Вы находитесь на странице: 1из 22

kuntansi lindung risiko (hedge accounting) menurut IAS 39

Hedge accounting adalah teknik manajemen risiko dengan menggunakan derivatif


atau instrumen hedging lainnya untuk mengkompensasi (offset) perubahan nilai
wajar atau perubahan arus kas terkait asset, kewajiban, dan transaksi-transaksi di
masa depan. IAS 39 mencakup prinsip-prinsip akuntansi khusus untuk aktivitas
hedging. Apabila kondisi-kondisi tertentu terpenuhi, entitas diperbolehkan untuk
menyimpang dari ketentuan-ketentuan akuntansi yang lazim dan menerapkan
hedge accounting untuk asset dan kewajiban yang terkait dengan aktivitas hedging.
Ketentuan perlakuan akuntansi mengenai hedging bersifat opsional; entitas tidak
diharuskan untuk menerapkannya. Pengaruh hedge accounting adalah, keuntungan
atau kerugian atas instrumen hedging dan item-item yang dilindunginya diakui
dalam periode yang sama; keuntungan dan kerugian ditandingkan dalam periode
yang sama.
Unsur-unsur aktivitas hedging

Terdapat dua unsur dalam aktivitas hedging:

Instrumen hedging. Instrumen hedging mencakup derivatif, asset keuangan nonderivatif, atau kewajiban keuangan non-derivatif. Semua kontrak derivatif dengan
pihak eksternal bisa digunakan sebagai instrumen hedging, kecuali untuk sebagian
written options. Asset dan kewajiban non-derivatif hanya bisa digunakan sebagai
instrumen hedging atas risiko mata uang asing. Untuk menjadi instrumen hedging,
nilai wajar instrumen hedging atau arus kas yang diakibatkannya harus
mengkompensasi perubahan nilai wajar atau arus kas asset, kewajiban, atau
transaksi yang dilindunginya. Untuk tujuan hedging, hanya instrumen yang terkait
dengan pihak eksternal saja yang boleh digunakan sebagai instrumen hedging.
Item yang dilindungi. Item yang dilindungi (hedged item) mencakup asset,
kewajiban, komitmen perusahaan, transaksi yang akan terjadi di masa depan, atau
investasi netto dalam operasi luar negeri. Untuk menjadi item yang dilindungi,
suatu item harus berisiko bagi perusahaan, nilai wajar atau arus kas yang
diakibatkannya di masa depan mungkin berubah dan mempengaruhi laba
perusahaan.

IAS 39 mengidentifikasi tiga jenis hedging:

Fair value hedges, atau lindung nilai wajar.


Cash flow hedges, atau lindung arus kas
Lindung investasi netto dalam operasi luar negeri.

Perlakuan akuntansi

Hedge accounting mengaitkan perlakuan akuntansi untuk (1) instrumen hedging


dengan (2) item yang dilindunginya sehingga kompensasi (offsetting) perubahan
nilai wajar atau arus kas dapat diakui dalam laporan keuangan pada periode yang
sama. Secara umum, perlakuan akuntansi untuk aktivitas hedging dapat
dikelopokkan menjadi dua kategori perlakuan:

Perubahan nilai wajar item yang dilindungi diakui pada periode sekarang sebagai
penyeimbang (offsetting) pengakuan perubahan nilai wajar instrumen hedging-nya
(perlakuan akuntansi lindung nilai wajar).
Pengakuan nilai wajar instrumen hedging ditangguhkan (deferred) sebagai unsur
terpisah dalam ekuitas dan diperhitungkan dalam laba/rugi ketika item yang
dilindunginya mempengaruhi laba/rugi (perlakuan akuntansi lindung arus kas dan
investasi netto dalam operasi luar negeri).

Kriteria hedge accounting

Hedge accounting bersifat opsional; suatu entitas boleh saja menangguhkan atau
mempercepat pengakuan keuntungan atau kerugian berdasarkan ketentuan
akuntansi mana yang digunakannya.

Untuk menghindari penyalahgunaan, IAS 39 membatasi penggunaan hedge


accounting. Hedge accounting boleh diterapkan apabila kondisi-kondisi khusus
berikut ini terpenuhi:

Instrumen hedging dan item yang dilindunginya harus dinyatakan secara jelas
dalam dokumentasi formal, dilengkapi dengan tujuan dan strategi manajemen risiko
yang melandasi aktivitas hedging.
Hubungan antara instrumen hedging dengan item yang dilindunginya efektif.
Aktivitas hedging diharapkan akan sangat efektif dalam menyeimbangkan
(offsetting) perubahan nilai wajar atau arus kas terkait risiko yang dilindunginya
(efektivitas prospektif).
Efektivitas hedging dapat diukur secara andal (reliable).

Efektivitas hedging dievaluasi secara berkelanjutan untuk semua periode


pelaporan yang tercakup dalam rentang waktu ditetapkannya hedging.
Untuk lindung arus kas atas transaksi di masa depan, kemungkinan terjadinya
transaksi yang dilindungi harus sangat tinggi dan transaksi itu harus berisiko,
rentan terhadap variasi arus kas yang akan mempengaruhi laba/rugi perusahaan.

Dokumentasi hedging harus mengidentifikasi hal-hal berikut:

Instrumen hedging yang digunakan


Item yang dilindungi
Risiko apa yang dilindungi
Bagaimana entitas mengevaluasi efektivitas hedging.

Dalam situasi apa perusahaan ingin menerapkan hege accounting?

Entitas akan menggunakan hedge acounting untuk menghindari kesalahan


penandingan (mismatching) dalam pengakuan keuntungan atau kerugian terkait
transaksi. Apabila perusahaan menggunakan derivatif (atau instrumen lainnya),
yang diukur dengan nilai wajar, untuk melindungi suatu asset atau kewajiban, yang
diukur dengan basis cost atau amortized cost atau tidak diakui sama sekali,
perlakuan akuntansi dengan basis pengukuran yang berbeda untuk instrumen
hedging dan item yang dilindunginya semacam ini tidak akan mencerminkan posisi
keuangan dan kinerja keuangan entitas sebagaimana mestinya.

Ketentuan akuntansi yang lain umumnya memasukkan perubahan nilai wajar


derivatif dalam laporan laba-rugi, tetapi tidak memasukkan perubahan nilai wajar
item yang dilindunginya.

Ketika suatu entitas menggunakan derivatif (atau instrumen lainnya), yang diukur
dengan nilai wajar, untuk melindungi transaksi di masa depan, entitas itu mungkin
lebih memilih untuk menangguhkan pengakuannya atas perubahan nilai wajar
derivatif itu hingga transaksi yang dilindunginya mempengaruhi laba/rugi

DERIVATIF DAN LINDUNG NILAI

A.

PENDAHULUAN

Terbukanya dunia global diantara bangsa-bangsa bukan merupakan hal positif saja
yang dapat diperoleh, melainkan dampak negatif pun harus dinikmati. Bermula
dengan meluasnya ekonomi dan bisnis internasional dan terbuka lebar di belahan
dunia, semakin mendorong terjadinya resiko bisnis yang semakin besar. Hal
tersebut tidak dapat dipungkiri karena memang transaksi atas kegiatan ekonomi
dan bisnis global banyak dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak pasti, misalnya
saja kurs mata uang. Kurs mata uang merupakan faktor penting yang menetukan
harga sebuah transaksi antar Negara yang melakukan kegiatan ekonomi dan bisnis.
Ketika nilai kurs (dollar) menguat, maka akan memberikan sinyak bagi negaranegara yang melakukan transaksi dengan mata uang dollar akan mengurangi
impornya atau transaksinya, kondisi ini akan merugikan bagi importir.

Kurs mata uang memang krusial posisinya dalam transaksi internasional sehingga
beberapa pelaku bisnis memberikan solusi dengan melakukan kontrak derevatif,
dimana hal ini akan menjawab ketidakpastiaan bisnis yang selama ini menjadi
polemik diantara mereka. Kontrak derevatif melalui lindung nilai akan mengurangi
resiko bisnis karena kontrak ini akan memberikan jaminan bagi pelaku bisnis atas
pergerakan kurs mata uang yang terjadi.

B.

APA DEREVATIF?

Menurut Siahaan (2008) derevatif adalah semacam kendaraan keuangan yang


diturunkan atau diperanakkan dari induknya apakah induknya ini asset keuangan
saham atau obligasi, komoditi, atau berbagai macam indeks seperti IHSG, LQ45,
Hanseng, dan jenis-jenis lainnya. Sedangkan Wikipedia mendefinisikan derevatif
sebagai sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran yang
nilainya diturunkan atau berasal dari produk yang menjadi acuan pokok.

Definisi diatas memberikan pandangan bahwa derevatif merupakan kontrak


perjanjian dan kesepakatan antara dua belah pihak pembeli dan penjual yang
didalam kontraknya telah disepakati sekarang, namun realisasinya dimasa yang

akan datang. Misalnya importir Indonesia melakukan kontrak derevatif dengan


perusahaan di Amerika atas pembelian kedelai senilai $ 2,00/kg. Kemudian nilai
dollar menguat dan menjadikan harga kedelai $ 3,00/kg jika menggunakan nilai
tukar rupiah, maka importir tidak perlu membayar dengan harga $ 3,00/kg. Karena
sudah melakukan kontrak derevatif dengan penjual yang ada di Amerika.

C.

JENIS DEREVATIF?

Berdasarkan sifatnya derevatif dikelompokkan menjadi dua bagian (Madura: 2006)


yaitu;

1)

Derevatif Komoditas

Derevatif komuditas merupakan kontrak derevatif yang terjadi pada barang-barang


komoditi, seperti produk hasil pertanian, perkebunan, perikanan (soft commodities)
dan hasil pertambangan, emas dll. (hard commodities).

2)

Derevatif Keuangan

Derevatif keuangan merupakan kontrak derevatif yang terjadi pada instumen


keuangan, seperti mata uang, saham, indeks gabungan, tingkat bungan jangka
pendek, surat pembendaharaan negara dan obligasi.

D.

PERAN EKONOMI PASAR DEREVATIF

Menurut Madura (2006) peran dari ekonomi dalam pasar derevatif adalah sebagai
berikut, yaitu;

1)

Risk Transfer

Salah satu fungsi ekonomi derevatif adalah sebagai alat pemindahan resiko pasar
(transfer of market risk) yaitu pemindahan resiko akibat perubahan harga asset
secara drastis atau perubahan harga portofolio asset yang tidak rasional oleh pihak
lain yang ingin menghindari (hedgers) kepada pihak lain yang bersedia dan mampu
mengendalikannya dengan lebih baik (speculators). Derevatif memperbaiki efisiensi
perekonomian dengan memungkinkan pemakai mengenal secara pasti, mengisolir,
dan mengelolah resiko harga dasar.

2)

Prince Discovery

Maksud price discovery dalam hal ini adalah proses terjadinya harga suatu asset
dimana seseorang bersedia membelinya dan orang lain bersedia untuk menjual
asset pada harga tersebut. Jika pasar berjangka (futures) digunakan secara
kompetitif, harga-harga yang terjadi pada bursa berjangka dianggap dan
dipertimbangkan masyarakat sebagai refleksi penawaran dan permintaan suatu
komoditi.

3)

Transaction Integrity

Maksud dari transaction integrity dalam perekonomian yang hukumnya dan


prasarana komersialnya belum berkembang, bursa komoditi berjangka dapat
memainkan peranan penting sebagai penengah untuk menjembatani kredit
sehingga merangsang bursa di dalam pembentukan harga berdasarkan pasar.
Negara-negara yang sudah maju dan modern, banyak lembaga keuangan yang
memanfaatkan bursa berjangka yang telah mapan, karena integritas kredit yang
disediakan oleh clearing house yang dimiliki bursa. Sehingga kekuatan keuangan
bursa sendiri menjadi pusat perhatian masyarakat keuangan internasional. Adanya
bursa derevatif membuat keuangan lebih dipercaya.

E.

PENGGUNA PASAR DEREVATIF

Munculnya pasar derevatif merupakan dampak dari kebutuhan pelaku bisnis, yang
sering disebut dengan pengguna pasar deravatif, terdiri dari:

Commercial users, adalah pengguna komersial futures dan options meliputi


partisipan pasar tunai (komoditi dan keuangan) yang menggunakan derevatif untuk

melindungi dirinya dari resiko pasar, mengalokasikan assetnya sehingga dapat


melaksanakan operasi usahanya yang utama.
Speculator, yang termasuk speculator adalah para peserta yang aktif dalam
perdagangan futures dan options untuk mendapatkan keuntungan karena adanya
pergerakan harga. Kelompok ini terdiri dari pengelola dan berjangka pelanggan
besar dan kecil pada perusahaan efek, pedagang harta benda di bank komersial,
dan perusahaan efek. Seorang speculator di dalam perdagangan kontrak berjangka
mempunyai satu tujuan, yaitu mendapatkan keuntungan (profit) dari
keberhasilannya mengantisipasi pergerakan harga.
Professional user, kelompok yang termasuk dalam pengguna professional adalah
meliputi perusahaan pialang, perusahaan pembuat harga dan perusahaan yang
melakukan operasi arbitrase (Madura: 2006).

F.

1)

INSTRUMENT DEREVATIF

Forward Contract

Menurut Siahaan (2008) definisi dari forward contract atau kontrak penyerahan
kemudian adalah perjanjian antara dua pihak, dimana satu pihak diwajibkan
menyerahkan sejumlah asset tertentu pada tanggal tertentu yang akan datang dan
pihak lainnya wajib membayar sesuai dengan jumlah tertentu yang dikenakan atas
asset pada tanggal penyerahan. Sebagai kesepakatan pribadi antara dua pihak,
forward contract diatur secara khusus untuk memenuhi kebutuhan masing-masing
pihak, oleh karena itu sifatnya disebut private (bergantung pada pribadi kedua
belah pihak). Tujuan dari kontrak ini adalah untuk melindungi kedua belah pihak
dari fluktuasi nilai asset yang mungkin terjadi selama kurun waktu tertentu, yaitu
sejak kontrak ditandatangani hingga penyerahan atau pembayaran yang dilakukan.

2) Future Contract

Menurut Hull (2006) kontrak berjangka merupakan perjanjian atau kesepakatan


untuk membeli atau menjual asset tertentu pada saat tententu dengan atau pada
harga tertentu dalam kurun waktu tertentu di masa yang akan datang. Hal ini
senada dengan definisi menurut Eiteman, dkk (2010) Kontrak future adalah sebuah
alternatif dari kontrak forward yang menuntut penyerahan suatu jumlah faluta asing
standar di masa depan dengan waktu, tempat, dan harga yang sudah ditentukan.

Future contract berbeda dengan forward contract dimana future contract bentuknya
sudah standard (sudah dibuat baku), telah disekuritisasi dan diperdagangkan di
pasar tententu, di tengah-tengah masyarakat. Kontrak tidak dilakukan secara
pribadi oleh dua pihak, tetapi dilakukan melalui bursa yang terorganisir.

3) Kontrak Opsi

Kontrak opsi pada dasarnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu calls sebagai hak
beli dan puts sebagai hak jual. Pembeli calls atau pemilik calls memiliki hak
membeli asset tertentu pada harga tertentu dan tanggal tertentu di masa yang
akan datang. Sebaiknya pembeli put atau pemilik put memiliki hak menjual asset
tertentu pada harga tertentu dan pada tanggal tertentu di masa yang akan datang.
Harga dalam kontrak disebut strike price atau exercise price, dan tanggal pada
kontrak disebut maturity date. Gaya opsi ini ada dua, gaya Eropa dan gaya Amerika.
Opsi eropa dapat diexercise hanya persis pada tanggal jatuh tempo saja, sedangkan
opsi Amerika dapat diexercise kapan saja sepanjang hidup opsi atau selama opsi
belum jatuh tempo maupun persis pada tanggal jatuh tempo.

4) Swaps Contract

Merupakan kesepakatan antara dua pihak atau perusahaan untuk saling


mempertahankan arus kas di masa tertentu (selama kurun waktu tertentu) yang
akan datang. Kesepakatan ini ditentukan secara spesifik tanggal pembayaran tunai
dan cara menghitung jumlah tunai yang akan saling dipertukarkan (dibayarkan
masing-masing pihak). Biasanya di dalam perhitungan telah dipertimbangkan nilai
yang akan datang, tingkat bunga, kurs mata uang, dan variabel-variabel lainnya
yang relevan.

G.

DEREVATIF MENURUT PSAK 55

Menurut PSAK 55 Derivatif adalah suatu instrumen keuangan atau kontrak lain
dengan tiga karakteristik berikut ini:

Memiliki:

a.

Satu atau lebih variabel pokok yang mendasari (under- lying) dan

b.
Satu atau lebih jumlah nosional (notional amount) atau syarat
pembayaran atau keduanya.
Persyaratan perjanjian tidak memerlukan investasi awal bersih (initial net
investment), atau memerlukan investasi awal bersih dalam jumlah yang lebih kecil
dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan oleh jenis perjanjian lainnya yang
diperkirakan akan menghasilkan efek yang sama terhadap perubahan dalam faktorfaktor pasar.
Persyaratan perjanjian mengharuskan atau memungkinkan penyelesaian
sekaligus (net settlement), atau instrumen derivative dapat segera diselesaikan
dengan sarana terpisah di luar perjanjian tersebut, atau persyaratan perjanjian
mengakibatkan penyerahan aktiva sehingga penyelesaian yang terjadi secara
substansial tidak berbeda dengan net settlement.

INSTRUMEN DERIVATIF MELEKAT

Instrumen derivative melekat harus dipisahkan dari kontrak utama dan diperlukan
sebagai instrument derivative menurut pernyataan ini jika dan hanya jika seluruh
criteria berikut dipenuhi:

Karakteristik dan resiko instrument derivatif melekat tidak secara jelas dan erat
berhubungan dengan karakteristik dan resiko ekonomis kontrak utama;
Instrument derivative mencakup instrumen derivatif melekat kontrak utama tidak
dinilai kembali sesuai dengan nilai wajarnya berdasarkan prinsip akuntasni yang
diterima umum; dan
Instrument terpisah dengan kondidi yang sama dengan instrument derivatif
melekat adalah instrumen derivative yang tunduk pada persyartan ini.

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

Suatu entitas harus mengakui seluruh instrumen derivatifnya di dalam laporan


posisi keuangan sebagi aktiva atau kewajiban berdasarkan hak atau kewajiban
menurut perjanjian. Seluruh instrumen derivatif harus disajikan dengan nilai wajar.

Apabila proyeksi arus kas pada masa yang akan datang digunakan untuk
mengestimasi nilai wajar, proyeksi arus kas tersebut harus diestimasi berdasarkan
asumsi dan proyeksi yang wajar dan mendukung.
Perubahan nilai wajar dari keseluruhan aktiva atau kewajiban keuangan untuk
periode tertentu merupakan selisih antara nilai wajar pada awal periode (atau
tanggal perolehan) dan akhir periode yang disesuaikan untuk mengecualikan :
Perubahan nilai wajar yang diakibatkan berlalunya waktu; dan
perubahan nilai wajar yang berkaitan dengan pembayaran yang diterima atau
dilakukan, seperti pengembalian sebagian nilai aktiva atau pelunasan sebagian
kewajiban.

LINDUNG NILAI ATAS NILAI WAJAR

Suatu entitas dapat memperlakukan instrumen derivatif sebagai lindung nilai


atas resiko perubahan nilai wajar aktiva atau kewajiban atau porsi tertentu yang
diidentifikasi (transaksi/saldo yang dilindung nilai) disebabkan oleh resiko tertentu.
Apabila aktiva/kewajiban yang dilindungi diukur pada nilai wajar dengan
perubahan nilai wajar dilaporkan sebagai bagian ekuitas, penyesuaian untuk nilai
tercatat transaksi/saldo yang dilindung nilainnya sebagimana dijelaskan harus
diakui sebagai laba/rugi dan tidak sebagai bagian ekuitas untuk saling
menghapuskan laba atau rugi instrumen lindung nilai.
Suatu entitas dapat menghentikan secara prospektif pencatatan akuntansi
seperti yang dijelaskan atas lindung nilai apabila satu dari kondisi berikut terjadi:

Derivatif tidak berlaku lagi atau dijual, dikhiri atau dieksekusi; atau
Entitas membatalkan tujuan hubungan lindung nilai atas nilai wajar.

PERSYARATAN LINDUNG NILAI

Berikut ini merupakan beberapa persyaratan terjadinya lindung nilai, yaitu:

Pada awal timbulnya lindung nilai, terdapat kebijakan-kebijakan tertulis mengenai


lindung nilai, tujuan manajemen risiko entitas dan strategi untuk melaksanakan
lindung nilai, termasuk identifikasi instrumen lindung nilai, transaksi/saldo yang
dilindungi, sifat dari risiko yang dilindungi, dan bagaimana menilai efektivitas
instrument lindung nilai dalam menutup risiko perubahan nilai wajar transaksi/
saldo yang dilindungi sebagai akibat dari risiko yang dilindungi. Entitas juga harus
memiliki dasar yang wajar untuk menilai efektivitas instrumen lindung nilai.
Pada awal timbulnya lindung nilai atas nilai wajar komitmen pasti, entitas
harus menyusun dokumentasi formal yang mencakup penetapan metode
pengakuan laba/rugi yang timbul dari komitmen yang dilindung nilainya beserta
pencatatan aktiva/kewajiban yang timbul.
Penetapan strategi manajemen risiko untuk lindung nilai tertentu dapat
mengecualikan komponen tertentu dari perubahan nilai wajar lindung nilai derivatif
tertentu, seperti perhitungan nilai tunai, dari penilaian efektivitas lindung nilai.
Baik pada awal timbulnya lindung nilai maupun selama periode lindung nilai,
hubungan lindung nilai diharapkan efektif untuk saling menghapuskan perubahan
nilai wajar yang disebabkan oleh risiko yang dilindung nilai selama periode dimana
lindung nilai berlaku. Penilaian terhadap efektivitas diperlukan pada saat laporan
keuangan atau laporan rugi laba disajikan, dan paling tidak dilakukan setiap tiga
bulan. Apabila instrumen lindung nilai (seperti kontrak opsi atthe-money)
memungkinkan saling menghapuskan satu sisi laba/ rugi dari risiko yang dilindung
nilainya, kenaikan (atau penurunan) nilai wajar instrumen lindung nilai diharapkan
efektif dalam mengoffset penurunan (atau kenaikan) nilai wajar transaksi/saldo
yang dilindung nilainya. Seluruh penilaian efektivitas harus konsisten dengan
strategi pengelolaan risiko yang didokumentasikan untuk hubungan lindung nilai
tertentu.
Apabila opsi yang diterbitkan diperlakukan sebagai lindung nilai atas aktiva
atau kewajiban, kombinasi dari transaksi/saldo yang dilindung nilai dengan opsi
yang diterbitkan setidaknya laba mengandung kemungkinan atas hasil yang
diperoleh dari perubahan menguntungkan pada nilai wajar dari instrumen gabungan
sebesar kemungkinan kerugian dari perubahan yang tidak menguntungkan pada
nilai wajar gabungan. Pengujian tersebut terpenuhi bila seluruh kemungkinan
persentase perubahan yang menguntungkan pada variabel pokok (dari 0% sampai
dengan 100%) akan menghasilkan laba atau rugi yang akan terjadi akibat
perubahan yang tidak menguntungkan atas variabel pokok.

TRANSAKSI SALDO YANG DILINDUNGI NILAINYA

Suatu aktiva atau kewajiban memenuhi syarat untuk diperlakukan sebagai transaksi
yang dilindung nilainya dalam lindung nilai atas nilai wajar apabila seluruh kriteria
berikut terpenuhi:

Aktiva/kewajiban yang dilindungi secara spesifik diidentifikasi sebagai


keseluruhan atau sebagian dari aktiva atau kewajiban yang telah diakui atau dari
komitmen yang belum diakui (unrecognized firm commitment). Aktiva/kewajiban
yang dilindungi merupakan aktiva atau kewajiban tunggal (atau sebagian tertentu)
atau portofolio dari aktiva sejenis atau portofolio dari kewajiban sejenis (atau
sebagian tertentu).
Apabila aktiva sejenis atau kewajiban sejenis dilindung nilai sebagai suatu
kesatuan portofolio, masing-masing aktiva dan kewajiban individu memiliki risiko
yang sama atas mana mereka dilindung nilai. Perubahan nilai wajar yang
diakibatkan oleh risiko yang dilindung nilai untuk masing-masing aktiva/kewajiban
individu dalam portofolio yang dilindung nilai diharapkan untuk memberikan reaksi
proporsional terhadap perubahan nilai wajar akibat risiko yang dilindung nilai dari
portofolio secara keseluruhan. Artinya, apabila perubahan nilai wajar dari portofolio
yang dilindung nilai akibat risiko yang dilindung nilai adalah 10% selama periode
yang dilaporkan, perubahan nilai wajar akibat dari risiko yang dilindung nilai untuk
masing-masing aktiva/kewajiban dalam portofolio diharapkan berada dalam interval
yang wajar, antara 9% sampai dengan 11%. Jika perubahan nilai wajar yang
diharapkan sebagai akibat dari risiko yang dilindung nilai untuk masing-masing
akun/kewajiban dalam portofolio berkisar antara 7% sampai dengan 13% tidak
konsisten dengan ketentuan ini. Dalam menggabungkan pinjaman ke dalam suatu
portofolio
yang
dilindung
nilai,
suatu
entitas
dapat
memilih
untuk
mempertimbangkan beberapa dari karakteristik berikut: jenis pinjaman, jumlah
pinjaman, jenis dan lokasi jaminan, jenis tingkat bunga (tetap atau variabel) dan
coupon interest rate(untuk tingkat bunga tetap), jadwal pembayaran kembali,
pembayaran pinjaman lebih awal (jika berfluktuasi), dan pembayaran yang
diharapkan pada berbagai skenario tingkat bunga.
Apabila aktiva/kewajiban yang dilindungi adalah bagian tertentu dari suatu
aktiva atau kewajiban (atau dari portofolio aktiva sejenis atau portofolio kewajiban
sejenis), transaksi yang dilindung nilai merupakan salah satu dari:

1)
Persentase tertentu dari seluruh aktiva atau kewajiban (atau dari seluruh
portofolio)

2)
Satu atau lebih arus kas kontraktual tertentu (seperti bagian dari aktiva atau
kewajiban yang merupakan nilai sekarang dari pembayaran bunga selama dua
tahun pertama dari instrumen pinjaman untuk periode empat tahun)

3)
Opsi jual (put option), opsi beli (call option), tingkat bunga maskimum (interest
rate cap), atau tingkat bunga minimum (interest rate floor) yang melekat pada
aktiva atau kewajiban yang bukan merupakan derivatif melekat yang diperlakukan
secara terpisah sesuai dengan paragraf 13 pernyataan ini.

4)
Nilai sisa investasi lessorpada perjanjian sewa guna usaha direct financingatau
sales type lease.

5)
Apabila seluruh aktiva atau kewajiban merupakan instrumen dengan arus kas
variabel, transaksi/saldo yang dilindung nilai tidak dapat dianggap sebagai arus kas
tetap yang dituliskan dengan arus kas variabel secara implisit (implicit fixed-tovariable swap).

Aktiva/kewajiban yang dilindungi mengandung risiko perubahan nilai wajar yang


dapat mempengaruhi pendapatan yang dilaporkan.
Aktiva/kewajiban yang dilindungi bukan (1) aktiva atau kewajiban yang dinilai
kembali berdasarkan perubahan nilai wajar yang diakibatkan risiko yang dilindungi
yang dilaporkan pada pendapatan periode berjalan (contoh, apabila risiko valuta
asing dilindung nilainya, aktiva dalam valuta asing dimana laba atau rugi transaksi
valuta asing diakui sebagai pendapatan), (2) suatu investasi dicatat dengan metode
ekuitas sesuai dengan persyaratan dalam PSAK 14, (3) ke-laba atau rugi atas nilai
wajar yang memenuhi persyaratan lindung nilai harus diperhitungkan sebagai
berikut:

1)
Laba atau rugi instrumen lindung nilai harus diakui dalam pendapatan periode
berjalan.

2)
Laba atau rugi (perubahan nilai wajar) dari aktiva/kewajiban yang dilindungi
yang diakibatkan risiko yang dilindungi mengakibatkan penyesuaian terhadap nilai
tercatat dari aktiva/kewajiban yang dilindungi dan diakui sebagai laba/rugi periode
berjalan.

Apabila aktiva/kewajiban yang dilindungi diukur pada nilai wajar dengan


perubahan nilai wajar dilaporkan sebagai bagian ekuitas (seperti surat berharga
yang tersedia untuk dijual), penyesuaian untuk nilai tercatat transaksi/saldo yang
dilindung nilainya sebagaimana dijelaskan pada paragraf 33 harus diakui sebagai
laba/rugi dan tidak sebagai bagian ekuitas untuk saling menghapuskan laba atau
rugi instrumen lindung nilai.

PENURUNAN NILAI

Persyaratan untuk penurunan nilai diterapkan setelah akuntansi lindung nilai


diterapkan selama periode tertentu dan nilai tercatat dari aktiva atau kewajiban
yang dilindung nilainya telah disesuaikan menurut paragraph 33 pernyataan ini.
Karena instrumen lindung nilai diakui secara terpisah dari aktiva atau kewajiban,
nilai wajar atau arus kas yang diharapkan tidak dipertimbangkan dalam penerapan
persyaratan penurunan nilai terhadap aktiva atau kewajiban yang dilindungi
nilainya.

a.

Lindung Nilai Arus Kas

Suatu entitas dapat memperlakukan instrumen derivatif sebagai lindung nilai atas
risiko fluktuasi jumlah arus kas pada masa yang akan datang yang diakibatkan risko
tertentu, dan dapat dikaitkan dengan aktiva dan kewajiban yang diakui.

Secara spesifik, lindung nilai arus


pertanggungjawabkan sebagai berikut:

kas

yang

memenuhi

syarat

dapat

di

Jika strategi manajemen yang ditentukan oleh entitas untuk suatu hubungan
maka komponen laba atau rugi yang dikecualikan akan diakui dalam laporan laba
atua rugi periode berjalan
Laba atau rugi harus diakui dalam laporan laba rugi atas sisa laba atau rugi
dari lindung nilai transaksi derivatif

Akumulasi pendapatan komprehensif lain yang diakui sebagai bagian ekuitas secara
terpisah yang berhubungan dengan transaksi yang dilindungi harus disesuaikan ke
saldo yang paling rendah dari hal berikut ini:

Laba atau rugi kumulatif dari transaksi derivatif


Bagian dari laba atau rugi kumulatif diakui sebagai bagian ekuitas terpisah ke
laporan laba rugi

b.

Lindung Nilai Valuta Asing

Suatu entitas dapat melakukan lindung nilai atas risiko valuta asing, seperti:

Lindung nilai atas nilai wajar dari suatu komitmen yang belum diakui atau dari
surat berharga yang tersedia untuk dijual
Lindung nilai arus kas dari transaksi dalam valuta asing yang diperkirakan akan
terjadi
Lindung nilai atas nilai investasi bersih dalam kegiatan usaha di luar negeri.

PENGUNGKAPAN

Suatu entitas yang memiliki atau menerbitkan instrument derivatif (atau nonderivatif yang ditujukan untuk dan memenuhi syarat sebagai instrumen lindung
nilai harus mengungkapkan tujuan pemilikan atau penerbitan instrumen tersebut,
latar belakang yang diperlukan untuk memahami tujuan tersebut, dan strategi
untuk mencapai tujuan tersebut. Penjelasan yang dibuat harus dapat membedakan
antara instrumen derivatif (dan instrumen nonderivatif) yang ditujukan sebagai
instrumen lindung nilai wajar, instrument derivatif yang ditujukan sebagai
instrumen lindung nilai arus kas, instrumen derivatif (dan instrumen non-derivatif)
yang ditujukan sebagai instrumen lindung nilai atas risiko valuta asing dari investasi
bersih pada kegiatan usaha di luar negeri, dan derivatif yang lain.

Penjelasan tersebut juga harus mengindikasikan kebijakan manajemen risiko entitas


yang bersangkutan untuk setiap jenis lindung nilai, termasuk penjelasan mengenai
aktiva/kewajiban dan jenis transaksi yang dilindungi. Untuk instrumen derivatif yang
tidak ditujukan sebagai instrumen lindung nilai, penjelasan yang dibuat harus
menyatakan tujuan dari aktivitas derivatif yang dilakukan. Pengungkapan kualitatif
mengenai tujuan dan strategi entitas tersebut untuk penggunaan instrumen
derivatif akan lebih bermanfaat jika tujuan dan strategi dijelaskan sehubungan
dengan profil manajemen risiko keseluruhan dari entitas yang bersangkutan. Jika
memungkinkankan, suatu entitas disarankan, tetapi tidak diharuskan untuk
memberikan pengungkapan kualitatif tambahan seperti yang dijelaskan di atas.

Sehingga pengungkapan dalam laporan keuangan lengkap untuk setiap periode


pelaporan harus meliputi hal-hal sebagai berikut:

a.

Lindung nilai atas nilai wajar

1)
Untuk instrumen derivatif, dan instrumen non-derivatif yang dapat
menimbulkan laba atau rugi transaksi valuta asing sesuai dengan PSAK 10, yang
ditujukan untuk dan telah memenuhi syarat sebagai instrumen lindung nilai wajar
untuk masing-masing aktiva/kewajiban yang dilindungi Laba/rugi bersih yang diakui
dalam periode pelaporan yang mencerminkan :

Ketidakefektifan suatu lindung nilai dan


Komponen dari laba/rugi instrumen derivatif, jika ada, yang dikecualikan dari
penilaian efektivitas suatu lindung nilai dan penjelasan mengenai dimana laba atau
rugi bersih dilaporkan, dalam laporan laba rugi atau dalam laporan kinerja
keuangan yang lain.

2)
Jumlah laba/rugi bersih yang diakui pada saat komitmen yang dilindungi tidak
lagi memenuhi syarat sebagai lindung nilai atas nilai wajar.

b.

Lindung nilai arus kas

Untuk instrumen derivatif yang ditujukan untuk dan memenuhi persyaratan


sebagai instrumen lindung nilai arus kas dan untuk masing-masing transaksi yang
dilindungi nilainya:

a)
Laba/rugi bersih yang diakui pada periode pelaporan yang mencerminkan (a)
ketidakefektifan suatu lindung nilai dan (b) komponen laba atau rugi instrumen
derivatif, jika ada, yang dikecualikan dari penilaian efektivitas suatu lindung nilai
dan penjelasan mengenai dimana laba atau rugi bersih dilaporkan, dalam laporan
laba/rugi atau dalam laporan kinerja keuangan yang lain.

b)
Penjelasan mengenai transaksi atau kejadian lain yang mengakibatkan
reklasifikasi laba atau rugi yang dilaporkan dalam akumulasi pendapatan
komprehensif lain yang semula dilaporkan terpisah dalam bagian ekuitas menjadi
laba/rugi, dan perkiraan jumlah bersih atas laba atau rugi yang tersisa pada tanggal
pelaporan yang diperkirakan akan direklasifikasi menjadi laba/rugi dalam periode 12
bulan mendatang.

c)
Jangka waktu maksimum lindung nilai atas risiko fluktuasi arus kas pada
masa yang akan datang untuk transaksi yang diperkirakan akan terjadi kecuali
perkiraan transaksi yang berhubungan dengan pembayaran beban bunga
mengambang atas instrumen keuangan yang ada.

d)
Jumlah laba atau rugi yang direklasifikasi sebagai laba/ rugi akibat dari
dihentikannya lindung nilai arus kas, karena terdapat kemungkinan bahwa transaksi
yang diperkirakan, tidak akan terjadi. Lindung nilai atas investasi bersih pada
kegiatan usaha di luar negeri

Untuk instrumen derivatif, dan instrumen non-derivatif yang dapat menimbulkan


laba atau rugi transaksi valuta asing, yang ditujukan untuk dan memenuhi
persyaratan sebagai instrument lindung nilai risiko valuta asing atas investasi
bersih pada kegiatan usaha luar negeri, jumlah bersih laba/rugi yang dimasukkan
dalam penyesuaian penjabaran kumulatif (cumulative translation adjustments)
selama periode pelaporan diungkapkan.

Pengungkapan kuantitatif atas transaksi derivatif akan lebih bermanfaat, dan


kemungkinan terjadinya salah pengertian dapat dikurangi, jika informasi serupa
mengenai instrumen keuangan lainnya atau aktiva dan kewajiban non-keuangan
yang berkaitan dengan instrumen derivatif karena suatu aktivitas, juga
diungkapkan.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam situasi demikian, suatu entitas disarankan,
namun tidak diharuskan untuk memberikan suatu gambaran yang lebih lengkap
mengenai aktivitasnya dengan mengungkapkan informasi yang dibutuhkan.

STUDI KASUS PT. INDOSAT TBK.

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan atau Bapepam-LK menilai
transaksi derivatif berupa lindung nilai (hedging) PT. Indosat Tbk merupakan hal
yang wajar dan tidak ditemukan adanya pelanggaran. Tetapi, otoritas pasar modal
tetap akan meneliti kasus Indosat ini.

Berdasarkan keterangan dari direksi Indosat dan akuntan publik yang memeriksa
laporan keuangannya, langkah lindung nilai terhadap utang dollar AS perseroan
adalah hal yang wajar dan tak melanggar aturan. Itu dilakukan sebagai prinsip
kehati-hatian terhadap fluktuasi kurs rupiah, kata Fuad Rahmany, Ketua Bapepam.

Kasus Indosat mencuat pada tahun 2007 ketika anggota Komisi XI DPR, yang juga
Wakil Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional Dradjad H Wibowo dalam rapat kerja
dengan Menteri Keuangan mengatakan, Indosat diduga berpotensi merugikan
negara sebesar Rp 323 miliar akibat salah kelola dalam transaksi derivatif pada
tahun 2004-2006. Bapepam telah menelaah kasus ini. Namun, dari akuntan publik,
Ernst & Young telah menyatakan transaksi derivatif itu wajar.

Secara terpisah, Direktur Keuangan Indosat Wong Heang Tuck mengatakan,


kebijakan lindung nilai itu untuk mengelola potensi risiko dari fluktuasi kurs. Itu
praktik umum yang dilakukan perusahaan di seluruh dunia yang memiliki utang
valas, sementara pendapatan usahanya dalam mata uang lokal. Perseroan memiliki
kebijakan lindung nilai paling sedikit 50 persen dari total utang dalam denominasi
dollar AS. Pada akhir triwulan I-2007, kewajiban jangka panjang Indosat dalam dollar
AS berjumlah 584 juta dollar AS. Sebanyak 400 juta dollar AS atau 69 persen di
antaranya telah dilakukan program lindung nilai.

Kerugian derivatif, sebagaimana disebutkan dalam laporan keuangan tahun 2004


sampai 2006, sebesar Rp 653 miliar. Porsi yang belum terealisasi merupakan
transaksi atas nilai pasar wajar (marked to market) yang berjumlah lebih dari 50
persen. Dalam hal lindung nilai ini, untuk sisi utang kami mungkin merugi, namun
dari sisi pendapatan kami meraih keuntungan. Jadi, sebaiknya dilihat dari sisi
kerugiannya saja.

Marwan Batubara Anggota DPD RI Sewaktu posisi Dirut Indosat kosong karena
diangkatnya Widya Purnama menjadi Dirut Pertamina (2004), pemerintah berupaya
menempatkan pengganti. Namun Temasek menolak. Komisaris Utama Indosat, Peter
Seah, mengatakan, Posisi Dirut Indosat dikosongkan karena calon-calon yang ada
tidak memenuhi kualifikasi. Kita paham itu memang hak Temasek sebagai
pemegang saham mayoritas. Tapi hal ini dapat juga dianggap menistakan
kemampuan SDM Indonesia.

Sadarkah kita bahwa asing telah sedemikian menentukan pada sektor strategis
negara? Meskipun divestasi Indosat pada bulan Desember 2002 telah dilakukan
dengan melanggar aturan, kita belum melihat upaya menyeluruh untuk
menuntaskannya. Justru kita tersentak dengan temuan Anggota DPR Dradjad H
Wibowo yang menyatakan bahwa transaksi derivatif Indosat berpotensi merugikan
negara hingga Rp 323 miliar. Kita khawatir temuan terbaru tentang Indosat inipun
akhirnya akan hilang tanpa penyelidikan yang tuntas. Me! Mengapa semua ini bisa
terjadi? Kita khawatir memang ada oknum yang terus melindungi dan bekerja untuk
kepentingan Temasek. Selalu mentok Saat Iluni UI Jakarta melaporkan kasus
divestasi Indosat ke Kejaksaan Agung pada awal 2003, kita menaruh harapan besar
mengingat antusiasnya Tim Kejasaan Agung meminta keterangan dan informasi.
Namun setelah dua kali diundang ke Kejaksaan Agung, Iluni justru diminta
mendengarkan presentasi hasil penyidikan yang menyimpulkan tidak adanya
pelanggaran dan kerugian negara. Yang mengagetkan, Tim Kejagung menolak untuk
menyerahkan hasil penyelidikan tersebut kepada Iluni. Kejagung pun tidak pernah
menyampaikan kesimpulan penyelidikannya kepada publik. Selain kepada
Kejagung, Iluni UI juga mengajukan gugatan actio popularis 133 tokoh nasional ke
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 2004. Gugatan ini ditolak dengan alasan
konsep gugatan actio popularis tidak diatur dalam perundang-undangan Indonesia.
Gugatan kembali ditolak dengan alasan yang sama saat banding diajukan ke
Pengadilan Tinggi Jakarta (2005) dan kasasi ke Mahkamah Agung (2006).

Ketiga lembaga peradilan tersebut tidak pernah memeriksa esensi materi gugatan
berupa pelanggaran hukum dan kerugian negara, kecuali menolak karena tidak
adanya aturan perundangan. Padahal bentuk gugatan actio popularis sudah pernah
(2002) diajukan oleh suatu kelompok masyarakat dalam kasus TKI Nunukan, dan
pengadilan memenangkan gugatan tersebut. Sekarang KPPU sedang giat-giatnya
menyelidiki dugaan pelanggaran terhadap UU No 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat oleh Temasek di Indosat dan
Telkomsel. Kita mencatat banyaknya penolakan pakar dan pengamat atas langkah
itu. Ada pula yang menuduh KPPU ditunggangi oleh pihak tertentu. Bahkan ada pula
sejumlah berita yang menunjukkan pembelaan kepada Temasek. Mudah-mudahan
KPPU tetap tegar untuk menuntaskan tugasnya dan menghasilkan keputusan yang
mengutamakan kepentingan nasional. Kita tidak anti-investor asing dan tidak pula
mengabaikan proses tender yang telah dilakukan. Kita justru mendukung langkahlangkah tersebut demi perbaikan ekonomi, sepanjang itu dilakukan sejalan dengan
amanat konstitusi. Kita menolak keras oknum-oknum yang melindungi investror
asing yang telah melanggar hukum, termasuk yang bekerja menjadi antek asing.
Kita tidak sependapat dengan pernyataan tokoh dan beberapa tulisan yang
mengatakan pembelian saham Telkomsel dan Indosat telah melalui proses tender,
dan harus dihormati. Apakah disadari bahwa justru Temasek telah melakukan
konspirasi jahat dan berbagai pelanggaran hukum dalam divestasi Indosat? Saat ini
tindakan manipulatif juga masih berlangsung di perusahaan tersebut. Penggunaan
ICL sebagai SPV dalam pembelian saham Indosat jelas melanggar Pasal 90 UU No
8/1995. Mengapa para tokoh ini diam? Jangan-jangan memang banyak orang-orang
Indonesia yang bekerja untuk asing dengan berlindung di balik berbagai alasan

yang sengaja ditiupkan oleh investor asing bersama kompradornya untuk


mengamankan kepentingan. Dalam kasus transaksi derivatif Indosat, management
letter dari auditor eksternal Indosat (Earnst & Young) kepada manajemen
Indosat, pada 2004 dan 2005, telah menyatakan bahwa Indosat tidak memiliki
kebijakan formal manajemen risiko atas transaksi derivatif yang dilakukan
perusahaan. Akibatnya auditor tidak dapat menemukan adanya dokumentasi formal
atas analisis keefektifan aktivitas lindung nilai yang diklaim telah dilakukan. Atas
temuan tersebut, Earnst & Young sudah dua kali mengingatkan manajemen
Indosat untuk membenahi kebijakan formal manajemen risiko atas instrumen
derivatif. Aktivitas hedging Indosat yang tidak memenuhi persyaratan PSAK, tidak
dapat dikategorikan sebagai hedging. Oleh sebab itu, kita mempertanyakan
pernyataan Ketua Bapepam, Fuad Rahmany, yang mengatakan bahwa berdasarkan
keterangan manajemen Indosat dan akuntan publik, disimpulkan tidak ada
pelanggaran (Investor Daily, 8 Juni 2007). Fuad mengatakan Bapepam akan
menelaah kasus tersebut. Kalau memang masih menelaah, mengapa dikatakan
kesimpulan yang berisi tidak ada pelanggaran? Apakah ini dilakukan dalam rangka
menggiring opini untuk kepentingan Temasek? Apakah Bapepam menilai wajar jika
auditor sekelas Earnst & Young sampai setiap tahun harus mengingatkan
manajemen Indosat mengenai kelemahan material yang terjadi dalam transaksi
derivatif ini? Apakah Bapepam sudah memeriksa Earnst & Young dalam kasus
ini? Kita meminta Bapepam bekerja objektif dan independen dari pengamanan
kepentingan Temasek atas nama keamanan investasi asing. Meskipun Earnst &
Young sudah menyimpulkan bahwa transaksi derivatif Indosat bukan hedging,
Direktur Keuangan Indosat, Wong Heang Tuck, berkali-kali mencoba meyakinkan
publik dan Bapepam bahwa itu adalah hedging. Padahal kasus-kasus seperti ini
telah membangkrutkan Bank Exim akibat kerugian 2,23 miliar dolar AS (sekitar Rp
20 triliun), juga membangkrutkan Bank Duta pada tahun 1991. Oleh sebab itu tidak
salah jika banyak pakar menyatakan bahwa transaksi derivatif seperti ini
merupakan pelanggaran hukum berat yang pelakunya harus dipidanakan. Prospek
buram Kita perhatikan cukup banyak oknum yang secara sadar atau tidak, telah
bekerja untuk kepentingan asing dengan melanggar berbagai aturan dan
mengabaikan kepentingan negara. Hasilnya, berbagai sektor strategis kita sudah
dukuasai asing, sehingga tidak dapat mendatangkan keuntungan yang sebesarbesarnya bagi kesejahteraan rakyat. Di sisi lain, tidak sedikit elemen masyarakat
yang melakukan advokasi agar lembaga-lembaga terkait melakukan perbaikan dan
para oknum penyeleweng diusut tuntas dan dituntut secara hukum. Namun, oknumoknum yang memiliki jaringan luas, serta didukung oleh si penjajah itu demikian
kuat untuk dihadapi. Akibatnya, penjajahan tersebut akan terus berlangsung dan
kita hanya akan menjadi pekerja dan kuli di negeri sendiri. Bagaimanakah prospek
penyelesaian kasus derivatif dan penggelapan pajak Indosat? Tampaknya, kalau kita
tidak punya harga diri kasus tersebut akan lenyap seiring dengan berjalannya
waktu. Ikhtisar Penyelesaian dugaan pelanggaran hukum yang terj!
adi dalam penjualan Indosat belum terlihat bakal diselesaikan dengan serius.
Beberapa upaya hukum yang ditempuh banyak pihak selalu menemukan jalan
buntu. Masuknya investor asing sebenarnya tidak jadi soal jika berlangsung sesuai

hukum. Kita melihat banyak oknum yang secara sadar atau tidak telah bekerja
untuk kepentingan asing.

CONTOH KASUS KECURANGAN DERIVATIF PADA PT. INDOSAT TBK.

Pada laporan keuangan periode 2006, PT. Indosat melaporkan adanya kerugian
sebesar Rp 438 miliar yang di klaim sebagai Rugi dari perubahan nilai wajar atas
transaksi derivatif-bersih (Loss on Change in Fair Value of Derivatifes-Net).
Pengakuan atas kerugian ini muncul karena perusahaan tidak menerapkan PSAK
sebagaimana mestinya.

Dalam PSAK no 55 Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktifitas Lindung Nilai


disebutkan bahwa transaksi derivatif mensyaratkan adanya dokumentasi formal
atas analisa manajemen resiko dan analisa efektifitas transaksi jika ingin
melindungi resiko dari transaksi derivatif ini. Selain itu suatu entitas diwajibkan pula
untuk melaporkan setiap transaksi derivatif paling tidak setiap tiga bulan dalam
laporan keuangan perusahaan.

Dalam surat yang ditujukan kepada manajemen Indosat (management letter) pada
tahun 2004, 2005 dan 2006, auditor eksternal Indosat menyarankan pihak
manajemen Indosat untuk segera membenahi kebijakan formal manajemen resiko
yang berkaitan dengan transaksi derivatif yang dilakukan oleh Indosat sebesar US$
275 juta atau sekitar Rp 2,5 trilliun. Transaksi derivatif ini meliputi 17 kontrak
perjanjian dengan berbagai institusi keuangan.

Kasus ini memberikan contoh dari besarnya kerugian yang harus ditanggung oleh
perusahaan di Indonesia diakibatkan tidak adanya analisa yang memadai terhadap
transaksi derivatif yang akan dilakukan. Akibat kerugian ini pula negara kehilangan
potensi pajak baik atas laba bersih perusahaan maupun atas deviden yang
dibagikan.

Вам также может понравиться