Вы находитесь на странице: 1из 4

BAGAIMAN ISLAM MEMANDANG CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) ?

Oleh Usmar,Dani.
Sebagaimana inti dari CSR merupakan sinergi 3P= Profit, People, Planet. Jadi inti dari CSR
adalah bagaimana dari sebuah perusahaan itu memiliki rasa tanggung jawab terhadap
kesejahteraan masyarakat (People) dan kelestarian limgkungan hidup (Planet) disekitar
mereka dengan tetap tidak lupa memperhitungkan untung (Profit) jangka panjang yang akan
didapat. Dalam pandangan Islam pun tanggungjawab sosial merupakan hal yang harus
diperhatikan oleh para pelaku bisnis karena merupakan realisasi dari konsep ajaran ihsan
sebagai puncak dari ajaran etika yang sangat mulia. Ihsan merupakan melaksanakan
perbuatan baik yang dapat memberikan kemanfaatan kepada orang lain demi mendapatkan
ridho Allah swt.
Menurut Sayyid Qutb, Islam mempunyai prinsip pertanggungjawaban yang seimbang dalam
segala bentuk dan ruang lingkupnya. Antara jiwa dan raga, antara individu dan keluarga,
antara individu dan sosial dan, antara suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain.
Tanggung jawab sosial merujuk pada kewajiban-kewajiban sebuah perusahaan untuk
melindungi dan memberi kontribusi kepada masyarakat dimana perusahaan itu berada.
Sebuah perusahaan mengemban tanggung jawab sosial dalam tiga domain yaitu (1.) PelakuPelaku Organisasi, meliputi Hubungan Perusahaan dengan Pekerja QS. An-nisa ayat 149,
Hubungan Pekerja dengan Perusahaan, Hubungan Perusahaan dan Pelaku Usaha Lain;
distributor, konsumen, pesaing. (2) Lingkungan Alam QS. Al-Araf ayat 56, (3) Kesejahteraan
Sosial Masyarakat.
Disamping itu, CSR merupakan implikasi dari ajaran kepemilikan dalam Islam, Allah adalah
pemilik mutlaq (haqiqiyah) sedangkan manusia hanya sebatas pemilik sementara (temporer)
yang berfungsi sebagai penerima amanah
Corporate Social Responsibility (CSR) ternyata selaras dengan pandangan Islam tentang
manusia sehubungan dengan dirinya sendiri dan lingkungan sosial, dapat dipresentasikan
dengan empat aksioma yaitu kesatuan (tauhid), keseimbangan (equilibrum), kehendak bebas
(free will) dan tanggung jawab (responsibility).

Sayyed Hossein Nasr, dosen studi Islam di George Washington University, Amerika Serikat
(Alim, 2006) dalam dua bukunya Man and Nature (1990) dan Religion and the
Environmental Crisis (1993), yang disajikan sebagai berikut:
Man therefore occupies a particular position in this world. He is at the axis and centre of
the cosmic milieu at once the master and custodian of nature. By being taught the names of
all things he gains domination over them, but he is given this power only because he is the
vicegerent (khalifah.) of God on earth and the instrument of His Will. Man is given the right to
dominate over nature only by virtue of his theomorphic make-up, not as a rebel against
heaven.
Jelaslah bahwa tugas manusia, terutama muslim/muslimah di muka bumi ini adalah sebagai
khalifah (pemimpin) dan sebagai wakil Allah dalam memelihara bumi (mengelola lingkungan
hidup).
Menurut Muhammad Djakfar, Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam
Islam secara rinci harus memenuhi beberapa unsur yang menjadikannya ruh sehingga dapat
membedakan CSR dalam perspektif Islam dengan CSR secara universal yaitu:
Al-Adl
Islam telah mengharamkan setiap hubungan bisnis atau usaha yang mengandung
kezaliman dan mewajibkan terpenuhinya keadilan yang teraplikasikan dalam
hubungan usaha dan kontrak- kontrak serta pejanjian bisnis. Sifat keseimbangan atau
keadilan dalam bisnis adalah ketika korporat mampu menempatkan segala sesuatu
pada tempatnya. Dalam beraktifitas di dunia bisnis, Islam mengharuskan berbuat adil
yang diarahkan kepada hak orang lain, hak lingkungan sosial, hak alam semesta. Jadi,
keseimbangan alam dan keseimbangan sosial harus tetap terjaga bersamaan dengan
operasional usaha bisnis, dalam al- Quran Surat Huud ayat 85. Islam juga melarang
segala bentuk penipuan, gharar (spekulasi), najsi (iklan palsu), ihtikar (menimbun
barang) yang akan merugian pihak lain.
Al-Ihsan
Islam hanya memerintahkan dan menganjurkan perbuatan baik bagi kemanusiaan,
agar amal yang dilakukan manusia dapat memberi nilai tambah dan mengangkat
derajat manusia baik individu maupun kelompok. Implementasi Corporate Social

Responsibility (CSR) dengan semangat ihsan akan dimiliki ketika individu atau
kelompok melakukan kontribusi dengan semangat ibadah dan berbuat karena atas
ridho Allah swt. Ihsan adalah melakukan perbuatan baik, tanpa adanya kewajiban
tertentu untuk melakukan hal tersebut. Ihsan adalah beauty dan perfection dalam
sistem sosial. Bisnis yang dilandasi unsur ihsan dimaksudkan sebagai proses niat,
sikap dan perilaku yang baik, transaksi yang baik, serta berupaya memberikan
keuntungan lebih kepada stakeholders
Manfaat
Konsep ihsan yang telah di jelaskan di atas seharusnya memenuhi unsur manfaat bagi
kesejahteran masyarakat (internal maupun eksternal perusahaan). Pada dasarnya,
perbankan telah memberikan manfaat terkait operasional yang bergerak dalam
bidang jasa yaitu jasa penyimpanan, pembiayaan dan produk atau fasilitas lain yang
sangat

dibutuhkan

masyarakat.

Konsep

manfaat

dalam

Corporate

Social

Responsibility (CSR), lebih dari aktivitas ekonomi. Bank syariah sudah seharusnya
memberikan manfaat yang lebih luas dan tidak statis misalnya terkait bentuk
philanthropi

dalam

berbagai

aspek

sosial

seperti

pendidikan,

kesehatan,

pemberdayaan kaum marginal, pelestarian lingkungan.


Amanah
Dalam usaha bisnis, konsep amanah merupakan niat dan iktikad yang perlu
diperhatikan terkait pengelolaan sumber daya (alam dan manusia) secara makro,
maupun dalam mengemudikan suatu perusahaan. Bank yang menerapkan Corporate
Social Responsibility (CSR), harus memahami dan menjaga amanah dari masyarakat
yang secara otomatis terbebani di pundaknya misalnya menciptakan produk yang
berkualitas, serta menghindari perbuatan tidak terpuji dalam setiap aktivitas bisnis.
Amanah dalam perbankan dapat dilakukan dengan pelaporan dan transparan yang
jujur kepada yang berhak, serta amanah dalam pembayaran pajak, pembayaran
karyawan, dll. Amanah dalam skala makro dapat direalisasikan dengan melaksanakan
perbaikan sosial dan menjaga keseimbangan.
Dari berbagai pendapat di atas terdapat dua simpulan bahwa CSR merupakan rangkaian nilai
tambah berbasis keadilan baik horizontal maupun vertikal dan pendistribusian
kesejahteraan, dalam hal ini tidak hanya bagi perusahaan akan tetapi bagi karyawan,

lingkungan ekonomi, sosial masyarakat dan alam sekitar. Selain itu simpulan berikutnya CSR
dalam pandangan Islam merupakan akuntabilitas manusia sebagai kholifatullah fil ardh yang
juga memiliki dimensi sebagai abd Allah yang merupakan bentuk pertanggungjawaban dari
sisi ketaatan dan ketundukan dalam menjalankan syariah yang diharapkan berdampak baik
kepada kesejahteraan manusia, sosial, alam dan lingkungan.

Pustaka:

Balabanis, George., Hugh C. Phillips and Jonathan Lyall. 1998. Corporate Social
Responsibility and Economic Performance in the Top British Companies: Are
They Linked?. European Business Review. 98 (1): 25-44.
Baydoun, Nabil and Roger Willett. 2000. Islamic Corporate Report. Abacus. 36 (1):71-90
Beekun, Rafik Issa. 1996. Islamic Business Ethics. Herndon. USA. The International Institute
of Islamic Thought
Chapra. Muhammad Umer. 2008.The Islamic Vision of Development in the Light of the
Maqsid AlSharah. The Islamic Foundation. Leicester, UK
Nurhayati, Sri & Wasilah (2011). Akuntansi Syariah di Indonesia. Salemba Empat.
Othman et al. (2009). Determinants of Islamic Social Reporting Among Top ShariaApproved Companies in Bursa Malaysia. Research Journal of International
Studies.
Othman, R., & Thani, A. M. (2010). Islamic Social Reporting of Listed Companies in
Malaysia. The International Business & Economics Research Journal. 9, 4. Pg.
135.

Вам также может понравиться