Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISERTASI
Karya tulis sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Doktor dari
Institut Teknologi Bandung
Oleh:
D. ERWIN IRAWAN
NIM: 32005002
(Program Studi Teknik Geologi)
ABSTRAK
D. Erwin Irawan
NIM : 320 05 002
Gunung Ciremai (3072 mapl) merupakan gunung api strato yang terletak di
Kabupaten Kuningan dan Majalengka. Zona mata air terletak di bagian kaki dengan
jumlah total kurang lebih 200 mata air berdebit 10 L/s hingga 800 L/s. Tipe mata air
umumnya adalah rekahan pada batuan lahar dan lava, serta tipe depresi yang muncul
pada tanah pelapukan.
Penelitian ini menggunakan observasi mata air dan analisis terhadap 15 sifat fisik dan
kimia air dengan menggunakan analisis korelasi, analisis klaster serta analisis
komponen utama. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi model hidrogeologi yang
terdiri dari sistem akuifer endapan gunung api dan pola aliran air tanah.
Dari hasil analisis sifat fisik dan kimia dengan grafik korelasi dan Diagram Piper
dapat diidentifikasi dua kelompok karakter air tanah, yaitu: air tanah dengan
pengaruh air meteorik dominan dan air tanah dengan pengaruh panas bumi.
Pengelompokkan tersebut dicirikan pula oleh perubahan fasies kimia air dari daerah
tinggi ke yang lebih rendah, yakni dari fasies bikarbonat menjadi fasies kalsium
bikarbonat hasil interaksi dengan batuan kaya plagioklas, magnesiumbikarbonat
yang mengindikasikan kontak dengan batuan sedimen yang diperkirakan dolomit,
selanjutnya berubah menjadi natriumkaliumklorida hasil interaksi dengan batuan
sedimen batu lempung.
Analisis klaster berhasil mengidentifikasi dua klaster makro. Klaster 1 beranggotakan
mata air mesotermal dan hipotermal yang bersirkulasi di dalam akuifer batuan
gunung api. Kelompok ini terbagi menjadi Klaster 1a beranggotakan 131 mata air
yang kaya Ca - HCO3 serta Klaster 1b yang terdiri dari tiga mata air yang
mengandung Mg - HCO3. Klaster 2 terdiri dari dua mata air yang bersirkulasi di
dalam akuifer batuan gunung api dengan tipe aliran cepat. Mata air dalam klaster ini
ii
tergolong hipertermal dengan kandungan Na-K-Cl dan nilai TDS/DHL yang lebih
tinggi dibanding air dalam Klaster 1.
Hasil Analisis Komponen Utama menunjukkan parameter utama dari Kuadran II
dengan ion bersifat seimbang beranggotakan contoh model mata air mesotermal dan
hipotermal pada elevasi yang tinggi. Parameter utama kemudian berubah menjadi pH,
Mg2+, Ca2+, HCO3- pada Kuadran IV atau tetap seimbang pada Kuadran III. Ketiga
kuadran tersebut dikendalikan oleh waktu perjalanan air tanah dari elevasi tinggi ke
rendah, komposisi akuifer batuan gunung api serta tipe aliran cepat pada media
rekahan. Pergeseran contoh air tanah dari Kuadran II ke Kuadran III dan IV
mengindikasikan adanya interaksi air tanah pada ketiga jenis akuifer piroklastik, lava,
dengan lahar. Untuk model mata air hipertermal pada Kuadran I, komponen utama
berubah menjadi TDS, DHL, Na, K, Cl, dan SO4 sebagai hasil interaksi dengan panas
bumi dari aktivitas volkanisme.
Pengamatan suhu air tanah dan suhu udara selama 24 jam dimanfaatkan untuk
mengindikasikan perilaku air tanah di dalam akuifer dengan lebih rinci. Di lokasi
mata air Cibulan, pengukuran mengindikasikan aliran air tanah pada sistem akuifer
tertutup yang tidak berhubungan dengan udara permukaan tanah. Sementara
pengukuran di Mata air Telaga Remis memperlihatkan pola interaksi air tanah dengan
lingkungan permukaan tanah.
Berdasarkan analisis respon debit mata air terhadap curah hujan pada dua lokasi mata
air dihasilkan dua bentuk kurva time series yang memiliki kemiringan gradual dan
tajam. Kurva dengan kemiringan gradual mencerminkan kendali akuifer media pori
yang dominan, sementara kemiringan tajam dikendalikan oleh akuifer media rekahan.
Kedua jenis kurva memperlihatkan perkiraan time lag rata-rata dalam kurun waktu 37 bulan. Hasil lainnya adalah perhitungan kawasan imbuhan dengan luas 3725 km2
untuk mata air Cibulan dengan volume imbuhan 8,2x109 m3/tahun, 6188 km2 untuk
mata air Telaga Remis dengan volume imbuhan 14,5x109 m3/tahun.
Kata kunci: endapan gunung api, sifat fisik dan kimia, analisis klaster, analisis
komponen utama
iii
ABSTRACT
By
D. ERWIN IRAWAN
NIM : 320 05 002
The Mount Ciremai is a 3072 masl situated in the south of Cirebon. It constitutes of
spring zones along its foot slopes with nearly 200 groundwater springs, discharging
10 L/s to 800 L/s of water. The spring zone is fed by volcanic aquifer system, which
lie over clay-sand layers which contains large masses of intercalated evaporites. Due
to these conditions, the hydrochemical composition of the volcanic springs is
relatively variable.
In this study a hydrogeochemical characterization of the aquifer is undertaken to
identify the hydrogeological model, consists of aquifer system and groundwater flow
path pattern, based on 140 samples collected from the volcanic springs. The
identification was performed by studying hydrographs, the temporal evolution of
physico-chemical parameters, and by means of multivariate statistical analyses with
ifteen (15) hydrochemical parameters were considered (pH, EC., TDS., Twater, Tair,
elevation, lithology, aquifer medium, Ca, Mg, Na, K, HCO3, Cl, SO4). Principal
Component Analysis (PCA) and Cluster Analysis (CA) were applied in order to
examine the importance of each parameter, investigate correlations among them, and
separate them into groups.
CA recognizes two clusters. Cluster 1 consists of mesothermal and hypothermal
waters which are circulating in the volcanic aquifer system. This cluster is divided in
to Cluster 1a which consists of 131 springs, with Ca-HCO3 from plagioclase rocks
and Cluster 2b constitutes 3 springs with Mg-HCO3 ferromagnesian rocks. These
samples are closely related with meteoric water. Cluster 2 consists of two springs
iv
circulating in the volcanic rock aquifer system. Both springs are hyperthermal, with
high Na-K-Cl and TDS/DHL contents from volcanic activities.
PCA identifies the balanced parameters on Quadrant II and III which consists of
mesothermal and hypothermal groundwater samples located on higher altitude.
Balanced parameters change to dominant pH, Mg, Ca, HCO3 in Quadrant IV. The
three quadrants are controlled by volcanic rock aquifer system with relatively fast
circulation in fractured aquifers. The shifting of groundwater samples from Quadrant
II to Quadrant III and IV indicate the interaction between groundwater in the three
aquifers: pyroclastics, lavas, and lahars. The prevailing balanced parameters alter to
dominant TDS/EC, Na, K, Cl, and SO4 in Quadrant I which contains volcanic
hyperthermal groundwater samples. Along the direction of flow, hydrochemical
trends are seen as the groundwater type changes from neutral type to Ca-HCO3, MgHCO3; then to Na-K-Cl derived from the mixture between cold waters and thermal
water.
Cibulan spring show different pattern of groundwater and surface temperature graphs.
It indicates closed aquifer system, un-associated with surface environment. More
similar curve pattern is shown at Telaga Remis spring. It indicates that the
groundwater flows in open aquifer system, associated with surface environment.
Gradual curve indicates the control of porous aquifer system, while the sharp one
indicates the role of fractured aquifers. The estimated time lag between spring
discharge and precipitation is within 3-7 months period. The calculation of springs
recharge area from the charts are 3725 km2 with 8.2x109 m3/year of recharge for
Cibulan, 6188 km2 with 14.5x109 m3/year of recharge for Telaga Remis.
The application of PCA and CA of hydrochemical and hydrodynamic data can be
used to extract the conceptual model of hydrochemical evolution of volcanic waters.
Moreover, the use of both approaches allows better establishment of volcanic aquifer
characterization.
Key word: volcanic aquifer system, physical and chemical properties, cluster
analysis, principal component analysis
Oleh:
D. ERWIN IRAWAN
NIM: 32005002
Program Studi Teknik Geologi
Institut Teknologi Bandung
Menyetujui
Tim Pembimbing
Tanggal
Juni 2009
Ketua
Anggota
vi
vii
viii
UCAPAN TERIMAKASIH
ix
mahasiswa S2 Bapak Taat Setiawan dan Yayan Hendriyan yang telah membantu
dalam visualisasi GIS.
Dengan tulus, saya mengucapkan terimakasih untuk orang-orang terdekat saya,
terutama matahari kecilku Abraary Raditya Irawan serta keluarga besar yang telah
memberikan dukungan moril dan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan
penelitian ini.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................... ii
ABSTRACT ................................................................................................................ iv
PEDOMAN PENGGUNAAN DISERTASI ..........................................................viiii
UCAPAN TERIMAKASIH ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xixx
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ........................................................... xx
xi
xii
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
Gambar 10
Gambar 11
Grafik Klasifikasi Batuan Gunung Api (Le Bas and Streckeisen, 1991;
Pusat Survey Geologi, 2007) ............................................................... 35
Gambar 12
Gambar 13
Gambar 14
Gambar 15
Plot antara debit mata air (Q dalam L/d) dengan jaraknya terhadap
kelurusan (dalam m). ........................................................................... 40
Gambar 16
Gambar 17
Sketsa Profil Rekahan pada Aliran Lava dan Lahar (Irawan and
Puradimaja, 2006)................................................................................ 42
Gambar 18
Gambar 19
xv
Gambar 20
Gambar 21
Gambar 22
Gambar 23
Gambar 24
Gambar 25
Gambar 26
Gambar 27
Gambar 28
Gambar 29
Gambar 30
Gambar 31
Gambar 32
Gambar 33
Gambar 34
Pola Aliran Air Tanah pada Contoh Kasus Mata Air Cibulan (Irawan
and Puradimaja, 2006) ......................................................................... 61
Gambar 35
Gambar 36
Gambar 37
xvi
Gambar 38
Gambar 39
Gambar 40
Gambar 41
Gambar 42
Gambar 43
Gambar 44
Gambar 45
Plot Piper Contoh Air Tanah dan Rekonstruksi Proses Perubahan Sifat
Kimia Airnya ....................................................................................... 76
Gambar 46
Gambar 47
Plot TDS dan Na, K, Cl, SO4 pada Sistem Akuifer Endapan Gunung
Api Lahar (LhB), Piroklastik (PxB), dan Lava (Lv), serta Batuan
Sedimen Fm. Kaliwangu (Klw) Sebagai Pembanding. ....................... 79
Gambar 48
Plot Antara Ion Cl dan SO4 pada Sistem Akuifer Endapan Gunung Api
Lahar (LhB), Piroklastik (PxB), dan Lava (Lv), serta Batuan Sedimen
Fm. Kaliwangu (Klw) Sebagai Pembanding. ...................................... 80
Gambar 49
Gambar 50
Gambar 51
Plot Antara Komposisi Na dan Cl pada Contoh Air Dari Daerah Studi
Pada Diagram Join dkk (1977) ............................................................ 83
Gambar 52
Gambar 53
Gambar 54
Gambar 55
Alur Proses Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Air Tanah Secara
Skematik di Gunung Ciremai. Warna merah mengindikasikan
kelompok air tanah hipertermal. .......................................................... 88
Gambar 56
Gambar 57
Gambar 58
Skema mata air no 26 (Mata Air Cibewok) dan no 226 (Mata Air
Rajawangi). Terjadi interaksi antara air tanah pada kedua jenis akuifer.
............................................................................................................. 90
Gambar 59
Skema mata air no 17 (Mata Air Sangkanurip) dan no 226 (Mata Air
Cigirang). Terjadi interaksi antara air tanah pada kedua jenis akuifer.
............................................................................................................. 90
Gambar 60
Plot Berurut Waktu Antara Debit Mata Air (sumbu y kanan) dan
presipitasi (sumbu y kiri) di Lokasi Mata Air Cibulan........................ 92
Gambar 61
Gambar 62
Plot Berurut Waktu TDS dan DHL (sumbu y kanan); dan Presipitasi
(sumbu y kiri) di Lokasi Mata Air Cibulan ......................................... 94
Gambar 63
Plot Hasil Pengukuran Suhu Air dan Udara di lokasi Mata Air Cibulan
Selama 24 jam ..................................................................................... 95
Gambar 64
Plot Berurut Waktu Antara Debit (sumbu y kanan) dan Curah Hujan
(sumber y kiri) di Lokasi Mata Air Telaga Remis .............................. 96
Gambar 65
Plot Semilog Analisis Hidrograf Debit Mata Air Telaga Remis ......... 97
Gambar 66
Plot Berurut Waktu Antara TDS dan DHL (sumbu y kanan); dan
Curah Hujan (sumbu y kiri) di Lokasi Mata Air Telaga Remis. ......... 98
Gambar 67
Plot Berurut Waktu Hasil Pengukuran Temperatur Air Pada Mata Air
Dan Temperatur Udara di Mata Air Telaga Remis. ............................ 99
Gambar 68
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Data Curah Hujan dari 13 stasiun 2006 dan 2007 dalam mm (Badan
Meteorologi dan Geofisika, 2008) ......................................................... 45
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Pengukuran Suhu Air Tanah dan Udara Selama 24 jam di Lokasi Mata
Air Cibulan ............................................................................................ 95
Tabel 13
Pengukuran Suhu Air Tanah Dan Udara Selama 24 jam di Lokasi Mata
Air Telaga Remis ................................................................................... 99
Tabel 14
Rangkuman Hasil Perhitungan Luas Kawasan Imbuhan Mata Air ..... 102
Tabel 15
xix
Singkatan
Nama
Pemakaian
pertama
kali
pada halaman
mapl
SRTM
TDS
DHL
SMEWW
12
CA
Cluster Analysis
12
PCA
12
AK
Analisis Klaster
12
AKU
12
Utara
19
Selatan
19
Barat
19
Timur
19
LhB
Lahar
35
Lv
Lava
35
PxB
Piroklastik
35
NW
North West
59
SE
South East
59
H 2S
Hidrogen Sulfida
79
Na
Natrium
17
Ca
Kalsium
17
Lambang
xx
Mg
Magnesium
17
Kalium
17
HCO3
Bikarbonat
17
Cl
Klorida
17
Qt
30
Q0
debit pada to
30
(t2-t1)
30
30
koefisien resesi
30
31
Rho
57
Ohm
57
xxi
BAB I PENDAHULUAN
Tipe B: gunung berapi yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan
erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti
kegiatan solfatara.
o
5
1
1
o
5
u
r
e
m
e
S
o
0
1
A
U
P
A
P
I
S
E
W
A
L
U
S
A
W
A
J
o
5
1
1
o
0
1
1
o
5
0
1
o
0
0
1
Gambar 1 Jalur Gunung Api di Indonesia dan Pulau Jawa (Kusumadinata, 1979 op.cit Puradimaja, 2006)
i
p
a
n
a
e
g
n
a
S
a
r
o
b
m
a
T
A
W
A
B
M
i U
n S
a
j
n K
O
a i B
R
r
u
M
p r
O
a
u
gL
g t
n
r a
u
A B
g
g IA
n
a L
y A
I B
n
e
g
j n
nI u
a a
y g a
a n R
o
bgm
o
a
an
m
L
a
rr
o
r
ui
B
Sl
e
W
- d
o
u
n l
u
e
sK
ji
l
u ri
w AW
a a
L t
u
N
A
T
N
A
M
I
L
A
K
A
R
T
A
M
U
S
o
0
1
m
k
0
0
3
0
0
2
0
0
1
0
A
W
A
J
nb ir
aa
a
p
n r
b a
a
k
a
r r
g
g n
e e
a
n U
M M
sa
y
a
g
dr g g o
a
ot
n
n Y
B
oi
e
e i
rb
aa
o
m
hgP D d
a
t nu
ki e
la
ra
g
a uS
aat
m m Sn
KTu
n
u
a
e
a
g
l
B
ur S
gy
i
a
h
n
r
k
d u
C u
a
u
n n
rg t
l
a
en
a
n
a
P
Gp M
a u
a
j
no
.
a a
gG P w
m
t b
n
a
K
u
K
r k
u
a g
u
kend a
n
d
d
a
h
n
ae
a u
i
t
J GkT B
W
i
a
a
t
P
gl k
g
na k a
n
aS a
a
b
r
y
r
ge
a a
a
K
W
i s
GP
r
e
a r
s
e
a b
l
a
u r
P
a
i
K
750km
h
t
r
o
N
o
0
1
1
o
5
0
1
o
0
0
1
o
5
Ciremai
Gede
Karang
5 20o
Tangkubanparahu
5 70o
5 30o
22 lapisan batuan
gunung api
Patahan
terpendam
1 10
12 lapisan batuan
gunung api
Patahan
terpendam
1 10
18 lapisan batuan
gunung api
Patahan
terpendam
1 10
5 lapisan batuan
gunung api
Tidak ada patahan
116
32
50
27
Dalam 3 zona
elevasi
Rekahan
Di kaki gunung,
tersebar
Rekahan
Di kaki gunung,
tersebar
Rekahan
Di kaki gunung,
tersebar
Depresi
1 900
23 - 63
100 - 3000
100 - 2500
Penelitian
magister
1 400
23 49
100 1500
100 - 1250
Penelitian skala
regional
1 200
23 47
100 2000
100 1700
Penelitian skala
regional
1 12
27 41
100 600
100 400
Penelitian skala
regional
5 20o
Geologi regional:
Litologi
Struktur
Ketebalan tanah
pelapukan
Sistem Akuifer Tak
Tertekan:
Mata Air:
Jumlah yang telah
terpetakan
Distribusi di bagian
kaki
Tipe mata air
dominan
Debit (L/det)
Temperatur (oC)
TDS (ppm)
DHL (S/cm)
Penelitian sebelumnya
15
lebih 10 km. Sebagian kawasan Ciremai, seluas 15.000 ha telah dikelola sebagai
kawasan konservasi berupa taman hutan lindung sejak tahun 1994. Peruntukannya
ditetapkan berdasarkan SK.424/Menhut-II/04 tanggal 19 Oktober 2004.
Curah hujan rata-rata adalah 3028 mm/tahun dengan kisaran antara 1507 hingga
4746 mm/tahun (Badan Geofisika dan Meteorologi, 2008). Presipitasi yang sangat
tinggi tersebut berpotensi menjadi imbuhan ke dalam akuifer produktif endapan
gunung api yang kemudian muncul sebagai mata air di bagian kaki gunung. Tabel
2 memperlihatkan contoh kisaran debit pada 13 mata air yang terdapat di Gunung
Ciremai.
Laut
Jawa
Kab.
Kuningan
G. Ciremai
(3072 mdpl)
Kalimantan
Sumatra
Kab.
Majalengka
Jakarta
Cirebon
10 km
Bandung
Java sea
Ciremai
Java
Indian ocean
200 km
Utara
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Cibulan
Cibulakan
Cigorowong
Cibolerang
Cipaniis
Cijumpu
Cisemaya
Cibujangga
Cicerem
Citengah
Telaga Remis
Telaga Nilem
Bojong
Elevasi
(mapl)
480
500
472
375
475
395
347
445
350
354
210
190
191
Total debit
(L/det)
400-500
250-370
250-300
160-190
> 1000
130-220
500-800
170
140-290
130-170
125-300
160-400
80-200
Akuifer yang produktif di G. Ciremai menjadi sumber air bagi masyarakat Kab.
Kuningan, sebagian Kab. Majalengka, Kab. Cirebon, dan bahkan Kota Cirebon.
Peran G. Ciremai sebagai sumber air yang sangat penting ini, mengharuskan
Pemerintah Kab. Kuningan untuk melakukan pengelolaan dengan baik.
I.4 Permasalahan.
Sebagaimana diketahui, sumber imbuhan utama air tanah adalah air hujan yang
berkisar antara 2000 4000 mm/tahun di Indonesia; namun pada kenyataannya
curah hujan tersebut tidak terdistribusi secara merata (Puradimaja, 2006). Sebagai
contoh, kawasan pantai P. Jawa hanya menerima kurang dari 250 mm/tahun,
sementara kawasan lereng gunung api dan sekitarnya menerima lebih dari 2500
mm/tahun. Presipitasi yang sedemikian besar di kawasan gunung api memberikan
peluang besar terhadap kemunculan mata air-mata air dengan debit besar dan
kualitas yang baik. Di lereng G. Ciremai terdapat ratusan mata air dengan debit
yang bervariasi dari 80 L/det hingga 1000 L/det (Bapeda Kab. Kuningan, 2002).
Masalah utama pengelolaan sumber daya air tanah di Kabupaten Kuningan adalah
kurangnya pemahaman mengenai sistem akuifer dan pola aliran air tanah serta
pemunculan mata air. Posisi dan hubungan antara daerah imbuhan (recharge
area) dengan daerah luahan (discharge area) air tanah belum dikaitkan dengan
baik, sehingga pengaturan tata ruang dan penetapan langkah konservasi belum
6
dapat dilakukan dengan tepat. Berkaitan dengan hal tersebut, Penulis merumuskan
masalah utama, yaitu bagaimana mengidentifikasi model hidrogeologi berupa
sistem akuifer dan pola aliran air tanah pada sistem akifer batuan gunung api
berdasarkan analisis perubahan sifat fisik dan kimia air tanah.
I.6 Tujuan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk model hidrogeologi berupa sistem akuifer dan
pola aliran air tanah pada sistem akifer batuan gunung api berdasarkan analisis
perubahan sifat fisik dan kimia air tanah. Untuk mencapai tujuan tersebut
digunakan tiga pendekatan: observasi lapangan, analisis statistik terhadap
hidrokimia air tanah, dan analisis respon debit mata air. Rincian untuk tiap metoda
akan diterangkan pada bagian metodologi.
I.8 Metodologi
Diagram alir penelitian didisain untuk dapat selesai dalam tiga tahap yang terdiri
dari tahap prasurvei lapangan, survei lapangan, dan pasca survei lapangan dalam
waktu tiga tahun, sebagai berikut (lihat Gambar 3 dan Gambar 4).
Peta topografi
Citra SRTM
Peta geologi
Klasifikasi
mata air
Peta hidrogeologi
Observasi mata air:
Litologi & geometri
Analisis regional
Kendali geologi
terhadap mata air
Analisis:
1. Diagram Piper
2. Korelasi
3. Komponen utama
4. Klaster
5. Hidrograf
Sistem input/
Output air
tanah
Model
hidrogeologi
pola aliran air
tanah
Contoh
air tanah
Analisis
ion utama
di laboratorium
Konsentrasi
ion utama:
Ca2+,Mg2+,Na+,K+,
Cl-,SO42-,HCO3-
Konversi
mg/L -> meq/L
=m ion/Ar * valensi
An.Statistik
Multivariabel
Database
mataair
Analisis
korelasi
R2 0,8
Variabel
Analisis Statistik
Multivariabel
Analisis
Klaster
5% dikeluarkan
Contoh
Air tanah
Analisis
Komponen
Utama
10
No
Aktivitas
Jumlah Satuan
Jadual kerja
2005
2006
2007
2008
J F MA MJ J A S O N D J F MA MJ J A S O N D J F MA MJ J A S O N D J F MA MJ J A S O N D
1.1
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.3
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.3
2.3.1
2.3.2
2.3.3
2.4
2.4.1
2.4.2
2.4.3
III
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.2
3.2.1
3.2.2
3.3
3.4
3.5
1
1
1
1
1
set
set
set
set
set
100
mata air
100
sampel
100
100
100
sampel
lokasi
mata air
100
sampel
81
sampel
10
sampel
4
5
sampel
sampel
20
titik
lokasi
15
titik
25
titik
15
titik
buah
Pengukuran data
Interpretasi data
Rekonstruksi penampang
Pengujian parameter hidrolik
lapangan (pada lokasi terpilih)
Pemboran dangkal
Pengukuran permeabilitas
lapangan
Uji permeabilitas
laboratorium
Tahap pengolahan data
(Studio)
Pengolahan data mata air
Penyusunan database mata
air
Pengolahan peta
Pembuatan penampang
Analisis statistik multi variabel
Analisis komponen utama
Analisis klaster
Pengujian hasil penelitian
Penyusunan disertasi
Penyusunan publikasi
11
lebih besar dari 10 L/det diukur menggunakan metoda stream channeling. Untuk
debit mata air kurang dari 1 L/det, pengukuran menggunakan wadah bervolume 1
L dan stopwatch. Pengukuran debit mata air dilakukan dua kali (duplets) untuk
setiap pengamatan.
Sifat fisik-kimia air tanah yang diukur meliputi: temperatur udara (Tu),
temperatur air (Ta), Daya Hantar Listrik (DHL), Total Padatan Terlarut atau Total
Dissolved Solids (TDS), dan pH (tingkat keasaman). Temperatur udara diukur
menggunakan thermometer air raksa standar. Parameter lainnya diukur dengan
alat ukur DHL/TDS meter merk Orion dan pH meter merk Hanna Instrument.
Untuk keperluan analisis kimia, contoh air tanah diambil dengan botol plastik
berukuran 1 L.
I.7.3 Analisis Kimia Air
Uji laboratorium terdiri dari pengukuran kandungan ion utama (Ca2+, Na+, Mg2+,
K+, HCO3-, SO42-, dan Cl-) menggunakan Standard Method Evaluation for Water
and Waste Water (SMEWW) oleh The America Public Health Administration
(APHA) tahun 1999. Hasil analisis kimia diverifikasi dengan metoda ion balance
dengan persamaan 1 di bawah ini, sebelum dianalisis dan diinterpretasi lebih
lanjut. Penulis menentapkan batas error balance sebesar 10% (Matthess, 1981).
Air tanah dengan cation/anion balance lebih dari 10 % akan diuji ulang.
[( cations - anions) / ( cations + anions)] x 100%
Persamaan 1
dan
interpretasi
dalam
penelitian
ini
memerlukan
teknik
pengklasifikasian contoh air tanah berbasis sifat fisik dan kimia. Untuk itu
digunakan metoda grafis dan statistik multivariabel yaitu: Diagram Piper, Analisis
Klaster (Cluster Analysis), dan Analisis Komponen Utama (Principal Component
Analysis). Kombinasi analisis grafis dan statistik, dapat menghasilkan klasifikasi
contoh yang konsisten dan saling mendukung (Guller dkk, 2002). Analisis
statistik menggunakan piranti lunak Minitab version 15 (trial version) by Minitab
Inc.
12
13
Hasil
Model hidrogeologi berupa sistem akuifer
endapan gunung api dan pola aliran air
tanahnya berdasarkan analisis perubahan
sifat fisik dan kimia air tanah.
Hal baru
Kombinasi metoda pemetaan hidrogeologi
dengan menggunakan teknik observasi
mata air dengan analisis statistik multi
variable (AK dan AKU) terhadap sifat
fisik-kimia air tanah.
Model tipikal hidrograf mata air di Model tipikal hidrograf mata air di
kawasan gunung api.
kawasan gunung api, bahkan lebih luas lagi
di Indonesia, dapat lebih dimanfaatkan
dalam analisis hidrogeologi pada skala
lebih detail.
14
II.1 Geologi
Ciremai dikelompokkan sebagai gunung api Tipe A, yakni gunung api yang masih
aktif sejak 1600. Sejarah mencatat gunung api ini pernah meletus sebanyak lima
kali, yaitu pada tahun 1698, 1772, 1775, 1805, dan 1937. Interval terpendek erupsi
adalah tiga tahun, sedangkan yang terpanjang adalah 112 tahun (Kusumadinata,
1979 dan www.vsi.esdm.go.id). Endapan gunung api kuarter di daerah riset terdiri
dari tiga generasi erupsi:
Piroklastik
Sadarehe, Aliran
15
16
II.2 Hidrogeologi
Hidrogeologi Gunung Ciremai telah menjadi obyek riset sejak Maier (1861)
sebagai riset pertama yang tercatat. Peneliti ini mempelajari kondisi kimiawi dua
sampel mata air panas di Gunung Ciremai. Selanjutnya Kartokusumo (1983)
mengobservasi beberapa mata air panas Gunung Ciremai dan Tampomas yang
hasilnya berupa komposisi kimia mata air panas disajikan pada Tabel 5.
Temperatur Ciniru adalah 43oC, dengan pH 7,33. Rasio kimia yang berhasil
diukur adalah Cl/SO4 4.2 dan Cl/B 38.1. Estimasi temperatur reservoirnya adalah
79,7oC (SiO2), 151,3oC (NaK-Ca), dan 200oC (Na/K). Mata air Sangkanurip
memiliki temperatur 49oC dan pH 7,70. Rasio kimia air yang berhasil diukur
adalah Cl/SO4 3,9 dan Cl/B 70,5 dengan estimasi temperatur reservoir adalah
97,7oC dengan SiO2, 168,4oC dengan NaK-Ca, dan 180oC dengan Na/K. Fasies air
panasnya adalah bikarbonat dan klorida sebagai akibat interaksi dengan batuan
sedimen laut di bawahnya.
Tabel 5 Ringkasan hidrokimia air panas di lereng Gunung Ciremai
Mata air
pH
Ciniru
Sangkanurip
7.33
7.7
Rasio Cl
Cl/SO4
Cl/B
4.2
38.1
3.9
70.5
17
dengan simplifikasi sistem akuifer menjadi dua yakni: sistem endapan gunung api
api produktif dan sistem batuan sedimen tua yang impermeable sebagai batuan
dasar cekungan air tanah. Hasil simulasi berarah SW-NE terdapat konsentrasi
pemunculan mata air yang tinggi pada elevasi 100 sampai 400 mapl, dengan
sistem aliran lokal dan sub regional. Jumlah mata air sedikit pada elevasi lebih
rendah dari 100 mapl. Selanjutnya pemunculan mata air pada elevasi 250-650
mapl, dikendalikan oleh bentuk morfologi tekuk lereng (slope break) pada elevasi
800 mapl. Bentuk tekuk lereng tersebut terbentuk karena ada perubahan dominasi
jenis batuan. Pada elevasi lebih tinggi dari 750 mapl kondisi distribusi batuan
dominan lava kemudian berubah menjadi dominan
rendah dari 750 mapl).
18
Breksi
piroklastik
Lava
T
Breksi lahar
Fm. Halang
S
Fm. Kaliwangu
Pyroclastic
fall fall
Piroklastik
fall Piroklastik
oo
42
10
15
Morphology:
sharp slope
10 to 35o,
35. Occurrence
of old from
crater rim.
occurrence
of older
crater
rimpyroclastic fall
Deposits:
mainly
lava with
layers
at
the
top
Deposits: mainly lava with pyroclastic fall
layers at the top
30
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
?
35 o
+
+
Lava
Lavaflow
flow
+
+
+
? +
Lavaflow
flow
Lava
10
U
pyroclastic
Pyroclastic
fall fall
48
Pyroclastic
Piroklastikflow
flow
10
35
20
oo
33
10
BW
T
E
19
Situasi yang mirip juga terlihat pada penampang berarah barat timur. Gambar 6
memperlihatkan zona mata air pada elevasi 100 mapl sampai 750 mapl. Zona ini
dikendalikan oleh tekuk lereng pada elevasi 750 800 mapl. Aliran air tanahnya
diperkirakan sebagai tipe aliran lokal yang diindikasikan oleh pH normal dan
DHL yang rendah. Namun demikian hasil simulasi oleh IWACO-WASECO
(1989) ini masih perlu dirinci kembali, khususnya pada jenis aliran lokal yang
mengalir hingga kedalaman 400 m di bawah muka tanah setempat. Riset lainnya
juga telah dilakukan oleh Irawan (2001) berupa tesis magister. Peneliti tersebut
dapat mengkarakterisasi sistem akuifer dan pola aliran air tanah pada lingkup
kecil di lereng timur Gunung Ciremai.
21
Gambar 7 Contoh Diagram Piper (1944) untuk menganalisis Fasies Air Tanah
Tujuan saintifik dari aplikasi metoda ini adalah untuk dapat mengidentifikasi
dengan baik proses-proses yang mengendalikan evolusi kimia air tanah di daerah
studi. Metoda statistik yang digunakan terdiri dari Hierarchical Cluster Analysis
(HCA) selanjutnya disebut Analisis Klaster dan Principal Components Analysis
(PCA) selanjutnya disebut Analisis Komponen Utama. Kedua metoda ini
diharapkan dapat menguraikan kendali geologi dan hidrogeologi terhadap evolusi
air tanah.
Melloul dan Collin (1992) telah menggunakan Analisis Komponen Utama untuk
mendukung metoda geokimia klasik dengan Diagram Schoeller atau Piper.
Dengan kedua jenis grafik tersebut, peneliti dapat mengidenfitikasi dengan baik
karakter utama air berdasarkan komposisi kimianya. Peneliti lainnya, Schot dan
van der Wal (1992), mengaplikasikan Analisis Komponen Utama dan Analisis
Klaster untuk menganalisis data hidrokimia guna untuk mengidentifikasi dampak
aktivitas manusia terhadap kualitas air tanah. Metoda statistik multivariabel juga
dapat diaplikasikan untuk melacak sumber unsur kimia air tanah sebagaimana
dilakukan oleh Farnham dkk (2003). Seluruh studi diatas menyatakan bahwa
analisis statistik secara signifikan dapat membantu mengelompokkan air tanah
dan mengidentifikasi mekanisme dominan yang mempengaruhi komposisi kimia
air tanah. Kombinasi interpretasi hidrokimia, pemahaman mengenai kondisi
geologi, dan metoda statistik, dapat membantu dalam menganalisis pola aliran air
tanah pada suatu sistem akuifer (Farnham dkk., 2003; Cloutier dkk., 2008) (Tabel
6).
A. Analisis Komponen Utama (AKU)
Analisis Komponen Utama merupakan salah satu teknik klasifikasi data yang
dilakukan secara simultan. Analisis ini dapat mengidentifikasi pola dan struktur
data serta menampilkan perbedaan dan kesamaannya dalam bentuk grafik (Guller
dkk., 2002 dan Davis, 1986). Umumnya, analisis ini sering digunakan dalam ilmu
kebumian untuk mengklasifikasikan data hidrogeokimia (Steinhorst dan Williams,
1985, Schot dan Van der Wal, 1992 dan Guler dkk., 2002). Jumlah komponen
yang dipilih untuk dianalisis ditetapkan tiga komponen, berdasarkan Kaiser
criterion dengan eigenvalue lebih besar dari satu (StatSoft Inc., 2004).
23
pola
dalam
data
(Smith,
2002).
Metoda
ini
akan
24
Tabel 6 Daftar teknik statistik dan grafis yang umum digunakan untuk
mengklasifikasi sampel air (Guller dkk, 2002).
26
dalam membentuk kurva hidrograf. Batuan kedap air yang mengandung sistem
rekahan cenderung menghasilkan bentuk kurva dengan kenaikan dan penurunan
garis yang relatif terjal, karena sifat storativitasnya yang rendah. Sifat itu pula
yang menyebabkan bentuk kurva debitnya responsif terhadap kurva presipitasi.
Sebaliknya, cekungan hidrogeologi dengan dominasi batuan permeabel akan
menghasilkan bentuk naik dan turun yang relatif landai dengan respon yang
lambat terhadap bentuk kurva presipitasi/hujan.
II.6.2 Analisis Respon Debit Mata Air
Proses hidrolika dalam akuifer tercermin dari perulangan titik-titik puncak dan
gradien kurva resesi (recession curve) serta seberapa cepat responnya terhadap
kurva curah hujan (presipitasi) (Gambar 8). Rujukan model umum hidrograf mata
air yang berisi anatomi dari suatu kurva serta proses hidrologi yang
direfleksikannya menggunakan model mata air karst, sebagaimana banyak
ditampilkan di beberapa publikasi. Beberapa hal yang menjadi catatan penulis
untuk menggunakan model umum hidrograf mata air karst sebagai pembanding
adalah:
Penjelasan mengenai anatomi kurva hidrograf mata air pada Gambar 8 untuk
contoh kasus sistem akuifer media rekahan murni dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Terdapat jeda waktu (time lag) sebelum terjadi respon kurva debit mata
air,
Kurva debit yang naik (rising limb), terdiri dari segmen cekung dan
cembung yang dipisahkan oleh titik belok (inflection point). Kedua
segmen mengindikasikan volume simpan (storage) maksimum akuifer.
27
Gambar 8 Model skematik hidrograf mata air di kawasan karst dengan sistem
akuifer media rekahan murni (Kovacs dan Perrochet, 2008)
Pencarian rujukan mengenai analisis hidrograf mata air di kawasan gunung api
telah dilakukan dengan menggunakan alat pencari (search engine) Google,
Scopus, Blackwell Publishing, ScienceDirect, dan Hydrogeology Journal.
Pencarian tersebut menunjukkan bahwa hanya terdapat beberapa peneliti yang
telah menelaah bentuk kurva hidrograf mata air pada endapan gunung api, yaitu
Kim dkk (2007) dengan studi kasus 23 mata air di Pulau Jeju Korea Selatan
(Gambar 9) serta Manga (1999 dan 2001) yang mempelajari hidrograf mata air di
Pegunungan Kaukasus.
28
29
Analisis kuantitatif terhadap hidrograf telah dilakukan oleh Maillet (1905) op.cit
Memon (1995), yang berpendapat bahwa debit mata air merupakan fungsi dari
volume air dalam akuifer (akuifer storage). Hubungan tersebut diterangkan dalam
bentuk persamaan eksponensial sebagai berikut; bila kurva diplot pada kerja
semilog akan membentuk garis lurus dengan kemiringan lereng sebagaimana
dijelaskan pada persamaan 2 dan Gambar 10.
..Persamaan 2
Dengan Qt adalah debit mata air pada waktu t; Qo debit pada to; (t2-t1) adalah beda waktu antara Qt
dan Qo; e basis angka logaritmik; dan adalah koefisien resesi.
Perioda paruh (t0.5) kecil, yaitu waktu yang diperlukan aliran dasar (base
flow) berkurang menjadi separuhnya,
Presipitasi tinggi
Nilai kecil
30
Suatu perhitungan besaran imbuhan (R) berbasis kepada hidrograf debit mata air
telah disampaikan oleh Pacheo dan Alencoao (2005) dengan persamaan sebagai
berikut dan ditampilkan dalam bentuk grafik pada Gambar 10. Selanjutnya bila
besaran R dalam dimensi volume (L3) dibagi dengan curah hujan dalam dimensi
panjang (L) maka didapatkan estimasi luas kawasan imbuhan berdimensi luas
(L2).
Persamaan 3
Gambar 10 Contoh Analisis Besaran Imbuhan (R) berbasis Hidrograf Debit Mata
Air menurut Pacheo dan Alencoao (2005)
II.6.3 Analisis Respon TDS dan Temperatur Air pada Mata Air
Respon TDS terhadap waktu terdiri dari tiga fasa (Desmarais dan Rojstaczer,
2002), yaitu: pengenceran (flushing), pelarutan (dilution), dan pemulihan
(recovery). Fasa pengenceran merupakan respon terhadap imbuhan yang
meningkat di saat musim hujan. Fasa pelarutan ditandai dengan peningkatan nilai
TDS. Fasa ini merupakan respon dari pelarutan intensif saat musim kemarau, pada
saat imbuhan air hujan mencapai titik terendah. Fasa pemulihan dimulai pada saat
nilai TDS mencapai titik terendah, fasa ini merupakan kondisi stagnan sebelum
nilai TDS meningkat pada fasa pelarutan.
31
Observasi temperatur merupakan salah satu metoda yang tidak memerlukan biaya
tinggi untuk mengesktrak properti air tanah. Kombinasi antara temperatur air dan
temperatur udara dapat diinterpretasi untuk mengetahui perilaku air di bawah
permukaan. Salah satu interpretasinya adalah bila bentuk kurva suhu udara dan
suhu air tanah sama, tidak terjadi jeda waktu, maka air tanah diperkirakan berada
pada akuifer tak tertekan yang relatif dangkal. Sementara bila kurva kedua suhu
tersebut menunjukkan jeda waktu, maka diperkirakan air tanah berada pada
akuifer yang relatif lebih dalam. Akuifer ini tidak berinteraksi dengan lingkungan
di permukaan, sehingga suhu air tanah di dalamnya relatif lebih dingin dan stabil
dibanding suhu udara.
32
gunung
api
dapat
dikelompokkan
ke
dalam
fasies,
yaitu
33
Tabel 1 Rangkuman Kondisi Hidrogeologi Gunung Ciremai (Irawan dan Puradimaja, 2006)
Volcanic facies
Symbol
Volcanic core
(3050 mapl-estimated
3100 mapl)
Description
Lithology
Volcanic neck, consists of
andesites to dacite
Slope
10o 20 30
0
45
Zone
-
Spring
Number
0
Q (L/s)
0
Proximal facies
(650 3050 masl)
Proximal 1 facies
(1250 3050 masl)
Pyroclastic
fall
and
pyroclastic flow. Consists of
andesite boulder dan tuff
matrices
Proximal 2 facies
(650 1250 masl)
Distal facies
(100 650 masl)
98
(class 1-3)*
Impermeable
rock,
high
infiltration rate of soil 1.5
cm/min, no other data is
available
of
34
18
1063
(class 1-3)*
Permeable,
secondary
permeability: cooling/sheeting
joint with unsystematic pola,
thick residual soil (2-5 m),
final infiltrasi rate of 0.5 1.2
cm/min
Permeable,
secondary
permeability: fractured with
isolated pattern, thick residual
soil (2-5 m), final infiltration
rate of 1.26 2.53 cm/min
LhB01
LhB02
Lv01
Lv02
PxB
Rata-rata
63.9
63.6
63.8
64.3
64
54.0
Al2O3
19.7
19.9
19.3
18.9
20
19.5
Fe2O3
3.9
5.1
3.8
4.3
4.4
FeO
4.7
4.6
3.4
4.8
4.3
CaO
7.9
6.8
6.9
7.6
6.9
7.2
MgO
3.9
4.2
3.5
3.4
3.6
3.7
Na2O
3.1
3.7
3.3
3.2
K2O
0.9
1.1
1.1
1.4
1.1
PxB
L h B 02
Lv01
Kalk alkali
Lv02
L hB 01
PxB
PxB
LhB02
Lv01
LhB01
Lv02
Lv02 LhB01
Gambar 11 Grafik Klasifikasi Batuan Gunung Api (Le Bas and Streckeisen, 1991;
Pusat Survey Geologi, 2007)
35
36
37
10
315
45
8
6
4
2
270
10
10
90
2
4
6
8
225
135
10
180
Selanjutnya juga didapatkan bahwa jumlah mata air berkurang secara logaritmik
menjauhi kelurusan. Sebagian besar mata air berada pada jarak 400 m dari
kelurusan (Gambar 14). Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa kelurusan pada
batuan lava umumnya berkorelasi dengan kemunculan mata air di dekatnya, yaitu
pada jarak mendekati 0 m dan 400 800 m. Selanjutnya kelurusan pada lahar
memiliki jarak terdekat dengan mata air berkisar antara 0 m hingga 2800 m , serta
kelurusan pada piroklastik yang berjarak 200 m hingga 1000 m dari mata air.
38
14
12
Loc Scale N
414,3 410,7 58
387,3 293,8 45
10
418,8 347,2
Frequency
Frekuensi
LITH
Laharic breccia
Lava
Pyroclastic breccia
8
6
4
2
0
400
800
1200
1600
2000
2400
2800
Bila dibandingkan antara debit mata air dengan jaraknya dengan kelurusan,
didapatkan populasi paling tinggi pada jarak 0 1000 m dengan debit berkisar
antara 5 hingga 40 L/d, sebagaimana disampaikan pada Gambar 15. Jumlah mata
air kemudian umumnya mengecil sejalan dengan jarak yang semakin jauh dari
kelurusan. Namun demikian juga terdapat mata air yang memiliki debit 20 30
L/d yang muncul pada jarak 2500 3000 m dari kelurusan.
Selanjutnya analisis densitas kelurusan (lineament density) telah juga dilakukan
dengan output berupa peta densitas kelurusan (Gambar 16). Pada gambar terdapat
12 buah lingkaran (garis sambung) dengan diameter enam km yang
memperlihatkan kemungkinan adanya relasi antara debit mata air dengan densitas
kelurusan. Sebaliknya terdapat lima buah lingkaran (garis putus-putus) yang
diduga memperlihatkan korelasi yang lebih lemah antara kedua parameter
tersebut.
39
Distance
lineaments
(m) (m)
Jarak mataform
air dari
kelurusan dalam
3000
2750
2500
2250
2000
1750
1500
1250
1000
750
500
400
300
250
0
10
20
30
Debit mata
air (Q) dalam
(L/d)
Spring
discharge
Q (L/s)
40
Gambar 15 Plot antara debit mata air (Q dalam L/d) dengan jaraknya terhadap
kelurusan (dalam m).
40
Densitas kelurusan
25 50 L/d
10 25 L/d
0 10 L/d
41
Impermeable
pyroclastic flow
Impermeable
pyroclastic flow
Gambar 17 Sketsa Profil Rekahan pada Aliran Lava dan Lahar (Irawan and
Puradimaja, 2006).
42
Batuan
penyusun
akuifer
Lava
Lava
Lava
Lava
Lava
Lava
Lava
Lava
Lava
Lava
piroklastik
piroklastik
piroklastik
piroklastik
piroklastik
piroklastik
piroklastik
piroklastik
piroklastik
piroklastik
lahar
lahar
lahar
lahar
lahar
lahar
lahar
lahar
lahar
lahar
k
(cm/menit)
1,29
0,60
0,87
0,80
0,90
0,70
0,70
0,60
0,70
0,70
1,55
1,54
1,53
1,50
1,52
1,55
1,47
1,48
1,50
1,50
2,53
1,10
1,20
0,90
1,70
1,79
1,58
1,26
1,79
1,56
Elevasi
(mapl)
573,00
573,00
577,00
667,00
577,00
310,00
508,00
650,00
517,00
486,00
1165,00
466,00
530,00
815,00
770,00
629,00
748,00
1270,00
687,00
797,00
135,00
544,00
568,00
367,00
453,00
347,00
185,00
542,00
483,00
119,00
Lahar
LhB
LavaLv
Piroklastik
PxB
0,50
0,75
1,00
1,25
k
(cm/min)
k (cm/menit)
1,50
1,75
2,00
43
1400
Lithology
LhB
Lv
PxB
1200
Piroklastik
Ketinggian (mdpl)
1000
800
Lava
600
400
Lahar
200
0
0,5
1,0
1,5
k (cm/min)
2,0
2,5
44
Stasiun Waduk Darma. Pada tahun 2007, sebanyak 1700 mm tercatat di Stasiun
Waduk Darma dan 2700 mm tercatat di Stasiun Ciwaru.
Tabel 4 Data Curah Hujan dari 13 stasiun 2006 dan 2007 dalam mm (Badan
Meteorologi dan Geofisika, 2008)
2006
STATIONS
Mandirancan
Ciniru
Cihirup
Linggarjati
Klapa Gunung
Kuningan
Susukan
Garawangi
Ciawi Gebang
Ciwaru
Waduk Darma
Total
Average
Max
Min
2006
STATIONS
Mandirancan
Ciniru
Cihirup
Linggarjati
Klapa Gunung
Kuningan
Susukan
Garawangi
Ciawi Gebang
Ciwaru
Waduk Darma
Total
Average
Max
Min
2007
STATIONS
Mandirancan
Ciniru
Cihirup
Linggarjati
Klapa Gunung
Kuningan
Susukan
Garawangi
Ciawi Gebang
Ciwaru
Waduk Darma
Total
Average
Max
Min
JAN
780
458
537
623
531
446
369
417
396
375
580
5,512
501
780
369
PEB
679
500
340
639
516
479
313
203
333
260
553
4,815
438
679
203
AGS
-
JAN
498
282
240
387
276
260
117
178
282
237
242
2,999
273
498
117
MAR
303
249
216
358
178
186
111
133
194
263
205
2,396
218
358
111
SEP
-
PEB
680
239
255
354
160
261
152
277
273
510
410
3,571
325
680
152
MAR
633
333
280
506
287
341
249
254
256
462
410
4,011
365
633
249
APR
239
184
215
463
254
304
242
275
197
393
327
3,093
281
463
184
OKT
-
APR
622
331
410
378
336
412
299
358
450
309
368
4,273
388
622
299
45
MEI
297
324
137
427
412
179
92
134
181
229
99
2,511
228
427
92
NOP
28
78
191
53
143
137
72
82
127
75
85
1,071
97
191
28
MEI
139
153
136
150
168
173
135
151
204
278
99
1,786
162
278
99
JUN
JUL
46
290
299
76
271
250
270
302
382
2,186
199
382
-
DES
242
209
173
344
194
298
65
133
194
720
421
2,993
272
720
65
JUN
111
105
96
125
91
75
42
51
73
92
96
957
87
125
42
JUL
25
4
1
60
30
2
122
11
60
-
5
5
4
11
5
5
35
3
11
-
TOTAL
2,619
2,292
2,113
2,987
2,239
2,029
1,535
1,627
1,897
2,622
2,652
24,612
2,237
2,987
1,535
TOTAL
2,708
1,447
1,417
1,900
1,318
1,522
995
1,269
1,598
1,918
1,627
17,719
1,611
2,708
995
800
800
700
800
700
600
Mandirancan
500
800
Susukan
600
500
400
400
300
300
200
200
100
JAN
PEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
OKT
NOP
DES
100
800
JAN
PEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
OKT
NOP
DES
800
700
Cihirup
700
600
Linggarjati
600
800
800
500
500
400
400
300
300
200
200
100
JAN
PEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
OKT
NOP
100
DES
JAN
PEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
OKT
NOP
DES
800
800
700
700
Kalapagunung
600
800
600
Ciawigebang
500
500
400
400
300
300
200
200
100
100
JAN
PEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
OKT
NOP
DES
JAN
PEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
OKT
NOP
DES
800
800
700
800
700
800
Darma
600
600
Garawangi
500
500
400
400
300
300
200
200
100
100
JAN
PEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
OKT
JAN
PEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
OKT
NOP
DES
800
800
700
700
800
600
600
Ciniru
700
800
500
600
Kuningan
500
Ciwaru
500
400
400
300
300
400
200
200
300
100
100
200
JAN
100
PEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
OKT
NOP
DES
0
ELEV.
JAN
PEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
JAN
PEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
OKT
NOP
DES
Gambar 20 Peta Stasiun Penakar Hujan dan Data Pengukuran Rata-Rata Bulanan
pada Jan Des 2006. Peta memperlihatkan stasiun yang ada (titik
hitam) dan stasiun yang tersedia datanya (lingkaran merah) (Badan
Meteorologi dan Geofisika, 2008)
46
OKT
NOP
DES
NOP
DES
600
Presipitasi
2007 2006
Precipitation 2007 tahun Precipitation
500
400
mm
300
200
100
JAN
PEB
MAR
APR
MAY
JUN
JUL
AUG
SEP
OCT
NOV
DEC
3,500
Curah hujan
700
3,000
Elevasi
600
2,500
2,000
400
1,500
300
1,000
200
500
100
Ciwaru
Ciawi Gebang
Ciniru
Garawangi
Cihirup
Mandirancan
Precipitation
Susukan
Linggarjati
Kuningan
Elevation
47
Elevasi (mapl)
500
3,000
800
Curah hujan
700
2,500
Elevasi
2,000
500
1,500
400
300
1,000
200
500
100
0
Ciwaru
Ciawi Gebang
Ciniru
Garawangi
Cihirup
Mandirancan
Precipitation
Susukan
Linggarjati
Kuningan
Elevation
48
Elevasi (mapl)
600
32
16
0
1200
243
1100
1000
900
80 0
700
600
500
E
L
V
400
300
288
4
286
14
24
3
2
235
293
279
269 234
231
233
25
232
2058 230
282
296
29218
291
295
347
289
23
346 290
317
326
344
298345
297
341
339
72338
324
340
62 349 350336
329
342
82
328
335
337
351
200
271
352
100
Q
30
31
34
33
40
42
50
51
52
66
75
76
94
15
14
20
22
23
27
10
11
1114
14
15
16
17
17
18
19
20 25
25
2529
29
12 10
124059 36
78407
8774 148 07
.3
4042
07
53
7Q
S i
16
10
52
di h
(L/ )
Gambar 24 Histogram Pemunculan Mata Air dan Zonasi Debitnya (Irawan dan
Puradimaja, 2006).
Bapeda Kab. Kuningan (2002) telah memetakan 161 titik mata air dengan debit
bervariasi Hasilnya adalah lima kelas mata air berdasarkan debitnya sesuai
klasifikasi oleh Meinzer (1923) op.cit Todd (1980):
Survei mata air oleh peneliti dilaksanakan pada perioda Mei 2006 hingga Juni
2007, umumnya pada musim kemarau. Sebanyak 140 mata air telah diobservasi,
terdiri dari 120 mata air dari lereng timur dan 20 mata air dari lereng barat (Tabel
5). Pada setiap mata air, pengukuran yang dilakukan meliputi tujuh parameter:
koordinat (x, y, z), debit (Q) in L/s, Total Padatan Terlarut (Total Dissolved
Solids) (TDS) dalam ppm, Daya Hantar Listrik (Electric Conductivity) (DHL)
dalam S/cm, keasaman (pH), suhu mata air (Ta) dan suhu udara (Tu) dalam oC.
49
No
1
2
3
4
Jumlah
140
Mata air mulai muncul pada elevasi 100 mapl hingga 1200 mapl, berdasarkan
observasi terhadap 140 mata air dan elevasi rata-ratanya adalah 512.9 mapl.
Namun jumlah pemunculan mata air tertinggi didapatkan pada elevasi 250 mapl
dengan 25 mata air. Jumlah mata air kemudian berkurang mengikuti elevasi yang
semakin tinggi (Gambar 25).
25
Mean 512,9
StDev 258,5
N
140
Frekuensi
Frequency
20
15
10
200
400
600
800
1000
1200
ELV
Elevasi
(mapl)
Gambar 26 di bawah ini, memperlihatkan bahwa mata air pada batuan piroklastik
terletak pada daerah yang tinggi, dari elevasi 675 hingga lebih dari 1000 mapl.
Pada elevasi lebih rendah, 575 700 mapl, terdapat mata air pada batuan lava. Di
bawahnya, terdapat mata air yang keluar pada batuan lahar pada 320 400 mapl.
Selanjutnya mata air yang muncul dari Formasi Kaliwangu pada elevasi lebih
rendah dari 280 mapl.
50
Elevasi (mapl)
16
mata air
52
mata air
72
mata air
Elevasi (mapl)
Lahar
Lava
Piroklastik
Gambar 26 Plot Interval Elevasi Mata Air Berdasarkan Jenis Batuan Penyusun
Akuifernya
51
0-200
Elevasi (mapl)
200-400
Elevation
400
- 600
400-600
600-800
800-1000
1000-1200
1200-1400
0
10
15
20
25
30
Number of spring
Gambar 27 Perbandingan Jumlah dan Distribusi Mata Air Antara Lereng Barat
(warna hitam) dan Lereng Timur (warna putih) Berdasarkan Elevasi.
Lebih
lanjut,
penampang
geologi
berarah
utara-selatan
(Gambar
28)
Lereng timur memperlihatkan lereng yang landai dengan sudut 2o, 10o, 33o, dan
48o. Pada penampang ini, endapan piroklastik terdapat di elevasi 17503000 mapl
dan lahar di 2001750 mapl.
Piroklastik fall
oo
42
Lahar
10
15
30
+
+
+
+
+
Piroklastik fall
+
+
+
+
+
?
35 o
+
+
Lava flow
+
+
+
? +
Lava flow
10
U
pyroclastic fall
pyroclastic fall
oo
48
Piroklastik flow
10
oo
+
+ +
+ +
+ +
++
++
?
35
20
33
10
W
B
TE
Sebanyak 140 mata air telah diamati geometrinya di lapangan. Beberapa mata air
terlihat dengan baik geometrinya, namun terdapat mata air yang sulit diamati
geometrinya. Kesulitan umumnya karena tanah pelapukan yang tebal, vegetasi
yang lebat, dan badan air yang telah menutupi outlet mata air. Namun demikian
dari hasil interpretasi, peneliti mengajukan dua tipe mata air yang dominan
sebagai berikut (selengkapnya pada Lampiran 1).
III.3.1 Mata Air Depresi
Mata air depresi terbentuk karena muka air tanah terpotong oleh topografi. Jenis
ini merupakan jenis yang umum muncul di lapangan. Kemunculannya ke
permukaan dikendalikan oleh distribusi dan ketebalan tanah pelapukan. Beberapa
contoh mata air depresi disajikan pada Gambar 29 yaitu Cibulan Kec. Cilimus,
Telaga Remis, dan Ciuyah Kec. Ciniru.
53
?
Tampak depan
?
Tampak samping
(A)
?
?
Tampak depan
?
?
Tampak samping
(B)
54
5m
?
Tampak depan
(A)
Tampak samping
5m
?
Tampak depan
(B)
Tampak samping
8m
(C)
Tampak depan
Tampak samping
?
7,5 m
Tampak depan
Tampak samping
(D)
2m
5m
Tampak depan
?
Tampak samping
(E)
55
Tampak depan
Tampak samping
(F)
Gambar 30 Skema Interpretasi Mata Air Depresi: a) Bandorasa Cigandamekar, b)
Cibulakan Kec. Cigugur, c) Palutungan Kec. Cigugur, d) Cibitung
Kec. Darma, e) Citutupan Majalengka, f) Cileles Majalengka
Debit mata air diukur pada 140 lokasi mata air dengan menggunakan stopwatch
dan wadah ukur untuk mata air berdebit lebih kecil dari 10 L/det dan metoda
stream channeling untuk mata air dengan debit lebih besar dari 10 L/det. Peneliti
mengalami kendala dalam mengukur debit karena besarnya debit dan banyanya
keluaran (outlet) yang ada. Pada Gambar 31 dapat dilihat bahwa debit berkisar
antara 5 L/det hingga 30 L/det. Terdapat debit mata air yang lebih dari 30 L/det.
Lahar memiliki rata-rata debit lebih besar, yang kedua adalah lava, dan yg relatif
kurang produktif adalah piroklastik dan Formasi Kaliwangu (Gambar 31 dan
Gambar 32).
18
Mean
StDev
N
16
Frequency
Frekuensi
14
12
10
8
6
4
2
0
12
18
24
30
56
36
16.48
8.367
140
Elevasi (mapl)
16
mata air
52
mata air
72
mata air
Lahar
Lava
Piroklastik
57
58
Air tanah tipe mesotermal dan hipotermal umumnya dikonsumsi oleh masyarakat
karena komposisi kimianya yang netral dan aman bagi tubuh manusia. Air jenis
hipertermal atau umum disebut air panas akan mengandung mineral yang lebih
tinggi dibanding dua jenis air lainnya. Kandungan mineral yang tinggi disebabkan
suhunya yang panas memudahkan mineral pada batuan untuk larut di dalamnya.
59
5
7
7
143
75050
7
0
800
0
8
6
650
5
123
800
80
253
243
B
5
7
2
725
0
0
700
7
575
5
7675
6
0
500
0
0
750
5
153
0 26
650
5
6
0
700
7
0
0
6
5
625
650
6
0
500
5
163
2
525
5
0 0
550
5
60075
5 06
173
0
5
550
5
Lava
Breccias
lahar
0
500 m
0
70
Topografic contour
Cibulan well
0
70
Isopotentiometric contour
Groundwater flow
direction
B
?
Impermeable layer
Gambar 33 Pola Aliran Air Tanah di Gunung Ciremai (Irawan dan Puradimaja,
2006)
60
Lokasi
kolam
Pond
location
510 m0
1
5
505 5
m
0
5
0495 m 490 m
0
lp
d
0 5
m
5
0
0
5
500
4m
Well location
Lokasi
sumur
5m
Isopotentiometric
contours
Topograpical
contours
Piezometric line
T
510
Impermeable
layer
Lapisan
impermeabel
505
500
495
Lapisan
akifer
Aquifer
layer
Aliran airtanah
Groundwater
flow
Well
location
Lokas
i s umur
Gambar 34 Pola Aliran Air Tanah pada Contoh Kasus Mata Air Cibulan (Irawan
and Puradimaja, 2006)
61
Air tanah muncul ke permukaan dalam bentuk mata air dengan demikian, mata air
merupakan sarana untuk mengidentifikasi apa yang terjadi pada sistem air tanah
(Zhang dkk, 1996). Informasi penting mengenai akuifer yang disampaikan pada
bab ini berdasarkan analisis terhadap data kualitas mata air yang disajikan pada
Lampiran 1.
IV.1 Sifat Fisik
IV.1.1 Temperatur
Rata-rata temperatur air tanah adalah 25,48oC, dengan kisaran temperatur yang
paling sering muncul adalah 22,5 hingga 25oC sebagaimana diperlihatkan pada
histogram Gambar 35. Temperatur air tanah, khususnya dalam akuifer tak
tertekan, dipengaruhi temperatur udara. Perbedaan yang relatif kecil di antara
kedua temperatur tersebut diduga merupakan indikasi akuifer tak tertekan,
sedangkan perbedaan yang besar mengindikasikan adanya aliran air tanah yang
lebih dalam. Namun demikian batasannya belum dapat ditentukan. Penetapan
kategori air mesotermal (kisaran suhu air tanah mirip dengan suhu udara),
hipotermal (kisaran suhu air tanah lebih rendah dibandingkan suhu udara), dan
hipertermal (kisaran suhu air tanah lebih tinggi dibandingkan suhu udara).
62
LhB
40
30
Frequency
Frekuensi
20
10
40
Lv
PxB
30
20
Klw
Mean 34.18
StDev 3.882
N
5
LhB
Mean 26.37
StDev 4.709
N
67
Lv
Mean 24.17
StDev 1.433
N
52
PxB
Mean 23.32
StDev 1.946
N
16
10
0
15.0 22.5 30.0 37.5 45.0 52.5 60.0
WT
63
00
30
Klw
0
60
00
90
LhB
0
0
0
0
00 500 800 100
2
1
1
12
600
450
Frequency
Frekuensi
300
150
Lv
600
PxB
Klw
Mean 9800
StDev 4919
N
5
LhB
Mean 185.2
StDev 292.4
N
67
Lv
Mean 84.20
StDev 37.14
N
52
450
300
150
PxB
Mean 73.16
StDev 36.94
N
16
0
0
00
30
00
60
00
00
00
00
00
90 120 150 180 210
TDS (ppm)
TDS
Gambar 36 Histogram nilai Total Padatan Terlarut (TDS) pada sistem akuifer
endapan gunung api lahar (LhB), piroklastik (PxB), dan lava (Lv),
serta batuan sedimen Fm. Kaliwangu (Klw) sebagai pembanding.
Dari gambar tersebut, dapat dilihat bahwa air tanah di lahar, dan piroklastik. Bila
dikaitkan dengan elevasi mata air, maka semakin rendah elevasi mata air akan
semakin besar pula TDS nya.
IV.1.3 pH
Pengukuran pH merupakan bagian penting dalam menggali informasi mengenai
air tanah. Umumnya nilai pH bervariasi dari 6 hingga 8,5. Namun pH lebih kecil
dari 6 sangat umum dijumpai pada air hipertermal (air panas). Nilai pH lebih
besar dari 9 adalah anomali, namun menurut Hem (1980), air dengan pH 11,6 dan
12,0 dijumpai di AS sebagai hasil reaksi antara air meteorik dengan batuan
ultrabasa, misalnya serpentinit.
Hasil pengukuran pH di daerah penelitian menghasilkan kisaran 6-9 dengan ratarata 7,1 (Gambar 37). Nilai yang sering muncul adalah 7 sampai 7.2. Pada gambar
tersebut terlihat bahwa air tanah pada Formasi Kaliwangu memiliki pH paling
rendah, yaitu 6,7. Air tanah pada
64
6.0
Klw
6.6
7.2
7.8
8.4
9.0
LhB
16
12
Frequency
Frekuensi
8
4
Lv
16
PxB
LhB
Mean
7.264
StDev 0.6590
N
67
Lv
Mean
StDev
N
12
8
7.065
0.4350
52
PxB
Mean
7.301
StDev 0.6075
N
16
4
0
Klw
Mean
7.04
StDev 0.2302
N
5
6.0
6.6
7.2
7.8
8.4
9.0
pH
65
No
1
2
Kandungan kalsium dalam air tanah rata-rata adalah 0,96 meq/L, dengan kisaran
dari 0,2 hingga 1,8 meq/L, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 38. Plot
interval of kalsium berdasarkan jenis batuan memperlihatkan Formasi Kaliwangu
has the moderate kalsium, 1,2 meq/L, lahar antara 1 1,8 meq/L, lava kisarannya
0,3 hingga 0,82 meq/L, dan piroklastik berkisar antara 0,46 1,58 meq/L.
-0.0
Klw
0.6
1.2
1.8
2.4
3.0
LhB
20
15
Frequency
Frekuensi
10
5
Lv
PxB
20
LhB
Mean
1.134
StDev 0.5876
N
67
Lv
Mean
StDev
N
15
10
0.9126
0.3564
52
PxB
Mean
1.076
StDev 0.3773
N
16
5
0
Klw
Mean
1.968
StDev 0.5442
N
5
-0.0
0.6
1.2
1.8
2.4
3.0
Ca Ca2+ (meq/L)
Secara umum, unsur Ca dari air hangat sampai dengan air panas memiliki
konsentrasi lebih besar dari 1,2 ppm. Ca diduga banyak berasal dari batuan
sedimen Formasi Kaliwangu.
66
No
1
2
Komposisi magnesium pada contoh air tanah di daerah kajian berkisar dari 0,1
hingga lebih dari 3 meq/L dengan rata-rata 0,66 meq/L (Gambar 39). Beberapa
mata air mengandung magnesium lebih dari 1,8 meq/L. Kandungan magnesium
pada air tanah yang bersirkulasi pada lahar 0,65 0,98 meq/L, pada lava dari
0,44 hingga 0,55 meq/L, sementara pada piroklastik dari 0,38 sampai 0,77 meq/L.
Data-data tersebut memiliki komunalitas 95%. Mata air mata air dengan
kandungan magnesium lebih dari 1,8 meq/L ditetapkan sebagai anomali.
Seluruhnya muncul pada batuan lahar.
Secara alamiah pada suhu normal, kandungan magnesium dominan berasal dari
batuan gunung api yang berkomposisi dari basaltik hingga andesitik. Namun pada
kondisi suhu hangat sampai dengan panas, kandungan magnesium dapat berasal
dari pertukaran ion dengan ion kalsium yang berasal dari batuan sedimen.
67
LhB
20
15
Frequency
Frekuensi
10
5
Lv
20
PxB
LhB
Mean 0.7938
StDev 0.6766
N
67
Mean
StDev
N
15
10
Lv
0.4885
0.2132
52
PxB
Mean 0.5718
StDev 0.3593
N
16
5
0
Klw
Mean
0.92
StDev 0.2049
N
5
2+
MgMg
(meq/L)
Tabel berikut ini memperlihatkan perbandingan antara komposisi natrium pada air
tanah dan batuan. Rata-rata kandungan natrium pada batuan dalam bentuk Na2O
adalah 3,2%, sedangkan natrium yang larut dalam air tanah rata-ratanya 0,62
meq/L dengan kisaran antara 0,04 hingga lebih dari 4,5 meq/L (lihat juga Gambar
40).
68
Kisaran
3-3,7
0,04-4,64
Klw
LhB
40
30
Frequency
Frekuensi
20
10
Lv
PxB
LhB
Mean 0.6185
StDev 0.6155
N
67
Lv
Mean
StDev
N
40
30
0.4524
0.1162
52
PxB
Mean 0.5099
StDev 0.4272
N
16
20
10
0
Klw
Mean
2.696
StDev 0.3988
N
5
Na
Na+ (meq/L)
69
batuan kaya silikat, dalam bentuk mineral felspar ortoklas dan mikroklin
(KAlSi3O8), mineral mika dan leusit felspatoid (KAlSi2O6).
mineral felspar dan partikel mika yang menjadi semen atau mineral illit
serta mineral lempung lainnya.
Menurut Hem (1980), dalam air meteorik konsentrasi kalium umumnya atau
1/10 konsentrasi natrium. Atau dalam bentuk lain, rasio Na/K adalah 2 hingga 10.
Konsentrasi kalium lebih dari belasan mg/L umumnya ada pada air hipertermal.
Tabel berikut ini memperlihatkan perbandingan komposisi natrium pada air tanah
dan batuan.
No
1
2
Konstrasi kalium rata-rata pada contoh air tanah di daerah studi adalah 0,33
meq/L, dengan kisaran dari 0,02 hingga 3 meq/L (Gambar 41). Jumlah tertinggi
adalah contoh dengan konsentrasi kalium antara 0,2 sampai 0,3 meq/L. Plot
interval kalium memperlihatkan rata-rata pada Formasi Kaliwangu sebesar 2,4
meq/L, lahar sebesar 0,5 meq/L, lava sebesar 0,1 meq/L, dan piroklastik sebesar
0,3 meq/L.
70
-0.8
0.0
Klw
0.8
1.6
2.4
3.2
4.0
LhB
30
Frequency
Frekuensi
20
10
Lv
PxB
LhB
Mean 0.2767
StDev 0.4853
N
67
Mean
StDev
N
30
20
Lv
0.1331
0.1436
52
PxB
Mean 0.2364
StDev 0.3624
N
16
10
0
Klw
Mean
2.99
StDev 0.5941
N
5
-0.8
0.0
0.8
1.6
2.4
3.2
4.0
K+ (meq/L)
71
yaitu 3,5 meq/L, lahar sebesar 0,6 meq/L, lava dan piroklastik sebesar masingmasing 0,3 meq/L.
Menurut Hem (1980), kandungan ion klorida yang tinggi pada mata air panas
yang muncul pada batuan gunung api berasal dari reservoir panas bumi. Bila mata
air panas muncul pada batuan sedimen, ion ini berasal dari pelarutan batuan
sedimen yang mengandung NaCl. Umumnya konsentrasi ion Cl yang relatif
tinggi, lebih dari 1000 ppm, berada pada topografi relatif rendah pada suatu tubuh
gunung api. Hal ini karena pada semakin rendah pemunculan mata air, maka
semakin lama waktu sirkulasi air tanah di dalam akuifer serta jarak antara daerah
imbuhan air dengan daerah keluaran (zona mata air) relatif lebih jauh.
0
Klw
LhB
60
45
Frekuensi
Frequency
30
15
Lv
60
PxB
LhB
Mean 0.2799
StDev 0.2456
N
67
Lv
Mean
StDev
N
45
30
0.2072
0.08773
52
PxB
Mean 0.2396
StDev 0.1461
N
16
15
0
Klw
Mean
4.46
StDev 0.5595
N
5
Cl
Cl- (meq/L)
Gambar 42 Histogram Komposisi Cl- dalam meq/L pada Sistem Akuifer Fm.
Kaliwangu (Klw), Lahar (LhB), Piroklastik (PxB), dan Lava (lv).
72
Kandungan SO4 yang tinggi terdapat pada air panas sebagaimana disajikan dalam
lampiran 1.
Rata-rata sulfat dalam contoh yang diuji adalah 0,28 meq/L, dengan kisaran dari
0,1 sampai 1,2 meq/L (Gambar 43). Contoh air tanah pada lahar sebesar 0,35
meq/L, lava sebesar 0,2 meq/L, dan
0.0
Klw
0.8
1.6
2.4
3.2
4.0
LhB
40
30
Frequency
Frekuensi
20
10
Lv
PxB
LhB
Mean 0.3509
StDev 0.5370
N
67
Lv
Mean
StDev
N
40
30
0.1916
0.08991
52
PxB
Mean 0.2670
StDev 0.2330
N
16
20
10
0
Klw
Mean
1.286
StDev 0.1999
N
5
-0.8
0.0
0.8
1.6
2.4
3.2
4.0
SO4SO
2-
(meq/L)
Gambar 43 Histogram Komposisi SO42- dalam meq/L pada Sistem Akuifer Fm.
Kaliwangu (Klw), Lahar (LhB), Piroklastik (PxB), dan Lava (lv).
73
Klw
LhB
30
Frequency
Frekuensi
20
10
Lv
PxB
30
LhB
Mean 2.184
StDev 1.022
N
67
Lv
Mean
StDev
N
20
1.646
0.3324
52
PxB
Mean 1.907
StDev 1.236
N
16
10
0
Klw
Mean
2.44
StDev 0.2074
N
5
-1
HCO3
HCO3- (meq/L)
74
Fasies A: Bikarbonat
Fasies B:
o Sub fasies B1: Kalsium bikarbonat
o Sub fasies B2: Magnesium - bikarbonat
Kimia air tanah berubah dari fasies bikarbonat (Fasies A) menjadi tiga sub fasies
dengan proses sebagai berikut (diurutkan dari elevasi tinggi ke rendah):
75
80
60
pe
Ch
lor
id
lo
40
20
40
20
(HC
O3
)
40
na
te
60
Bic
ar b
o
on
ate
(C O
3)
+
6
80
Do
w
nsl op
35
70
130
9571
104
26
9105
112
65
39
19
111
69 87245 83 38
93
244
34
41
129
13
236
224
223
75
244
48
132
11
243
807
15
47
131
101
85
79
221
84
37
237
18
73
78
77
52
110831
56
29
134
227
239
246
24
49
109
86
240
64
66
10
110
54
32
61
53
241
36
235
128
27
4
63
222
25
242
133
91
43
92
97
98
90
103
102
247
33
46
12
99
60
30
6
58
225
68
42
55
107
45
74
28
50
17
67
57
21
376
94
72
81
100
89
51
238
220
96
23
40
5106
88
14
20882
16
59
226
2262
Na+K
HCO3 +CO 3
%meq/l
20
40
1,2
60
20
80
Ca
rb
e
lop
ns
wn
s
Su
lf
20
80
(M
g)
60
Do
D ow
40
Ma
gn
es
40
ium
)
O4
(S
80
60
80
( K)
mdpl
60
20
CAT I O N S
um
40
te
lfa
Su
60
60
Calcium (Ca)
SO
4
80
ss i
o ta
+P
40
5112
339
58
65
50
88
74
40
87
882
78
57
46
107
245
67
108
332761
63
89
130
32
4103
133
52
27
102
220
24
105
14
28
109
110
66
111
64
17
42
15 9226
70
71
20
12
10
96
68
34
95
16
91
225
99128
60
62
8173 227
18
77
23
47
83
101
75
3779
44
55 49
97
238
30
6972 45 21
36
240
221
23619
84
43
85 8648
134
235
80
98 94
90
29
56
41
93
242
241
239
247243237
244
20
a)
(N
51 246
53
54223
222
132
mapl 76
1131
13
224
104
635
129
11
92
25 26
31
80
84
85 48
56
86
29
40
20
m
diu
So
20
243
130
80 39 71
317 105
95
93
2
244111
75
245
13 83 19
247 223
87
147
224
69
129
11
76
68
221
34
25
54
241 131
132
108
9
98
53
46
41
242
225
52
99
240
66
239
51
55
222
64
134
109
235
10 10144
246
18
237
133
92
100
30
633
60
77
106
57
3
103
24
78
50
238
27
110
90
58
61
128
22 107
59
4937
67
28
42
102
72
74
79
15
32
94
17
91
40
73
63
845
36
236
43
4 12
5220
8882
89
16
23
21
97
20
81
96
14
62 227
226
100
Ca
3570
26
104
65
112
g)
(M
20
59
22
106
iu m
es
gn
Ma
40
ate
(S
O4
)+
60
Mg
+
a)
(C
e(
Cl)
80
lciu
Ca
1,2
Panah
menunjukkan
arah aliran air
tanah
80
Chloride (Cl)
Cl
ANIONS
G. Ciremai
2500
Ion netral
Non dom.ions
2000
Nonnetral-HCO
dom.cat-HCO3
Kation
3
1500
1000
Ca-HCO3
Ca-HCO3
Ca-HCO3
Mg-HCO3
Ca-HCO3
500
km
10
15
20
Na-K-Cl
DEI,2009
30
27
Gambar 45 Plot Piper Contoh Air Tanah dan Rekonstruksi Proses Perubahan Sifat
Kimia Airnya
76
Q
1
-0,3
-0,3
0,0
-0,1
0,3
-0,2
-0,3
-0,1
0,1
-0,3
0,0
-0,2
TDS
1
1
0,1
0,5
0,5
0,7
0,9
0,4
0,2
0,9
0,2
0,7
EC
1
0,1
0,5
0,5
0,7
0,9
0,4
0,2
0,9
0,2
0,7
pH
1
0,2
0,1
0,2
0,0
0,0
0,1
0,1
0,1
0,1
WT
AT
Na
Ca Mg
1
0,3
0,4
0,2
0,3
0,4
0,3
0,3
1
0,7
0,3
0,1
0,8
0,4
0,8
1
0,4
0,1
0,9
0,3
0,7
1
0,2
1
0,4 0,1
1
0,5 0,7 0,1
0,4 0,1 0,8
1
0,6
0,3
0,4
0,2
0,1
0,4
0,1
0,3
Cl
HCO3
SO4
1
0,1
Ket: Elv (elevasi), Q (debit), TDS (Total Dissolved Solids), EC (ElectroConductivity) atau DHL, WT (Water temperatur), AT (Air temperatur)
IV.3.1 Temperatur vs Elevasi
Distribusi elevasi dan temperatur memperlihatkan diferensiasi karakter mata air.
Dari gambar berikut ini dapat diketahui gradien temperatur lingkungan Gunung
Ciremai mengikuti persamaan berikut ini:
Elv = 2441 67.98 AT .Persamaan 4
Notasi Elv menunjukkan elevasi dan AT menunjukkan temperatur udara.
77
1500
ELV
1000
Elevasi 500
(mapl)
Hyperthermal
0
Hypothermal
-500
20
30
40
50
60
Temperatur (oC)
Gambar 46 Plot Antara Elevasi dengan Temperatur Udara Diandai Titik Hitam,
dan Temperatur Air Ditandai Titik Merah.
78
K
29
85
84
56
84
Mata air
panas
48
67
76
65
TDS
TDS (ppm)
Mata air
normal
67
65
38
76
70 64
105
225
130
53
26
92
88
238
68
100
40
43
93
94
221
78
5
54
241
227
10
90
107
87
34
61
21
66
38
49
237
99
111
30
39
33
73
41
37
13
75
98
6
222
223
89
4
109
7
28
57
82
31
63
21
8
52 245
18
16
47
24
3
108
112
25
32
20
79
132
46
17
74
45
242
103
91
224
110
23
60
128
11
129
51
50
22
15
133
12
235
95
36
59
69
42
27
35
247
243
244
240
102
101
104
55
58
83
131
72
71
134
246
239
80
77
236
19
220
226
14
62
449
81
96
97
2
SO4
Cl
2000
8586 562984
Mata air
normal
106
Mata air
normal
67
0,0
76
26
19
84
85
48
65
70
64
225
9253 68
88238
43
40
94
100
78
5444
93
562
226
107
220111
221
49
21
90
66
10
87 7 75
61
99
227
241
41
33
30
1334
14
73
37
237
8
31
17
46
18
82
81
57
197
52
2
89
4
28
6
109
63
222
98
223
79
45
32
25
16
20
3
74
24
108
47
132
112 39
96
245
51
12
50
91
22
60
15
23
103
110
128
133
11
129
242
224
42
36
55
27
72
59
235
236
244
24069
77
83
58
134
102
101
13180
247
243
246
239
38
1,2
500
67
76
65
64
70
53
130
225
92 68 105
88
43
238
40
94
100
78
54
5
93
220
221
107
226
49
21
34
87
90
61
66
241
10
227
99
41
30
33
13
39
44
9
62
14
73
37
75
237
111
8
46
17
31
82
57
81
1
2
52
7 35
89
63
28
6
98
18
4
109
222
223
32
79
25
20
16
74
245
96
97
45
24
3
132
47
108
112
12
50
51
22
15
60
91
69
242
128
110
23
103
133
129
11
224
42
36
55
27
59
72
235
236
95
244
240
58
77
8380
71
247
243
134
131
102
101
104
246
239
1000
Mata air
panas
48
106
2000
4
56
29
86
Mata air
panas
1500
500
LITH
Klw
LhB
Lv
PxB
48
226
29 86
1500
106
Mata air
normal
64
70
225
53 88
26105
92 40
238
19 130
100
43
220
94
93
221
568
78
54
241
90
10
107
87
34
66
21227
61
49
237
99
111
44
62
14
39
73
75
37
30
33
41
13
6
98
223
222
4
109
89
31
81
63
82
28
8
7
1
2
57
52
18
16
96
97
245
47
24
3
108
79
112
20
132
74 959
25
32
46
17
45
242
103
91
110
224
23
128
129
11
60
133
51
22
15
50
12
236
235
36
69
42
59
27
247
243
244
104
240
101
102
83
72
131
71
55
58
134
239
246
8035
77
56
Mata air
panas
106
1000
85
2,4
3,6
4,8 0,0
0,4
105
104
957135
0,8
13019
26
389
1,2
1,6
Gambar 47 Plot TDS dan Na, K, Cl, SO4 pada Sistem Akuifer Endapan Gunung
Api Lahar (LhB), Piroklastik (PxB), dan Lava (Lv), serta Batuan
Sedimen Fm. Kaliwangu (Klw) Sebagai Pembanding.
79
84
29
56
86
85
Cl (meq/L)
Cl
48
Menuju
elevasi
semakin rendah
LITH
Klw
LhB
Lv
PxB
38
19
1
76
11265
44 70
807
39
31
108
10
1354
68
83
93
97
131
11
52 47
98
243
66
129 75
109
2
221
1
77
132
101
92
91
17
16
64
220
133
46
25
18
3
50
94
8
28
74
81
6
79
34
106
99
100
51
60
58
55
27
53
14
90
82
36
241
242
96
240
245
73
37
78
103
225
222
49
24
43
61
57
15
236
42
89
40
21
67
87
246
102
223
224
12
45
32
63
33
235
239
244 41
23
20
88
7230
227 111
62
22
238
4247
128
134
69
110
5226
59
237
107
35
105
9571
104
130
0,2
0,4
Menuju elevasi
semakin rendah
0
0,0
26
0,6
0,8
1,0
2SO4
SO (meq/L)
1,2
1,4
1,6
Gambar 48 Plot Antara Ion Cl dan SO4 pada Sistem Akuifer Endapan Gunung Api
Lahar (LhB), Piroklastik (PxB), dan Lava (Lv), serta Batuan Sedimen
Fm. Kaliwangu (Klw) Sebagai Pembanding.
dominan. Konsentrasi kedua ion meningkat sejalan dengan elevasi yang semakin
rendah. Air tanah mesotermal maupun hipotermal secara umum punya tipe HCO3.
Kondisi ini lebih dipengaruhi oleh gas CO2 ke dalam air tanah. Air panas
memiliki Cl tinggi pada daerah gunung api pada daerah outflow dalam sistem
panas bumi. Khusus untuk kasus di daerah penelitian, air hipertermal (panas) yang
ada telah bercampur dengan air meteorik.
5
86
85
84
29
56
LITH
Klw
LhB
Lv
PxB
Cl
Cl (meq/L)
48
2
Menuju
elevasi
semakin rendah
26
1
70
38
19
9
130
105
71
7 95
44
31
398093108
13 1097 68
83 11
527566
131
129
109
243
98
1132
47
77
101218
221
17
92
91
25
64
50
46
16
133
3
51
28
74 58
55
53
60
8627
79
9463
34100
81 67 40 96 14240
99
49
73
37
43
15
61
90
36
78
24
82
103
245
241
242
225
222
32
12
33
45
42
87
89
21
246
236
224
223
41
23
239
235
20
30238 102 5762
88
227
128
134
247
69
572
111 4 244
110
107
237
35104
65
112
76
54
106220
5922
226
0
0
HCOHCO3
3 (meq/L)
Gambar 49 Plot Antara Konsentrasi Ion Cl dan HCO3 Pada Sistem Akuifer
Endapan Gunung Api Lahar (LhB), Piroklastik (PxB), dan Lava
(Lv), serta Batuan Sedimen Fm. Kaliwangu (Klw) Sebagai
Pembanding.
81
29
56
Dominan batuan
gunung api
85
Dominan batuan
LITH
Klw
LhB
Lv
PxB
84
sedimen48
2
44
97
14
96
62
220
81
19 9
245
130
77
105
23890
76
74
71
95
64
83
39
26
8
108
66
18
79
75
21227
17
16
129
109
10
133
1
54
36
49
68
94
92
89
35
13
132
131
2
22
43
59
20
45
12
31
37
27
47
11
15
752
34
82
46
42
100
72
73
88
28
101
91
51
41
50
106
104
24
4
3
23
53
30
65
58
5
63
61
242
87
240
80
221
32
225
78
6
93
98
67
102
33
107
110
128
112
57
40
243
244
237
241
235
239
25
103
134
55
60
99
69
223
224
246
222
70
111
247
38
Na
82
api. Namun demikian terdapat contoh air dari gunung api yang berkelompok
dengan contoh dari daerah pantai, yaitu mata air hipertermal dari akifer yang lebih
dalam atau setidaknya pernah berinteraksi dengan sedimen yang lebih dalam.
Publikasi oleh Join dkk (1997) menerangkan bahwa pada zona permukaan
(superficial zone) di kawasan imbuhan, akuifer berasosiasi dengan air yang
mengandung klorida alamiah dari atmosfer. Ion klorida pada contoh air berasal
dari gas HCl di daerah gunung api atau berasosiasi dengan air asin (brine water)
dari batuan sedimen. Selama proses perkolasi menuju zona yang lebih dalam,
konsentrasi natrium dan klorida bertambah secara progresif dengan pelaturan
natrium dari batuan gunung api. Kandungan klorida juga akan meningkat sejalan
interaksi air tanah dengan akuifer yang lebih dalam, sesuai dengan teori dari
Chebotarev (1955) op.cit Freeze dan Cherry (1979). Air hipertermal yang telah
bersirkulasi pada akuifer dalam dengan suhu tinggi yang mengkatalis proses
pengayaan mineral di dalam akuifer. Air jenis ini akan memiliki karakter yang
mirip dengan air tanah dari daerah pantai, yaitu mengandung klorida tinggi
dengan konsentrasi lebih dari 12.000 ppm.
9,00
y = 0,491x + 2,227
R = 0,954
8,00
7,00
Cl (meq/L)
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
y = 0,133x + 0,015
R = 0,855
1,00
0,00
0,00
2,00
Na-Cl air
tanah di
Na-Cl Coastal
pantai
4,00
Mata
Spring
air
6,00
8,00
Na (meq/L)
Na-Cl
Na-Cl
rain air
waters
hujan
10,00
12,00
14,00
Gambar 51 Plot Antara Komposisi Na dan Cl pada Contoh Air Dari Daerah Studi
Pada Diagram Join dkk (1977)
83
Pada grafik di atas, merujuk pada contoh analisis oleh Join dkk (1997) didapatkan
garis air hujan (rain water line) dan garis air asin/pantai (coastal/saline water
line) dengan persamaan sebagai berikut:
Cl =. 0.133 Na + 0.015 ; R2 = 0.86 (garis air hujan) Persamaan 5
Cl =. 0.491 Na + 2.227; R2 = 0.95 (garis air laut/asin) ... Persamaan 6
IV.4 Analisis Multivariabel
IV.4.1 Analisis Klaster
Hasil akhir dari analisis klaster adalah dendogram (diagram cabang/pohon) yang
menggambarkan kedekatan karakter antara 140 contoh air tanah pada Gambar 52
dan Gambar 53. Jauh atau dekatnya karakter contoh mata air digambarkan sebagai
jarak Euclidean (Euclidean distance). Hasil analisis menggunakan piranti lunak
Minitab 15 (trial version) menjumpai dua klaster besar (K1 dan K2). Masingmasing klaster dapat dibagi-bagi kembali menjadi sub klaster sebagai berikut:
Total contoh air tanah
Klaster 1:
Klaster 1a
Klaster 1b
Klaster 2:
Bila dikaitkan dengan analisis hasil Diagram Piper, Klaster 1 adalah mata air
meso atau hipotermal yang bersirkulasi di dalam akuifer batuan gunung api.
Klaster 1 dapat dibagi menjadi Klaster 1a yang terdiri dari 131 mata air tergolong
fasies magnesium bikarbonat dan 1b yang terdiri dari tiga mata air tergolong
fasies kalsium bikarbonat. Klaster 2 yang terdiri dari dua mata air (1,4%)
hipertermal yang bersirkulasi pada sistem akuifer batuan gunung api. Klaster ini
dicirikan oleh kandungan klorida dan nilai TDS/DHL yang lebih tinggi
dibandingkan mata air pada Klaster 1.
84
16.59
Sim
ilarity
Kesamaan
Kluster 2 Kelompok
mata air hipertermal
44.39
K2b (4 contoh)
Sistem akifer
batuan sedimen
K2a (2 contoh)
Sistem akifer
batuan gunungapi
Sebagai pembanding
72.20
100.00
56
17
29
84
Observations
85
86
Kesamaan
72.20
Kluster 1 Kelompok mata
air mesotermal/hipotermal
K1a
131 contoh
K1b
3 contoh
1
2
7
4
6
28
98
57
8
18
52
109
222
82
89
223
31
16
79
96
97
108
46
25
32
245
74
63
81
3
20
24
112
132
11
51
110
128
129
12
60
242
103
133
22
91
224
23
50
15
45
47
9
13
39
75
41
37
30
33
14
62
73
10
87
34
66
49
227
44
111
237
61
99
38
5
54
220
93
78
221
226
94
21
107
90
241
27
42
36
55
244
72
240
104
134
58
102
131
247
71
83
101
243
59
77
35
235
69
95
236
19
68
43
40
100
238
80
246
239
26
105
130
88
92
53
225
64
70
65
76
67
27
17
48
48
106
106
100.00
85
Klaster 1a
Klaster 2
Klaster 1b
86
Factor1
0.853
0.141
0.500
0.844
0.900
0.547
0.290
0.907
0.434
0.735
4.4534
0.445
Factor2
0.256
-0.194
0.029
0.083
0.151
-0.339
-0.797
0.266
-0.842
0.175
1.6934
0.169
Communality
0.793
0.058
0.251
0.719
0.833
0.413
0.718
0.893
0.898
0.571
6.1468
0.615
87
65
-2
-4
59
22
III
-1
17
48
Sistem
batuan
gunung
api
220
II
226
54
IV
85
29
84
Sistem
batuan
sedimen
56
9
26
-3
86
38
19
102 6296
100 34
68 14
57 67221
240
40
-1
Mata air
hipertermal:
Salinitas tinggi,
kaya klorida, dan
sirkulasi regional
103 79
73 70
43
90
37
36
111
42
15
49
412
60
55
99
112
245
78
128
110
241
83
23
18
244
2
243
45
23635
237
63
101
24
227
33
20
246
47
239
1242
129
132
71
64
87
28
41
225
69
107
32
16
95 130
82
50
44
94
109
104 97
133
780
31
21
223
224
89
61
91
77
235
11
46
52
222
134
39 93105
131
247
51
30
872
53
25
392
58
74
6698
6238
88
75
10
108
27
81
5 13
Komponen
II
Second
Factor
48
17
II
76
Salinitas rendah,
kaya bikarbonat,
sirkulasi lokal dan
menengah
III
Temp A.,
DHL, Na+,
K+, Cl-,
SO42pH, Mg,
Ca,
HCO3- IV
I
LITH
Klw
Lahar
LhB
Lava
Lv
Piroklastik
PxB
Sedimen
First Factor
Komponen
I
Air hujan
Elevasi TDS/EC
tinggi rendah
Infiltrasi
Mata air
Kation netral-bikarbonat
Klaster 1
meso/hipotermal
1a;
131
Mata air
Mg-bikarbonat
Aktivitas
panasbumi
3
Mata air
Ca-bikarbonat
Akuifer
Batuan gunung
api
Klaster 2
hipertermal
TDS/EC
tinggi
Mata air
Na-K-klorida
Gambar 55 Alur Proses Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Air Tanah Secara
Skematik di Gunung Ciremai. Warna merah mengindikasikan
kelompok air tanah hipertermal.
88
pyroclastic fall
oo
Lava flow
10
35
20
oo
+
+ +
+ +
+ +
++
++
?
1
48
Piroklastik flow
33
10
Aliran panas
(perkiraan)
B
W
T
E
Gambar 56 Skema Model Hidrogeologi berdasarkan Sifat Fisik dan Kimia Air
(perched)
acid condensates
fumaroles & steaming ground
seepage
PRESSURE
20C
100C
(altered)
sinter
100C
neutral pH
chloride water
100C
~ 150C
250C
200C
mixing
0
-1
300C
~ 150C ?
-2
D
e
p
th(k
m
)
warm springs
(travertine)
Reservoir
pressure =
hydrostatic
pressure
cooled pluton
330C ?
volcanic
host rocks
~ 150C ?
-3
Perched watertable
Pressure of
marginal area
Piezometric surface
hot pluton, ~ 700C ?
Inferred zone of
mineral deposition
89
26
100 m
226
piroklastik
100 m
lahar
Gambar 58 Skema mata air no 26 (Mata Air Cibewok) dan no 226 (Mata Air
Rajawangi). Terjadi interaksi antara air tanah pada kedua jenis
akuifer.
Mata air nomor 17 (Mata Air Sangkanurip) dan 56 (Mata Air Cigirang)
merupakan mata air hipertermal. Mata air Sangkanurip memiliki suhu 44oC
sedangkan Cigirang bersuhu 42oC. Kedua mata air ini memiliki fasies air tanah
Na-K-Cl. Suhu diperkirakan berasal dari aktivitas panas bumi yang mengalir
melalui kekar dan rekahan, sedangkan komposisi kimia sebagai akibat dari
interaksi dengan batuan sedimen. Sketsa kedua mata air disajikan pada Gambar
59. Mata air nomor 38 (Mata Air Cipanas) dan 65 (Mata Air Cikalamayan)
merupakan mata air dengan suhu 37oC dan 36oC. Nilai TDS untuk kedua mata air
adalah 226 ppm dan 224 ppm. Kedua mata air ini dengan nilai TDS yang tidak
terlalu tinggi, diduga merupakan mata air yang memiliki karakter pencampuran
antara air hipertermal dari akuifer yang ada di bawahnya dengan air meteorik,
sebagaimana karakter Model Hidrogeologi Aliran Regional.
100 m
65
Lava
100 m
38
17
56
Lahar
Lahar
Batuan sedimen
Gambar 59 Skema mata air no 17 (Mata Air Sangkanurip) dan no 56 (Mata Air
Cigirang) dibandingkan dengan no 38 (Mata Air Cipanas) dan no 65
(Mata Air Cikalamayan). Terjadi interaksi antara air tanah pada kedua
jenis akuifer.
90
Data berurut waktu (time series) diambil dari dua mata air, yakni Cibulan dan
Telaga Remis. Ketiganya dipilih karena mencerminkan sistem hidrogeologi yang
berbeda seperti telah dijelaskan pada bab 4. Cibulan dan Telaga Remis tergolong
Sistem Hidrogeologi 1. Pengukuran yang dilakukan meliputi jumlah curah
hujan/presipitasi yang terdekat dari mata air, debit mata air, nilai TDS, dan DHL.
Tahapan ini dimulai Januari 2006 hingga Desember 2007.
V.1 Mata Air Cibulan
V.1.1 Respon Debit Mata Air terhadap Curah Hujan
Curah hujan diukur pada stasiun Susukan pada elevasi 309 mapl. Gambar 60
menayangkan fluktuasi debit mata air dan curah hujan. Beda waktu antara puncak
kedua data tersebut berkisar antara tiga hingga empat bulan mulai awal musim
hujan. Kemudian debit mata air mulai menurun dalam waktu tiga bulan sejak
dimulainya musim kemarau. Mencermati kondisi tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa debit mata air dipengaruhi oleh curah hujan. Respon yang
lambat disebabkan waktu perjalanan (travel time) yang lama dari kawasan
imbuhan hingga muncul di lokasi mata air. Waktu resesi yang pendek
mencerminkan pengurasan dari simpanan (storage) akuifer yang cepat. Akuifer
diduga merupakan kombinasi antara media rekahan dan media pori.
91
Gambar 60 Plot Berurut Waktu Antara Debit Mata Air (sumbu y kanan) dan
presipitasi (sumbu y kiri) di Lokasi Mata Air Cibulan
92
Fasa Pengenceran
Fasa Pemulihan
Fasa Pelarutan
Kedua parameter meningkat dalam waktu 11 bulan setelah titik curah hujan
terendah. Kemudian menurun dalam waktu tujuh bulan setelah titik curah hujan
tertinggi. Dengan demikian fasa pengenceran lebih cepat dibanding fasa
pelarutan. Respon yang tidak instan tersebut mengindikasikan terdapat kombinasi
antara media pori dan rekahan pada sistem akuifer, sesuai dengan pendapat
Singhal dan Gupta (2005).
93
2 kali
Gambar 62 Plot Berurut Waktu TDS dan DHL (sumbu y kanan); dan Presipitasi
(sumbu y kiri) di Lokasi Mata Air Cibulan
Observasi temperatur air dan udara selama 24 jam telah dilakukan pada tanggal
17 18 Mei 2006. Hasilnya ditampilkan pada Tabel 12 dan Gambar 63. Air
memiliki suhu rata-rata 23,9oC, dengan suhu maksimum 24,9oC dan suhu
minimum 23,0oC. Sementara udara memiliki suhu rata-rata 23,2oC, suhu
maksimum 28,1oC, dan suhu minimum 18,9oC. Pada waktu-waktu tertentu terjadi
perbedaan suhu. Suhu air tanah lebih rendah dibanding suhu udara pada pkl 13.00
dan 10.00-16.00. Sebaliknya suhu air tanah lebih tinggi dibanding suhu udara
pada pkl. 07.00, 22.00-07.00, dan 19.00-22.00.
94
Tabel 12 Pengukuran Suhu Air Tanah dan Udara Selama 24 jam di Lokasi Mata
Air Cibulan
Spring
Cibulan
Date
Temp/Time
o
Air temp ( C)
o
Water temp ( C)
|Del T|
17/05/2006
18/05/2006
07.00 10.00 13.00 16.00 19.00 22.00 01.00 04.00 07.00 10.00 13.00 16.00 19.00 22.00
21
24,3
28,1
25,7
25,3
20,9
18,9
19,1
20,5
26,5
28
24,3
21
21
24,9
24,5
23,4
23,5
23,5
23
24,5
24,9
24,9
24,4
23,4
23,6
23,5
23,1
3,9
0,2
4,7
2,2
1,8
2,1
5,6
5,8
4,4
2,1
4,6
0,7
2,5
2,1
15 jam
T udara (oC)
T air (oC)
Gambar 63 Plot Hasil Pengukuran Suhu Air dan Udara di lokasi Mata Air Cibulan
Selama 24 jam
95
diperkirakan karena mendapat sumbangan imbuhan dari akuifer media pori tanah
pelapukan. Sementara lereng yang terjal dapat terjadi karena air tanah mengalir
pada akuifer media rekahan.
800
450
5 bulan
400
700
350
600
500
7 bulan
3 bulan
300
250
400
200
300
150
200
100
100
50
Precipitation
Q Telaga Remis
Gambar 64 Plot Berurut Waktu Antara Debit (sumbu y kanan) dan Curah Hujan
(sumber y kiri) di Lokasi Mata Air Telaga Remis
Dari Gambar 65 didapatkan t = 525 hari, Qi = 400 L/det dan Qf = 225 L/det,
sehingga (Qi - Qf ) adalah 125 L/det. Dengan demikian didapatkan R sebesar
kurang lebih 14.495.478.261 m3. Hasil perhitungan R tersebut bila dibagi dengan
curah hujan rata-rata selama 2 tahun (2006 dan 2007), maka didapatkan luas
daerah imbuhan sebesar kurang lebih 6188 km2.
96
Gambar 65 Plot Semilog Analisis Hidrograf Debit Mata Air Telaga Remis
Fasa Pengenceran
Fasa Pemulihan
: Mei 2006.
Fasa Pelarutan
Fasa Pengenceran
Fasa pemulihan
97
800
250.0
1,7 kali
700
2 kali
200.0
600
500
150.0
400
100.0
300
200
50.0
100
0.0
Precipitation
EC Telaga Remis
Gambar 66 Plot Berurut Waktu Antara TDS dan DHL (sumbu y kanan); dan
Curah Hujan (sumbu y kiri) di Lokasi Mata Air Telaga Remis.
Dari uraian diatas dapat dihitung bahwa fasa pelarutan mineral menyebabkan nilai
TDS dan DHL meningkat dalam waktu 6 bulan setelah titik curah hujan terendah.
Kemudian kedua nilai tersebut mulai menurun kembali sejalan dengan proses
pengenceran oleh air hujan, dalam waktu 4 bulan setelah dimulainya musim
hujan. Dengan demikian fasa pengenceran juga lebih cepat dibanding fasa
pelarutan. Dari kondisi tersebut dapat diinterpretasikan bahwa imbuhan air hujan
berlangsung lebih cepat dibanding lama waktu kontak air tanah di dalam akuifer.
Respon yang tidak cepat tersebut mengindikasikan terdapat kombinasi antara
media pori dan rekahan pada sistem akuifer, sesuai dengan pendapat Singhal dan
Gupta (2005).
Observasi selama 24 jam terhadap suhu air tanah pada mata air dan suhu udara
telah dilakukan pada 20 21 Februari 2006 (Tabel 13). Hasilnya ditampilkan
pada Gambar 67. Berdasarkan hasil pengukuran rata-rata suhu mata air adalah
26,3oC, maksimum 28,8oC, dan minimum 23,1oC. Data lainnya, suhu udara rata98
ratanya adalah 23,6oC, maksimum 29,0oC dan minimum 19,0oC. Pola umumnya
adalah suhu mata air mengikuti fluktuasi suhu udara, dengan perbedaan yang
tidak sama. Pada siang hari pukul 12.00-13.00, perbedaan suhu sangat kecil
dibandingkan perbedaan suhu pada pukul 01.00 04.00.
Tabel 13 Pengukuran Suhu Air Tanah Dan Udara Selama 24 jam di Lokasi Mata
Air Telaga Remis
21
19
24 23.1
3
2
19
23.2
3.10
21
27
29
25
22
25.1 27.0 28.3 28.8 27.8
3.3 3.4 3.8 3.8 3.9
2/20/2006
22.00
10.00
07.00
04.00
01.00
22.00
Berimpit
19.00
16.00
13.00
07.00
Berimpit
21
24.5
3.5
19.00
35
30
25
20
15
10
5
0
22
25
29
26
25
25.4 27.2 28.5 28.1 27.5
3.4 2.2
2 2.1 2.5
16.00
T udara ( C)
o
T air ( C)
|Del T|
10.00
Telaga
Remis
13.00
Tanggal
Mata air T / waktu
2/21/2006
T airRemis
(oC)T udara (oC)
Telaga
o
T udara
Telaga
Remis(T C)
air (oC)
Gambar 67 Plot Berurut Waktu Hasil Pengukuran Temperatur Air Pada Mata Air
dan Temperatur Udara di Mata Air Telaga Remis.
99
Pada model di bawah ini disampaikan dua kurva tipe, yakni tipe kurva landai (a)
dan tipe kurva terjal (b). Kurva Tipe a dipengaruhi oleh kombinasi antara sistem
akuifer media pori dan media rekahan, sedangkan kurva Tipe b dikendalikan oleh
sistem akuifer media rekahan yang lebih dominan. Kondisi yang membedakan
antara model a dan b adalah bentuk kurva baseflow recession yang
menggambarkan kemampuan akuifer untuk menyimpan air pada saat musim
kemarau. Model menggambarkan kurva baseflow recession yang sangat singkat,
sementara untuk model a masih terdapat tenggang waktu terjadinya proses
tersebut. Dengan bentuk kurva seperti demikian, maka dapat diharapkan mata air
dengan kurva seperti model b dapat lebih resisten terhadap musim kemarau
dibanding mata air model a. Sebagai pembanding, kedua tipe kurva ini berbeda
bila dibandingkan dengan hidrograf debit mata air karst dengan sistem akuifer
rekahan murni (c) yang menggambarkan sistem imbuhan dan pengurasan yang
cepat.
Birk dkk (2004) menyatakan bahwa titik puncak tunggal pada hidrograf debit atau
DHL menggambarkan adanya proses imbuhan yang terpusat (localized). Imbuhan
yang terpusat salah satunya terjadi pada media rekahan murni, misalnya imbuhan
pada lubang/depresi berjenis dolina, uvala, atau rekahan memanjang yang sampai
ke permukaan. Menurut peneliti tersebut, dengan demikian bila ada hidrograf
dengan peningkatan debit yang gradual hanya bisa terjadi bila imbuhan bersifat
menyebar (difusif) pada area yang relatif luas. Hal ini dapat terjadi pada akuifer
media pori. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Puradimaja dan Santoso
(2005) yang menjelaskan pola respon pisometri (hidrograf) debit mata air Gua
Bribin di Gunung Kidul Jawa Tengah.
Hasil analisis hidrograf untuk menghitung luas daerah imbuhan dapat terdiri dari
3725 km2 untuk Cibulan dengan volume imbuhan 8,2x109 m3, 6188 km2 dan
untuk Telaga Remis dengan volume imbuhan 14,5x109 m3 dengan volume
imbuhan 36,9x106 m3. Ketiganya dengan menggunakan curah hujan rata-rata
selama 2 tahun (2006-2007). Tabel berikut ini menampilkan rangkuman hasil
perhitungan.
100
Model Cibulan
Debit mataair
430
410
390
370
350
330
310
Rising
limb
Rising
limb
Flood
recession
Flood
recession
Baseflow
recession
290
270
250
Hidrograf 1 tahunan
JUL
JAN
PEB
MEI
APR
JUL
SEP
JAN
DES
JUN
PEB
APR
OKT
AGS
MEI
SEP
DES
JUN
OKT
NOP
NOP
MAR
MAR
AGUST
(a)
Flood
recession
Rising
Base flow limb
recession
Flood
recession
0,8
0,6
0,4
0,2
Hidrograf 1 tahunan
JUL
JAN
PEB
APR
MEI
JUN
AGS
JUL
SEP
DES
OKT
JAN
PEB
APR
MEI
SEP
JUN
DES
OKT
NOP
NOP
MAR
MAR
AGUST
(b)
(c)
Gambar 68 Usulan Model Umum Hidrograf Mata Air Pada Sistem Akuifer
Gunung Ciremai (a) dan (b) dan Perbandingannya dengan model
Umum Hidrograf Sistem Akuifer Media Rekahan Murni (c)
101
CH (mm)
248,92
195,83
222,38
2350
2987
5337
A (mm2)
3.327.627.524.820.270
4.229.755.622.112.350
3.724.847.862.746.540
352.473.635.522.664
277.306.007.190.579
155.201.994.281.106
A (km2)
3.328
4.230
3.725
352
277
155
CH (mm)
218,25
250,25
234,25
2619
3003
2811
A (mm2)
6.641.685.342.895.560
5.792.398.905.442.380
6.188.037.678.065.980
553.473.778.574.630
482.699.908.786.865
515.669.806.505.499
A (km2)
6.642
5.792
6.188
553
483
516
Telaga Remis
R (m3)
14.495.478.261
14.495.478.261
14.495.478.261
14.495.478.261
14.495.478.261
14.495.478.261
102
BAB 6 KESIMPULAN
103
Faktor yang
mempengaruhi
(Analisis Komponen
Utama)
Kuadran II
Hadirnya pengaruh panas
dari aktivitas volkanisme
pada akuifer yang relatif
lebih dalam, dicirikan
temperatur, TDS, dan DHL
tinggi.
Sejalan dengan interaksi antara air tanah dengan akuifer di bawah permukaan,
terjadi perubahan/evolusi komposisi kimia air tanah. Perubahan fasies hidrokimia
secara berurut adalah:
Fasies bikarbonat,
Ketiga fasies tersebut menandakan adanya tiga pengaruh dominan, yang dapat
diurutkan dari elevasi tinggi ke rendah sebagai berikut:
pengaruh air meteorik pada air tanah dalam sistem akuifer endapan
gunung api.
104
Bila dikaitkan dengan analisis hasil Diagram Piper, Klaster 1 adalah mata air
mesotermal atau hipotermal yang bersirkulasi di dalam akuifer batuan gunung api.
Lebih rinci lagi, Klaster 1 dapat dibagi menjadi Klaster 1a yang terdiri dari 131
mata air tergolong fasies magnesium bikarbonat dan 1b yang terdiri dari tiga mata
air tergolong fasies kalsium bikarbonat. Klaster 2 yang terdiri dari dua mata air
(1,4%) hipertermal yang bersirkulasi pada sistem akuifer batuan gunung api.
Klaster ini dicirikan oleh kandungan klorida dan nilai TDS/DHL yang lebih tinggi
dibandingkan mata air pada Klaster 1.
Hasil Analisis Komponen Utama menunjukkan perubahan parameter utama dari
Kuadran I yang bersifat netral beranggotakan contoh mata air mesotermal dan
hipotermal pada elevasi tinggi. Parameter utama kemudian berubah ke dalam tiga
zona:
Zona 1 terdiri dari air hipertermal berkomposisi TDS/DHL, Na, K, Cl, dan
SO4 pada Kuadran II.
Zona 2 terdiri dari air mesotermal dan hipotermal berkomposisi dominan pH,
Mg2+, Ca2+, HCO3- pada Kuadran III
Zona 3 terdiri dari air mesotermal dan hipotermal berkomposisi netral pada
Kuadran IV.
Kuadran I adalah air tanah yang telah mengalami pemanasan menjadi air
hipertermal yang mengalir melewati sistem akuifer batuan gunung api. Kuadran
II, III, dan IV merepresentasikan komposisi air tanah di kawasan imbuhan yang
kemudian mengalir ke elevasi lebih rendah. Berikut ini merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi komposisi kimia air tanah:
105
Hasil dari beberapa analisis sifat fisik-kimia air tanah di atas menghasilkan dua
model hidrogeologi, yaitu Model Hidrogeologi Aliran Lokal dan Model
Hidrogeologi Aliran Regional. Model Hidrogeologi Aliran Lokal berkaitan
dengan air berfasies ion seimbang dan fasies bikarbonat. Air tanah pada sistem ini
masih didominasi oleh air meteorik atau disebut pula sebagai immature water
dalam triangular plot oleh Herdianita dan Priadi (2008). Pada model ini
diperkirakan terjadi interaksi air tanah pada akuifer batuan piroklastik, lava, dan
lahar.
Model Hidrogeologi Aliran Regional terkait dengan fasies natrium-kaliumklorida. Model ini digolongkan sebagai mature waters sebagai hasil interaksi
antara sistem air tanah hipertermal yang bercampur dengan air meteorik. Air jenis
ini ditandai dengan nilai TDS yang lebih tinggi dari air bersuhu mesotermal
dengan batas maksimum 1200 ppm. Aliran air tanahnya berawal dari air tanah
pada akuifer piroklastik, kemudian mengalir melalui akuifer lava, dan lahar.
Selanjutnya air tanah bercampur dengan air panas dari akuifer yang lebih dalam.
Air tanah kemudian muncul pada akuifer lahar.
VI.2 Hal Baru
Kajian hidrogeologi berbasis analisis klaster dan komponen utama telah lama
digunakan dalam publikasi-publikasi dari luar negeri. Namun demikian, metoda
ini belum banyak diaplikasikan untuk menganalisis model hidrogeologi pada
sistem akuifer endapan gunung api di Indonesia. Di Indonesia, baru tercatat
beberapa penelitian yang telah menggunakan metoda ini untuk menganalisis
contoh air tanah secara masal, diantaranya adalah Sunarwan (1999) dan
Notosiswoyo (1989) yang keduanya meneliti sistem akuifer dan pola aliran
airtanah Gunung Tangkubanparahu dengan memanfaatkan karakter sifat fisik,
kimia, dan isotop dalam air tanah.
Hal lainnya adalah analisis hidrograf sifat fisik dan kimia air tanah, meliputi debit,
TDS, dan DHL belum dilakukan secara terinci, walaupun teknik ini banyak
dilakukan di dalam publikasi-publikasi dari benua Eropa dan Amerika. Pencarian
rujukan dengan mesin pencari Google, Yahoo, Cuil, dan Live Search, situs
106
107
DAFTAR PUSTAKA
American
Public Health
108
(2003):
Factor
Analytical
Approaches
for
Evaluating
Journal
(2006)
14.
pp
15691581.
DOI
10.1007/s10040-006-0043-2.
Guller, C., Thyne, G.D., Mcray, J.E., dan Turner, K.A. (2002): Evaluation of
graphical and multivariate statistical methods for classification of
water chemistry data, Hydrogeology Journal (10), 455-474.
109
111
112
Puradimaja, D.J., Irawan, D.E., dan Hutasoit, L.M. (2003): Geological Control to
Spring Emergence. Case Study: East Slope of Mt. Ciremai, Buletin
Geologi. Vol 35 No 1. p. 15 23.
Puradimaja, D.J. dan Santoso, D. (2005): Detection of Bribin Underground River
Stream Using Bristow Resistivity Method, The Leading Edge, The
Society of Exploration Geophysics (SEG).
Purbawinata, M.A., Kadarsetia, E., dan Rakimin, R. (1991): Petrokimia G.
Ciremai, Direktorat Vulkanologi.
Pusat Survey Geologi, (2007): Data Geokimia Batuan G. Ciremai, laporan
laboratorium.
Said, H. (1984): Preliminary report of G.Ciremai Magnetic Investigation.
Directorate of Volcanology.
Sander, P. (2007): Lineaments in groundwater exploration: a review of
applications and limitations. Hydrogeology Journal 15. pp 7174.
Schot, P.P. dan van der Wal, J. (1992): Human Impact on Regional Groundwater
Composition through Intervention in Natural Flow Patterns and
Changes in Land Use. Journal of Hydrology 134, p. 297313.
Silitonga, P. dan Masria, M. (1978): Peta Geologi Lembar Cirebon. skala
1:100.000.
Silitonga, P. (1973): Peta Geologi Lembar Bandung (skala 1:100.000). Bandung:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Silitonga, P. (1978): Peta Geologi Regional Lembar Cirebon Skala 1:100.000.
Bandung: Puslitbang Geologi.
Singhal, B.B.S. dan Gupta, R.P. (2005): Applied Hydrogeology of Fractured
Aquifer. Kluwer Publishing.
113
Cluster
Analysis,
MANOVA,
Canonical
Analysis
and
114
of
Selected
Multivariate
Statistics,
http://www.pfc.cfs.nrcan.gc.ca/profiles/wulder/mvstats/intro_to_ms_e.
html, diunduh pada 8 Maret 2008.
115
BIODATA PENULIS
Penulis lahir di Surabaya 17 April 1976. Pendidikan dasar di SDN Kertajaya XII,
SMPN 12, dan SMAN 2, seluruhnya di Surabaya. Pada tahun 1994, penulis hijrah
ke Kota Bandung dalam rangka menempuh pendidikan sarjana di Program Studi
Teknik Geologi ITB pada tahun 1994. Pendidikan sarjana tersebut diselesaikan
dalam waktu 4 tahun. Pendidikan lanjut diikuti penulis di Program Magister
Teknik Geologi pada tahun 1999 sampai 2001, dilanjutkan dengan pendidikan
doktor di Teknik Geologi ITB mulai tahun 2005 hingga 2008.
Minat penulis di bidang hidrogeologi kawasan gunung api tercermin sejak dari
tugas akhir program sarjana dan magisternya yang mengambil contoh kasus
Kawasan Bandung Selatan dan Gunung Ciremai. Bidang peminatan tersebut terus
dikembangkan oleh penulis dalam bentuk berbagai publikasi pada jurnal nasional,
pertemuan nasional, dan internasional sejak tahun 2000. Upaya untuk dapat
menulis di jurnal internasional telah dimulai sejak tahun 2005. Saat ini sudah ada
2 publikasi, khususnya yang berkait dengan riset S3, yang telah memasuki proses
review ke-2 di Hydrogeology Journal dan ke-3 di Journal of Hydrology.
Pengalaman kerja di ITB, penulis mengawalinya sebagai asisten Laboratorium
Hidrogeologi sejak tahun 1999, Asisten Akademik di Kelompok Keilmuan
Geologi Terapan pada tahun 2005 2007 serta CPNS mulai Desember 2007.
Selain menangani kegiatan kuliah, praktikum, dan penelitian, penulis ikut
berpartisipasi dalam berbagai tugas di tingkat program studi, fakultas, dan pusat.
Penulis menikah pada tahun 2005 dan dikaruniai seorang putra yang bernama
Abraary Raditya Irawan, saat ini berusia dua tahun.
116
117
5. PROSIDING NASIONAL
1. Irawan, D.E., Puradimaja, D.J., Notosiswoyo, S. (2007): Outlining
Hydrogeological System using Multivariate Analysis on Groundwater
Quality at Mt. Ciremai, West Java, Indonesia, Joint Convention Bali, 1316 November 2007.
2. Irawan, D.E., Puradimaja, D.J., Bogaard, T. (2006): Spatial Analysis of
Volcanic Hydrogeology at Gunung Ciremai, West Java, Indonesia,
dipresentasikan di Persidangan Bersama Geosains, Universiti Kebangsaan
Malaysia, Des 2006.
3. Puradimaja, D.J., Kombaitan, B., Irawan, D.E. (2006): Hydrogeological
Analysis in Regional Planning of Tigaraksa City, Tangerang, Banten,
Indonesia, dipresentasikan di Persidangan Bersama Geosains, Universiti
Kebangsaan Malaysia, Des 2006.
6. MAJALAH POPULER
Irawan, D.E., Puradimaja, D.J., Notosiswoyo, S., Soemintadiredja, P. (2009):
Metoda Pelacakan Hidrokimia Untuk Memetakan Kondisi Hidrogeologi
Gunung Ciremai. Hidrogeologi sebagai Salah Satu Parameter Kendali
Perencanaan Wilayah, Warta Bapeda Edisi Juli 2009.
Daftar Riset terkait dengan disertasi (3 tahun terakhir):
2008-2009
Anggota tim, Aplikasi Tracer Technology Kimia dan Isotop Stabil
untuk Merekonstruksi Hidrodinamika Airtanah pada Sistem Akuifer
Gunungapi. Studi Kasus: Gunung Ciremai, Kabupaten MajalengkaKuningan, Jawa Barat, Competitive Research Grant of Directorate of
Higher Education LPPM ITB
2006 Anggota tim, Characterization Volcanic Hydrogeology. Case Study: Mt.
Ciremai, Mt. Tangkuban Perahu, Mt. Gede, Mt. Karang, Graduate
Research Grant (Hibah Tim Pasca Sarjana) Directorate of Higher
Education LPPM ITB
2005-2006
Anggota tim, Characterization Volcanic Hydrogeology. Case
Study: Mt. Ciremai, Mt. Tangkuban Perahu, Mt. Gede, Mt. Karang,
Research Group Grant LPPM ITB
118
ID
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
MATA AIR
Cicurug i
Cicurug ii
Sindangparna
Pereng
Cikamalayan
Leles
Cipari
Cipicung Kubur
Palutungan
Pereng
Talaga Remis
Balong Kagungan Cilimus
Cibulan
Dangdeur
Cicerem
Kebon Balong
Sangkanhurip
Balong Dalem
Balong Kagungan (Kramat Mulya)
Cikajayaan
Citengah
Cicerem
Silinggonom
Situsari
Cibitung
Cibewok
Cibulakan
Cikole
Ciuyah Desa
Cigugur
Ciputri
Cibinuang
Cibulakan
Citambak
Cibuluh
Citengah
Cikupa
Cipanas II
Citiis
Cikabuyutan
Cibulakan
Cipetey
Cihanyir
Citambak Girang
Balong Beunteur
Bandorasa
Puncak Lapang
Liang Panas
Cibayuning
Cibulakan Cilimus
ELEVASI
TDS
EC
Q (L/d) (MAPL)
(PPM)
(MIKROSIEMENS/CM)
19,49
573
88,00
176,00
18,81
573
90,00
180,00
21,00
565
72,00
144,00
28,42
577
91,00
182,00
36,40
137
142,00
284,00
29,69
550
98,00
196,00
17,83
667
89,00
178,00
18,19
554
94,00
188,00
5,53
1165
107,00
214,00
30,55
134
123,00
246,00
25,24
310
62,50
125,00
18,77
560
64,00
128,00
17,00
544
109,00
218,00
11,57
330
111,00
222,00
23,40
332
61,00
122,00
21,65
466
84,00
168,00
32,21
462 1200,00
2400,00
29,54
571
94,00
188,00
20,54
638
172,00
344,00
15,58
408
72,00
144,00
29,78
135
132,50
265,00
13,43
320
63,00
126,00
17,94
568
69,00
138,00
19,93
705
72,50
145,00
16,46
743
83,00
166,00
27,85
570
199,00
398,00
31,56
530
45,00
90,00
20,45
335
97,00
194,00
2,45
278 12000,00
24000,00
9,66
678
107,00
214,00
6,43
815
98,00
196,00
15,81
762
81,00
162,00
19,00
650
108,00
216,00
16,86
658
123,00
246,00
20,00
389
54,00
108,00
27,33
519
41,00
82,00
9,55
770
109,00
218,00
15,85
367
226,00
452,00
25,89
629
110,00
220,00
19,30
361
156,00
312,00
10,33
672
110,00
220,00
20,72
534
45,00
90,00
19,71
517
165,00
330,00
23,00
651
116,50
233,00
14,69
751
77,00
154,00
21,05
453
86,00
172,00
11,06
754
76,00
152,00
3,86
275 1000,00
2000,00
21,41
535
123,00
246,00
20,32
571
69,00
138,00
pH
6,70
6,80
7,60
6,70
7,80
6,80
7,00
6,90
8,10
7,40
7,70
7,00
7,90
7,60
6,85
7,20
6,80
6,70
7,80
6,80
7,40
6,48
7,20
7,10
7,00
7,90
7,35
6,60
7,30
6,90
7,10
7,25
7,00
7,70
7,00
7,00
6,15
9,00
7,90
8,00
7,20
7,10
7,20
6,90
6,90
6,70
7,60
6,70
7,10
7,10
TEMP.AIR TEMP.UDARA
(oC)
(oC)
Na K
Ca Mg Cl HCO3 SO4 BAL
23,70
26,70 0,36 0,15 0,65 0,68 0,27 1,54 0,19 -4,39
23,10
26,12 0,38 0,12 0,73 0,54 0,28 1,36 0,26 -3,32
24,60
27,58 0,48 0,09 0,74 0,68 0,19 1,84 0,12 -3,79
24,10
27,09 0,43 0,09 0,53 0,40 0,10 1,16 0,10 3,44
28,90
31,78 0,44 0,09 0,90 0,76 0,08 2,05 0,06 0,26
25,80
28,75 0,48 0,08 0,82 0,82 0,18 2,06 0,16 -4,15
22,70
25,73 0,55 0,12 0,95 0,70 0,47 1,68 0,33 -3,14
25,00
27,97 0,52 0,18 0,79 0,68 0,18 2,07 0,10 -4,01
18,40
21,53 0,97 1,15 1,01 0,92 0,60 2,80 1,03 -4,47
28,10
31,00 0,77 0,15 1,19 0,66 0,37 2,27 0,24 -1,88
27,10
30,02 0,57 0,11 0,65 0,76 0,30 1,63 0,28 -2,90
23,50
26,51 0,52 0,12 0,51 0,40 0,15 1,22 0,10 2,54
24,70
27,68 0,65 0,13 0,85 0,96 0,37 2,02 0,39 -3,50
27,30
30,22 0,62 1,08 1,21 0,88 0,16 3,48 0,10 0,61
22,80
25,83 0,51 0,12 0,48 0,36 0,16 1,20 0,18 -2,19
25,50
28,46 0,56 0,14 0,81 0,44 0,19 1,81 0,05 -2,53
44,00
27,78 0,57 0,14 0,77 0,48 0,22 0,12 1,70 -2,00
24,70
27,68 0,43 0,14 0,89 0,40 0,19 1,45 0,17 1,21
25,00
27,97 0,87 1,20 1,54 0,56 0,93 2,72 0,92 -4,63
22,60
25,63 0,57 0,13 0,69 0,44 0,11 1,71 0,05 -1,04
28,30
31,19 0,65 0,14 1,15 0,36 0,15 1,86 0,12 3,93
25,00
30,30 0,48 0,13 0,69 3,45 0,11 4,59 0,07 -0,21
23,30
26,31 0,53 0,10 0,69 0,36 0,14 1,38 0,07 2,52
22,10
25,14 0,45 0,10 0,69 0,44 0,16 1,50 0,16 -4,28
23,90
26,90 0,28 0,06 0,98 0,72 0,19 1,83 0,16 -3,30
25,20
28,17 0,77 0,17 1,54 1,45 0,93 2,08 1,03 -1,47
23,10
26,12 0,58 0,11 1,17 0,68 0,18 2,15 0,18 0,91
25,90
28,85 0,52 0,09 0,89 0,52 0,18 1,82 0,13 -2,61
39,40
42,03 2,90 3,20 2,20 0,90 4,80 2,70 1,20 2,79
22,40
25,43 0,25 0,10 1,40 0,36 0,11 2,06 0,15 -4,75
21,50
24,56 0,42 0,11 0,85 0,74 0,41 1,61 0,24 -3,26
23,40
26,41 0,50 0,09 0,77 0,52 0,15 1,68 0,16 -3,00
22,80
25,83 0,32 0,09 0,73 0,48 0,15 1,50 0,12 -4,45
25,40
28,36 0,48 0,10 1,89 0,76 0,18 2,63 0,42 0,12
24,40
27,39 0,50 0,13 0,85 0,85 0,58 1,10 0,79 -2,95
22,40
25,43 0,39 0,12 0,62 0,20 0,16 1,17 0,12 -4,42
23,70
26,70 0,54 0,12 0,67 0,32 0,16 1,20 0,16 4,11
37,00
25,43 4,64 0,06 0,61 0,12 1,20 3,70 1,02 -4,35
24,70
27,68 0,61 0,17 0,85 0,81 0,40 1,65 0,55 -3,27
25,60
28,56 0,71 0,08 1,63 1,27 0,15 3,14 0,11 4,07
23,40
26,41 0,38 0,10 1,52 0,20 0,12 1,69 0,27 2,55
23,10
26,12 0,38 0,10 0,50 0,32 0,15 1,11 0,09 -1,57
25,90
28,85 0,36 0,14 0,60 0,16 0,16 1,10 0,11 -4,56
22,90
25,92 0,50 1,10 1,09 0,56 0,47 2,09 0,44 4,20
24,00
27,00 0,42 0,12 0,95 0,26 0,15 1,59 0,12 -3,02
25,90
28,85 0,42 0,10 1,01 0,70 0,21 1,78 0,15 1,95
23,60
26,61 0,42 0,11 0,93 0,39 0,27 1,50 0,26 -4,85
37,10
39,79 2,28 2,25 1,14 0,60 3,50 2,20 1,15 -4,42
25,90
28,03 0,39 0,13 0,65 0,25 0,16 1,25 0,14 -4,51
23,70
27,50 0,52 0,10 0,65 0,66 0,20 1,71 0,12 -2,53
ID
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
MATA AIR
Cibulakan 1
Cibulakan tarik
Cicalung
Cigasong
Cigempur
Cigirang
Cigobang
Cigorowong
Cigugula
Ciguludung
Ciguranteng
Cihiuem
Cijambar
Cijambu
Cikalamayan
Cikamalayan
Cikaracak
Cikidang
Cikuda
Cikuya
Cilegog
Cileles
Cimalaka
Cimampira
Cinyusu
Cipago
Cipanas(Argalingga)
Cipulus
Ciruyug
Cisarai
Citembong
Citimbang
Citutupan
Ciuyah Kasim
Ciuyah Pago
Ciuyah Seugeuh
Ciwetan
Dusun Manis
Gn Herang Tonggoh
Janawi
Jingkang
Kalapa Gunung
Kebon Seureuh
Leles
Leles
MCK
Mencut(Bp. Jamahi)
Mencut(Bp. Suheri)
Pakuan
Paniis
ELEVASI
TDS
EC
Q (L/d) (MAPL)
(PPM)
(MIKROSIEMENS/CM)
11,02
484
63,00
126,00
4,72
925
93,00
186,00
13,07
483
211,00
422,00
31,85
215
143,00
286,00
28,60
413
39,00
78,00
3,06
292 1100,00
2200,00
30,78
355
96,00
192,00
26,87
561
36,00
72,00
14,87
320
42,00
84,00
11,40
486
64,00
128,00
14,30
778
120,00
240,00
12,46
324
112,00
224,00
14,08
649
101,00
202,00
20,00
443
252,00
504,00
1,28
382
224,00
448,00
9,78
652
123,00
246,00
32,00
349
562,00
1124,00
18,44
363
169,00
338,00
10,87
508
55,00
110,00
19,83
371
250,00
500,00
12,20
342
28,00
56,00
11,83
582
39,00
78,00
15,33
330
105,00
210,00
3,20
1139
81,00
162,00
22,09
650
110,00
220,00
23,32
278
475,00
950,00
3,68
1273
23,00
46,00
18,66
712
146,00
292,00
21,66
537
84,00
168,00
9,17
748
16,00
32,00
14,87
320
101,00
202,00
10,00
722
95,00
190,00
11,12
650
30,00
60,00
4,60
242 12000,00
24000,00
3,41
275 12000,00
24000,00
4,53
271 12000,00
24000,00
37,63
135
123,00
246,00
22,24
389
192,00
384,00
5,49
797
95,00
190,00
12,20
517
131,00
262,00
10,47
823
67,00
134,00
15,56
572
186,00
372,00
40,33
111
139,00
278,00
16,63
135
149,50
299,00
14,45
336
51,00
102,00
18,30
330
84,00
168,00
17,83
119
85,00
170,00
32,21
118
97,00
194,00
11,30
511
118,00
236,00
20,85
293
160,50
321,00
pH
6,40
6,92
7,02
6,77
7,20
7,80
7,50
7,15
7,40
7,29
7,40
8,50
6,90
7,70
8,80
6,90
7,90
7,90
6,75
8,00
6,50
6,50
7,40
7,05
7,00
7,80
7,38
7,10
6,40
6,80
7,30
7,10
7,07
7,20
7,00
7,00
7,40
8,40
7,21
6,36
7,37
7,70
8,00
8,40
6,99
7,20
6,99
6,48
6,80
6,90
TEMP.AIR TEMP.UDARA
(oC)
(oC)
Na K
Ca Mg Cl HCO3 SO4 BAL
26,50
29,00 0,35 0,10 0,80 0,90 0,18 1,78 0,10 2,01
22,60
23,40 0,61 0,20 1,00 0,66 0,31 1,93 0,23 0,03
25,00
28,70 0,35 0,10 0,75 0,82 0,18 1,87 0,17 -4,64
27,00
30,50 0,68 0,15 2,80 2,35 0,38 4,70 0,42 4,21
22,60
29,82 0,30 0,06 0,80 0,25 0,18 1,23 0,10 -3,52
42,00
31,60 3,10 3,26 2,10 0,80 1,20 3,50 3,90 3,70
26,00
30,67 0,61 0,08 1,60 1,07 0,17 2,78 0,17 3,64
22,40
27,64 0,52 0,10 0,80 0,74 0,18 1,98 0,16 -3,51
25,00
31,19 0,39 0,13 0,60 3,29 0,08 4,51 0,08 -2,99
24,20
27,30 0,35 0,06 0,61 0,29 0,18 1,12 0,11 -3,88
25,70
24,45 0,52 0,10 0,80 0,58 0,17 1,78 0,16 -2,61
24,00
31,13 0,52 1,08 1,12 0,66 0,11 2,90 0,08 4,39
24,40
26,35 0,48 0,10 0,60 0,49 0,15 1,54 0,14 -4,48
26,70
29,38 0,39 0,20 0,90 0,49 0,20 1,50 0,15 3,90
36,00
30,28 0,52 0,10 0,80 0,74 0,51 1,27 0,52 -3,03
23,90
26,31 0,57 0,18 1,20 0,66 0,28 2,12 0,22 -0,26
29,60
30,76 0,61 0,08 1,50 0,99 0,14 2,92 0,17 -0,91
26,30
30,55 0,48 0,13 2,00 0,82 0,34 2,60 0,21 4,23
25,50
27,50 0,30 0,05 1,40 0,33 0,08 1,76 0,36 -2,74
25,00
30,44 0,44 0,05 0,75 0,41 0,48 0,65 0,48 1,16
24,80
30,86 0,91 0,20 1,20 0,74 0,48 1,67 0,77 2,29
24,30
27,20 0,44 0,10 1,55 0,41 0,11 2,11 0,12 3,11
27,50
31,04 0,44 0,10 0,40 0,25 0,17 0,98 0,13 -3,90
22,60
23,60 0,70 0,20 0,80 0,80 0,19 1,97 0,14 4,29
25,10
26,34 0,48 0,15 1,70 0,58 0,31 2,01 0,36 4,07
26,50
31,80 0,70 0,20 2,89 2,47 0,56 4,90 0,30 4,10
19,60
22,80 0,61 0,23 1,00 0,49 0,25 1,83 0,21 0,92
26,60
25,42 0,48 0,08 0,50 0,49 0,17 1,33 0,16 -3,48
26,30
28,00 0,44 0,15 0,50 0,25 0,18 1,12 0,17 -4,84
22,30
24,89 0,44 0,08 1,84 0,33 0,42 1,75 0,32 3,67
25,10
31,19 0,44 1,05 1,00 0,58 0,18 2,74 0,14 -0,03
23,60
25,28 0,52 0,10 0,70 0,58 0,17 1,76 0,06 -2,43
23,20
26,10 0,52 0,18 0,90 0,41 0,34 1,44 0,37 -3,42
30,20
32,33 3,20 2,60 2,60 1,10 4,90 2,60 1,50 2,70
32,10
31,85 2,80 3,10 2,10 1,10 4,50 2,30 1,50 4,60
32,10
31,91 2,30 3,80 1,80 0,90 4,60 2,40 1,08 4,27
28,70
33,91 0,39 0,08 0,85 0,66 0,14 1,38 0,28 4,52
26,10
30,17 0,48 0,10 0,75 0,66 0,11 1,78 0,06 0,91
23,90
26,00 0,57 0,13 0,75 0,58 0,14 1,82 0,10 -1,07
24,90
27,70 0,35 0,15 0,80 0,16 0,17 1,23 0,11 -1,54
25,00
28,80 0,70 0,10 0,90 0,49 0,23 1,86 0,17 -1,45
24,70
27,48 0,57 0,13 0,70 0,74 0,23 1,70 0,15 1,54
29,90
34,26 0,52 0,08 1,90 0,25 0,34 1,84 0,39 3,39
28,10
33,91 0,42 0,13 1,20 0,25 0,18 1,57 0,10 3,64
24,70
28,10 0,91 0,20 1,15 0,66 0,45 1,80 0,75 -1,29
26,20
31,04 0,57 1,08 1,15 0,74 0,17 3,33 0,16 -1,78
26,00
29,50 0,65 1,10 0,90 0,49 0,32 2,37 0,21 4,05
26,00
29,90 0,57 0,08 1,85 0,33 0,29 2,15 0,19 3,47
25,90
28,38 0,30 0,05 0,80 0,33 0,18 1,32 0,12 -4,28
27,00
31,58 0,44 0,10 0,50 1,64 0,18 2,54 0,14 -3,24
ID
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
128
129
130
131
132
133
134
220
221
222
223
224
225
226
227
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
MATA AIR
Panten Kaler
Pasawahan
Pasawahan(Bujangga)
Pasawahan(Tespong)
PDAM Paniis
Rambatan
Rancakesik
Situ Sangiang
Sugih Pamalengan
Talaga Deleg
Tarikolot
Telaga Pancar(dekat Alun2)
Talaga Deleg, Kaduela, Pasawahan, Kuningan
Cicerem, Kaduela, Pasawahan
PDAM Paniis, Pasawahan, Kuningan
Cigimpul, Cingkup, Pasawahan
Telaga Pancar, Pasawahan (dekat Alun2)
Bujangga. Padabeunghar, Pasawahan
Tespong, Padabeunghar, Pasawahan
Rt 5, Rw 1, Blok Sang Raja, Cigasong
Tirta Wening/Balong Gede, Paniis, Maja
Jero Kaso, Sada Sari, Maja
Gn Herang Tonggoh, Sada Ari, Argapura
Jingkang, Sukadana, Argapura
Rt 1/Rw 2,Kerta mukti, Cicalung, Maja
Mencut, Rajawangi, Leuwi Munding (Bp. Suheri)
Mencut, Rajawangi, Leuwi Munding (Bp. Jamahi)
Talaga Herang, Lengkong Kulon, Sindangwangi
Leles, Padaherang, Sindangwangi
Cikuda, Padaherang, SindangWangi
Cibulakan, Bantar Agung, Sindangwangi
Citutupan, Teja, Sindangwangi
Cileles, Teja, Rajagaluh
Janawi, Payung, Rajagaluh
Ciguludung, Payung, Rajagaluh
Panten Kaler, Aegalingga, Argapura
Cipanas, Argalingga, Argapura
Cimampira, Tejamulya, Argapura
Cibulakan tarik, Sunia Lama, Banjaran
Stu Sangiang, Sangiang, Talaga
ELEVASI
Q (L/d) (MAPL)
6,93
1270
14,72
360
9,72
448
11,77
387
31,49
347
24,84
295
10,07
149
4,61
998
5,89
866
14,67
204
34,07
145
13,58
373
30,40
204
14,87
320
16,12
347
16,73
360
21,25
373
20,82
448
14,99
387
13,41
185
12,92
542
10,23
687
10,02
797
10,55
823
12,67
483
14,58
150
14,00
119
13,75
303
12,24
395
11,00
508
11,66
484
9,76
650
10,98
582
10,29
517
11,33
486
6,24
1270
5,98
1254
6,54
1139
7,20
925
6,39
998
TDS
EC
(PPM)
(MIKROSIEMENS/CM)
29,00
58,00
34,00
68,00
65,00
130,00
38,00
76,00
199,00
398,00
910,00
1820,00
134,00
268,00
85,00
170,00
93,00
186,00
63,00
126,00
116,00
232,00
73,00
146,00
63,00
126,00
63,00
126,00
199,00
398,00
34,00
68,00
73,00
146,00
65,00
130,00
38,00
76,00
143,00
286,00
146,00
292,00
93,00
186,00
95,00
190,00
67,00
134,00
211,00
422,00
137,30
274,60
124,50
249,00
53,00
106,00
51,00
102,00
115,30
230,60
176,60
353,20
11,10
22,20
39,00
78,00
131,00
262,00
64,00
128,00
29,00
58,00
38,20
76,40
81,00
162,00
16,30
32,60
32,10
64,20
pH
7,72
7,05
6,42
8,28
6,64
8,80
7,60
8,53
6,67
6,65
7,30
6,57
6,65
6,48
6,64
7,05
6,57
6,42
8,28
6,77
6,65
6,76
7,21
7,37
7,02
6,48
6,99
6,57
6,99
6,75
6,40
7,07
6,50
6,36
7,29
7,72
7,38
7,05
6,92
8,53
TEMP.AIR TEMP.UDARA
(oC)
(oC)
Na K
Ca Mg Cl HCO3 SO4 BAL
20,80
23,50 0,55 0,10 0,80 0,41 0,25 1,29 0,21 3,21
25,00
28,30 0,65 0,08 1,50 0,82 0,14 2,60 0,19 2,01
25,00
29,30 0,35 0,06 0,40 0,29 0,17 0,93 0,10 -4,63
25,00
28,70 0,44 0,10 0,85 0,82 0,54 1,24 0,62 -4,17
26,00
30,70 0,87 0,23 1,25 0,82 0,51 2,13 0,79 -3,91
29,00
31,55 0,44 0,10 0,55 2,88 0,18 3,93 0,06 -2,57
27,30
33,70 0,26 0,08 0,75 0,49 0,06 1,56 0,10 -4,27
26,60
24,30 0,65 0,18 0,90 0,74 0,39 1,97 0,25 -2,75
22,70
23,80 0,57 0,15 0,95 0,58 0,28 1,89 0,21 -3,02
26,00
30,90 0,30 0,08 0,80 0,41 0,08 1,39 0,12 -0,27
27,30
33,76 0,22 0,05 0,70 0,33 0,08 0,90 0,22 3,66
25,10
31,10 0,48 0,08 0,80 0,66 0,48 1,21 0,50 -4,22
26,00
30,90 0,33 0,09 0,78 0,35 0,10 1,45 0,12 -4,00
25,00
30,30 0,52 0,15 0,65 0,74 0,28 1,67 0,31 -4,62
26,00
30,70 0,99 0,26 1,15 0,94 0,56 1,78 0,89 1,68
25,00
28,30 0,57 0,13 0,75 0,82 0,31 1,84 0,29 -3,77
25,10
31,10 0,52 0,13 0,60 0,74 0,25 1,66 0,27 -4,69
25,00
29,30 0,44 0,15 0,95 0,58 0,20 1,91 0,17 -3,73
25,00
28,70 0,29 0,06 1,41 0,25 0,10 1,61 0,16 3,59
27,00
30,50 0,44 1,07 2,15 1,19 0,19 4,08 0,18 4,18
25,50
28,20 0,55 0,07 2,72 0,59 0,26 3,04 0,39 3,31
24,40
29,30 0,41 0,04 0,82 0,79 0,16 1,76 0,15 0,03
23,90
26,00 0,35 0,05 0,85 0,74 0,16 1,48 0,24 2,90
25,00
28,80 0,38 0,05 0,80 0,74 0,15 1,47 0,24 2,93
25,00
28,70 0,28 0,08 1,05 0,41 0,17 1,70 0,13 -4,78
26,00
29,90 1,86 1,13 1,48 1,44 0,08 6,28 0,08 -4,27
26,00
29,50 0,89 0,16 0,55 0,40 0,11 1,78 0,17 -1,49
24,70
27,80 0,30 0,07 1,62 0,27 0,12 1,96 0,16 0,22
24,70
28,10 0,26 0,86 0,89 0,29 0,15 1,76 0,28 2,41
25,50
27,50 0,26 0,07 1,45 0,13 0,07 1,54 0,16 3,80
26,50
29,00 0,24 0,19 1,70 0,45 0,10 2,29 0,10 1,80
23,20
26,10 0,32 0,07 1,45 0,15 0,14 1,57 0,16 3,43
24,30
27,20 0,44 0,08 2,69 0,58 0,17 3,61 0,33 -4,18
24,90
27,70 0,28 0,06 1,45 0,15 0,17 1,50 0,14 3,50
24,20
27,30 0,30 0,07 1,40 0,16 0,16 1,57 0,14 1,85
22,32
23,50 0,13 0,06 1,40 0,10 0,28 1,21 0,22 -0,91
22,83
22,80 0,16 0,06 1,45 0,07 0,12 1,29 0,23 3,08
24,02
23,60 0,15 0,38 0,72 0,51 0,16 1,19 0,26 4,30
22,60
23,40 0,38 0,05 0,44 0,68 0,14 1,42 0,15 -4,62
24,67
24,30 0,04 0,02 1,70 0,11 0,10 1,58 0,12 2,15
ID
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
MATA AIR
Cicurug i
Cicurug ii
Sindangparna
Pereng
Cikamalayan
Leles
Cipari
Cipicung Kubur
Palutungan
Pereng
Talaga Remis
Balong Kagungan Cilimus
Cibulan
Dangdeur
Cicerem
Kebon Balong
Sangkanhurip
Balong Dalem
Balong Kagungan (Kramat Mulya)
Cikajayaan
Citengah
Cicerem
Silinggonom
Situsari
Cibitung
Cibewok
Cibulakan
Cikole
Ciuyah Desa
Cigugur
Ciputri
Cibinuang
Cibulakan
Citambak
Cibuluh
Citengah
Cikupa
Cipanas II
Citiis
Cikabuyutan
Cibulakan
Cipetey
Cihanyir
Citambak Girang
Balong Beunteur
Bandorasa
Puncak Lapang
Liang Panas
Cibayuning
Cibulakan Cilimus
JENIS BATUAN HCO3/Cl HCO3/SO4 Na/Cl Na/SO4 Na/Mg K/Cl Na/K Cl/SO4
Lava
5,6
8,1
1,3
1,9
0,5 0,6 2,3
1,4
Lava
4,9
5,2
1,4
1,5
0,7 0,4 3,1
1,1
Lava
9,6
15,5
2,5
4,0
0,7 0,5 5,1
1,6
Lava
12,1
11,2
4,4
4,1
1,1 1,0 4,5
0,9
Lahar
25,6
33,2
5,5
7,2
0,6 1,2 4,7
1,3
Lahar
11,4
12,9
2,7
3,0
0,6 0,4 6,1
1,1
Lava
3,6
5,1
1,2
1,7
0,8 0,3 4,6
1,4
Lava
11,6
20,0
2,9
5,0
0,8 1,0 2,9
1,7
Piroklastik
4,6
2,7
1,6
0,9
1,1 1,9 0,8
0,6
Lahar
6,1
9,6
2,1
3,2
1,2 0,4 5,0
1,6
Lava
5,4
5,7
1,9
2,0
0,8 0,4 5,4
1,1
Lahar
8,1
11,8
3,5
5,0
1,3 0,8 4,5
1,5
Lahar
5,5
5,1
1,8
1,7
0,7 0,4 5,0
0,9
Lahar
21,3
33,7
3,8
6,0
0,7 6,6 0,6
1,6
Lahar
7,3
6,8
3,1
2,9
1,4 0,7 4,2
0,9
Piroklastik
9,4
37,8
2,9
11,7
1,3 0,7 4,1
4,0
Lahar
0,5
0,1
2,6
0,3
1,2 0,6 4,0
0,1
Lahar
7,6
8,5
2,2
2,5
1,1 0,7 3,1
1,1
Lahar
2,9
3,0
0,9
0,9
1,5 1,3 0,7
1,0
Lahar
15,5
35,7
5,1
11,8
1,3 1,2 4,3
2,3
Lahar
12,4
15,7
4,3
5,5
1,8 0,9 4,6
1,3
Lahar
41,7
61,3
4,4
6,4
0,1 1,2 3,7
1,5
Lahar
10,0
18,5
3,8
7,0
1,5 0,7 5,2
1,8
Lava
9,2
9,4
2,7
2,8
1,0 0,6 4,6
1,0
Lava
9,5
11,4
1,5
1,8
0,4 0,3 5,0
1,2
Lahar
2,2
2,0
0,8
0,7
0,5 0,2 4,4
0,9
Piroklastik
12,1
12,2
3,3
3,3
0,9 0,6 5,2
1,0
Lahar
10,2
13,9
2,9
4,0
1,0 0,5 5,7
1,4
Klw
0,6
2,3
0,6
2,4
3,2 0,7 0,9
4,0
Lava
18,7
13,7
2,3
1,7
0,7 0,9 2,5
0,7
Piroklastik
3,9
6,7
1,0
1,8
0,6 0,3 3,8
1,7
Lava
11,2
10,5
3,3
3,1
1,0 0,6 5,7
0,9
Lahar
10,1
12,5
2,2
2,7
0,7 0,6 3,7
1,2
Lava
14,8
6,3
2,7
1,2
0,6 0,6 4,8
0,4
Lahar
1,9
1,4
0,9
0,6
0,6 0,2 3,8
0,7
Lava
7,3
9,8
2,4
3,2
2,0 0,8 3,2
1,3
Piroklastik
7,5
7,5
3,4
3,4
1,7 0,8 4,5
1,0
Lahar
3,1
3,6
3,9
4,6
40,3 0,1 75,5
1,2
Piroklastik
4,1
3,0
1,5
1,1
0,8 0,4 3,5
0,7
Lahar
21,0
29,0
4,8
6,6
0,6 0,5 9,3
1,4
Lava
13,6
6,3
3,1
1,4
1,9 0,8 3,9
0,5
Lahar
7,4
12,4
2,6
4,3
1,2 0,7 3,8
1,7
Lava
7,0
10,0
2,3
3,2
2,3 0,9 2,6
1,4
Lava
4,5
4,8
1,1
1,1
0,9 2,4 0,5
1,1
Lahar
10,6
13,3
2,8
3,5
1,6 0,8 3,6
1,3
Lahar
8,7
11,6
2,0
2,7
0,6 0,5 4,3
1,3
Lava
5,5
5,8
1,5
1,6
1,1 0,4 3,8
1,1
Klw
0,6
1,9
0,7
2,0
3,8 0,6 1,0
3,0
Lava
7,8
8,9
2,4
2,8
1,6 0,8 3,1
1,1
Lava
8,7
13,7
2,6
4,2
0,8 0,5 5,1
1,6
Coord 49 M
220671,001989324
220671,001989324
221330,999366773
220669,995996319
215506,003022591
211683,996470499
219550,523683010
221102,004024830
216298,997622690
234781,744270024
214256,724628374
221397,996851678
222182,003481494
227236,689543235
215122,480558541
212405,309946133
223425,823126787
221019,001356146
220281,996038817
215658,823254928
Coord UTM
9228960,002937900
9228960,002937900
9228783,998763040
9228958,003344910
9226242,995976790
9247206,998814780
9229169,880217990
9228662,003594800
9231664,002546620
9222896,807083840
9248807,752985910
9238418,997586960
9235337,004917630
9224130,046061620
9247791,879763960
9237784,116815100
9238030,486667230
9234418,001978020
9232082,997261460
9246900,281246260
Coord S
-6,968729000
-6,968729000
-6,970352000
-6,968747000
-6,993030000
-6,803397000
-6,966778000
-6,971443000
-6,944080000
-7,024194000
-6,789056000
-6,883282000
-6,911172000
-7,012694000
-6,798278000
-6,888583000
-6,886889000
-6,919421000
-6,940487000
-6,806361000
Coord E
108,471985000
108,471985000
108,477945000
108,471976000
108,425137000
108,391607000
108,461861000
108,475868000
108,432576000
108,599333000
108,414944000
108,479014000
108,485957000
108,531139000
108,422722000
108,397667000
108,497333000
108,475395000
108,468618000
108,427528000
215089,002430700
221333,003106937
212031,138269515
213257,328299703
222230,002541141
220473,002776089
216173,446397440
223985,526300065
218954,002814951
218652,996514771
212866,417559164
219623,590109317
219584,150236049
215072,279858467
218603,001960804
212321,787789259
227286,997439285
218556,998395477
220021,996322321
215830,996483828
220390,000107405
218676,002420357
219522,380616428
212817,651635997
223227,320917050
217344,999463323
9247817,004649860
9238377,995932730
9226491,515391380
9225250,258045720
9232106,002578790
9242306,996196110
9248344,667245670
9221069,888947730
9229045,995434370
9230299,000388850
9225401,807198330
9229296,314482660
9229207,022657750
9247416,586153890
9243447,004150800
9224482,734272960
9212475,998209280
9227902,998088170
9213033,004832190
9226858,000794340
9242311,995178580
9242828,000147270
9229262,021462900
9225343,109146150
9237820,429423770
9229563,000199550
-6,798049000
-6,883649000
-6,990611000
-7,001889000
-6,940373000
-6,848101000
-6,793333000
-7,040194000
-6,967869000
-6,956531000
-7,000500000
-6,965639000
-6,966444000
-6,801667000
-6,837709000
-7,008778000
-7,118020000
-6,978178000
-7,112631000
-6,987488000
-6,848052000
-6,843307000
-6,965944000
-7,001028000
-6,888778000
-6,963118000
108,422421000
108,478424000
108,393722000
108,404750000
108,486236000
108,470835000
108,432250000
108,501583000
108,456460000
108,453799000
108,401222000
108,462528000
108,462167000
108,422250000
108,453981000
108,396250000
108,531035000
108,452814000
108,465333000
108,428107000
108,470085000
108,454612000
108,461611000
108,400778000
108,495528000
108,441933000
217835,998261926
9226646,003945690 -6,989503000
108,446231000
ID
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
MATA AIR
Cibulakan 1
Cibulakan tarik
Cicalung
Cigasong
Cigempur
Cigirang
Cigobang
Cigorowong
Cigugula
Ciguludung
Ciguranteng
Cihiuem
Cijambar
Cijambu
Cikalamayan
Cikamalayan
Cikaracak
Cikidang
Cikuda
Cikuya
Cilegog
Cileles
Cimalaka
Cimampira
Cinyusu
Cipago
Cipanas(Argalingga)
Cipulus
Ciruyug
Cisarai
Citembong
Citimbang
Citutupan
Ciuyah Kasim
Ciuyah Pago
Ciuyah Seugeuh
Ciwetan
Dusun Manis
Gn Herang Tonggoh
Janawi
Jingkang
Kalapa Gunung
Kebon Seureuh
Leles
Leles
MCK
Mencut(Bp. Jamahi)
Mencut(Bp. Suheri)
Pakuan
Paniis
JENIS BATUAN HCO3/Cl HCO3/SO4 Na/Cl Na/SO4 Na/Mg K/Cl Na/K Cl/SO4
Lahar
9,9
17,2
1,9
3,3
0,4 0,6 3,4
1,7
Lava
6,2
8,4
2,0
2,7
0,9 0,7 3,0
1,4
Lahar
10,4
11,0
1,9
2,0
0,4 0,6 3,4
1,1
Lahar
12,4
11,2
1,8
1,6
0,3 0,4 4,4
0,9
Lava
6,8
12,3
1,7
3,0
1,2 0,3 5,4
1,8
Lahar
2,9
0,9
2,6
0,8
3,9 2,7 1,0
0,3
Lahar
16,4
16,7
3,6
3,7
0,6 0,5 7,9
1,0
Lava
11,0
12,4
2,9
3,3
0,7 0,6 5,1
1,1
Lahar
53,3
54,2
4,6
4,7
0,1 1,5 3,1
1,0
Lava
6,2
10,2
1,9
3,2
1,2 0,3 5,9
1,6
Lava
10,5
11,1
3,1
3,3
0,9 0,6 5,1
1,1
Lahar
25,7
34,8
4,6
6,3
0,8 9,6 0,5
1,4
Lava
10,3
11,0
3,2
3,4
1,0 0,7 4,7
1,1
Lahar
7,6
10,3
2,0
2,7
0,8 1,0 1,9
1,4
Lahar
2,5
2,4
1,0
1,0
0,7 0,2 5,1
1,0
Lava
7,6
9,6
2,0
2,6
0,9 0,6 3,2
1,3
Lahar
20,7
17,5
4,3
3,7
0,6 0,5 7,9
0,8
Lahar
7,7
12,5
1,4
2,3
0,6 0,4 3,7
1,6
Lava
20,8
4,9
3,6
0,8
0,9 0,6 5,7
0,2
Lahar
1,4
1,4
0,9
0,9
1,1 0,1 8,5
1,0
Lahar
3,5
2,2
1,9
1,2
1,2 0,4 4,5
0,6
Lava
18,7
16,9
3,9
3,5
1,1 0,9 4,2
0,9
Lahar
5,8
7,5
2,6
3,3
1,8 0,6 4,2
1,3
Lava
10,4
14,1
3,7
5,0
0,9 1,1 3,4
1,4
Lava
6,5
5,6
1,5
1,3
0,8 0,5 3,1
0,9
Lahar
8,7
16,3
1,2
2,3
0,3 0,4 3,4
1,9
Lava
7,3
8,8
2,4
2,9
1,2 0,9 2,6
1,2
Lava
7,9
8,3
2,8
3,0
1,0 0,5 6,2
1,1
Lava
6,2
6,6
2,4
2,6
1,8 0,9 2,8
1,1
Piroklastik
4,1
5,5
1,0
1,4
1,3 0,2 5,7
1,3
Lahar
15,2
19,6
2,4
3,1
0,8 5,8 0,4
1,3
Lava
10,4
28,2
3,1
8,4
0,9 0,6 5,1
2,7
Lava
4,3
3,8
1,5
1,4
1,3 0,5 2,9
0,9
Klw
0,5
1,7
0,7
2,1
2,9 0,5 1,2
3,3
Klw
0,5
1,5
0,6
1,9
2,5 0,7 0,9
3,0
Klw
0,5
2,2
0,5
2,1
2,6 0,8 0,6
4,3
Lahar
9,8
4,9
2,8
1,4
0,6 0,5 5,1
0,5
Lahar
15,7
28,5
4,2
7,7
0,7 0,9 4,7
1,8
Lava
12,9
17,5
4,0
5,4
1,0 0,9 4,4
1,4
Lava
7,3
11,2
2,1
3,2
2,1 0,9 2,3
1,5
Lava
8,3
11,2
3,1
4,2
1,4 0,5 6,8
1,4
Lava
7,5
11,6
2,5
3,9
0,8 0,6 4,4
1,5
Lahar
5,4
4,8
1,5
1,3
2,1 0,2 6,8
0,9
Lahar
8,7
15,1
2,3
4,1
1,7 0,7 3,3
1,7
Lahar
4,0
2,4
2,0
1,2
1,4 0,5 4,5
0,6
Lahar
19,7
20,8
3,3
3,5
0,8 6,4 0,5
1,1
Lahar
7,4
11,4
2,0
3,1
1,3 3,4 0,6
1,5
Lahar
7,4
11,5
2,0
3,0
1,7 0,3 7,4
1,5
Lava
7,3
11,0
1,7
2,5
0,9 0,3 5,7
1,5
Lahar
14,1
18,1
2,4
3,1
0,3 0,6 4,2
1,3
Coord 49 M
210378,003159215
206217,001702271
201716,997094631
196680,996116065
216981,835988839
223314,355803594
217198,998544218
221078,000372084
Coord UTM
9245776,000090420
9230153,999903280
9239993,997000390
9242725,001112420
9245954,443768730
9220829,607856250
9213436,002803120
9226972,997387120
Coord S
-6,816264000
-6,957222000
-6,868078000
-6,843144000
-6,814972000
-7,042333000
-7,108848000
-6,986706000
Coord E
108,379730000
108,341326000
108,301137000
108,255748000
108,439444000
108,495500000
108,439814000
108,475570000
208743,000660521
220324,998116820
218538,997717379
238319,821665473
229151,003525766
227274,001988675
219559,792011999
228218,002735366
220155,999537974
211811,996711505
218494,000145056
225281,863727678
207842,001991833
227352,444705462
207454,002034331
215997,999568354
223340,610571832
208201,999062107
215507,998516911
217347,003203486
212533,384399738
9245602,995305050
9231233,000275880
9212761,000197950
9224586,733104300
9211897,995859980
9212421,999200620
9229151,563946210
9211518,003206380
9212522,998642470
9246162,001520950
9213600,999218580
9225035,581742460
9244852,997964830
9224296,632153500
9233974,002352850
9226369,000328970
9220510,062898700
9236521,003918070
9226447,004451450
9224483,004218010
9222335,301376700
-6,817747000
-6,948171000
-7,115015000
-7,009083000
-7,123333000
-7,118507000
-6,966944000
-7,126722000
-7,117246000
-6,812846000
-7,107422000
-7,004417000
-6,824480000
-7,011194000
-6,922766000
-6,991915000
-7,045222000
-6,899788000
-6,991186000
-7,009025000
-7,028194000
108,364940000
108,468965000
108,451903000
108,631417000
108,547872000
108,530915000
108,461944000
108,539412000
108,466520000
108,392714000
108,451538000
108,513500000
108,356757000
108,532194000
108,352705000
108,429593000
108,495722000
108,359597000
108,425166000
108,441702000
108,398056000
213810,088472083
207469,001225105
224665,470374866
223398,512890479
223843,145306606
9225262,495554810
9243539,995222730
9220827,538277510
9220596,465311740
9221296,512819100
-7,001806000
-6,836326000
-7,042417000
-7,044444000
-7,038139000
108,409750000
108,353320000
108,507722000
108,496250000
108,500306000
227272,995995670
204300,997321659
208597,997488576
204669,998853904
222073,999412906
238055,459897344
222187,000463138
239161,755351468
9211691,997790290
9237195,996525280
9244549,999639260
9236739,999342180
9232216,000189100
9224640,712117020
9228906,003929240
9223856,421757050
-7,125104000
-6,893492000
-6,827255000
-6,897632000
-6,939372000
-7,008583000
-6,969290000
-7,015722000
108,530870000
108,324358000
108,363577000
108,327671000
108,484831000
108,629028000
108,485693000
108,639000000
207201,003039642
207487,001903203
220885,995887652
217507,459087642
9252519,997369330
9252419,997723970
9226115,002029590
9245907,993223600
-6,755166000
-6,756084000
-6,994450000
-6,815417000
108,351341000
108,353922000
108,473791000
108,444194000
ID
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
128
129
130
131
132
133
134
220
221
222
223
224
225
226
227
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
MATA AIR
Panten Kaler
Pasawahan
Pasawahan(Bujangga)
Pasawahan(Tespong)
PDAM Paniis
Rambatan
Rancakesik
Situ Sangiang
Sugih Pamalengan
Talaga Deleg
Tarikolot
Telaga Pancar(dekat Alun2)
Talaga Deleg, Kaduela, Pasawahan, Kuningan
Cicerem, Kaduela, Pasawahan
PDAM Paniis, Pasawahan, Kuningan
Cigimpul, Cingkup, Pasawahan
Telaga Pancar, Pasawahan (dekat Alun2)
Bujangga. Padabeunghar, Pasawahan
Tespong, Padabeunghar, Pasawahan
Rt 5, Rw 1, Blok Sang Raja, Cigasong
Tirta Wening/Balong Gede, Paniis, Maja
Jero Kaso, Sada Sari, Maja
Gn Herang Tonggoh, Sada Ari, Argapura
Jingkang, Sukadana, Argapura
Rt 1/Rw 2,Kerta mukti, Cicalung, Maja
Mencut, Rajawangi, Leuwi Munding (Bp. Suheri)
Mencut, Rajawangi, Leuwi Munding (Bp. Jamahi)
Talaga Herang, Lengkong Kulon, Sindangwangi
Leles, Padaherang, Sindangwangi
Cikuda, Padaherang, SindangWangi
Cibulakan, Bantar Agung, Sindangwangi
Citutupan, Teja, Sindangwangi
Cileles, Teja, Rajagaluh
Janawi, Payung, Rajagaluh
Ciguludung, Payung, Rajagaluh
Panten Kaler, Aegalingga, Argapura
Cipanas, Argalingga, Argapura
Cimampira, Tejamulya, Argapura
Cibulakan tarik, Sunia Lama, Banjaran
Stu Sangiang, Sangiang, Talaga
JENIS BATUAN HCO3/Cl HCO3/SO4 Na/Cl Na/SO4 Na/Mg K/Cl Na/K Cl/SO4
Piroklastik
5,2
6,2
2,2
2,7
1,3 0,4 5,4
1,2
Lahar
18,4
13,9
4,6
3,5
0,8 0,5 8,5
0,8
Lava
5,5
9,3
2,0
3,5
1,2 0,3 5,9
1,7
Lahar
2,3
2,0
0,8
0,7
0,5 0,2 4,2
0,9
Lahar
4,2
2,7
1,7
1,1
1,1 0,5 3,8
0,6
Lahar
21,8
63,0
2,4
7,0
0,2 0,6 4,2
2,9
Lahar
27,7
15,0
4,6
2,5
0,5 1,4 3,4
0,5
Lava
5,0
7,9
1,7
2,6
0,9 0,5 3,6
1,6
Lava
6,7
9,1
2,0
2,7
1,0 0,5 3,7
1,4
Lahar
16,4
11,1
3,6
2,4
0,7 0,9 4,0
0,7
Lahar
10,6
4,1
2,6
1,0
0,7 0,6 4,2
0,4
Lahar
2,5
2,4
1,0
1,0
0,7 0,2 6,2
1,0
Lahar
15,1
11,7
3,4
2,6
0,9 0,9 3,8
0,8
Lava
5,9
5,4
1,9
1,7
0,7 0,5 3,4
0,9
Lahar
3,2
2,0
1,8
1,1
1,0 0,5 3,9
0,6
Lava
5,9
6,3
1,8
1,9
0,7 0,4 4,4
1,1
Lava
6,5
6,1
2,1
1,9
0,7 0,5 4,1
0,9
Lahar
9,7
11,5
2,2
2,6
0,8 0,8 2,8
1,2
Lava
16,8
10,1
3,0
1,8
1,1 0,6 5,2
0,6
Lahar
21,3
22,3
2,3
2,4
0,4 5,6 0,4
1,0
Lahar
11,7
7,9
2,1
1,4
0,9 0,3 7,4
0,7
Piroklastik
10,7
12,0
2,5
2,8
0,5 0,3 9,9
1,1
Piroklastik
9,5
6,2
2,2
1,5
0,5 0,3 6,8
0,6
Piroklastik
9,7
6,1
2,5
1,6
0,5 0,4 7,1
0,6
Lahar
10,0
13,1
1,6
2,1
0,7 0,5 3,5
1,3
Piroklastik
76,5
78,5 22,7
23,3
1,3 13,8 1,6
1,0
Lahar
15,8
10,7
7,9
5,3
2,2 1,4 5,6
0,7
Lahar
15,9
12,2
2,4
1,8
1,1 0,6 4,3
0,8
Lahar
12,0
6,3
1,8
0,9
0,9 5,9 0,3
0,5
Lava
22,8
9,7
3,9
1,6
2,0 1,0 3,8
0,4
Lahar
23,9
22,9
2,5
2,4
0,5 2,0 1,3
1,0
Lava
11,4
9,8
2,4
2,0
2,1 0,5 4,6
0,9
Lahar
21,3
10,8
2,6
1,3
0,8 0,5 5,7
0,5
Lava
8,9
10,7
1,6
2,0
1,9 0,4 4,4
1,2
Lava
9,8
11,2
1,9
2,2
1,9 0,4 4,2
1,1
Piroklastik
4,3
5,5
0,4
0,6
1,3 0,2 2,2
1,3
Piroklastik
10,4
5,6
1,3
0,7
2,2 0,5 2,6
0,5
Piroklastik
7,3
4,6
0,9
0,6
0,3 2,3 0,4
0,6
Lava
10,1
9,8
2,7
2,6
0,6 0,4 7,4
1,0
Piroklastik
16,5
13,2
0,5
0,4
0,4 0,2 1,9
0,8
Coord 49 M
207831,999782702
217007,002305631
213754,997986342
213211,003146448
217574,003051110
222921,301143538
234410,714260082
206053,000105068
205437,002552782
214730,003107586
234539,868919290
215657,998670499
214730,003107586
Coord UTM
9236398,998751860
9245977,998974140
9246967,997462820
9247356,998282830
9245999,004698480
9221973,974923650
9223401,984256490
9231810,002828680
9230130,004787410
9248882,997670070
9223371,890382010
9246913,998454160
9248882,997670070
Coord S
-6,900872000
-6,814760000
-6,805657000
-6,802116000
-6,814598000
-7,031972000
-7,019611000
-6,942250000
-6,957399000
-6,788399000
-7,019889000
-6,806237000
-6,788399000
Coord E
108,356245000
108,439673000
108,410319000
108,405420000
108,444800000
108,492000000
108,596000000
108,339927000
108,334271000
108,419226000
108,597167000
108,427521000
108,419226000
217574,003051110
208743,000660521
207831,999782702
206217,001702271
213211,003146448
202437
9245999,004698480
9245602,995305050
9236398,998751860
9230153,999903280
9247356,998282830
9239005
-6,814598000
-6,817747000
-6,900872000
-6,957222000
-6,802116000
108,444800000
108,364940000
108,356245000
108,341326000
108,405420000
207487
203331
204301
9252420
9237252
9237196
210378
211069
9245776
9248437
196681
9242725
201717
9239994
207469
9243540
208202
207454
204670
206053
9236521
9233974
9236740
9231810
CIBULAN
74.8
Kabupaten Kuningan
Tim:
Aditya A.J.
Andika P.
Dhea W.D.
Fachry S.
Reza P.A.B.
74
4241
571 12.3
16.3
4.18
30
CIBULAN
60 meter
CB-1: 549 m
0
10
10
Lokasi:
1613
1355
15
15
(12305011)
(12305029)
(12305026)
(12305008)
(12305023)
10
20
20
25
25
30
30
CB-2: 546 m
15
0
CB-3: 555 m
7885
CB-4: 538 m
20
CB-5: 539 m
10
25
0
5
CIBULAN
U
35
35
40
40
45
45
30
0222025 , 9235312
10
15
20
CB-1 CB-2
25
14.2
1166
87.9
1025
61.73
95.24
5.83
30.54
Tanah
pelapukan
0222025 , 9235312
30
60
meter
10
30
5
10
10
35
15
25
40
15
20
30
45
20
25
35
25
50
30
30
40
35
35
5
45
563.6
20
50
50
15
40
10
10
15
15
35
40
40
168.8
15
20
20
20
25
25
25
Batuan
segar
(diperkirak
an lahar)
45
50
45
45
50
50
50
17631
30
30
30
0.3753
35
35
35
40
40
40
45
45
45
50
50
50
Tanah
pelapukan
Batuan segar
(diperkirakan
lava
mengandung
rekahan)
Batuan
segar
(diperkirak
an lahar)