Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
DAFTAR ISI
BAB I.
FINAL DRIVE
A. SINGLE REDUCTION ROTATED DRIVE SHAFT. I
B. SINGLE REDUCTION FIXED DRIVE SHAFT I
C. DOUBLE REDUCTION..... I
D. PLANETARY GEAR TYPE RIGID I
E. PLANETARY GEAR TYPE SEMI RIGID. I
2
3
4
6
7
9
9
9
9
9
1
3
3
6
14
17
21
22
28
31
32
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
33
1
2
5
5
7
9
9
12
14
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
1
2
3
4
5
5
5
5
5
5
TABEL KEAUSAN
SPECIAL TOOLS
TROBLE SHOOTING
DAFTAR ISI
BAB V. PERCENT WORN TABLE
A. D 85 ESS 2 V - 1 - 5
B. D 85 ESS 1 V - 2 - 5
C. PC 200 LC 2 ..V - 4 - 5
BAB VI. SPECIAL TOOLS
A. MEMBUKA SPROCKET... VIB. MEMASANG SPROCKET. VIC. MEMBUKA SPROCKET HUB... VID. MEMASANG SPROCKET HUB.VIE. MEMBUKA DAN MEMASANG TRACK.VI-
1
3
5
7
9
10
10
10
10
10
Gambar di atas menunjukkan biaya perbaikan kerangka bawah tercatat 60% dari
biaya total perbaikan unit bulldozer.
Gambar di atas menunjukkan biaya perbaikan kerangka bawah tercatat lebih besar
45% dari biaya total perbaikan unit Excavator.
Jadi dengan mengurangi biaya perbaikan untuk kerangka bawah banyak hal
kemungkinan, yang jelas biaya perbaikan kerangka bawah akan menjadi turun
Susunan roda gigi penggerak akhir adalah pegurang kecepatan yang biasanya
diperlengkapi dengan satu atau dua set roda gigi lurus dan pinion boss roda gigi
penggerak akhir.
Prinsip yang dipergunakan pada transmisi dimana kecepatan rotasi dikurangi dan
momen puntir ( torque ) ditambah oleh sejumlah roda gigi yang dipergunakan pada
penggerak akhir.
Masing-masing bak penggerak akhir ( final drive case ) dipasang melebar keluar
dari bak roda gigi tirus ( bevel gear case ) pada masing-masing sisi. Dengan
memilih perbandingan kecepatan yang tepat momen puntir ( Torque ) sebelum ke
penggerak akhir ( final drive ) dapat diperkecil. Dengan demikian, transmisi yang
sama, poros roda tirus ( bevel gear shaft ) dan lain-lain dapat dipergunakan yang
sama pada berbagai jenis model mesin.
Roda gigi penggerak akhir ( final Drive gears ) dapat dihadapkan pada tekanan
permukaan yang besar disebabkan oleh beban goncangandan benturan ( shock and
impact loads ), yang mana memerlukan perhatian ekstra untuk seleksi oli pelumas
dan mencegah masuknya benda asing ke dalam bak penggerak akhir ( final drive
cases ).
Perbandingan reduksi normal berada diantara 1/9 sampai 1/12 untuk perbandingan
reduksi yang lebih kecil dipergunakan sistem reduksi tunggal ( single reduction
system ). Untuk perbandingan reduksi yang besar dipergunakan sistem reduksi
ganda atau sistem roda gigi planet. ( Double reduction system or planetary gear
system ).
12.Plane bearing
13.Pinion
14.Retainer
15.Flange
16.Nut
17.Oil seal
18.Nut
19.Driven gear
20.Final drive shaft
Penggerak akhir (final drive) tipe reduksi tunggal (single reduction) dengan roda
gigi lurus (spur gear) tenaga penggeraknya dari kopling stir (steering clutch),
disalurkan ke pinion (13) melalut tromol rem (brake drum) dan flange (15).
Tenaga gerak kemudian disalurkan ke sprocket (1) melalui pinion (13), roda gigi
pemutar (drive gear) (19), poros penggerak akhir (final drive shaft) (20}, dan. hub
(6) demikianlah urutannya. Hub (6) dipress duduk poros penggerak akhir (final
drive shaft) (20).
1.
3.
5.
7.
9.
11.
Collar
Bearing
Washer
Cover
Bearing
Nut
2.
4.
6.
8.
10.
12.
Bearing Cage
Collar
Nut
Bushing
ring
Hub
11.Sprocket nut
12.Stopper
13.Sprocket boss
14.Sprocket support
15.Cover
16.Nut
17.Washer
18.Bushing
19.Floating seal
20.Retainer
21.
22.
23.
24.
25.
Bearing
Floating seal
Guard
Color
Secondary gear
( 55 teeth )
26. Bolt
27. Sprocket hub
28. Bearing
1. Cover
2. Support
3. Snap ring
4. Carrier
5. Bearing
6. Ring gear
7. Planetary gear shaft
8. Flange
9. Case cover
10. Anchor
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
Floating seal
Drum
Sprocket
Sun gear
Bearing cage
Floating seal
Bush
Collar
Nut
13.Outer body
14.Seal
15.Inner body
16.Cover
17.Hub
18.Carrier
19.Floating seal
20.Rubber bushing
21.Wear guard
22.Shaft
23.Boss
24.Pivot shaft
Unit type rantai ( Crawler type ) digunakan untuk berbagai macam kerja mendorong
( Bulldozer ), membawa beban ( Dozer Shovel ) dan banyak pekerjaan yang lain
dengan jenis perlengkapan yang berbeda.
A. KLASIFIKASI KERANGKA BAWAH.
1. Rigid Type.
Type kerangka bawah ini front idler tidak dilengkapi rubber pad, final drive tidak
memakai rubber bushing dan equalizing beam hanya duduk di atas frame
utama ( main frame ).
Contoh : D80/85 A, D155 A, D455 A.
Gbr II - 1. Undercarriage.
1.
2.
3.
4.
5.
Sprocket cover
Sprocket
Recoil spring cover
Carrier roller
Track shoe
6.
7.
8.
9.
Idler
Track frame
Track roller
Guiding guard
Track frame.
Roller.
Idler.
Recoil spring.
Sprocket.
Track link.
Track shoe.
Equalizing.
Guard.
1. Track Frame.
Struktur track frame :
6. Track frame
7. Guiding guard
Yang dimaksud toe in adalah suatu keadaan perubahan kelurusan track frame
kiri dan kanan ketika permukaan idler menuju ke dalam mendekati Center line
of tractors .
Yang dimaksud toe out adalah suatu keadaan perubahan kelurusan track
frame kiri dan kanan ketika permukaan idler menuju ke luar menjauhi Center
line of tractors .
Catatan : Perubahan kelurusan pada kondisi idler dilihat dari sprocket.
Track frame mengalami toe in atau toe out disebabkan karena :
Posisi ( pitch ) track roller yang dalam pemasangannya tidak memperhatikan
ketentuan - ketentuan skala gambar.
Terjadinya benturan antara batu dengan permukaan bawah diagonal brace
yang dapat merusak fisik diagonal brace.
Unit yang sudah beroperasi dalam waktu lama sehingga dengan variasi
beban dapat menyebabkan perubahan kelurusan track frame.
2. Roller.
Pada kerangka bawah ada 2 jenis roller yaitu :
Track roller .
Carrier roller.
a. Track roller .
Track roller berfungsi sebagai pembagi berat dozer ke track.
4. Floating
5. Shaft
Snap ring
Thrust key
Seal ring
O-ring
Bracket
Snap ring
Seal ring
O-ring
Bracket
Bolt
7.
8-1.
8-2.
8-3.
8-4.
8-5.
8-6.
9.
10.
11-1.
Spring washer
Seal ring
O-ring
Bushing
Dowel pin
O-ring
Bearing
Bolt
Spring washer
O-ring
11-2.
11-3.
11-4.
11-5.
11-6.
11-7.
11-8.
11-9.
12.
O-ring
Shaft
Seal ring
O-ring
Bushing
Dowel pin
O-ring
Bearing
Roller
Jumlah track roller yang dipasang pada dozer tergantung daro panjang track
pada permukaan tanah ( jarak antara idler dengan sprocket ).
Pada posisi ke satu dan terakhir, pada umumnya dipasang track roller single
flanged type, tujuannya agar keausan dapat dikurangi. Baik keausan pada
track link maupun track roller itu sendiri.
Sebagai contoh, unit D85ESS - 2 punya susunan track roller S S D S S D S S.
Sedangkan untuk unit D 375 A - 3 punya susunan track roller dari beberapa
model unit.
S: Single flanged roller
D: Double flanged
Model
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
10
20
21
30
30
31
31
40
40
45
45
50
50
53
55
57
60
60
65
65
75
80
80
85
85
A, S - I
A, P, S, Q - 3
A, P, S, Q - 3
A, S, Q - 15
P - 15
A, Q, S - 15, 16
P -15, -16
A-1
P-1
A, S - 1
P-1
A, S - 15
P - 15
A, S - 15
S-3
S-1
A, S - 6
E, P - 6
A, S - 6
E, P - 6
S - 2, - 3
A -12
E - 12
A - 12
E - 12
D
D
D
D
D
D
D
95 S - 1
150 A - 1
155 A - 1
155 S, C - 1
355 A - 3
355 C - 3
455 A - 1
Rollers
Per side
Rollers Position
Idler
1
3
5
5
5
6
5
6
5
6
5
6
5
7
5
5
6
6
7
6
7
7
6
7
6
7
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
D
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
D
S
D
S
D
D
D
D
S
S
D
S
D
D
S
D
S
D
S
S
S
S
S
S
S
D
S
D
S
S
S
S
D
D
S
D
S
S
D
S
D
S
7
7
7
8
7
8
7
S
D
D
D
D
D
D
D
D
D
S
D
S
D
S
D
D
D
D
D
S
D
S
S
S
S
S
D
S
D
D
D
D
D
S
Sprocket
6
S
S
S
S
D
S
S
D
S
D
D
S
D
S
D
D
D
D
S
D
S
D
S
S
S
S
S
S
S
S
D
S
D
S
S
S
Unit Komatsu baru ada yang menggunakan track roller dengan tipe BOGIE,
unit - unit terseburt diantaranya D 155 AX dan D15 - 3, D375 - 3, D475 - 3.
Untuk selanjutnya, track roller yang terikat secara tetap di track framenya
disebut dengan tipe RIGID.
Dengan tipe BOGIE, track rollernya dapat berisolasi menyesuaikan
permukaan tanah, sehingga daya cengkeram tetap baik walaupun bekerja
dipermukaan tanbah yang tidak rata.
1.
2.
3.
4.
5.
Rubber mount.
Track roller.
Inner bogie.
Outer bogie.
Cartridge pin.
6.
7.
8.
9.
Floating seal.
Bushing.
Plug.
Bogie mount cap.
Carrier Roller.
Carrier roller berfungsi untuk :
8Menahan berat gulungan atas dari track shoe assy agar tidak melentur.
8Menjaga gerakan track shoe antara sprocket ke idler atau sebaliknya tetap
lurus.
6-2.
6-3.
7-1.
7-2.
7-3.
7-4.
7-5.
O-ring
Shaft
Seat
O-ring
O-ring
Seal ring
Seal ring
7-6.
7-7.
7-8.
7-9.
8-1.
8-2.
8-3.
O-ring
Seal
Dowel pin
Bearing
Bearing
Bearing
Carrier roller
Jumlah carrier roller yang dipasang pada unit tergantung dari panjang track,
pada umumnya antara 1 buah dan 2 buah tiap sisinya.
3. Front Idler.
Front idler berfungsi untuk membantu menegangkan atau mengendorkan track
dan juga meredam kejutan.
Gbr III - 18. Hubungan antara front idler dan recoil spring.
4. Cover
5. Floating seal
6. Support
Komponen-komponen Idler.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14-1.
14-2.
14-3.
Bolt
Spring washer
Scraper ( L.H )
Bolt
Spring washer
Scraper ( R.H )
Bolt
Spring washer
Yoke
Nut
Spring washer
Washer
Bolt
Bolt
Spring washer
Guide plate
14-4.
14-5.
15.
16.
17-1.
17-2.
17-3.
17-4.
17-5.
18.
19.
20.
21.
22-1.
22-2.
22-3.
Shim
Bracket ( R.H )
Seal ring
O-ring
Bolt
Spring washer
Guide plate
Shim
Bracket ( L.H )
Seal ring
O-ring
Bolt
Lock washer
Seal ring
O-ring
Bearing
22-4.
22-5.
22-6.
23.
24.
25-1.
25-2.
25-3.
25-4.
25-5.
25-6.
25-7.
25-8.
25-9.
26.
Dowel pin
O-ring
Bearing
Bolt
Lock washer
Shaft
O-ring
O-ring
Seal ring
O-ring
Bearing
Dowel pin
O-ring
Bearing
Idler
13.
14.
15.
16.
17.
Oil seal
Wear ring
Packing
Grease fitting
Plug
4. Recoil Spring.
Yoke
Rod
Cylinder
Piston
Cover
Front pilot
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Recoil Spring
Rear pilot
Nut
Cover
Collar
Bushing
Bolt
Spring washer
Cover
Gasket
Bolt
Spring washer
Cylinder
Ring
Ring
Gasket
Back up ring
8-5.
8-6.
8-7.
9-1.
9-2.
9-3.
9-4.
9-5.
9-6.
9-7.
9-8.
Seal
Seal
Piston
Gasket
Bolt
Spring washer
Snap ring
Bushing
O-ring
Cover
Cover
10-1.
10-2.
10-3.
10-4.
10-5.
10-6.
10-7.
10-8.
10-9.
Bolt
Spring washer
Lock
Nut
Rod
Stopper
Pilot
Seat
Spring
Model
Standard
clearance
D20.
21
D30.
31
D40.
D50
45
D53
20 ~ 30 mm
D55
D57
D60.
65
D75.
D80.
85
D95
D120. D150.
D355
125
155
30 ~ 40 mm
20 ~
40mm
D455
30 ~
40mm
5. Sprocket.
Sprocket berfungsi : 8 Meneruskan tenaga gerak ke track, melalui bushing.
8 Merubah putaran menjadi gulungan pada track agar
unit dapat bergerak.
Solid Type.
1. Link
2. Nut
3. Bolt
4.
5.
6.
7.
Master pin
Dust seal
Shoe
Regular pin
Seal assy
Plugs
Link
P i n.
Surface hardened laver
Gbr II - 29. P i n.
Pin berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan link satu dengan link
berikutnya disamping juga sebagai tempat kedudukan bushing, seal assy,
plug dan spacer.
Struktur pada pin di bagian permukaannya diproses panas ( Heat treatment )
yang tujuannya agar didapatkan bahan dengan kekerasan tertentu sehingga
proses keausan karena gesekan terjadi lebih lama gesekan terjadi lebih
lama.
Tipe-tipe pin dibedakan atas 2 tipe yaitu :
Regular pin.
Master pin.
Regular pin.
Master pin
Center Bore
Gbr II - 31. L i n k.
Bushing.
Seal Assembly.
Dust
Seal
E Type
W Type
X Type
Application
Medium andlarge
bulldezers
Material
Polyurethane rubber
Small buldozer
Large bulldozer
7. Track Shoe.
4.
5.
6.
Bushing
Shoe
Pin
Track shoe adalah bagian dari undercarriage yang berfungsi disamping tempat
persinggungan dengan tanah juga merupakan alas gerak crawler tractors.
8. Equalizing Beam.
Equalizing beam berfungsi untuk menahan bagian depan unit ( bulldozer, dozer
shovel ) yang diteruskan ke track frame tersebut dengan ditahan oleh bracket.
Sheet
Pad
Support
Equalizer bar
Pad
6. Grease fitting
7. Bushing
8. Dust seal
9. Bushing
10.Center pin
9. Guard.
Track Roller Guard
Track roller guard berfungsi untuk :
8 Melindungi kerusakan track roller yang diakibatkan oleh benda-benda
dari luar ( batu, kayu ).
8 Mencegah lepasnya track link.
Type track roller guard :
8Solid type.
8Segment type.
Wear Guard.
Wear guard berfungsi untuk melindungi final drive case dari terjadinya
keausan akibat gesekan dengan benda-benda luar.
O O O O
1.
Multi - Scale
2.
Adapter
3.
Adapter
4.
5.
6.
Thickness gauge
7.
8.
9.
Test Hammer
10.
Pin
11.
Wire brush
12.
13.
Binder
14.
Steel case
O
O
O
O
O
Other tools :
To remove mud, the following auxiliary tools are also required :
a. 1 m Pinch bar
b. Scoop.
Tool width
Treat depth
Outer diameter of
roller
Tread depth
Track
Roller
Flange width
Carrier
roller
Flange width
Outer diameter of
bushing
Link pitch
Instrument
Link
Link height
Part No.
Shoe
Inspection
Measuring
Items
Outer diameter of
roller
Grouser height
Index No.
(1)
1. Multi Scale.
8 Baca skala pada reguler scale yang ditunjuk oleh angka 0 pada 1st vernier.
Pada contoh di atas angka 0 pada 1st vernier terletak antara angka 41 dan
42 pada reguler scale.
8 Selanjutnya perhatikan garis-garis skala pada reguler scale dan 1st vernier
yang saling berhubungan, kemudian baca angka skala pada 1st vernier
lurus berhubungan dengan garis skala pada reguler scale.
8 Berarti pembacaan adalah :
41 + 0.5 = 41.5 mm
Pembacaan tersebut di atas dipakai pada saat pengukuran ketebalan,
diameter luar, kedalaman atau ketinggian.
8 Geser 2nd vernier, sampai groove pada 2nd vernier tepat pada pointer
adaptor.
8 Baca scale antara 1st vernier dengan 2nd vernier yang saling berhubungan
( menjadi satu garis ).
8 Hasil pembacaan ini menunjukkan diameter luar dari track roller.
8 Cara pembacaan 1st vernier dengan 2nd vernier. Tingkat ketelitian
pembacaan ini adalah 1/5 mm.
8 Baca skala pada 1st vernier yang ditunjuk oleh angka 0 pada 2nd vernier
menunjukkan angka antara 254 - 256 mm.
8 Selanjutnya perhatikan garis skala pada 1st vernier dengan 2nd vernier
yang saling berhubungan ( menjadi satu garis ), kemudian baca angka
skala pada 1st vernier.
8 Berarti pembacaannya adalah :
254 + 1.6 = 255.6 mm
Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat penggunaan multi scale :
Pada pengukuran link height ( ketinggian ).
8
Pada pengukuran track roller outside diameter ( Diameter luar track roller ).
8
Posisikan unit ( machine ) pada tempat yang rata sehingga antara link
dan track roller terjadi contek ( rapat tidak ada celah ).
B. METODE PENGUKURAN.
C. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan ialah meneliti bagiam bagian yang telah aus dari komponen
undercarriage, sehingga dapat diketahui sudah berapa ( % ) keausan itu terjadi
dan masih berapa lama dapat dipakai. Di samping itu, dapat menentukan apaah
komponen undercarriage tersebut harus diremajakan ( rebuilding ) atau diganti
( replacement ).
Tetapi kalau tidak dilakukan pemeriksaan maka komponen tersebut akan rusak
secara total sehingga tidak dapat diperbaiki, dengan kata lain dapat merugikan
kita. Jadi kalau pada waktu pemeriksaan diketahui keausan sudah mencapai
service limit, maka cepat cepatlah diganti sebelum fatal.
Arti pemeriksaan terhadap komponen undercarriage antara lain :
Menjaga komponen atau bagian dari undercarriage agar dalam keadaan bersih
dan baik, sehingga tidak mengganggu saat operasi.
Memperhatikan pelumasan pelumasan apa saja yang diperlukan, serta
bagian bagian mana yang memerlukan nya, dan pemeriksaannya secara
teratur agar selalu diketahui kondisinya.
Memeriksa bagian bagian yang telah aus dan sudah berapa prosen
keausannya serta sudah waktunya atau belum.
Melakukan penyetelan / adjustment terhadap bagian - bagian yang
memerlukannya.
Mengadakan perawatan sebelum dan sesudah dipakai.
Tujuan diadakannya pemeriksaan terhadap komponen undercarriage antara
lain
Akan memperpanjang umur komponen undercarriage.
Mencegah keausan yang berlebihan, yang sebenarnya komponen tersebut
masih dapat diperbaiki kembali. Tapi karena kurang diperhatikan maka
komponen hancur sama sekali sehingga tidak dapat diperbaiki lagi.
Mencegah terjadinya keausan sebelum waktunya.
Kerugian bila tidak memperhatikan perawatan : '
Akan memperpendek umur dari komponen undercarriage. - Pemborosan spare part.
Menurunkan efisiensi kerja unit tersebut.
1. Percent Worn Chart.
Pengukuran keausan kerangka bawah/undercarriage sangat penting, agar
dapat menentukan sampai berapa lama lagi komponen undercarriage ini
dapat dipakai.
Hasil pengukuran komponen kerangka bawah selanjutnya dimasukkan atau
dibandingkan ke Percent Worn Chart untuk masing-masing komponen, tipe
unit dan serial number yang sama, sehingga diperoleh tingkat keausan
(worn) dalam satuan persent (%). Dalam Percent Worn Chart tingkat
keausan dibagi menjadi : Normal & Impact
Apabila diperoleh dari hasil pengukuran bushing O.D diameter 39.1 mm, maka
tingkat keausan untuk unit yang beroperasi di daerah sering mendapat beban
kejut adalah sudah mencapai 70% sedang apabila unit dipakai pada operasi
medan biasa, tingkat keausannya ( worn ) baru mencapai 42 %.
Apabila hasil pengukuran tidak tercantum dalam percent worn chart maka
keausan dapat dihitung dengan memakai persamaan sebagai berikut :
Standart Value - Measured wear rate
Worn ( Wear Rate ) =
X 100 %
Standart Value - Repair limit
Contoh :
Track roller D20 - 6 s/n 6001 - up. Hasil pengukuran 131.4mm.
Penyelesaian :
Dilihat dari percent worn chart, maka tingkat keausannya tidak terlihat.
Masukkan ke persamaan seperti di atas.
X 100 %
135 - 127
3.6
X 100 %
8
45 %.
Dari percent worn chart atau dari perhitungan selanjutnya dipakai unutk
menentukan sampai berapa lama lagi komponen kerangka bawah /
undercarriage masih dapat dipakai.
2. Hour Left Chart.
Hour left chart dipakai untuk mengestimasikan sampai berapa lagi komponenkomponen kerang bawah / undercarriage masih dapat dipakai ( sampai
mencapai repair dan rebuild limit ).
Penggunaan hour left chart ini harus disesuaikan dengan komponen kerangka
bawah dan type unit.
Garis mendatar pada hour left chart menunjukkan waktu operasi ( operating
hours ), garis vertikal menunjukkan tingkat keausan komponrn ( wear rate ).
Contoh :
Pengukuran Front Idler D85 - 18
8 Service meter menunjukkan 1600 jam.
8 Hasil pengukuran pada idler tread step 27.3 mm.
Penyelesaian :
Langkah 1 : Dari percent worn chart tingkat keausan pada idler tread step
adalah 70 %.
:y
x
k
a
=
=
=
=
Wear rate ( % )
Operation Hour ( jam )
Faktor ( untuk masing-masing komponen tidak sama )
Konstanta, yang harus dicari terlebih dahulu.
Mengambil contoh diatas dari point B, dimana dari percent worn chart diperoleh
keausan 70 % pada sercvice meter 1600 jam, sehingga :
y1 = a1 . x1k
Dimana : y1 = 70 %
x1 = 1600 jam
k = ( untuk idler tread step )
70 = a.16001.8
70
a1 =
16001.8
70
a1 =
1600
a1 = 0,000119586
Apabila keausannya 100 % , maka x2 = operating hoursnya adalah sebagai
berikut :
y2 = a2 . x2k
Dimana : a1
= a2
x2
836.214,96
= 1950,6377.
x2
x dibulatkan menjadi 1950 jam maka idler tread step masih dapat dipakai lagi
selama 1950 - 1600 = 350 jam, dari waktu pada saat pengukuran.
C. GROUSER HEIGHT.
D. IDLER.
E. TRACK ROLLER.
A. D 85 ESS 2.
Serial No. 3001 up.
Link pitch
mm
Grouser height
Worn (%)
mm
Track roller
Worn (%)
mm
Worn (%)
203.45
65
210
203.751
10
61
10
206.4
10
204.052
20
57
20
202.8
20
204.353
30
53
30
199.2
30
204.654
40
479
40
195.6
40
204.955
50
45
50
192
50
205.256
60
41
60
188.4
60
205.858
70
37
70
184.8
70
205.557
80
33
80
181.2
80
206.159
90
29
90
177.6
90
206.46
100
25
100
174
100
Idler
mm
Carrier roller
Worn (%)
mm
Worn (%)
mm
Worn (%)
20
168
73
21
10
165.8
10
72.45
10
22
20
163.6
20
71.9
20
23
30
161.4
30
71.35
30
24
40
159.2
40
10.8
40
25
50
157
50
10.25
50
26
60
154.8
60
69.7
60
27
70
152.6
70
69.15
70
28
80
150.4
80
68.6
80
29
90
148.2
90
68.05
90
30
100
146
100
67.5
100
Worn (%)
Height of link
mm
Sprocket
Worn (%)
mm
Worn (%)
73
125
72.65
10
124
10
0.585
10
72.3
20
123
20
1.17
20
71.95
30
122
30
1.755
30
71.6
40
121
40
2.34
40
71.25
50
120
50
2.925
50
70.9
60
119
60
3.51
60
70.55
70
118
70
4.095
70
70.2
80
117
80
4.68
80
69.85
90
116
90
5.265
90
69.5
100
115
100
5.85
100
B. D 85 ESS 1.
Serial No. 1001 up.
Link Pitch
mm
Grouser height
Worn (%)
mm
Track roller
Worn (%)
mm
Worn (%)
216.45
72
222
216.93
10
67.3
10
219.6
10
217.41
20
62.6
20
217.2
20
217.89
30
57.9
30
214.8
30
218.37
40
53.2
40
212.4
40
218.85
50
48.5
50
210
50
219.33
60
43.8
60
207.6
60
219.81
70
39.1
70
205.2
70
220.29
80
34.4
80
202.8
80
220.77
90
29.7
90
200.4
90
221.25
100
25
100
198
100
Idler
mm
Carrier roller
Worn (%)
mm
Worn (%)
mm
Worn (%)
22
185
74.3
22.75
10
183.1
10
73.8
10
23.5
20
181.2
20
73.3
20
24.25
30
179.3
30
72.8
30
25
40
177.4
40
72.3
40
25.75
50
175.5
50
71.8
50
26.5
60
173.6
60
71.3
60
27.25
70
171.7
70
70.8
70
28
80
169.8
80
70.3
80
28.75
90
167.9
90
69.8
90
29.5
100
166
100
69.3
100
Worn (%)
Height of link
mm
Sprocket
Worn (%)
mm
Worn (%)
74.3
129
74
10
127.8
10
0.2913
10
73.7
20
126.6
20
0.5823
20
73.4
30
125.4
30
0.8739
30
73.1
40
124.2
40
1.1652
40
72.8
50
123
50
1.4565
50
72.5
60
121.8
60
1.7478
60
72.2
70
120.6
70
2.03914
70
71.9
80
119.4
80
2.3304
80
71.6
90
118.2
90
2.6217
90
71.3
100
117
100
2.913
100
C. PC200LC 2.
Serial No. 80001 up.
Link pitch
mm
Grouser height
Worn (%)
mm
Track roller
Worn (%)
mm
Worn (%)
190.15
26
156
190.65
10
25
10
154.8
10
191.05
20
24
20
153.6
20
191.45
30
23
30
152.4
30
191.85
40
22
40
151.2
40
192.25
50
21
50
150
50
192.65
60
20
60
148.8
60
193.05
70
19
70
147.6
70
193.45
80
18
80
146.4
80
193.85
90
17
90
145.2
90
194.25
100
16
100
144
100
Idler
mm
Carrier roller
Worn (%)
mm
O.D Bushing
Worn (%)
mm
Worn (%)
20
140
59.3
20.6
10
139
10
58.8
10
21.2
20
138
20
58.3
20
21.8
30
137
30
57.8
30
22.4
40
136
40
57.3
40
23
50
135
50
26.8
50
23.6
60
134
60
26.3
60
24.2
70
133
70
55.8
70
24.8
80
132
80
55.3
80
25.4
90
131
90
54.8
90
26
100
130
100
54.3
100
Height of link
mm
Worn (%)
129
127.8
10
126.6
20
125.4
30
124.2
40
123
50
121.8
60
120.6
70
119.4
80
118.2
90
117
100
Tabel keausan diatas adalah contoh beberapa komponen dari jenis unit yang sesuai
dengan serial numbernya. Untuk lebih praktisnya pergunakanlah rumus keausan
( Worn ), yaitu :
x 100 %
Standard value Repair limit
Cara penggunaannya :
Pasang GUIDE ( 12 ) pada sprocket shaft.
Pasang SLEEVE ( 5 ) pada sprocket hub dan ikat dengan baut.
Pasang T TYPE ADAPTER ( 2 ) pada sprocket.
Pasang YOKE ( 11 ) pada T TYPE ADAPTER ( 2 ).
Pasang ARM ( 1 ) pada YOKE ( 11 ) dan masukkan PIN ( 3 ).
Pasang HYDRAULIC CYLINDER 70 ton dan hubungkan dengan ARM ( 1 )
kemudian pasang PIN ( 3 ).
Pasang EXTENSION ( 10 ) pada HYDRAULIC CYLINDER.
Pasang PLUG ( 4 ) pada SLEEVE ( 5 ).
Pasang EXTENSION ( 10 ) pada HYDRAULIC CYLINDER.
Pasang HYDRAULIC PUMP pada HYDRAULIC CYLINDER.
Cara kerja :
Keluarkan Rod Hydraulic Cylinder untuk mendorong PLUG ( 4 ) kemudian
diteruskan mendorongh SLEEVE ( 5 ) dan selanjutnya mendorong Sprocket
Hub, maka Sprocket akan ketarik keluar secara perlahan lahan dan
perhatikan kelurusan antara Hydraulic Cylinder dan Sleevenya.
Bila sprocket sudah ketarik keluar maka masukkan kembali rod hydraulic
cylindernya sampai habis dan lepaskan tools yang masih berhubungan satu
sama lainnya.
B. MEMASANG SPROCKET.
Cara penggunaannya :
Pasang GUIDE ( 9 ) pada sprocket shaft.
Pasang SPACER ( 7 ) pada sprocket hub ikat dan kencangkan dengan baut.
Pasang COUPLING ( 2 ) pada HYDRAULIC CYLINDER.
Pasang PUSHER ( 1 ) dan hubungkan dengan WASHER ( 5 ) untuk
mendorong Sprocket Hub.
Pasang HEAD ( 4 ) pada HYDRAULIC CYLINDER dan pasang PIN.
Keluarkan ROD HYDRAULIC CYLINDER dan hubungkan PADA SLEEVE ( 7 )
dan pasanglah PIN ( 3 ) untuk mengikatnya.
Pasang HYDRAULIC PUMP dan HYDRAULIC CYLINDER.
Cara kerja :
Masukkan Rod Hydraulic Cylinder, maka rod akan menarik sleeve yang diikat
pada sprocket hub maka pusher akan mendorong sprocket secara perlahan lahan dan bacalah tekanan pada pressure gauge berapa ton tekanan yang
diizinkan..
Bila sprocket sudah terpasang dengan baik, maka Rod Hydrauliuc Cylinder
keluarkan kembali untuk melepaskan special tools yang berhubungan dan bila
sudah terlepas semua maka Rod Hydraulic Cylinder masukkan kembali.
Cara penggunaannya :
Pasang PULLER ( 2 ) pada sprocket hub dan ikat dengan bolt.
Pasang ARM ( 9 ) pada PULLER ( 2 ) dan hubungkan dengan HYDRAULIC
CYLINDER dan pasang pin ( 5 ).
Pasang HYDRAULIC PUMP pada HYDRAULIC CYLINDER.
Pasang EXTENSION ( 4 ) antara rod hydraulic cylinder dengan sprocket
shaft.
Cara kerja :
Keluarkan Rod Hydraulic Cylinder dan perhatikan kelurusan dari pada
extensionnya, maka rod hydaraulic cylinder akan mendorong Extension yang
ditahan oleh sprocket shaft, maka puller yang diikat pada sprocket hub akan
ketarik keluar.
Dalam menggunakan tools ini harus diperhatikan betul dalam keselamatan
kerja.
Cara penggunaannya :
Pasang PLATE ( 1 ) untuk meluruskan bearing.
Pasang GUIDE ( 2 ) pada sprocket shaft.
Pasang COUPLING ( 3 ) pada sprocket shaft.
Pasang SCREW ( 4 ) pada COULPLING ( 3 ).
Pasang SLEEVE ( 7 ) pada sprocket hub.
Pasang PLUG ( 6 ) pada SLEEVE ( 7 ).
Pasang PULLER 30 ton dengan posisi rod menghadap ke PLUG ( 6 ).
Pasang NUT ( 5 ) dan kencangkan.
Pasang HYDRAULIC PUMP pada PULLER.
Cara kerja :
Keluarkan Rod dari PULLER untuk mendorong PLUG ( 6 ) dan diteruskan ke
SLEEVE ( 7 ) kemudian mendorong sprocket hub, karena PULLER ditahan
oleh sprocket shaft yang dihubungkanmelalui COUPLING ( 3 ) dan SCREW
( 4 ) kemudian diikat NUT ( 5 ).
Cara penggunaannya :
Pasang SCREW ( 8 ) pada HYDRAULIC CYLINDER dan kencangkan.
Pasang HYDRAULIC CYLINDER yang sudah dipasang SCREW ( 8 ) dan
pasang pada FRAME ( 1 ) dan kencangkan NUT ( 7 ).
Pasang pada Track Link.
Pasang HOOK ( 5 ) untuk menahan dan meluruskan jalannya PIN, kemudian
pasang SUPPORT ( 2 ) dan pasang SCREW ( 4 ) dan NUT-nya ( 3 ).
Pasang ADAPTER ( 11 ) untuk meluruskan / menahan .
Pasang PIN PUSHER ( 15 ) untuk mendorong Master PIN.
Pasang HYDARULIC CYLINDER-nya
Perhatikan jalanya PIN PUSHER ( 7 ) harus lurus ( pas ).
Catatan :
Untuk membuka dan memasang prinsip kerjanya sama.