Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ANESTESIA PADA
GANGRENE DIABETES
MELLITUS TIPE 2
Co-Ass Anestesi/Bedah
Ny. Tamimah
Umur
53 tahun
Jenis Kelamin
Perempuan
Pendidikan
Status
: Menikah
Alamat
Tanggal MRS
No. RM
92.82.85
ANAMNESIS
Autoanamnesis, Tanggal 14 April 2014 jam 17.20 WIB
Keluhan Utama : Gangren Diabetes Melitus Jari II dan III Kaki Kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien perempuan usia 53 tahun datang dengan keluhan demam dengan riwayat luka di
kaki kiri 2 minggu Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS). Pasien juga berasa nyeri tekan
pada bagian luka dan keluar nanah disertai darah yang berbau dari luka tersebut.Pasien
juga mengeluh tidak nafsu makan. BAK dan BAB pasien normal. Pola makan pasien
tidak teratur dan pasien mempunyai kebiasaan makan makanan manis dan nasi dengan
porsi besar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mempunyai riwayat DM sejak 12 tahun lalu dan pernah dioperasi jari kelingking
kaki kiri sejak 2 minggu yang lalu. Luka dari operasi tersebut berubah warna hitam dan
mulai mengeluarkan nanah dan darah. Kaki kanan pasien pernah dioperasi oleh karena
kecelakaan.
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
:456
: 37.0
:-
: Aktif
Airway
Breathing
Respiration Rate : 18 x/menit
Sesak
: (-)
Asthma
: (-)
: 130/80
Nadi
: 84 x/menit
Perfusi
: 37.0 o C
Suhu
Status Generalis
Kepala Leher
:
o Kepala
: Bentuk simetris
o Mata : Konjunctiva Anemi (-) Sclera Icterus (-)
o Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax :
Jantung
Inspeksi
: Bentuk dada simetris, Gerakan dada simetris
Palpasi : iktus kordis (-)
Perkusi
: batas atas: Intercostal 2 Parasternalis kiri
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-) gallop (-)
Paru
Inspeksi
: Bentuk dada simetris, retraksi (-), Gerakan dada simetris
Palpasi
: Fremitus vocal simetris
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+), wheezing (-), ronchi (-)
Abdomen
Inspeksi
: Distensi (-), asites (-), jejas (-)
Palpasi
: Defans muskuler (-), nyeri tekan kanan bawah (-), hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Extremitas (lengan dan tungkai)
Tonus : normotonus
Massa : tidak ada
Sendi : normal, tidak ada nyeri
Gerakan : aktif
Edema :
_ _
_
_
Sianosis :
_ _
_ _
Status Lokalis
11.2 g/dL
35.0 %
4.22 juta/uL
783 ribu/mm3
6,540 /mm3
Elektrolit
Na
K
Cl
137
3.0
96
193 mg/dL
168 mg/dL
Assestment
DM Type II Sepsis Ulkus Pedis Post Amputasi Pedis
Planning
Debridement dan Amputasi
Physical Status : ASA II Emergency (DM)
Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan pra bedah, selanjutnya dapat dibuat
penilaian status fisis. ASA mengklasifikasikan pasien kedalam beberapa tingkatan pasien
berdasarkan kondisi pasien :
-
fungsi
ASA IV : pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam nyawa.
ASA V : penderita yang diperkirakan tidak akan selamat dalam 24 jam, dengan
donor.
E : Bila operasi yang dilakukan darurat (emergency) maka penggolongan ASA
diikuti huruf E ( e.g I E atau II E )
2.
Bagian yang anastesi disemprotkan alkohol spray sebagai tindakan asepsis dan
antisepsis.
3.
4.
Obat disiapkan Bupivacain HCL 20mg yang merupakan anestesi lokal golongan
amida dan fentanyl 25 mcg sebagai adjuvant.
5.
6.
7.
8.
9.
Monitoring Intraoperatif
1.
Setelah itu pasien diberikan O2 murni sebesar 2 liter per menit melalui nasal canule.
2.
3.
Diperhatikan komplikasi yang muncul seperti pendarahan, alergi obat, obstruksi jalan
napas ,nyeri,hipotensi dan rasa mual.
4.
Pada menit ke 20 operasi, pasien masih mengadu nyeri dan rasa mual. Pasien
diberikan analgetik intravena Ketorolac 30mg.
5.
6.
Pasien diberikan anti emetik; Ondansentorn 8mg intravena untuk mencegah Post
Operative Nausea and Vomiting (PONV)
7.
Infus RL diberikan kepada pasien sebagai rumatan, selama operasi pasien kira-kira
menghabiskan 500 cc cairan Ringerfundin.
Terapi Post Op
-
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Trias Anestesia terdiri daripada:
1. Analgesia
2. Hipnosis
3. Relaksasi
Stadium Anestesia :
Analgesia
Eksitasi/Delirium/Hipersekresi
Pembedahan
terkendali.
Plana 1 : ventilasi teratur,napas
torakoabdominal,gerak bola
teratur,refleks cahaya (+)
Plana 2: ventilasi teratur,napas
abdominal mulai menonjol, frekuensi
napas meningkat,pupil mulai
midriasis,refleks cahaya menurun
Plana 3 : ventilasi teratur,lakrimasi (-),
pupil midriasis berlebihan,tonus otot
sangat menurun
Plana 4: ventilasi tidak teratur, pupil
midriasis,refleks spinchter ani dan
Paralisis
Terapi antikoagulan
Septicemia
Syok hipovolemik
sedasi pada anestesi regional, dan dapat pula dikombinasikan dengan obat-obat anestesia
inhalasi.
Obat-Obatan yang Dipakai
1. Ondancetron 4 mg
Antagonis 5-HT3 yang sangat selektif yang dapat menekan mual dan muntah
karena sitostatika misalnya ciplastin dan radiasi. Mekanisme kerjanya diduga
langsung mengantagonisasikan reseptor 5-HT yang terdapat pada chemoreceptor
trigger zone di area postrema otak dan mungkin juga averen vagal saluran cerna.
Kadar maksimum tercapai setelah 1-1,5 jam.
Dosisnya 0,1-0,2 mg/kgBB IV.
Efek sampingnya konstipasi, sakit kepala, flushingm mengantuk, gangguan
saluran cerna.
Kontra indikasinya hipersensitivitas. Peringatan pada ibu menyusui, penyakit hati
dan insufisiensi ginjal.
2. Bupivacaine HCl 20 mg (Marcaine)
Bupivakain merupakan obat anestesi lokal dengan rumus bangun sebagai berikut :
1-butyl-N-(2,6-dimethylphenyl)-piperidecarboxamide hydrochloride. Bupivakain
adalah derivat butil dari mepivakain yang kurang lebih tiga kali lebih kuat
daripada asalnya. Onsetnya lebih lambat dari Lidocain dan Mepivacaine,tetapi
lama kerjanya 2-3 x lebih lama.Secara komersial bupivakain tersedia dalam 5
mg/ml solutions. Dosis rata-ratanya 3 4 mg / kgBB.
3. Fentanyl (Sublimaze)
Fentanil (dan opioid lain) meningkatkan aksi anestetik local pada blok saraf tepi.
Keadaan sebagian disebabkan oleh sifat anestetik local yang lemah (dosis yang
tinggi menekan hantaran saraf), dan efeknya terhadap reseptor opiate pada
terminal saraf tepi. Fentanil dikombinasi dengan droperidol untuk menimbulkan
neuroleptanalgesia.Awitan aksi IV berlangsung dalam 30 detik, efek puncaknya
dicapai dalam 5 15 menit, dan lama aksinya berlangsung 30 60 menit. Mudah
melewati sawar darah otak. Efek samping pada sistem KVS berupa hipotensi,
perlambatan EKG dan bradikardia. Analgesia: diberikan secara IV 25 100 g
(0,7 2 g/kg BB)
Diabetes tipe 2 memiliki hubungan genetik yang kuat, yang berarti bahwa diabetes tipe 2
cenderung untuk terjadi dalam keluarga. Beberapa gen telah diidentifikasi, dan lebih
berada di bawah studi yang mungkin berhubungan dengan penyebab diabetes tipe 2.2,3,6
Ada 4 karakteristik penyebab DM tipe 2, yaitu resistensi insulin, berkurangnya sekresi
insulin, dan meningkatnya produksi glukosa hati, dan metabolisme lemak yang
abnormal.2-4
Faktor risiko untuk DM, yaitu :
Kelelahan yang luar biasa merupakan gejala yang paling awal dirasakan oleh
penderita diabetes melitus tipe 2. Pasien akan merasakan tubuhnya lemas walaupun tidak
melakukan aktifitas yang tidak terlalu berat. Jadi, bila anda selalu merasa lelah dan
mengantuk meskipun sebelumnya anda tidak begadang, ada baiknya anda segera
menemui dokter. 2-6
Penurunan berat badan secara drastis. Jika anda memakan makanan yang berlebihan
maka tubuh anda akan semakin gemuk. Kelebihan lemak dalam tubuh akan menyebabkan
resistensi tubuh terhadap insulin meningkat. Pada orang yang telah menderita diabetes,
walaupun ia makan makanan secara berlebihan tubuhnya tidak menjadi gemuk dan malah
mengurus hal ini disebabkan karena otot tidak mendapatkan cukup energi untuk tumbuh.
2-6
Gangguan penglihatan. Kadar gula yang tinggi dalam darah akan menarik cairan
dalam sel keluar, hal ini akan menyebabkan sel menjadi keriput. Keadaan ini juga terjadi
pada lensa mata, sehingga lensa menjadi rusak dan penderita akan mengalami gangguan
penglihatan. Gangguan penglihatan ini akan membaik bila diabetes melitus berhasil
ditangani dengan baik. Bila tidak tertangani, gangguan penglihatan ini akan dapat
memburuk dan menyebabkan kebutaan. 2-6
Sering terinfeksi dan bila luka sulit sekali sembuh. Keadaan ini bisa terjadi karena
kuman tumbuh subur akibat dari tingginya kadar gula dalam darah. Selain itu, jamur juga
sangat menikmati tumbuh pada darah yang tinggi kadar glukosanya. 2-6
Demikianlah beberapa gejala tambahan yang bisa anda perhatikan pada penyakit
diabetes melitus tipe 2.2-6
Komplikasi
1. Komplikasi Mikrovaskeler
a. Retinopati Diabetik
Disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada
retina mata, bagian ini mengandung banyak sekali pembuluh darah dari
berbagai jenis pembuluh darah arteri serta vena yang kecil, arteriol, venula
b.
Dehidrasi
Kehilangan elektrolit
Asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang, maka jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula. Selain itu prroduksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali,
kedua faktor tersebut akan mengakibatkan hiperglikemia. Dalam upaya untuk
menghilangkan glukosa dalam tubuh, ginjal akan mensekresikan glukosa
bersama-sama air dan elektrolit (natriun dan kalium). Diuresis osmotik yang
ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi
dan kehilangan elektrolit. 2,3
pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang
terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. 2,3 Hipoglikemia dapat terjadi
setiap saat pada siang atau malam hari. Kejadian ini dapat terjadi sebeum makan,
khususnya jika makan yang tertunda atau bila pasien lupa makan camilan.2,3
Pada pasien ini status fisiknya adalah ASA III, artinya pasien ini mempunyai kelainan
sistemik sedang hingga berat yang menyebabkan keterbatasan fungsi. Penyulitnya adalah
DM dan Nefropati DM. Penyulit pada pasien DM lanjut, organ lain bisa terkena
imbasnya maka diperlukan. Pasien DM ada kemungkinan dapat terjadi komplikasi
hipoglikemia atau hiperglikemia karena regulasi tubuh sudah mengalami kekacauan.
Maka dari itu pentingnya sebelum operasi dilakukan pengendalian metabolik maupun
monitor keadaan kardiovaskular, neurologi maupun fungsi ginjal.
Jenis operasi yang dilakukan yakni debridement, dimana jenis anestesi yang digunakan
adalah anestesi spinal untuk memberikan efek yang cepat serta dalam dan keseimbangan
blockade motorik maupun sensorik dalam prosesnya. Tindakan bedah akut diperlukan
pada ulkus dengan infeksi berat yang disertai selulitis luas, limfangitis, nekrosis jaringan
dan nanah. Debridemen dan drainase darah yang terinfeksi sebaiknya dilakukan di kamar
operasi dan secepat mungkin. Debridemen harus tetap dilaksanakan biarpun keadaan
vascular masih belum optimal.
Jenis anastesi juga mempunyai pengaruh metabolik pada penderita diabetes. Anastesi
ekstradural dan spinal mempunyai pengaruh yang lebih ringan dibandingkan general.
Secara teori hampir semua obat anestesi meningkatkan glukosa darah terutama untuk
anestesi inhalasi dan umum.
KESIMPULAN
Pada Lapsus ini, jenis operasi yang dilakukan yakni debridement dan amputasi, dimana
jenis anestesi yang digunakan adalah anestesi spinal. Jenis anastesi juga mempunyai
pengaruh metabolik pada penderita diabetes. Anastesi ekstradural dan spinal mempunyai
pengaruh yang lebih ringan dibandingkan general. Anestesi lokal dan dan regional
merupakan alternatif bagi pasien dengan diabetes. Penggunaan anestesi lokal baik yang
dilakukan dengan teknik epidural atau subarakhnoid tak berefek pada metabolisme
karbohidrat. Epidural anestesia lebih efektif dibandingkan dengan anestesia umum dalam
mempertahankan perubahan kadar gula, growth hormon dan kortisol yang disebabkan
tindakan operasi.
Daftar Pustaka
1
Morgan JR. Clinical Anesthesiology, 2nded, Lange Medical Book, 1996: 636-655.
Romesh K. Type 2 diabetes mellitus. Medscape reference. Nov 14, 2011. Diunduh
Agustus 2005.
9
David G.G, Dorales S. Basic and clinical endocrinology. 7th ed. Connecticut :