Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
seorang
pawang,
bruno
berhenti
menyalak
dan
berlari
berjalan
menjauh
dari
bruno
yang
tetap
menggonggong.
Mercedes Benz dan Toyota serta tampang mobil-mobil itu belum pernah
dia lihat di jalan raya, dapat dipastikan harganya lebih dari 400 juta.
Di dalam rumah sangat kosong. Saking kosongnya rumah itu terasa
sangat mencekam. Ditambah langit-langit yang sangat tinggi dan lampu
kristal yang sangat besar. Tangga yang lebar menghiasi pojok rumah
Daniel. Di bawahnya ruang TV yang dilengkapi surround ditutupi debu
tipis di atasnya.
Naik aja mas. Mas Daniel ada di kamarnya. Suara lemah Pak Tono
menyadarkan Ardi dari kekagumannya atas rumah Daniel walaupun ia
sudah berkali-kali ke rumah itu.
Biar mas, sepatunya gak usah dicopot. Belum dipel kok. ujar Pak Tono
setelah melihat Ardi berusaha mencopot sepatu ketsnya.
Jangan ah pak. Kotor banget sepatunya. kata Ardi. Lalu Ardi
meletakkan sepatunya di sebelah pintu.
Dinaikinya tangga yang lebarnya mungkin hampir selebar garasi rumah
Ardi. Lantai marmer berwarna putih gading mengkilap terasa dingin di
kaki Daniel.
Di lantai atas hawa dingin AC kamar semilir menerpa kulit Ardi. Tak
terbayang betapa dinginnya dalam kamar-kamar itu sedangkan diluarnya
saja sudah membuat Ardi kedinginan. Ardi membuka pintu kamar Daniel
yang berada di sebelah kanan tangga. Di dalam terlihat Daniel yang
nyenyak tidur terlentang di kasurnya yang berantakan. TV LCD dan
komputernya masih menyala.
Nil... Nil... bangun Nil. Cepetan, udah jam 5 lewat nih... Nil. Ardi
membangunkan Daniel pelan-pelan. Daniel tak bergeming. Posisinya tidak
berubah sama sekali.
Nil... Nil... bangun. Buruan nih. Suara Ardi sedikit lebih keras. Ia
menggoyang-goyangkan badan Daniel. Daniel tetap tidak bergerak.
Ardi sedikit khawatir. Jangan-jangan dia pingsan... atau OD, pikir Ardi.
Ardi mendekatkan kepalanya ke wajah Daniel untuk melihat wajahnya
yang tertutup bantal. Namun Ardi kehilangan keseimbangan dan jatuh di
atas badan Daniel.
Mobil Daniel yang lebar cukup mengambil banyak badan jalan komplek
Natalie yang hanya cukup untuk dua mobil dan satu motor.
Ding-dong.
Tak berapa lama terlihat seorang wanita muda keluar dari pintu garasi
yang terbuat dari kayu jati.
Cari siapa mas? tanyanya.
Natalie-nya ada? tanya Ardi.
Dari siapa ya?
Temen sekolahnya. Ardi.
Tunggu sebentar ya mas. pembantu Natalie kembali ke dalam rumah.
Daniel yang sudah selesai memarkir mobilnya, turun dari mobil.
Udah? ada ga Natalie-nya? tanya Daniel.
Lagi dipanggil. jawab Ardi.
Si pembantu kembali terlihat kembali keluar dari pintu garasi.
Maaf mas, Mba Natalie-nya ga bisa diganggu... katanya mba ga punya
temen namanya Ardi. kata si pembantu dengan sopan.
Nah lo... kata lo, lo yang minta langsung ke Natalie. tanya Daniel ke
Ardi dengan wajah sedikit kesal.
Iya bener... dia sendiri yang bilang gua bisa dateng ke sini. bela Ardi.
Terdengar tawa kecil dari balik pagar. Pembantu tadi menundukkan
kepalanya sambil menahan tawa.
Maaf mas... saya becanda... mas di suruh tunggu dulu di depan. si
pembantu tertawa sambil membukakan pagar untuk Ardi dan Daniel.
Sialan... bisik Daniel.
Ngagetin aja mba. kata Ardi ke si pembantu.
Maaf ya mas... saya sering ko ngerjain temen-temen cowok nya Mba
Natalie, gak cuma mas aja. hiburnya.
Mas-mas duduk aja dulu... sebentar Mba Natalie keluar kok. Mo minum
apa mas? tanyanya lagi.
Apa aja deh Mba asal manis dan berwarna. jawab Daniel sekenanya.
Ardi hanya tersenyum melihat kelakuan Daniel yang kesal karena
dikerjai pembantu.
Mereka duduk di kursi jati di teras depan. Suasana sangat teduh karena
taman yang tidak terlalu besar itu ditutupi pohon-pohon rindang.
Rumputnya hijau terawat rapih.
Pintu depan terbuka perlahan. Aroma wangi melintas lebih dulu
menyusup celah pintu. Kaki dan tangan Ardi tiba-tiba tak bertenaga.
Daniel masih terbengong dongkol telah dikerjai.
Sori... lama ya? tanya Natalie.