Вы находитесь на странице: 1из 10

TUGAS KULIAH

EKONOMI TRANSPORTASI

Sylvia Indriany
35014008

TEKNIK SIPIL
FAK. TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2014

A. Harga Bayangan (Shadow Price)


Shadow prices atau accounting prices dapat dikatakan sebagai semacam
penyesuaian yang dibuat oleh penilai proyek terhadap harga pasar daripada
beberapa faktor produksi, karena harga pasar produksi tersebut tidak mencerminkan
nilai sosial yang sebenarnya (Social opportunity cost) dari unsur produksi tersebut
Gray et al. (1992) menyatakan bahwa shadow price dari suatu produk atau faktor
produk merupakan social opportunity cost, yaitu nilai tertinggi suatu produk atau
faktor produksi dalam penggunaan alternatif terbaik. Shadow price dari suatu produk
umumnya ditentukan oleh saling dipengaruhinya penawaran dan permintaan
terhadap faktor produksi.

1.
2.

3.
4.

Timbulnya harga bayangan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:


Perubahan-perubahan dalam perekonomian yang terlalu cepat,
sehingga mekanisme pasar tidak dapat mengikutinya.
Proyek-proyek yang terlalu besar atau invisible, menyebabkan
perubahan dalam harga pasar yang tidak dapat dipakai untuk mengukur
nilainya.
Unsur-unsur monopolistis di dalam pasar baik pajak maupun subsidi.
Berbagai macam input dan output shg adanya sebab-sebab teknis,
administrative ataupun sosial maka menyebabkan tidak dapat dijual / dibeli dgn
cara yg biasa.

Sehingga pada proyek yang evaluasinya ditentukan oleh harga bayangan(shadow


price)nya biasanya memiliki 3 komponen analisa yaitu:
a. Modal
b. Tenaga kerja tak terdidik
c. Devisa
Atau bila lebih detail maka harga bayangan meliputi :
1.
Harga bayangan hasil produksi atau output
Hasil produksi atau output dibagi menjadi barang atau jasa tradeable dan
nontradeable, dimana digunakan suatu kombinasi input baik tradeable maupun
nontradeable.
Tradeable output dinilai berdasarkan harga paritas (border price), yaitu:
a) Harga CIF (Cost Insurance Freight) untuk produk yang menjadi sasaran
impor.
b) Harga FOB (Freight (or Free) On Board) untuk produk yang dapat
diekspor,
c) sehingga shadow price adalah modifikasi dari border price tersebut.
Nontradeable output, adalah suatu barang yang tidak diperdagangkan apabila
:
- Harga impornya (harga cif) lebih besar dari biaya domestik
2

- Harga ekspornya (harga fob) kurang dari biaya produksi domestik


Nontradeable output berdasarkan pada interaksi permintaan dan penawaran
di pasar, dikurangi pajak tidak langsung dan ditambah subsidi.
2.

Harga bayangan tanah


Menurut Gittinger (1986), ada 3 macam penilaian harga bayangan faktor
produksi tanah yaitu :
a. Menilai faktor produksi tanah sesuai dengan harga beli,
b. Menilai faktor produksi tanah sesuai dengan perkiraan nilai netto biaya
produksi yang hilang/diluangkan (opportunity cost)
c. Menilai faktor produksi tanah sesuai dengan nilai sewanya.
3.
Harga bayangan tenaga kerja
Dalam menentukan harga sosial tenaga kerja, maka perlu dibedakan antara
tenaga kerja terdidik atau terlatih dengan tenaga kerja tidak terdidik, sebagai
asumsi pasar dalam keadaan bersaing sempurna tingkat upah dan
mencerminkan produktivitas marginalnya.
4.

Harga bayangan nilai tukar


Harga bayangan dapat ditentukan dengan menggunakan harga atau nilai valas
yang ditentukan oleh lembaga pemerintahan yang berwenang. Cara lain untuk
menghitung harga sosial nilai tukar asing adalah dengan mencari faktor konversi
terhadap nilai tukar resmi.
Mt Vt
SCFt
(Mt Tmt ) (Vt Txt )
Dimana:
SCFt: Standard Conversion factor tahun ke-t
Mt : Nilai impor pada tahun ke-t
Vt : Nilai ekspor tahun ke-t
Tmt : Besarnya pajak impor tahun t
Txt : Besarnya nilai ekspor tahun t
Ketentuan dari harga bayangan nilai tukar adalah sebagai berikut:
- Harga bayangan harus menggambarkan nilai kesejahteraan ekonomi
dengan adanya tambahan satu satuan mata uang asing.
- Harga bayangan harus menggambarkan imbangan dari satu satuan mata
uang asing dalam penggunaan di bidang lain.
- Harga bayangan harus berada pada tingkat keseimbangan nilai tukar.

B. Weighted Average Cost of Capital (WACC)


Weighted Average Cost of Capital (WACC) adalah rata-rata tertimbang dari
seluruh komponen modal. WACC ini biasa digunakan untuk menghitung biaya modal
(cost of capital). Perhitungan WACC sangat terkait dengan pertimbangan bagaimana
suatu proyek didanai, atau dengan kata lain, dari sumber pendanaan atau keuangan
apa sajakah modal itu berasal. Dengan demikian, rumus dari WACC adalah :
WACC = [Wd x kd (1 - tax)] + [Wp x kp] + [Ws x (ks atau ke)]
Dimana :
WACC
Wd
Wp
Ws
kd
kp
ks
ke

=
=
=
=
=
=
=
=

biaya modal rata-rata tertimbang


proporsi hutang dari modal
proporsi saham preferen dari modal
proporsi saham biasa atau laba ditahan dari modal
biaya hutang
biaya saham preferen
biaya laba ditahan
biaya saham biasa baru.

Seluruh komponen modal (capital components) mempunyai satu kesamaan,


yaitu investor yang menyediakan dana berharap untuk mendapatkan return dari
investasi mereka. Komponen modal yang sering dipakai adalah :
1. Hutang / Cost of Debt (kd)
Biaya hutang setelah pajak (kd) dihitung dengan formula ki (1-t) untuk
mencerminkan tingkat bunga atas hutang dikurangi dengan penghematan pajak
yang timbul karena pembayaran bunga (pembayaran bunga bersifat mengurangi
pajak) atau dengan kata lain biaya bunga obligasi didasarkan pada prinsip after
tax basis. Dikatakan penghematan pajak karena logika yang digambarkan dari
persamaan di bawah ini.
Biaya hutang setelah pajak (kd)
= Tingkat bunga atas hutang penghematan
pajak
= ki ( kd.t )
= kd ( 1 - t )
2. Saham Preferen / Cost of Preferred Stock (kp)
Biaya saham preferen adalah sama dengan tingkat keuntungan yang dinikmati
pembeli saham preferen. Biaya modal saham preferen dihitung dengan cara
membagi deviden saham preferen per tahun (dp) dengan keuntungan bersih
penjualan saham preferen.
dp
kp
Np

3. Saham Biasa / Cost of Common Stock (ke)


Perusahaan dapat meningkatkan modal saham melalui dua cara, yaitu dengan
menahan laba dan kedua, menerbitkan saham biasa baru. Jika ekspansi
perusahaan berlangsung secara cepat hingga laba ditahan sudah digunakan
seluruhnya, perusahaan akan menerbitkan saham baru. Jika demikian, saham
biasa akan memiliki biaya modal yang lebih tinggi dibandingkan laba ditahan,
karena melibatkan adanya biaya emisi (flotation cost). Adanya biaya emisi akan
memperkecil jumlah rupiah yang dapat digunakan dari penjualan saham biasa,
dan akibatnya akan memperbesar biaya modal. Berikut ini adalah formula untuk
menghitung biaya modal dari saham biasa.
Jika tidak melakukan emisi saham baru :
D
ke g
p

Jika melakukan emisi saham baru :


D
k e( Rp .)
g
pf
k e(%)

D
g
p 1 f

Dimana :
D = Deviden
p = harga /lembar saham (price)
g = tingkat pertumbuhan (growth)
f = biaya emisi (flotation cost)
4. Laba ditahan / Cost of Retained Earning (kr)
Biaya laba ditahan adalah sama dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan
investor pada saham biasa perusahaan yang bersangkutan. Dasarnya adalah
prinsip opportunity cost. Jika laba tidak ditahan, laba tersebut dibagikan dalam
bentuk deviden. Jika laba tersebut ditahan berarti pemegang saham
menginvestasikan kembali laba yang menjadi haknya ke perusahaan (flow back
fund).
Jadi biaya modal untuk laba di tahan sama dengan tingkat pengembalian yang
diinginkan pemegang saham atas modal ekuitas yang bersumber pada laba
ditahan. Rumus yang digunakan untuk menghitung biaya modal untuk laba
ditahan sama halnya dengan rumus perhitungan biaya modal saham biasa,
yaitu:
D
kr g
p

C. Minimum Revenue Guarantee

Konsep jaminan pendapatan minimum merupakan salah satu solusi yg paling


menarik untuk proyek-proyek kemitraan pemerintah-swasta pada proyek
infrastruktur beresiko, dimana pendapatan mitra swasta didasarkan pada
penggunaan infrastruktur yang dibangun.
Karena dalam proyek kemitraan pemerintah-swasta dalam bidang infrastrukur
bisa sangat beresiko disebabkan oleh biaya investasi awal yang tinggi dan resiko
pada masa pembangunan, tingginya biaya operasi dan pemeliharaan serta masa
konsesi yang panjang, sehingga mitra swasta perlu mempunyai pendapatan yang
cukup untuk membayar semua biaya serta memperoleh keuntungan. Dalam masa
konsesi yang panjang juga semua kemungkinan dapat terjadi sehingga hal ini tidak
menarik bagi swasta. Karena itu pemerintah bisa memberikan subsidi atau insentif
kepada swasta agar lebih menarik dan layak.sebagai contoh adalah pada
pembangunan jalan tol.
Ada 3 modifikasi pokok dalam Minimum Revenue Guarantee :
1. The put option of the private partner
Sebuah model dimana pemerintah memberikan hibah kepada mitra swasta
berupa pembayaran yang didefinisikan sebagai selisih antara pendapatan
dari lalu lintas yang telah ditetapkan diawal terhadap pendapatan yang
sebenarnya dari lalu lintas

Source: Based on L. Shan, M. J. Garvin and R. Kumar, Collar options to manage revenue
risks in real toll public private partnership transportation projects, 2010.

2. The put option of the private partner and the call option of the public
partner
Model dimana

hibah pemerintah terhadap mitra swasta berupa sejumlah

pembayaran yang didefinisikan sebagai selisih antara pendapatan yang


ditetapkan terhadap pendapatan sebenarnya. Sebaliknya mitra swasta juga
akan membayar pada pemerintah semua pendapatan yang melebihi tingkat
tertentu yang telah ditentukan

Source: Based on L. Shan, M. J. Garvin and R. Kumar, Collar options to manage revenue
risks in real toll public private partnership transportation projects, 2010.

3. The put option of the private partner with limitation and the call option of
public partner with limitation
Model dimana hibah pemerintah terhadap mitra swasta berupa sejumlah
pembayaran yang didefinisikan sebagai selisih antara pendapatan yang
ditetapkan terhadap pendapatan sebenarnya dan sebaliknya mitra swasta
akan membayar pemerintah semua pendapatan yang beberapa telah
ditentukan tingkat pendapatannya.
Namun keduanya yaitu pemerintah dan mitra swasta hanya berhak terhadap
kekurangan prosentase yang ditentukan oleh pendapatan atau surplus
pendapatan
8

Source: Based on L. Shan, M. J. Garvin and R. Kumar, Collar options to manage revenue
risks in real toll public private partnership transportation projects, 2010.

Di Indonesia dalam rangka meningkatkan aktivitas proyek infrastruktur yang


diselenggarakan berdasar konsep kemitraan pemerintah-swasta, pemerintah
mengeluarkan kebijakan infrastruktur 2006 yang pelaksanaannya berdasar Permen
Keuangan N0.38/PMK/2006 yang salah satu isinya dalah pemberian dukungan
pemerintah dalam bentuk penjaminan(garansi). Resiko yang dijamin oleh
pemerintah adalah risiko politis,risiko kinerja proyek dan risiko permintaan.

Discount faktor

Discount factor adalah suatu bilangan yang dapat digunakan untuk mengalikan
suatu jumlah nilai di waktu yang akan datang (Future) supaya menjadi nilai sekarang
(Present).
Present

Future

Discount factor ini ditentukan oleh dua variable, yaitu: discount rate yang
mencerminkan rate of return suatu investasi dan waktu. Discount factor berbanding
terbalik dengan discount rate dan lamanya waktu, makin besar discount rate maka
makin kecil discount factor, demikian juga dengan waktu makin lama waktu maka
makin kecil discount factor.

1
(1 i) t
Discount Factor =
Dimana :
i = discount rate (tingkat bunga)
t = waktu

10

Вам также может понравиться