Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Air laut adalah air tawar yang mengandung 3,5% garam-garam. Oleh karena
itu sebelum kita membahas sifat-sifat fisis dan kimiawi air laut perlu terlebih
dahulu diketahui sifat-sifat fisis air tawar.
Molekul air tawar terdiri dari dua atom H+ dan satu atom O=. Struktur molekul
air tawar (H2O) unik, dimana sudut antara atom H + dan atom O= adalah 105o.
(Gambar 1.1)
Pembentukan molekul air dengan cara berbagi elektron antara atom O dan
atom H diilustrasikan oleh gambar berikut.
H
O
O
H
O
H
O
(H2O)
Hal yang sama berlaku dalam pembentukan Methan (CH 4) dan Amonia (NH3).
Atom Carbon mempunyai 6 elektron. Ia butuh 4 elektron agar mempunyai
konvigurasi elektron atom Ne. 4 elektron ini diberikan oleh 4 atom H.
H
O
C
H
O
H
O
H
O
(CH4)
H
O
H
O
N
H
O
H
O
(NH3)
H
O
Karena sifat alami air adalah bipolar, maka molekul air akan menarik molekul
air yang lain membentuk suatu ikatan yang disebut ikatan hidrogen (hydrogen
bond); lihat gambar 1.3 ikatan hidrogen antar molekul air merupakan ikatan
yang sangat kuat. Diperlukan energi panas yang besar untuk mempercepat
gerakan molekul air dan menaikkan suhunya.
Zat (Materi)
Aceton
0,51
Alumunium
0,22
Amonia
0,13
Tembaga
0,09
Alkohol
0,23
Timah
0,03
Air raksa
0,03
Perak
0,06
Air
1,0
Kapasitas panas yang tinggi ini cenderung membuat air menolak perubahan
suhu bila panas ditambahkan atau diambil (dikurangkan).
Apa konsekuensi dari kapasitas panas air yang tinggi?
Range (kisaran) suhu air laut jauh lebih kecil daripada range suhu udara.
Contoh:
Range suhu air laut:
-2 oC s/d 30 oC
-2 oC di Antartika
Dalam satu hari perubahan suhu air laut jauh lebih kecil daripada perubahan
suhu udara atau daratan didekatnya.
Kapasitas panas air yang tinggi berperan dalam pembentukan angin darat
dan angin laut serta angin musim (monsun). Pada siang hari tekanan udara di
atas laut lebih tinggi daripada tekanan udara di atas daratan, sehingga timbul
angin laut yang mengalir dari laut ke darat atau mengalir dari tekanan tinggi
ke tekanan yang lebih rendah. Prosesnya diawali dari kapasitas panas air
yang lebih tinggi daripada kapasitas panas daratan yang membuat daratan
lebih cepat panas daripada laut. Konsekuensinya tekanan udara di atas
daratan lebih rendah daripada tekanan udara di atas laut. Sebaliknya pada
malam hari daratan lebih cepat melepaskan panas daripada laut sehingga
tekanan udara di atas daratan lebih tinggi daripada tekanan udara di atas laut.
Akibatnya berhembus angin dari darat ke laut (angin darat).
Analogi yang sama berlaku pada pembentukan angin musim. Pada saat
matahari berada di selatan khatulistiwa atau musim dingin di benua Asia
(Desember Februari) tekanan udara diatas benua Asia lebih tinggi daripada
tekanan udara diatas lautan Hindia dan perairan Indonesia serta tekanan
udara diatas benua Australia. Akibatnya bertiup angin musim (Monsun barat
daya) dari benua Asia melewati Indonesia menuju benua Australia. Pada saat
matahari berada di utara khatulistiwa atau musim panas di benua Asia (Juni
Agustus) tekanan udara di atas benua Asia lebih rendah daripada tekanan
udara di atas lautan Hindia dan perairan Indonesia serta tekanan udara di
atas benua Australia. Akibatnya bertiup angin musim (Monsun Tenggara) dari
benua Australia melewati Indonesia menuju benua Asia. Karena kapasitas
panas air yang tinggi, maka perubahan suhu laut atau danau berlangsung
secara perlahan dan membuat suhu permukaan bumi stabil.
Ikatan hidrogen juga membuat air cenderung berkelompok atau terikat satu
dengan yang lain dan sifat ini disebut sifat kohesif. Sifat kohesif ini membuat
air mempunyai tegangan permukaan yang tinggi.
Contoh : tetes air pada permukaan kaca akan membentuk lengkungan.
Kandungan garam memperbesar tegangan permukaan air. Ini akan
mempermudah
terbentuknya
ripples
yang
membantu
terbentuknya
gelombang laut.
6
air yang merembes dari ujung handuk yang dicelupkan ke dalam air.
Air mempunyai viskositas yang rendah. Oli mempunyai viskositas yang jauh
lebih besar daripada air. Viskositas adalah resistensi terhadap suatu gerakan
atau gesekan internal. Viskositas bergantung pada suhu. Penurunan suhu
akan memperbesar viskositas.
DENSITAS AIR
Proses ekspansi dan kontraksi air akibat perubahan suhu diperlihatkan pada
gambar 1.6.
0oC
10oC
4oC
ekspansi
ekspansi
kontraksi
kontraksi
Ekspansi : berkurang
Kontraksi : bertambah
Gambar 1.6 Pengembangan dan pemadatan massa air
4 oC
massa air yang berat selalu berada di lapisan dalam maka suhu danau air
tawar dilapisan dalam tidak dapat lebih rendah dari 4C.
2.
Titik
bekunya
berkurang/menurun
(lebih kecil daripada 0C) atau bisa mencapai -2 C di Kutub Selatan (lihat
gambar 1.8).
3.
Suhu
densitas
air
maksimum
5.
Garam-garam
yang
larut
7.
11
sel biota laut. Tekanan Osmosis merupakan faktor kunci dalam transmisi
air ke dalam atau keluar sel
Sifat keempat sampai dengan ketujuh bervariasi dengan salinitas. Sifat-sifat
ini disebut Sifat Koligatif ( Colligative Properties ).
DAYA LARUT
Air merupakan pelarut yang sangat baik. Zat padat, zat cair maupun gas
dapat larut dalam air. Air disebut juga sebagai pelarut universal. Sifat pelarut
yang baik ini bersumber dari sifat molekul air yang bipolar, sehingga ia mudah
melepaskaan ikatan ionik dari garam-garam yang larut di dalam air. Bila NaCl
larut didalam air, polaritas dari air akan mengurangi daya tarik elektrostatik
(ikatan ionik) diantara ion natrium (Na +) dan ion chlor (Cl-) yang
mengakibatkan ion Na+ terpisah dari ion ClNaCl
Na+ + Cl-
12
Ion Na+ akan dikelilingi oleh kutub negatif dari molekul air dan ion Cl - akan
dikelilingi oleh kutub positif dari molekul air. Deskripsinya adalah sebagai
berikut: (gambar 1.9)
H+
H+
H+
H+
H+
H+
O=
O=
Na+
H+
O=
O=
H+
H+
H+
H+
H+ +
H
H+
O=
O=
H+
H
H+ H+
O=
O=
H+
H+
H+
- ClCl
H+
H+
H+
H+
O=
13
H+
O=
Tegangan permukaan
Penghantaran panas
Viskositas
Paling tinggi
umumnya.
dari
semua
zat
pada
14
Kamampuan melarutkan
BAB II
SIFAT-SIFAT FISIS DAN KIMIAWI AIR LAUT
Ada dua parameter utama yang digunakan oleh ahli oseanografi untuk
mempelajari sifat-sifat fisis dan kimiawi air laut, yaitu: Suhu dan Salinitas
(kandungan garam). Dari distribusi suhu dan salinitas air laut ahli oseanografi
dapat mengidentifikasi massa air laut dan mempelajari gerakan air laut. Suhu
dan salinitas air laut sangat menentukan densitas air laut disamping tekanan
(kedalaman). Dalam setiap penelitian laut, suhu dan salinitas di samping
kedalaman selalu di ukur.
Para ahli oseanografi berkepentingan untuk mengetahui distribusi spasial
(horizontal, vertikal) dan temporal (harian, musim, tahunan) dari sifat-sifat fisis
dan kimiawi air laut.
Air laut bila ditinjau dari distribusi sifat-sifat fisis atau kimiawinya, secara
umum adalah berlapis (stratified). Distribusi sifat-sifat fisis maupun kimiawi air
laut umumnya zonal, dalam arti tidak banyak perubahan dalam sifat-sifat air
pada arah barat-timur. Kalau kita perhatikan peta distribusi suhu secara
horizontal, kita akan melihat isotherm membentang secara zonal. Distribusi
suhu secara zonal jauh lebih kecil daripada distribusi suhu dalam arah
meridional (utara-selatan) dapat dilihat pada gambar 2.1.
15
tahunan
atau
abad.
Suhu
maksimum
terjadi
pada
bulan
2.
3.
10
20
o
TC
Mixed layer
50-200 m
Z (m)
Termoklin layer
1000-1500 m
Deep layer
Termoklin: Pada lapisan ini terjadi perubahan suhu atau pengurangan panas
yang besar tehadap kedalaman. Pada lapisan ini panas ditransfer oleh proses
konduksi.
Deep layer : Perubahan suhu sangat lambat karena suplai panas dari lapisan
atas sudah berkurang.
Di daerah-daerah lintang menengah tebal dari mixed layer bergantung pada
musim. Termoklin juga bervariasi dengan musim. Di daerah-daerah yang
memiliki 4 musim terdapat termoklin musiman yang berubah mengikuti musim
dan termoklin permanen yang tidak dipengaruhi oleh musim.
Variasi dari distribusi suhu secara vertikal dengan musim diperlihatkan oleh
gambar berikut :
18
Gambar 2.4. Profil vertikal suhu air laut dengan memperhatikan musim
A : Kondisi musim dingin yang ekstrim
B : Setelah ada pemanasan; angin lemah (musim semi)
C : Kondisi B setelah pengadukan angin yang kuat
D : Kondisi musim panas yang ekstrim
Pada gambar 2.4 dapat kita lihat perubahan suhu permukaan dan
pembentukan termoklin musiman dari musim semi ke musim panas dan
musim dingin. Suhu permukaan membesar menuju musim panas dan
mengecil menuju musim dingin. Termoklin musiman mulai terbentuk pada
musim semi (B) dan menjadi nyata pada musim panas (D). Termoklin yang
terbentuk pada musim semi dapat terganggu oleh pengaruh angin yang kuat
(C). Dari gambar 2.4 juga dapat kita lihat mixed layer lebih tebal pada musim
dingin dibandingkan pada musim panas (A dan D). Ketebalan dan kedalaman
termoklin permanen tidak berubah dengan musim.
Gambaran yang lebih detail tentang pertumbuhan dan peluruhan termoklin
musiman diperlihatkan pada gambar 2.5. Gambar ini memperlihatkan profil
suhu bulanan dari Maret 1956 hingga Januari 1957 yang diambil di Ocean
19
Weather Station P di Pasifik utara bagian timur. Dari Maret sampai Agustus
suhu secara perlahan bertambah karena penyerapan energi matahari.
Lapisan mixed layer dari permukaan hingga kedalaman 30 meter atau lebih
tampak jelas terlihat. Setelah agustus energi matahari mulai berkurang
sementara kekuatan angin terus bertambah yang berperan mehilangkan
termoklin musiman hingga kondisi bulan Maret tercapai kembali. Mixed layer
dapat mencapai kedalaman 100 m pada bulan Januari. Ketebalan mixed layer
atau batas atas termoklin bervariasi dengan musim yang merefleksikan
kekuatan angin.
ekspansi
yang
dialaminya
energi
internalnya
berubah
yang
direfleksikan oleh turunnya suhu. Sebaliknya bila parcel air turun ke lapisan
dalam (sinks) ia mengalami tekanan yang besar dari air disekelilingnya. Air
disekelilingnya melakukan kerja pada parcel air dan parcel mengalami
kontraksi yang merubah energi internalnya yang direfleksikan dengan naiknya
suhu.
Kenapa kita perlu menggunakan suhu potensial ?
Di lapisan dalam di bawah termoklin suhu umumnya berkurang dengan
kedalaman hingga 4000 m. Tetapi di daerah palung (trench) yang
kedalamannya lebih besar daripada 4000 m suhu insitu bertambah secara
perlahan dengan kedalaman karena efek tekanan yang besar (gambar 2.7).
Gambar 2.7. Kurva suhu insitu dan suhu potensial di sebuah stasiun
di Pasifik Utara
22
Bila analisis kita hanya didasarkan pada profil suhu insitu, kita bisa saja
mengira bahwa di kedalaman di bawah 4000 m kolom air tidak stabil karena
adanya kenaikan suhu terhadap kedalaman yang akan mengakibatkan
densitas berkurang dan mengakibatkan terjadinya gerakan vertikal ke atas.
Tetapi pada kenyataannya dugaan ini tidak terjadi. Kondisinya adalah stabil
netral yang ditunjukkan oleh suhu potensial yang konstan di bawah
kedalaman 4000 m. Jadi untuk menghilangkan efek tekanan yang muncul
pada suhu insitu di perairan yang cukup dalam maka digunakan suhu
potensial.
Suatu contoh yang menggambarkan keadaan ini diperlihatkan oleh data
lapangan ekspedisi Snellius yang diambil di trench Mindanao, Filipina
(Tabel 2.1).
Tabel 2.1. Perbedaan antara suhu insitu dan suhu potensial di trench
Mindanao.
Suhu
Densitas
Kedalaman
Salinitas
(m)
()
1455
34,58
3,20
3,09
27,55
27,56
2470
34,64
1,82
1,65
27,72
27,73
3470
34,67
1,59
1,31
27,76
27,78
4450
34,67
1,65
1,25
27,76
27,78
6450
34,67
1,93
1,25
27,74
27,79
8450
34,69
2,23
1,22
27,72
27,79
10035
34,67
2,48
1,16
27,69
27,79
Insitu
Potensial
Potensial
( )
Dari Tabel 2.1 dapat dilihat bahwa suhu insitu berkurang hingga kedalaman
3470 m. Di bawah keadalaman ini suhu insitu bertambah secara perlahan
dengan kedalaman (efek tekanan). Efek tekanan ini tidak terlihat pada suhu
potensial. Suhu potensial berkurang terhadap kedalaman. Harga salinitas
tidak banyak berubah di daerah palung ini.
Densitas, yang dinyatakan dengan t, menunjukkan harga yang berkurang di
bawah kedalaman 4450 m, seolah-olah menunjukkan ketidakstabilan kolom
23
air. Tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Kolom air berada dalam keadaan
stabil netral yang ditunjukkan oleh nilai (densitas potensial) yang konstan
mulai kedalaman 6450 m.
Suhu potensial dapat digunakan untuk melihat gerakan massa air. Massa air
yang sama mempunyai suhu potensial yang sama. Hal ini diperlihatkan oleh
gambar 2.8 berikut:
Penguap Amonia
Air hangat dari
permukaan
Turbin
Pompa
Tenaga Listrik
Air dingin dari
lapisan dalam
Pengkondensasi
Amonia
Amonia cair dapat menguap pada suhu yang tidak terlalu tinggi dan
berkondensasi pada suhu yang rendah. Amonia cair diuapkan dengan air
lapisan permukaan yang hangat (20 o 28oC). Uap amonia digunakan untuk
25
Salinitas
Secara sederhana salinitas didefinisikan sebagai jumlah total dari zat yang
larut dalam gram di dalam satu kilogram air laut. Jadi salinitas adalah besaran
yang tidak berdimensi, ia tidak mempunyai unit (satuan).
Defenisi yang sederhana ini tidak berguna karena dalam praktek sukar
mengukur zat yang larut di dalam air laut. Untuk mengatasi kesulitan ini
International Council for the Exploration of the Sea membentuk suatu komisi
tahun 1889 yang merekomendasikan defenisi mengenai salinitas sebagai
berikut:
Salinitas adalah jumlah total dari zat padat (garam-garam) dalam gram yang
larut di dalam satu kilogram air laut bila seluruh carbonat telah diubah menjadi
oksida, brom dan jod diganti dengan chlor dan seluruh materi organik
dioksidasi secara sempurna. Defenisi ini dipublikasikan tahun 1902. Defenisi
ini berguna tapi sukar digunakan secara rutin. Salinitas dinyatakan dengan
simbol S () atau S (parts per thousand, ppt).
Garam-garam yang larut didalam air laut, dapat dibagi dalam 2 kelompok,
yaitu :
1. Unsur-unsur atau komponen utama.
2. Unsur-unsur atau komponen minor + trace elemen
Komponen utama meliputi 99% dari zat yang larut di dalam air laut,
sedangkan komponen minor + trace elemen meliputi 1%.
Komponen Utama yang terdapat di dalam air laut dengan S = 34,4
diperlihatkan oleh Tabel 2.2.
26
Ion-ion Utama
Konsentrasi ( )
Chlor ( Cl - )
18,98
Sodium ( Na + )
10,55
Sulfat ( SO42- )
2,649
Magnesium ( Mg 2+)
1,272
Calcium ( Ca 2+ )
0,400
Potasium ( K + )
0,380
Bicarbonat ( HCO3- )
0,140
Jumlah
34,377
Unsur-unsur utama yang paling banyak di dalam air laut adalah Cl - dan Na+.
Komponen Minor :
Brom ( Br )
Boron ( B )
= 8 ppm
Strontium ( Sr )
= 4 ppm
Silika ( Si )
= 3 ppm
Fluor ( F )
= 1 ppm
Trace Elemen :
Nitrogen ( N )
Lithium ( Li )
= 124 ppb
Jod ( J )
= 60 ppb
27
Pospor ( P )
= 30 ppb
Mercury ( Hg )
= 0,03 ppb
Timah ( Pb )
= 0,04 ppb
Alumunium ( Al )
=2
ppb
Mangan ( Mn )
=2
ppb
Seng ( Zn )
= 10 ppb
Besi ( Fe )
=6
Emas ( Au )
= 4 . 10-6 ppb
ppb
Meskipun konsentrasi trace elemen kecil, Nitrogen dan Pospor dalam bentuk
nitrat dan fosfat merupakan zat hara yang berguna bagi pertumbuhan
phytoplankton.
Sumber dari garam-garam yang larut di dalam air laut.
1. Proses pelapukan ( weathering ) dari batu-batuan ( rock ).
2. Gas-gas yang keluar dari punggung samudra ( mid ocean ridge ) dan
gunung api bawah laut yang meliputi : chlor, carbondioksida, belerang,
fluorine, nitrogen dan uap air.
Unsur unsur yang bukan hasil proses pelapukan disebut Excess Volatiles.
Dua unsur utama yaitu cl- dan Na+ mempunyai sumber yang berbeda.
Cl-
Na +
28
Di laut terbuka (open ocean) yang jauh dari pantai, salinitas air laut berbeda
dari suatu tempat ke tempat lain, mis: salinitas laut Jawa berbeda dengan
salinitas laut Banda dan lautan Pasifik. Tetapi meskipun salinitas air laut
bervariasi dari tempat ke tempat lain, perbandingan/ ratio unsur-unsur
utamanya tetap (konstan). Ini disebut Aturan Komposisi yang konstan.
Dengan menggunakan aturan komposisi yang konstan kita dapat menentukan
konsentrasi suatu komponen unsur utama di perairan dengan salinitas
tertentu bila diketahui konsentrasi unsur utama tersebut di perairan lain
dengan salinitas tertentu.
Misalnya:
kita ingin
menentukan konsentrasi K +
pada
suatu
perairan
0,011
Salinitas Total
34,4
Konsentrasi K
0,011
36 o oo
Konsentrasi K + diperairan dengan S = 36 adalah 0,011 x 36
= 0,396
Ingat : Perbandingan (ratio) di antara unsur-unsur utama dan unsur-unsur
utama dengan salinitas total adalah tetap (konstan).
Distribusi Salinitas
Distribusi Horizontal
Distribusi salinitas permukaan laut bergantung pada penguapan, curah hujan
(presipitasi), run off dan pencairan es. Berbeda dengan distribusi suhu,
distribusi salinitas permukaan rata-rata mempunyai minimum di daerah
29
ekuator dan maksimum di daerah sub tropis 25 oN dan 25oS, kearah kutub
salinitas berkurang.
Salinitas maksimum terjadi di area angin pasat (daerah sub tropis) dimana
penguapan jauh lebih besar dari presipitasi, sedangkan di daerah ekuator
presipitasi jauh lebih besar daripada penguapan.
Variasi salinitas terhadap lintang sangat ditentukan oleh proses penguapan
dan presipitasi.
S = S ( E,P ) dimana E = Evaporasi dan P = Presipitasi
Hubungan empiris antara salinitas permukaan dengan penguapan dan
presipitasi diberikan oleh :
S () = 34,6 + 0,0175 ( E P )
Distribusi meridional dari evaporasi, presipitasi dan salinitas diperlihatkan
pada Gambar 2.10a.
Distribusi Vertikal.
Distribusi vertikal dari salinitas tidak dapat dinyatakan secara sederhana
seperti halnya distribusi vertikal dari suhu. Hal yang menyebabkan adalah:
densitas air laut yang merupakan faktor penentu kestabilan kolom air. Di
dalam menyatakan distribusi suhu secara vertikal, kita dengan mudah dapat
mengatakan suhu air yang hangat (densitas rendah) selalu berada di lapisan
permukaan, sementara air yang dingin (densitas tinggi) berada di lapisan
dalam. Hal ini dikarenakan di lapisan permukaan pengaruh suhu terhadap
densitas air laut lebih besar daripada pengaruh salinitas.
31
Variasi salinitas yang terjadi di laut lepas efeknya terhadap densitas tidak
cukup besar untuk mengatasi efek suhu. Jadi bisa saja ditemui salinitas tinggi
atau salinitas rendah di lapisan permukaan yang hangat.
Dalam arah vertikal di daerah Ekuator, Tropis dan Subtropis ditemukan
lapisan dengan salinitas minimum pada kedalaman 600 1000 m dan
salinitas bertambah sampai kedalaman 2000 m.
Di lautan Atlantik di bawah kedalaman 2000 m, salinitas berkurang terhadap
kedalaman, di daerah tropis sering terdapat lapisan dengan salinitas
maksimum pada kedalaman 100 m.
Di lintang tinggi, dimana salinitas permukaan rendah, salinitas umumnya
bertambah sampai kedalaman 2000 m tanpa ada lapisan dengan salinitas
minimum. Di lapisan dalam ( deep layer ) pada kedalaman > 4000 m, salinitas
secara relatif adalah uniform dengan range antara 34,6 34,9 (gambar
2.11), di lapisan ini variasi suhu juga kecil ( - 0,9 oC sampai 2oC ), jadi lapisan
dalam mempunyai karakteristik yang seragam.
Gambar 2.11. Distribusi salinitas vertikal di Atlantik, Pasifik dan daerah tropis
32
Laut tengah
~ 39
Laut merah
41
Atlantik Utara
35,5
~ 35,2
Pasifik Utara
34,2
S ()
S ()
Halocline
Halocline
500
500
1000
1000
Z (m)
Z (m)
Variasi Temporal
Variasi tahunan dari salinitas di laut terbuka < 0,5. Daerah-daerah dengan
variasi tahunan dari presipitasi yang besar seperti Pasifik utara, teluk
Benggala memiliki variasi tahunan salinitas besar. Variasi musiman dari
salinitas di perairan Indonesia, diperlihatkan pada gambar 2.13 dan gambar
2.14.
Variasi harian dari salinitas sangat kecil.
33
Catatan:
Distribusi vertikal dari salinitas di bawah permukaan sangat dipengaruhi oleh
pencampuran massa air.
Untuk kondisi-kondisi lokal tertentu aturan komposisi yang konstan tidak
berlaku. Misalnya:
1. Daerah estuari (muara sungai): karena pengaruh air sungai total garam
yang larut kecil sehingga ratio antara unsur-unsur utama yang larut
dengan salinitas total berbeda dengan yang di laut terbuka.
2. Di Fjord dimana terdapat dua lapisan massa air dengan lapisan bawah
yang relatif stagnan akibat pertukaran massa air dengan laut lepas
dihambat oleh suatu Sill. Karena lapisan bawah stagnan maka kandungan
O2 di lapisan ini menjadi minimum karena digunakan oleh mikroorganisme
yang hidup di lapisan dalam.
Karena konsentrasi O2 sangat minim mikroorganisme yang hidup dilapisan
dalam menggunakan SO42- sebagai pengganti O2 sehingga ratio SO42- /
salinitas total berbeda dengan di laut terbuka.
Open ocean
Fjord
air tawar hasil pencairan es
air asin
Sill
O2 minimum
kondisi anarobik
kandungan O2=0
35
Ca2+
/salinitas
a. Cara Klasik
Cara ini merupakan cara kimia dimana salinitas ditentukan dari konsentrasi
chlor (chlorinitas) di dalam sampel air laut dengan cara titrasi menggunakan
perak nitrat (AgNO3). Salinitas ditentukan berdasarkan hubungan empiris.
S() = 1,80655 x Cl ()
Ketelitian persamaan empiris ini 0,02.
Sampai pada tahun 1955 penentuan salinitas air laut, masih menggunakan
hubungan empiris di atas.
b. Cara Modern
Cara modern merupakan cara fisika dimana salinitas air laut ditentukan
berdasarkan konduktivitas air laut. Konduktivitas air laut adalah kapasitas air
laut untuk menghantarkan arus listrik. Konduktivitas ini adalah fungsi dari
suhu dan salinitas.
Alat ukur salinitas berdasarkan konduktivitas air laut di sebut salinometer.
Ketelitian alat ini mencapai 0,003%o.
Alat ukur yang dipakai untuk menentukan salinitas, suhu dan kedalaman
(tekanan) disebut CTD (Conductivity, Temperature and Depth).
Sejak tahun 1960, definisi salinitas (berdasarkan kesepakatan internasional)
didasarkan pada formula empiris yang melibatkan rasio konduktivitas, R.
R
36
Waktu Tinggal =
37
Chlor (Cl-)
Sodium (Na+)
68 Juta
Magnesium (Mg2+)
13 Juta
Potasium (K+)
12 Juta
Sulfat (SO42-)
11 Juta
Calsium (Ca2+)
Carbonat (CO32-)
100 Juta
1 Juta
110.000
Silika (Si)
20.000
Air (H2O)
3.500
Mangan (Mn)
1.300
Aluminium (Al)
600
Besi (Fe)
200
38
= -gz
Jadi dalam satuan internasional tekanan air laut dinyatakan dengan Pascal
(Pa). Bila kita menggunakan satuan
laut dapat
didekati sebagai p = - 104 z Pa. Hal ini dapat kita lihat dari penjelasan berikut
g = 9,8 m/det2
= 1035 kg/m3
g = 1035 kg/m3 x 9,8 m/det2 = 10143 kg/m2 det2.
p = -gz = -10143 kg/m2det2m z N/m2 = -10143 z Pa.
atau
p = -1,0143 x 104 Z -104 z
Densitas air laut adalah fungsi dari salinitas, suhu dan tekanan (kedalaman)
= (s,t,p)
Densitas akan bertambah besar bila salinitas bertambah, suhu berkurang dan
tekanan bertambah. Di lapisan permukaan perubahan densitas sangat
ditentukan oleh salinitas dan suhu air laut, efek suhu lebih dominan daripada
efek salinitas. Di lapisan dalam perubahan densitas ditentukan oleh
perubahan tekanan. Bila kita hanya meninjau efek dari salinitas dan suhu saja
terhadap perubahan densitas, variasi dari densitas kecil yang berkisar antara
1,0201,030 gr/cm3. Efek tekanan terhadap perubahan densitas jauh lebih
besar daripada efek suhu dan salinitas. Misalnya di permukaan = 1,028
gr/cm3, di kedalaman 5000 m densitas = 1,151 gr/cm3.
Karena densitas air laut lebih besar daripada 1 gr/cm 3 tetapi tidak pernah
melampaui 1,1 gr/cm3 maka untuk memudahkan penulisan ahli oseanografi
menggunakan parameter sigma () untuk menyatakan densitas. Definisi dari
(s,t,p) (sigma insitu).
S,t,p = (S,t,p 1) x 103
40
Misal:
S,t,p = 1,02754
S,t,p = (1,02754 1)x103
= 27,54
Beberapa parameter lain yang digunakan untuk menyatakan densitas adalah
sigma-t (t)
t = (s,t,0 1) x 103
t = densitas air laut pada tekanan atmosfer (di permukaan).
Ia fungsi dari salinitas dan suhu.
sigma-nol (o) :
o = (s,0,0 - 1) x 103
o = densitas air laut pada T = 00C
p = tekanan atmosfer
Ini hanya fungsi dari salinitas saja. Hubungan empiris antara o dan salinitas
(chlorinitas) diberikan oleh :
o = 0,069 + 1,4708 Cl 0,001570 Cl2 + 0,0000348 Cl3.
Hubungan antara t dan o diberikan oleh:
t = o D
di mana D: faktor koreksi (diberikan dalam tabel)
Densitas air laut dapat juga dinyatakan oleh volume spesifik ().
S,t,p = 1/S,t,p
Di dalam perhitungan arus geostropik densitas air laut dinyatakan oleh
anomali volume spesifik ().
41
= S,t,p - 35,0,p
35,0,p = Volume spesifik air laut dengan S=35 , T= 00C dan p=dbar.
S,t,p = Volume spesifik insitu.
Rumus perhitungan geostropik adalah
p2
V2 V1 1 2 L sin
p2
B dp Adp
p1
p1
di mana:
B
= lintang tempat
V2 V 1
42
atau
S ,t , 0
S ,t , 0 1
1
1 103 t
103 t
1 103 t
S ,t 1
103 t
1 103 t
35,0,0
103 t
1 103 t
Karena adanya hubungan anomali termosterik dengan t maka S,t sering juga
digunakan untuk menyatakan densitas air laut. Parameter lain yang juga
sering digunakan untuk menyatakan densitas air laut adalah sigma ,.
= (S, ,0 1) x 103
di mana
= suhu potensial
= densitas potensial air laut.
Ini adalah densitas air laut bila sampel air laut di bawa ke permukaan secara
adiabatik.
Parameter-parameter yang sering digunakan untuk menyatakan densitas air
laut adalaht (paling sering)
1.
2.
S,t
3.
43
Umumnya densitas air laut bertambah terhadap kedalaman. Air yang ringan
berada di atas (permukaan) dan air yang berat berada di lapisan dalam.
Tetapi densitas di laut tidak bertambah secara seragam. Di daerah ekuator
dan tropis biasanya terdapat suatu lapisan yang mana densitasnya seragam,
dan di bawah lapisan ini tedapat suatu lapisan di mana densitas bertambah
dengan cepat terhadap kedalaman. Lapisan ini disebut lapisan piknoklin. Di
bawah lapisan piknoklin ini densitas bertambah secara perlahan dengan
kedalaman. Di lintang tinggi densitas lapisan permukaan tidak jauh berbeda
dengan densitas di lapisan dalam, t di lapisan permukaan = 27,5 dan di
kedalaman lebih besar dari 2000 meter, t = 27,9. Karena perbedaan yang
kecil ini lapisan piknoklin di lintang tinggi tidak senyata di ekuator dan tropis.
Lihat gambar 2.16.
44
Gambar 2.16. Distribusi vertikal densitas di Ekuator, Tropis dan Lintang Tinggi
1 d
dz
E = Stabilitas
Bila d/dz < 0, densitas bertambah terhadap kedalaman, maka E > 0 artinya
kolom air stabil. Pada kondisi ini air yang ringan berada di atas air yang berat.
Kondisi yang stabil ini akan menghalangi gerakan vertikal massa air. Sampel
air dengan densitas tertentu di bawa ke level dengan densitas yang lebih
berat akan kembali ke posisi semula akibat gaya apung (bouancy) karena ia
lebih ringan daripada air di sekitarnya. Sebaliknya bila sampel air tersebut ke
level dengan densitas yang lebih ringan akan kembali ke posisin semula
karena ia lebih berat dari pada air disekitarnya. Lapisan piknoklin atau
termoklin adalah lapisan yang sangat stabil. Di lapisan yang stabil gerak
massa air umumnya horizontal.
Bila d/dz > 0: Densitas berkurang terhadap kedalaman, maka E < 0 artinya
kolom air tidak stabil. Air yang berat berada di atas air yang ringan, akibatnya
terjadi gerakan vertikal dari masa air ke arah bawah.
Di daerah Antartika, akibat proses pendinginan dan pembentukan es maka
densitas air di permukaan lebih besar daripada air di lapisan bawah.
Akibatnya terjadi gerakan vertikal massa air dari permukaan ke lapisan dalam.
45
1 d
,
dz
1/1
t = ( - 1) x 103;
E = -10-3 dt/dz
26,42
-400 x 10-8
-10
26,38
-100 x 10-8
-50
26,34
480 x 10-8
-100
26,58
Netral(stabil netral)
-200
26,58
Tipe Stabilitas
Perhitungan stabilitas yang tepat sangatlah rumit karena air pada dasarnya
dapat dimampatkan. Efek utama dari kompresibilitas (tekanan) adalah
kecenderungan turunnya densitas partikel air bila ia bergerak ke arah atas,
karena pengurangan tekanan mengakibatkan air mengalami ekspansi. Tetapi
suhu
in
situ
akan
berkurang
karena
pendinginan
adiabatik,
yang
1 d S , , 0
1
10 3
dz
z
1 d
g
2
dz c
2
;
N
gE
47
(internal wave). Frekuensi atau perioda Brunt Visl dari osilasi piknoklin
ini merupakan frekuensi atau perioda gelombang internal.
Stabilitas yang dibahas di dalam uraian di atas disebut stabilitas statik (static
stability) yaitu stabilitas yang dikaitkan dengan perubahan densitas terhadap
kedalaman.
Bila kecepatan berubah dengan kedalaman di dalam suatu aliran terstratifikasi
yang stabil, aliran dapat menjadi tidak stabil bila perubahan kecepatan
terhadap kedalaman (shear kecepatan) cukup besar. Ketidakstabilan ini
disebut ketidakstabilan dinamik yaitu fluida yang stabil menjadi tidak stabil
karena adanya shear kecepatan yang besar.
Pentingnya peranan stabilitas statik relatif terhadap ketidakstabilan dinamik
dinyatakan oleh bilangan Richardson (Ri):
Ri
gE
u
Ri 0.25
aliran turbulen
Karena laut cenderung terstratifikasi dengan kuat dan arus cenderung lemah
maka percampuran oleh turbulen (turbulent mixing) kecil atau jarang.
Bilangan Richardson yang kecil bukan satu-satunya kriteria untuk turbulen.
Kriteria lain adalah bilangan Reynold (Re) yang besar.
48
Re
uL
(diameter pipa)
Dapat digunakan untuk mengecek apakah data suhu dan salinitas yang
didapatkan dari lapangan dapat dipercaya atau tidak.
2.
3.
4.
50
NADW 20 C 40 C
34.9 35
AAIW
30 C 4 0 C
/00
Secara umum kita dapat menyatakan AABW dicirikan oleh suhu yang
rendah, NADW dicirikan oleh salinitas yang tinggi dan AAIW dicirikan
oleh salinitas yang rendah.
T 0C
Kurva T-S
Yang smooth
S 0/00
T 0C
S 0/00
51
Konvergensi Antartika
00
90 S
450 S
S
T
AAIW
Antartika
NADW
Penampang melintang
Gerakan massa air
Dilautan Atlantik
AABW
Gambar 3.3. Ilustrasi sirkulasi AABW, AAIW dan NADW di lautan Atlantik
ini terdapat massa air dari NADW yang ditandai oleh harga salinitas
yang tinggi maksimum. Pada kedalaman 800 m kita melihat adanya
salinitas yang rendah (salinitas minimum). Kisaran suhu dan salinitas
dekat dengan kisaran suhu dan salinitas AAIW walaupun pada
kedalaman 800 m tersebut kisaran suhu dan salinitasnya lebih besar
dari kisaran suhu dan salinitas AAIW.
3. Suatu kolom air dikatakan stabil jika kurva T-S memotong kurva t
kearah bawah (kearah per-tambahan t). Bila kurva T-S memotong
53
54
Karena massa air laut Tengah lebih berat daripada massa air lautan
Atlantik Utara bagian timur maka ia turun memasuki laut Atlantik melalui
selat Giblartar sampai ke kedalaman 1500m dimana densitasnya sama
dengan densitas air lautan Atlantik Utara bagian timur (gambar 3.6). Di
kedalaman 1500m ini massa air laut Tengah menyebar ke bagian interior
lautan Atlantik.
dilakukan
pengambilan
data
suhu
dan
salinitas
dibeberapa
55
56
Dari contoh ini dapat kita lihat dengan membandingkan diagram T-S dari dua
stasiun di Atlantik utara kita dapat melacak adanya gerakan massa air laut
Tengah memasuki perairan Atlantik Utara bagian timur.
57
BAB IV
MASSA AIR DAN PROSES PERCAMPURAN
Massa air paling berat (dan yang paling dalam) terbentuk oleh kondisi
permukaan yang menyebabkan air menjadi dingin dan asin (proses
pendinginan dan pembentukan es di daerah kutub).
58
Massa air dekat permukaan, lebih hangat dan kurang asin. Terbentuk di
daerah dimana presipitasi melebihi evaporasi (P>E).
Massa air yang dingin yang berada di bawah termoklin, variasi suhu
dan salinitasnya lebih kecil dibandingkan massa air permukaan.
Water type (tipe air) : mempunyai satu harga T dan satu harga S,
misalnya air Laut Tengah.
Didalam diagram T-S water type merupakan suatu titik sementara water mass
merupakan porsi (bagian) dari kurva T S yang mempunyai range suhu dan
salinitas tertentu.
59
dengan karakteristik antara 400 800 m dan antara 800 1200 m tampak di
dalam diagram T S. Lapisan air pertengahan dengan salinitasnya yang
rendah.
tampak jelas kelihatan. Ini dikenal sebagai core water (air inti) dan tampak di
dalam diagram T S sebagai titik yang tajam. Tatkala core water terus
dipengaruhi oleh percampuran lapisan atas dan lapisan bawah, sudut yang
tajam pada diagram T S mulai terkikis dan plot T S pada tahap 3 tidak
tampak lagi sudut yang tajam tetapi sudah berbentuk kurva. Pada tahap 3 ini
ciri-ciri core water dari lapisan pertengah masih terlihat walaupun sudah
tererosi karena proses percampuran.
Dari diagram T dan S kita bisa melihat besarnya pencampuran yang terjadi
dan menentukan porsi atau prosentase dari massa air yang bercampur.
Misalkan dua type air dengan T dan S yang berbeda bercampur membentuk
massa air dengan T S yang tertentu. Pencampuran dua type air ini
digambarkan dengan suatu garis lurus dalam diagram T S dan massa air
yang terbentuk oleh pencampuran terletak pada garis lurus tersebut.
Disini kita ingin mengetahui berapa besar porsi (prosentase) dari dua tipe air
tersebut dalam membentuk massa air baru lewat proses pencampuran.
Misalkan massa air I (T1, S1) bercampur dengan massa air II (T2, S2)
membentuk massa air R (TR, SR). (gambar 4.3)
61
62
T(0C)
T1
TR
T2
II
S2
SR
S1
S(0/00)
Gambar 4.3. Penentuan porsi massa air I dan massa air II dalam
membentuk massa air R menggunakan diagram T dan S
massa air II a
atau
a 53
35,5 34,85
2
1
100% 33.3%
1 2
63
2
100% 66.7%
1 2
Kontribusi massa air II jauh lebih besar daripada kontribusi massa air I dalam
membentuk massa air yang diwakili oleh titik R pada diagram T-S. Anda
dapat meninjau titik R pada kurva T S yang dinyatakan oleh garis lurus
dengan lokasi yang berbeda-beda. Besar kontribuasi dari massa air yang
terlibat dalam pencampuran tergantung pada jarak titik R terhadap titik yang
mewakili massa air I atau massa air II. Prosedur pencampuran dua massa
air membentuk suatu massa air dapat dikembangkan untuk kasus
pencampuran 3 massa air ( I, II, III ).
64
Dalam kasus percampuran tiga massa/type air, massa air hasil percampuran
(R) di dalam diagram T S terletak di dalam segitiga yang
dibentuk oleh penyatuan titik-titik yang mewakili massa air I, II dan
III.
Jika suhu dan salinitas massa air R (TR, SR) diketahui dari pengukuran, secara
grafis kita dapat menentukan berapa persen kontribusi massa air I, II dan
III dalam membentuk R. Hal ini diperlihatkan pada gambar 4.5.
Gambar 4.5. Penentuan prosentase massa air I, II dan III dalam membentuk
massa air R.
Panjang segmen a, b, c, d dan e ditentukan menggunakan mistar.
Perbandingan porsi massa air I, massa air II dan massa air III adalah
I : II : III
b
d
f
:
:
ab c d ef
65
Jadi massa air R merupakan hasil percampuran 40% massa air I, 45% massa
air II dan 15% massa air III.
Contoh:
Kita ingin mengetahui kontribusi massa air North Atlantic Deep Water
(NADW), massa air Antartic Intermediate Water (AAIW) dan massa air di
kedalaman 400 dalam membentuk massa air di kedalaman 800 m. Lihat
gambar 4.6.
Difusi Ganda
Aliran di laut adalah turbulen dan proses pencapuran terutama akibat adukan
turbulent eddies. Namun demikian walaupun tanpa turbulen perbedaan dari
suhu dan salinitas dapat menghasilkan pencampuran akibat proses difusi
molekuler. Di beberapa daerah laut diamati, air yang ringan berada di atas air
yang berat tetapi kolom air tidak stabil meskipun tidak ada arus.
Misalnya : air yang hangat dan asin berada di atas air yang dingin tetapi
kurang asin; kondisi ini akan mengakibatkan terjadinya transfer panas dan
transfer garam, dari air lapisan atau ke air lapisan bawah akibat proses difusi
molekuler.
Di sini ada 2 proses difusi yaitu difusi panas dan difusi garam atau difusi
ganda (double diffusion). Difusi ganda panas dan garam ini disebut juga Salt
Fingering (Gambar 4.7)
= diffusi garam
Gambar 4.7 Ilustrasi difusi garam dan difusi panas pada proses salt fingering
67
Diffusi panas 100 kali lebih cepat daripada diffusi garam. Transfer panas yang
cepat dari lapisan yang hangat lebih asin ke lapisan yang dingin dan kurang
asin dapat menyebabkan ketidakstabilan skala kecil yang berkontribusi pada
percampuran vertikal. Tinjau dua lapisan tipis dengan ketebalan beberapa
meter di lapisan oleh suatu bidang batas yang tajam. Jika lapisan atas hangat
dan asin sementara lapisan bawah dingin dan kurang asin, bidang batas tidak
stabil meskipun lapisan atas lebih ringan dari pada lapisan bawah.
Penjelasannya adalah sebagai berikut. Karena transfer panas lebih cepat
daripada transfer garam maka suatu lapisan air yang dingin dan asin
terbentuk diantara kedua lapisan yang semula. Lapisan antara yang dingin
dan asin ini lebih berat dari pada lapisan bawah yang dingin dan kurang asin.
Akibatnya air dari lapisan antara ini turun ke lapisan bawah. Air yang turun
dari lapisan antara ini bentuknya mirip jari dengan diameter 1 5 cm dan
panjang sepuluhan centimeter. Karena berbentuk jari maka difusi ganda ini
disebut juga salt fingering (lihat gambar 4.8). Proses difusi ganda pertama kali
diamati di bawah aliran keluar dari air Laut Tengah memasuki Lautan Atlantik
Utara bagian Timur. Sekarang telah diketahui bahwa Salf Fingering dan
proses-proses yang terkait dengannya dapat memberikan konstribusi yang
signifikan pada pencampuran vertikal di laut. Efek dari Salf Fingering yang
mempunyai skala sangat kecil mempengaruhi karakteristik massa air skala
besar.
Densitas awal
Hangat, asin 1
dingin, kurang asin 2
Densitas densitas
setelah beberapa menit
Hangat, asin 1
dingin, asin > 2
dingin, kurang asin 2
68
Di daerah
pertemuan ini terjadi percampuran massa air dan massa air hasil
pencampuran akan turun (Sinking) ke lapisan dalam (Gambar 4.9).
Konvergensi
Sinking
Water
t , pencampuran ini
69
2. Pencampuran Vertikal
Bila pertambahan t
tetapi
Caballing
Dua massa air dengan densitas yang sama tetapi suhu dan salinitasnya
berbeda yang becampur di daerah konvegensi membentuk massa air baru
dengan densitas yang lebih berat dan kemudian tenggelam (sink). Proses
pencampuran dan sinking ini disebut Caballing.
Pencampuran dua massa air dengan densitas yang sama tetapi suhu dan
salinitas yang berbeda membentuk massa air baru dengan salinitas yang
lebih besar diperlihatkan pada Gambar 4.12. Dari Gambar 4.12. dapat dilihat
bahwa massa air a dan massa air b densitasnya sama (karena terletak pada
kurva t yang sama) tetapi suhu dan salinitasnya berbeda. Massa air c
merupakan hasil pencampuran a dan b yang densitasnya lebih besar
daripada densitas a dan b. Massa air
71
Gambar 4.12. Pencampuran dua massa air dengan densitas yang sama tetapi
suhu dan salinitasnya berbeda membentuk massa air baru
dengan densitas yang lebih besar.
72