Вы находитесь на странице: 1из 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Panasbumi merupakan sumber energi panas yang terbentuk secara
alami di bawah permukaan bumi. Sumber energi tersebut berasal dari pemanasan
batuan dan air bersama unsur-unsur lain yang berasal dari aktivitas magmatisme
di dalam kerak bumi. Untuk pemanfaatannya, perlu dilakukan kegiatan eksplorasi
dan eksploitasi guna mentransfer energi panas tersebut ke permukaan dalam
wujud uap panas, air panas, atau campuran uap dan air serta unsur-unsur lain yang
dikandung panasbumi. Pada prinsipnya dalam kegiatan panasbumi yang
dieksploitasi adalah air panas dan uap air.
Sumber daya panasbumi ramah lingkungan karena unsur-unsur yang
berasosiasi dengan energi panas tidak membawa dampak lingkungan atau berada
dalam batas ketentuan yang berlaku. Panasbumi merupakan sumber energi panas
dengan ciri terbarukan karena proses pembentukannya terus-menerus sepanjang
masa selama kondisi lingkungan dapat terjaga keseimbangannya.
Indonesia memiliki potensi sumber daya panasbumi yang besar
dibandingkan dengan potensi panasbumi dunia. Namun, hingga saat ini
panasbumi tersebut masih belum dapat dimanfaatkan secara optimal, khususnya
sebagai salah satu energi pilihan pengganti bahan bakar minyak. Mengingat sifat
sumber energi panasbumi tidak dapat diekspor, pemanfaatannya terutama
ditujukan untuk mencukupi kebutuhan energi domestik yang dapat memberikan
nilai tambah dalam rangka optimalisasi pemanfaatan aneka ragam sumber energi

di Indonesia. Dengan demikian, pemanfaatan panasbumi dapat turut menunjang


pembangunan nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut maka pada karya tulis seminar ini akan
diuraikan tentang sistem panasbumi secara umum terutama pada karakteristik
fluida panasbumi dan aplikasinya untuk mengetahui sifat atau karakteristik dari
reservoir panasbumi tersebut.
1.2 Maksud dan Tujuan
Penulisan Seminar yang berjudul Aplikasi geokimia fluida
panasbumi untuk mengetahui karakteristik dari reservoir panasbumi memiliki
maksud dan tujuan sebagai berikut :
1.2.1

Maksud
Maksud dari penulisan seminar ini adalah memberikan pemaparan

mengenai konsep panasbumi secara umum terutama pada konsep geokimia fluida
panasbumi dan penerapannya pada penentuan karakteristik dari reservoir
panasbumi dalam kegiatan eksplorasi panasbumi.
1.2.2

Tujuan
Penulisan seminar ini memiliki beberapa tujuan, yaitu :
-

Mengetahui konsep dan pengertian sistem panasbumi.

Mengetahui konsep geokimia fluida panasbumi.

Mengetahui komponen sistem panasbumi.

Mengetahui macam - macam fluida panasbumi untuk mengetahui


karakteristik dari reservoir panasbumi.

1.3 Ruang Lingkup


Materi yang dibahas dalam penulisan seminar ini adalah mengenai konsep
sistem panasbumi dan konsep geokimia fluida panasbumi dan aplikasinya untuk
mengetahui karakteristik dari reservoir panasbumi meliputi konsep umum tentang
2

sistem panasbumi dan geokimia fluida panasbumi, macam macam fluida


panasbumi, dan bentuk terapannya untuk mengetahui karakteristik dari reservoir
panasbumi.

1.4 Metodologi Penelitian


Metode penulisan karya tulis seminar ini dilakukan dengan metode deskriptif
yaitu melalui studi pustaka dan studi literatur melalui buku buku referensi,
jurnal jurnal ilmiah, dan laporan penelitian.

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan laporan seminar yaitu :
BAB I

PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang
lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II

SISTEM PANASBUMI
Berisi tentang konsep sistem panasbumi panasbumi meliputi
komponen komponen sistem panasbumi .

BAB III

FLUIDA PANASBUMI
Berisi tentang konsep fluida panasbumi secara umum meliputi
pembentukan, sifat fisik dan kimia fluida, siklus fluida
panasbumi, dan interaksi fluida panasbumi dengan batuan
sekitar.

BAB IV

GEOKIMIA FLUIDA PANASBUMI


Berisi tentang konsep geokimia dalam sistem panasbumi
meliputi

interaksi

fluida

panasbumi

dengan

batuan

( geoindikator dan tracer ), geotermometer fluidapanas bumi


dalam penentuan karakteristik reservoir panasbumi.
BAB V

KESIMPULAN
Berisi tentang kesimpulan terhadap seluruh materi yang telah
dijelaskan mengenai geokimia fluida panas bumi.

1.6 ALUR PENYUSUNAN PENULISAN

Panasbumi
Sistem
Panasbumi
Manifestasi
Panasbumi

Analisis Geokimia
Fluida Panasbumi
Geotermometer
Tracer dan Geoindikator
- Silika
- Na K
- Na K
Ca
- Na Li
- K Mg

- Diagram Cl SO4 HCO3


- Diagram Cl Li- B
- Diagram Na K - Mg

Karakteristik Reservoir
Panasbumi

BAB II
SISTEM PANASBUMI

Panasbumi merupakan energi panas yang terbentuk secara alami dan


tersimpan dalam bentuk air panas atau uap panas pada kondisi geologi tertentu pada
kedalaman beberapa kilometer di dalam kerak bumi (Rybach, 1981). Hochstein dan
Browne (2000) mendefinisikan sistem panasbumi sebagai perpindahan panas secara
alami dalam volume tertentu di kerak bumi dimana panas dipindahkan dari sumber
panas ke zona pelepasan panas. Kunci kekuatan untuk menggerakkan fluida adalah
perbedaan densitas antara air resapan yang suhunya lebih rendah dan bergerak ke
bawah dengan fluida panasbumi yang suhunya lebih tinggi yang kemudian muncul ke
permukaan bumi oleh gaya pengapungan (Rybach,1985).
Sistem panasbumi dijumpai pada daerah dengan gradien panasbumi relatif
normal, terutama pada bagian tepi lempeng dimana gradien panasbumi biasanya
mempunyai kisaran suhu yang lebih tinggi daripada suhu rata-rata (Dickson dan
Fanelli, 2004). Terdapat tiga (3) elemen penting yang berpengaruh dalam sistem
panasbumi, terutama sistem panasbumi hidrothermal yang terdapat di sebagian besar
Indonesia, yaitu :
1. Sumber Panas
Sumber panas pada lapangan panasbumi adalah magma yang berasal
dari kedalaman 50-100 km, bergerak ke atas, mengintrusi lapisan-lapisan
batuan dengan membawa temperatur yang tinggi (900-1200C) menuju
kedalaman dangkal yang berkisar antara 2-10 km. Bentuk dari intrusi ini
biasanya intrusi kecil yang berulang seperti retas (dyke).

2. Reservoir dan Caprock


Reservoir adalah suatu batuan yang mempunyai porositas dan
permeabilitas yang baik serta mengandung fluida panas akibat adanya panas
bumi. Reservoir umumnya dilapisi oleh batuan penutup (caprock) yang
impermeabel dan berhubungan dengan permukaan area resapan.
3. Fluida
Fluida pada umumnya berupa air meteorik (berasal dari permukaan
bumi), dan adanya air magmatik bersama volatil yang sangat mempengaruhi
komposisi kimia. Pada reservoir tersebut air meteorik dapat mengganti fluida
yang keluar dari reservoir secara alamiah (hot springs) atau fluida yang keluar
melalui lubang bor. Air meteorik akan berada dalam fasa uap atau fasa cair,
tergantung kepada besarnya tekanan dan temperatur. Air ini terkadang
membawa unsur kimia dan gas seperti CO2, H2S dan lain- lain.
Secara umum sebaran sumber panasbumi terletak sepanjang jalur gunungapi,
seperti halnya di Indonesia sendiri. Maka dengan sendirinya pembentukan sumber
panasbumi ini dikontrol oleh proses-proses geologi yang telah atau sedang
berlangsung di sepanjang jalur gunungapi tersebut. Proses-proses geologi itu sendiri
merupakan suatu kegiatan magma di sepanjang jalur gunungapi yang mengakibatkan
terbentuknya terobosan-terobosan batuan beku dan muntahan hasil letusan gunungapi
berupa batuan piroklastik dan lava yang menyebar menutupi lereng-lereng, lembahlembah atau cekungan-cekungan yang ada pada jalur tersebut. Intrusi ini berfungsi
sebagai pemanas akuifer yang telah ada, sedangkan hasil letusan gunungapi berupa
perselingan antara endapan vulkanik dan aliran lava memungkinkan untuk
terbentuknya batuan cadangan uap (reservoir rocks) dan batuan tudung / penutup
(cap rocks).

Akibat dari adanya proses kegunungapian ini, maka terbentuklah suatu sistem
panasbumi yang memanaskan airtanah yang terkandung dalam batuan cadangan pada
kondisi tertutup, yaitu kondisi dimana batuan cadangan terapit diantara dua batuan
penutup yang menyebabkan uap air dalam batuan cadangan terdapat pada kondisi
tekanan hidrostatis yang sangat tinggi. Tekanan hidrostatis ini menyebabkan uap
jenuh dalam batuan cadangan berubah ke fasa cair sehingga mengakibatkan dalam
batuan cadangan terdapat dua fasa yaitu fasa cair-uap yang terkondensasikan dan fasa
uap itu sendiri. Apabila di daerah ini dilakukan pemboran, maka terjadilah pelepasan
tekanan hidrostatis yang menyebabkan air yang bersuhu tinggi tersebut berubah
menjadi bentuk uap.
Di samping itu proses geologi lainnya antara lain, terjadinya proses
pengangkatan yang mengakibatkan terbentuknya patahan-patahan di sepanjang jalur
gunungapi tersebut. Proses pengangkatan ini akan mendangkalkan sumber panasbumi
di jalur tersebut yang telah terbentuk lebih dahulu. Sedangkan jalur rekahan yang
terjadi akibat pengangkatan tersebut menyebabkan air panas atau uap merembes ke
permukaan dan ini merupakan pertunjuk adanya sistem panasbumi di kedalaman serta
indikasi gejala akhir kegiatan vulkanisme.
Akibat adanya proses pengangkatan tersebut di atas, cenderung membentuk
suatu sistem pegunungan. Sistem pegunungan ini dapat berfungsi sebagai penangkap
air hujan, dimana peresapan air ke dalam tanah akan lebih besar dan membentuk
cadangan air bawah permukaan selama berjuta-juta tahun. Inilah yang merupakan
cikal bakal proses pembentukan sistem panasbumi dengan disertai sumber
panasnya berupa magma melalui erupsi semi magmatis. Penelitian sampai saat ini
menunjukkan bahwa lapangan panasbumi tersebar di daerah yang mempunyai aliran
panas (heat flow) tinggi dan sirkulasi fluida yang besar. Daerah dengan aliran panas
tinggi ini berasosiasi dengan seting tektonik yang menghasilkan magmatisme seperti
di zona pemekaran (spreading of rifting), zona tumbukan (subduction zone), dan zona
hot spot.

Zona tumbukan terutama di sepanjang Sirkum Pasifik seperti Filipina, Jepang,


Amerika Tengah dan Amerika Selatan serta Indonesia dikenal sebagai daerah yang
kaya akan sistem panasbumi. Daerah ini dikenal mempunyai busur gunung api
(volcanic arc) yang aktif dan mempunyai sistem panasbumi yang bersuhu tinggi.

Gambar 2.1 Model Panas Bumi ( Dickson dan Fanelli, 2004 )

Sistem panasbumi diklasifikasikan sebagai dominasi uap atau dominasi air,


tergantung pada jenis fasa fluida pembawa panas pada reservoir. ( Goff dan Janik,
2000 ). Selain klasifikasi tersebut, Hochstein dan Brown ( 2000 ) mengklasifikasikan
sistem panasbumi berdasarkan temperatur reservoir pada kedalaman 1 km, yaitu :
a. Sistem bersuhu tinggi ( > 225 C )
b. Sistem bersuhu sedang ( 125 C - 225 C )
c. Sistem bersuhu rendah ( < 125 C )

Sistem panasbumi bersuhu tinggi yang berasosiasi dengan gunung api dapat
dibagi menjadi Sistem panasbumi satu fasa ( air hangat, air panas, dan uap panas )
dan sistem panasbumi dua fasa ( dominasi uap dan dominasi air ).
a. Sistem Panasbumi dominasi uap
Sistem panasbumi dominasi uap yaitu sistem panasbumi dengan
rongga rongga batuan reservoirnya sebagian besar berisi uap panas.
Dalam sistem dominasi uap diperkirakan uap mengisi rongga rongga,
saluran terbuka atau rekahan rekahan sedangkan air mengisi pori pori
batuan. Karena jumlah air yang terkandung dalam pori pori batuan
relatif sedikit, maka saturasi air mungkin sama atau hanya sedikit lebih
besar dari saturasi air konat sehingga air terperangkap dalam pori pori
batuan dan tidak bergerak, oleh sebab itu hanya uap air saja yang
terproduksi ke lubang bor.
Hal tersebut terjadi karena adanya tekanan termodinamika dalam
massa zat alir yang meningkat. Sumber panas umumnya berupa vulkan
berumur Miosen atau Kuarter maupun intrusi dan terdapat pada
kedalaman 2 - 7 km. Saturasi air <40% dan saturasi uap >60%. Besarnya
suhu dan tekanan pada reservoir mendekati entalpi maksimum uap kering
(~240C dan 3,3 MPa) dan bersifat konstan hingga pada bagian bawah
zona uap. Batuan pada reservoir yang memenuhi syarat untuk sistem ini
adalah batuan yang memiliki porositas dan permeabilitas tinggi, batuan
sekitar yang permeabilitasnya kecil (sehingga recharge air kecil ~<1 mD),
serta batuan penudung yang kedap air.
Berdasarkan perubahan fasa dan suhunya, sistem dominasi uap dapat
dibagi lagi menjadi :
1. Sistem dominasi uap kering : Air berubah fasa seluruhnya menjadi
uap. Suhu yang dibutuhkan >500C. Energi panasbumi sistem uap
kering umumnya ditemukan di daerah intrusi magma yang sumber

panasnya dangkal, dimana sirkulasi aliran air di dalam batuan


cadangan uap terdapat dalam kondisi uap kering dan pemindahan
panasnya berbentuk aliran uap kering. Sistem panasbumi ini
dicerminkan dipermukaan oleh adanya mataair panas, fumarola dan
geiser (Zohdy et.al, 1973). Dari hasil analisis kimia airpanas, sistem
panasbumi ini biasanya menunjukkan kandungan khlorida dan derajat
keasaman rendah serta mempunyai temperatur permukaan antara
200C sampai 240C pada tekanan sekitar 35 kg/cm2 dalam entalphi
sebesar 669,7 kal/grm (White et.al, 1971).
2. Sistem dominasi uap basah : Adanya percampuran air dan uap panas.
Pada sistem ini terjadi penurunan panas dan air bergerak ke
permukaan. Suhu yang dibutuhkan minimal 100C. Energi sistem
panasbumi uap basah/ air panas, umumnya ditemukan di daerah
panasbumi yang sumber panasnya relatif dalam, dimana sirkulasi
aliran air di dalam batuan cadangan terdapat dalam kondisi cair dan
pemindahan panasnya berbentuk aliran panas. Sistem panasbumi ini
dicerminkan di permukaan oleh adanya mataair panas dan sinter silika.
Dari hasil analisis kimia air panas, sistem panasbumi ini biasanya
menunjukkan kandungan khlorida tinggi dan derajat keasaman normal
serta mempunyaitemperatur maksimal bawah permukaan 180C
(White et.all, 1971). Manifestasi yang sering dijumpai : fumarola,
steaming ground, dan mataair sulfat. Sistem panasbumi dominasi uap
ini jarang dijumpai, antara lain : Larderello (Italia), the Geyser (USA),
Matsukawa (Jepang), Kamojang dan Darajat (Indonesia) (Goff dan
Janik, 2000).

b. Sistem Panasbumi Dominasi Air


Sistem panasbumi ini sangat umum dijumpai. Sirkulasi aliran terjadi
pada fasa cair dan proses perpindahan panas ke permukaan terbentuk
10

tanpa adanya batuan penudung. Reservoir dijumpai pada kedalaman


1800 m-3000 m. Permeabilitas batuan pada reservoir tinggi, sedangkan
pada zona recharge, permeabilitasnya sedang. Di Indonesia, sistem
panasbumi dominasi air umumnya berasosiasi dengan gunungapi strato
andesitik. Pada sistem ini diperkirakan 80% dari batuan reservoirnya
berisi air (saturasi air = 80%). Temperatur bervariasi antara 200-300C.
Pada sistem dominasi air, baik tekanan maupun temperatur tidak konstan
terhadap kedalaman.

Berbeda dengan sistim minyak-gas, adanya suatu sumber daya panasbumi di


bawah permukaan sering kali ditunjukkan olehadanya manifestasi panasbumi di
permukaan (geothermal surface manifestation), seperti mataair panas, kubangan
lumpur

panas

(mud

pools),

geyser

dan

manifestasi

panasbumi

lainnya,

dimanabeberapa diantaranya, yaitu mata air panas, kolam air panassering


dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mandi, berendam, mencuci, masak dll.
Manifestasi panasbumi dipermukaan diperkirakan terjadi karena adanya perambatan
panasdari

bawah

permukaan

atau

karena

adanya

rekahan-rekahan

yang

memungkinkan fluida panasbumi (uap dan air panas) mengalir ke permukaan.


Daerah dimana terdapat manifestasi panasbumi dipermukaan biasanya
merupakan daerah yang pertama kali dicari dan dikunjungi pada tahap eksplorasi.
Dari karakterisasi manifestasi panasbumi di permukaan serta kandungan kimia air
dapat dibuat berbagai perkiraan mengenai sistem panasbumi di bawah permukaan,
misalnya mengenai jenis dan temperatur reservoir. Klasifikasi manifestasi panas di
permukaan dibagi menjadi 5, yaitu :
1. Diffuse Discharge, merupakan evaporasi atau penguapan dari air bebas di
permukaan, dengan area yang menyebar. Contohnya warm ground, warm/
hot pool dan steaming ground.

11

2.Direct/ Concentrated Discharge, merupakan manifestasi panas yang


terkonsentrasi pada satu titik. Contohnya warm/ hot springs, steam vent,
fumarol.
3. Intermitten Discharge, merupakan manifestasi yang muncul pada saat
tertentu secara berulang. Contohnya geyser.
4. Catastrophic Discharge, merupakan manifestasi yang muncul pada waktu
tertentu, terjadi karena akumulasi tekanan gas dan panas. Contohnya erupsi
hidrothermal.
5. Concealed Discharge, merupakan manifestasi yang keluar secara rembesan
pada celah sempit, Contohnya seepage, concealed outflow
Bentuk manifestasi panasbumi dipermukaan mencirikan suatu temperatur
bawah permukaan dan mencirikan suatu sistem panasbumi ataupun keberadaan zona
reservoir panasbumi, contoh manifestasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tanah Hangat ( Warm Ground )
Adanya sumber daya panasbumi di bawah permukaan dapat
ditunjukkan antara lain dari adanya tanah yang mempunyai temperatur
lebih tinggi dari temperatur tanah disekitarnya. Hal ini terjadi karena
adanya perpindahan panas secara konduksi dari batuan bawah permukaan
ke batuan permukaan. Berdasarkan pada besarnya gradien temperatur,
Armstead (1983) mengklasifikasikan area di bumi sebagai berikut:
-

Area tidak panas (Non Thermal Area)


Suatu area diklasifikasikan sebagai area tidak panas apabila
gradient temperatur di area tersebut sekitar 10 - 40 C/ km.

Area panas (Thermal Area)


Area panas dibedakan menjadi dua yaitu semithermal area,
yaitu area yang mempunyai gradien temperatur sekitar 70 - 80 C/
km, dan hyperthermal area, yaitu area yang mempunyai gradien
temperatur sangat tinggi. Contohnya di Lanzarote (Canary Island)
yang besarnya gradien temperatur sangat tinggi hingga besarnya
12

tidak lagi dinyatakan dalam C/ km tetapi dalam C/ cm. Tanah


hangat umumnya terjadi di atas tempat terdapatnya sumber daya
panasbumi atau di daerah sekitarnya dimana terdapat manifestasi
panasbumi lainnya yang memancarkan panas lebih kuat, misalnya
di sekitar daerah dimana ada uap panas keluar dari tanah atau
steaming ground, atau disekitar kolam air panas.

Gambar 2.2 Tanah Hangat

b. Permukaan Tanah Beruap ( Steaming Ground )


Di beberapa daerah terdapat tempat-tempat dimana uap panas (steam)
nampak keluar dari permukaan tanah. Diperkirakan uap panas tersebut
berasal dari suatu lapisan tipis dekat permukaan yang mengandung air
panas yang mempunyai temperatur sama atau lebih besar dari titik
didihnya (boiling point). Besarnya temperatur di permukaan sangat
tergantung dari laju aliran uap (steam flux).

13

Gambar 2.3 Permukaan Tanah Beruap

c. Mataair panas atau hangat ( Hot or Warm Spring )


Mataair panas/ hangat ini terbentuk karena adanya aliran air panas/
hangat dari bawah permukaan melalui rekah-rekahan batuan. Istilah
hangat digunakan bila temperatur air lebih kecil dari 50C. Sifat air
permukaan seringkali digunakan untuk memperkirakan jenis reservoir di
bawah permukaan.
Mataair panas yang bersifat asam biasanya merupakan manifestasi
permukaan dari sistem panasbumi yang didominasi uap.
Mataair panas yang bersifat netral biasanya merupakan manifestasi
permukaan dari suatu sistem panasbumi yang di dominasi air,
umumnya jenuh dengan silika.
Apabila laju aliran air panas tidak terlalu besar umumnya di sekitar
mataair panas tersebut terbenntuk teras-teras silica yang berwarna
keperakan (silica sinter terraces atau sinter platforms). Bila air panas
banyak mengandung karbonat maka akan terbentuk teras-teras travertine
(travertine terrace). Namun di beberapa daerah, yaitu di kaki gunung,
terdapat mataair panas yang bersifat netral yang merupakan manifestasi
permukaan dari suatu sistim panasbumi dominasi uap.

14

Gambar 2.4 Mataair panas

d. Kolam air panas ( Hot Pools )


Adanya kolam air panas di alam juga merupakan salah satu petunjuk
adanya sumber daya panasbumi di bawah permukaan. Kolam air panas ini
terbentuk karena adanya aliran air panas dari bawah permukaan melalui
rekahan-rekahan batuan. Pada permukaan air terjadi penguapan yang
disebabkan karena adanya perpindahan panas dari permukaan air ke
atmosfir. Panas yang hilang ke atmosfir sebanding dengan luas area
kolam, temperatur pada permukaan dan kecepatan angin.
Kolam air panas dibagi menjadi tiga, yaitu :
Kolam air panas yang tenang (calm pools)
Kolam air panas yang mendidih (boiling pools)
Kolam air panas yang bergolak (ebullient pools)
Temperatur pada calm pools umumnya dibawah temperatur titik didih
(boiling point). Disini laju aliran air umumnya kecil sekali. Pada boiling
pools temperatur adalah temperatur titik didihnya dan seringkali disertai
dengan semburan air panas, oleh karena itu boiling pools seringkali
diklasifikasikan sebagai hot springs atau mataair panas.

15

Pada ebullient pools adanya letupan-letupan kuat muncul secara tidak


beraturan disebabkan karena terlepasnya uap panas pada suatu kedalaman
di bawah permukaan air. Letupan-letupan kecil dapat juga disebabkan
karena adanya non-condensible gas seperti CO2. Air panas dapat berasal
dari suatu reservoir air panas yang terdapat jauh di bawah permukaan atau
mungkin juga berasal dari airtanah yang menjadi panas karena pemanasan
oleh uap panas.
Bila air tersebut berasal dari reservoir panasbumi maka air tersebut
hampir selalu bersifat netral. Disamping air itu umumnya jernih dan
berarna kebiruan.
Bila air tersebut berasal dari airtanah yang menjadi panas karena
pemanasan oleh uap panas maka air yang terdapat di dalam kolam air
panas umumnya bersifat asam. Sifat asam ini disebabkan karena
terjadinya oksidasi H2 di dalam uap panas.
Kolam air panas bersifat asam (acid pools) umumnya berlumpur dan
kehijau-hijauan. Kolam air panas yang bersifat asam mungkin saja
terdapat di atas suatu reservoir air panas.

16

Gambar 2.5 Kolam air panas

e. Fumarole
Fumarole adalah lubang kecil yang memancarkan uap panas kering dry
steam) atau uap panas yang mengandung butiran air (wet steam). Apabila
uap tersebut mengandung H2S maka manifestasi permukaan tersebut
disebut solfatar. Fumarole yang memancarkan uap dengan kecepatan
tinggi kadang-kadang juga dijumpai di daerah tempat terdapatnya system
dominasi uap. Uap tersebut mungkin mengandung SO2 yang hanya stabil
pada

temperatur

yang

sangat

tinggi

(>500C).

Fumarole

yang

memancarkan uap dengan kandungan asam boric tinggi umumnya disebut


Soffioni. Hampir semua fumarole yang merupakan manifestasi permukaan
dari seitem dominasi air memancarkan uap panas basah. Temperatur uap
umumnya tidak lebih dari 100C. Fumarole jenis ini sering disebut
fumaroles basah (wet fumarole). Di daerah dimana terdapat sistem
dominasi uap dapat dijumpai wet fumarole dan dry fumarole, yaitu
fumarole yang memancarkan uap bertemperatur tinggi, yaitu sekitar 100150C. Fumarole jenis ini sangat jarang dijumpai di alam salah satu

17

contohnya adalah fumarole di Ketetahi (New Zealand). Kecepatan


fumarole jenis ini umumnya sangat tinggi (>100 m/s).

Gambar 2.6 Fumarole

f. Geyser
Geyser didefinisikan sebagai mataair panas yang menyembur ke udara
secara intermittent (pada selang waktu tak tentu) dengan ketinggian air
sangat beraneka ragam, yaitu kurang dari satu meter hingga ratusan meter.
Selang waktu penyemburan air (erupsi) juga beraneka ragam, yaitu dari
beberapa detik hingga beberapa hari. Lamanya air menyembur ke
permukaan juga sangat beraneka ragam, yaitu dari beberapa detik hingga
beberapa jam. Geyser merupakan manifestasi permukaan dari sistem
dominasi air. Urutan prosesnya adalah : Pengisian celah secara perlahanlahan pencapaian titik didih flashing uap pengosongan celah.

18

Gambar 2.7 Geyser

g. Kubangan Lumpur Panas ( Mud Pools )


Lumpur berasal dari pelarutan batuan oleh fluida asam. Kubangan
lumpur panas umumnya mengandung non-condensible gas (CO2) dengan
sejumlah kecil uap panas. Lumpur terdapat dalam keadaan cair karena
kondensasi uap panas. Sedangkan letupan-letupan yang terjadi adalah
karena pancaran CO2.

Gambar 2.8 Kubangan lumpur panas

19

h. Silika Sinter
Silika sinter adalah endapan silika di permukaan yang berwarna
keperakan. Umumnya dijumpai di sekitar mataair panas dan lubang geyser
yang menyemburkan air yang bersifat netral. Apabila laju aliran panas
tidak terlalu besar umumnya di sekitar mataair panas tersebut terbentuk
teras-teras silika yang berwarna keperakan (silica sinter terraces atau
sinter platforms). Bila air panas banyak mengandung karbonat maka akan
terbentuk teras-teras travertin (travertine terrace). Silika sinter merupakan
manifestasi permukaan dari sistem panasbumi yang didominasi air.

Gambar 2.9 Silika Sinter

i.

Batuan alterasi
Alterasi hidrotermal merupakan proses yang terjadi akibat adanya
reaksi antara batuan asal dengan fluida panasbumi. Batuan hasil alterasi
hidrotermal tergantung pada beberapa faktor, tetapi yang utama adalah
temperatur, tekanan, jenis batuan asal, komposisi fluida (khususnya pH)
dan lamanya reaksi (Browne, 1984). Proses alterasi hidrotermal yang
terjadi akibat adanya reaksi antara batuan dengan jenis florida yang
berasal dari reservoir panasbumi yang terdapat jauh di bawah permukaan

20

(deep chloride water) dapat menyebabkan terjadinya pengendapan


(misalnya kwarsa) dan pertukaran elemen-elemen batuan denganfluida,
menghasilkan mineral-mineral seperti klorit, adularia, epidot. Air yang
bersifat asam, yang terdapat pada kedalaman yang relatif dangkal dan
elevasi yang relatif tinggi mengubah batuan asal menjadi mineral lempung
dan mineral-mineral lainnya terlepas. Mineral hidrothernal yang
dihasilkan di zona permukaan biasanya adalah kaolin, alutlite, sulphur,
residu silika dan gypsum.

Gambar 2.10 Batuan Alterasi

j.

Rembesan ( Seepage )
Merupakan rembesan keluar fluida panasbumi pada level dangkal atau
dalam. Rembesan pada level dangkal sering muncul di dasar sungai,
rembesan pada level dalam umum dijumpai pada medan termal, pada
kaki-kaki tebing, dan disebut concealed outflow.

21

Gambar 2.11 Seepage

22

BAB III
FLUIDA PANASBUMI

Dalam membicarakan masalah karakteristik fluida panasbumi yang terpenting


untuk mengetahui karakteristik reservoir panasbumi antara lain tentang komposisi
kimia fluida reservoir panasbumi dan sifat fisik fluida reservoir. Pada reservoir
panasbumi yang dianggap ideal pada umumnya terdiri dari air dan impurities, dimana
fluida tersebut memiliki komposisi kimia serta sifat fisik tertentu. Komposisi kimia
dan sifat fisik tersebut akan berpengaruh terhadap peralatan produksi seperti misalnya
kerak (scale) dan korosi.
3.1. Komposisi Kimia Fluida Reservoir Panasbumi
Untuk komposisi kimia fluida reservoir panasbumi yang umum
dijumpai antara lain berdasarkan kation dan anion, berdasarkan kandungan air
dan impurities serta berdasarkan fasa dari fluida reservoirnya. Fluida reservoir
panasbumi terdiri atas mineral-mineral seperti kombinasi antara alkali, alkali
tanah, sulfur, oksida besi dan alumunium. Bahan-bahan mineral tersebut
tersusun dari berbagai ion-ion yang sejenis dan kandungan tertentu disamping
itu juga terdapat impurities.
3.1.1.Berdasarkan Anion dan Kation
Di dalam fluida reservoir elemen dalam fluida merupakan
kesetimbangan ion ion positif dan ion-ion negatif. Ion-ion ini akan
bersenyawa dengan satu atau lebih elemen ion lainnya untuk
membentuk garam-garaman. Mialnya sodium sulfat, yang merupakan
berat ekivalen Na+ dengan berat ekivalen SO 4 yang merupakan
kesetimbangan antara ion positif dan ion negatif.
Ion-ion dalam fluida reservoir dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian yaitu:
1. Kation (ion-ion positif) terdiri dari :

23

Alkali, antara lain K+, Na+, Li+ yang membentuk basa kuat.
Metal alkali tanah, antara lain Br2+, Mg2+, Ca2+, Sr2+, Ba2+,
Ra2+ yang membentuk basa lemah.
Ion Hidrogen.
Metal berat, antara lain Fe2+, Mn2+ membentuk basa yang
terdisosiasi.
a. Sodium dan Potasium (Na/ K)
Sodium biasanya merupakan kation yang dominan dan
dijumpai dalam fluida panasbumi temperatur tinggi. Variasi
sistematik dalam perbandingan sodium dan potassium dengan
temperatur tinggi umum terjadi, tetapi pada sistem panasbumi
yang bersifat asam, dan didalam daerah yang memiiki variasi
batuan yang luas ini memungkinkan untuk membuat hubungan
yang tepat atau teliti antara Na/ K dengan temperatur air
( White, 1965 : Ellis dan Mahon, 1967 ). Rekristalisasi
hidrothermal pada batuan vulkanik atau batuan kuarsa
feldspatik

cenderung

menghasilkan

potassium

feldspar,

potassium mika dan albit. Hal ini ditinjau dari alterasi batuan
hidrothermal sumur yang dalam dan percobaan laboratorium
pada temperatur diatas 200C.
b. Kalsium (Ca)
Ion Ca adalah unsur dari fluida reservoir yang
berkombinasi dengan ion karbonat atau sulfat dengan cepat
membentuk kerak (scale) pengikut atau padatan.
c. Magnesium (Mg)
Ion Mg biasanya berada dalam konsentrasi yang kurang
lebih mendekati konsentrasi Ca. Magnesium juga seperti ion
Kalsium, yaitu dapat berkombinasi dengan ion karbonat
sehingga menimbulkan masalah scale.
24

d. Ferrum (Fe)
Kandungan Ferrum (besi) dari fluida reservoir biasanya
cukup rendah dan adanya unsur besi yang biasanya
ditunjukkan dengan adanya korosi besi, mungkin terdapat pada
larutan sebagai ion Ferri (Fe3+) dan Ferro (Fe2+) atau mungkin
dalam suspensi sebagai endapan senyawa besi. Kandungan besi
sering digunakan untuk mendeteksi dan memonitor korosi
dalam sistem air.
e. Barium (Ba)
Barium adalah unsur yang memiliki kemampuan untuk
berkombinasi dengan ion sulfat untuk membentuk ion
insoluble yaitu Barium Sulfat (BaSO4).
f. Strontium (Sr)
Seperti

Barium

dan

kalsium.

Strontium

dapat

berkombinasi dengan ion sulfat untuk membentuk insoluble


Strontium Sulfat walaupun lebih soluble daripada Barium
Sulfat.
2. Anion (ion-ion negatif), yang terdiri dari :
Asam kuat, antara lain Cl-, SO4-, NO3 Basa lemah, antara lain CO3 -, HCO3-, Sa.Klorida (Cl)
Ion klorida hampir selalu merupakan anion
utama di dalam air formasi dan muncul sebagai unsur
pokok dalam air tawar. Sumber utama ion klorida
adalah Natrium Klorida (NaCl), selanjutnya konsentrasi
ion Klorida digunakan sebagai ukuran salinitas air.
b. Karbonat dan bikarbonat
Ion-ion

ini

merupakan

ion

yang

dapat

membentuk scale yang insoluble (tidak dapat larut


25

dalam air). Konsentrasi ion karbonat sering kali disebut


phenolphthalein alkalinity sedangkan konsentrasi ion
bikarbonat

terkadang

disebut

methyl

orange

alkalinity.
c. Sulfat (SO4-)
Ion sulfat sering menimbulkan masalah, sebab
ion ini memiliki kemampuan untuk bereaksi dengan
kalsium, barium atau stronsium untuk membentuk scale
insoluble juga membantu sebagai food substance
yaitu pengurangan bakteri.
Ion-ion tersebut

akan

bergabung diantara

mereka berdasarkan empat sifat, yaitu :


1. Salinitas primer, yaitu jika alkali bereaksi
dengan asam kuat membentuk NaCl dan
Na2SO4.
2. Salinitas sekunder, yaitu jika alkali tanah
bereaksi dengan asam kuat CaCl2, MgSO4,
MgCl2 dan CaSO4.
3. Alkalinitas primer, yaitu jika alkali bereaksi
dengan asam lemah Na2CO3 dan NaHCO3.
4. Alkalinitas sekunder, jika alkali tanah
bereaksi dengan asam lemah

CaCO3,

MgCO3, Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2.


Pada daerah mataair panas yang mendidih dengan
keluaran utama air, umumnya sifat dasar air dari mataair dan
sumur cukup dalam, air yang didapatkan adalah sama, kecuali
unsur-unsur

yang dikontrol oleh temperatur

reversible

tergantung kesetimbangan. Daerah dengan perbandingan unsur


klorida, kalsium, fluorida, iodida, bromida, arsenik atau boron
26

dalam air dengan unsur-unsur dalam memiliki suatu perbedaan


dengan mata air di permukaan.
Perbedaan ini biasanya disebabkan konsentrasi unsurunsur utama pembentuk batuan mengalami perubahan pula.
Unsur-unsur utama ini antara lain adalah magnesium,
alumunium, besi dan mangan yang semuanya memiliki
konsentrasi rendah.
Di bawah tingkat pendidihan dan pengoksidasian, air
dalam sistem panasbumi dengan temperatur tinggi seringkali
alkali klorida memiliki pH yang tidak lebih dari 2 unit dari pH
netral pada temperatur tersebut. Konsentrasi silika sangat
tinggi dan larutan lain seperti boron, fluorida, arsenik dan
hidrogen sulfida akan hadir dengan konsentrasi yang lebih
tinggi daripada konsentrasi air dingin.
Pada beberapa mataair ditandai oleh sifat dasar, antara
lain konsentrasi keasaman yang tinggi, konsentrasi sulfida
yang tinggi, konsentrasi klorida yang rendah dan merupakan
air permukaan atau akuifer yang tetap dipanasi oleh aliran
aliran uap. Uap akan memanasi air meteorik yang menggenang
di bawah permukaan yang juga akan menghasilkan air dengan
kandungan bikarbonat yang tinggi.
3.1.2.Berdasarkan Kandungan Air dan Impurities
Fluida reservoir panasbumi memiliki komposisi yang
sangat kompleks. Hal tersebut selain disebabkan oleh unsurunsur yang memang sudah ada pada reservoir juga dipengaruhi
oleh adanya tekanan dan temperatur yang tinggi dan akan
menyebabkan terjadinya perubahan komposisi baik pada solid
maupun fluidanya.

27

Secara umum fluida reservoir panasbumi dapat dibagi


menjadi dua yaitu brine (air) dan impurities. Brine (air),
konsentrasi kelarutan pada air dinyatakan dengan ppm atau
part per million di dalam air pisahan dari keluaran sumur pada
tekanan atmosfer dan didinginkan ke temperatur sekelilingnya
untuk dianalisis. Pada temperatur tinggi air akan mengembang
dan menguap kemudian muncul di permukaan melalui celahcelah atau rekahan. Air dipekatkan sampai temperatur tertentu
tergantung temperatur awal dan entalphi air keluaran. Sebagai
contoh air yang keluar dari sumur dengan temperatur 250C
akan mengembang menjadi campuran yang terdiri dari 29,5%
uap dan 70,5% air pada tekanan 1 atmosfera. Pada penambahan
konsentrasi maka pH air, konsentrasi asam serta unsur-unsur
dasarnya berubah. Hal ini dikarenakan oleh gas misalnya CO2
dan H2S akan berubah menjadi uap.
Impurities, selain air dan uap air yang dihasilkan oleh
suatu sumur panasbumi, biasanya juga selalu disertai unsurunsur penyerta di dalamnya. Di dalam fasa uap misalnya,
didapati adanya gas-gas non-condensable seperti H2, CO2, H2S,
CH4 serta N2. Sedangkan komponen terlarut di dalam fasa air
(condensable) antara lain klorida, sulfida, fluorida, lithium,
kalsium, dan lain sebagainya.
1. Condensable Gas, gas-gas condensable dengan
adanya penurunan temperatur juga tekanan selama
mengalir ke permukaan, akan mengalami kondensasi
menjadi butir-butir air. Kondenstat dari gas ini
sebagian akan terus terproduksi bersama uap dan
sebagian lagi akan mengendap pada pipa pipa atau
peralatan produksi.

Apabila

kondenstat

fluida
28

bersifat

asam

akan

cenderung

mengakibatkan

terjadinya korosi pada material dan sebaliknya


apabila bersifat basa cenderung akan menyebabkan
terjadinya scale.
a. Klorida, konsentrasi ion klorida merupakan unsur
utama anion yang penting. Ion klorida ini bervariasi
tidak hanya dari daerah ke daerah tetapi dari sumur
ke sumur. Pada kenyataannya ion klorida ini
membentuk larutan padat bersama-sama unsur
lainnya dan dapat pula sebagai unsur yang berdiri
sendiri.
b. Sulfida dan sufat, kehadiran endapan sulfur dalam
batuan dimana air panas menembus atau melewati
batuan akan mengakibatkan timbulnya hidrogen
sulfida dan asam sulfat ke formasi. Asam yang
terbentuk dari reaksi ini akan melampaui reaksi asam
buffer dengan alumino-silikat. Jika endapan sulfur
terdapat di suatu tempat maka bila melakukan
pemboran sumur yang cukup dalam akan menembus
air bebas sulfur. Pada daerah dengan aktivitas
vulkanik,

jika

terdapat

sulfur

dioksida

juga

menyebabkan timbulnya asam sulfat pada formasi


karena reaksi dengan air hangat. Apabila sejumlah
cukup SO2 hadir, larutan ini akan mendominasi
dalam pengontrolan pH. Di dalam kedua kasus di
atas, larutan asam klorida dihasilkan dan konsentrasi
bikarbonat terurai sesuai dengan keasamannya.
Banyak sulfat dalam larutan cenderung dibatasi oleh
kelarutan dari anhidrit atau gipsum.
29

c. Fluorit, konsentrasi fluorit dalam fluida panasbumi


dibatasi oleh kelarutan fluorit yang berada dalam
silika, sekitar 10 ppm fluoritpada temperatur 200300C. Konsentrasi fluorit yang tinggi umumnya
berhubungan dengan konsentrasi kalsium pada fluida
panasbumi (Mahon, 1964). Konsentrasi kalsium
yang rendah dan konsentrasi fluorit yang tinggi
dalam fluida panasbumi ditandai dengan salinitas
yang rendah, konsentrasi karbon dioksida yang
tinggi dan juga temperatur yang tinggi. Jumlah
konsentrasi fluorit akan bertambah dalam pH air
yang rendah karena penambahan sebagian ion HF
yang tidak terionisasi, dan mungkin dari formasi
SiF6 2- atau AlF6 3-.
d. Lithium, konsentrasi alkali yang jarang dalam air
panasbumi mencerminkan kelebihannya pada batuan
sekitar.

Air

dalam

batuan

basaltik

memiliki

konsentrasi yang rendah jika dibandingkan dengan


riolitik atau andesitik, Lithium ini biasanya bersama
rubidium dan cesium. Lithium dan rubidium
cenderung menyusut konsentrasinya dalam air yang
berpindah ke permukaan karena ikatan ion-ion yang
berukuran kecil, sebagai alterasi hidrothermal seperti
mineral lempung dan zeolit. Aktivitas hidrothermal
membentuk epidot pada tempat yang dangkal dan
ditandai oleh perubahan batuan (Bargar, 1973).
Pada daerah tertentu perbandingan Na/ Rb terus
mengikuti perbandingan Na/ K, tetapi perbedaan
perbandingan Na/ Li antara air bawah permukaan
30

dan air permukaan kurang ditunjukkan dengan jelas.


Perbandingan isotop 6Li/ 7Li cenderung berkembang
dalam air panas yang berpindah ke permukaan,
karena

isotop

Li

termasuk

mineral

alterasi

hidrothermal (H.J. Svec dan Ellis, 1973).


e.

Kalsium,

fluida

panasbumi

pada

umumnya

mengandung ion-ion garam yang sukar larut seperti


CaCO3, CaSO4 dan CaF2. Sebagian fluida panasbumi
pada tingkat yang dalam, hampir jenuh dengan kalsit
(Ellis, 1973) dan mineral ini seringkali mempercepat
hilangnya karbon dioksida dari air ketika mendidih.
Kecenderungan terlepasnya kalsit dalam rekahan
atau dalam rengkaian drill pipe, terutama menandai
air yang mengandung konsentrasi karbon dioksida
tinggi.
Pada konsentrasi karbon dioksida yang tetap,
serta pada temperatur yang diberikan, konsentrasi
kalsium akan bertambah kira-kira sama dengan
kuadrat dari konsentrasi ion sodium atau ion
potasium. Air dengan salinitas rendah akan memiliki
perbandingan Na/ Ca yang tinggi, dan sebaliknya
pada air dengan salinitas tinggi.
Pada konsentrasi sodium dan temperatur yang
diberikan, air dengan konsentrasi karbon dioksida
tinggi akan cenderung memiliki konsentrasi kalsium
yang rendah.
2. Non Condensable Gas, gas non condensable adalah
gas yang tidak dapat terkondensasi dan akan menjadi
gas ikutan/ penyerta dari pada uap yang akan
31

diproduksikan. Gas ini dalam fasa uap akan


mengecil maka harga enthalpi akan menurun dan
akan mengakibatkan berkurangnya energi yang
diekstrak.

Non

condensable

gas

pada

fluida

panasbumi antara lain CO2, H2S, CH4, N2, serta H2.


3.2. Sifat Fisik Fluida Reservoir Panasbumi
Dalam membicarakan teknik reservoir panasbumi, fluida yang
terlibat didalamnya yaitu air (water) dan uapair (steam). Adapun sifatsifat fisik fluida reservoir panasbumi tersebut akan diuraikan sebagai
berikut.
Densitas fluida () didefinisikan sebagai perbandingan antara berat
dari suatu massa per satuan volume. Densitas merupakan salah satu sifat
fisik reservoir panasbumi yang cukup berperan dalam mempelajari
karakteristik fluida reservoir panasbumi, dimana di dalamnya terdapat
dua fasa fluida yaitu fasa cair dan fasa uap air. Satuan densitas adalah
massa/ volume, biasanya kg/ m3.
Viskositas (), secara umum viskositas fasa cair dan fasa uap
dipengaruhi oleh temperatur, selain itu juga dipengaruhi unsur-unsur
kimia terlarut dan hanya sedikit bervariasi terhadap tekanan. Komponen
utama yang akan berpengaruh adalah NaCl, KCl dan CaCL2. Satuan
viskositas yang umum adalah Pa.s (kg/ m.s). N. s/ m2.
Spesifik volume (S) memiliki dimensi satuan m3/ kg dimana
dimensi tersebut merupakan fungsi kebalikan dari densitas dengan
dimensi satuan kg/ m3. Spesifik volume memiliki simbol v, dimana dari
spesifik volume dapat ditentukan densitas, temperatur dan saturasi, hal ini
diperoleh dengan berdasarkan analisis dimensinya.
Tegangan permukaan (), tegangan permukaan air formasi
panasbumi dipengaruhi oleh keadaan reservoir seperti tekanan dan
temperatur. Sedangkan pengaruh dari tekanan sangat kecil sekali.
32

Tegangan permukaan berbagai larutan mendekati nol pada temperatur


kritisnya karena tegangan permukaan gas adalah nol. Pengaruh unsurunsur yang terlarut dalam air formasi panasbumi mempengaruhi tegangan
permukaan, yaitu makin besar unsur-unsur terlarut maka makin besar
pula tegangan permukaannya.
Energi dalam spesifik (internal energi) (U) adalah ukuran
banyaknya panas yang terkandung di dalam suatu material per satuan
massa. Sedangkan energi enthalpy (h) adalah jumlah energi dalam dan
energi yang dihasilkan oleh kerja tekanan (enthalpi spesifik). Entropi
(dS) adalah perbandingan panas yang ditransfer selama proses reversible
dengan temperatur absolut, selanjutnya bila sebuah proses yang memiliki
entropi konstan atau tidak ada perubahan entropi disebut sebagai proses
isotropik atau isentropik.

33

BAB IV
GEOKIMIA FLUIDA PANASBUMI

Fluida panasbumi memiliki komposisi yang beragam yang pada umumnya


mencerminkan tatanan geologi sistem panasbumi tersebut. Sifat sifat geokimia
fluida pada lapangan lapangan panasbumi biasanya dapat dikenali, dan ahli
geokimia bertugas menganalisis proses yang mengontrolnya untuk mengetahui
karakteristik masing masing sistem panasbumi.
4.1 Geokimia Fluida
Analisis geokimia fluida panasbumi yang paling sederahana dan bermanfaat
untuk secara cepat mengenali variasi fluida pada suatu sistem adalah klasifikasi
menggunakan komposisi anion ( senyawa bermuatan negatif ).
4.1.1 Air Klorida
Air klorida merupakan fluida yang paling dominan pada kebanyakan
lapangan panasbumi. Air jenis ini diprediksi berasal dari bagian dalam
reservoir, bersifat netral atau dapat pula sedikit asam atau sedikit basa. Pada
manifestasi permukaan dicirikan oleh kenampakannya yang jernih sering
berasosiasi dengan endapan sinter silika. Air klorida di dekat permukaan
sering mengandung CO2. H2S dan sulfat yang signifikan, sedangkan di dalam
reservoir perbandingan atau rasio Cl/SO4 tinggi.
4.1.2 Air Asam Sulfat
Pada air jenis ini kandungan kloridanya rendah, kandungan sulfat
tinggi, Al dan Fe cukup tinggi. Air asam sulfat terdapat pada sistem
panasbumi di daerah vulkanik, dimana uap air berkondensasi ke air tanah.
Kandungan sulfat yang tinggi berasal dari oksidasi H2S pada zona vados.
Karena terbentuk pada zona vados maka air asam sulfat hanya dapat
memberikan sangat sedikit informasi tentang bagian dalam sistem panasbumi.

34

Ciri fisik fluida jenis ini biasanya berwarna keruh, sering berasosiasi
dengan kolam lumpur dan collapse creater. Warna keruh dan kandungan Al
dan Fe yang cukup tinggi mengindikasikan adanya pelarutan batuan, hal ini
disebabkan karena fluida jenis ini cenderung reaktif terhadap batuan yang
dilewatinya.
4.1.3 Air bikarbonat
Fluida jenis ini dicirikan dengan kandungan Cl yang rendah,
kandungan sulfat juga rendah dan bikarbonat ( HCO3 ) sebagai anion
utamanya. Pada sistem yang berasosiasi dengan batuan vulkanik biasanya air
bikarbonat terbentuk pada bagian yang dangkal di tepi lapangan oleh
kondensasi uap di bawah muka airtanah. Pada sistem yang berasosiasi dengan
batuan sedimen pembentukan fluida jenis ini dikontrol oleh keberadaan
batugamping. Air bikarbonat cenderung sedikit asam bisa juga netral atau
sedikit basa.
4.1.4 Brine
Fluida ini terbentuk dengan berbagai cara seperti pelarutan sikuen
endapan evaporit oleh air meteorik, terperangkapnya connate water pada
cekungan sedimentasi serta proses proses lainnya. Brine merupakan larutan
yang berkonsentrasi tinggi, pH menunjukkan asam lemah dengan unsur utama
adalah Cl ( 10000 hingga lebih dari 100000 ppm ). Konsentrasi Na ( kation
utama ), K dan Ca tinggi, densitas brine biasanya tinggi sehingga tidak
muncul di permukaan.
4.1.5 Air meteorik
Airtanah biasanya mengandung Ca, Mg, Na, K, SO4, HCO3 dan Cl
selain itu terdapat pula Fe, SiO2 dan Al. Selain itu airtanah juga biasanya
mengandung gas terlarut berupa O2 dan N2. Air sungai mempunyai anion
utama HCO3 dan kation utama adalah Ca sedangkan air hujan mempunyai
anion utama Cl dan kation utama Na.

35

Fluida fluida panasbumi cenderung memiliki kandungan senyawa yang


hampir sama dengan konsentrasi yang bervariasi yang disebabkan oleh beberapa
sebab yaitu :
-

temperatur

input magmatik atau komposisi magma sebagai heat source

jenis batuan yang dilewati

kondisi dan lamanya interaksi fluida dan batuan

proses boiling dan mixing

Fluida panasbumi tersebut dianalisis dengan tujuan untuk :


-

mengetahui distribusi berbagai jenis air

mempelajari efek boiling dan mixing

menafsirkan suhu dan pH reservoir

menduga terbentuknya scaling dan korosi pada pipa alir

memonitor perubahan reservoir terhadap waktu

4.2 Geotermometer air


Proses interaksi fluida batuan yang terjadi pada bagian dalam sistem
panasbumi memiliki arti yang sangat penting dalam komposisi fluida dan merupakan
alasan mengapa geotermometer fluida diterapkan untuk memperkirakan temperatur
reservoir panasbumi. Geotermometer merupakan cara memperkirakan suhu reservoir
panasbumi yang didasarkan pada keberadaan zat zat terlarut pada fluida panasbumi
dimana konsentrasi fluida tersebut sangat bergantung suhu. Geotermometri
dikembangkan berdasarkan kesetimbangan kimia yang bergantung suhu, antara air
dan mineral pada kondisi reservoir yang dalam.
Aplikasi konsep geotermometer berdasarkan asumsi bahwa apabila fluida
bergerak dengan cepat ke permukaan fluida akan mempertahankan komposisi
kimianya selama perjalanan dari reservoir ke permukaan karena tidak atau sedikit
sekali mengalami percampuran. Namun pada kenyataannya fluida dapat mengalami
perubahan dalam perjalanan dari reservoir ke permukaan. Perubahan tersebut terjadi
karena adanya proses mixing, dilution, boiling, dan juga pelarutan batuan samping
36

sehingga dalam perhitungan geotermometer harus mempertimbangkan faktor faktor


tersebut dan diusahakan memilih unsur atau senyawa yang tepat untuk
geotermometer fluida.
4.2.1 Geotermometer Silika ( Fournier,1977 )
Geotermometer silika dibuat berdasarkan kelarutan berbagai jenis
silika dalam air sebagai fungsi dari temperatur yang ditentukan dengan
percobaan atau eksperimen. Reaksi yang menjadi dasar pelarutan silika dalam
air adalah SiO2 (s) + 2H2O H4SiO4
Pada kebanyakan sistem panasbumi fluida di kedalaman mengalami
ekuilibrium dengan kuarsa. Pada fluida dengan reservoir bersuhu > 220C
kuarsa dapat mengendap akibat pendinginan perlahan, apabila pendinginan
berlangsung dengan sangat cepat ( misalnya pada mulut mataair ) maka yang
terbentuk atau mengendap adalah silika amorf. Berdasarkan data simulasi
variasi kelarutan atau konsentrasi silika terhadap variasi suhu maka secara
logika dapat diperkirakan temperatur fluida apabila terdapat data konsentrasi
fluida di dalam fluida yaitu dengan analisis kimia sampel air.

Gambar 4.1 diagram kelarutan silika terhadap temperatur ( Fournier,1977 )

37

Gambar 4.2 diagram kelarutan beberapa macam mineral silika terhadap temperatur,
kurva A silika amorf, kurva B opal, kurva C kristobalit, kurva D kalsedon kurva E
kuarsa

Geotermometer kuarsa umumnya baik digunakan untuk reservoir


bertemperatur > 150 C, karena untuk suhu di bawah 150 C kandungan silika
dikontrol oleh kalsedon.

Tabel 4.1 Geotermometer Silika ( Fournier,1977 )

Geotermometer

Persamaan

Referensi

Quartz No

T = 1309 / (5.19-log C) 273.15

Fournier (1977)

T = 1522 / (5.75-log C) 273.15

Fournier (1977)

steam loss
Quartz
maximum steam
loss at 100C

38

Geotermometer

Persamaan

Referensi

Quartz

T = 42.198 + 0.28831C-3.6686 x

Fournier & Potter (1982)

10-4C2 + 3.1665 x 10-7C3 +


77.034 log C
Quartz

T = 53.500 + 0.11236C-0.5559x
-4

-7

Arnorsson (1983)

10 C + 0.1772x10 C + 88.390
log C
Chalcedony

T = 1032 / (4.69-log C) 273.15

Fournier (1977)

Chalcedony

T = 1112 / (4.91-log C) 273.15

Arnorsson (1983)

Cristobalite

T = 1000 / (4.78-log C) 273.15

Fournier (1977)

Opal

T = 781 / (4.51-log C) 273.15

Fournier (1977)

Keterangan : C = konsentrasi SiO2 dalam fluida


4.2.2 Geotermometer Na-K ( Fournier,1979,Giggenbach,1988 )
Geotermometer Na-K dapat diterapkan untuk reservoir air klorida
dengan suhu > 180C. Geotermometer ini punya keunggulan yaitu tidak
banyak terpengaruh oleh dilution ataupun steam loss. Geotermometer ini
kurang bagus untuk suhu < 100 C juga untuk air yang kaya Ca atau banyak
berasosiasi dengan endapan travertine.

Tabel 4.2 Geotermometer Na-K ( Fournier,1979,Giggenbach,1988 )

Geotermometer

Persamaan

Referensi

Na - K

T = [855.6 / (0.857+log(Na/K))] 273.15

Truesdell (1976)

Na - K

T = [833 / (0.780+log(Na/K))] 273.15

Tonani (1980)

Na - K

T = [1319 / (1.699+log(Na/K))] 273.15

Arnorsson et all
(1983 )

Na - K

T = [1217 / (1.483+log(Na/K))] 273.15

Fournier (1979)

39

Geotermometer

Persamaan

Referensi

Na - K

T = [1178 / (1.470+log(Na/K))] 273.15

Nieva & Nieva


(1987)

Na - K

T = [1390 / (1.750+log(Na/K))] 273.15

Giggenbach (1988)

4.2.3 Geotermometer Na-K-Ca ( Fournier & Truesdel,1979 )


Geotermometer ini diterapkan untuk air yang memiliki konsentrasi Ca
tinggi. Geotermometer ini bersifat empiris dengan landasan teori yang belum
dipahami secara sempurna ( Giggenbach,1988 ). Batasan teoritis untuk
geotermometer ini adalah ekuilibrium antara Na dan K feldspar serta konversi
mineral kalsium aluminio silikat ( misalnya plagioklas ) menjadi kalsit.
Geotermometer ini mempunyai kisaran suhu yang baik adalah antara
120 - 200 C dan selebihnya tidak terlalu bagus. Keterbatasan lainnya adalah
suhu sangat dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi karena boiling dan
dilution. Boiling menyebabkan kehilangan CO2, terjadi pengendapan kalsit,
Ca keluar dari larutan sehingga T hasil dari perhitungan terlalu tinggi.
Geotermometer Na-K-Ca memerlukan koreksi Mg untuk suhu di atas
180C ( Fournier,1981 ). Fluida panasbumi dengan suhu lebih dari 180C
kebanyakan mengandung sedikit Mg dengan konsentrasi < 0.2 ppm.
Ketergantungan konsentrasi Mg terhadap suhu disebabkan oleh pembentukan
klorit. Pada suhu yang lebih tinggi Mg juga keluar dari larutan karena dipakai
untuk membentuk biotit atau aktinolit. Berikut ini koreksi koreksi Mg yang
perlu dilakukan :
-

Jika T hasil perhitungan geotermometer < 70C, tidak perlu


koreksi karena fluida pada suhu tersebut tidak mengalami
ekuilibrium.

Hitung R = [ Mg/(Mg + 0.61 Ca + 0.31 K ) ] x 100

40

Jika R > 50 dianggap bahwa air berasal dari kesetimbangan pada


suhu yang lebih rendah ( T hamper sama dengan suhu terukur )

Jika T > 70C dan R < 50 gunakan R untuk mencari TMg dari
grafik koreksi Mg.

Hitung T Na K Ca terkoreksi dengan cara : T Na-K-Ca


terhitung - TMg

Koreksi Mg biasanya diterpkan untuk sistem panasbumi yang relative


dingin, cocok dipakai untuk mataair mataair pada kondisi sub boiling
dengan discharge rate tinggi.

Gambar 4.3 grafik koreksi T Na-K-Ca dengan T Mg

41

4.2.4 Geotermometer Na-Li ( Fouliac & Michard,1981 )


Geotermometer empiris ini didasarkan pada rasio Na/Li ada dua
persamaan masing masing untuk fluida dengan kandungan Cl < 11.000 ppm
dan Cl > 11.000 ppm yaitu :
-

Untuk Cl < 11.000 ppm TC =

Untuk Cl > 11.000 ppm TC =

1195
log

log

+0.38

1195
+0.13

273
273

Teori yang mendasari adalah adanya reaksi pertukaran kation pada


lempung yang tergantung temperatur :
Lempung Li + H+ Lempung H + Li+

4.2.5 Geotermometer K-Mg ( Giggenbach,1988 )


Rumur persamaan :
TC = [ 4410 / ( 14 log ( K2 / Mg ) ] 273
Persamaan tersebut diasumsikan bahwa fluida panasbumi telah mengalami
ekuilibrium atau kesetimbangan dengan K-feldspar ( adularia ) K-mika
( ilit,muskovit ), klorit dan kalsedon.
0.8 KalSi3O10(OH)2 + 0.2 MgAl2Si3O10(OH)8 + 5.4 SiO2 + 2K+ =
2.8 KalSi3O8 + 1.6 H2O + Mg2+
Geotermometer ini hanya dapat memberikan hasil yag dapat dipercaya
untuk air klorida, terutama air klorida asal reservoir dengan konsentrasi
Mg < 1 ppm. Geotermometer ini sangat sensitif terhadap rasio K/Mg,
sehingga dengan sedikit saja penambahan Mg dari percampuran dengan air
tanah dangkal akan menghasilkan TK-Mg yang lebih rendah.

42

4.3 Geoindikator dan Tracer


Giggenbach ( 1991 ) membagi zat zat terlarut dalam dua kategori yaitu
geoindikator dan tracer. Tracer secara geokimia bersifat inert yang artinya akan sulit
bereaksi dengan senyawa lain dan apabila berada dalam fluida panasbumi akan
bersifat tetap dan dapat dilacak asal usulnya. Contoh dari tracer ini adalah klorida
dan boron. Boron dalam bentuk H3BO3 atau HBO2 merupakan unsure diagnostik
yang artinya dapat digunakan untuk melacak asal usul dari fluida panasbumi. Air
klorida dari suatu mataair atau sumur panasbumi biasanya mengandung 10 50 ppm
Boron terlarut. Kandungan Boron yang sangat tinggi ( hingga ratusan ppm ) biasanya
mencirikan asosiasi sistem panasbumi dengan batuan sedimen yang kaya zat organik
atau evaporit.
Geoindikator adalah zat terlarut yang bersifat reaktif dan mencerminkan
lingkungan ekuilibrium atau kesetimbangan, misalnya Na, K, Li, Rb. dan Cs.
Konsentrasi Na dan K dikontrol oleh interaksi fluida dengan batuan yang bergantung
pada temperatur. Na merupakan kation utama pada fluida panasbumi dengan
konsentrasi yang berkisar 200 2000 ppm. Apabila perbandingan Na dengan K
semakin kecil maka dapat diinterpretasikan bahwa temperatur semakin tinggi. Li, Rb
dan Cs sering disebut sebagai rare alkalies dan merupakan unsur yang mudah larut
dari batuan. Li, Rb dan Cs merupakan unsur yang sering dipakai bersama Cl dan B
untuk karakterisasi fluida. Ketiga unsur ini mudah bergabung dengan mineral
sekunder, sehingga diprediksi semakin jauh jarak migrasi dari fluida ke permukaan
maka konsentrasinya akan semakin berkurang. Konsentrasi umum Li berkisar
< 20 ppm, Rb < 2 ppm dan Cs < 2 ppm. Li sering terserap oleh mineral klorit, kuarsa
dan mineral lempung sehingga pada zona upflow rasio B/Li rendah sedangkan pada
zona outflow rasio B/Li tinggi.
Penggunaan Cl, B, Li, Na, K dan Mg sebagai geoindikator dan tracer
diterapkan dengan metode sederhana yaitu ploting pada diagram segitiga. Plotting ini
merupakan cara yang tepat untuk mengkaji aspek kimia fluida mataair panas maupun
fluida sumur panasbumi. Untuk memberikan gambaran interpretasi data geokimia
43

dapat diinterpretasi dengan bantuan diagram segitiga berikut ditampilkan data hasil
analisis fluida panasbumi dari berbagai daerah.

Gambar 4.4 Data Analisis Fluida Panasbumi

4.3.1 Diagram Segitiga Cl SO4 HCO3


Penggunaan komponen anion yang berupa Cl, SO4 dan HCO3
bermanfaat untuk mengetahui komposisi fluida panasbumi karena anion
anion tersebut merupakan zat terlarut yang paling banyak dijumpai dalam
fluida panasbumi. Posisi data pada diagram segitiga dapat ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut :
S = [Cl] + [SO4] + [HCO3]
% Cl = ( 100 [Cl] ) / S
% SO4 = ( 100 [SO4] ) / S
% HCO3 = ( 100 [HCO3] ) / S

44

Catatan : konsentrasi dinyatakan dalam mg/kg atau ppm.


Plotting diagram segitiga Cl SO4 HCO3 mempermudah
pengelompokan dan pemeriksaan trend sifat kimia fluida.

Gambar 4.5 Diagram Segitiga Cl SO4 HCO3

4.3.2 Diagram segitiga Cl Li B


Proporsi relatif B dan Cl untuk fluida fluida dengan asal usul yang
sama umumnya tetap. B dan Cl dapat dipakai untuk mengevaluasi proses
pendidihan dan pengenceran. Pada T tinggi ( >400C ), Cl terdapat sebagai
HCl dan B sebagai H3BO3, keduanya bersifat volatil dan mudah bergerak
pada fase uap. HCl dan H3BO3 berasal dari magmatic brine. Apabila fluida
mendingin HCl terkonversi menjadi NaCl, B tetap berada pada fase uap dan
Li bergabung pada larutan.
Pengeplotan data pada diagram segitiga Cl Li B memerlukan
faktor skala karena adanya perbedaan nilai konsentrasi yang sangat besar di
antara ketiga komponen tersebut. Perhitungannya sebagai berikut :
45

S = [Cl] / 100 + [Li] + [B] / 4


% B = ( ([B]/4) /S ) .100
% Li = ([Li]/S ) .100
% Cl = [Cl] / S

Gambar 4.6 Diagram Segitiga Cl Li B

4.3.3 Diagram segitiga Na K Mg


Dasar pemikiran memakai Na K Mg adalah reaksi reaksi sebagai
berikut :
Na+ + K Feldspar = Na Feldspar + K+
2.8 K Feldspar + 1.6 H2O + Mg2+ = 0.8 K Mika + 0.2 Klorida + 5.4 SiO2 +
2K+
Ploting posisi data pada diagram segitiga Na K Mg :
S = ([Na]/1000) + ([K] / 100 ) + [Mg]1/2
% Na = [Na] / 10.S

46

% Mg = ( 100 [Mg]1/2 ) / S
% K = [K] / S

Gambar 4.7 Diagram Segitiga Na K Mg

47

BAB V
KESIMPULAN

Dari pemaparan yang telah disajikan dalam makalah ini maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem panasbumi didefinisikan sebagai perpindahan panas secara alami
dalam volume tertentu di kerak bumi dimana panas dipindahkan dari
sumber panas ke zona pelepasan panas. Sistem panasbumi tersusun oleh
tiga komponen utama, yaitu : Sumber panas, batuan reservoir yang
permeabel, dan adanya sirkulasi air untuk membawa panas dari dalam
bumi ke permukaan bumi.
2. Analisis geokimia fluida panasbumi dilakukan pada fluida jenis air klorida.
air asam sulfat, air bikarbonat, brine dan air meteorik.
3. Interpretasi suhu reservoir panasbumi dapat dilakukan dengan metode
geotermometer yaitu geotermometer silika, geotermometer Na K,
geotermometer Na K Ca, geotermometer Na Li dan geotermometer
K Mg.
4. Interaksi fluida dengan batuan dapat diketahui dari metode geoindikator
dan tracer dengan menggunakan diagram segitiga Cl SO4 HCO3, Cl
Li B dan Na K Mg untuk mengetahui asal usul zat terlarut dalam
fluida yang berasal dari interaksi dengan batuan.

48

DAFTAR PUSTAKA

Armstead, H.C.H., 1979, Geothermal Energy, E & FN, Spoon. Ltd London City
Reprmted.
Barryadi, F., 1995, Struktur Geologi di Lapangan Panasbumi Daerah Awibengkok
dan Sekitarnya Kabupaten Sukabumi dan Bogor, Jawa Barat. Jurusan
Geologi, UNPAD, Bandung.
Chilingar, George V., et all., 1982, Hand Book of Geothermal Energy, University of
Southern Callifornia.
Dickson, M.H., and Fanelli, M., 2004, What is Geothermal Energy? , University of
Colombia.
http://iga.igg.cnr.it/ documenti/ geo/ Geothermal%20Energy.en.pdf
Edward F Wahl., 1977, Geothermal Energy Utilization, John Willey and Sons, New
York.
Ellis Aj and Mahon., 1977, Chemistry and Geothermal System, Academic Press, Inc,
Orlando, Floride.
Goff, F., dan Janik, C.J., 2000, Geothermal Systems, dalam Sigurdsson, H.,
Houghton, B., Rymer, H., Encyclopedia of Volcanoes. hlm. 817-834, Academic
Press.
Grant, M.A., 1960, Geothermal Reservoir Engineering, Academic Pres, Inc, New
York.
Hochstein, M. P., 1995, Classification and Assessment of Geothermal Resources,
Geothermal Reservoir Course, Geothermal Institute, University of Auckland.
Makalah PB Potensi dan WKP Panasbumi, Kolokium Hasil Lapangan-DIM, 2005.
Mars G. Fontana, 1986, Corrosion Engineering, Third Edition, Mc Graw Hill Book
Co, New York.
NACE, Basic Corrosion Cow-se Ninth Printing, Houston, Texas 1978. Ridwan
Fakih, Basic Corrosion Engineering, Petroleum Engineering PT CPl,
Pekanbaru, 1993.

49

Вам также может понравиться