Вы находитесь на странице: 1из 6

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA ( DISASTER PLAN )

DI INSTALASI GAWAT DARURAT


RSU
RSU ST. GABRIEL KEWAPANTE
A. PENDAHULUAN
Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai pusat pelayanan kesehatan yang
melayani selama 24 jam penuh seharusnya berfungsi untuk melayani kesehatan pada
pasien yang bersifat gawat dan darurat serta membutuhkan pertolongan segera untuk
menghindari perkembangan penyakit yang lebih parah dan dapat mengancam jiwa
pasien. Keberhasilan pelayanan kegawatdaruratan ini membutuhkan berbagai hal
pendukung, diantaranya tenaga medis yang profesional, sistem kerja yang baik
dengan dukungan fasilitas yang baik.
Kasus kasus massal atau bencana massal yang sering terjadi di masyarakat
memerlukan penanganan khusus dari Tim Medis dan masyarakat sendiri.Untuk
memudahkan pelayanan dan pertolongan pada kasus massal tersebut diperlukan
keterampilan dari Tim Medis serta masyarakat. Oleh sebab itu Program Disaster Plan
sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam
penanggulangan bencana massal.
Untuk itu diperlukan tata laksana penanggulangan bencana massal yang
lebih baik sehingga pelayanan kesehatan untuk kasus-kasus gawat dan darurat yang
terjadi di Masyarakat dapat ditanggulangi dengan baik.
B. TUJUAN
1. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan bagi seluruh petugas IGD dalam
memberikan pertolongan apabila terjadi bencana massal.
2. Mempermudah dan mempercepat tindakan yang dilakukan pada penanganan
bencana massal.
3. Untuk menyelamatkan jiwa, pencegahan cacat dalam melakukan
penanggulangan bencana massal.
4. Memberikan pelayanan terbaik kepada pasien dengan kasus kegawatan pada
bencana massal.
5. Memberikan hasil yang optimal dari penanganan pasien pada bencana massal.
C. PENGERTIAN
a. Pasien gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam jiwanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak
mendapat pertolongan secepatnya.

b. Pasien gawat tidak darurat


Pasien dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat (misalnya
pasien dalam kondisi kanker stadium terminal).
c. Pasien darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya (misalnya pasien dengan luka sayat yang dangkal).
d. Pasien tidak gawat tidak darurat
Pasien yang tidak memerlukan pertolongan segera (Misalnya pasien dengan
ulcus tropicum, TBC kulit, dan sebagainya).
e. Penanggulangan Bencana ( Disaster Plan )
Suatu program terpadu bagi tenaga kesehatan dan masyarakat untuk melakukan
tindakan dan cara-cara menghadapi bencana baik sebelum, sedang atau sesudah
terjadi bencana.

D. PRINSIP DASAR PELAKSANAAN


Petugas Medis dan Paramedis harus dapat menyeleksi pasien sesuai dengan
kegawatannya sebagai prioritas pertama pelayanan kepada pasien sesuai dengan
ketentuan yang ada untuk pelayanan pasien gawat darurat yang berlaku dan tidak
berdasarkan urutan kedatangan pasien.
Adapun jenis keadaan triase dapat terjadi dalam berbagai kemungkinan, di
antaranya adalah sebagai berikut :
1. Apabila jumlah penderita dan/atau jenis tindakan belum melampaui kemampuan
rumah sakit, maka yang dilayani terlebih dahulu adalah penderita dengan masalah
gawat darurat dan/atau dalam kondisi multitrauma
2. Apabila jumlah penderita dan/atau jenis tindakan sudah melampaui kemampuan
rumah sakit, maka yang dilayani terlebih dahulu adalah penderita dengan
kemungkinan hidup terbesar dan/atau yang membutuhkan waktu, perlengkapan,
dan tenaga yang paling sedikit
Prioritas penanganan pasien di IGD adalah pasien dengan kategori I, II, III, IV,
dan V dengan memperhatikan kondisi sebagai berikut :
I : Gawat
II : Keadaan yang mengancam jiwa
III : Mengalami perlukaan organ yang multipel
IV : Mempunyai prognosis yang baik
V : Pasien tidak gawat tidak darurat (false emergency)

Semua Tim Disaster untuk Medis dan Paramedis harus mampu menangani
kegawatdaruratan, dan semua Tim yang terkait baik Medis, Paramedis, keamanan, humas
dan lain-lain harus siap bila sewaktu-waktu ada kejadian nyata.
E. TATA CARA KERJA
FASE FASE PENANGGULANGAN KORBAN MASSAL.
A. FASE INFORMASI
1. Bencana korban massal yang terjadi di luar RS, informasi dapat datang dari
Polisi / PMI atau Dinas Kesehatan.
2. Bencana korban massal terjadi di dalam RS, informasi dapat datang dari
dokter,perawat, awam.
3. Informasi bencana masuk ke sentral RSU St. Gabriel Kewapante dibagian
informasi dengan nomor3546040, maka petugas yang menerima informasi
harus meneruskan kepada kepala IGD apabila musibah terjadi pada jam dians,
apabila musibah terjadi di luar jam dinas, maka petugas penerima informasi
meneruskan kepada kepala Petugas Jaga di IGD.
4. Kepala Jaga petugas IGD meneruskan informasi kepada kepala IGD dan
selanjutnya kepla IGD meneruskan kepada Direktur RSU St. Gabriel
Kewapante ".
5. Komunikasi yang dipergunakan :
-Di dalam RS ( intern ) : telepon / aiphone.
-Di luar RS ( ekstern ) : telepon
B. FASE SIAGA.
Tim Pengumpul dijabat oleh :
1.1 Kepala Petugas Jaga:
Tugas :
a.
Melakukan uji kebenaran informasi adanya musibah massal.
b.
Melakukan kordinasi dengan matrik Satpam guna mengamankan
lokasi lokasi penanganan di IGD dan Rs dan IBS, mengatur lalu lintas
kendaraan masuk dan keluar.
c.
Mengarahkan anggota untuk mengambil brankas yang akan
dipergunakan menuju lokasi penanganan bencana.
1.2 Kasie Perawatan / Perawat supervisi.
Tugas :
a. Menyiapkan lokasi penampungan pertama.
b. Merekut perawat off duty untuk membantu :
- Resusitasi
- Evalusi / tansportasi.

c. Melakukan kordinasi dengan kepla ruang, Bedah, untuk mempersiapkan


ruangan untuk menerima korban termasuk mempersiapkan lokasi
cadangan.
1.3 Kepala Perawatan
Tugas :
a. Menyiapkan ruangan masing masing.
b. Menyiapkan relokasi ruangan.
1.4 Kepala IGD.
Tugas :
a. Melakukan koordinasi dan merekrut dokter jaga off duty, dokter
konsulen.
b. Menentukan tingkat bencana yang terjadi ( Brncana tingkat I, II, III, IV ).
c. Melaporkan kepada Direktur RSU St. Gabriel Kewapante mengenai
tingkat bencana yang terjadi dan jenis bencana serta lokasi.
C. FASE TRIASE DAN PELAYANAN.
1. Triase : Dilakukan oleh Dokter Jaga dan Dokter Bedah.
Tugas :
a. Bertanggung jawab atas pemeriksaan pertama.
b. Mengelompokkan korban sesuai dengan berat ringannya perlukaan.
c. Menentukan prioritas pertolongan dengan pemberian label.

Label Hijau Penderita tidak luka.


Ruang tunggu untuk di pulangkan.

Label Kuning Penderita hanya luka ringan


Kamar bedah Minor.

Label Merah Penderita dengan cidera berat.


Resusitasi dan kamar opeasri.

Label Putih Penderita dalam keadaan berat / shock.


resusitasi observasi.

Label Hitam Penderita yang sudah meninggal


kamar Jenasah

2. Tim Medis.
Terdiri dari : Tim Medis Inti dan Tim Penunjang, antara lain : Laboratorium, Bank
Darah Radiologi.
Tugas :
a. Bertanggung jawab atas terselenggaranya pelayanan kesehatan dan tindakan
yang diberikan kepada korban.
b. Merawat korban yang memerlukan perawatan, dapat dimasukkan ke :

- Ruang perawatan biasa.


3. Logistik.
Dijabat oleh Kepala farmasi.
Tugas :
a. Menyiapkan kebutuhan obat obat Askes.
b. Mengadakan koordinsi dengan kepala Instalsi Gizi guna menyiapkan makanan
untukmpesonil dan korban.
4. Administrasi.
a. Rekam Medis
Tugasnya :
- Melaksanakan admisnitrasi psien, antara lain : Identifikasi, Registrasi,
Status korban.
- Mencatat jumlah pasien dan tempat perawatannya.
b. Keuangan.
Tugasnya :
- Melaksanakan administrasi keuangan korban ( Askes , Umum )
5. Penerangan / Informasi.
Tugasnya :
Kordinasi dengan kepala jaga untuk :
a. Mengetahui / mencatat administrasi pasien global dengan baik.
b. Mencatat kondisi pasien yang meninggal.

F. EVALUASI
Pelaksanaan evaluasi dilakukan dalam jangka waktu setiap 3 (tiga) tahun
sekali atau sewaktu-waktu jika diperlukan untuk dapat ditindaklanjuti.
G. PENUTUP
Demikian kebijakan tata laksana penanggulangan bencana massal atau disaster
plan ini disusun dengan tujuan agar dapat menjadi acuan dalam pelaksanaannya.
Kewapante , 20 Desember 2010
RSU St. Gabriel Kewapante

Dr. Yustina Wela


Direktur

Вам также может понравиться