Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Ada tiga bagian akuntansi biaya standar dengan menggunakan metode tunggal yaitu : pencatatan
biaya bahan baku, pencatatan biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
A. Pencatatan Biaya Bahan Baku
Pencatatan biaya bahan baku dalam metode tunggal dipengaruhi oleh saat pencatatan selisih harga
bahan baku. Oleh karena itu, pencatatan biaya bahan baku dalam metode tunggal dibagi menjadi tiga
yaitu :
1. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dibeli.
Dalam metode pencatatan ini, rekening Persediaan Bahan Baku didebit sebesar hasil kali
kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dibeli dengan harga standar bahan baku per satuan.
Rekening Utang Dagang dikredit sebesar kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dibeli dengan
harga sesungguhnya bahan baku per satuan. Selisih antara pendebitan rekening Persediaan Bahan
Baku dengan pengkreditan rekening Utang Dagang dicatat dalam rekening Selisih Harga
Pembelian Bahan Baku (materials purchase price variance).
Pada saat bahan baku dipakai, rekening Barang dalam Proses didebit dengan hasil kali
kuantitas standar bahan baku yang dipakai dengan harga standar, sedangkan rekening Persediaan
Bahan Baku dikredit sebesar kuantitas bahan baku yang sesungguhnya dipakai dengan harga
standar. Selisih pendebitan rekening Barang dalam Proses dengan pengkreditan rekening
Persediaan Bahan Baku dicatat dalam rekening Selisih Pemakaian Bahan Baku (materials quantity
variance). Berikut adalah gambar yang melukiskan pencatatan biaya bahan baku dengan metode
ini.
Utang Dagang
KSDib x HS
Selisih Harga
Pembelian Bahan Baku
Selisih Pemakaian
Bahan Baku
Catatan :
KSDib = Kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dibeli
KSDip = Kuantitas sesungguhnya yang dipakai
KStDip = Kuantitas standar yang seharusnya dipakai
HS
= Harga sesungguhnya
HSt
= Harga standar
Metode pencatatan bahan baku ini menimbulkan kesulitan apabila pada akhir periode
akuntansi terdapat persediaan bahan baku di gudang. Kesulitan yang timbul adalah dalam
menentukan selisih harga pembelian bahan baku yang melekat pada persediaan bahan baku pada
akhir periode tersebut. Rekening Selisih Harga Pembelian Bahan Baku hanya dapat menunjukkan
jumlah seluruh selisih harga pembelian bahan baku yang terjadi dalam suatu periode akuntansi.
Contoh 9
PT Rimendi menggunakan system biaya standar. Biaya bahan baku per satuan produk adalah
sebagai berikut
Kuantitas standar
50 kg
Harga standar per kg
Rp 100
Dalam bulan januari, 19X1, jumlah produk yang dihasilkan adalah 2.000 satuan, yang
mengkonsumsi bahan baku sebanyak 120.000 kg. Dalam bulan tersebut, kuantitas bahan baku yang
dibeli adalah 150.000 kg, dengan harga beli Rp 90 per kg. Perusahaan menggunakan model dua
selisih (the two-way model) dalam menganalisis selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar.
Perhitungan selisih biaya bahan baku adalah sebagai berikut :
Rp 15.000.000
13.500.000
Rp 1.500.000
Rp 10.000.000
12.000.000
Rp 2.000.000
R
Rp 12.000.000
10.800.000
Rp 1.200.000
Jika selisih bahan baku dicatat pada saat bahan baku dibeli, jurnal yang dibuat oleh PT
Rimendi pada saat pembelian dan pemakaian bahan baku adalah sebagai berikut :
Persediaan Bahan Baku
Utang Dagang
Selisih Harga Pembelian Bahan Baku
(Untuk mencatat pembelian bahan baku)
Rp 15.000.000
Rp 10.000.000
2.000.000
Rp 13.500.000
1.500.000
Rp 12.000.000
2. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dipakai.
Dalam metode ini, pada saat bahan baku yang dibeli, rekening Persediaan Bahan Baku
didebit sebesar hasil kali kuantitas bahan baku yang dibeli dengan harga sesungguhnya bahan baku
per satuan dan rekening Utang Dagang dikredit dengan jumlah yang sama. Dengan demikian pada
saat pembelian, tidak diadakan pencatatan selisih harga yang terjadi.
Pada saat bahan baku dipakai, rekening Barang dalam Proses didebit sebesar hasil kali
kuantitas standar bahan baku dikalikan dengan harga standar bahan baku per satuan, sedangkan
rekening Persediaan Bahan Baku dikredit sebesar kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dipakai
dikalikan dengan harga sesungguhnya per satuan bahan baku. Selisih yang timbul dari pendebitan
rekening Barang dalam Proses dan pengkreditan rekening Persediaan Bahan Baku adalah : selisih
harga dan selisih kuantitas. Selisih harga dicatat dalam rekening Selisih Harga Bahan Baku yang
Dipakai dan selisih kuantitas dicatat dalam rekening Selisih Pemakaian Bahan Baku. Berikut
adalah gambar yang melukiskan pencatatan selisih harga bahan baku dengan metode ini.
Utang Dagang
KSDib x HS
Selisih Harga
Pemakaian
Pembelian Bahan Baku
(HSt HS) x KStDip
Selisih
Bahan Baku
(KStDip KSDip x HSt)
Berdasarkan data dalam contoh di atas, jurnal pencatatan pembelian dan pemakaian bahan
baku dengan metode ini adalah sebagai berikut :
Persediaan Bahan Baku
Rp 13.500.000
Utang Dagang
Rp 13.500.000
(untuk mencatat transaksi pembelian bahan baku)
Barang dalam Proses
Rp 10.000.000
Selisih Kuantitas Bahan Baku
2.000.000
Persediaan Bahan Baku
Rp 10.800.000
Selisih Harga Bahan Baku yang Dipakai
1.200.000
(untuk mencatat pemakaian bahan baku)
3. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku dibeli dan dipakai
Metode ketiga ini merupakan kombinasi antara metode 1 dan metode 2 yang telah diuraikan
di atas. Pada saat bahan baku dibeli, selisih harga yang terjadi dicatat dalam rekening Selisih Harga
Pembelian Bahan Baku. Pada saat bahan baku dipakai, sebagian dari selisih harga yang melekat
pada bahan baku yang dipakai ditransfer ke rekening Selisih Harga Bahan Baku yang Dipakai.
Dalam metode ini rekening Persediaan Bahan Baku didebit dan dikredit dengan harga standar
bahan baku. Berikut adalah gambar yang melukiskan pencatatan selisih harga bahan baku yaitu :
Utang Dagang
KSDib x HS
Selisih Harga
Pembelian Bahan Baku
Selisih Harga
Bahan Baku yang
Dipakai
KStDip x HSt
Selisih Pemakaian
Bahan Baku
Rp 15.000.000
Rp 13.500.000
1.500.000
Rp 10.000.000
2.000.000
Rp 12.000.000
Distribusi upah langsung dilakukan dengan mendebit rekening Barang dalam Proses sebesar
hasil kali jam kerja standar dengan tarif upah standar, dan mengkredit rekening Gaji dan Upah
sebesar hasil kali jam kerja sesungguhnya dengan tarif upah sesungguhnya. Selisih pendebitan
rekening Barang dalam Proses dengan pengkreditan rekening Gaji dan Upah dicatat dalam
rekening Selisih Tarif Upah dan Selisih Efisiensi Upah.
Jurnal distribusi upah langsung adalah sebagai berikut (misalnya selisih yang terjadi
merupakan selisih yang merugikan) :
Barang dalam Proses
xx
Selisih Tarif Upah
xx
Selisih Efisiensi Upah
xx
Gaji dan Upah
xx
3. Pencatatan pembayaran upah langsung
Pembayaran upah langsung dijurnal sebagai berikut :
Utang Gaji dan Upah
xx
Kas
xx
Contoh :
Jika perusahaan menggunakan model dua selisih dalam analisis selisih biaya sesungguhnya dari
biaya standar, maka perhitungan selisih biaya tenaga kerja adalah sebagai berikut :
Biaya tenaga kerja langsung standar (250 x 20 jam x Rp 500)
Rp 2.500.000
2.422.500
Rp 77.500
Dari perhitungan selisih dengan model dua selisih dalam contoh 8 diperoleh selisih tarif upah
sebesar Rp 127.500 L dan selisih efisiensi upah Rp 50.000 R
Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja langsung adalah sebagai berikut :
Barang dalam Proses
Rp 2.500.000
Rp 50.000
Rp 2.422.500
127.500
Rp 7.250.000
Rp 7.250.000
SELISIH KOMPOSISI BAHAN BAKU DAN SELISIH HASIL (MATERIALS MIX DAN YIELD
VARIANCE)
Bahan baku yang dipakai dalam perusahaan seringkali terdiri atas berbagai macam jenis dan mutu.
Dalam perusahaan-perusahaan tertentu, seringkali terdapat kemungkinan untuk mengubah komposisi
bahan baku yang dipakai dengan tujuan untuk merendahkan biaya, dengan mutu dan kuantitas hasil
produk yang tetap memuaskan. Penurunan biaya juga dapat dilakukan dengan perbaikan hasil bahan baku
yang dipakai. Dalam perusahaan semacam ini, manajemen memerlukan analisis selisih komposisi dan
hasil bahan baku.
Selisih Komposisi Bahan Baku
Selisih komposisi adalah penyimpangan jika terajdi spesifikasi bahan baku menurut standar telah
ditentukan dan komposisi jenis bahan baku yang digunakan dalam proses produksi telah ditetapkan, maka
bila terjadi penyimpangan antara komposisi standar dengan komposisi sesungguhnya bahan yang dipakai.
Selisih Hasil
Hasil dapat didefinisikan sebagai jumlah produk utama yang dihasilkan dari pengolahan bahan
baku tertentu. Jika untuk menghasilkan 10 satuan produk dibutuhkan 20 kg bahan baku, maka persentase
hasil dalam hal ini adalah 50 % (10/20 x 100 %). Jika persentase hasil sesungguhnya menyimpang dari
standar, maka penyimpangan ini disebut selisih hasil.
Contoh 10
Untuk menghasilkan 5 satuan produk A dibutuhkan bahan baku menurut komposisi standar disajikan
dalam gambar berikut.
Jenis Bahan Baku
Kuantitas
Jenis
bahan
baku
(1)
X
Y
Total
Komposisi
standar
(2)
60 %
40 %
Kuantitas sesungguhnya
bahan baku yang dipakai
Menurut
Menurut
komposisi
komposisi
sesungguhny
standar
a
(2) x 9.000
(3) (4)
(3)
5.200 kg
3.800 kg
9.000 kg
(4)
5.400 kg
3.600 kg
9.000 kg
Selisih
komposisi
bahan
baku
dalam kg
(5)
200
200
Harga
standar
bahan
baku per
kg
(6)
Rp 15
Rp 20
Selisih komposisi
bahan baku
(5) (6)
(7)
Rp 3.000 L
Rp 4.000 R
Rp 1.000 R
= Rp136.500
= Rp 135.000
Rp 1.500 L
= Rp 182.000
= Rp 180.000
Dari contoh di atas pencatatan Selisih Komposisi Bahan Baku adalah sebagai berikut :
Barang dalam Proses Biaya Bahan Baku
Rp 153.000
Selisih Komposisi Bahan Baku
1.000
Persediaan Bahan Baku
Rp 154.000
Dari contoh di atas, jurnal pencatatan Selisih Hasil Bahan adalah sebagai berikut :
Persediaan Produk Jadi (4.550 satuan x Rp 34)
Rp 154.700
Selisih Hasil Bahan Baku
Rp 1.700
Barang dalam Proses Biaya Bahan Baku
Rp 153.000
(5.400 satuan x Rp 15) + (3.600 satuan x Rp 20)
Untuk mencatat selisih hasil biaya tenaga kerja dan selisih hasil overhead pabrik adalah sebagai berikut.
Produk Jadi
Rp 136.500
Selisih Hasil Biaya Tenaga Kerja
Barang dalam Proses Biaya Tenaga Kerja
(untuk mencatat selisih hasil upah)
Rp 1.500
Rp 135.000
Rp 2.000
Rp 180.000