Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang...
B. Tujuan Penulisan...
C. Metode Penulisan..
BAB II TINJAUAN TEORI.
A. Landasan Teori..
B. Askep Teori...
BAB III TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian.
II. Analisa Data..
III. Prioritas Masalah..
IV. Intervensi...
V. Implementasi.
VI. Evaluasi.
BAB IV PEMBAHASAN..
A. Pengkajian.
B. Diagnosa Keperawatan.
C. Intervensi & Implementasi
D. Evaluasi.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...
B. Saran.
DAFTAR PUSTAKA..
3
3
4
4
5
5
16
23
23
28
29
29
31
32
33
33
33
34
34
35
35
36
37
2
2
2
2
2
2
2
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tekanan darah tinggi yang disebut hipertensi sudah sangat umum para penderita
umumnya tidak menyadari bahwa merekan menderita hipertensi. Tetapi bila dibiarkan
tanpa perawatan maka itu akan menimbulkan kerumitan yang membahayakan. Orang
yang berusia lima puluhan adalah masa usia penuh dengan resiko. Oleh sebab itu perlu
pengontrolan tekanan darah untuk penanggulangan lebih dini sehingga tidak berlanjut
pada komplikasi yang lebih parah.
Hipertensi adalah masalah yang umum karena banyak orang yang menderita
walaupun mereka tidak mengetahui sama sekali.
Masalah yang dihadapi pada diagnosa yang agak dini adalah gejala-gejala yang tidak
nyata pada umunya. Kelilahatannya mengherankan tetapi demikianlah kenyataannya dan
hal ini telah ditemukan diberbagai negara barat. Di Australia agak tinggi presentase
penderita hipertensi. Sekalipun ada 10 % penderita hipertensi dari antara kelompok usia
lima puluh sampai lima puluh sembilan tahun, hal itu tidak ditemukan sebelumnya.
Tekanan darah mereka diatas 110 diastolik.
Ini menunjukkan bahwa penyakit yang parah boleh saja tidak diketahui ditengah
tengah masyarakat, dapat pula melumpuhkan kesehatan
masalah yang berat tetapi penderita tidak mengetahui samasekali mengenai apa yang
terjadi. Sering sudah terlambat dan berkomplikasi barulah diketahui penyebab utamanya.
Itulah sebabnya sekarang orang mengetahui bahwa hipertensi itu penyakit yang
mempunyai bermacam-macam tingkat sedangkan keadaan yang parah memerlukan
pengetahuan yang agak dini supaya segera mendapatkan perhatian dan perawatan.
Sudah ditemukan bukti yang cukup yang menyatakan bahwa perawatan yang tepat
akan mengurangi jumlah kematian dan hal-hal mengerikan akibat komplikasi dari
hipertensi yaitu stroke, penyakit jantung dan ginjal.
3
3
3
3
3
3
3
3
B.
4
4
4
4
4
4
4
4
Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambran nyata atau informasi tentang asuhan keperawatan
pada pasien Hipertensi.
2. Tujuan Kusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien hipertensi.
b. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien Hipertensi.
c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Hipertensi.
d. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pasa pasien Hipertensi.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam laporan kasus dengan metode deskriptif
dengan teknik pengumpulan data : wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan
study dokumentasi.
5
5
5
5
5
5
5
5
6
6
6
6
6
6
6
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. LANDASAN TEORI
DEFENISI HIPERTENSI
Sampai saat ini belum ada definisi yang tepat mengenai hipertensi, oleh
karena tidak ada batasan yang jelas yang membedakan antara hipertensi dan
normotensi. Namun bukti menunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah akan
meningkatkan mortalitas dan mordibitas. Secara teoritis, hipertensi sebagai suatu
tingkat tekanan darah, dimana komplikasi yang mungkin timbul menjadi nyata.
Ada beberapa beberapa pendapat lain yang berusaha untuk menjelaskan definisi
hipertensi, diantarannya :
a.
hipertensi
maligna.
Keadaan
ini
dikatagorikan
sebagai
Definisi hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan
darah diasatolik 90 mmHg, atau bila pasien obat antihipertensi. (Kapita
Selecta Kedokteran ,2001, hal.518).
c.
Menurut WHO, hipertensi adalah kenaikan tekanan darah diatas atau sama
160/95 mmHg.
d.
atas
7
7
7
7
7
7
7
7
perifer
dan
peningkatan
sekresi
aldosteron
yang
ACSH
yang
kemudian
merangsang
peningkatan
ini
meningkatkan
resistensi
aliran
darah
aorta
sehingga
9
9
9
9
9
9
9
9
timbul gejala terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak,
dan jantung yang sering dijumpai berupa:
1. Sakit kepala
6. Hematuria
2. Vertigo
7. Tachhicardi
3. Perdarahan retina
8. Palpitasi
4. Gangguan penglihatan
5. Proteinuria
Tetapi kebanyakan pula pasien yang menderita hipertensi tidak
mempunyai keluhan. Dan ada juga beberapa pasien mengeluh sakit kepala,
pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran menurun, gelisah, mual, muntah,
epistaksis, kelemahan otot atau perubahan mental.
10
10
10
10
10
10
10
10
PATOFISIOLOGI
DM
Penyempitan
Koarktasio aorta
Arteri renalis
Mikroangiopati/
Lesi spesifik diabetic
aorta torakalis
pada ginjal
nefropati diabetic
Glomerulo
Sel-sel kapiler
nefritis akut
glomerolus
menyempit
Lesi pada
glomerolus
Disfungsi filtrasi
Feokromositoma
glomerulo
Epinefrin
Perbedaan antara tingkat
filtrasi glomerolus dan
tingkat penyerapan
tingkat metabolisme
Efek konstriksi
Volume plasma
Curah jantung
Volume darah
Genetic
Volume plasma
Out put jantung
dan sirkulasi
Volume sirkulasi
Efek konstriksi
HIPERTENSI
Kerusakan vaskuler
11
11
11
11
11
11
11
11
arteriola perifer
pembuluh perifer
12
12
12
12
12
12
12
12
PATHWAY
HIPERTENSI
Kerusakan vaskuler
Pembuluh pearifer
Perubahan struktur dalam arteri kecil dan arteriola
Penyumbatan pembuluh/vasokontriksi
Resiko kerusakan perfusi jaringan
Gangguan sirkulasi
Otak
mata
ginjal
ginjal
Peningkatan tekanan
kerusakan sel
nekrosis fibrinoid
cardiac output
Vaskuler serebral
endotel
pada pembuluh
*sakit kepala
*vertigo
aferen+penebalan
robekan/obliterasi
intima arteri
manifestasi klinis
*tachicardi
*Perdarahan retina
*Perdarahan retina
nekrosis kapiler
*pucat
*Gangguan penglihatan
*Gangguan penglihatan
glomerolus
*mudah lelah
*protein uria
*palpitasi
*hematuria
*diaphorosis
Nyeri akut
Resiko injuri
Intoleransi
aktifits
13
13
13
13
13
13
13
13
14
14
14
14
14
14
14
14
PATOFISIOLOGI
Saraf simpatis
Rennin
Angiostensinogen (hati)
Angiostensin I (paru)
ACE (angiostensin converting enzim)
Angiostensi II
Rangsang saraf
Pusat haus
Vasokontriksi
ADH
Over volum
Aldosteron
Retensi Na
TD
Over volum
15
15
15
15
15
15
15
15
16
16
16
16
16
16
16
16
DIAGNOSIS
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali
pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada
kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang lebih tinggi atau gejalagejala klinis. Pengukuran tekanan darah dialakukan dalam keadaan pasien duduk
bersandar, setelah beristirahat selama lima menit, dengan ukuran pembungkus
lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan). Tensimeter dengan air raksa masih
tetap dianggap alat pengukur yang terbaik.
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingakat hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti penyakit
jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler dan lainnya. Apakah
terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan
penyebab hipertensi, perubahan aktifitas /kebiasaan (seperti merokok) konsumsi
makanan, riwayat obat-obatan bebas, hasil dan efek samping terapi hipertensi
sebelumnya bila ada, dan factor psikososial lingkungan (keluarga, perkerjaan dan
lain-lain).
Dalam pemerikasaan fisik dialkukan pengukuran tekanan darah dua
kali atau lebih dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan
kontralateral. Dikaji berat badan dan tinggi pasien. Kemudian dilakukan
pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui adanya retinopati hipertensif,
pemeriksaan leher untuk mengetahui bising carotid, pembesaran vena atau
kelenjar tiroid. Dicari tanda-tanda gangguan gangguan irama dan denyut jantung,
pembesaran ukuran, bising, derap dan bunyi jantung ke tiga atau keempat. Paru
diperiksa untuk mencari ronki dan bronkospasme. Pemeriksaan abdomen
dilakukan untuk mencari adanya masa, pembesaran ginjal dan pulsasi aorta yang
abnormal. Pada ektrimitas dapat ditemukan pulsasi perifer yang menghilang,
edema dan bising. Dilakukan pula pemeriksaan neurology.
Perhimpunan nefrologi Indonesia memilih klasifikasi sesuai
WHO/ISH karena sederhana dan memenuhi kebutuhan, tidak bertentangan
dengan strategi terapi, tidak meragukan karena memiliki sebaran luas dan tidak
17
17
17
17
17
17
17
17
rumit, serta terdapat pula unsur unsure sistolik yang juga penting dalam dalam
penentuan.
Sistolik (mmHg)
Diastolic (mmHg)
<140
<90
Hipertensi ringan
140-180
90-105
Hipertensi perbatasan
140-160
90-95
>180
>105
>140
>90
140-160
<90
Normotensi
Hipertensi sistolik terisolasi adalah hipertensi dengan tekanan sistolik sama atau
lebih dari 160 mmHg. Keadaan ini berbahaya dan memiliki peranan sama dengan
hipertensi diastolic, sehingga harus diterapi.
Klasifikasi pengukuran tekanan darah berdasarkan The Sixth Of The Joint
National Commite On Prevention, Detection, Evaluation, And Treatment Of High
Blood Presure, 1997.
Katagori
Normal
Sistolik(mmHg) Diastolic(mmHg)
Rekomendasi
<130
<85
Perbatsan
130-139
85-89
Hipertensi tingkat 1
140-159
90-99
Hipertensi tingkat 2
160-179
100-109
Hipertensi tingkat 3
180
110
18
18
18
18
18
18
18
18
Catatan : pasien tidak sedang sakit atau minum obat antihipertensi. Jika tekanan sistolik dan
diastolic berada dalam katagori yang berbeda, masukkan kedalam katagori yang lebih tinggi.
PEMERIKASAAN DIAGNOSTIK
1. Hemoglobin/hematrokit : bukan diagnostic tetapi mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat menginsikasikan
factor-faktor resiko seperti hiperkoaagulabilitas, anemia.
2. BUN/Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi /fungsi ginjal.
3. Glukosa : hiperglikemia (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan peningkatan ketoalamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalsium serum : peningkatan kadar kalium serum dapat meningkatkan
hipertensi
5. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
6. Kolesterol
dan
trigleserida
serum
peningkatan
kadat
dapat
Scan
mengkaji
tumor
serebral,
CSU,
enselopati,
atau
feokromositoma.
14. ECG : dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.
PENATALAKSANAAN
Tujuan deteksi dan penatalakasanaan hipertensi adalah merunkan resiko
penyakit kardiovaskuler dan mortabilitas serta morsibitas yang berkaitan. Tujuan
terapi adalah mencapaij dan mempeartahankan tekanan sistolik dibawah 140
mmHg dan tekanan diastolic dibawah 90 mmHg dan mengontrol factor resiko.
Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat
antihipertensi.
Kelompok resiko dikategorikan menjadi :
1. Pasiien dengan tekanan darah perbatasan, atau tingkat 1, 2 atau 3 tanpa
gejala penyakit kardiovaskuler, kerusakan organ, factor resiko lainnya.
Bila dengan modifikasi gaya hidup tekanan darah belum dapat diturunkan
maka harus diberikan obat antihipertensi.
2. Pasien tanpa penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ lainnya, tapi
memiliki satu atau lebih factor resiko yang tertera diatas, namun bukan
diabaetes militus. Jika terdapat beberapa factor maka harus langsung
diberikan obat antihipertensi.
3. Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ
jelas.
20
20
20
20
20
20
20
20
Faktor resiko : usia lebih dari 60 tahun, merokok, disiplidemia, DM, jenis
kelamin (pria atau wanita menopause), riwayat penyakit kardiovaskuler dalam
keluarga.
Kerusakan organ atau penyakit kardiovaskuler : penyakit jantung
(hipertrofi ventrikel kiri, infark miokard, angina pectoris, gagal jantung, riwayat
revaskularisasi koroner, strok, TIA, nefropati, penyakit arteri perifer, dan
retinopati.
Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi resiko:
Tekanan Darah
Kelompok Resiko A
Kelompok Resiko B
Kelompok Resiko C
130-139/85-89
Dengan obat
140-159/90-99
Dengan obat
160/100
Dengan obat
Dengan obat
Dengan obat
lebih disukai dalam dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah,
dapat mengontrol hpertensi terus-menerus dan lancar, dan melindungi pasien
terhadap berbagai resiko dari kematian mendadak, serangan jangtung, atau stroke
akibat peningkatan tekanan darah mendadak saat bangun tidur. Sekarang ini
terdapat pula obat yang berisi kombinasi dosis rendah obat dari golongan yang
berbeda. Kombinasi ini terbukti memberikan efektifitas tambahan dan
mengurangi efek samping.
Setelah diputuskan memakai obat antihipertensi dan bila tidak terdapat
indikasi untuk memilih golongan obat tertentu, diberikan deuretik atau beta
bloker. Jika respon tidak baik dengan dosis penuh, dilanjutkan sesuai algoritma.
Dieretik biasanya menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek obat lain.
Jika obat kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik minimal 1 tahun,
dapat dicoba menghentikan obat pertama melalui
B. ASKEP TEORI
PENGKAJIAN
Identitas pasien.
Riwayat keperewatan/kesehatan.
1. Keluhan utama : pada pasien hipertensi biasanya ia merasa sakit kepala.
2. Riwayat kesehatan sekarang
3. Riwayat kesehatan masa lalu: riwayat hipertensi, penyakit jantung, DM
dll.
22
22
22
22
22
22
22
22
aktifitas
dan
latihan
pada
klien
hipertensi
terkadang
dan
kesadaran menurun.
3. Pola nutrisi dan metabolisme : pada pasien hipertensi terkadang
mengalami mual dan muntah.
4. Pola eliminasi : pada pasien hipertensi terkadang mengalami oliguri.
5. Pola tidur dan istirahat.
6. Pola kognitif dan perceptual
7. Pola toleransi dan koping stress : pada pasien hipertensi biasanya
mengalami stress psikologi.
8. Pola seksual reproduktif
9. Pola hubungan dan peran
10. Pola nilai dan keyakinan.
PEMERIKSAAN FISIK
Berat badan dan tinggi badan
Mata
: Retina, pupil
Leher
: JVP, bising
Paru
Jantung
:
a. Denyut nadi
23
23
23
23
23
23
23
23
24
24
24
24
24
24
24
24
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
a.
b.
c.
d.
INTERVENSI
a. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan exchange problem.
Rencanan tindakan :
1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam, nadi apical dan neurologis
tiap 10 menit.
R:
Untuk
mengevalusi
perkembangan
penyakit
dan
keberhasilan terapi
2. Pertahankan tirah baring pada posisi semi fowler sampai
tekanan darah dipertahankan pada tingkat yang dapat diterima.
R: Tirah baring membantu menurunkan kebutuhan oksigen,
posisi duduk meningkatkan aliran darah ateri berdasarkan
gaya
grafitasi,
konstruksi
arteriol
pada
hipertensi
25
25
25
25
25
25
25
25
5. Kolaborasi
pemberian
obat-obatan
antihipertensi
misal
26
26
26
26
26
26
26
26
Memberikan
peningkatan
kenyamanan
menurunkan
mampu
mengidentifikasi
factor-faktor
yang
perubahan
perilaku,
pola
hidup
untuk
jarak
waktu
pengobatan
dan
prosedur
untuk
29
29
29
29
29
29
29
29
30
30
30
30
30
30
30
30
BAB III
TINJAUAN KASUS
I.
PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
Nama
: Ny. R
Umur
: 65 TH
Agama
: Islam
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Perkerjaan
: Pensiunan
b. Riwayat keperawatan/kesehatan
Keluhan utama
Pasien mengatakan pusing// Sakit Kepala
Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 25 Mei 2012, pada malam hari
31
31
31
31
31
31
31
31
GENOGRAM
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Kawin
c. Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi - pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan bahwa sakit adalah suatu rasa tidak enak pada badan yang
membuat kita menjadi tidak nyaman dan pasien mengatakan bahwa kesehatan
merupakan suatu keadaan dimana dia dapat melakukan aktifitas tanpa disertai
gangguan pada tubuh dan persaannya (rohani).
2. Pola aktivitas - latihan
Kemampuan pasien dalam menata dirinya sebelum dan selama sakit adalah
Aktifitas
Makan
Mandi
Berpakean
Toileting
Tingkat mobilitas ditempat tidur
32
32
32
32
32
32
32
32
Berpindah
Kemampuan ROM
Berjalan
Kekuatan otot
Keterangan :
0
: Mandiri
: ketergantungan/tidak mampu
Sebelum sakit, pasien mengatakan pasien jarang melakukan tidur siang keculi
dalam keadaan lelah/mengalami kelelahan. Biasanya pasien tidur malam
mulai pukul 21.00 WIB sampai pukul 04.30 WIB dam lamanya tidur pasien
8,5 jam.
Selama sakit pasien mengatakan merasa sulit memasuki awal tidur karena
nyeri kepala, terkadang terbangun pada malam hari dan ketika bangun tidur
nyeri kepala berkurang. Dan lamanya tidur 6 jam dan awal tidur malam
mulai pukul 22.00 dan bangun pada pukul 04.00.
6. Pola kognitif perceptual
Pasien selama sakit mampu berkkomunikasi dan mengerti apa yang sedang
dibicarakan, berespon dan berorientasi dengan baik
: 36,8C
: Sianosis (-), ikterus (-), pucat (-), turgor baik, edema (-).
Rambut
Leher
5. Pemeriksaan dada
35
35
35
35
35
35
35
35
Paru-paru
Jantung
6. Pemeriksaan abdomen
Tidak ada lesi pada dinding/kulit perut, ketegangan dinding perut (-),
nyeri tekan (-), bising usus .., peristaltic..
7. Ektrimitas
Edema (-), rentang gerak baik, kekuatan otot 5
5
5
20 tt/menit
ANALISA DATA
SYMTOM
DS :
ETIOLOGI
PROBLEM
: 170/110 mmHg
Nadi : 80x/menit
DS :
Pasien mengatakan untuk
Ketidakefektifan
gangguan sirkulasi
perfusi jaringan
(vasokontriksi)
III.
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningakatan tekanan vaskuler serebral
ditandai dengan nyeri kepala, tekanan darah 170/110 mmHg.
2. Ketidakefektifan
perfusi
jaringan
berhubungan
dengan
exchange
problem/gangguan sirkulasi.
IV. INTERVENSI
Tanggal
No.
Tujuan
Intervensi
Rasional
37
37
37
37
37
37
37
37
25/5/2012
Dx
1 Setelah
dilakukan1.
tindakan
keperawatan selama
3 x 24 jam nyeri
Dengan criteria hasil
kepala
pasien
berkurang
1. Pasien
mengungkapkan
tidak adanya sakit
kepala atau sakit
kepala terkontrol. 2. Hilangkan minimalkan
aktivitas vasokontriksi2.
2. Mengungkapkan
yang
dapat
metode
yang
meningkatkan
sakit
menberikan
kepala
misalkan:
pengurangan.
mengejang saat BAB,
batuk
panjang,
membungkuk.
Tindakan
yang
menurunkan
tekanan
vaskuler
serebral
dan
memperlambat atau
memblok
respon
simpatis,
efektif
dalam
menghilangkan
sakit kepala dan
komplikasinya.
Aktivitas
yang
meningkatkan
vasokontriksi
menyebabkan sakit
kapala
karena
adanya peningkatan
tekanan
vaskuler
serebral.
Meningkatkan
pengetahuan
Menurunkan atau
mengontrol
nyeri
dan
menurunkan
rangsang
sistim
saraf simpatis.
Untuk mengevalusi
perkembangan
penyakit
dan
keberhasilan terapi
38
38
38
38
38
38
38
38
2. Tirah
baring
membantu
Pertahankan tirah baring
menurunkan
pada posisi semi fowler
kebutuhan oksigen,
sampai tekanan darah
posisi
duduk
dipertahankan
pada
meningkatkan aliran
tingkat
yang
dapat
darah
ateri
diterima.
berdasarkan
gaya
grafitasi, konstruksi
arteriol
pada
hipertensi
menyebabkan
peningkatan darah
pada arteri.
3. Meningkatkan
vasokontriksi.
3. Anjurkan
menggunakan
atau nikotin.
tidak
rokok
4. Golongan inhibitor
secara
umum
4. Kolaborasi pemberian
menurunkan
obat-obatan
tekanan
darah
antihipertensi
misal
melalui
efek
golongan inhibitor simpa
kombinasi
(propanolol, atenolol),
penurunan tahanan
golongan
vasodilator
perifer, menurunkan
(hidralazin)
curah
jantung,
menghambat syaraf
simpatis,
dan
menekan pelepasan
rennin.
Golongan
vasodilator
berfungsi
untuk
merilekkan
otot
polos vaskuler.
`
V.
IMPLEMENTASI
39
39
39
39
39
39
39
39
Tanggal/
jam
26/5/2012
jam 09 wib
No.
Implementasi
Dx
1 1. Memijat punggung dan leher
Respon
Ttd
VI.
40
40
40
40
40
40
40
40
EVALUASI
Tanggal
No. Dx
Catatan Perkembangan
26/5/2012
Ttd
P :Rencana dihentikan
41
41
41
41
41
41
41
41
BAB IV
PEMBAHASAN
pasien dapat
data yang mendukung munculnya dignosa ini yaitu perubahan kebiasaan karena
ketidakefekifan perfusi jaringan menyebabkan rasa nyeri kepala dan rasa lemas
sehingga mnegubah pola kebiasaan dari pasien TN A pada aktifitas beratnya .
Kemudian pada diagnosa resiko terjatuh tidak terdapat pada kasus karena tidak
terdapat data-data yang mendukung diangkatnya diagnosa tersebut.
C. Intervensi dan Implementasi
Intervesi yang disusun berdasarkan diagnosa yang muncul seperti pada
tinjaun kasus pada bagian intervensi dan tidak semua intervensi dapat dilakukan
karena mungkin keterbatasan alat dan tenaga.
D. Evaluasi
Evalusi merupakan langkah terakir dari proses keperawatan dengan cara
melakuakan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Dimana pada tujuan intervensi pada kasus pasien TN.A tujuan intevensi telah
tercapai hal dapat di lihat dari criteria evaluasi yang telah di tetapkan sebelumnya.
43
43
43
43
43
43
43
43
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi sebagai suatu tingkat tekanan darah, dimana komplikasi yang
mungkin timbul menjadi nyata. Ada beberapa beberapa pendapat lain yang berusaha
untuk menjelaskan definisi hipertensi, diantarannya :
a.
hipertensi
maligna.
Keadaan
ini
dikatagorikan
sebagai
Menurut WHO, hipertensi adalah kenaikan tekanan darah diatas atau sama
160/95 mmHg.
kepala,
vertigo,
perdarahan
retina,
gangguan
penglihatan,
B. Saran
Tekanan darah tinggi yang disebut hipertensi sudah sangat umum para
penderita umumnya tidak menyadari bahwa merekan menderita hipertensi. Tetapi
bila dibiarkan tanpa perawatan maka itu akan menimbulkan kerumitan yang
membahayakan. Saran dengan adanya hal ini adalah
1.
2.
Pendidikan kesehatan tentang ilmu gizi sangat perlu sekali bagi masyarakat
yang telah terkena penyakit hipertensi sehingga gaya hidup mereka tetap sehaat
meskipun dengan penyakit hipertensi.
45
45
45
45
45
45
45
45
DAFTAR PUSTAKA
PRICE, Syilvia Anderson, 1995, Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit,
EGC Jakarta
Corwin, Elizabeth J, 2000, Buku saku patofisiologi, EGC Jakarta
Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk
perencanaandan perwatan pasien, EGC Jakarta
Definition & Classification, Philadelphia
Nanda, International, 2005, Nursing Diagnosis
46
46
46
46
46
46
46
46
47
47
47
47
47
47
47
47