Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I.
PENDAHULUAN
Endometriosis didefinisikan sebagai adanya jaringan endometrium
hubungan
antara
endometriosis
dan
infertilitas
endometriosis
dapat
berdampak
pada
kesuburan
dan
II.
sensitivitas
rendah
untuk
diagnosis.
Wanita
dengan
menjadi 1,6
sub-populasi
Biologi
Reproduksi
Universitas
Maulana Azad
Medik
dan
PATOGENESIS
Patogenesis pasti dari endometriosis masih belum diketahui secara
pasti, tetapi ada beberapa teori termasuk teori menstruasi retrograde, teori
imunologik, teori metaplasia selomik, dan teori penyebaran limfatik dan
hematogen. Penelitian terbaru juga mengusulkan adanya keterkaitan sel
stem dan genetik merupakan awal dari penyakit ini. 4
1. Teori Menstruasi Retrograde
Banyak teori tentang patogenesis endometriosis yang telah
dikemukakan, namun teori menstruasi retrograde yang paling banyak
diterima secara eksperimen maupun kinis oleh banyak ahli. Teori
menstruasi retrograde atau juga dikenal sebagai teori implantasi
pertama dikemukakan oleh Sampson pada tahun 1927, menyatakan
bahwa terjadi refluks jaringan endometritik yang viabel melalui tuba
Fallopi saat menstruasi dan mengadakan implantasi pada permukaan
peritoneum dan organ pelvik. Teori ini berdasarkan 3 asumsi: pertama,
terjadi menstruasi retrograde melalui tuba Fallopi selama menstruasi;
kedua, refluks jaringan endometritik viabel pada kavum pertoneum;
ketiga, jaringan endometritik yang viabel dapat melengket pada
peritoneum melalui rangkaian proses invasi, implantasi, dan proliferasi.
Awalnya teori ini tidak populer dan cukup lama ditinggalkan karena
menstruasi retrograde diasumsikan sangat jarang terjadi. Beberapa
penelitian kemudian membuktikan bahwa angka kejadian menstruasi
retrograde cukup tinggi. Mula-mula oleh Watkins pada tahun 1938 yang
melaporkan adanya tumpahan darah haid melalui tuba Fallopi wanita
melaporkan
angka
kejadian
menstruasi
retrograde
pada
jaringan
endometrium
wanita
yang
menderita
sel-sel
endometriosis
limfosit.
dan
Makrofag
penurunan
akan
sistem
mengaktifkan
imunologis
jaringan
tubuh
akan
yang tidak cocok dengan donor, yang memungkinkan sel untuk dapat
diidentifikasi berdasarkan jenis HLA. Studi ini sangat menunjukkan
adanya sel-sel endometrium donor yang diturunkan kepada penerima
biopsi endometrium. Temuan ini menyarankan bahwa sel stem
sumsum tulang dapat berdiferensiasi menjadi endometrium rahim
manusia. Sebuah studi tambahan di tahun 2007 menggunakan model
murine dan ditransplantasikan-donor laki-laki yang berasal tulang sel
sumsum tulang ke dalam sumsum perempuan. Setelah transplantasi,
donor-laki sel sumsum tulang yang diturunkan (dikenali oleh kromosom
Y) ditemukan di endometrium rahim dan telah dibedakan menjadi
epidermis dan stroma sel. Ini adalah bukti yang membuktikan bahwa
sel stem sumsum tulang, dari donor laki-laki dapat menghasilkan
endometrium de novo dan membuktikan asal mesenchymal mereka.
Penelitian ini juga menunjukkan kemampuan sel induk untuk
menanamkan
endometriosis
dengan
menunjukkan
adanya
sel
ini
menunjukkan
asal
alternatif
beberapa
endometriosis,
20
tahun
belakangan
ini
telah
diketahui
bahwa
kelompok
wanita
dengan
endometriosis
yang
resisten.
GEJALA KLINIS
Biasanya, endometriosis menyebabkan rasa nyeri dan infertilitas,
walaupun 20-25% pasien tidak memberikan gejala. Gejala lain yang dapat
ditimbulkan, seperti: nyeri pada saat haid, nyeri panggul kronis, nyeri pada
saat berhubungan intim, tidak teraturnya haid atapun spotting sebelum
menstruasi, serta beberapa gejala seperti nyeri pada saat berkemih, diare,
tenesmus, hematuria pada sebagian kecil penderita dapat terjadi. 1
Gejala endometriosis tidak selalu berkorelasi dengan hasil
laparoskopi. Beratnya gejala endometriosis dan kemungkinan diagnosis
meningkat dengan usia, puncak kejadian pada wanita usia 40an. 1
Mungkin sedikit sulit untuk membedakan diagnosis nyeri panggul
yang diakibatkan oleh endometriosis dengan yang diakibatkan oleh
sindrom iritasi usus, sistitis intersisial, fibromyalgia, dan lainnya;
PENATALAKSANAAN
Penanganan Medis
Penatalaksanaan
medis
telah
didemonstrasikan
untuk
releasing
hormone)
dalam
menangani
gejala
telah
penakanan
ovulasi
sebelumnya
dengan
menggunakan
pre
treatment
dengan
menggunakan
agen
ini
tidak
Penanganan Pembedahan
Penanganan secara pembedahan sebagian besar dipandu oleh
gejala pasien, khususnya, keluhan dismenore, disparuni, dyskezia, dan
nyeri panggul kronik. Sementara manfaat dari pembedahan untuk
perbaikan gejala endometriosis yang terkait telah ada sehingga terjadi
banyak perdebatan tentang kegunaan operasi dalam pengelolaan
infertilitas-endometriosis terkait.4,5
Sebagian besar data yang tersedia adalah untuk pasien dengan
penyakit ringan sampai sedang. Tidak ada uji coba terkontrol secara acak
untuk menentukan kemanjuran manajemen bedah pada endometriosis
sedang sampai endometriosis berat saat ini. The Canadian Collaborative
Group pada penelitian endometriosis, mempelajari 341 wanita infertil
dengan endometriosis minimal atau ringan yang diambil secara acak
untuk laparoskopi diagnostik sendiri atau pengobatan laparoskopi
endometriosis dengan ablasi atau reseksi, dan menemukan secara
signifikan lebih tinggi 36 minggu probabilitas kumulatif kehamilan berlanjut
melampaui 20 minggu di kelompok yang mendapatkan pengobatan
(30,7% berbanding 17,7%, p = 0,006) menunjukkan peningkatan
kesuburan dengan pengobatan bedah endometriosis. Namun, percobaan
kontrol lain secara acak dari 101 wanita dengan endometriosis minimal
sampai ringan menunjukkan tidak ada perbedaan dalam tingkat kelahiran
hidup antara perempuan yang menjalani pengobatan endometriosis
dengan laparoskopi dengan ablasi atau reseksi dibandingkan dengan
laparoskopi diagnostik sendiri (19,6% berbanding 22,2% lebih satu tahun,
OR 0.75 , 95% CI 0,30-1,85). Sebuah tinjauan Cochrane berusaha untuk
mendamaikan studi bertentangan dengan meta-analysis. Ketika data dari
studi ini digabungkan, manfaat dari perawatan bedah laparoskopi
dibandingkan dengan diagnostik sendiri untuk kehamilan klinis, dan
kehamilan yang sedang berlangsung setelah 20 minggu (OR 1,66, 95% CI
1,09-2,51 dan OR 1,64 95% CI 1,05-2,57).4,5,6
Pasien
dengan
gejala
endometrioma,
atau
di
antaranya
10
yang tidak hamil setelah operasi, 144 melanjutkan untuk IVF (kelompok
1b) dan menjalani 184 retrievals oosit dan 56 kehamilan tambahan
diperoleh (30,4% kehamilan klinis). Selain itu pada kelompok lain dengan
jumlah 173 pasien yang memilih IVF sebagai terapi primer dan menolak
melakukan operasi, 211 retrievals oosit dilakukan, dan 68 yang mencapai
kehamilan (32,2% kehamilan klinis).8
Hasil dari meta analisis ini tampaknya bertentangan dengan
temuan tingkat kehamilan yang tinggi untuk wanita dengan endometriosis
di Society for Assisted Reproductive Technology Registry atau seri kasus
lainnya. Perbedaan ini mungkin disebabkan ketidakmampuan metaanalisis untuk mengendalikan faktor pembaur seperti usia muda, atau
faktor lain yang dapat berkontribusi untuk prognosis yang lebih
menguntungkan bagi wanita dengan endometriosis dibandingkan dengan
wanita yang menjalani siklus IVF untuk indikasi lain. Selain itu, data dalam
sukarela terdaftar diketahui menjadi subyek kesalahan klasifikasi dan
membuat bias. Jadi, jelas bahwa endometriosis berdampak negative
terhadap tingkat keberhasilan IVF, endometriosis jelas berhasil pada
wanita dengan endometriosis. Tidak ada bukti untuk yang mendukung
bahwa pengobatan endometriosis sebelum IVF, meningkatkan angka
keberhasilan.6,7
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Buletti, C., Coccia, ME., Battistoni, S., Borini, A. 2010. Endometriosis and
infertility. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2941592/. Diakses
pada tanggal 27 Oktober 2015.
2. Sahu, L., Tempe, A. 2013. Laparoscopic management of endometriosis in
infertile women and outcome. http://www.scopemed.org/fulltextpdf.php?
mno=33577. Diakses tanggal 03 November 2015.
3. Bruce, Carr. Endometriosis. In: John Schorge, Joseph Schaffer, Lisa
Halvorson, Barbara Hoffman, Karen Bradshaw, Gary Cunningham.
Williams Gynecology. China: The McGraw-Hill Companies. 2008
4. Macer, ML., Taylor, HS. 2012. Endometriosis and infertility: A review of the
pathogenesis and treatment of endometriosis-associated infertility.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3538128/.
Diakses
pada
and
When
to
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4286960/.
Treat?.
Diakses pada
Diakses pada
Reproductive
http://www.hindawi.com/journals/bmri/2015/482959/.
Technologies.
Diakses
pada
therapeutic
approach.
http://www.rbmojournal.com/article/S1472-6483(10)00238-5/pdf. Diakses
pada tanggal 03 November 2015.
12