Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
bertujuan untuk membersihkan sisa jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang
terasah. Bila terjadi penyumbatan preparasi dapat diulang dengan menggunakan
jarum yang lebih kecil dan dapat diberi larutan untuk mengatasi penyumbatan
berupa larutan largal, EDTA atau glyde. Preparasi saluran akar dianggap selesai
bila bagian dari dentin yang terinfeksi telah terambil dan saluran akar cukup lebar
untuk tahap pengisian saluran akar (Sumadi, 2003).
2. Preparasi Konus
Agar saluran akar dapat diisi dengan teknik kondensasi lateral atau
kondensasi vertikal, preparasi standart diatas harus diperhatikan besar sehingga
saluran akar berbentuk kerucut. Dalam hal ini, dapat digunakan bur Gates
(Tarigan, 2006).
3. Teknik Step-back
Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik standar. Dilakukan preparasi
dari apeks ke bagian koronal. Setelah ISO yang dikehendaki telah tercapai pada
preparasi, dilakukan rekapitulasi. Pada teknik ini didapat bentuk pengerucutan
saluran akar yang baik, jarang terjadi perforasi atau terbentuknya step pada
saluran akar. Setelah preparasi kerucut selesai, dapat dilanjutkan preparasi dengan
menggunakan reamer yang dimulai lagi dari nomor kecil ke besar, dilakukan dari
apeks. Hal ini akan mempermudah irigasi (Tarigan, 2006). Prinsip metode Stepback dapat digunakan untuk sebagian besar saluran akar, antara lain saluran akar
lurus, saluran akar bengkok, saluran akar dengan pembengkokan sempit, saluran
akar dengan pembengkokan ganda, saluran akar yang mengalami dilaserasi
(Harty, 1992).
Indikasi teknik ini biasanya saluran akar yang tumbuh lengkap, bengkok,
dan sempit pada 1/3 apikal. Preparasi dengan teknik step-back dapat memberikan
kemudahan dalam preparasi saluran akar serta mendapatkan hasil yang baik. Pada
saat preparasi saluran akar dapat dilakukan gerakan pull and push motion dengan
menggunakan file tipe K-flex atau NiTi file yang lebih fleksibel atau lentur. Tahap
pertama dalam mempreparasi saluran akar dengan menggunakan jarum dari yang
terkecil no. 15 sampai ke no. 25 sesuai panjang kerja pada daerah sepertiga apikal,
lalu dilanjutkan pada daerah dua pertiga koronal dengan diameter alat semakin
besar serta panjang kerja semakin pendek. Setiap pergantian jarum perlu
dilakukan pengontrolan panjang kerja dengan file no. 25 sebagai Master Apical
File (MAF) dengan panjang kerja dikurangi 1 mm untuk jarum no. 30, 2 mm
untuk jarum no. 35 dan seterusnya serta untuk mencegah terjadinya penyumbatan
saluran akar karena serbuk dentin yang terasah (Sumadi, 2003).
4. Teknik Balance-force
Indikasi dari teknik ini dimana saluran akar bengkok dan sudah tumbuh
sempurna. Pada teknik ini preparasi dapat menggunakan file tipe R-Flex atau NiTi
Flex no. 10 dengan gerakan steam wending , yaitu file diputar searah jarum jam
kemudian diikuti gerakan setengah putaran berlawanan arah jarum jam. Dilakukan
dari arah servikal sampai ke apikal dengan menggunakan file dengan penampang
berbentuk segitiga dengan ujung file ditumpulkan dan dibuat parabolik tanpa
cutting edge sehingga tidak terjadi transportasi. Selanjutnya saluran akar
dilebarkan dengan file no. 25 secara berurutan sampai dengan file no. 35 sesuai
panjang kerja. Pada 2/3 koronal dilakukan preparasi dengan Gates Glidden Drill
(GGD) dan setiap pergantian jarum dapat dilakukan irigasi untuk mencegah
terjadinya perforasi dan pecahnya dinding saluran akar (Grossman, et.al, 1995).
5. Teknik Step-down
Teknik ini dilakukan pada daerah saluran akar dekat mahkota sebelum
preparasi pada sepertiga apikal dilakukan. Teknik ini dilakukan untuk
mempreparasi saluran akar gigi molar yang bengkok. Alat yang digunakan pada
teknik preparasi Step-down selain file adalag bur Gates-Glidden. Preparasi dapat
dibagi menadi 3 proses yaitu akses koronal, akses radikular dan akses apikal
dimana akses koronal dan radikular digunakan untuk memperoleh arah masuk
yang lurus ke sepertiga apikal. Akses koronal dibuat dengan menggunakan bur
bulat. Akses radikular dibuat menggunakan file headstoem dan bur GGD nomor 2
dan 3. Akses apikal dibersihkan dengan menggunakan file-K no.15 atau no.20 dan
untuk menghilangkan step digunakan file-K no.25 yang merupakan file apeks
utama (Kartini, 2000).
yang ujungnya terasa sedikit sesak. Penentuan ini dilakukan setelah akses lurus
diperoleh. Akses lurus akan memungkinkan kirgi dapat dimasukkan tanpa tertahan
dari kamar pulpa sampai ke daerah mulai melengkungnya saluran akar, sehingga
menghilangkan gangguan sejak serviks sampai ke konstriksi apeks (Walton dan
Torabinejad, 2008).
Daftar Pustaka
Walton R, Torabinejad M. 2008. Prinsip & Praktik: Ilmu Endodonsia Edisi 3.
Jakarta: EGC. Hal: 236.
lateral. Dengan cara yang sama dimasukkan guttap point tambahan (lebih
kecil dari spreader) hingga seluruh saluran akar terisi sempurna.
b. Teknik kondensasi vertikal
Saluran akar diulasi semen dan guttap point utama dimasukkan sesuai
dengan panjang preparasi, kemudian guttap point dipanaskan ditekan
dengan plugger ke arah vertikal ke bawah. Dengan cara yang sama Guttap
percha tambahan (dibuat seperti bola) dimasukkan dan ditekan hingga
seluruh saluran akar terisi sempurna.
3. Teknik kloropercha / eucapercha
Teknik ini dilakukan dengan melunakkan ujung guttap point utama dengan
kloroform atau eucalyptol dan dimasukkan ke dalam saluran akar hingga guttap
point akan berubah bentuk sesuai dengan saluran akarnya terutama daerah apikal.
Kon dikeluarkan lagi untuk menguapkan bahan pelarutnya. Setelah saluran akar
diulasi semen guttap point dimasukkan ke dalam saluran aka r dan ditekan hingga
seluruh saluran akar terisi sempurna.
4. Teknik Termokompaksi
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat McSpadden Compactor atau
Engine Plugger yaitu alat yang mirip file tipe H (Hedstrom). Akibat putaran dan
gesekan dengan dinding saluran akar mampu melunakkan guttap point dan
mendorong ke arah apikal
5. Teknik termoplastis
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat Ultrafil atau Obtura, yaitu
alat yang bentuknya mirip pistol dan mampu melunakkan guttap point serta
mendorong ke dalam sakuran akar ke arah apikal.
Daftar Pustaka
Grossman, l.i., Oliet, s. & Del rio, c. e. 1988. Endodontic Practice. 11 th ed. Lea
and febiger.
Harty, F. 1995. Endodonti Klinis. Cetakan ke 3. Jakarta: Hipokrates
Ingle, J & Bakland, L. 1994. Endodontics. 4th ed. Philadelphia. Lea and febiger.
Walton, R & Torabinejad, M. 1998. Prinsip & Praktek Ilmu Endodonsi. Cetakan
ke I. Jakarta: EGC