Вы находитесь на странице: 1из 15

MANAJEMEN

KEUANGAN ( DEVIDEN
)

1.

2.

3.

4.

2.1 Pengertian Deviden


Dividen adalah pembagian kepada pemegang saham PT yang sebanding dengan
jumlah lembar yang dimiliki. Biasanya dividen dibagikan dengan interval waktu yang tetap,
tetapi kadang-kadang diadakan pembagian dividen tambahan pada waktu yang bukan
biasanya.. Deviden akan diterima oleh pemegang saham hanya apabila ada usaha akan
menghasilkan cukup uang untuk membagi deviden tersebut dan apabila dewan direksi
menganggap layak bagi perusahaan untuk mengumumkan deviden. Deviden merupakan hak
pemegang saham ( common stock) , untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan.
Jika perusahaan memutuskan membagi keuntungan dalam bentuk deviden semua pemegang
saham mendapatkan haknya yang sama. Namun pembagian deviden untuk pemegang saham
preferen lebih diutamakan dari pembagian deviden pemegang saham biasa.
Pendapatan yang diharapkan oleh pemegang saham adalah pendapatan yang dihasilkan
dari pembagian deviden, dimana badan usaha menyerahkan sebagian labanya, untuk
kepentingan kesejahteraan pemegang saham.
Dividen yang dibagikan oleh perusahaan bisa mempunyai beberapa bentuk sebagai
berikut :
Dividen Kas
Dividen yang paling umum dibagikan oleh PT adalah dividen kas. Yang perlu diperhatikan
oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya dividen kas ialah apakah
jumlah uang yang ada mencukupi untuk pembagian dividen tersebut.
Dividen Aktiva Selain Kas ( Property Dividends )
Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh
PT, barang dagangan atau aktiva-aktiva lain. Pemegang saham akan mencatat dividen yang
diterimanya ini sebesar harga pasar aktiva tersebut
Dividen Utang ( Scrip Dividends )
Dividen utang timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya mencukupi untuk pembagian
dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup. Sehingga pimpinan PT akan mengeluarkan
scrip dividends yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan
datang.
Dividen Likuidasi
Dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan pembagian modal. Apabila
perusahaan membagi dividen likuidasi, maka para pemegang saham harus diberitahu

5.

1.

2.

1.

2.

mengenai berapa jumlah pembagian laba dan berapa yang merupakan pengembalian modal,
sehingga para pemegang saham bisa mengurangi rekening investasinya.
Dividen Saham
Dividen saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa dipungut pembayaran kepada para
pemegang saham, sebanding dengan saham-saham yang dimilikinya.
2.2 Kebijakan Deviden
Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan
keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan
apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang
saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan
investasi di masa yang akan datang. Ada beberapa pendapat tentang pengambilan keputusan
atau kebijakan deviden, antara lain sebagai berikut :
Pendapat tentang ketidakrelevanan deviden (irrelevant theory)
Pendapat ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller, yang memberikan argumentasi bahwa
pembagian laba dalam bentuk deviden tidak relevan dengan peningkatan kemakmuran atau
kekayaan pemegang saham. Karena deviden pay out ratio hanya merupakan bagian kecil dari
keputusan pendanaan perusahaan, nilai perusahaan ditentukan tersendiri oleh kemampuan
aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba atau kebijakan investasi.
Pendapat tentang relevansi deviden (relevant theory)
Deviden adalah relevan untuk kondisi yang tidak pasti, investor dapat dipengaruhi oleh
kebijakan deviden.
Selain itu ada teori tentang kebijakan deviden yang dikemukakan oleh Brigham
(1989), beliau menyatakan bahwa dalam kebijakan deviden terdapat 3 teori :
Deviden irrelevance theory,
Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak merupakan pengaruh
terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ketidakrelevanan
dividen (dividends irrelevance theory) ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani
(2001). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan
dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya. Dengan kata lain, nilai perusahaan
tergantung hanya pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana
pendapatan tersebut dibagi antara dividen dan laba yang ditahan. Keon et. al (2000)
menyatakan bahwa pada teori ketidakrelevanan dividen, tak ada hubungan antara kebijakan
dividen dan nilai saham. Satu kebijakan dividen sama bagusnya dengan lainnya. Secara
agregat investor hanya mementingkan pengembalian total keputusan investasi, tak peduli
apakah pengembalian berasal dari perolehan modal atau pendapatan dividen.
Teori Bird in The Hand
Kebanyakan pemilik saham lebih menyukai pembayaran dividen saat ini daripada
menundanya untuk direalisir dalam bentuk capital gain nanti. Tarif pajak untuk capital
gain memang sering lebih rendah daripada untuk dividen, namun para pemilik saham
banyak yang lebih menyukai dividen saat ini, karena dengan pembayaran dividen sekarang
maka penerimaan uang tersebut sudah pasti, sedangkan apabila ditunda ada kemungkinan
bahwa apa yang diharapkan meleset. Teori ini dianut oleh Myron Bordon dan John Lintner
(Husnan, 1993).

3.

a)

b)

c)

1.

2.

3.

4.

Tax preference theory


Suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap deviden dan capital gains
maka para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak
dengan alasan :
Keuntungan modal dikenakan tarif pajak yang lebih rendah daripada untuk pembagian
dividen, karena itu investor yang kaya mungkin lebih suka perusahaan menahan dan
menanamkan kembali laba di dalam perusahaan.
Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, karena adanya nilai efek
waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan di masa mendatang mempunyai biaya efektif yang
lebih rendah daripada satu dolar yang dibayarkan hari ini.
Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada
pajak keuntungan modal yang terutang, ahli waris dapat terhindar dari pajak keuntungan
modal.
Berdasarkan ketiga konsep teori tersebut, perusahaan dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut :
Jika manajemen percaya bahwa deviden irrelevence theori dari modigliani dan
Miller ( M-M) itu benar maka perusahaan tidak perlu memperhatikan besarnya deviden yang
harus dibagikan.
Jika perusahaan menganut Bird In The Hand Theory, maka perusahaan harus
membagi selurus EAT ( Earning After Tax ), dalam bentuk deviden.
Sedangkan jika perusahaan lebih cenderung mempercayai Tax Preference
Theory , maka perusahaan harus menahan seluruh keuntungan.
Selain pendapat tentang kebijakan deviden ada beberapa factor-faktor yang
memepengaruhi kebijakan deviden. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden
adalah sebagai berikut
Kebutuhan dana bagi perusahaan
Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk
membayar deviden. Penghasilan perusahaan akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi
kebutuhan dananya (semua proyek investasi yang menguntungkan) baru sisanya untuk
pembayaran deviden.
Likuiditas perusahaan
Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam kebijakan deviden.
Karena deviden merupakan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas yang tersedia
dan likuiditas perusahaan, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar
deviden. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi adanya
ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahaan tidak
akan membayar deviden dalam jumlah yang besar.
Kemampuan untuk meminjam
Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal
ini juga merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk membayar
dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang, manajemen
tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan.
Pembatasan dalam perjanjian hutang

Pembatasan digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan tersebut
membayar hutangnya.
5. Pengendalian Perusahaan
Apabila suatu perusahaan membayar deviden yang sangat besar, maka perusahaan mungkin
menaikkan modal di waktu yang akan datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai
kesempatan investasi yang menguntungkan. Dengan bertambahnya jumlah saham yang
beredar, ada kemungkinan kelompok pemegang saham tertentu tidak lagi dapat
mengendalikan perusahaan karena jumlah saham yang mereka kuasai menjadi berkurang dari
seluruh jumlah saham yang beredar.
2.3 Alternatif Pembayaran Deviden
Perusahaan harus memutuskan berapa besarnya keuntungan yang ditahan dan berapa
besarnya yang akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Keputusan ini
penting karena menyangkut tanggung jawab terhadap pemegang saham yang telah
menanamkan dananya dan juga terhadap pertumbuhan perusahaan.
Ada tiga macam alternatif pembayaran dividen:
a. Divident pay out yang konstan.
Divident pay out yang konstan merupakan penetapan pembagian rasio yang tetap terhadap
keuntungan yang didapat perusahaan. Berapapun keuntungan yang diperoleh persentase
keuntungan yang dibagikan selalu sama. Sebagai akibat maka jumlah uang yang dibayarkan
akan berbeda tergantung pada keuntungan yang diperoleh.
b. Jumlah yang stabil.
Kebijakan ini akan menyebabkan perusahaan membayarkan jumlah yang tetap untuk
beberapa periode. Pembayaran ini akan dinaikan apabila perusahaan merasa yakin bahwa
kenaikan itu dapat dipertahankan untuk periode selanjutnya. Perusahaan juga tidak akan
melakukan penurunan dividen sampai benar-benar terbukti bahwa perusahaan tidak sanggup
lagi membayarkan.
c. Jumlah yang kecil ditambah dividen ekstra.
Perusahaan membayarkan dividen dalam jumlah yang kecil dan apabila ada keuntungan yang
melonjak maka pada akhir periode perusahaan menambahkan dividen extra. Tujuan
manajemen melakukan hal ini adalah untuk menghindari konotasi dividen permanen.
2.4 Pertimbangan dalam menentukan deviden pay out ratio
Dividend payout ratio adalah persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan
kepada pemegang saham sebagai cash dividend. Dividend payout ratio merupakan
perbandingan antara dividend per share dengan earning per share pada periode
yang bersangkutan Di dalam komponen dividend per share terkandung unsur dividen,
sehingga jika semakin besar. dividend yang dibagikan maka semakin besar pula dividend
payout rationya. Pembagian dividen yang besar bukanya tidak diinginkan oleh investor,
tetapi jikadividend payout ratio lebih besar dari 25% dikuatirkan akan terjadi kesulitan
likuiditas keuangan perusahaan dimasa yang akan datang.
Banyak perusahaan berusaha untuk mempertahankan dividend payout ratio,
pendapatan yang diinginkan untuk suatu periode yang panjang, artinya terdapat target
dividend payout ratio untuk jangka panjang atau mempertahankan pendapatan. Hasilnya,

dividen biasanya dipertahankan pada jumlah konstan dan dinaikkan hanya jika manajer yakin
bahwa relatif mudah untuk mempertahankan kenaikan pembayaran tersebut di masa depan.
Dalam pembayaran dividen oleh emiten, maka emitan selalu akan mengumumkan
secara resmi jadwal pelaksanaan pembayaran deviden. Tanggal-tanggal yang perlu
diperhatikan dalam pembayaran dividen adalah sebagai berikut :

Tanggal Pengumuman (Declaration Date)


Yaitu tanggal pada saat direksi perusahaan mengeluarkan pernyataan berisi pengumuman
pembagian divisi.

Tanggal Cum Dividen (Cum Dividend Date)


Merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk
mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham.

Tanggal Pencatatan Dalam Daftar Pemegang Saham (Date of Record)


Tanggal dimana seorang investor harus terdaftar sebagai pemegang saham perusahaan publik
atau emiten sehingga ia mempunyai hak yang diperuntukkan bagi pemegang saham.

Tanggal ex. Dividen (Ex. Dividend Date)


Tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan tidak lagi menyertai saham tersebut,
jangka waktunya adalah 4 hari kerja sebelum tanggal pencatatan pemegang saham.

Tanggal Pembayaran (Payment Date)


Tanggal dimana pemegang saham dapat mengambil dividen sesuai dengan dividen yang
diumumkan oleh emiten.
Ada beberapa faktor-faktor yang memepengaruhi kebijakan devident payout
rasio(DPR). pada perusahaan manufaktur yang telah go public. . Yaitu arus kas,
profitabilitas, growt ( pertumbuhan perusahaan ) dan size ( ukuran perusahaan ).
1.
Arus Kas
Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Kas yang dimaksud terdiri
dari saldo kas dan rekening giro. Dengan demikian laporan arus kas merupakan catatan yang
melaporkan sumber- sumber utama penerimaan kas perusahaan serta penggunaan
(pengeluaran) utama pembayaran kasnya untuk satu periode. Laporan arus kas harus disusun
perusahaan sesuai persyaratan dalam pernyataan dan harus menyajikan laporan tersebut
sebagai bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan setiap dalam
pernyataan dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan
(integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.
Pada dasarnya perusahaan memerlukan kas dengan alasan yang sama meskipun terdapat
perbedaan dalam aktivitas penghasil pendapatan utama (revenue producing activities).
Perusahaan membutuhkan kas untuk melaksanakan usaha, melunasi kewajiban dan untuk
membagikan deviden kepada para investor.
Hubungan Arus Kas Terhadap Deviden Payout Ratio.
CP adalah cash position atau posisi kas yang merupakan rasio kas akhir tahun
dengan earning after tax. Bagi emiten yang memiliki posisi kas yang semakin kuat akan
semakin besar kemampuannya untuk membayar deviden. Faktor ini merupakan faktor
internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen sehingga pengaruhnya dapat dirasakan
secara langsung bagi kebijakan deviden. Deviden merupakan cash out flow dengan demikian

makin kuatnya posisi kas perusahaan akan makin besar kemampuannya untuk membayar
deviden.
Arus kas adalah pergerakan ataupun aliran kas atau yang setara dengan kas, baik aliran kas
masuk maupun aliran kas keluar dari suatu perusahaan dan mencakup transaksi kas yang
dimasukan dalam penentuan laba bersih (Manurung, 1998). Laporan arus kas dinilai banyak
memberikan informasi tentang kemampuan emiten dalam mendapatkan laba dan likuiditas
dimasa yang akan datang. Laporan aruskas memberikan informasi yang relevan tentang
penerimaan dan pengeluaran kas dari suatu emiten pada suatu periode tertentu, dengan
mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi pembiayaan dan investasi.
PSAK No. 2 menyatakan bahwa tujuan arus kas adalah memberikan informasi tentang arus
kas suatu emiten berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan
emiten untuk menggunakan arus kas tersebut. Sri Sudarsih (2002) menyatakan bahwa arus
kas mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio.
Ha1 : Arus kas mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Deviden Payout
Ratio.
2.
Profitabilitas
Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat
menjalankan operasinya. Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba atas pengelolaan asset perusahaan yang merupakan perbandingan
antara earning after tax dengan Total assets. profitabilitas dapat digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan profit untuk setiap assets yang
ditanam.
Hubungan Profitabilitas Terhadap Deviden Payout Ratio.
Profitabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas
pengelolaan asset perusahaan yang merupakan perbandingan antara earning after
taxdengan Total Assets. Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih
oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Faktor ini juga memiliki pengaruh
terhadap kebijakan deviden. Deviden adalah laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh
karena itu deviden akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan
yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan
memenuhi kewajiban - kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Oleh karena itu deviden
yang diambilkan dari keuntungan bersih akan mempenengaruhi deviden payout
ratio. Perusahaan yang semakin besarkeuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang
semakin besar sebagai deviden. Dengan kata lain semakin besar keuntungannya yang
diperoleh maka akan semakin besar kemampuannya bagi perusahaan untuk membayar
deviden.
Laba adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk
pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
Tujuan utama pelaporan laba adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi mereka
yang berkepentingan dengan.

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

1.
2.
3.

laporan keuangan. Tujuan yang lebih khusus meliputi penggunaan laba sebagai pengukuran
efisiensi manajemen, penggunaan angka, laba historis untuk membantu meramalkan keadaan
sebagai pengukuran keberhasilan serta pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa
yang akan datang.
Informasi tentang laba perusahaan dapat digunakan antara lain, sebagai berikut :
Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan
dalam tingkat kembalian.
Pengukur prestasi manajemen
Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara
Dasar kompensasi dan pembagian bonus
Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan
Dasar kenaikan kemakmuran
Dasar pembagian dividen
Salah satu konsep perilaku adalah kemampuan ramal. Laba bersih selama periode berguna
untuk meramalkan laba operasi perusahaan yang akan datang, jika faktor-faktor lainnya ikut
dipertimbangkan para investor mungkin tertarik dalam meramalkan laba atau dividen.
Fisher dan Bedford (Anis Chairiri dan Imam Ghozali, 2001) menyatakan bahwa pada
dasarnya ada 3 konsep laba yang umumdibicarakan dan digunakan dalam ekonomi. Konsep
laba tersebut ialah :
Pysical Income, yang menunjukkan konsumsi barang atau jasa yang dapat memenuhi
kepuasan dan keinginan individu.
Real Time, yang menunjukkan kenaikkan dalam kemakmuran ekonomi yang ditunjukkan
oleh kenaikan cost of living.
Money Income, yang menunjukkan kenaikan nilai moneter sumber ekonomi yang digunakan
untuk konsumsi dengan biaya hidup (cost of living)
Laba terutama dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : harga jual produk, biaya dan volume
penjualan. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki,
harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan volume penjualan langsung
mempengaruhi volume produksi dan volume produksi mempengaruhi biaya. Tiga faktor
tersebut saling berkaitan satu sama lain (Mulyadi, 1993:223).
Pembayaran dividen sangat bergantung pada laba yang diperoleh perusahaan. Dividen
dibayarkan kepada para pemegang saham atas daar laba yang dihasilkan oleh perusahaan.
Dengan kata lain, dividen hanya dapat dibayarkan kepada para pemegang saham jika
perusahaan memperoleh laba pada tahun yang bersangkutan. Kepemilikan saham minoritas
baru dapat mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen jika perusahaan tersebut
memperoleh laba. Dengan demikian, pengaruh dari kepemilikan saham minoritas sangat.
bergantung dengan perolehan laba perusahaan. Sutrisno (2000) menyatakan bahwa laba dan
kepemilikan saham merupakan determinan dividend payout ratio, namun hasil penelitiannya
menemukan bahwa laba dan kepemilikan saham yang diuji secara terpisah (bukan interaksi)
dengan menggunakan structural equation modeling menunjukkan hasil yang tidak signifikan.
Kepemilikan saham dapat mempengaurhi kebijakan pembayaran dividend kontinjen terhadap

laba yang diperoleh perusahaan. Oleh karen aitu, interaksi antara laba yang dilaporkan dan
kepemilikan saham minoritas akan mempengaruhi dividend payout ratio.
Namun hasil penelitian Sri Sudarsih (2002) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai
pengaruh negatif yang signifikan terhadap Deviden Payout Ratio .
Ha2 : Profitabilitas mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Deviden
Payout Ratio
3.
Growth
Growth menunjukan pertumbuhan asset dimana asset merupakan aktiva yang digunakan
untuk aktifitas operasional perusahaan.theory free cash flow hypothesis yang disampaikan
oleh Jensen (1986) menyebutkan bahwa perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang
tinggi memiliki free cash flow yang rendah karena sebagian dana yang ada digunakan untuk
investasi pada proyek yang memiliki nilai NVP positif. Manajer dalam bisnis perusahaan
dengan memperhatikan pertumbuhan lebih menyukai untuk menginvestasikan pendapatan
setelah pajak dan mengharapkan kinerja yang labih baik dalam pertumbuhan perusahaan
secara keseluruhan (Charitou dan Vafeas ,1998 ) menurut teori residual devidend, perusahaan
akan membayar devidennya jika hanya tidak memiliki kesempatan investasi yang
menguntungkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara
pertumbuhan dan pembayaran deviden.
Hubungan growth terhadap deviden payout.
Growth menunjukan pertumbuhan asset, perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang
tinggi memiliki free cash flow yang rendah karena sebagian dana yang ada digunakan untuk
investasi pada proyek yang memiliki nilai NVP positif. sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan dan pembayaran deviden.
H3 : growth mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap Deviden Payout Ratio
4.
Size
Size adalah simbol ukuran perusahaan. Faktor ini menjelaskan bahwa suatu perusahaan besar
memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil tidak mudah.
Kemudahan aksesibilitas ke pasar modal merupakan fleksibilitas dan kemampuan perusahaan
untuk menciptakan hutang atau memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan
perusahaan tersebut memiliki ratio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada
perusahaan kecil.
Hubungan Ukuran Perusahaan terhadap Deviden Payout Ratio.
Size perusahaan didefinisikan sebagai total aktiva perusahaan dan dioperasionalisasi sebagai
logaritma total aktiva (LnTA). Faktor ini menjelaskan bahwa suatu perusahaan yang mapan
dan bebar memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil
tidak mudah. Kemudahan aksesibilitas ke pasar modal dapat diartikan adanya fleksibilitas
dan kemampuan perusahaan untuk menciptakan hutang atau memunculkan dana yang lebih
besar dengan catatan perusahaan tersebut memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih
tinggi daripada perusahaan kecil. Gugler dan Yurtogul (2001) menemukan bahwa dividend
payout ratio dipengaruhi secara negatif oleh size perusahaan. Semakin besar ukuran
perusahaan cenderung mengurangi pembagian dividenya. Kemungkinan hal ini disebabkan
karena pada perusahaan besar, manajemen mampu memanfaatkan cash flow untuk
kepentingan pribadi karena pemegang saham tidak mampu mengendalikan perilaku

manajemen. Selain itu juga Size adalah symbol ukuran perusahaan Proxy ini dapat
ditemukan melalui log natural dari total assets (Ln TA) tiap tahun. Faktor ini menjelaskan
bahwa suatu perusahaan yang mapan dan besar memiliki akses yang lebih mudah ke pasar
modal, sedangkan perusahaan kecil tidak mudah. Kemudahan aksesibilitas ke pasar modal
dapat diartikan adanya fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk menciptakan hutang
atau memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan perusahaan tersebut memiliki rasio
pembayaran deviden yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil.Ukuran perusahaan diwakili
oleh Log Natural (LN) dari total assets tiap tahun. Sri Sudarsih (2002) menyatakan
bahwa Ukuran
Perusahaan mempunyai
pengaruh
negatif
yang
signifikan
terhadapDeviden Payout Ratio.
Ha4
: Ukuran
Perusahaan mempunyai
pengaruh
positif
yang
sinifikan
terhadapDeviden Payout Ratio.
2.5 Stock Deviden
Stock Dividen adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam
bentuk saham-saham yg dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri (M. Munandar 1983: 314).
Di Indonesia saham yg dibagikan sebagai dividen tersebut disebut saham bonus. Dengan
demikian para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang lebih banyak setelah
menerima Stock Dividen. Dividen saham dapat berupa saham yang jenis sama maupun yang
jenis berbeda.

2.6 Stock Split


Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih
kecil. Dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar akan meningkat proporsional
dengan penurunan nilai nominal saham. Definisi stock split menurut Abdul Halim
(2005:97) adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak
dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per lembar sahamnya secara
proporsional. Tujuan dilakukan pemecahan saham adalah untuk menjaga harga agar saham
tidak terlalu tinggi sehingga sahamnya lebih memasyarakat dan lebih banyak
diperdagangkan. Dengan pemecahan saham, pemegang saham harus menukarkan sahamnya
dengan saham baru yang memiliki nilai nominal lebih rendah. Sebab jika batas waktu
penukaran yang ditetapkan terlampaui, maka saham dengan nilai nominal lama tidak bisa
diperdagangkan di bursa. Sedangkan menurut Irham & Yovi (2009: 106) stock splitadalah
peningkatan jumlah saham beredar dengan mengurangi nilai nominal saham; misalkan nilai
nominal satu saham dibagi menjadi dua, sehingga terdapat dua saham yang masing-masing
memiliki nilai nominal setengah dari nilai nominal awal.
Dengan adanya pemecahan saham maka nilai pari atau nilai yang ditetapkan menjadi
berubah tetap dilain pihak jumlah lembar saham yang beredar bertambah pula. Oleh karena
itu jumlah nilai pari atau nilai yang ditetapkan secara keseluruhan tidak
mengalamiperubahan.Salah satu alasan perseroan melakukan stock split adalah untuk
menurunkan harga pasar saham-sahamnya. Hal ini terjadi apabila perseroan tidak
menghendaki harga pasar yang terlalu tinggi, sebab hal ini dapat mengurangi minat para
investor terhadap saham yang dikeluarkan perseroan yang bersangkutan. Stock split yang

dilakukan oleh perusahaan emiten dapat berupa stock split atas dasar satu jadi dua (two for
one stock) dimana setiap pemegang saham akan menerima dua lembar saham untuk setiap
lembar saham yang dipegang sebelumnya, nilai nominal saham baru adalah setengah dari
nilai nominal saham sebelumnya. Begitu juga jika dilakukan stock split atas dasar satu jadi
tiga (three for one stock), pemegang saham akan menerima tiga lembar saham untuk setiap
satu lembar saham yang dimiliki sebelumnya, nilai nominal saham baru adalah sepertiga dari
nilai nominal saham sebelumnya.
Pada dasarnya ada dua jenis stock split yang dapat dilakukan, yaitu
1. Split up (pemecahan saham naik)
Adalah penurunan naik nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya
jumlah lembar yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan 3:1. Pada
awalnya nilai nominal per lembar saham sebelum melakukan stock split sebesar seribu lima
ratus rupiah, maka setelah dilakukan split up dengan perbandingan 3:1, nilai nominal per
lembar saham yang banx adalah lima ratus rupiah, sehingga awalnya satu lembar menjadi tiga
lembar.
2. Split down (pemecahan saham turun)
Adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan berkurangnya
jumlah lembar saham yang beredar. Misalnya split down dengan faktor pemecahan 1:3 yang
merupakan kebalikan dari split up. Awalnya nilai nominal per lembar saham seribu rupiah,
kemudian dilakukan split down dengan perbandingan 1:3, maka nilai nominal per lembar
saham baru adalah tiga ribu rupiah dan jumlah lembar saham yang pada awalnya tiga lembar
saham menjadi satu lembar saham.
Hal-hal yang perlu diketahui oleh pemegang saham/investor sehubungan dengan
pemecahan saham Abdul Halim (2005: 97):
1.

Rasio pemecahan saham yaitu perbandingan jumlah saham baru terhadap saham lama.

2.

Tanggal terakhir perdagangan saham dengan nilai nominal lama di bursa.

3.

Tanggal dimulainya perdagangan saham dengan nilai nominal baru di bursa.

4.

Tanggal terakhir dilakukannya penyelesaian transaksi dengan nilai nominal lama.

5.

Tanggal dimulainya penyelesaian transaksi dengan nilai nominal baru dan distribusi
saham dengan nilai nominal baru ke dalam rekening efek perusahaan efek/bank kustodian di
KSEI.
Zidny Rahmawati (2005:37) menyatakan bahwa stock split adalah pemecahan nilai
nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil. Dengan demikian jumlah lembar
saham akan meningkat proposional dengan penurunan nilai nominal saham.
Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Purwo Adi Wibowo (2004;4)
menyatakan bahwa stock split merupakan kebijakan perusahaan yang go publik (emiten)

yang melakukan perubahan terhadap jumlah saham yang beredar dan nilai nominal per
lembar saham sesuai dengan faktor pemecah (split factor).
Marwata (2001) definisi stock split adalah memecahkan selembar saham menjadi n
lembar saham. Pemecahan saham mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang
beredar tanpa transaksi jual beli yang mengubah besarnya modal. Harga per lembar saham
adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya.
Adapun menurut Brigham & Houston (2006), pemecahan saham adalah tindakan
yang diambil oleh sebuah perusahaan untuk meningkatkan jumlah lembar saham beredar,
seperti menggandakan jumlah lembar saham beredar dengan memberikan dua saham baru
kepada pemegang saham untuk setiap satu lembar saham yang sebelumnya dia miliki.
Perubahan jumlah saham yang beredar dibarengi dengan perubahan harga saham sehingga
tidak mempengaruhi jumlah modal. Tujuan utama emiten melakukan stock split adalah
untuk meningkatkan likuiditas saham sehingga distribusi saham menjadi lebih luas. Selain
itu, untuk menempatkan saham dalam trading range yang optimal. Kebijakan stock
splitmerupakan strategi untuk mempengaruhi transaksi saham tersebut di Bursa Efek. Harga
awal yang diperkirakan terlalu tinggi dapat memberikan image mahal bagi investor sehingga
tidak semua investor berani membeli saham tersebut. Kemampuan investor untuk membeli
saham juga menjadi berkurang. Kebijakan stock split akan menurunkan harga saham
sehingga diharapkan dapat mendorong peningkatan transaksi.
2.7 Repurches Of Stock
Repurches of stock atau pembelian kembali saham perusahaan adalah suatu kegiatan
dimana perusahaan melakukan pembelian kembali atas saham mereka yang telah beredar di
pasar bursa, yang telah dimilki oleh para pemegang saham.
Stock Repurches ini merupakan salah satu cara yang dilakukan perusahaan untuk
mendistribusikan cashflow yang dimiliki perusahaan kepada para pemegang sahamnya selain
dalam bentuk deviden. Pada saat membeli kembali sahamnya, biasanya perusahaan akan
membalinya dengan harga di atas harga pasar. Kelebihan atas harga pasar inilah yang menjadi
keuntungan bagi para pemegang saham yang dikenal dengan istilah capital gain
Wansley, Lane dan Sarkar (1989) menjelaskan mengenai alasan-alasan yang mungkin
digunakan oleh suatu perusahaan ketika melakukan stock repurchase dan
mengelompokkanya ke dalam enam hipotesis berikut, yaitu
1.
Dividend substitution hypothrsis
Karena pajak yang dikenakan untuk stock repuschase (pajak capital gain) lebih rendah
daripada pajak yang dikenakan untuk deviden maka stock repurchase menjadi alternative
yang lebih baik dibandingkan dengan deviden dalam mendistribusikan cashflow kepada para
pemegang saham.

2.

3.

4.

5.

6.

Grullon dan Michely (2002) menemukan adanya substitution effect antara deviden dan
stock repurchase, bahwa suatu perusahaan yang biasa membayar deviden, trdak mengurangi
jumlah devidennya dan menggantinya dengan stock repurchase. Mereka justru
menemukan bahwa perusahaan yang membayar deviden dengan jumlah yanh besar lebih
memilih untuk melakukan stock repurchase dari pada menikkan jumlah deviden yang
dibayarkan
Laverage Hypothesis
Kegiatan stock repurchase dapat meningkatkan financial laverage. Pada saat perusahaan
membagi kelebihan jumlah kapitalnya, dalam hal ini melakukan stock repurchase, maka
nilai ekuitas perusahaan akan menurun, sehingga dept ratio perusahaan akan meningkat.
Peningkatan ini berate pula meningkatkan leverage perusahhan. Perusahaan akan lebih suka
untuk melakukan stock repurchase jika rasio leverage-nya di bawah angka yang
ditargetkan untuk mencapai struktur modal yang optimal.
Reissue hypothesis
Stock repurchase dilakukan perusahaan untuk menyediakan sejumlah saham sebagai
keperluan program pensiun, bonus, stock option, atau bentuk stock reissueyang lainya.
Jolls (1998) dan weisbenner (1998) menyebutkan bahwa sebagian besar pertumbuhan stock
repurchase yang terjadi adalah sebagai akibat dari meningkatnya penggunaan stock
option sedagai insentif yang diberikan kepada manajer perusahaan.
Investment hyphotesis
Perusahaan yang kurang memiliki kesempatan berinvestasi akan menggunakan kelebihan kas
yang dimilikinya untuk membeli kembali saham perusahaanya.
Information signaling hypothesis
Kebanyakan perusahaan melakukan stock repurchase adalah untuk memberikan
informasi atau sinyal positif kepada para pemegang saham mengenai kondisi perusahaan.
Smith (1990) menyebutkan bahwa stock repurchase adalah suatau cara bagi perusahhan
untuk memberikan sinyal pada para pemegang saham bahwa perusahaan memiliki
kesempatan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar pada masa yang akan dating.
Asqulin dan Mullin (1986) juga menyebutkan bahwa stock repurchase merupakan suatu
sinyal yang diberikan perusahaan bahwa sahamnya memiliki intrinsic yang lebih besar
daripada harga pasarnya, sehingga perusahaan mau untuk membeli kembali sahamnya dengan
harga premium atau di atas harga pasar.
Wealth transfer hypothesis
Stock repurchase yang dilakukan ketika saham perusahhan mengalami undervaluedakan
menyebabkan adanya wealth transfer dari para pemegang saham, pemegang saham yang
bersedia menjual sahanya kepada bukan pemegang saham. Wealth transfer juga mungkin
terjadi dari bondholder kepada nonparticipating stockholder. Selain itu, stock
repurchase mungkin dilakukan karena dapat memberikan keuntungan bagi pihak
manajemen perusahaan, baik dengan menurunya kecenderungan perusahaan tersebut untuk
diambil alih oleh perusahaan lain, ataupun dengan meningkatnya prsentase kepemilikian
manajemen terhadap saham perusahaan.

1)

2)

3)

4)

Selain keenam alasan di atas, ada satu alas an lain perusahaan melakukan stock
repurchase yaitu sebagai bentuk perusahaan dalam menghadapi ancaman takeover oleh
perusahaan lain seperti yang dikemukan oleh Dennis (1990)
Jagannthan dan stephens (2003) menambahkan bahwa alas an yang dimiliki
perusahaan untuk membeli kembali sahamnya berbeda, tergantung dari jumlah frekuensi
pembelian kembali saham tersebut serta karakteristik perusahaan yang bersangkutan
Untuk perusahaan yang melakukan stock repurchase secara regular, biasanya
memiliki pendaoatan operas yang besar dan stabil, dan memiliki diyidend payout ratio yang
lebih tinggi. Perusahaan ini menjadikan stock repurchase sebagai sebuah pengganti
adanya kenaikan deviden perusahaan. Sedangkan untuk perusahaan yang jarang melakukan
stock repurchase, biasannya dimotivasi karena saham perusahaan yang dinilai undervalued.
Perusahaan jenis ini merupakan jenis perusahaan kecil dengan tingkat terjadinya asymmetric
information yang stabil, dan market to book ratio yang lebih rendah, sehingga kemungkinan
untuk saham tersebut undervalue akan semakin besar
Ada beberapa metode dapat menjadi pilhan suatau perusahaan dalam melakukan
stock repurchase. Beberapa diantaranya adalah:
Tender Offer
Dengan metode tender offer perusahaan menggumumkan kepada seluruh pemegam saham
bahwa perusahaan akan membeli kembali beberapa lembar sahamnya pada harga dan periode
tertentu yang telah ditrtapkan. Harga yang ditawarkan perusahaan biasanya adalah harga di
atas harga pasar. Setiap pemegang saham akan memperkiarakan sendiri apakah harga yang
ditawarkan akan lebih besar atau lebih kecil bila dibandingkan dengan harga saham tersebut
setelah masa penawaran berakhir, sehingga setiap pemegang saham dapat memutuskan
apakah bersedia untuk menjual sahamnya atau tidak. Stock repurchase dengan cara ini
dapat meningkatkan harga saham
Open-market Repuurchase
Dalam metode ini perusahaan membeli kembali saham perusahaannya dengan jumlah yang
relative kecil. Pembelian kembali dilakukan melalui broker dengan bayaran komisi pada
tingkat normal pembelian dan pembelian harga pasar
Tidak seperti metode stock repurchase, metode ini tidak mengikat suatu perusahaan
untuk benar-benar membeli kembali sahamnya sebanyak jumlah yang mereka umumkan
sebelunya
Metode ini memberikan fleksibilitas kepada perusahaan untuk membali kembali sahamnya
sedikit dibandingkan dengan yang direncanakan jika sahamnya menjadi lebih mahal ataupun
membali lebih banyak jika sahamnya tetap atau lebih murah.
Dutch Auction
Pada pembelian kembali saham perusahaan menggunakan metode ini, perusahaan
menyebutkan range harga saham yang ditawarkan dimana para pemegang saham akan
memilih satu harga yang mereka tetapkan untuk menjual saham yang mereka miliki kepada
perusahaan. Pasa akhir penawaran, perusahaan akan membeli sahamnya berdasarkan harga
penawaran yang terbaik
Transferabel Put Rights

5)

a)

b)

a)

b)

Dengan metode ini, perusahaan yang berencana akan membeli sahamnya sebesar dari
sahamnya yang beredar, memberikan setiap pemegang sahamnya satu TPR untuk setiap 1/
jumlah saham yang dimilikinya. Satu TPR memberi hak kepada para pemegang saham untuk
menjual kembali satu lembar saham yang dimilikinya kepada perusahaan penerbit pasa harga
yang telah ditentukan sebelumnya. Pemegang saham yang menolak menjual sahamnya dapat
menjual TPR yang dimilikinya kepada pemegang saham lainya yang berkeinginan untuk
menjual sahamnya lebih dari jumlah yang telah dialokasikan perusahaan kepada dirinya.
Private Repurchase
Private repurchase memerluhkan perusahaan untuk membeli saham dari seseorang pemegang
saham dengan cara negoisasi langsung. Dilihat dari jarangnya perusahaan
menggumumkan stock
repurchase menggunakan
metode
ini,
private
repurchase dianggap kurang signifikan pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan.
Comment dan Jarrel (1991) membadinkam antara ketiga metode stock
repurchase . mereka menemukan bahwa tender offter adalah metode yang jumlah
sahamnya yang dibelinya kembali oleh perusahaan paling besar dan memiliki reaksi
perubahan harga saham palinh besar pula
2.8 Kelebihan stock repurchase dibandingkan dengan deviden
Woods dan Brigham (1996) menyebutkan beberapa kelebihan stock
repurchasedibandingkan dengan deviden baik dari sudut pandang para pemegang saham
maupun dari sudut pandang perusahaan yang melakukanya. Berikut adalah penjelasanya
Dari sudut pandang pemegang saham
Pajak Pendapatan (income tax)
Pajak yang dikenalkan kepada investor terhadap deviden yang diterima adalah
sebesar personal income tax rate, sedangkan pajak yang dikenakan atas keuntungan
dari stock repurchase adalah pajak capital gain. Hal ini menguntungkan bagi para
investor karena pajak personal income tax biasanya memiliki tingkat yang lebih besar
bila dibandingkan dengan pajak capital gain
Dengan stock repurchase para pemegang saham dapat memilih untuk menjual
sahamnya atau tidak. Dibandingkan dengan deviden, pemegang saham harus menerima
deviden tersebut dan membayar pajaknya
Dari sudut pandang perusahaan
Beberapa studi menunjukkna bahwa deviden bersifat kaku dalam jangka pendek. Perusahaan
enggan untuk mengubah kebijakan pembayaran devidennya jika mereka ragu untuk bisa
mempertahankan kebijakan tersebut dimasa yang akan datang. Perusahaan lebih memandang
serius pada kebijakan untuk meningkatkan pembayaran deviden, namun tidak yakin untuk
mempertahankan kebijakan tersebut kedepannya, dibandingkan dengan kebijakan untuk
mrnggurangi jumlah deviden yang dibayarkan. Sehingga, jika perusahaan merasa bahwa
mwmiliki kelebihan kas yang bersifat sementara, perusahan akan lebih memilih untuk
menggunakan kas tersebut untuk stock repurchase daripada menaikan jumlah
devidennya yang belum tentu bisa dipertahankan ke depannya
Saham yang telah dibeli kembali dapat digunakan sebagai saham untuk programstock
option. Para manajer keuangan berpendapat bahwa akan lebih tepat dan murah jika

menggunakan saham yang dibelinya kembali dibandingkan bila menerbitkansaham baru


untuk program stock option tersebut
c) Jika kepemilikan saham perusahaan lebih banyak dimiliki oleh para manajer dalam
perusahaan , maka mereka akan memilih stock repurchase dibandingkan deviden karena
keuntungan pajak diperoleh

Вам также может понравиться