Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DEFINISI
KLASIFIKASI
Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
Klasifikasi
TDS (mmHg)
TDD (mmHg)
< 120
dan
< 80
Prehipertensi
120-139
atau
80-90
Hipertensi
140-159
atau
90-99
derajat 1
Hipertensi
160
atau
100
Tekanan Darah
Normal
derajat 2
ETIOLOGI HIPERTENSI
HIPERTENSI ESENSIAL
HIPERTENSI ESENSIAL
HIPERTENSI
SEKUNDER
ETIOLOGI HIPERTENSI
SEKUNDER
10
11
12
13
HIPERALDOSTERON PRIMER
(SINDROMA CONN)
SINDROMA CUSHING
Kumpulan keadaan klinis yang diakibatkan oleh
efek metabolik dari kadar glukokortikoid atau
kortisol yang meningkat dalam darah
Etiologi:
Konsumsi
SINDROMA CUSHING
GEJALA
Sebagian besar tidak bergejala
Jika ada, gejala seperti : sakit kepala, tengkuk
terasa pegal, Sukar tidur, Mata berkunangkunang, wajah merah
Mengukur tekanan darah diatas 140/90 mmHg
Tujuan
1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor risiko
kardiovaskular lainnya
2. Mencari penyebab kenaikan tekanan darah
3. Menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan
penyakit kardiovaskular
EVALUASI
Anamnesis
1.
2.
Lama menderita
hipertensi dan derajat
tekanan darah
Indikasi adanya hipetensi
sekunder
-keluarga dengan
penyakit ginjak (ginjal
polikistik)
-adanya penyakit ginjal,
infeksi saluran kemih,
hematuri, pemakaian
obat-obat analgesik dan
obat/bahan lain
3. Faktor-faktor risiko
-riwayat hipertensi pada
pasien/keluarga
-riwayat hiperlipidemia
pada pasien/keluarga
-riwayat DM pada
pasien/keluarga
-kebiasaan merokok
-pola makan
-kegemukan
-intensitas olahraga
EVALUASI
Anamnesis
4. Gejala kerusakan organ
-otak dan mata : sakit
kepala, vertigo, gangguan
penglihatan, transient
ischemic attack, defisit
sensoris atau motoris
-jantung : palpitasi, nyeri
dada, sesak, bengkak kaki
-ginjal : haus, poliuri,
nokturia, hematuri
-arteri perifer : ekstrimitas
dingin, klaudikasio
intermiten
5. Pengobatan
antihipertensi
sebelumnya
6. faktor-faktor pribadi,
keluarga dan
lingkungan
Tujuan
1. Memeriksa tekanan darah
2. Evaluasi penyakit penyerta, kerusakan organ
target
3. Mencari kemungkinan hipertensi sekunder
PEMERIKSAAN
FISIS
Pemeriksaan fisis
1.
2.
3.
PENCEGAHAN
Periksakan TD setiap tahun (>30 tahun)
Hindari merokok dan minum alkohol
Kurangi berat badan bila berlebih
Lakukan latihan aerobik
Pelajari cara-cara mengendalikan stress
Pemeriksaan fisik
Foto polos dada
(pembesaran jantung,
kondisi arteri
intratoraks, dan
sirkulasi pulmoner)
Elektrokardiografi
(deteksi iskemia,
gangguan konduksi,
aritmia, serta hipertrofi
ventrikel kiri)
Pembuluh darah
Perhitungan pulse
pressure
Ultrasonografi (USG)
karotis
Mata
Funduskopi
Pemeriksaan
neurologis
CT scan
MRI
Fungsi ginjal
Pemeriksaan urin :
proteinuria,
mikro/makroalbumine
mia, ratio albumin
kreatinin urin
Perkiraan laju filtrasi
glomerulus.
PENATALAKSANAAN
A. penatalaksanaan nonfarmakologi
atau perubahan gaya hidup
B. penatalaksanaan farmakologi
atau dengan obat
Penurunan berat
badan
penurunan asupan
garam
menghindari faktor
resiko (merokok,
minum alkohol,
hiperlipidemia dan
stres)
Tingkatkan aktivitas
fisik
Diuretik
Golongan penghambat
simpatetik
Penyekat Beta (blocker)
Penghambat ACE
Antagonis kalsium
Compelling
indication:
gagal
jantung
pasca infark
miokardium
risiko PJK
tinggi
Diabetes
penyakit
ginjal kronis
Pencegahan
strok
berulang
OBAT-OBAT ANTIHIPERTENSI
Diuterika
Obat yang dapat mempertinggi sekresi urin. Secara
umum obat dalam golongan ini bekerja menghambat
reabsorpsi elektrolit pada sistem tubulus, dengan
begitu osmolalitas lumen dipertinggi, sehingga
pengambilan cairan ditekan. Obat yang termasuk
golongan ini umumnya dapat menurunkan tekanan
darah.
Contoh:
- Diuretik kuat : furosemid, torsemid
- Diuretik hemat kalium : bumetamid
- Diuretik thiazid : spironolakton, hidroklortiazid,
indapamid
ALFA
BLOKER
Antagonis
adrenoreseptor memblok
reseptor adrenegik dipembuluh darah
sehingga vasodilatasi.
Memberikan efek positif pada lipid
darah (menurunkan LDL dan
trigliserida, dan meningkatkan HDL),
memberikan sedikit efek bronkodilatasi
dan tidak berinteraksi dengan OAINS.
Contoh obat : doxazosin, prazosin,
terazosin.
PENYEKAT
BETA (-BLOCKER)
PENGHAMBAT
ACE
ANTAGONIS KALSIUM
Memblok kanal kalsium yang terletak pada otot
polos sehingga mencegah terjadinya
vasokonstriksi
Digunakan apabila diuretik/betabloker kurang
efektif
Efek sampingnya pada kardiovaskuler, bronkus
dan metabolisme tubuh lebih kecil dibandingkan
pada beta blocker.
Contoh obat : amlodipin, diltiazem, nifedipin
ANTAGONIS RESEPTOR
ANGIOTENSIN II
Ada dua tipe reseptor angiotensin II
Tipe 1 mengontrol vasokonstriksi dan sintesis
aldosteron, dan tipe 2 aksinya kurang spesifik
Obat ini menghambat pada reseptor tipe 1 dan
memiliki tipe yang sama dengan penghambat
ACE dan menurunkan TD namun efek
sampingnya lebih kecil
Contoh : Losartan Kalium, Valsartan
HIPERTENSI RESISTEN
Pengukuran tekanan darah yang tidak benar
2.
Dosis belum memadai
3.
Ketidakpatuhan pasien dalam penggunaan obat
antihipertensi
4.
Ketidakpatuhan pasien dalam memperbaiki pola hidup
-asupan alkohol berlebih
-kenaikan berat badan berlebih
5. Kelebihan volume cairan tubuh
-asupan garam berlebih
-terapi diuretika tidak cukup
6. Adanya terapi lain
-konsumsi obat yang mempengaruhi atau berinteraksi
dengan kerja obat anti hipertensi
7. Adanya penyebab hipertensi lain /sekunder.
1.
HIPERTENSI
KRISIS
PREVALENSI
HIPERTENSI KRISIS
1 % dari populasi hipertensi dewasa
Hipertensi Emergensi
- > 50% penderita di ICU
- karena terapi tak adekuat
PROGNOSIS
Angka kematian tinggi
Tanpa terapi : 1 year survival rate 10-20%
Terapi adekuat : 5 year survival rate 50-60%
DEFINISI
HIPERTENSI KRISIS
Peningkatan tekanan darah mendadak (>
180/120 mmHg)
- T.O.D +/- KELUHAN +/- PENANGGULANGAN SEGERA
KLASIFIKASI
HIPERTENSI URGENSI
TANPA GEJALA
- Biasanya tekanan darah > 180/120 mmHg
- Tanpa keluhan (sakit kepala/cemas)
- TOD Akut tidak ada
DGN GEJALA
- Biasanya tekanan darah > 180/120 mmHg
- Keluhan sakit kepala hebat, nafas
pendek, kardiovaskuler stabil
- TOD akut tidak ada
KLASIFIKASI
Hipertensi Emergensi
- Biasanya tekanan darah > 220/140 mmHg
- Keluhan TOD : sesak, nyeri dada, nokturia,
disartria, gangguan kesadaran
Parameter
Hypertensive Emergency
Asymptomatic
Symptomatic
Blood pressure
(mmHg)
> 180/110
> 180/110
Symptoms
Headache, anxiety;
often asymtomatic
Severe headache,
shortness of breath
Examination
No target organ
damage, no clinical
cardiovascular
disease
Therapy
Target organ
damage; clinical
cardiovascular
disease present,
stable
Observe 3-6 hr;
lower BP with
shortacting oral
agent; adjust
current therapy
Arrange follow-up
evaluation in less
than 72 hr
Plan
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
- Lama menderita hipertensi
- Obat-obat yang dimakan
- Keluhan TOD
- Penyakit penyerta
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIS
- Pengukuran tekanan darah
- Perabaan a. radialis, a. karotis
- TOD
Blood
Pressure
(mmHg)
Funduscopi
c Findings
Neurologic
Status
Cardiac
Findings
Renal
Symptoms
Gastrointestinal
Symptoms
Usually
Hemorrhage
s, exudates,
papiledema
Headache,
confusion,
somnolence,
stupor, visual
loss, seizures,
focal
neurologic
deficits, coma
Prominent
apical
pulsation,
cardiac
eniargement,
congestive
heart failure
Azotemia,
proteinuria,
oliguria
Nausea.
vomiting
>220/140
Eyes
Heart
Kidneys
ACS; acute coronary syndrome; ARF: acute renal failure: BUN: blood urea nitrogen: ICH: intracranial
hemorrhage; LVF: left ventricular failure; NV: nausea and vomiting: PE: pulmonary edema: SAH:
subarachnoid hemorrhage; SCr, serum creatinine
Pergolini MS. The Management of hypertensive crises. Clin Ter 2009. 160 (2)
PENGOBATAN
Hipertensi Urgensi
- Tidak memerlukan penurunan tekanan
darah segera sp normal dalam waktu
observasi
- Oral anti hipertensi bekerja cepat
- Target tidak tercapai, tingkatkan dosis
- Target tercapai dalam 3-7 hari
AGENT
Captopril
DOSE
ONSET/DURATION OF
ACTION
(AFTER
DISCONTINUATION)
15-30 min/6-8 h SL,
15-30 min/2-6 h
Clonidine
30-60 min/8-16 h
Labetalol
30 min-2 h/2-12 h
Amblodipi
n
2,5-5 mg
1-2 hr/12-18 hr
Nifedipin
5 mg sl
5-20 min/2-6 hr
PRECAUTIONS
Hypotension, renal
failure in bilateral renal
artery stenosis
Hypotension,
drowsiness, dry mouth
Bronchoconstriction,
heart block, orthostatic
hypotension
Tachycardia,
hypotension
Tachycardio,
hypotension
Adapted with permission from Vidt DG. Hypertensive crises: emergencies and urgencies. J Clin Hypertens (Greenwich).
2004;6:520-525
PENGOBATAN
Hipertensi Emergensi
- Dirawat di ICU
- Obat anti hipertensi parenteral
- Target :
- Penurunan tekanan darah pd jam
pertama 20-25 %
- Minimalisir hipoperfusi organ vital
- Penurunan tekanan darah selanjutnya dl 24 jam
Dosage
Onset/Duration of
Action (after
discontinuation)
Precautions
0.25-10 g/kg/min as
IV infusion
Immediate/2-3 min
after infusion
5-100 g as IV
infusion
Nicardipine
5-15 mg/hr as IV
infusion
Fenoldopam
0.1-0.3 g/kg/min as IV
infusinon
5-20 mg as IV bolus or
10-40 mg IM; repeat
every 4-6 hr
Parenteral
Vasodilators
Sodium
Nitroprusside
Nitroglycerin
Mesylate
Hydralazine
flushing. Methemoglobinemia;
requires special delivery system
because of drug binding to PVC
tubing
Tachycardia, nausea, vomiting,
headache, increased intracranial
pressure; hypotension may be
protracted after prolonged
infusions
Headache, tachycardia, flushing,
local phlebitis, dizziness
Tachycardia, headache,
vomiting, aggravation of angina
pectoris, sodium and water
retension, increased intracranial
pressure
Sumber : Hebert e.j Prim Care 2008. 35 (3)
Drugs of choice
Aortic dissection
Nitroprusside + esmolol
AMI, ischemia
Pulmonary edema
Renal emergencies
Catecholamine excess
Phentolamine, labetalol
Hypertensive encphalopathy
Nitroprusside
20%-25% in 2-3 hr
Subarachnoid hemorrhage
20%-25% in 2-3 hr
Ischemic stroke
Nitroprusside (controversial),
nicardipine
0%-20% in 6-12 hr
TERIMA KASIH