Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
)
MENGGUNAKAN METODE AKUSTIK SINGLE BEAM
PENDAHULUAN
Sulistiono et al. (1992) dalam Mulya (2002) mengklasifikasikan kepiting bakau sebagai
berikut;
Filum: Arthropoda
Sub Filum: Mandibulata
Kelas: Crustacea
Ordo: Decapoda
Sub Ordo: Pleocyemata
Famili: Portunidae
Genus: Scylla
Spesies: Scylla spp.
TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat nilai hambur balik kepiting bakau
(Scylla spp.). berdasarkan energi surface backscattering strength (SS) dan volume
backscattering strength (SV) dengan menggunakan instrumen echosounder single
beam CruzPro PcFF80 frekuensi 200 kHz.
200 kHz
Raw data :
200 kHz
E1 (kekasaran):
E1 (kekerasan):
200 kHz
200 kHz
No
1
Laptop
Roll kabel
5
6
Gopro Hero+ 3
Meteran/Transek berupa jaring
Besaran
THDT-5 Long Stem Bronze Thru Hull
Frekuensi transduser
Transducer
Dual frekuensi, 50 kHz dan 200 kHz
Operating voltase
Output power
Kedalaman
WRMS)
1000 feet atau lebih (200 kHz) 1500 feet
Temperatur
Kotak interface
Interface
Source level
Receiving sensitivity
Beam width
Diameter transduser
Nilai
200 kHz
320
0.47
1516
0.4
0.334
Surface gain
110
Change rate
240
-20.83
TS sphere (dB)
-42.43
Rumusan Masalah
Mengapa memilih single beam ?
instrument akustik yang paling sederhana
harga yang ekonomis untuk skala penilitian laboratorium ataupun skala
kolam.
Mengapa memilih kepiting untuk objek penelitian ?
kepiting yang sangat mudah dijumpai dan memiliki harga yang ekonomis
kepiting bakau merupakan kepiting yang memiliki banyak peminat
banyak ditemui di sekitaran pesisir yang kaya akan hutan mangrove.
Mengapa memilih kolam sebagai wadah penelitian ?
kolam merupakan wadah yang cukup baik untuk dilakukan penelitian
menggunakan single beam dengan frekuensi 200 kHz dan sesuai dengan
beamwidth dari instrument single beam sendiri.
Mengapa memilih instrument Echosunder (Single beam , scientific
Echosounder (Cruzpro PcFF80) ?
Cruzpro memiliki Beam width yang tidak terlalu luas yaitu 11 (200 kHz),
45 (50 kHz) dimana frekuensi 200 kHz masih sesuai dengan penilitian
skala kolam.
Memiliki sensitiftas penerimaan pulsa -185 dB (200 kHz), -173 dB (50 kHz).
Cruzpro sendiri mampu mengirimkan pulsa pada suhu 0 - 50 C.
PUSTAKA ACUAN
Kanna, A. 2002. Budidaya Kepiting Bakau : Pembenihan dan Pembesaran. Kanisius. Jakarta
(ID). 80 hal.Lurton, X. 2002. An Introduction to Underwater Acaoustic. Principles and
Applications. Praxis Publishing Ltd. Chichester. UK.
Mulya MB. 2000. Kelimpahan dan Distribusi Kepiting Bakau (Scylla sp) serta
Keterkaitannya dengan Karakteristik Biofisik Hutan Mangrove di Suaka Margasatwa
Karang Gading dan Langkat Timur Laut Provinsi Sumatera Utara [tesis]. Bogor:
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 96 hlm.
Simmonds J. & MacLennan D. 2005. Fisheries Acoustics: Theory and Practice, second
edition. Blackwell.
Siwabessy PJW. 2001. An investigation of the relationship between seabed type and
benthic and bentho-pelagic biota using acoustic techniques [dissertation]. Australia
(AU). The Curtin University of Technology
Urick, R.J. 1975. Principles of Underwater Sound. Kingsport Press, 384 pp.
TERIMA KASIH