanggapan.
Tujuan respon tersebut adalah untuk beradaptasi atau menghilangkan
ketakutan yang terjadi. Ketakutan fisik dan psikologis akan menyebabkan
stres yang disebut stressor.
Koping adalah proses dimana seseorang berusaha untuk memanage
pengamatan bertentangan antara tuntutan dan sumber sumber yang mereka
hargai dalam situasi stress. Kata mengatur/manage dalam definisi ini berarti
mengindikasikan bahwa usaha usaha koping dapat di variasikan dan
jangan memaksa membawanya pada solusi masalah.
Walaupun usaha usaha koping dapat ditujukan untuk mengkoreksi
atau mengatasi masalah, koping juga dengan sederhana dapat menolong
seseorang mengubah persepsinya yang bertentangan, bertoleransi atau
menerima kenyataan yang menyakitkan atau mengancam, atau menghindari
atau melarikan diri dari situasi. Proses koping bukanlah satu kejadian/single
B. Saran
Setelah mempelajari dan memahami konsep stress dan koping,
diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan konsep stress dan koping
dengan efektif baik pada kehidupan individu maupun masyarakat.