Вы находитесь на странице: 1из 11

PENDAHULUAN

Di era globalisasi seperti ini semakin banyak permasalahan kesehatan yang


ditimbulkan akibat penurunan kualitas hidup sumber daya manusia yang berhubungan dengan
gaya hidup yang kurang sehat (unhealty lifestyle). Hal tesebut menyebabkan munculnya
berbagai macam penyakit tidak menular khususnya Diabetes Melitus dan juga terjadi
peningkatan perhatian terhadap penyakit degeneratif karena semakin meningkatnya frekuensi
kejadian di masyarakat. (Pratiwi, 2007)
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa Penyakit
Tidak Menular adalah penyebab utama kematian global. Secara global pada tahun 2008, 63%
kematian diantaranya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular terutama Penyakit
Kardiovaskular (48%), Kanker (21%), Paru-Paru Kronis (12%), dan Diabetes Mellitus (3%).
Kematian akibat Penyakit Tidak Menular sekitar 29% terdapat pada usia di bawah 60 tahun
dan hampir 80% terjadi di negara berkembang. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008,
menunjukan prevalensi DM di Indonesia membesar sampai 57%, pada tahun 2012 angka
kejadian diabetes melitus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa, dimana proporsi kejadian
diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetes mellitus dan
hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1. Sedangkan menurut
Damayanti (2011) Indonesia menempati peringkat keempat setelah India, Cina, dan Amerika
(Damyati, 2011). Jumlah penderita diabetes selalu meningkat setiap tahunnya, WHO
memprediksi pada tahun 2030 jumlah pasien diabetes mencapai 21,3 juta (Aini et al., 2011).
Terdapat 17 provinsi yang mempunyai prevalensi Diabetes Melitus lebih tinggi dari
angka nasional. Dari data Jawa Timur menunjukkan prevalensi Diabetes Melitus berdasarkan
diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 1,0% sedangkan prevalensi DM (D/G) sebesar 1,3%.
Di Surabaya sendiri seperti yang kita ketahui terdapat perkembangan dari tahun 2009
sejumlah 15.961, meningkat pada jumlah 21.729 pada tahun 2010, kemudian meningkat
kembali pada tahun 2011 menjadi 26.613. Penderita Diabetes Melitus ini terus mengalami
peningkatan pada tahun 2009 hingga 2011, namun pada tanggal 2012 terjadi penurunan
menjadi sebesar 21.268.
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan meningkatnya
kadar gula dalam darah melebihi batas normal sebagai akibat dari kelainan sekresi insulin.
(Pratita, 2012). Seseorang dikatakan positif DM jika dalam pengukuran kadar gula darah saat
puasa >126 mg/dl dan pada tes tanpa puasa >200 mg/dl (fitria 2009). Sedangkan Diabetes
Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas sel terhadap insulin.

Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin
tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai
non insulin dependent diabetes mellitus.
Diabetes melitus tipe 2 merupakan tipe diabetes yang paling umum di temukan pada
pasien di bandingkan dengan diabetes melitus tipe 1,diabetes gestasional dan, diabetes tipe
lain. Mayoritas pasien diabetes melitus tipe 2 tidak bergantung pada insulin. Kelompok
diabetes melitus ini merupakan akibat dari kurang beresponnya jaringan sasaran (otot,
jaringan adiposa dan hepar) terhadap insulin.
Diabetes Melitus merupakan penyakit yang dapat menyebabkan penyakit lain
(komplikasi). Kejadian komplikasi Diabetes Melitus pada setiap orang berbeda-beda. Risiko
penyakit yang terjadi oleh penderita diabetes melitus jika dibandingkan dengan penderita non
diabetes melitus adalah dua kali lebih mudah mengalami stroke, dua puluh lima kali lebih
mudah mengalami buta, dua kali lebih mudah mengalami PJK (Penyakit Jantung Koroner),
tujuh belas kali lebih mudah mengalami gagal ginjal kronik, dan lima kali lebih mudah
mengalami selulitis atau gangrene (Tjokroprawiro, 2006).
Pengobatan DM bertujuan untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas
hidup pasien. Pencegahan komplikasi dilakukan dengan cara menjaga kestabilan gula darah
dengan pengobatan secara rutin seumur hidup karena DM merupakan penyakit seumur hidup
yang tidak bisa disembuhkan secara permanen sehingga banyak pasien yang jenuh dan tidak
patuh dalam pengobatan. Ketidakpatuhan pasien meningkatkan resiko komplikasi dan
bertambah parahnya penyakit yang diderita (Pratita, 2012).
Oleh karena itu banyak kejadian kematian karena komplikasi penyakit DM, maka
penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepatuhan minum obat, kepatuhan
diit, dan kepatuhan minum obat dengan terjadinya komplikasi pada penderita Diabetes
Melitus tipe 2.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kelainan metabolik yang dikarakteristikkan
dengan hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya. Hiperglikemia
kronis pada diabetes melitus akan disertai dengan kerusakan, gangguan fungsi beberapa
2

organ tubuh khususnya mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Walaupun pada
diabetes melitus ditemukan gangguan metabolisme semua sumber makanan tubuh kita,
kelainan metabolisme yang paling utama ialah kelainan metabolisme karbohidarat. Oleh
karena itu diagnosis diabetes melitus selalu berdasarkan tingginya kadar glukosa dalam
plasma darah. (John, 2006)
Klasifikasi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah kelainan endokrin yang ditandai dengan tingginya kadar
glukosa darah. Secara etiologi macam-macam Diabetes Melitus yakni : ((John, 2006)
1. Diabetes Melitus tipe 1,
Dikenal dengan nama Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena
kerusakan sel pankreas (reaksi autoimun). Sel pankreas merupakan satusatunya sel tubuh yang menghasilkan insulin yang berfungsi untuk mengatur kadar
glukosa dalam tubuh. Bila kerusakan sel pankreas telah mencapai 80-90% maka
gejala DM mulai muncul. Perusakan sel ini lebih cepat terjadi pada anak-anak
daripada dewasa. Sebagian besar penderita DM tipe 1 sebagian besar oleh karena
proses autoimun dan sebagian kecil non autoimun. DM tipe 1 yang tidak diketahui
penyebabnya juga disebut sebagai type 1 idiopathic, pada mereka ini ditemukan
insulinopenia tanpa adanya petanda imun dan mudah sekali mengalami
ketoasidosis. DM tipe 1 sebagian 4 besar (75% kasus) terjadi sebelum usia 30
tahun dan DM Tipe ini diperkirakan terjadi sekitar 5-10 % dari seluruh kasus DM
yang ada.
2. Diabetes Melitus tipe 2,
Merupakan 90% dari kasus DM yang dulu dikenal sebagai non insulin dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM). Bentuk DM ini bervariasi mulai yang dominan
resistensi insulin, defisiensi insulin relatif sampai defek sekresi insulin. Pada
diabetes ini terjadi penurunan kemampuan insulin bekerja di jaringan perifer
(insulin resistance) dan disfungsi sel . Akibatnya, pankreas tidak mampu
memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi insulin resistance. Kedua
hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif. Kegemukan sering
berhubungan dengan kondisi ini. DM tipe 2 umumnya terjadi pada usia > 40 tahun.
Pada DM tipe 2 terjadi gangguan pengikatan glukosa oleh reseptornya tetapi
produksi insulin masih dalam batas normal sehingga penderita tidak tergantung

pada pemberian insulin. Walaupun demikian pada kelompok diabetes melitus tipe2 sering ditemukan komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler.
3. Diabetes Melitus dalam kehamilan,
DM dalam kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus - GDM) adalah kehamilan
yang

disertai

dengan

peningkatan

insulin

resistance

(ibu

hamil

gagal

mempertahankan euglycemia).3 Pada umumnya mulai ditemukan pada kehamilan


trimester kedua atau ketiga.4 Faktor risiko GDM yakni riwayat keluarga DM,
kegemukan dan glikosuria. GDM meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya
hipoglikemia, ikterus, polisitemia dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari
ibu GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi
dan makrosomia. 5 Kasus GDM kira-kira 3-5% dari ibu hamil dan para ibu
tersebut meningkat risikonya untuk menjadi DM di kehamilan berikutnya.
4. Diabetes Melitus diabetes tipe lain,
Individu mengalami hiperglikemia akibat kelainan spesifik (kelainan genetik fungsi
sel beta), endokrinopati (penyakit Cushings, akromegali), penggunaan obat yang
mengganggu fungsi sel beta (dilantin), penggunaan obat yang mengganggu kerja
insulin (b-adrenergik) dan infeksi atau sindroma genetik (Downs, Klinefelters).
Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe 2
Menurut American Diabetes Association (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor
risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga dengan DM (first degree relative),
umur 45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram
atau riwayat pernah menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan berat badan rendah
(<2,5kg). Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah meliputi obesitas, kurangnya aktivitas
fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat.
Resiko Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 2
DM tipe 2 merupakan penyakit kronik dan dapat menimbulkan komplikasi kronik,
baik berupa komplikasi makrovaskular maupun mikrovaskular. Dalam studi United Kingdom
Prospective Diabetes Study tampak bahwa dalam 9 tahun, 9% pasien DM mengalami
komplikasi mikrovaskular dan 20% mengalami komplikasi makrovaskular (Wallace, 1999).
Diabetes Melitus jika tidak ditangani dengan baik maka dapat menimbulkan berbagai
komplikasi. Komplikasi pada Diabetes Melitus dibagi menjadi dua yakni :
1. Komplikasi akut

a. Komplikasi Hipoglikemia : merupakan komplikasi yang disebakan karena


obat penurun gula, khususnya golongan sulfonylurea atau suntikan insulin.
Hipoglikeima muncul akibat sebelum minum obat pasien tidak mengkonsumsi
makanan (terlambat makan, makan dengan jumlah sedikit, lupa makan) dan
kemudian pasien melakukan aktifitas fisik yang berat. Ciri-ciri gejalanya
adalah tiba-tiba meras lapar, berkerngat dingin, jantung berdebar, pusing
linglung. Jika tidak segera ditangani maka akan terjadi koma hipoglikemi dan
bisa juga menyebabkan kematian. (kariadi,2009).
b. Komplikasi Hiperglikemia : kadar gula meningkat secara tiba-tiba yang akan
menyebabkan koma pada penderita DM. Hiperglikemi terjadi karena stress,
infeksi dan konsumsi obat tertentu (RE Nabyl, 2009). Jika infeksi tidak segera
diobati maka penyakit bisa lebih berat dan terjadilah penurunan kesadara atau
koma (kariadi 2009). Hierglikemia dapat berupa Keto Asidosis Diabetik
(KAD) DAN Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN).
2. Komplikasi Kronik
a. Komplikasi makrovaskular : jenis komplikasi makrovaskular yang umum
berkembang pada penderita DM adalah penyakit jantung koroner, penyakit
pembuluh darah otak dan penyakit pembuluh darah perifer. Penderita diabetes
melitus sebaiknya menjaga tekanan darah tidak lebih dari 130/80 mmHg.
Untuk itu penderita harus sadar menjaga gaya hidupnya, termasuk menjaga
berat badan ideal, diet gizi seimbang, berolahraga secara teratur, tidak
merokok dan mengurangi stres. (RE Nabyl, 2009)
b. Komplikasi mikrovaskular
1) Retinopati : merupakan kelaian atau kerusakan yang mengenai
pembulu darah halus pada retina bagian belakang yang akan
menyebabkan gangguan pada penglihatan. Biasanya gejala retinopati
berjalan lambat dan tidak dapat terdeteksi. Selain renopati terdapat
juga kelainan lain seperti katarak dan glaukoma.
2) Nefropati : kerusakan ginjal yang tejadi karena glukosa darah yang
tinggi yakni diatas 200 mg/dl, durasi penyakit DM, tekanan darah
diatas 130/90 mmhHg
3) Neuropati : kerusakan syaraf yang disebabkan karena glukosa darah
terus tinggi dan jarang di kontrol dengan baik dan penyakit DM sudah
berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Jika glukosa darah tinggi
dalam jangka lama maka akan merusak dinding pembuluh darah

kapiler yang membawa makanan ke saraf sehingga terjadi kerusakan


saraf yang disebut Neuropati Diabetik.(Tandra, 2008)
Pengendalian Diabetes Mellitus Tipe 2
Terdapat 4 pilar yang dapat mengendalikan penyakit DM tipe 2 yang terdiri dari
edukasi atau penyuluhan, diit (pola makan), olahraga (aktifitas fisik), dan obat tablet atau
insulin. (Darmono, 2005)
1. Edukasi atau penyuluhan
Penyuluhan sangat penting dalam pengobatan DM tipe 2, dimana penderita DM
memahami penyakitnya sehingga mereka bisa menerima keadaan dan memiliki
semangat hidup untuk kedepannya. Dalam penyuluhan dibutuhkan hubungan
kerjasama antar petugas kesehatan, penderita, penyuluh kesehatan DM agar berjalan
efektif dan mudah dimengerti oleh penderita.
2. Diet (pola makan)
Pola makan yang baik menentukan keberhasilan pengendalian DM tipe 2. Terbukti
bahwa penurunan berat badan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki
sel beta terhadap stimulus glukosa. Menurut Kariadi (2009) diit untuk DM dibatasi
berdasarkan 3 J yakni jumlah, jenis, dan jadwal.
a. Jumlah : jumlah konsumsi makanan yang dimakan disesuaikan dengan tinggi
badan, berat badan, jenis aktifitas, dan umur. Dan untuk menentukannya maka
dihitung jumlah kalorinya.
b. Jenis : diit DM dianjurkan untuk makan makanan yang seimbang sesuai dengan
kecukupan gizi yakni karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, dan lemak 20-25%.
Makanan yang mengandung serat juga penting bagi penderita DM karena serat
dapat menghambat penyerapan lemak sehingga dapat mengatasi rasa lapar yang
dirasakan penderita DM.
c. Jadwal : dalam konsumsi makanan dibutuhkan waktu makan yang tepat yakni
makan pagi, makan siang dan makan malam, dan juga makanan selingnya.
3. Olahraga
Olahraga adalah aktifitas fisik, seperti senam, jogging, berenang, dll. Olahraga yang
teratur dapat mengurangi resistens insulin dan mempercepat pengangkutan glukosa
untukmasuk kedalam sel. Aktifitas fisik sangat penting bagi penderita DM tipe 2
karna dapat mengatur glukosa darah.
4. Obat atau Insulin
Apabila diit dan olahraga belum berhasil dalam pengendalian DM maka diperlukan
penatalaksanaan terapi obat baik obat hipoglikemik oral, insulin maupun keduanya.
(Depkes RI, 2005)
6

DISKUSI
Diabetes Melitus adalah penyakit kronis jangka panjang yang dapat menyebabkan
komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular meliputi diabetes nefropati, diabetes neuropati
dan diabetes retinopati yang dapat menyebabkan kematian, kerusakan fisik, dan kebutaan
(American Optometric Association, 2009). Komplikasi Diabetes Melitus diakibatkan dari
memburuknya kondisi tubuh, perilaku preventif dari penderita dalam penanganan Diabetes
Melitus dapat menghindari penderita dari komplikasi diabetes jangka panjang meliputi diet,
olahraga, kepatuhan cek gula darah dan konsumsi obat (Smeltzer & Bare, 2002). Selain itu
komplikasi DM juga dipengaruhi oleh faktor resiko DM seperti umur 45 tahun, etnik,
riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah
menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5kg).
Pengaruh Kepatuhan Minum Obat terhadap Komplikasi DM Tipe 2
Kepatuhan pengobatan berpengaruh dengan rerata gula darah pada penderita Diabetes
Melitus. Hal ini dikarenakan bila penderita minum obat secara teratur dan diimbangi dengan
gaya hidup yang sehat akan menurunkan kadar gula darah diabetes. Merupakan salah satu
upaya untuk pengontrolan dalam pengendalian glukosa darah ataupun komplikasi yang dapat
ditimbulkan. Bila penderita Diabetes Melitus tipe 2 tidak patuh dalam melaksanakan program
pengobatan yang telah dianjurkan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya maka akan dapat
memperburuk kondisi penyakitnya atau terjadi komplikasi penyakit lainnya.
Banyak penderita penyakit Diabetes Melitus yang tidak rutin dalam mengonsumsi
obat-obatan yang diberikan oleh dokter. Kebanyakan para penderita Diabetes Melitus
mengonsumsi obat-obatan apabila merasakan keluhan saja. Hal tersebut bisa dimungkinkan
karena berbagai faktor seperti responden kurang mendapat informasi tentang upaya
pengendalian glukosa darah yang lengkap dan kepatuhan responden dalam melaksanakan
anjuran yang diberikan dokter. Pengobatan diabetes memerlukan waktu yang lama karena
diabetes akan diderita seumur hidup dan sangat kompleks karena membutuhkan pengobatan
dan perubahan gaya hidup sehingga seringkali pasien menjadi tidak patuh dan cenderung
putus asa dengan program terapi yang lama, kompleks dan tidak menghasilkan kesembuhan.
Kepatuhan penggunaan obat yang optimal akan memberikan keberhasilan terapi
dalam pengobatan semua penyakit kronis serta meningkatkan kualitas hidup pasien. Pada
penyakit diabetes mellitus, kepatuhan pasien dalam menjalankan pengobatan mempengaruhi
keberhasilan terapi (BPOM, 2006).
Pengaruh Kepatuhan Olahraga terhadap Komplikasi DM Tipe 2
7

Olahraga atau aktivitas fisik sangat mempengaruhi kejadian DM tipe 2 karena


olahraga dapat mengatur glukosa darah. Olahraga tidak hanya dilakukan dengan senam,
jogging atau berenang, melainkan bisa juga dilakukan dengan aktifitas gerak tubuh seperti
saat bekerja. Jadi penderita DM tipe 2 diharuskan lebih sering beraktifitas fisik. Semakin
banyak berolahraga maka semakin banyak glukosa darah yang dipakai. Akibatnya terjadi
penurunan glukosa darah cukup lama. Semakin rutin berolahraga maka konsumsi obat
maupun insulin bisa dikurangi (Tandra, 2005).
Menurut darmono (2005), manfaat olahraga bagi penderita DM sebagai berikut :
a. Menurunkan kadar glukosa darah selama olahraga sampai 24 jam setelah
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

berolahraga.
Menurunkan kadar insulin basal
Meningkatkan sensivitas organ tubuh terhadap insulin
Menurunkan kadar HbA1c
Memperbaiki profil lipid
Menurunkan darah pada hipertensi ringan dan sedang
Mengintensifkan penggunaan sumber energi tubuh
Memperbaiki kondisi kardiovaskuler
Meningkatkan kebugaran jasmani
Memperlambat progresifitas komplikasi vaskuler

Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak dan bermalas-malasan, misalnya;


menonton televisi, menggunakan internet, main game komputer dan lain-lain. Sebaiknya
kebiasaan tersebut diubah, misalnya mengubah kebiasaan ke pasar menggunakan kendaraan
bermotor dengan berjalan kaki ke pasar, mengganti kebiasaan menggunakan lift dengan naik
tangga, parkir kendaraan dengan jarak yang tidak berdekatan dengan pintu masuk sehingga
dapat berjalan dari tempat parkir. Selain itu bisa memperbanyak aktivitas fisik tinggi pada
waktu liburan, misalnya jalan cepat, golf, olah otot, bersepeda, sepak bola.
Dalam Perkeni (2006) disebutkan bahwa olahraga secara teratur dapat memperbaiki
kendali glukosa darah, mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta dapat
meningkatkan kadar kolesterol HDL. Olahraga selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki kendali glukosa darah. Sehingga kadar gula
menjadi stabil dan menjaga terjadinya penyakit komplikasi.
Pengaruh Kepatuhan Diet terhadap Komplikasi DM Tipe 2
Diet DM berhubungan dengan pola konsumsi makanan, dimana makanan dapat
mempengaruhi glukosa darah dalam tubuh. Pola makan yang baik akan menghasilkan
penurunan berat badan yang dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki sel beta
terhadap stimulus glukosa. Diet yang dimaksud adalah diet yang bergizi yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh.
8

Pengaturan pola makan berhubungan dengan kebiasaan makan yang meliputi jumlah
atau frekuensi makan, jenis makanan, dan jadwal makan. Kesuksesan pengaturan pola makan
dilihat dari keterlibatan pasien, anggota keluarga dan petugas kesehatan. Makanan akan
menaikkan glukosa darah, satu sampai dua jam setelah makan, glukosa darah mencapai angka
paling tinggi. Dengan mengatur perencanaan makan yang meliputi jumlah, jenis dan jadwal,
diharapkan dapat mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas normal dan
penderita mendapatkan nutrisi yang optimal.
Menurut Norma (2014) dalam jurnal penelitian hubungan kepatuhan diet terhadap
komplikasi, bahwa dari 55 responden didapat 57,89 % penderita DM yang mengalami
komplikasi sedangkan sisanya tidak mengalami komplikasi. Karena kebanyakan penderita
menganggap bahwa kejadian komplikasi merupakan penyakit penyerta bukan akibat dari
ketidakpatuhan penderita dalam diet. Ada salah satu teori yang mengatakan bahwa penderita
DM akan mengalami komplikasi jika penderita tidak patuh terhadap penatalaksanaan terapi
DM (Brunner dan Shuddat, 2002). Dan tingkat kejadian komplikasi DM dipengaruhi oleh
tingkat kepatuhan penderita dalam melakukan terapi diet (Mansjoer dkk, 2001). Jika
penderita DM melakukan diet yang tidak sehat atau pola makan yang tidak teratur maka gula
darah bisa saja tidak stabil, bisa jadi jika penderita mengkonsumsi makanan dalam jumlah
banyak bisa jadi gula darah akan meningkat. Apabila gula darah meningkat tidak stabil maka
munculah berbagai macam penyakit komplikasi baik akut maupun kronik.
KESIMPULAN
Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang dapat menyebabkan
penyakit komplikasi yang ditimbulkan karena kegagalan dalam terapi. Kepatuhan berobat
mempengaruhi kadar gula darah apabila tidak mengkonsumsi obat dengan rutin maka gula
darah tidak stabil akibatnya muncul berbagai macam penyakit komplikasi baik akut maupun
kronik. Pengobatan DM dilakukan untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas
hidup pasien. Ketidakpatuhan pasien meningkatkan resiko komplikasi dan bertambah
parahnya penyakit yang diderita.
Kepatuhan olahraga sangat mempengaruhi terjadinya komplikasi penyakit DM tipe 2
karena aktifitas fisik dapat membantu mengatur glukosa darah. Jika keta melakukan aktifittas
fisik maka glukosa darah banyak yang tepakai akibatnya glukosa datrah bisa stabil meskipun
dalam waktu yang tidak lama (kurang lebih 24 jam). Sebaiknya penderita DM tidak
membiasakan hidup yang kurang gerak karena jika aktifitas fisik kurang maka menyebabkan

glukosa darah tidak terpakai maka bisa jadi terjadi peningkatan. Jika glukosa darah
meningkat maka akan terjadi komplikasi baik akut maupun kronik.
Kepatuhan diet DM mempengaruhi terjadinya komplikasi DM tipe 2 karena
kepatuhan diet yang dimaksud adalah pengaturan makan yang meliputi jumlah makanan,
jenis makanan dan jadwal makanan. Jika pengaturan makanan suda baik maka tubuh
memperoleh asupan yang seimbang sehingga tubuh tidak mengalami peningkatan melainkan
penurunan berat badan yang akan mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki sel beta
terhadap stimulus glukosa. Begitu pula sebaliknya jika pengaturan makanan tidak baik maka
tubuh mengalami peningkatan berat badan dan berarti pula peningkatan glukosa darah.
Jadi kepatuhan minum obat, kepatuhan olahraga, dan kepatuhan diet mempengaruhi
terjadinya komplikasi pada DM tipe 2. Hal tersebut dikarnakan minum obat, olahraga, dan
diet merupakan terapi yang diperuntukkan untuk penderita DM agar tidak mengalami
keparahan penyakit yang berakibat pada munculnya penyakit komplikasi akut maupun
kronik.
DAFTAR PUSTAKA
Bennett, P. Epidemiology of Type 2 Diabetes Millitus. In LeRoithet. al, Diabetes Millitusa
Fundamental and Clinical Text. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins. 2008;
43(1): 544-7.
BPOM, 2006, Kepatuhan Pasien: Faktor Penting Dalam Keberhasilan Terapi, 7 (5), Jakarta,
Badan POM Republik Indonesia
Brunner,. Suddarth,. 2002 vol 2. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC
Depkes R.I., 2005. Pharmaeutical Care untuk Penyakit Dabetes Melitus. Jakarta : Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jendral Bina Kefamasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI
John. MF Adam. Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus yang Baru. Cermin
Dunia Kedokteran. 2006; 127:37-40
Mansjoer, Arief, (2001). Kapita Selekta Kedokteran, Ed.3. Jakarta: Media Aesculapius.
Tandra, Hans,. 2008. Segala Sesuatu Harus Diketahui Tentang Diabetes. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama

10

Tjokroprawiro, A., 2006. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Melitus. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Perkeni. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Indonesia. (http://www.kedokteran.info/konsensuspengelolaan-dan-pencegahan-diabetesmellitus tipe- 2-di-indonesia-2006.html.PDF).
Pratita, N.D., 2012, Hubungan Dukungan Pasangan dan Health Locus of Control dengan
Kepatuhan dalam Menjalani Proses Pengobatan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Universitas Surabaya,1(1)
Pratiwi, Soleh. Epidemologi Program Penanggulangan dan Issu Mutakhir Diabetes
Mellitus.Current Issue. Makassar: Jurusan Epidemologi, FKM UNHAS; 2007.
Slamet, S. Diet pada diabetes Dalam Noer dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi III.
Jakarta: Balai Penerbit FK-ill; 2008.
Waspadji S. Kaki diabetes. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati
S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, edisi kelima. Jakarta: Interna
publishing, 2009.

11

Вам также может понравиться