Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB IV

ALTERASI HIDROTERMAL DAN MINERALISASI


DAERAH PENELITIAN

4.1 Alterasi Hidrotermal Daerah Penelitian


4.1.1 Pengamatan Megaskopis
Pengamatan alterasi hidrotermal dilakukan terhadap beberapa conto batuan
dan urat kuarsa yang diambil dari permukaan. Pengamatan batuan secara
megaskopis bertujuan untuk mengidentifikasi jenis batuan, ubahan, mineralisasi,
serta tekstur urat yang ada (Lampiran A).
Batuan yang berada di daerah penelitian terdiri dari granodiorit, dengan
mineralogi yang secara umum terdiri dari kuarsa+K-feldspar+plagioklas+biotit.
Beberapa batuan terlihat belum terubah, namun secara keseluruhan batuan yang
diamati telah mengalami ubahan. Secara megaskopis terlihat kehadiran mineral
sekunder klorit dan epidot yang berukuran halus (Gambar 4.1). Mineral lempung
juga hadir sebagai mineral ubahan pada beberapa batuan (Gambar 4.2).
Kehadiran mineral sekunder mengubah batuan secara selektif sesuai dengan
kandungan unsur dari mineral yang diubahnya. Kehadiran mineral ubahan
tersebut menyebar pada batuan dengan kelimpahan yang bervariasi.

Kl
Epi

Gambar 4.1 Batuan terubah dengan mineral ubahan klorit dan epidot.
Nomor conto: 2010/AHW/38. (Epi:epidot; Klo:klorit )

Dewi Prihatini (12007012)

24

Gambar 4.2 Mineral lempung sebagai mineral ubahan pada batuan terubah argilik.
Nomor conto : 2010/AHW/11A

4.1.2 Pengamatan Mikroskopis


Pengamatan mikroskopis yaitu berupa pengamatan petrografi yang
dilakukan terhadap 17 sayatan tipis batuan yang diambil dari daerah penelitian
(Lampiran B). Tujuan utama dari pengamatan petrografi adalah untuk
menentukan jenis batuan dan proses ubahan atau alterasi yang terjadi pada
batuan. Dalam studi alterasi, analisis petrografi ini dilakukan untuk
mengidentifikasi kehadiran mineral alterasi pada batuan berdasarkan sifat optik
serta untuk mengetahui hubungan antar mineral. Selain itu, dari pengamatan
petrografi dapat diketahui intensitas ubahan pada batuan tersebut (Tabel 4.1).
Tabel 4.1 Intensitas ubahan pada batuan (Morisson, 1995)

Intensitas Alterasi
Lemah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
Total

Keterangan
Kehadiran mineral sekunder sedikit, yaitu kurang dari
25%
Kehadiran mineral sekunder 25-75%
Kehadiran mineral sekunder >75%
Batuan telah sangat terubah, namun tekstur primer masih
dapat dibedakan
Batuan telah sangat terubah dan tekstur primer tidak dapat
dibedakan

Berdasarkan pengamatan petrografi yang dilakukan, secara umum jenis


batuan

di

daerah

penelitian

adalah

granodiorit

yang

terdiri

dari

kuarsa+plagioklas+K-feldspar+biotit+hornblende yang berbentuk subhedralDewi Prihatini (12007012)

25

anhedral dengan ukuran butir berkisar antara 0,05-2,5 mm (Gambar 4.3).


Intensitas ubahan yang teramati pada batuan bervariasi dari sedang sampai kuat.
Pada beberapa batuan yang telah mengalami ubahan dengan intensitas kuat, jenis
batuan asal sulit untuk diidentifikasi. Proses alterasi ditandai dengan kehadiran
mineral sekunder seperti kuarsa, klorit, epidot, zoisit, kalsit, zeolit, adularia, albit,
serisit, mineral lempung, dan mineral opak, serta setempat terdapat oksida besi
(Tabel 4.2).
Kuarsa sekunder hadir sebagai mineral ubahan di seluruh sayatan tipis
batuan yang diamati. Kuarsa sekunder umumnya mengisi rekahan, berbentuk
anhedral, relatif ekuigranular, dan memiliki kontak interlocking (Gambar 4.3).
Klorit merupakan salah satu mineral ubahan yang paling banyak ditemui pada
sayatan tipis di daerah penelitian. Klorit hadir berserabut, menggantikan mineral
mafik, seperti biotit dan hornblende, baik mengubah sebagian maupun sebagai
pseudomorf. Dari pengamatan bias rangkap yang bervariasi, diduga klorit yang
hadir memiliki kandungan Fe dan Mg yang bervariasi pula (Gambar 4.3). Klorit
yang memiliki kandungan Fe yang dominan memiliki warna bias rangkap
cokelat, sedangkan klorit yang dominan Mg memiliki warna bias rangkap
keunguan. Epidot memiliki ukuran yang bervariasi dari halus sampai sedang
(0,05-0,6 mm), umumnya hadir menggantikan plagioklas (Gambar 4.3).
A

// Nikol

E
0

A
P1

E
X Nikol

0,5 mm

Gambar 4.3 Sayatan tipis dari titik lokasi 2010/AHW/01. Sayatan menunjukkan kehadiran
mineral primer kuarsa (D1) dan plagioklas (D2), dan mineral ubahan yang terdiri atas: Feklorit (E3), Mg-klorit (A6), epidot (A4), kuarsa sekunder (A3), serisit (B2), dan mineral
opak (C1)

Dewi Prihatini (12007012)

26

Zoisit hadir dalam jumlah yang sedikit dan berasosiasi dengan epidot. Kalsit
hadir menggantikan plagioklas serta setempat ditemukan sebagai pengisi
rekahan bersama kuarsa. Adularia hadir dalam bentuk rombik dan dalam jumlah
sedikit. Albit hadir dalam ukuran yang halus-sedang (0,02-0,1 mm), anhedral
dan beberapa menunjukkan twinning.
Zeolit hadir mengisi ruang di antara kuarsa, ditemukan dalam persentase
yang kecil dan tidak dominan sebagai mineral ubahan pada batuan. Serisit hadir
sebagai agregat halus berserabut yang tersebar dalam batuan. Serisit umumnya
mengubah plagioklas dan K-feldspar (Gambar 4.4). Mineral lempung hadir
sebagai agregat sangat halus dan berserabut menggantikan mineral primer
seperti plagioklas dan K-feldspar serta beberapa mineral ubahan lainnya.
Mineral opak hadir di setiap sayatan tipis batuan, subhedral-anhedral, dan
memiliki ukuran 0,05-0,5 mm. Mineral opak tersebut akan diidentifikasi
jenisnya melalui mineragrafi. Namun, dari pengamatan petrografi, mineral opak
yang berbentuk prismatik euhedral diperkirakan sebagai pirit dan berasosiasi
dengan serisit dan kuarsa sekunder.
Overprinting antara mineral menunjukkan adanya perubahan kondisi
fluida yang terbentuk pada suhu dan pH fluida yang berbeda. Dari hasil
pengamatan petrografi, terlihat bahwa mineral serisit di-overprint oleh epidot
(Gambar 4.4) dan kalsit.
A

E
0

// Nikol

F
P2

0,25 mm

X Nikol

Gambar 4.4 Sayatan tipis dari titik 2010/AHW/06. Sayatan menunjukkan kehadiran
mineral primer kuarsa (F4) dan plagioklas (I7) yang terubah oleh serisit dan epidot (I6)
dan overprinting serisit oleh epidot (I7)
Dewi Prihatini (12007012)

27

Tabel 4.2 Mineral ubahan dan intensitas ubahan berdasarkan hasil pengamatan petrografi
(Kal: Kalsit, Klo:Klorit, Epi:Epidot, Zoi:Zoisit, Zeo:Zeolit, Adu:Adularia, Alb:Albit,
K:Kuarsa, Ser:Serisit, Op: Mineral opak, Lem: Mineral lempung)

Mineral

Kal Klo Epi Zoi Zeo Adu Alb

Ser

Op

Lem

Intensitas

No. Conto

Ubahan

2010/AHW/01A

Sedang

2010/AHW/04A

Sedang

2010/AHW/05A

Sedang

2010/AHW/06A

Sedang

2010/AHW/07A

Sedang

2010/AHW/08A

Sedang

2010/AHW/09

Kuat

2010/AHW/10D

Kuat

2010/AHW/11C

Kuat

2010/AHW/12

Kuat

2010/AHW/13

Kuat

2010/AHW/14

Kuat

2010/AHW/15

Kuat

2010/AHW/38

Sedang

2010/AHW/39A

Sedang

2010/AHW/40A

Sedang

2010/AHW/41A

Sedang

4.1.3 Analisis Uji ASD (Analytical Spectral Device)


ASD (Analytical Spectral Device) merupakan analisis spektrometri yang
digunakan untuk determinasi mineral yang berukuran sangat halus, seperti
mineral lempung. Conto batuan yang akan dilakukan uji ASD harus dalam
keadaan kering dan memiliki permukaan yang datar. ASD dilakukan dengan
cara menembakkan sinar inframerah terhadap conto batuan yang akan dianalisis.
Setiap mineral akan merefleksikan gelombang sinar inframerah dengan panjang
gelombang yang berbeda. Hal tersebut yang kemudian digunakan sebagai dasar
untuk identifikasi jenis mineral.

Dewi Prihatini (12007012)

28

Uji ASD dilakukan di Laboratorium Pusat Survei Geologi dengan


menggunakan peralatan portabel Analytical Spectral Device model TSP 3502500HR. Peralatan ASD ini terdiri dari spektrometer, probe dan komputer
portabel (Gambar 4.5).

Gambar 4.5 Alat ASD (Analytical Spectral Device) model TSP 350-2500HR

Uji ASD dilakukan terhadap 7 conto batuan dari daerah penelitian untuk
mengidentifikasi jenis mineral lempung (Lampiran C). Uji ini dilakukan
terhadap conto batuan terpilih yang secara megaskopis dan mikroskopis
menunjukkan bahwa batuan telah terubah oleh mineral lempung. Hasil uji ASD
dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Mineral ubahan berdasarkan hasil uji ASD
(Ill: Illit, Mon: Montmorilonit, Kao: Kaolinit, Mus: Muskovit,
Sme: Smektit, Klo: Klorit, Dol: Dolomit)

Nomor Conto

Ill

Mon

Kao

Mus

Sme

Klo

Dol

2010/AHW/06
2010/AHW/15
2010/AHW/37A
2010/AHW/37B
2010/AHW/38A
2010/AHW/38B
2010/AHW/39

Dewi Prihatini (12007012)

29

4.1.4 Zona Alterasi Hidrotermal


Zona alterasi hidrotermal di daerah penelitian ditentukan berdasarkan
kumpulan mineral yang telah diidentifikasi dari hasil analisis megaskopis,
petrografi, dan ASD. Zona alterasi di daerah penelitian dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu Zona Serisit-Kuarsa-Pirit, Zona Klorit-Epidot-Kalsit, dan Zona IllitKaolinit (Gambar 4.6).

Zona Serisit-Kuarsa-Pirit-Pirit
Zona alterasi ini dicirikan oleh kehadiran mineral ubahan serisit, kuarsa, dan
pirit. Jenis batuan yang mengalami ubahan ini adalah granodiorit dengan
intensitas ubahan sedang-kuat. Berdasarkan perajahan temperatur, Zona
Serisit-Kuarsa-Pirit berada dalam kisaran temperatur 2800 sampai ~3000 C
(Tabel 4.4).

Zona ini diperkirakan berada pada kisaran pH 4-6 dan

disebandingkan dengan Zona Filik (Corbett dan Leach, 1998).


Tabel 4.4. Kisaran temperatur mineral alterasi pada Zona Serisit- Kuarsa
(*= Hedenquist dan White, 1995, **= Morrison, 1995)

Suhu Kestabilan Mineral (0C)

Nama
Mineral

100

200

300

Serisit**
Kuarsa*
Pirit*

Zona Epidot-Klorit-Kalsit
Zona alterasi ini dicirikan oleh kehadiran mineral ubahan klorit, epidot,
kalsit, zoisit, albit, adularia, zeolit, dan dolomit. Jenis batuan yang
mengalami ubahan ini adalah granodiorit dengan intensitas ubahan sedang.
Berdasarkan perajahan temperatur, Zona Epidot-Klorit-Kalsit berada dalam
kisaran temperatur 2200 sampai ~3000C (Tabel 4.5). Zona ini diperkirakan
terbnentuk dari fluida dengan pH mendekati netral, yaitu kisaran pH 7-8 dan
disebandingkan dengan Zona Propilitik (Corbett dan Leach, 1998).

Dewi Prihatini (12007012)

30

Tabel 4.5 Kisaran temperatur mineral alterasi pada Zona Epidot-Klorit-Kalsit


(*= Hedenquist dan White, 1995, **= Morrison, 1995)

Suhu Kestabilan Mineral (0C)

Nama
Mineral

100

200

300

Klorit*
Epidot*
Kalsit*
Albit**
Adularia*

Zona Illit-Kaolinit
Zona alterasi ini dicirikan oleh kehadiran mineral ubahan kaolinit, illit,
smektit, dan montmorilonit. Jenis batuan yang mengalami ubahan ini adalah
granodiorit dengan intensitas ubahan sedang-kuat. Berdasarkan perajahan
temperatur, Zona Illit-Kaolinit ini berada dalam kisaran temperatur 15001700C (Tabel 4.6). Zona ini diperkirakan berada pada kisaran pH 4-6 dan
disebandingkan dengan Zona Argilik (Corbett dan Leach, 1998).
Tabel 4.6 Kisaran temperatur mineral alterasi pada Zona Illit-Kaolinit
(Hedenquist dan White, 1995)

Suhu Kestabilan Mineral (0C)

Nama
Mineral

100

200

300

Kaolinit
Illit
Smektit
Montmorilonit

4.2 Mineralisasi Daerah Penelitian


4.2.1 Pengamatan Megaskopis
Pengamatan dilakukan terhadap beberapa conto batuan yang diambil dari
permukaan dan urat kuarsa yang diambil dari lubang tambang yang dibuat oleh
penduduk setempat. Kehadiran mineral bijih di daerah penelitian berupa
pengisian rekahan (cavity filling) dan menyebar (disseminated) pada batuan.

Dewi Prihatini (12007012)

31

Dewi Prihatini (12007012)

Gambar 4.6 Peta zona alterasi di


daerah penelitian

32

Gambar 4.6 Peta zona alterasi di daerah penelitian

Keterdapatan mineral bijih yang dominan di daerah penelitian adalah pada


rekahan yang termineralisasi. Rekahan tersebut membentuk urat kuarsa yang
berasosiasi dengan mineral bijih sulfida, seperti pirit, kalkopirit, galena, dan
sfalerit (Gambar 4.7 a dan b). Selain itu, mineral bijih juga hadir menyebar
(disseminated) pada batuan granodiorit yang umumnya telah terubah dengan
intensitas kuat (Gambar 4.8). Mineral yang bersifat menyebar pada batuan
memiliki ukuran yang relatif lebih halus (<0,1 cm) dibandingkan dengan mineral
bijih yang terdapat di dalam urat kuarsa.
a

Py

Gal
Sfa

Py

Mn
g

Cpy

Sfa

Gambar 4.7 (a) Urat kuarsa yang berasosiasi dengan pirit dan galena. Titik lokasi:
2010/AHW/37, (b) Urat Kuarsa yang berasosiasi dengan manganit, kalkopirit, sfalerit,
dan pirit. Titik lokasi: 2010/AHW/38. (Py: Pirit, Sfa: Sfalerit, Gal: Galena, Cpy:
Kalkopirit, Mng: Manganit)

Mineral bijih yang dapat diamati secara megaskopis adalah pirit, kalkopirit,
galena, sfalerit, manganit, dan malakit (Gambar 4.7 a dan b). Pirit merupakan
mineral bijih yang paling dominan. Kehadirannya dapat berasosiasi dengan urat
kuarsa maupun menyebar dalam batuan.

Dewi Prihatini (12007012)

33

Pirit

Gambar 4.8 Pirit berukuran halus (<0,1 cm) yang menyebar (disseminated) dalam
granodiorit terubah. Titik lokasi: 2010/AHW/12

Kalkopirit, galena, sfalerit, dan manganit hadir berasosiasi dengan urat


kuarsa. Selain itu, malakit juga hadir pada batuan samping urat kuarsa (Gambar
4.9). Jika dilihat dari penyebarannya, mineral bijih yang berasosiasi dengan urat
kuarsa banyak ditemukan di bagian barat daerah penelitian, sedangkan di bagian
timur daerah penelitian hanya terdiri dari pirit yang bersifat menyebar
(disseminated) pada batuan.
Mal

Gambar 4.9 Malakit yang terdapat pada batuan samping granodiorit terubah.
Titik lokasi: 2010/AHW/37 (Mal : Malakit)

Tekstur urat kuarsa yang terlihat di daerah penelitian, yaitu comb. Tekstur
tersebut merupakan jenis tekstur primer pada urat kuarsa. Tekstur comb
merupakan tekstur yag terdiri dari kelompok kristal paralel atau subparalel yang
tegak lurus terhadap dinding urat dan memiliki bentuk menyerupai sisir

Dewi Prihatini (12007012)

34

(Morrison dkk., 1990). Pada daerah penelitian, tekstur comb terdapat pada urat
kuarsa yang memiliki ukuran relatif kecil, yaitu 2-5 cm (Gambar 4.10).

Gambar 4.10 Tekstur comb pada urat kuarsa yang mengisi rekahan pada granodiorit
terubah. Titik lokasi: 2010/AHW/10

4.2.2 Pengamatan Mikroskopis


Pengamatan mikroskopis terhadap mineral bijih dilakukan dengan
melakukan

pengamatan

mineragrafi

terhadap

sayatan

poles

dengan

menggunakan mikroskop cahaya pantul. Dalam pengamatan mineragrafi


dilakukan identifikasi terhadap jenis mineral bijih serta karakteristik tekstur yang
menyertainya. Interpretasi tekstur dari mineral bijih ini akan membantu dalam
penentuan paragenesis mineral bijih (Craig dan Vaughan, 1981).
Pengamatan mineragrafi dilakukan terhadap 12 sayatan poles (Lampiran
D). Berdasarkan hasil pengamatan, di daerah penelitian terdapat pirit, kalkopirit,
sfalerit, galena, arsenopirit, tetrahedrit, kalkosit, dan kovelit (Tabel 4.7). Secara
umum, pirit merupakan mineral logam dominan yang kehadirannya memiliki
persentase terbanyak (65%) dibandingkan dengan mineral lainnya. Pirit
berbentuk kubik dan berwarna kuning pucat. Secara umum pirit hadir mengisi
ruang (open-space filling) antara mineral gangue kuarsa (Gambar 4.11a).
Sfalerit berwarna abu-abu dan hadir mengisi ruang antara kuarsa dan
mineral bijih lainnya dengan bentuk yang ireguler atau tidak beraturan (Gambar
4.11b). Kalkopirit berwarna kuning terang hadir dengan tekstur mengisi ruang di
antara kuarsa dan mineral bijih lainnya (Gambar 4.11c).

Dewi Prihatini (12007012)

35

Tabel 4.7 Mineral bijih yang teridentifikasi dari hasil pengamatan mineragrafi
(Py: Pirit, Cpy: Kalkopirit, Sfa: Sfalerit, Gal: Galena, Ars: Arsenopirit,
Tet: Tetrahedrit, Kov: Kovelit, Kal: Kalkosit)
Mineral Bijih
Py
Cpy
Sfa
Gal
Ars
Tet
Kov
Kal
No. Conto
2010/AHW/10B
2010/AHW/10C
2010/AHW/10D
2010/AHW/10E
2010/AHW/12
2010/AHW/13
2010/AHW/37A
2010/AHW/37H
2010/AHW/37I
2010/AHW/38H
2010/AHW/39I
2010/AHW/39J

Py

Sfa

Py
Tet

Cpy

Sfa

a
0,25 mm

0,25 mm

c
Py

Cpy

Kal

Cpy

Ga
0,5 mm

Kov
0,25 mm

Gambar 4.11 Pengamatan mikroskopis pada paralel nikol (a) Pirit hadir mengisi ruang
antara kuarsa, (b) Sfalerit hadir dalam bentuk ireguler (c) Galena, pirit, dan kalkopirit
yang mengisi ruang diantara kuarsa (d) Kalkopirit yang digantikan oleh kalkosit dan
kovelit (Py: Pirit, Gal: Galena, Sfa: Sfalerit, Cpy: Kalkopirit, Kal: Kalkosit, Kov: Kovelit)
Dewi Prihatini (12007012)

36

Tetrahedrit berwarna abu-abu muda hadir dengan ukuran realtif halus dan
menggantikan (replacement) kalkopirit (Gambar 4.11c). Kovelit dan kalkosit
juga hadir menggantikan kalkopirit (Gambar 4.11d). Arsenopirit berwarna putih,
hadir mengisi ruang di antara kuarsa dan pirit. Galena berwarna putih dan
memiliki kenampakan khusus, yaitu triangular pit (Gambar 4.11c).

4.2.3 Paragenesis Mineral Bijih


Pengamatan tekstur pada mineral bijih penting untuk membantu dalam
penentuan urutan waktu pembentukan mineral atau paragenesis. Selain itu,
tekstur yang terdapat dalam mineral bijih dapat membantu dalam menjelaskan
estimasi kondisi saat mineral tersebut terbentuk (Craig dan Vaughan, 1981).
Dari hasil pengamatan mineragrafi, terdapat beberapa tekstur yang terlihat, baik
tekstur primer berupa pengisian ruang (open-space filling), ataupun tekstur
sekunder yang berupa tekstur penggantian (replacement).
Paragenesis mineral berdasarkan hubungan antar mineral dan tekstur yang
terlihat pada sayatan poles menunjukkan bahwa mineral bijih yang terbentuk
pertama kali adalah pirit dan arsenopirit. Pirit hadir mengisi ruang di antara
kuarsa (open-space filling). Arsenopirit dijumpai mengisi ruang di antara pirit
sehingga menunjukkan bahwa arsenopirit terbentuk setelah pirit (Gambar 4.12a).
Namun, di beberapa tempat terlihat bahwa pirit hadir memotong arsenopirit
(Gambar 4.12b). Berdasarkan tekstur-tekstur tersebut, diperkirakan hubungan
antara pirit dan arsenopirit adalah terbentuk bersamaan.
Mineral bijih selanjutnya yang terbentuk diperkirakan adalah galena.
Galena hadir mengisi ruang di antara pirit dan arsenopirit (Gambar 4.12c dan
4.13a). Kemudian sfalerit terlihat mengisi rekahan pada galena (Gambar 4.13d).
Di beberapa tempat sfalerit menunjukkan tekstur khusus, yaitu intergrowth
dengan kalkopirit, yang disebut sebagai chalcopyrite disease (Craig dan
Vaughan, 1981) (Gambar 4.12d). Tekstur ini merupakan salah satu bentuk
eksolusi yang merupakan tekstur sekunder akibat pendinginan. Menurut Barton
dan Skinner (1979; dalam Craig dan Vaughan, 1981), tekstur ini dapat terbentuk
karena terbentuknya fasa yang berbeda pada larutan akibat dari eksolusi. Fasa
larutan yang kaya Cu akan bereaksi dengan sfalerit sehingga membentuk
kalkopirit dan menunjukkan tekstur tumbuh bersama dengan sfalerit.
Dewi Prihatini (12007012)

37

Berdasarkan tekstur tersebut, diperkirakan sfalerit dan kalkopirit terbentuk


bersamaan.

b
Py
Py
Ar
s
Py

Ar
0,5 mm

0,25 mm

d
Ga
l

Sfa
Ar
s

Ga

Py

Cpy
Py
0,5 mm

0,05 mm

Chalcopyrite
disease

Gambar 4.12 Pengamatan mikroskopis pada paralel nikol (a) Arsenopirit mengisi ruang
di antara pirit, (b) Pirit memotong arsenopirit, (c) Galena mengisi ruang di antara pirit dan
arsenopirit (d) Sfalerit dan kalkopirit mengisi rekahan di antara galena

Tetrahedrit hadir dengan tekstur replacement menggantikan kalkopirit


(Gambar 4.13a). Kemudian kovelit dijumpai hadir menggantikan tetrahedrit dan
kalkopirit (Gambar 4.13b dan 4.13c). Kalkosit juga hadir menggantikan
kalkopirit (Gambar 4.13d). Kovelit dan kalkosit diperkirakan sebagai mineral
yang terbentuk terakhir akibat dari proses pengayaan. Malakit dan manganit
diperkirakan terbentuk bersamaan dengan kovelit dan kalkosit dari proses
pengayaan. Tabel 4.8 menjelaskan paragenesis mineral bijih di daerah penelitian.

Dewi Prihatini (12007012)

38

Tet

a
Ars
Kov
Ars

Py

Cpy

0,125 mm

0,25 mm

Kal
Cpy

Tet

Py

a Kov

Py

Ga
l

0,5 mm

0,125 mm

Gambar 4.13 Pengamatan mikroskopis pada paralel nikol (a) Tetrahedrit menggantikan
kalkopirit, (b) Kovelit menggantikan kalkopirit, (c) Kovelit menggantikan tetrahedrit,
(d) Kalkosit menggantikan kalkopirit
Tabel 4.8. Paragenesis mineral bijih di daerah penelitian

Mineral

Tahap Pembentukan

Pirit (FeS2)
Arsenopirit (FeAsS)
Galena (PbS)
Sfalerit (ZnFe)S
Kalkopirit (CuFeS2)
Tetrahedrit (Cu12SbS13)
Kovelit (CuS)
Kalkosit (Cu2S)
Malakit (Cu2CO3) (OH) 2
Manganit (MnO) (OH)

Dewi Prihatini (12007012)

39

Вам также может понравиться