Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Maksud
Maksud dari penulisan seminar ini adalah memberikan pemaparan
mengenai konsep panasbumi secara umum terutama pada konsep geokimia fluida
panasbumi dan penerapannya pada penentuan karakteristik dari reservoir
panasbumi dalam kegiatan eksplorasi panasbumi.
1.2.2
Tujuan
Penulisan seminar ini memiliki beberapa tujuan, yaitu :
-
PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang
lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II
SISTEM PANASBUMI
Berisi tentang konsep sistem panasbumi panasbumi meliputi
komponen komponen sistem panasbumi .
BAB III
FLUIDA PANASBUMI
Berisi tentang konsep fluida panasbumi secara umum meliputi
pembentukan, sifat fisik dan kimia fluida, siklus fluida
panasbumi, dan interaksi fluida panasbumi dengan batuan
sekitar.
BAB IV
interaksi
fluida
panasbumi
dengan
batuan
KESIMPULAN
Berisi tentang kesimpulan terhadap seluruh materi yang telah
dijelaskan mengenai geokimia fluida panas bumi.
Panasbumi
Sistem
Panasbumi
Manifestasi
Panasbumi
Analisis Geokimia
Fluida Panasbumi
Geotermometer
Tracer dan Geoindikator
- Silika
- Na K
- Na K
Ca
- Na Li
- K Mg
Karakteristik Reservoir
Panasbumi
BAB II
SISTEM PANASBUMI
Akibat dari adanya proses kegunungapian ini, maka terbentuklah suatu sistem
panasbumi yang memanaskan airtanah yang terkandung dalam batuan cadangan pada
kondisi tertutup, yaitu kondisi dimana batuan cadangan terapit diantara dua batuan
penutup yang menyebabkan uap air dalam batuan cadangan terdapat pada kondisi
tekanan hidrostatis yang sangat tinggi. Tekanan hidrostatis ini menyebabkan uap
jenuh dalam batuan cadangan berubah ke fasa cair sehingga mengakibatkan dalam
batuan cadangan terdapat dua fasa yaitu fasa cair-uap yang terkondensasikan dan fasa
uap itu sendiri. Apabila di daerah ini dilakukan pemboran, maka terjadilah pelepasan
tekanan hidrostatis yang menyebabkan air yang bersuhu tinggi tersebut berubah
menjadi bentuk uap.
Di samping itu proses geologi lainnya antara lain, terjadinya proses
pengangkatan yang mengakibatkan terbentuknya patahan-patahan di sepanjang jalur
gunungapi tersebut. Proses pengangkatan ini akan mendangkalkan sumber panasbumi
di jalur tersebut yang telah terbentuk lebih dahulu. Sedangkan jalur rekahan yang
terjadi akibat pengangkatan tersebut menyebabkan air panas atau uap merembes ke
permukaan dan ini merupakan pertunjuk adanya sistem panasbumi di kedalaman serta
indikasi gejala akhir kegiatan vulkanisme.
Akibat adanya proses pengangkatan tersebut di atas, cenderung membentuk
suatu sistem pegunungan. Sistem pegunungan ini dapat berfungsi sebagai penangkap
air hujan, dimana peresapan air ke dalam tanah akan lebih besar dan membentuk
cadangan air bawah permukaan selama berjuta-juta tahun. Inilah yang merupakan
cikal bakal proses pembentukan sistem panasbumi dengan disertai sumber
panasnya berupa magma melalui erupsi semi magmatis. Penelitian sampai saat ini
menunjukkan bahwa lapangan panasbumi tersebar di daerah yang mempunyai aliran
panas (heat flow) tinggi dan sirkulasi fluida yang besar. Daerah dengan aliran panas
tinggi ini berasosiasi dengan seting tektonik yang menghasilkan magmatisme seperti
di zona pemekaran (spreading of rifting), zona tumbukan (subduction zone), dan zona
hot spot.
Sistem panasbumi bersuhu tinggi yang berasosiasi dengan gunung api dapat
dibagi menjadi Sistem panasbumi satu fasa ( air hangat, air panas, dan uap panas )
dan sistem panasbumi dua fasa ( dominasi uap dan dominasi air ).
a. Sistem Panasbumi dominasi uap
Sistem panasbumi dominasi uap yaitu sistem panasbumi dengan
rongga rongga batuan reservoirnya sebagian besar berisi uap panas.
Dalam sistem dominasi uap diperkirakan uap mengisi rongga rongga,
saluran terbuka atau rekahan rekahan sedangkan air mengisi pori pori
batuan. Karena jumlah air yang terkandung dalam pori pori batuan
relatif sedikit, maka saturasi air mungkin sama atau hanya sedikit lebih
besar dari saturasi air konat sehingga air terperangkap dalam pori pori
batuan dan tidak bergerak, oleh sebab itu hanya uap air saja yang
terproduksi ke lubang bor.
Hal tersebut terjadi karena adanya tekanan termodinamika dalam
massa zat alir yang meningkat. Sumber panas umumnya berupa vulkan
berumur Miosen atau Kuarter maupun intrusi dan terdapat pada
kedalaman 2 - 7 km. Saturasi air <40% dan saturasi uap >60%. Besarnya
suhu dan tekanan pada reservoir mendekati entalpi maksimum uap kering
(~240C dan 3,3 MPa) dan bersifat konstan hingga pada bagian bawah
zona uap. Batuan pada reservoir yang memenuhi syarat untuk sistem ini
adalah batuan yang memiliki porositas dan permeabilitas tinggi, batuan
sekitar yang permeabilitasnya kecil (sehingga recharge air kecil ~<1 mD),
serta batuan penudung yang kedap air.
Berdasarkan perubahan fasa dan suhunya, sistem dominasi uap dapat
dibagi lagi menjadi :
1. Sistem dominasi uap kering : Air berubah fasa seluruhnya menjadi
uap. Suhu yang dibutuhkan >500C. Energi panasbumi sistem uap
kering umumnya ditemukan di daerah intrusi magma yang sumber
panas
(mud
pools),
geyser
dan
manifestasi
panasbumi
lainnya,
bawah
permukaan
atau
karena
adanya
rekahan-rekahan
yang
11
13
14
15
16
e. Fumarole
Fumarole adalah lubang kecil yang memancarkan uap panas kering dry
steam) atau uap panas yang mengandung butiran air (wet steam). Apabila
uap tersebut mengandung H2S maka manifestasi permukaan tersebut
disebut solfatar. Fumarole yang memancarkan uap dengan kecepatan
tinggi kadang-kadang juga dijumpai di daerah tempat terdapatnya system
dominasi uap. Uap tersebut mungkin mengandung SO2 yang hanya stabil
pada
temperatur
yang
sangat
tinggi
(>500C).
Fumarole
yang
17
f. Geyser
Geyser didefinisikan sebagai mataair panas yang menyembur ke udara
secara intermittent (pada selang waktu tak tentu) dengan ketinggian air
sangat beraneka ragam, yaitu kurang dari satu meter hingga ratusan meter.
Selang waktu penyemburan air (erupsi) juga beraneka ragam, yaitu dari
beberapa detik hingga beberapa hari. Lamanya air menyembur ke
permukaan juga sangat beraneka ragam, yaitu dari beberapa detik hingga
beberapa jam. Geyser merupakan manifestasi permukaan dari sistem
dominasi air. Urutan prosesnya adalah : Pengisian celah secara perlahanlahan pencapaian titik didih flashing uap pengosongan celah.
18
19
h. Silika Sinter
Silika sinter adalah endapan silika di permukaan yang berwarna
keperakan. Umumnya dijumpai di sekitar mataair panas dan lubang geyser
yang menyemburkan air yang bersifat netral. Apabila laju aliran panas
tidak terlalu besar umumnya di sekitar mataair panas tersebut terbentuk
teras-teras silika yang berwarna keperakan (silica sinter terraces atau
sinter platforms). Bila air panas banyak mengandung karbonat maka akan
terbentuk teras-teras travertin (travertine terrace). Silika sinter merupakan
manifestasi permukaan dari sistem panasbumi yang didominasi air.
i.
Batuan alterasi
Alterasi hidrotermal merupakan proses yang terjadi akibat adanya
reaksi antara batuan asal dengan fluida panasbumi. Batuan hasil alterasi
hidrotermal tergantung pada beberapa faktor, tetapi yang utama adalah
temperatur, tekanan, jenis batuan asal, komposisi fluida (khususnya pH)
dan lamanya reaksi (Browne, 1984). Proses alterasi hidrotermal yang
terjadi akibat adanya reaksi antara batuan dengan jenis florida yang
berasal dari reservoir panasbumi yang terdapat jauh di bawah permukaan
20
j.
Rembesan ( Seepage )
Merupakan rembesan keluar fluida panasbumi pada level dangkal atau
dalam. Rembesan pada level dangkal sering muncul di dasar sungai,
rembesan pada level dalam umum dijumpai pada medan termal, pada
kaki-kaki tebing, dan disebut concealed outflow.
21
22
BAB III
FLUIDA PANASBUMI
23
Alkali, antara lain K+, Na+, Li+ yang membentuk basa kuat.
Metal alkali tanah, antara lain Br2+, Mg2+, Ca2+, Sr2+, Ba2+,
Ra2+ yang membentuk basa lemah.
Ion Hidrogen.
Metal berat, antara lain Fe2+, Mn2+ membentuk basa yang
terdisosiasi.
a. Sodium dan Potasium (Na/ K)
Sodium biasanya merupakan kation yang dominan dan
dijumpai dalam fluida panasbumi temperatur tinggi. Variasi
sistematik dalam perbandingan sodium dan potassium dengan
temperatur tinggi umum terjadi, tetapi pada sistem panasbumi
yang bersifat asam, dan didalam daerah yang memiiki variasi
batuan yang luas ini memungkinkan untuk membuat hubungan
yang tepat atau teliti antara Na/ K dengan temperatur air
( White, 1965 : Ellis dan Mahon, 1967 ). Rekristalisasi
hidrothermal pada batuan vulkanik atau batuan kuarsa
feldspatik
cenderung
menghasilkan
potassium
feldspar,
potassium mika dan albit. Hal ini ditinjau dari alterasi batuan
hidrothermal sumur yang dalam dan percobaan laboratorium
pada temperatur diatas 200C.
b. Kalsium (Ca)
Ion Ca adalah unsur dari fluida reservoir yang
berkombinasi dengan ion karbonat atau sulfat dengan cepat
membentuk kerak (scale) pengikut atau padatan.
c. Magnesium (Mg)
Ion Mg biasanya berada dalam konsentrasi yang kurang
lebih mendekati konsentrasi Ca. Magnesium juga seperti ion
Kalsium, yaitu dapat berkombinasi dengan ion karbonat
sehingga menimbulkan masalah scale.
24
d. Ferrum (Fe)
Kandungan Ferrum (besi) dari fluida reservoir biasanya
cukup rendah dan adanya unsur besi yang biasanya
ditunjukkan dengan adanya korosi besi, mungkin terdapat pada
larutan sebagai ion Ferri (Fe3+) dan Ferro (Fe2+) atau mungkin
dalam suspensi sebagai endapan senyawa besi. Kandungan besi
sering digunakan untuk mendeteksi dan memonitor korosi
dalam sistem air.
e. Barium (Ba)
Barium adalah unsur yang memiliki kemampuan untuk
berkombinasi dengan ion sulfat untuk membentuk ion
insoluble yaitu Barium Sulfat (BaSO4).
f. Strontium (Sr)
Seperti
Barium
dan
kalsium.
Strontium
dapat
ini
merupakan
ion
yang
dapat
terkadang
disebut
methyl
orange
alkalinity.
c. Sulfat (SO4-)
Ion sulfat sering menimbulkan masalah, sebab
ion ini memiliki kemampuan untuk bereaksi dengan
kalsium, barium atau stronsium untuk membentuk scale
insoluble juga membantu sebagai food substance
yaitu pengurangan bakteri.
Ion-ion tersebut
akan
bergabung diantara
CaCO3,
reversible
27
Apabila
kondenstat
fluida
28
bersifat
asam
akan
cenderung
mengakibatkan
jika
terdapat
sulfur
dioksida
juga
Air
dalam
batuan
basaltik
memiliki
isotop
Li
termasuk
mineral
alterasi
Kalsium,
fluida
panasbumi
pada
umumnya
Non
condensable
gas
pada
fluida
33
BAB IV
GEOKIMIA FLUIDA PANASBUMI
34
Ciri fisik fluida jenis ini biasanya berwarna keruh, sering berasosiasi
dengan kolam lumpur dan collapse creater. Warna keruh dan kandungan Al
dan Fe yang cukup tinggi mengindikasikan adanya pelarutan batuan, hal ini
disebabkan karena fluida jenis ini cenderung reaktif terhadap batuan yang
dilewatinya.
4.1.3 Air bikarbonat
Fluida jenis ini dicirikan dengan kandungan Cl yang rendah,
kandungan sulfat juga rendah dan bikarbonat ( HCO3 ) sebagai anion
utamanya. Pada sistem yang berasosiasi dengan batuan vulkanik biasanya air
bikarbonat terbentuk pada bagian yang dangkal di tepi lapangan oleh
kondensasi uap di bawah muka airtanah. Pada sistem yang berasosiasi dengan
batuan sedimen pembentukan fluida jenis ini dikontrol oleh keberadaan
batugamping. Air bikarbonat cenderung sedikit asam bisa juga netral atau
sedikit basa.
4.1.4 Brine
Fluida ini terbentuk dengan berbagai cara seperti pelarutan sikuen
endapan evaporit oleh air meteorik, terperangkapnya connate water pada
cekungan sedimentasi serta proses proses lainnya. Brine merupakan larutan
yang berkonsentrasi tinggi, pH menunjukkan asam lemah dengan unsur utama
adalah Cl ( 10000 hingga lebih dari 100000 ppm ). Konsentrasi Na ( kation
utama ), K dan Ca tinggi, densitas brine biasanya tinggi sehingga tidak
muncul di permukaan.
4.1.5 Air meteorik
Airtanah biasanya mengandung Ca, Mg, Na, K, SO4, HCO3 dan Cl
selain itu terdapat pula Fe, SiO2 dan Al. Selain itu airtanah juga biasanya
mengandung gas terlarut berupa O2 dan N2. Air sungai mempunyai anion
utama HCO3 dan kation utama adalah Ca sedangkan air hujan mempunyai
anion utama Cl dan kation utama Na.
35
temperatur
37
Gambar 4.2 diagram kelarutan beberapa macam mineral silika terhadap temperatur,
kurva A silika amorf, kurva B opal, kurva C kristobalit, kurva D kalsedon kurva E
kuarsa
Geotermometer
Persamaan
Referensi
Quartz No
Fournier (1977)
Fournier (1977)
steam loss
Quartz
maximum steam
loss at 100C
38
Geotermometer
Persamaan
Referensi
Quartz
T = 42.198 + 0.28831C-3.6686 x
T = 53.500 + 0.11236C-0.5559x
-4
-7
Arnorsson (1983)
10 C + 0.1772x10 C + 88.390
log C
Chalcedony
Fournier (1977)
Chalcedony
Arnorsson (1983)
Cristobalite
Fournier (1977)
Opal
Fournier (1977)
Geotermometer
Persamaan
Referensi
Na - K
Truesdell (1976)
Na - K
Tonani (1980)
Na - K
Arnorsson et all
(1983 )
Na - K
Fournier (1979)
39
Geotermometer
Persamaan
Referensi
Na - K
Na - K
Giggenbach (1988)
40
Jika T > 70C dan R < 50 gunakan R untuk mencari TMg dari
grafik koreksi Mg.
41
1195
log
log
+0.38
1195
+0.13
273
273
42
dapat diinterpretasi dengan bantuan diagram segitiga berikut ditampilkan data hasil
analisis fluida panasbumi dari berbagai daerah.
44
46
% Mg = ( 100 [Mg]1/2 ) / S
% K = [K] / S
47
BAB V
KESIMPULAN
Dari pemaparan yang telah disajikan dalam makalah ini maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem panasbumi didefinisikan sebagai perpindahan panas secara alami
dalam volume tertentu di kerak bumi dimana panas dipindahkan dari
sumber panas ke zona pelepasan panas. Sistem panasbumi tersusun oleh
tiga komponen utama, yaitu : Sumber panas, batuan reservoir yang
permeabel, dan adanya sirkulasi air untuk membawa panas dari dalam
bumi ke permukaan bumi.
2. Analisis geokimia fluida panasbumi dilakukan pada fluida jenis air klorida.
air asam sulfat, air bikarbonat, brine dan air meteorik.
3. Interpretasi suhu reservoir panasbumi dapat dilakukan dengan metode
geotermometer yaitu geotermometer silika, geotermometer Na K,
geotermometer Na K Ca, geotermometer Na Li dan geotermometer
K Mg.
4. Interaksi fluida dengan batuan dapat diketahui dari metode geoindikator
dan tracer dengan menggunakan diagram segitiga Cl SO4 HCO3, Cl
Li B dan Na K Mg untuk mengetahui asal usul zat terlarut dalam
fluida yang berasal dari interaksi dengan batuan.
48
DAFTAR PUSTAKA
Armstead, H.C.H., 1979, Geothermal Energy, E & FN, Spoon. Ltd London City
Reprmted.
Barryadi, F., 1995, Struktur Geologi di Lapangan Panasbumi Daerah Awibengkok
dan Sekitarnya Kabupaten Sukabumi dan Bogor, Jawa Barat. Jurusan
Geologi, UNPAD, Bandung.
Chilingar, George V., et all., 1982, Hand Book of Geothermal Energy, University of
Southern Callifornia.
Dickson, M.H., and Fanelli, M., 2004, What is Geothermal Energy? , University of
Colombia.
http://iga.igg.cnr.it/ documenti/ geo/ Geothermal%20Energy.en.pdf
Edward F Wahl., 1977, Geothermal Energy Utilization, John Willey and Sons, New
York.
Ellis Aj and Mahon., 1977, Chemistry and Geothermal System, Academic Press, Inc,
Orlando, Floride.
Goff, F., dan Janik, C.J., 2000, Geothermal Systems, dalam Sigurdsson, H.,
Houghton, B., Rymer, H., Encyclopedia of Volcanoes. hlm. 817-834, Academic
Press.
Grant, M.A., 1960, Geothermal Reservoir Engineering, Academic Pres, Inc, New
York.
Hochstein, M. P., 1995, Classification and Assessment of Geothermal Resources,
Geothermal Reservoir Course, Geothermal Institute, University of Auckland.
Makalah PB Potensi dan WKP Panasbumi, Kolokium Hasil Lapangan-DIM, 2005.
Mars G. Fontana, 1986, Corrosion Engineering, Third Edition, Mc Graw Hill Book
Co, New York.
NACE, Basic Corrosion Cow-se Ninth Printing, Houston, Texas 1978. Ridwan
Fakih, Basic Corrosion Engineering, Petroleum Engineering PT CPl,
Pekanbaru, 1993.
49