Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi Rhinitis Alergi?
2
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan Rhinitis Alergi?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Rhinitis Alergi adalah penyakit atau kelainan yang merupakan manifestasi klinis dari
reaksi hipersensitivitas tipe I (Gell & Coombs) dengan mukosa hidung sebagai organ sasaran.
(mansjoer, wardhani, & dkk, 1999)
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang disebabkan oleh reaksi alergi pada
pasien-pasien yang memiliki atopi, yang sebelumnya sudah tersensitisasi atau terpapar dengan
allergen (zat/materi yang menyebabkan timbulnya alergi) yang sama serta meliputi
mekanisme pelepasan mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan allergen yang
serupa (Von Pirquet, 1986).
Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala-gejala bersin-bersin,
keluarnya cairan dari hidung, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar dengan
allergen yang mekanisme ini diperantarai oleh IgE (WHO ARIA tahun 2001).
2.2 MACAM-MACAM RHINITIS
2.2.1 Berdasarkan sifatnya, Rhinitis Alergi dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa
hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri.
Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali
terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan
musim semi. (Hassan, 1985)
b. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang
disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.
(Hassan, 1985)
2.2.2 Berdasarkan sifat berlangsungnya, Rhinitis Alergi dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Intermitten, yaitu apabila gejala kurang dari 4 hari per minggu atau kurang dari 4
minggu.
b. Persisten, yaitu apabila gejala lebih dari 4 hari per minggu dan atau lebih dari 4
minggu.
2.2.3 Berdasarnya tingkat berat ringannya, Rhinitis Alergi dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Ringan, yaitu apabila tidak ditemuka gangguan tidur, gangguan aktivitas harian,
bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.
b. Sedang atau berat, yaitu apabila terdapat satu atau lebih dari gannguan yang
disebutkan sebelumnya (gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai,
berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu)
2.2.4 Berdasarnya waktu, Rhinitis Alergi dapat digolongakan menjadi 2, yaitu :
a. Rinitis alergi musiman (Hay Fever). Hanya ada di negara yang memiliki 4 musim.
Alergen penyebabnya spesifik, yaitu tepung sari dan spora jamur. (mansjoer,
wardhani, & dkk, 1999)
b. Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial). Disebabkan bukan karena
musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang masa (tahunan)) diakibatkan
karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu
rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat. (Junadi & dkk,
1982)
2.3 TANDA DAN GEJALA
Gejala klinis yang khas adalah terdapatnya serangan bersin yang berulang-ulang
terutama pada pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu. Sebenarnya bersin
adalah mekanisme normal dari hidung untuk membersihkan diri dari benda asing, tetapi jika
bersin sudah lebih dari lima kali dalam satu kali serangan maka dapat diduga ini adalah gejala
rhinitis alergi. Adapun gejala Rhinitis Alergi adalah :
Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin
lebih dari 6 kali).
Hidung tersumbat.
Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya
bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika
berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
2.4 ETIOLOGI
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi
yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
1. Immediate Phase Allergic Reaction, Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1
jam setelahnya
2. Late Phase Allergic Reaction, Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam
dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
1. Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah,
tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur
2. Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur,
coklat, ikan dan udang
3. Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau
sengatan lebah
4. Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa,
misalnya bahan kosmetik atau perhiasan
Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga tahap
besar :
1. Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
2. Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system humoral,
system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut, jika antigen berhasil
dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih ada, karena defek dari ketiga
mekanisme system tersebut maka berlanjut ke respon tersier
3. Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan.
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Serangan bersin berulang lebih dari lima kali dalam satu serangan. Rinorea yang
encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, kadang disertai lakrimasi. Tidak
ada demam. Gejala sering tidak lengkap.
Gejala spesifik lain pada anak-anak bila penyakit telah berlangsung lama (>2 tahun)
adalah bayangan gelap di daerah bawah mata (allergic shiner) akibat statis vena sekunder
karena obstruksi hidung. Anak sering menggosok-gosok hidung dengan punggung tangan
5
(allergic salute). Lama-lama akan mengakibatkan timbul garis melintang di dorsum nasi
sepertiga bawah (allergic crease).
Sering disertai penyakit alergi lainnya seperti asma, urtikaria, atau eksim.
Pada rinoskopi anterior didapatkan mukosa edema, basah, pucat, atau livid, disertai
banyak secret encer. Di luar serangan mukosa kembali normal, kecuali bila telah berlangsung
lama.
2.6 PATOFISIOLOGI
Pada saat terjadi pajanan primer pada suatu allergen, sel T mengenali allergen asing
tersebut dan melepaskan zat kimia yang menginstruksikan sel B untuk memproduksi anti
body khusus yang dinamakan IgE. Anti bodi IgE melekatkan dirinya pada sel mast. Sel mast
dengan IgE yang melekat padanya dapat berada di dalam tubuh selama bertahun-tahun dan
siap beraksi ketika sel tersebut kemudian bertemu dengan allergen yang sama.
Pada saat memasuki tubuh untuk kedua kali, allergen tersebut mengalami kontak
langsung dengan antibody IgE yang mele/l.kat pada sel mast. Kejadian ini menstimulasi sel
mast untuk melepaskan zat-zat kimia, seperti histamine, yang akan memulai suatu respon
yang menyebabkan : kontraksi otot polos dalam saluran napas; dilatasi pembuluh darah halus;
Reaksi Alergi
RHINITIS ALERGI
peningkatan sekresi mucus dalam rongga nasal serta saluran napas; dan rasa gatal. (Kowalak,
Welsh, & Mayer, 2003)
2.7Alergen
PATHWAY
Faktor
polutan
Aspirin
Alergen Kontakt
Alergen Ingestan,
Alergen Injektan
Alergen Inhalan
Gatal
hidung,
telingah
Bersin (> Rinore
5x setiap
(ingus
kalipada
bening
serangan
encerTenggorokan,langit-langit
dan banyak)
Ketidaknyaman
an pasien dalam
Ketidakefektivan jalan nafas
beraktivitas
Nyeri kepala
Terlalu seringSekret
bersin
hidung
yang berlebihan
tersumbat, hidung dan mata gatal
Nutrisi kurangKetidakefektifan
dari kebutuhan jalan napas
Nyeri kepala
2.8 PENATALAKSANAAN
Terapi ideal dalah menghindari kontak dengan alergen penyebab dan eliminasi.
Terapi simtomatis dilakukan melalui pemberian antihistamin dengan atau tanpa
vasokonstriktor atau kortikosteroid per oral atau lokal. Preparat yang dipakai adalah agonis
alfa adrenoeptor. Terutama untuk mengatasi sumbatan hidung. Diberikan peroral biasanya
dalam kombinasi dengan antihistamin seperti pseudoefedrin fenilpropanolamin. Pemberian
topikal harus hemat dan jangka pendek (4-10hari). Efek kortikosteroidbaru terasa setelah
pemakaian lebih lama. Pemakaian topikal dengan preparat baru, seperti beklometason,
flunisolid, dan budesonid dengan pemakaian jangka panjang cukup panjang. Pemakaian
peroral dengan pemberian intermitten atau tapering off hanya untuk kasus berat, diberikan 2
minggu sebelum pemberian topikal agar pemberian topikal efektif.
Dapat diberikan natrium kromolat dalam bentuk inhalasi untuk pencegahan.
Untuk hipertrofi konka, pasien harus dirujuk agar dapat dilakukan kauterisasi konka
inferior dengan nitras argenti atau triklor asetat. Jika hipertrofi sudah berat dapat dilakukan
konkotomi.
Untuk gejala yang berat dan lama serta bila terapi lain tidak memuaskan, dilakukan
imunoterapi melalui desentisasi ddan hiposensitisasi atau netralisasi.
2.9 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis rinitis alergika berdasarkan pada keluhan penyakit, tanda fisik dan uji
laboratorium. Keluhan pilek berulang atau menetap pada penderita dengan riwayat keluarga
atopi atau bila ada keluhan tersebut tanpa adanya infeksi saluran nafas atas merupakan kunci
penting dalam membuat diagnosis rinitis alergika. Pemeriksaan fisik meliputi gejala utama
dan gejala minor. Uji laboratorium yang penting adalah pemeriksaan in vivo dengan uji kulit
goresan, IgE total, IgE spesifik, dan pemeriksaan eosinofil pada hapusan mukosa hidung. Uji
Provokasi nasal masih terbatas pada bidang penelitian.
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1
Identitas Pasien
Nama pasien
Jenis kelamin
Umur
Alamat
Agama
Pekerjaan
Suku bangsa
Diagnosa medik :
Tanggal MRS
Pekerjaan
Alamat
Agama
Pendidikan
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal.
b. Riwayat penyakit dahulu
8
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : klien lemah dan demam
Kesadaran
: composmentis
TTV
RR
Suhu
: Meningkat
Nadi
TD
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan.
9
h. Perut
Inspeksi
: Simetris
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: Hipertimpan,perut kembung
i. Punggung
Tidak ada kelainan tulang belakang (kyfosis, lordosis, skoliosis) tidak ada nyeri
gerak.
j. Genetalia
jenis kelamin perempuan, tidak odem, tidak ada kelainan, kulit perineal
kemerahan
k. Anus
Tidak ada benjolan mencurigakan, kulit daerah anus kemerahan.
l. Ekstremitas
ANALISA DATA
Tanggal
Data
Ds:
Etiologi
Obstruksi /
Problem
Ketidakefektifan
adanya sekret
jalan nafas
Kurangnya
Gangguan rasa
suplai oksigen
nyeri di kepala
kepala (pusing)
Do :
Pasien terlihat
menyeringai kesakitan
P : Nyeri saat jalan napas
tidak efektif/saat
beraktifitas
Q : Nyeri seperti
tercengkram
10
Ttd
R : Di bagian kepala
S
= 110x/mnt
Ds:
Intake yang
Gangguan
tidak adekuat
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi kurang
makanan
dari kebutuhan
tubuh
Do :
Pasien tidak nafsu makan
A : BB SMRS= 47kg
BB MRS = 45kg 0
B : Hasil pemeriksaan
laborat, penurunan kadar
protein dalam darah tdk
dlm batas normal (<3,5
mg/dl),Hb menurun (<1
mg/dl)
C : Turgor kulit menurun
(kembali > 2 dtk).
Mukosa bibir kering.
D
Penurunan
nafsu
11
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Intake yang
tidak adekuat
3.3 PERENCANAAN
Nama
Ruang/kelas
Umur
no.registrasi
Tgl
12-10-13
No.
Dx
1
Tujuan dan
Intervensi
Rasional
Ttd
Kriteria Hasil
Setelah dilakukan
O : Observasi
tindakan
keadaan umum
keperawatan
umum pasien
paien
N : Bersihan
secret dapat
jalan napas
berkurang dan
E
yang
efektif
nyaman
- Pasien dapat
2. Untuk mengurangi
secret
Kriteria Hasil :
1. Untuk mengontrol
lebih
memberikan posisi
semi
fowler
merasa aman
C : Berikan obat
sehingga dengan
sesuai
hasil
mengetahui cara
kolaborsi, monitor
dapat melakuakn
bersihan jalan
obat
tindakan atau
napas
sampingannya,
dan
respon
- Pasien tidak
membuat aliran
udara lebih lancar
merasa sesak
4. Untuk membantu
akibat
mengurangi sekret
penumpukan
secret
lebih efektif
- Pasien dapat
mengatasi secret
tanpa bantuan
- Tanda-tanda vital
12-10-13
normal
Setelah dilakukan
O : Kaji nyeri,
tindakan
lokasi,
tingkat
keperawatan
karakteristik, dan
sebagai pendoman
12
1. Untuk mengetahui
nyeri
integritas nyeri
diharapkan nyeri
dapat berkurang
atau hilang
10)
Kaji tanda-tanda
vital
N : Lakukan
Kriteria Hasil :
- klien dapat
masase pada
intervensi
-
selanjutnya.
Perubahan tandatanda
vital
merupakan
indi-
kator
terjadinya
nyeri.
2. Dapat mengurangi
mengetahui
daerah nyeri
E : Ajarkan
terjadinya
teknik relaksasi
gangguan rasa
misalnya napas
(napas
dalam)
nyaman yang
dalam
C : Kolaborasi
dapat
mening-
berhubungan
dengan nyeri
dengan dokter
dalam pemberian
kepala
- klien mengatasi
obat analgetik
nyeri tanpa
rasa nyeri
3. Teknik relaksasi
katkan sup-lain O2
ke
jaringan
sehingga
nyeri
berkurang.
4. Kolaborasi
pemberian
bantuan
analgetik
- Pasien dapat
dapat
meningkatkan
mengatasi secret
kenyamanan/istira
tanpa bantuan
hat umum
- Klien dapat
bergerak dengan
leluasa
Tanda-tanda
vital
12-10-13
dalam
batas normal.
Setelah dilakukan
O : Kaji nutrisi
1. Mengetahui
tindakan
langkah
keperawatan
pemenuhan nutrisi,
setiap hari.
N : Beri makanan
peningkatan
Di harapkan nutrisi
klien terpenuhi dan
berangsur - angsur
normal
dan
penurunan
berat
badan pasien.
2. Memenuhi
kebutuhan
nutrisi
dengan
meminimalkan
Kriteria hasil
makanan/nutrisi.
K : pasien mampu
C : Kolaborasi
mengetahui
dengan dokter
pentingnya asupan
untuk pemberian
gizi untuk
antasida dan
tubuhnya
pemberian nutrisi
A : pasien tidak
parenteral-
rasa
mual
dan
muntah
3. Untuk
meningkatkan
pengetahuan klien
tentang
nutrisi
sehingga motivasi
makan meningkat.
Antasida
merasakan lemas
dan tidak tidak
mengurangi
pucat
rasa
P : nafsu makan
Nutrisi
pasien meningkat
parenteral dibutuh
P : pasien dapat
beraktifitas seperti
biasa
kebutuhan
nutrisi
per
sangat
oral
kurang
3.4 PELAKSANAAN
Nama
Ruang/kelas
Umur
No.registrasi :
Tgl/
jam
12-10-
No.
Implementasi
Respon pasien
Dx
1,2,3 1. Observasi Tanda-Tanda Vital D DS : Pasien
13
mengatakan bersedia
(09:00)
untuk diperiksa.
DO : pasien tampak
tenang
DO : Pasien menerima
Tt
d
tindakan yang
diberikan.
DS : Napas pasien lebih
efektif
3. memberikan posisi yang lebih
nyaman / semi fowler
DS:
Pasien
bersedia
melaksanakanya
DO:
Pasien
terlihat
respon sampingannya,
suhu berangsur-angsur
turun dan normal.
DS: Pasien kooperatif
12-10-
2,3
1. Kaji
nyeri,
13
karakteristik,
dan
(11:00)
- klien mengatakan
skala nyeri pada skala
0
Berat
badan
berangsur-angsur
meningkat dan pasien
3. Memberikan makanan dalam
porsi
kecil
dan
frekuensi
sering.
Pasien
tenang
selama makan.
DO:Pasien
4. Menjelaskan pada pasien dan
keluarga
tentang
manfaat
menghabiskan setengah
porsi.
DS: Pasien menerima
makanan / nutrisi.
1.
penyuluhan yang
15
diberikan.
DO: Pasien mampu
menghindari makanan
12-10-
2,3
13
(13:00)
Pasien
terlihat
semangat.
2. Memberikan antasida dan
pemberian nutrisi parenteral
DS : Pasien kooperatif
untuk minum obat
DO
pasien
tidak
meringis kesakitan
DS:
Pasien
bersedia
melaksanakanya
DO:
Pasien
terlihat
3.5 EVALUASI
Nama
Ruang/kelas
Umur
no.registrasi
Tgl
No.
Evaluasi
12-10-
Dx
1.
13
lebih efektif
O : pasien tidak membuka mulutnya lagi untuk bernafas
A : masalah teratasi
12-1013
2.
P : intervensi di hentikan
S : pasien mengatakan kepalanya sudah tidak nyeri lagi
O : klien tidak terlihat meingis kesakitan
16
Ttd
A : masalah teratasi
12-0213
3.
P : intervensi di hentikan
S : Pasien mengatakan tidak merasa lemas
O : Wajah pasien tidak tampak pucat lagi
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi di hentikan
17
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Rhinitis alergi secara umum didefinisikan sebagai gangguan fungsi hidung yag
terjadi setelahh paparan allergen melalui inflamasi yang diperantai IgE pada mukosa hidung.
Meksipun bukan penyakit berbahaya yang mematikan rhinitis alergi dianggap penyakit yang
serius karna akan mempengaruhi kualitas hidup penderitanya.
Tak hanya aktivitas sehari-hari yang terganggu, biaya yang akan dikeluarkanpun
akan semakin mahal apabila penyakit ini tidak segera di atasi apabila sudah terjadi kronik.
Macam-macam rhinitis dapat dibedakan berdasarkan sifat, sifat berlangsungnya,
tingkat berat ringannya, dan berdasarkan waktu berlangsungnya.
Tanda dan gejala pada penyakit rhinitis adalah terdapatnya serangan bersin yang
berulang-ulang terutama pada pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu.
Sebenarnya bersin adalah mekanisme normal dari hidung untuk membersihkan diri dari benda
asing, tetapi jika bersin sudah lebih dari lima kali dalam satu kali serangan maka dapat diduga
ini adalah gejala
4.2 SARAN
a. Saran untuk Mahasiswa
Sebagai mahasiswa yang mempunyai banyak kesibukkan dan aktifitas yang
banyak diharapkan kita bisa menjaga kesehatan apa lagi terkait dengan rhinitis alergi
ini yang sangat rentan kepada siapa saja.
Sebagai Mahasiswa kesehatan, kita tidak hanya bisa memberikan penyuluhan
ataupun merawat orang-orang yang sakit tapi yang utama kita harus memperhatikan
keadaan diri kita sendiri dulu.
18
DAFTAR PUSTAKA
Junadi, P., & dkk. (1982). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2. Jakarta: Media
Aesculapius.
Kowalak, Welsh, & Mayer. (2003). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
mansjoer, A., wardhani, W. I., & dkk. (1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3
Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius.
19