Вы находитесь на странице: 1из 3

Anafiluksis

DEFINISI. Anafilaksis adalah sualu reaksi akut yang berpotensi mengancam jiwa. yang disebabkan oleh pelepasan mediator-mediator dengan ccpat dari sel mast
dan basofil pasca-interaksi alergen dengan imunoglobulin (Ig)E spesifik yang terikat-sel.

ETIOLOGI. Sebenarnya setiap bahan asing mampu mendatangkan anafilaksis pada lingkungan yang tepat (Tabel 140 I). Kebanyakan reaksi anafilaksis
disebabkan oleh alergi obat, makanan, atau bisa Himenoptcra. Pasca-produksi IgE dalam responsnya terhadap rangsangan antigen, paparan kembali ter hadap antigen
yang mengganggu dapat menyebabkan reaksi sistemik. Kadang-kadang olahraga dapat membangkitkan anafilaksis pada penderita; pada beberapa orang, reaksi
anafilaksis ini terjadi jika sebelumnya telah menelan makanan yang spesifik atau mungkin alkohol atau aspirin. Evaluasi intensif kadang-kadang gagal mengenali
penyebab anafilaksis berulang pada penderita anafilaksis idiopatik di saat-saat tertentu,

TABEI. 140-1. Eiiologi Anafilaksis Obat-obat (penisilin, sefalosporin. kemoterapi, relaksar. olot) Makanan (makanan laut. kacang, kacang polong, telur, seledri,

susu)

Sengat seranggatHimenoptera: hama pencium. lalat rusa. semut f api)

Agen biologisiL-asparaginase. ekstrak alergen, produk darah, ia

sulin, imunoglobulin)

Penambah makanan (mctabisulfit. monosodium glutamat, as

part am)

Getah (Latex)

Terimbas Olahraga

Pseudoalergik (media radiokontras berjodiuin. opiat.

kebanyakan penderita anafilaksis idiopalik ini menderita alergi atau asma pada saal yang bersamaan, yang tidak jelas kaitannya
dengan anafilaksis berulang. Anafilaksis terhadap getah (latex) merupakan masalah yang mencolok pada penderita yang secara
kronis lerpajan pada senyawa ini (operasi berulang atau kaieterisasi urin. misalnya spina bifida).
PATOGENESIS Pada orang-orang yang padanya telah berkembang sensitivitas anafilaksis yang diperantarai-IgF. pemberian
antigen berikutnya walaupun sangat sedikit dapat menabahkan ledakan reaksi antigcn-antibodi dengan pelepasan meoiator kimia
seperti histamin dalam jumlah yang banyak. Aksi mediator pada berbagai reseptor jaringan di seluruh tubuh menimbulkan gejalagejala. Histamin memainkan peran sentral dalam patogenesis anafilaksis manusia, tetapi bahan vasoaktif lainnya (metabolit asma
arakidonat, kinin. faktor pengaktif trombosit) dapat juga berperan. Penurunan kadar faktor V dan faktor VIII yang telah dilaporkan
memberi kesan bahwa pemakaian faktor koagulasi adalah akibat koagulasi intravasku-lcr. Beberapa penderita yang diteliti selama
beberapa episode anafilaksis sistemik ternyata mempunyai kadar kininogen berat molekul tinggi yang rendah, serta kadar C3 dan
C4 yang rendah. Bila mekanisme imunologis tidak dapat dikenali (reaksi anafilaktoid. lihat Tabel 140-1). dianggap bahwa pelepasan
mediator terjadi karena pengaruh langsung agen penyebab pada basofil dan sel mast atau mungkin karena aktivasi jalur
komplemen alternatif, dengan pembentukan anafilatoksin (lihat pembahasan sebelumnya).
MANIFESTASI KUNIS. Reaksi anafilaksis. khasnya adalah eksplosif, terutama bila antigen disuntikkan. Penderita yang
bertahan hidup menggambarkan "merasakan ajal sudah di ambang pintu." Gejala yang lebih cepat tampak setelah pemberian
benda asing, ada reaksi yang lebih serius. Gejala pertama yang sering diperhatikan adalah rasa nyeri di sekeliling mulut atau muka.
disertai dengan perasaan hangat, kesukaran menelan dan rasa sesak di tenggorokan atau dadn Mungkin ada keta-

kulan, kelemahan, dan berkeringat yang disertai rasa gatal yang menyeluruh. Penderita menjadi kemerahan; kemudian muncul urtikaria dan
angioedema. disertai dengan berbagai tingkat keparahan, stridor inspirasi, disfagia. kongCsti hidung, gatal pada mala. bersin, dan mengi Dapat
juga terjadi kram perut, diare dan kontraksi uterus serta organ otot polos lainnya. Penderita mungkin kehilangan kesadaran dan pada pemeriksahipotensi. dengan suara jantung lemah, hradikardia. dan kadang-kadang aritmia Dapat terjadi henti kardiorespirasi dan keniatian. Pada kasus
yang mematikan, kematian, paling sering adalah akibat dari penyumbatan jalan napas akut. walaupun kolaps sirkulasi berat dapat terjadi tanpa
penyumbatan jalan napas atas.
Kebanyakan reaksi anafilaksis mulai dalam 30 menit naparan terhadap alergen. lerulama jika dengan suntikan. Pada penderita yang bertalian hidup, tanda-tanda dan gejala-gejala biasanya sembuh
dalam beberapa jam Beberapa penderita mengalami reaksi bifasik dengan tanda-tanda dan gejala-gejala berulang pada 1-8 jam sesudah
penyembuhan awal dalam responsnya terhadap terapi; reaksi ini kemungkinan disebabkan oleh terbatasnya masa kerja agen farmakologi* yang
diberikan pada mulanya. Pada penderita kelompok ketiga, tanda-tanda dan gejala-gejala anafilaksis dapat berlanjut selama berjam-jam atau
berhari-hari walaupun dengan pengobatan yang agresif. Anafilaksis sang berlangsung lama lebih mungkin ertai pemberian agen yang mengganggu secara oral bukar suntikan. Anafilaksis bifasik alau
yang berlangsung lama Icl mungkin bila umbulnya manifestasi awal lebih dan 30 NeMxiah paparan
DIAGNOSIS Diagnosis tergantung pada pengenalan festasi yang khas. tetapi kadang-kadang dapat tidak pai terutama bila korban ternyata
meninggal. Rcajtfi vasosagJj dapai terancukan dengan anafilaksis RcaKsi ini ditandai ngan nausea, pucal. berkeringat, bradikardia.
hipotenM. dan kadang-kadang sinkop. tetapi pruritu*. urtikaria. ani edema, takiknrdia dan bronkospasme kurang. Bradikardia rang dapat terjadi
pada anafilaksis.
Bila ada kehilangan kesadaran dan tnbk ada mami anafilaksis kulit, diagnosis banding juga meliputi emboli aritmia jantung, perdarahan
sercbrovnskuler. emboli trombosis; gangguan kejang; aspirasi benda asing; dan racunan akut Mastositosis sistemik kadang kadang dapat
nimbulkan gejala anafilaksis. biasanya dengan nwayat ki yang kemerahan dan lesi makulopapular yang berurtil pada goresan l-.dema
angioneurotik herediter dapat men) babkan edema laring, tetapi angioedema yang menyertainy^ tidak gatal dan biasanya berkembang sedikit
demi sedikit lam waktu berjam-jam. Pada penderita dengan urlikaria gin, kolaps vaskuler dapat terjadi sccara mendadak sesi paparan terhadap
dingin, dan dapat disertai dengan urtiki atau penyumbatan jalan napas; biasanya sesudah bereni lam air dingin.

Penentuan kadar (riplasc plasma alau serum dapat mc hantu dalam mendiagnosis anafilaksis. Kadar 10 ng/ml a lebih menunjukkan aktivasi sel
mast. Kenaikan kadar mungkin tidak terjadi dalam 30 menit pertama, tetapi cenderung memuncak pada I sampai 2 jam dan kemudian menurun dc
ngan waktu paruh 2 jam. Sebaliknya, kadar histamin (H) pias mu memuncak dalam 5-10 menit sesudah tantangan sengatan lebah dan kembali ke
garis batas dalam 30 menit. Karenanya penentuan kadar triptase plasma atau serum biasanya lehit membantu dalam mendiagnosis anafilaksis.
Penyebab lain ke naikan kadar tnpta.se adalah asma. yang diakibatkan, misalny? oleh obat anti-radang nonsteroid dan mastositosis sistemik. '
Penderita mastositosis sistemik mengalami peningkatart kadar histamin plasma di saat gejala-gejala mereka tidak tam' pak. Penderita dengan
edema angioneurotik herediter tidalj mempunyai inhibitor Cl atau mengalami disfungsi inhihitoi Cl. dan kadar C4 plasma biasanya rendah baik
lama mau pun di antara eksaserbasi.

PENGOBATAN. Penguatan efektif tergantung pada kecc patan diagnosis dan pemakaian terapi yang tepat dan cepat Pengobatan pilihan
adalah larutan epinefnn dalam air. 1:1000. 0.01 ml/Vg (maksimum 0.3 ml. untuk anak atau 0.5 mL untuk dewasa) melalui suntikan suhkutan Jika
perlu, dosis ini dapat diulangi pada interval 15 menit. Jika reaksin>a adalah terhadap suntikjn ekstrak alergen alau terhadap sengatan Himenoptera pada satu ekstremitas, setengah dosis epinefrin ini iapa' dilarutkan pada salin normal 2mL dan diinfiltrasikan sccara subkutan pada tempat
suntikan atau tempat sengalan untuk penyerapan lambai. Torniquct di alas tempat tersebut dapat juga memperlambat penyebaran alergen secara
sistemik. Tomiquei

i
Lfgpai dilonggarkan sesudah perbaikan alau segera pada interval ? menu.
Reaksi serius yang menetap dapat diobati dengan infus intravena epinefrin secara hati-hati. dengan pemantauan jantung yang teliti dengan
kecepatan infus awal 0.1 ^ig/kg/mcnit pada anak (atau 2 ng/mcnii pada orang dewasa) untuk mempertahankan tekanan darah sistolik 80 mmHg.

Penambahan oksigen <100%. 4-6 L/menit) terindikasi. Hk-stensi leher dan |penggunaan jalan nafas orofaring dapat membantu pada
penyumbatan jalan nafas. Mungkin diperlukan in-uhasi cndotrakca; jika cara ini tidak dapat dilakukan, kriko-lirotomi terindikasi untuk
penyumbatan laring. Albuterol yang dinebulbasi dan aminofilin intravena efektif untuk pengobatan ! penyumbatan jalan napas bawah seperti pada
pengobatan asma.
Jika hipotensi tidak responsif terhadap pemberian epinefrin melalui *>untikan subkutan. terindikasi pemberian intravena ce-Pat salin isotonis
(sampai 100 mL/menit sampai batas 3L pada orang dewasa). Hipotensi cksuirn atau menetap dapat memerlukan pengobatan dengan norepinefrin
atau dopamin melalui infu_ intravena.
k Antagonis 11 seperti difenhidramin. I mg/kg, melalui suntik-

niramuskuler atau infus intravena dapat membantu untuk

Hensi dan urtikana. Gabungan penggunaan antagonis H| dan antagonis H2 seperti sinielidin. 4mg/kg (maksimum 300 mg), diinfuskan secara
intravena selama sekurang-kurangnya 5 menit, mungkin lebih membantu daripada difenhidramin saja.
Adrenokortikosteroid sistemik tepat sesudah pengobatan manifestasi anafilaksis awal. walaupun tidak pasti apakah Ohai-obat ini membantu
dalam mencegah reaksi bifasik.
Jika satu-satunya manifestasi anafilaksis adalah urtikaria
anu angioedema dan penderita ,idak akan Jauh dan perawatan medis, lidak perlu pengamalan yang lama sesudah penyembuhan tanda-tanda dan gejalagejala kulit; adalah bijaksana pada penderita demikian pada mulanya mendapat epinefrin karena kemungkinan pejelekan melibatkan sistemsistem lainnya. Paling jiman melanjutkan pengamatan pada penderita yang telah mengalami hipotensi atau penyumbatan jalan napas untuk
sekuJng-kurangnya 12 jam. karena kemungkinan berulangnya manifestasi awal yang sungat berbahaya.
L* Reaksi anafilaktoid serius terhadap media radiokontras in-travciia pada anak tidak begitu sering dibandingkan pada orang dewasa, tetapi
kadang-kadang terjadi. Regimen profilaksis untuk penderita yang diketahui berisiko berdasarkan pada reaksi sebelumnya, terdiri atas prednison
50 mg per oral setiap 6 jam sebanyak 3 dosis, berakhir I jam sebelum prosedur, dan difen-hidramin 50mg. diberikan secara intramuskuler 1 jam
sebelum P'osedur. Regimen ini mencegah reaksi yang merugikan tingkat apapun pada lebih dari 90% penderita dewasa yang beri-Jljko tinggi.
jnsidens anafilaksis akibat-obat akan sangat berkurang jika obat obat diberikan hanya bila terdapat indikasi dan hanya secara oral, kecuali
bila terdapat beberapa alasan yang mendorong untuk suntikan. Bukan hanya sensitivitas anafilaksis yang lebih mudah diimbas oleh suntikan obatobatan daripada oleh pemberian oral. tetapi pada penderita yang tersensitisasi. anafilaksis terjadi lebih sering pasca-pcmbcrian parenteral daripada
ral. Insidens anafilaksis pasca-sengatan Himenoptera dapat ^ dikurangi secara bermakna dengan penggunaan imunoterapi bisa (venom) yang
sesuai (Bab 135 dan 142).
Penderita dengan riwayat anafilaksis sistemik sesudah makan iclur mungkin kadang-kadang berada pada risiko khusus anafilaksis sesudah
pemberian vaksin yang berisi protein telur, termasuk vaksin influenza dan vaksin demam kuning (Yellow fever). Komite Penyakit Infeksi dari
Akademi Pediatri Amerika menganjurkan vaksin tersebut pada penderita dengan riwayat demikian hanya sesudah uji tusuk dan uji intradermal
dengan vaksin tidak mendatangkan reaksi positif, atau pemberian dengan desensitisasi jika uji kulit dengan vaksin telah menjadi positif. Vaksin
campak, parotitis, dan campak-paro-titis-rubella (measles-mumps-rtibella = MM R) termasuk di antara vaksin-vaksin yang harus diberikan
dengan hati-hati secara demikian, tetapi anafilaksis dapat menyertai pemberian vaksin ini, apakah penderita mempunyai riwayat alergi telur atau
tidak, dan sebagian terbesar anak alergi-telur dapat men-tolerir vaksin MMR tanpa reaksi merugikan yang berarti. Adalah bijaksana untuk
melakukan uji kulit pada anak tersebut dengan vaksin influenza atau vaksin demam kuning untuk menilai keamanan pemberian vaksin tersebut,
tetapi uji kulit dengan vaksin MMR mungkin tidak perlu. Pemberian setiap vaksin ini pada semua anak harus diawasi dengan teliti dengan
persiapan untuk pengobatan anafilaksis seandainya terjadi.

Вам также может понравиться