Вы находитесь на странице: 1из 9

Coping Strategy pada Mahasiswa Salah Jurusan

Fara Sofah Intani


Endang R. Surjaningrum
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Abstract.
Due to conflict variations that occur to misplaced college students, this study was keen to disseminate
conflict variations that occur to misplaced college students and their coping strategies to handle it.
The misplaced college student which is chosen in this research whose decided to stay and finish
college. Through this context, the clearer dynamics of coping strategy was expected. Interview and
observation process was done to three college student, consisting of two male students and one
female. The results of data analysis are 1) misplaced college students go through conflicts but they
are varied in accordance to each context; generally the conflicts that occur are psychological,
academic and relational; 2) The uniqueness of each research subject are: a) misplaced students with
independent characteristic tend to create problem-focused coping; b) Inconsistent support system to
misplaced college student causes a more vulnerable psychological condition; c) Consistent and
strong supporting system minimizes the quality of conflict within misplaced college student; 3) A
coping strategy occurs to overcome psychological, academic and relational conflict; 4) Misplaced
college students who have a competency to control the environment tend to use problem-focused
coping. In the other hand, misplaced college students who do not have a good competency to handle
their environment tend to use emotional-focused coping; 5) The findings of this research are: a) The
objective of the coping is to reach a maturation, and as a way to increase self resilience in order to
face a bigger conflict in the future; b) The creation of problem-focused coping is preceded by the
dynamics of thinking process which leads to an insight serves as a base for the coping strategy.

Keywords: conflict, coping strategy, college student, misplace


Abstrak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui macam konflik yang muncul pada mahasiswa salah
jurusan dan bagaimanakah coping strategy (strategi adaptasi) yang digunakan untuk
menghadapinya. Coping strategy adalah usaha-usaha baik secara kognitif maupun perilaku untuk
mengatasi, meredakan, dan mentolerir tuntutan-tuntutan internal maupun eksternal. Secara garis
besar konflik pada mahasiswa salah jurusan dapat dikategorikan menjadi: 1) konflik psikologis, 2)
konflik akademik, dan 3) konflik relasional. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian
ini dilakukan pada mahasiswa salah jurusan yang sedang menjalani kuliah di tiga perguruan tinggi di
Surabaya. Jumlah subyek penelitian sebanyak tiga orang, yang terdiri atas dua laki-laki dan seorang
perempuan. Konteks salah jurusan dipahami sebagai konteks dimana mahasiswa belajar pada
jurusan yang tidak sesuai dengan minatnya. Alat pengumpul data berupa wawancara dan
observasi. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis tematik. Hasil analisis data menunjukkan

Korespondensi: Endang Retno Surjaningrum, Departemen Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, Telp. (031) 5032770, 5014460, Faks (031) 5025910,
E-mail: fara_chova@yahoo.com
INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010

119

Coping Strategy pada Mahasiswa Salah Jurusan

bahwa: 1) Mahasiswa salah jurusan mengalami konflik namun dalam bentuk yang bervariasi pada
masing-masing konteks, secara garis besar bentuk konflik yang muncul antara lain konflik psikologis,
akademik dan relasional; 2) Keunikan subyek penelitian adalah: a) Mahasiswa salah jurusan dengan
karakteristik independen, cenderung menciptakan problem focused coping; b) Ketidakajegan
supporting system pada mahasiswa salah jurusan menyebabkan kondisi psikologis subyek rapuh; c)
Supporting system yang ajeg dan kuat meminimalisir kualitas konflik pada mahasiswa salah jurusan;
3) Coping strategy muncul untuk mengatasi konflik, baik yang bersifat problem focused coping
maupun emotional focused coping; 4) Mahasiswa salah jurusan yang merasa memiliki kemampuan
untuk mengendalikan lingkungannya cenderung menampakkan problem focused coping.
Sedangkan mahasiswa yang merasa tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan
lingkungannya cenderung menampakkan emotional focused coping; 5) Temuan penelitian antara
lain a) Tujuan coping adalah mencapai pendewasaan diri dan upaya meningkatkan ketahanan diri
agar mampu menghadapi konflik lebih besar di masa datang; b) Terciptanya problem focused coping
didahului oleh sebuah dinamika berpikir hingga penemuan insight yang melandasi coping strategy.

Kata kunci: konflik, coping strategy, mahasiswa, salah jurusan

Penelitian ini berangkat dari masalah yang


muncul saat mahasiswa belajar pada jurusan yang
tidak sesuai dengan miatnya. Penelitian Bona
(2008) dengan sampel mahasiswa jurusan Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Airlangga,
menemukan bahwa alasan mahasiswa memilih
program studi Ilmu Sosial sebagai bidang studi
adalah: karena mudah ditembus (52,77%); dan
sesuai dengan minat (31,11%). Melalui hasi
penelitian tersebut penulis memahami bahwa
tidak semua mahasiswa pada jurusan tersebut
mendasarkan pemilihan jurusan perguruan tinggi
pada minat terhadap Ilmu Sosial dan Politik.
Padahal pada semua usia, minat memainkan
peranan yang sangat penting dalam kehidupan
seseorang dan mempunyai dampak yang besar
atas perilaku dan sikap.
Hurlock (1978:114) menjelaskan bahwa minat
menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar.
Dari sumber yang berbeda Etikawati (2006:36)
menjelaskan bahwa minat turut menentukan
keunikan pribadi, karena dianggap sebagai
sesuatu yang dipilih untuk menunjukkan
eksistensi dirinya. Minat juga akan memberikan
kepuasan dan kebahagiaan bagi seseorang jika
dapat mengekspresikannya.
Sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya
bahwa minat, kemampuan dan masukan
significant others sangat berpengaruh terhadap

120

pengambilan keputusan pilihan jurusan pada


calon mahasiswa. Penulis menilai masih ada
beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi
proses tersebut, yakni sistem penjaringan ujian
nasional dan penentuan passing grade. Apabila
c a l o n m a h a s i s w a t i d a k ce r m a t d a l a m
mempertimbangkan faktor-faktor tersebut maka
besar kemungkinan akan masuk pada jurusan
yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.
Penulis memahami salah jurusan sebagai
sebuah konteks dimana:
1.
Mahasiswa sudah memahami minat dan
bakatnya sebelum masuk perguruan tinggi;
2.
Pada saat masuk Perguruan Tinggi
mahasiswa masuk pada jurusan yang tidak
sesuai dengan minatnya;
3.
Disebabkan karena pemilihan jurusan
berdasar pada pertimbangan passing grade
yang rendah, kurangnya informasi yang
memadai berkaitan dengan pilihan jurusan
atau pengaruh dari significant person (orang
tua, saudara, pacar, dan sebagainya).
Menurut Susilowati (2008) beberapa
masalah yang dapat muncul ketika mahasiswa
merasa salah jurusan antara lain problem
psikologis, akademis dan relasional. Salah jurusan
juga berdampak pada munculnya rasa kecewa dan
menyesal. Jika mahasiswa salah jurusan
memutuskan untuk pindah kuliah, maka dana
INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010

Fara Sofah Intani, Endang R. Surjaningrum

yang sudah dikeluarkan sebelumnya akan menjadi


tidak efisien.
Penelitian ini berfokus pada deskripsi
macam konflik yang muncul pada mahasiswa
salah jurusan, dan bagaimana coping strategy yang
digunakan untuk meregulasi konflik tersebut.
Weiten (1995:215) menjelaskan terdapat dua
kemungkinan respon perilaku yang muncul
sebagai proses adaptasi. Pertama adalah respon
menghadapi ( fight), kedua adalah respon
menghindar (flight). Kedua respon tersebut akan
memunculkan jenis strategi penanggulangan
(coping strategy) yang berbeda. Coping mengarah
pada usaha aktif untuk menguasai, mengurangi
atau menoleransi tuntutan yang disebabkan oleh
stress (Lazarus dan Folkman, 1984).
Menurut penulis coping merupakan
mekanisme tubuh yang sangat penting dalam
proses kehidupan. Melalui coping individu akan
melakukan adaptasi terhadap berbagai tekanan
dan perubahan yang terjadi termasuk pada
konteks salah jurusan. Individu akan meningkat
kualitas hidupnya ketika dapat melakukan coping
yang adapatif dan sebaliknya jika proses coping
yang terjadi maladaptif.
Penelitian ini dibatasi pada mahasiswa salah
jurusan dengan latar belakang ekonomi keluarga
menengah ke atas. Landasan yang digunakan
karena mahasiswa ini memiliki kemungkinan
untuk beralih pada jurusan lain yang lebih sesuai
dengan minatnya. Konteks tersebut akan menjadi
unik dan menarik untuk diteliti apabila mahasiswa
salah jurusan tersebut memutuskan untuk terus
bertahan dan menyelesaikan kuliahnya. Pilihan
yang tidak umum untuk terus bertahan tentu saja
melalui sebuah dinamika psikologis yang panjang
dan melibatkan berbagai aspek.

Coping Strategy
Coping sttrategy adalah usaha-usaha baik
secara kognitif maupun perilaku untuk mengatasi,
meredakan dan mentolerir tuntutan-tuntutan
internal maupun eksternal. Tuntutan disebabkan
oleh interaksi antara individu dengan peristiwaperistiwa yang dinilai dapat menimbulkan stres
(Lazarus & Folkman, 1984). Dengan demikian
coping strategy dapat dijelaskan sebagai berbagai
cara yang dipakai individu dalam mengatasi
berbagai situasi. Masing-masing individu
menciptakan penyelesaian masalah yang
INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010

bervariasi dalam menghadapi tantangantantangan kehidupan sesuai dengan talenta dan


motif seseorang dalam merespon terhadap orang
lain (Abbot dalam Anggraeni, 2006).
Lazarus dan Folkman membagi penyelesaian
masalah menjadi :
1.
Problem focused coping, yaitu perilaku
penyelesaian masalah yang berpusat pada
masalah. Individu akan mengatasi masalah
dengan aktivitas penyelesaian langsung,
mempelajari cara-cara atau ketrampilan
yang baru.
2.
Emotional Focused Coping, yaitu perilaku
penyelesaian masalah yang berpusat pada
emosi. Digunakan untuk mengatur respon
emosional terhadap stres tanpa mengatasi
sumber masalah (Lazarus & Folkman, 1984).
Tiga tahap episode dalam proses coping
meliputi respon coping, tujuan coping, serta hasil
coping. Respon coping adalah tindakan fisik dan
mental yang dilakukan sebagai respon terhadap
sumber stress serta ditujukan untuk mengubah
peristiwa eksternal ataupun kondisi internal.
Apabila individu menganggap bahwa sumber stres
(yang berasal dari lingkungan) eksternal masih
dapat dimanipulasi atau disiasati, maka individu
akan cenderung memunculkan respon coping
yang bertujuan untuk memindahkan ataupun
menyiasati sumber stres tersebut (problem focused
coping). Namun apabila sumber stress eksternal
sudah tidak dapat dikutak-katik lagi, maka satusatunya respon coping yang mungkin dilakukan
adalah dengan menyesuaikan diri terhadap
lingkungan untuk mengurangi distress emosional
yang dirasakan individu (emotion focused coping).
Tujuan coping adalah tujuan yang hendak dicapai
setelah melakukan proses coping. Sedangkan hasil
coping adalah konsekuensi langsung, yang bersifat
baik maupun buruk., dari respon coping yang
dilakukan (Rudolph, Dennig & Weisz, 1995).
Menurut Taylor (dalam Anggraeni, 2006:27)
terdapat empat tujuan coping, yaitu:
1.
Mempertahankan keseimbangan emosi
2.
Mempertahankan self image yang positif
3.
Mengurangi tekanan lingkungan atau
menyesuaikan diri terhadap kajian negatif.
4. Tetap Melanjutkan Hubungan yang
Memuaskan dengan Orang Lain.
Cara individu menangani situasi yang
mengandung tekanan ditentukan oleh sumber

121

Coping Strategy pada Mahasiswa Salah Jurusan

penyelesaian masalah individu. Komponen


sumber penyelesaian masalah ini diadaptasi dari
Sources of Coping (Bird & Malville, 1994 dalam
Lazarus & Folkman, 1984:151-153) sebagai berikut:
a.
Apa yang kita miliki (what we have)
Sumber ini terdiri dari ketrampilan personal,
kemampuan, kompetensi diri, kekayaan
finansial dan kesehatan.
b. Siapa diri kita (who we are), kerangka
psikologis yang terdiri dari watak dan
keyakinan juga memiliki pengaruh yang
besar mengenai bagaimana situasi yang
menekan itu dialami. Kerangka psikologis
tersebut antara lain:
1.
Sumber-sumber psikologis
2.
Sistem keyakinan personal
3.
Personality Traits
c.
Apa yang kita lakukan (what we do),
menyangkut usaha aktif yang digunakan
untuk menghindari, mencegah, mengatur
dan mengontrol sumber tekanan

METODE PENELITIAN
Kriteria utama dari subjek penelitian adalah
sebagai berikut:

1.

Subyek adalah mahasiswa sebuah universitas


negeri atau swasta.
2.
Saat penelitian berlangsung, subyek sedang
berada pada semester 5 atau 7.
3.
Subyek sudah memahami minatnya sebelum
masuk perguruan tinggi, landasan yang
dipakai adalah pernyataan dari subyek saat
wawancara.
4. Subyek masuk pada jurusan yang tidak sesuai
dengan minatnya pada saat perguruan tinggi
dan disebabkan oleh:
a.
Pemilihan jurusan berdasar pada
pertimbangan passing grade yang
rendah
b. Kurangnya informasi yang memadai
berkaitan dengan pilihan jurusan
c.
Pengaruh dari significant others (orang
tua, saudara, pacar, dan sebagainya).
Diperoleh tiga subyek mahasiswa yang
berasal dari tiga perguruan tinggi di Surabaya. Dua
diantaranya laku-laki dan satu perempuan. Semua
subyek memenuhi keriteria yang telah ditentukan
sebelumnya.
Metode penelitian yang digunakan adalah
dengan wawancara dengan panduan umum dan
observasi. Selanjutnya data yang dikumpulkan
dianalisis menggunakan teknik analisis tematik.

HASIL DAN BAHASAN


Hasil penelitian disajikan dalam table berikut.

Tabel 1. Macam konflik pada mahasiswa salah jurusan


Jenis konflik
FK
GS
RN
Tertekan
Putus asa
Depresi
Tidak nyaman
Sakit hati
Marah
Capek dan jengkel
Pusing
Kecewa
Menyesal
IPK dan nilai rendah
Mengulang mata kuliah
Perpanjangan masa kuliah

122

aspek

psikologis

INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010

Fara Sofah Intani, Endang R. Surjaningrum

Tidak termotivasi
Bolos kuliah
Malas belajar
Sulit memahami mata kuliah
Tidak berkembang
Labeling negatif
Diacuhkan oleh teman satu jurusan
Tidak dekat dengan teman satu jurusan
Minder
Diremehkan
Konflik dengan orang tua
Konflik dengan dosen
Didapatkan berbagai bentuk konflik yang
muncul pada mahasiswa salah jurusan.
Selanjutnya macan konflik diklasifikasikan ke
dalam tiga jenis konflik, yaitu konflik psikologis,

INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010

Akademik

Relasional

akademik dan relasional.


Selanjutnya data mengenai jenis coping
strategy yang digunakan disajikan pada table
berikut.

123

Coping Strategy pada Mahasiswa Salah Jurusan

Berbagai macam bentuk coping strategy di


atas diklalsifikasikan berdasarkan problem
focused coping dan emotional focused coping.
Secara garis besar ada empat tahapan dalam
proses coping strategy pada mahasiswa salah
jurusan:
1.
Proses munculnya konflik.
Subyek yang memiliki faktor internal minat,
berinteraksi dengan hal-hal yang berada di luar
diri mereka, menciptakan suatu peristiwa yang
menimbulkan stress (Lazarus & Folkman, 1984).
Hal-hal di luar diri subyek, dalam konteks ini
merupakan tuntutan eksternal terhadap subyek.
Tuntutan eksternal tersebut antara lain sikap
orang tua yang memaksa subyek untuk memilih
jurusan tertentu yang sesuai dengan keinginan
orang tua namun tidak sesuai dengan minat
subyek, sistem penjaringan perguruan tinggi dan
informasi seputar perguruan tinggi.
Interaksi antara individu dengan peristiwaperistiwa yang dinilai dapat menimbulkan
ketegangan (Lazarus & Folkman, 1984).
Selanjutnya individu akan mengalami konflik
dalam dirinya. Konflik terjadi ketika terdapat dua
atau lebih impuls motivasi atau perilaku yang
bersaing untuk aktual (Weiten & Lloyd, 1994).
2. Episode coping
Episode coping terdiri dari tujuan coping,
respon coping dan hasil coping. Beberapa
penemuan tujuan baru yang muncul dalam
penelitian ini di luar teori adalah tujuan untuk
mencapai pendewasaan diri, dan meningkatkan
ketahanan diri dalam menghadapi konflik dalam
kehidupan. Tujuan coping tersebut menjadi dasar
bagi subyek dalam mengaktualisasikan respon
coping yang muncul setelahnya.
Sebelum menentukan bentuk respon coping
yang akan dilakukan subyek terlebih dahulu
menganalisa dan mempertimbangkan sumber
daya coping yang mereka miliki. Bird dan Malville
(1994, dalam Lazarus & Folkman, 1984:151-153)
menjelaskan beberapa sumber coping yang
dimiliki oleh individu. Sumber tersebut antara
lain; apa yang kita miliki (what we have), siapa diri
kita (who we are) dan apa yang kita lakukan (what
we do).
What we have meliputi keterampilan
personal yaitu 1) kemampuan untuk mencari
informasi seputar jurusan, menganalisa situasi
pada jurusannya dan menganalisa masalah yang

124

terjadi baik yang ada di dalam maupun di luar


dirinya; 2) Kemampuan, yaitu kompetensi diri
yang menciptakan kepercayaan diri pada individu.
Pada subyek yang memiliki kompetensi diri yang
lebih tinggi dari tuntutan belajar lingkungan
cenderung memiliki lebih banyak rasa percaya diri
dalam hal akademiknya; 3) Kekayaan finansial,
dalam hal ini masih berupa biaya kuliah yang
sepenuhnya ditanggung oleh orang tua subyek.
Hal ini tidak terlepas dari latar belakang subyek
yang berasal dari keluarga berada; 4) Kesehatan.
Who we are meliputi 1) Sumber-sumber
psikologis yang nampak muncul pada konteks
salah jurusan adalah self esteem, dan mastery
(keahlian) yang dimiliki; 2) Sistem keyakinan
personal juga muncul pada konteks salah jurusan.
Subyek memiliki prinsip-prinsip hidup, tujuan
dan komitmen yang menjadi nilai dasar dalam
perilaku sehari-hari. Nilai yang muncul antara lain
tanggung jawab, prinsip untuk menyelesaikan
sesuatu yang dimulai, pendewasaan dan
peningkatan ketahanan diri dalam menghadapi
masalah. Keyakinan personal ini menjadi aspek
internal yang mendorong dan mengontrol
perilaku individu agar tetap melakukan coping; 3)
Karakteristik personal juga merupakan salah satu
sumber coping yang menentukan bentuk coping
yang muncul. Masing-masing subyek memiliki
karakteristik khas yang menentukan jenis coping
y a n g ke m u d i a n m u n c u l . S u b ye k y a n g
independent dalam pengambilan keputusan akan
cenderung memunculkan coping yang lebih
efektif untuk mengatasi masalahnya, yaitu
problem focus coping. Sedangkan subyek yang
memiliki dependensi tinggi dalam pengambilan
keputusan cenderung memunculkan coping yang
sifatnya emosional (emotional focused coping) dan
tidak efektif memecahkan inti persoalan.
Apa yang kita lakukan (what we do) akan
berkaitan langsung dengan bentuk coping yang
aktual dan muncul dalam rangka meminimalisir
masalah. Lazarus membagi coping strategy
menjadi dua, yaitu problem focused coping dan
emotional focused coping (Lazarus dan Folkman,
1984). Selain strategi coping yang telah
dikemukakan di atas, Aldwin dan Reverson juga
menambahkan faktor dukungan sosial (support
mobilization) (Aldwin & Reveson, 1987).
Pada konteks salah jurusan, teori ini terbukti.
Mahasiswa salah jurusan juga
INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010

Fara Sofah Intani, Endang R. Surjaningrum

mempertimbangkan sumber daya yang mereka


miliki dalam kaitannya dengan menciptakan
coping strategy yang sesuai bagi konflik yang
mereka hadapi.
3.
Proses terbentuknya coping strategy
Problem focused coping, yaitu perilaku
penyelesaian masalah yang berpusat pada
masalah. Individu akan mengatasi masalah
dengan aktivitas penyelesaian langsung,
mempelajari cara-cara atau ketrampilan yang baru
(Lazarus & Folkman, 1984). Hasil penelitian
manunjukkan bahwa subyek melakukan problem
focused coping namun dalam bentuk yang
berbeda-beda sesuai dengan sumber daya coping
yang dimiliki dan konteks lingkungan yang
dihadapinya. Subyek yang memiliki kemampuan
analisa situasi, mencari informasi, memiliki
kompetensi diri yang dibutuhkan dan normal
secara fisik oleh lingkungan cenderung
memunculkan coping yang lebih adaptif. Di
samping itu konteks lingkungan eksternal belajar
juga menentukan bentuk coping yang muncul.
Karakteristik personal juga mempengaruhi
jenis bentuk coping yang muncul. Subyek yang
m e m i l i k i k a ra k te r i s t i k e k t rove r t a k a n
memunculkan aktivitas komunikasi dengan
sebanyak mungkin orang-orang di sekitarnya
untuk mendapatkan dukungan instrumental dan
feedback. Selain itu subyek yang memiliki
independensi tinggi terutama dalam pengambilan
keputusan akan menampakkan proses berpikir
untuk mencari pemahaman baru ataupun makna
baru hingga mendapat insight untuk melandasi
perilaku coping yang muncul. Keyakinan personal
juga memperkuat perilaku coping, terutama untuk
mempertahankan konsistensi perilaku coping
yang muncul.
Emotional Focused Coping, yaitu perilaku
penyelesaian masalah yang berpusat pada emosi.
Digunakan untuk mengatur respon emosional
terhadap stres tanpa mengatasi sumber masalah
(Lazarus & Folkman, 1984). Hasil penelitian
manunjukkan bahwa subyek melakukan problem
focused coping namun dalam bentuk yang
berbeda-beda sesuai dengan sumber daya coping
yang dimiliki dan konteks lingkungan yang
dihadapinya. Dominasi bentuk emosional focused
coping dalam menghadapi masalah umumnya
terjadi pada subyek yang memiliki tingkat
dependensi tinggi dan karakteristik introvert.
INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010

Bentuk-bentuk emotional focused coping yang


muncul antara lain: mencari dukungan emosional,
pemaknaan ulang secara positif, penerimaan
(acceptance), escapism (merokok dan minum
minuman beralkohol), minimization (menolak
memikirkan masalah lebih dalam) dan pencarian
makna (Aldwin & Revenson, 1987).
4. Proses terbentuknya insight pada
problem focused coping
Pada proses terbentuknya problem focused
coping, didahului oleh sebuah proses berpikir yang
menghasilkan insight. Proses tersebut diawali
dengan pertanyaan subyek terhadap makna atau
nilai penting dari jurusannya. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, subyek mencari informasi
dari berbagai sumber. Baik melalui proses
wawancara, observasi, maupun media cetak dan
elektronik. Subyek lalu melakukan analisis
terhadap semua informasi yang didapatkan,
hingga menarik sebuah kesimpulan. Kesimpulan
ini merupakan insight baru, yang lalu
diiternalisasi oleh subyek sehingga menjadi
landasan bagi ide kreatif coping yang muncul.
Jenis coping yang muncul atas dasar insight
tersebut cenderung berpusat pada masalah.
Artinya coping strategy yang muncul dapat secara
efektif mangurangi atau menyelesaikan konflik
yang muncul sebelumnya.

SIMPULAN DAN SARAN


1.

2.

Mahasiswa salah jurusan dalam penelitian


ini mengalami konflik dalam proses adaptasi
pada jurusan yang tidak sesuai dengan
minatnya. Bentuk konflik yang muncul
bervariasi, bergantung pada kondisi khas
internal dan eksternal pada masing-masing
mahasiswa.
Berikut merupakan keunikan pada masingmasing subyek salah jurusan:
a.
Mahasiswa salah jurusan dengan
karakteristik independen dalam
pengambilan keputusan, cenderung
melakukan proses berpikir yang lebih dalam.
Proses berpikir ini akan menghasilkan
insight sebagai dasar dari perumusan coping
strategy. Jenis coping yang tercipta
berdasarkan proses pencapaian insight
tersebut bersifat problem focused coping

125

Coping Strategy pada Mahasiswa Salah Jurusan

3.

4.

yang dapat mengurangi atau menyelesaikan


konflik secara efektif.
b. Ketidakajegan supporting system pada
mahasiswa salah jurusan menyebabkan
kondisi psikologis subyek menjadi rapuh.
c.
Adanya supporting system yang ajeg
dan kuat, meminimalisir kualitas konflik
pada mahasiswa salah jurusan.
Mahasiswa salah jurusan memunculkan
coping strategy untuk mengatasi konflik
yang dialaminya. Dua jenis coping strategy
sama-sama muncul pada mahasiswa salah
jurusan, baik yang bersifat problem focused
coping maupun emotional focused coping.
Tidak semua jenis coping efektif, hanya tipe
problem focused coping yang efektif terhadap
pengurangan atau penyelesaian konflik.
Mahasiswa salah jurusan yang merasa
memiliki kemampuan untuk mengendalikan
lingkungannya cenderung menampakkan
problem focused coping. Sedangkan

5.

mahasiswa yang merasa tidak memiliki


ke m a m p u a n u n t u k m e n ge n d a l i k a n
lingkungannya cenderung menampakkan
emotional focused coping.
Temuan penelitian:
a.
Tujuan dari coping adalah mencapai
pendewasaan diri, dan meningkatkan
ketahanan diri agar mampu menghadapi
konflik yang lebih besar pada kehidupan di
masa datang.
b. Terciptanya problem focused coping
didahului oleh sebuah dinamika berpikir
hingga mahasiswa salah jurusan
menemukan insight yang menjadi landasan
coping strategy. Dinamika yang terjadi
adalah: munculnya pertanyaan kritis
pencarian informasi untuk menjawab
pertanyaan
analisis informasi
insight
internalisasi insight
coping strategy
(problem focused coping).

PUSTAKA ACUAN
Abror, A. R. (1993). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana
Bird, G. & Melville, K. (1994). Family and intimate relationship. New York: McGraw Hill.
Bonna, B. M. (2008). Persepsi mahasiswa ilmu sosial terhadap perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan dan
peluang kerja selepas menyelesaikan studi (Studi deskriptif pada mahasiswa FISIP Universitas Airlangga).
Diakses pada tanggal 2 Oktober 2009. http://fultext.lib.adln.unair.ac.id.
Etikawati, A.I., (2006). Warna-warni kecerdasan anak dan pendampingannya. Yogyakarta: Kanisius.
Hurlock, E.B. (1978). Child development 6th edition, Terjemahan: Meitasari, M. M. & Zarkasih, M. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Lazarus, L.A. & Folkman, S. (1984). Stress appraisal and coping. New York: Spranger.
Susilowati, P. (2008, 16 Juni). Memilih jurusan di perguruan tinggi. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2009 dari
http://www.e-psikologi.com
Weiten, W. & Lloyd, M. A. (1994). Psychology applied to modern life: Adjustment in the 90s 3rd edition. California:
Brooks/Cole Publishing Company.

126

INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010

Petunjuk bagi Penulis


INSAN Media Psikologi
Artikel yang dimuat dalam Jurnal INSAN Media Psikologi adalah artikel hasil seleksi yang telah disetujui
Redaksi dan belum pernah dipublikasikan di media penerbitan lain. Penulis yang bermaksud karyanya
dimuat dalam Jurnal INSAN Media Psikologi harus memperhatikan petunjuk-petunjuk berikut ini :
1. Materi tulisan harus bersifat ilmiah, merupakan hasil penelitian empiris, analisi kritis atas karya/artikel
yang telah diterbitkan, telaah pustaka, atau bentuk tulisan lainnya yang dipandang dapat
mengembangkan disiplin psikologi;
2. Artikel ditulis dengan sistematika berikut :
a. Judul, ditulis dengan model title-case, dengan jumlah kata sekitar 8-14 kata;
b. Nama penulis (tanpa gelar) dan instansi asal beserta alamat untuk berkorespondensi (nama jalan,
kota, kode pos, email, telepon atau fax);
c. Abstract, (ditulis dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia) terdiri dari 150-200 kata dan ditulis
miring/italic dengan spasi tunggal. Abstrak memuat latar belakang masalah, tujuan penulisan,
hipotesis penelitian, subjek penelitian, metode penelitian, dan hasil penelitian;
d. Kata kunci (keywords), maksimal 5 konsep yang diurutkan dari kata kunci yang utama sampai kata
kunci penunjang;
e. Pendahuluan (mencakup latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan rumusan masalah);
f. Metode penelitian, berisi penjelasan tentang variabel penelitian, definisi operasional, subjek
penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data;
g. Hasil dan Bahasan;
h. Simpulan dan Saran, tidak dirinci dalam poin-poin, tetapi berupa paragraf;
i. Pustaka Acuan, disusun berdasarkan acuan APA Style dan hanya pustaka yang dikutip dalam artikel
yang dicantumkan.
3. Teknik penulisan artikel mengikuti ketentuan sebagai berikut :
a. Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris yang memenuhi kaidah Bahasa
Indonesia/Inggris yang baku;
b. Artikel ditulis dalam bentuk esai, sehingga tidak ada format numerik (atau abjad) yang
memisahkan antar bab/bagian, ataupun untuk menandai bab/bagian baru;
c. Setiap kutipan harus dituliskan sumbernya pada akhir kutipan dengan menggunakan running note,
bukan footnote atau endnote. Misalnya :
(Neuman,1994).
d. Di dalam penulisan artikel, hindari penggunaan dot points, pengabjadan, atau penomoran seperti
ini :
1. .
2. .
Tetapi lebih baik ditulis sebagai berikut : 1) , 2) dst
e. Tabel dan gambar / grafik dibuat sesederhana mungkin, dikirim dalam file terpisah dari teks inti,
dalam format Ms Word. Tabel terdiri dari nomor tabel, judul tabel (di atas), catatan keterangan
bila diperlukan (di bagian bawah tabel). Penulisan tabel hanya menggunakan garis-garis
horizontal, jangan menggunakan garis vertikal;
4. Penulisan pustaka acuan ditulis sesuai tata tulis menurut acuan APA Style sebagaimana yang
tercantum dalam Publication Manual of the American Psychological Association (2001, 5th ed.) dan
disusun secara alfabetis dari nama akhir penulis utama.

INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010

Вам также может понравиться