Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Alergi hidung adalah keadaan atopi yang paling sering dijumpai menyerang 20%
anak dan dewasa muda di amerika utara dan eropa barat. Di tempat laen alergi hidung dan
penyakit atopi lainya lebih rendah,terutama pada Negara yang kurang berkembang. Penderita
rhinitis alergi alergi mengalami hidung tersumbat berat, sekresi hidung yang berlebihan
(rinore), dan bersin yang terjadi berulang dan cepat. (Price, 1995)
Rhinitis tersebar di seluruh dunia, baik bersifat endemis maupun muncul sebagai
KLB. Di daerah beriklim sedang, insidensi penyakit ini meningkat di musim gugur, musim
dingin, dan musim semi. Di daerah tropis, insidensi penyakit tinggi pada musim hujan.
Sebagian besar orang, kecuali mereka yang tinggal di daerah dengan jumlah penduduk sedikit
dan terisolasi, bisa terserang satu hingga 6 kali setiap tahunnya.
Insidensi penyakit tinggi pada anak-anak di bawah 5 tahun dan akan menurun secara
bertahap sesuai dengan bertambahnya umur. Rinitis merupakan salah satu penyakit paling
umum yang terdapat di amerika Serikat, mempengaruhi lebih dari 50 juta orang. Keadaan ini
sering berhubungan dengan kelainan pernapasan lainnya, seperti asma. Rhinitis memberikan
pengaruh yang signifikan pada kualitas hidup. Pada beberapa kasus, dapat menyebabkan
kondisi lainnya seperti masalah pada sinus, masalah pada telinga, gangguan tidur, dan
gangguan untuk belajar. Pada pasien dengan asma, rinitis yg tidak terkontrol dapat
memperburuk kondisi asmanya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi Rhinitis Alergi?
2. Apa saja macam-macam Rhinitis Alergi?
3. Bagaimana etiologi Rhinitis Alergi?
4. Bagaiamana patofisiologi Rhinitis Alergi?
5. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan Rhinitis Alergi?
6. Bagaiamana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan Rhinitis Alergi?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi Rhinitis Alergi?
2

Untuk mengetahui macam-macam Rhinitis Alergi?

Untuk mengetahui etiologi Rhinitis Alergi?

Untuk mengetahui patofisiologi Rhinitis Alergi?

Untuk mengetahui cara pencegahan dan pengobatan Rhinitis Alergi?

Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan Rhinitis Alergi?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Rhinitis Alergi adalah penyakit atau kelainan yang merupakan manifestasi klinis dari
reaksi hipersensitivitas tipe I (Gell & Coombs) dengan mukosa hidung sebagai organ sasaran.
(mansjoer, wardhani, & dkk, 1999)
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang disebabkan oleh reaksi alergi pada
pasien-pasien yang memiliki atopi, yang sebelumnya sudah tersensitisasi atau terpapar dengan
allergen (zat/materi yang menyebabkan timbulnya alergi) yang sama serta meliputi
mekanisme pelepasan mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan allergen yang
serupa (Von Pirquet, 1986).
Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala-gejala bersin-bersin,
keluarnya cairan dari hidung, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar dengan
allergen yang mekanisme ini diperantarai oleh IgE (WHO ARIA tahun 2001).
2.2 MACAM-MACAM RHINITIS
2.2.1 Berdasarkan sifatnya, Rhinitis Alergi dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa
hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri.
Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali
terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan
musim semi. (Hassan, 1985)
b. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang
disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.
(Hassan, 1985)
2.2.2 Berdasarkan sifat berlangsungnya, Rhinitis Alergi dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Intermitten, yaitu apabila gejala kurang dari 4 hari per minggu atau kurang dari 4
minggu.
b. Persisten, yaitu apabila gejala lebih dari 4 hari per minggu dan atau lebih dari 4
minggu.
2.2.3 Berdasarnya tingkat berat ringannya, Rhinitis Alergi dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Ringan, yaitu apabila tidak ditemuka gangguan tidur, gangguan aktivitas harian,
bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.

b. Sedang atau berat, yaitu apabila terdapat satu atau lebih dari gannguan yang
disebutkan sebelumnya (gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai,
berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu)
2.2.4 Berdasarnya waktu, Rhinitis Alergi dapat digolongakan menjadi 2, yaitu :
a. Rinitis alergi musiman (Hay Fever). Hanya ada di negara yang memiliki 4 musim.
Alergen penyebabnya spesifik, yaitu tepung sari dan spora jamur. (mansjoer,
wardhani, & dkk, 1999)
b. Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial). Disebabkan bukan karena
musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang masa (tahunan)) diakibatkan
karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu
rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat. (Junadi & dkk,
1982)
2.3 TANDA DAN GEJALA
Gejala klinis yang khas adalah terdapatnya serangan bersin yang berulang-ulang
terutama pada pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu. Sebenarnya bersin
adalah mekanisme normal dari hidung untuk membersihkan diri dari benda asing, tetapi jika
bersin sudah lebih dari lima kali dalam satu kali serangan maka dapat diduga ini adalah gejala
rhinitis alergi. Adapun gejala Rhinitis Alergi adalah :

Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin
lebih dari 6 kali).

Hidung tersumbat.

Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya
bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika
berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.

Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.

Badan menjadi lemah dan tak bersemangat


Beberapa gejala lain yang tidak khas adalah :

Allergic Shiner bayangan gelap di bawah mata.

Allergic Salute. Gerakan mengosok-gosokan hidung pada anak- anak

Allergi Crease, timbulnya garis pada bagian depan hidung.

2.4 ETIOLOGI
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi
yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
1. Immediate Phase Allergic Reaction, Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1
jam setelahnya
2. Late Phase Allergic Reaction, Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam
dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
1. Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah,
tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur
2. Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur,
coklat, ikan dan udang
3. Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau
sengatan lebah
4. Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa,
misalnya bahan kosmetik atau perhiasan
Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga tahap
besar :
1. Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
2. Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system humoral,
system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut, jika antigen berhasil
dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih ada, karena defek dari ketiga
mekanisme system tersebut maka berlanjut ke respon tersier
3. Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan.
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Serangan bersin berulang lebih dari lima kali dalam satu serangan. Rinorea yang
encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, kadang disertai lakrimasi. Tidak
ada demam. Gejala sering tidak lengkap.
Gejala spesifik lain pada anak-anak bila penyakit telah berlangsung lama (>2 tahun)
adalah bayangan gelap di daerah bawah mata (allergic shiner) akibat statis vena sekunder
karena obstruksi hidung. Anak sering menggosok-gosok hidung dengan punggung tangan
5

(allergic salute). Lama-lama akan mengakibatkan timbul garis melintang di dorsum nasi
sepertiga bawah (allergic crease).
Sering disertai penyakit alergi lainnya seperti asma, urtikaria, atau eksim.
Pada rinoskopi anterior didapatkan mukosa edema, basah, pucat, atau livid, disertai
banyak secret encer. Di luar serangan mukosa kembali normal, kecuali bila telah berlangsung
lama.
2.6 PATOFISIOLOGI
Pada saat terjadi pajanan primer pada suatu allergen, sel T mengenali allergen asing
tersebut dan melepaskan zat kimia yang menginstruksikan sel B untuk memproduksi anti
body khusus yang dinamakan IgE. Anti bodi IgE melekatkan dirinya pada sel mast. Sel mast
dengan IgE yang melekat padanya dapat berada di dalam tubuh selama bertahun-tahun dan
siap beraksi ketika sel tersebut kemudian bertemu dengan allergen yang sama.
Pada saat memasuki tubuh untuk kedua kali, allergen tersebut mengalami kontak
langsung dengan antibody IgE yang mele/l.kat pada sel mast. Kejadian ini menstimulasi sel
mast untuk melepaskan zat-zat kimia, seperti histamine, yang akan memulai suatu respon
yang menyebabkan : kontraksi otot polos dalam saluran napas; dilatasi pembuluh darah halus;
Reaksi Alergi
RHINITIS ALERGI
peningkatan sekresi mucus dalam rongga nasal serta saluran napas; dan rasa gatal. (Kowalak,
Welsh, & Mayer, 2003)
2.7Alergen
PATHWAY
Faktor

polutan

Immediate phase Allergic


Late phase
Allergic

Aspirin

Debu rumah ,buluGas


hewan
dan Asap rokok
obat anti inflamasi

Alergen Kontakt
Alergen Ingestan,
Alergen Injektan
Alergen Inhalan
Gatal
hidung,
telingah
Bersin (> Rinore
5x setiap
(ingus
kalipada
bening
serangan
encerTenggorokan,langit-langit
dan banyak)

Ketidaknyaman
an pasien dalam
Ketidakefektivan jalan nafas
beraktivitas

Nyeri kepala

Terlalu seringSekret
bersin
hidung
yang berlebihan
tersumbat, hidung dan mata gatal

Nutrisi kurangKetidakefektifan
dari kebutuhan jalan napas
Nyeri kepala

2.8 PENATALAKSANAAN
Terapi ideal dalah menghindari kontak dengan alergen penyebab dan eliminasi.
Terapi simtomatis dilakukan melalui pemberian antihistamin dengan atau tanpa
vasokonstriktor atau kortikosteroid per oral atau lokal. Preparat yang dipakai adalah agonis
alfa adrenoeptor. Terutama untuk mengatasi sumbatan hidung. Diberikan peroral biasanya
dalam kombinasi dengan antihistamin seperti pseudoefedrin fenilpropanolamin. Pemberian
topikal harus hemat dan jangka pendek (4-10hari). Efek kortikosteroidbaru terasa setelah
pemakaian lebih lama. Pemakaian topikal dengan preparat baru, seperti beklometason,
flunisolid, dan budesonid dengan pemakaian jangka panjang cukup panjang. Pemakaian
peroral dengan pemberian intermitten atau tapering off hanya untuk kasus berat, diberikan 2
minggu sebelum pemberian topikal agar pemberian topikal efektif.
Dapat diberikan natrium kromolat dalam bentuk inhalasi untuk pencegahan.
Untuk hipertrofi konka, pasien harus dirujuk agar dapat dilakukan kauterisasi konka
inferior dengan nitras argenti atau triklor asetat. Jika hipertrofi sudah berat dapat dilakukan
konkotomi.
Untuk gejala yang berat dan lama serta bila terapi lain tidak memuaskan, dilakukan
imunoterapi melalui desentisasi ddan hiposensitisasi atau netralisasi.
2.9 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis rinitis alergika berdasarkan pada keluhan penyakit, tanda fisik dan uji
laboratorium. Keluhan pilek berulang atau menetap pada penderita dengan riwayat keluarga
atopi atau bila ada keluhan tersebut tanpa adanya infeksi saluran nafas atas merupakan kunci
penting dalam membuat diagnosis rinitis alergika. Pemeriksaan fisik meliputi gejala utama
dan gejala minor. Uji laboratorium yang penting adalah pemeriksaan in vivo dengan uji kulit
goresan, IgE total, IgE spesifik, dan pemeriksaan eosinofil pada hapusan mukosa hidung. Uji
Provokasi nasal masih terbatas pada bidang penelitian.
7

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1

Identitas Pasien
Nama pasien

Jenis kelamin

Umur

: Lebih sering terjadi pada bayi

Alamat

: Lingkungan yang terpapar oleh allergen seperti Lingkungan


tempat tinggal yang kotor seperti di perkotaan yang dipenuhi
dengan debu dan asap, selain itu lingkungan yang sanitasinya
kurang sehat dan tempat tinggal yang tidak mempunyai ventilasi
atau pertukaran udara yang baik merupakan awal dari timbulnya
penyakit rhinitis alergi . Cuaca suhu dingin di tempat tinggal
tertentu juga merupakan faktor penyebab penyakit rhinitis alergi

Agama

Pekerjaan

: Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya


serangan rhinitis alergi.Hal ini berkaitan dengan dimana dia
bekerja.Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan,
industri tekstil, polisi lalu lintas

Suku bangsa

Diagnosa medik :
Tanggal MRS

Yang bertanggung jawab


Nama

Pekerjaan

Alamat

Agama

Pendidikan

Hubungan dengan pasien :


3.1.2

Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal.
b. Riwayat penyakit dahulu
8

Pasien pernah menderita penyakit THT.


c. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan bahwa dahulu pernah mengalami hal yang sama dengan
anaknya.
3.1.3

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : klien lemah dan demam
Kesadaran

: composmentis

TTV

RR

Suhu

: Meningkat

Nadi

TD

Pemeriksaan Head to toe


a. Kepala
Bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak ada benjolan, kulit kepala
bersih.
b. Mata
Simetris, tidak ada sekret, konjungtiva merah, sklera merah, mata berair.
c. Mulut
Tidak ada stomatitis, lidah bersih.
d. Hidung
Simetris, ada sekret (hidung buntu), tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak
ada polip.
e. Telinga
Simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih, tidak ada serumen.
f. Leher
Tidak ada pembesaran kenjar tyroid, limphe, tidak ada bendungan vena
jugularis, tidak ada kaku kuduk.
g. Dada
Inspeksi

: Dada simetris, bentuk bulat datar, pergerakan dinding dada


simetris, tidak ada retraksi otot bantu pernapasan.

Palpasi

: Tidak ada benjolan mencurigakan

Perkusi

: Paru-paru sonor, jantung dullnes

Auskultasi

: Irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan.
9

h. Perut
Inspeksi

: Simetris

Auskultasi

: Peristaltik meningkat 40x/mnt

Palpasi

: Turgor kulit tidak langsung kembali dalam 1 detik

Perkusi

: Hipertimpan,perut kembung

i. Punggung
Tidak ada kelainan tulang belakang (kyfosis, lordosis, skoliosis) tidak ada nyeri
gerak.
j. Genetalia
jenis kelamin perempuan, tidak odem, tidak ada kelainan, kulit perineal
kemerahan
k. Anus
Tidak ada benjolan mencurigakan, kulit daerah anus kemerahan.
l. Ekstremitas
ANALISA DATA
Tanggal

Data
Ds:

Etiologi
Obstruksi /

Problem
Ketidakefektifan

Pasien mengatakan hidung

adanya sekret

jalan nafas

tersumbat dan hidung gatal yang


mengental
Do :
Mulut pasien selalu
terbuka agar bisa bernafas
Ds :

Kurangnya

Gangguan rasa

Pasien mengatakan nyeri

suplai oksigen

nyeri di kepala

kepala (pusing)
Do :
Pasien terlihat
menyeringai kesakitan
P : Nyeri saat jalan napas
tidak efektif/saat
beraktifitas
Q : Nyeri seperti
tercengkram
10

Ttd

R : Di bagian kepala
S

: Skala nyeri >5

T : Nyeri hilang timbul


TTV:
Suhu = 38 oC
TD = 90/70 mmHg
RR = 25x/mnt Nadi

= 110x/mnt

Ds:

Intake yang

Gangguan

Pasien mengatakan kurang

tidak adekuat

pemenuhan

nafsu makan dan

kebutuhan

kurang tertarik terhadap

nutrisi kurang

makanan

dari kebutuhan
tubuh

Do :
Pasien tidak nafsu makan
A : BB SMRS= 47kg
BB MRS = 45kg 0
B : Hasil pemeriksaan
laborat, penurunan kadar
protein dalam darah tdk
dlm batas normal (<3,5
mg/dl),Hb menurun (<1
mg/dl)
C : Turgor kulit menurun
(kembali > 2 dtk).
Mukosa bibir kering.
D

Penurunan

nafsu

makan, Porsi makan tidak


habis.
3.2 DIAGNOSA
1. Ketidakefektifan jalan nafas b/d obstruksi /adanya secret yang berlebihan
2. Gangguan rasa nyeri di kepala b/d kurang suplai oksigen

11

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Intake yang
tidak adekuat
3.3 PERENCANAAN
Nama

Ruang/kelas

Umur

no.registrasi

Tgl
12-10-13

No.
Dx
1

Tujuan dan

Intervensi

Rasional

Ttd

Kriteria Hasil
Setelah dilakukan

O : Observasi

tindakan

TTV dan keadaan

keadaan umum

keperawatan

umum pasien

paien

selama 1x24 jam

N : Bersihan

secret dapat

jalan napas

berkurang dan

E
yang

efektif

nyaman

- Pasien dapat

2. Untuk mengurangi
secret

: Beri posisi 3. Untuk

jalan napas lebih

Kriteria Hasil :

1. Untuk mengontrol

lebih

memberikan posisi

semi

yang enak dan

fowler

merasa aman

C : Berikan obat

sehingga dengan

sesuai

posisi tersebut kita

hasil

mengetahui cara

kolaborsi, monitor

dapat melakuakn

bersihan jalan

obat

tindakan atau

napas

sampingannya,

dan

respon

- Pasien tidak

membuat aliran
udara lebih lancar

merasa sesak

4. Untuk membantu

akibat

mengurangi sekret

penumpukan

agar jalan nafas

secret

lebih efektif

- Pasien dapat
mengatasi secret
tanpa bantuan
- Tanda-tanda vital
12-10-13

normal
Setelah dilakukan

O : Kaji nyeri,

tindakan

lokasi,

tingkat

keperawatan

karakteristik, dan

sebagai pendoman

12

1. Untuk mengetahui
nyeri

selama 1x24 jam

integritas nyeri

diharapkan nyeri

dengan skala (0-

dapat berkurang
atau hilang

10)
Kaji tanda-tanda
vital
N : Lakukan

Kriteria Hasil :
- klien dapat

masase pada

intervensi
-

selanjutnya.
Perubahan tandatanda

vital

merupakan

indi-

kator

terjadinya

nyeri.
2. Dapat mengurangi

mengetahui

daerah nyeri
E : Ajarkan

terjadinya

teknik relaksasi

gangguan rasa

misalnya napas

(napas

dalam)

nyaman yang

dalam
C : Kolaborasi

dapat

mening-

berhubungan
dengan nyeri

dengan dokter
dalam pemberian

kepala
- klien mengatasi

obat analgetik

nyeri tanpa

rasa nyeri
3. Teknik relaksasi

katkan sup-lain O2
ke

jaringan

sehingga

nyeri

berkurang.
4. Kolaborasi
pemberian

bantuan

analgetik

- Pasien dapat

dapat

meningkatkan

mengatasi secret

kenyamanan/istira

tanpa bantuan

hat umum

- Klien dapat
bergerak dengan
leluasa

Tanda-tanda
vital

12-10-13

dalam

batas normal.
Setelah dilakukan

O : Kaji nutrisi

1. Mengetahui

tindakan

pasien dan catat

langkah

keperawatan

Berat Badan pasien

pemenuhan nutrisi,

selama 1x24 jam

setiap hari.
N : Beri makanan

peningkatan

Di harapkan nutrisi
klien terpenuhi dan
berangsur - angsur
normal

dalam porsi kecil


frekuensi sering.
E : Jelaskan pada
pasien dan keluarga
tentang manfaat
13

dan

penurunan

berat

badan pasien.
2. Memenuhi
kebutuhan

nutrisi

dengan
meminimalkan

Kriteria hasil

makanan/nutrisi.

K : pasien mampu

C : Kolaborasi

mengetahui

dengan dokter

pentingnya asupan

untuk pemberian

gizi untuk

antasida dan

tubuhnya

pemberian nutrisi

A : pasien tidak

parenteral-

rasa

mual

dan

muntah
3. Untuk
meningkatkan
pengetahuan klien
tentang

nutrisi

sehingga motivasi
makan meningkat.
Antasida

merasakan lemas
dan tidak tidak

mengurangi

pucat

rasa

mual dan muntah.

P : nafsu makan

Nutrisi

pasien meningkat

parenteral dibutuh

P : pasien dapat

kan terutama jika

beraktifitas seperti
biasa

kebutuhan

nutrisi

per

sangat

oral

kurang

3.4 PELAKSANAAN
Nama

Ruang/kelas

Umur

No.registrasi :

Tgl/
jam
12-10-

No.

Implementasi

Respon pasien

Dx
1,2,3 1. Observasi Tanda-Tanda Vital D DS : Pasien

13

dan Kaji nyeri, lokasi,

mengatakan bersedia

(09:00)

karakteristik, dan integritas

untuk diperiksa.

nyeri dengan skala (0-10).

DO : pasien tampak
tenang

2. Membersihkan jalan napas


14

DO : Pasien menerima

Tt
d

tindakan yang
diberikan.
DS : Napas pasien lebih
efektif
3. memberikan posisi yang lebih
nyaman / semi fowler

DS:

Pasien

bersedia

melaksanakanya
DO:

Pasien

terlihat

nyaman dan tenang.


4. Memberikan obat sesuai hasil

DO: Obat telah

kolaborsi, monitor obat dan

diminum, pusing (-),

respon sampingannya,

suhu berangsur-angsur
turun dan normal.
DS: Pasien kooperatif

12-10-

2,3

1. Kaji

untuk minum obat.


lokasi, Ds : klien sudah tidak

nyeri,

13

karakteristik,

dan

integritas mengeluh nyeri

(11:00)

nyeri dengan skala (0-10).

- klien mengatakan
skala nyeri pada skala
0

2. Mengkaji nutrisi pasien

Do : klien tidak terlihat


meringis kesakitan
DS: Pasien kooperatif
dalam tindakan.
DO:

Berat

badan

berangsur-angsur
meningkat dan pasien
3. Memberikan makanan dalam
porsi

kecil

dan

frekuensi

merasa segar dan tidak


lemas
DS:

sering.

Pasien

tenang

selama makan.
DO:Pasien
4. Menjelaskan pada pasien dan
keluarga

tentang

manfaat

menghabiskan setengah
porsi.
DS: Pasien menerima

makanan / nutrisi.
1.

penyuluhan yang
15

diberikan.
DO: Pasien mampu
menghindari makanan
12-10-

2,3

13

1. Mengajarkan teknik relaksasi


misalnya napas dalam

(13:00)

yang beresiko negative.


DS:
Pasien
dapat
melakukan tehnik nafas
dalam.
DO:

Pasien

terlihat

semangat.
2. Memberikan antasida dan
pemberian nutrisi parenteral

DS : Pasien kooperatif
untuk minum obat
DO

3. Memberikan posisi yang


nyaman

pasien

tidak

meringis kesakitan
DS:

Pasien

bersedia

melaksanakanya
DO:

Pasien

terlihat

nyaman dan tenang.

3.5 EVALUASI
Nama

Ruang/kelas

Umur

no.registrasi

Tgl

No.

Evaluasi

12-10-

Dx
1.

S : pasien mengatakan sekret mulai hilang dan jalan nafas

13

lebih efektif
O : pasien tidak membuka mulutnya lagi untuk bernafas
A : masalah teratasi

12-1013

2.

P : intervensi di hentikan
S : pasien mengatakan kepalanya sudah tidak nyeri lagi
O : klien tidak terlihat meingis kesakitan
16

Ttd

A : masalah teratasi
12-0213

3.

P : intervensi di hentikan
S : Pasien mengatakan tidak merasa lemas
O : Wajah pasien tidak tampak pucat lagi
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi di hentikan

17

BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Rhinitis alergi secara umum didefinisikan sebagai gangguan fungsi hidung yag
terjadi setelahh paparan allergen melalui inflamasi yang diperantai IgE pada mukosa hidung.
Meksipun bukan penyakit berbahaya yang mematikan rhinitis alergi dianggap penyakit yang
serius karna akan mempengaruhi kualitas hidup penderitanya.
Tak hanya aktivitas sehari-hari yang terganggu, biaya yang akan dikeluarkanpun
akan semakin mahal apabila penyakit ini tidak segera di atasi apabila sudah terjadi kronik.
Macam-macam rhinitis dapat dibedakan berdasarkan sifat, sifat berlangsungnya,
tingkat berat ringannya, dan berdasarkan waktu berlangsungnya.
Tanda dan gejala pada penyakit rhinitis adalah terdapatnya serangan bersin yang
berulang-ulang terutama pada pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu.
Sebenarnya bersin adalah mekanisme normal dari hidung untuk membersihkan diri dari benda
asing, tetapi jika bersin sudah lebih dari lima kali dalam satu kali serangan maka dapat diduga
ini adalah gejala
4.2 SARAN
a. Saran untuk Mahasiswa
Sebagai mahasiswa yang mempunyai banyak kesibukkan dan aktifitas yang
banyak diharapkan kita bisa menjaga kesehatan apa lagi terkait dengan rhinitis alergi
ini yang sangat rentan kepada siapa saja.
Sebagai Mahasiswa kesehatan, kita tidak hanya bisa memberikan penyuluhan
ataupun merawat orang-orang yang sakit tapi yang utama kita harus memperhatikan
keadaan diri kita sendiri dulu.

18

DAFTAR PUSTAKA

Hassan, R. (1985). Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2. Jakarta: Info Medika.

Junadi, P., & dkk. (1982). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2. Jakarta: Media
Aesculapius.

Kowalak, Welsh, & Mayer. (2003). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

mansjoer, A., wardhani, W. I., & dkk. (1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3
Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius.

Price, S. A. (1995). Patofisiologi Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4. Jakarta:


EGC.

19

Вам также может понравиться