Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PETROGRAFI 2014
Disusun oleh:
MUHAMMAD HIDAYAT
410012219
KELOMPOK 4B
LABORATURIUM HARDROCK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2014
Disusun oleh :
MUHAMMAD HIDAYAT
410012219
KELOMPOK 4B
LABORATORIUM HARDROCK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2014
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PETROGRAFI 2014
Oleh:
MUHAMMAD HIDAYAT
410012219
LABORATURIUM HARDROCK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2014
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Resmi Praktikum
Petrografi ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat agar dapat mengikuti
Responsi Praktikum Petrografi, Jurusan Teknik Geologi, Sekolah Tinggi Teknologi
Nasional, Yogyakarta.
Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan serta
pengarahan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan serta pengarahan kepada saya, namun tidak
dapat saya sebutkan pihak-pihak tersebut karena begitu banyaknya dan tidak bisa
saya ungkapkan dengan kata-kata jasa mereka ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, banyak
kekurangan yang perlu ditambahkan dan juga kesalahan yang perlu diperbaiki.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ......................................................................... 1
I.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
I.2 Maksud ...................................................................................... 2
I.3 Tujuan ........................................................................................ 2
I.4 Alat dan Bahan ........................................................................... 3
BAB II
iv
BAB IV
BAB V
vi
DAFTAR GAMBAR
10
11
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
39
48
51
52
52
53
vii
53
54
Gambar 3.8. Material Gunungapi Produk Letusan (vide Compotn, 1985) .....
55
56
57
58
59
59
63
65
66
70
73
74
79
79
80
95
96
Gambar 5.3. Tekstur Batuan Metamorf (Spry, 1969 dalam Graha, 1987) ......
97
99
100
viii
101
102
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Ciri-ciri Kerabat Batuan Beku (Konsep Clan Menurut Williams,
1954) .............................................................................................
22
Tabel 2.2. Jenis Batuan Beku Asam Berdasarkan Komponen Plagioklas dan
Feldspar .........................................................................................
23
26
28
31
38
64
80
86
107
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 2.1. Urutan Seri Reaksi Bowen dengan Kristalisasi Batuannya .......
Diagram 2.2. Klasifikasi Gabbroic Rock oleh IUGS (Streckeisen, 1979 vide
Anthony R. Philpotts, 1989) ....................................................
34
37
39
41
42
43
44
56
72
72
76
86
87
92
104
105
xi
xii
108
BAB I
PENDAHULUAN
Walaupun tujuan akhir dari praktikum petrografi ini adalah pemerian dan
pengklasifikasian batuan. Namun bila mempertimbangkan sebagai bagian kecil dari
petrologi (ilmu yang mempelajari asal-usul dan pembentukan batuan) maka
kepentingannya akan lebih luas dan sangat berarti. Petrografi memberikan data
umum yang petrologi perjuangkan untuk menginterpretasikan dan menerangkan
asal-usul batuan. Oleh karena itu mahasiswa peserta praktikum dan kuliah
petrografi hendaknya telah mengikuti kuliah dan praktikum petrologi (termasuk
didalamnya yaitu kuliah dan praktikum kristalografi-mineralogi, petrologi dan
mineral optik) yang sebelumnya telah didapatkan.
I.2 Maksud
Maksud dari praktikum petrografi ini sendiri adalah agar mahasiswa peserta
praktikum dapat melakukan pemerian dan pengelompokkan batuan baik batuan
beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf berdasarkan ciri-ciri optis (berupa
tekstur dan struktur serta komposisi mineral penyusun batuan rock-forming
minerals) yang dapat diamati di bawah mikroskop polarisasi (jika memungkinkan,
karena tidak semua ciri-ciri dapat teramati dengan detil).
I.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum petrografi ini sendiri adalah agar mahasiswa peserta
praktikum memahami pemerian batuan-batuan yang terdapat dialam berupa sayatan
tipis pada batuan dengan menggunakan alat bantu berupa mikroskop polarisasi dan
BAB II
BATUAN BEKU
kemudian setelah mineral primer, mineral hasil ubahan atau alterasi dari mineral
primer karena pengaruh larutan sisa magma dan mineral hasil pelapukan setelah
batuan itu terbentuk. Dalam pemeriannya harus dijelaskan bahwa mineral-mineral
primer tertentu telah mengalami ubahan menjadi mineral sekunder yang tertentu
pula. Dalam penamaan batuannya juga menggunakan persentase mineral primer
sebelum terjadi ubahan, namun dapat digunakan kata terubah lanjut dibelakangnya
(misal: andesit terubah lanjut). Derajat alterasi suatu batuan dapat ditunjukkan oleh
persentase mineral-mineral primer yang telah mengalami ubahan. [b] Sebaiknya,
dalam mempelajari sayatan tipis thin sections juga dipelajari bersama-sama
contoh setangannya atau sampel. Dikarenakan sayatan tipisnya kadang-kadang
tidak mewakli batuan secara menyeluruh, juga presentase kehadiran mineraloginya.
: < 1 mm.
2. Sedang
: 1 5 mm.
3. Kasar
: 5 30 mm.
4. Sangat kasar
: > 30 mm.
10
11
12
piroksen,
dimana
ukuran
plagioklas
lebih
besar
13
14
15
2. Tekstur Aliran
a. Pilotaksitik, fenokris dan masadasar plagioklas menunjukkan pola
kesejajaran.
b. Trakitik, fenokris atau mikrolit plagioklas menunjukkan pola
kesejajaran.
c. Hialopiliti, sama dengan trakitik hanya saja dibentuk oleh mikrolit
plagioklas dengan masa gelas.
16
kelompok
dan
tumbuh
bersama-sama
membentuk
tekstur
17
: Mg2SiO4
- Fayalite
: Fe2SiO4
- Monticellite
: CaMgSiO4
Kelompok Piroksen:
- Ortopiroksen
Enstatite
: Mg2SiO6
Hyperstene
: (Mg, Fe)SiO3
- Klinopiroksen
18
Augit
Diopsid
: CaMgSi2O6
Pigeonite
Aegirine
: NaFe+3Si2O6
Kelompok Amphibol
- Hornblende
- Riebeckite
: Na2Fe3+2Fe2+3Si8O22(OH, F)2
Kelompok Mika
- Biotit
2. Mineral Felsik
Kelompok Feldspar
- Plagioklas
: CaAl2Si2O8_NaAlSi3O8
- Alkali Feldspar
Sanidin
: (K, Na)AlSi3O8
Ortoklas
: (K, Na)AlSi3O8
Mikroklin
: KAlSi3O8
- Feldspatoid
Leusit
: KAlSi3O6
Nefelin
: (Na, K)AlSiO4
Sodalit
: Na8Al6Si6O24Cl2
Cancrinit
: (Na, K)6-8Al6Si6O24.(CO3)1-2.2-3H2O
Kelompok Mika
- Muskovit
: KAl2(AlSi3O10)(OH, F)2
19
Kuarsa
: SiO2
Tridimit
: SiO2
Kristobalit
: SiO2
: Mg6Si4O10(OH)8
Idingsit
: MgO.Fe2O3.3SiO2.4H2O
Limonit
: Fe2O3.nH2
Antofilit
: (Mg, Fe)7Si8O22(OH)2
Klorit
Kalsit
: CaCO3
Kaolin
: Al2O3.2SiO2.H2O
Epidot
: Ca2(Al, Fe)3(OH)(SiO4)3
Serisit
: KAl3Si3O10
Analcite
: NaAlSi2O6H2O
Natrolite
: Na2Al2Si3O102H2O
: Ca5(PO4)3(OH, F, Cl)
Beryl
: Be3Al2(Si6O18)
Fluorit
: CaF2
20
Perovskite
: CaTiO3
Spinel
: MgAl2O4
Turmalin
Zircon
: ZrSiO4
Magnetit
: Fe3O4
Ilmenit
: FeTiO3
21
Tabel 2.1 Ciri-ciri Kerabat Batuan Beku (Konsep Clan Menurut Williams, 1954).
22
Contoh batuannya:
Tabel 2.2. Jenis Batuan Beku Asam Berdasarkan Komponen Plagioklas dan
Feldspar.
1. Berbutir Halus
Kelompok Dasit-Riodasit-Riolit
Mempunyai titik lebur yang rendah.
Tekstur yang khas: vitroferik, porfiritik, grafik, granofirik.
a. Dasit
Indeks warna 10 dengan Tekstur: porfiritik, vitroferik.
Mineralogi:
kuarsa
>
10%,
Biotit
melimpah,
sedikit
23
b. Riodasit
Tekstur: trakhitik, vitroferik
Mieralogi : kuarsa > 10%, plagioklas asam, sedikit hornblend,
Biotit melimpah.
c. Riolit
Tekstur: holokriatali, holohialin
Mineralogi : kuarsa >10, KF > 2/3 TF, Plagioklas asam (albit),
Sering terdapat tekstur Grafik (pertumbuhsn bersama antara
KF dengan kuarsa).
Ada dua macam Riolit:
Potash Riolit: kaya kalium, mineral mafik biotit, dan
hornblende, jarang ditemukan embayment.
Soda Riolit: kaya Na dan mineral mafik berupa amfibol.
2. Berbutir Kasar
a. Granodiorit
Tekstur: hipidiomorfik granular, tekstur khusus granophirik,
KF sering tumbuh bersama.
Mineralogi: plagioklas (andesin), orthoklas, kuarsa > 10%
24
b. Adamelit
Tekstur: hipidiomorfik granular, tekstur khusus granofirik,
grafik, sering tampak Rapakivi (KF ditutupi oleh plagioklas
asam), Pertit terbentuk akibat gejala unmixing atau eksolusi.
Mineralogi: kuarsa > 10%, sedikit hornblende, biotit sebagai
mineral khas.
c. Granit
Tekstur: hipidiomorfik granular, kadang porfiritik. Tekstur khas
granofirik, grafik, rapakivi, mirmekitik.
Mineralogi: kuarsa > 10%, Plagioklas asam (oligoklas, albit),
mafik mineral biotit melimpah, hornblende jarang. Bila
hornblende > 10% disebut Granit Hornblende.
e. Granit alkali
Mafik mineral: Hornblende coklat anhedral.
Mineral tambahan: Apatit, Zircon, dll.
25
Contoh batuan:
1. Berbutir Halus
a. Andesit
Tekstur: Porfiritik, pilotaxitic, vitroferik
Komposisi: KF < 1/3 TF, Plagioklas < An50 (oligoklas,
andesine), mineral mafik piroksen < , amfibol, olivine jarang.
26
b. Propilit
Andesit yang semua mineral mafiknya telah terubah menjadi
mineral sekunder, sehingga indeks warna menjadi lebih rendah.
Perubahan tersebut karena larutan hydrothermal (Propilitisasi).
c. Trakhiandesit (Latite)
Tekstur: Porfiritik, trakhitik, pilotaksitik
Komposisi: Kf > 10%, Plagioklas < An50 (oligoklas, andesine),
mineral mafik hornblende melimpah, pirokesen sedikit. Mineral
penyerta berupa apatit dan zircon dan masadasar berupa
kriptokristalin atau gelas.
d. Trakhit
Tekstur: Porfiritik, trakhitik, pilotaksitik
Komposisi: Kf > 2/3 TF dengan mineral mafik berupa amfibol,
biotit, dan sedikit piroksen serta masadasar berupa mikrolit.
Bila mengandung kuarsa > 10% = Rhyolit, Bila mengandung
feldspatoid > 10% = Phonolit.
27
e. Phonolit
Trakhit dengan feldspatoid > 10%
Soda phonolit: tekstur porfiritik, trakhitik, kadar Na tinggi, ada
nefelin.
Potas phonolit: tekstur porfiritik, glassy, kadar K tinggi, ada
leusit.
Sebagai Kf umumnya sanidin sebagai masadasar atau fenokris.
2. Berbutir Kasar
a. Diorit
Tekstur: equigranular, kadang-kadang porfiritik.
Komposisi: plagioklas < An50 (andesin), ortoklas sedikit, KF <
TF, mineral mafik sedikit piroksen, hornblende melimpah, biotit
sedikit.
Bila mengandung kuarsa > 10% disebut Diorit kuarsa. Mineral
penyerta: apatit, zircon.
Struktur zoning pada plagioklas macamnya progressive zoning,
reverse zoning, oscillatory zoning.
b. Monzonit
Peralihan antara syenit dan diorite. Indeks warna 30 40 .
28
membedakan dengan
intersertal, poikilitik,
trakhitik.
1. Berbutir Halus
a. Trachybasalt
Tekstur: porfiritik, intergranular dengan tekstur khusus trakitik.
29
b. Spilite
Tekstur: intergranular, porfiritik, intersertal.
Mineralogi: olivin, piroksen (augit) keduanya umum terubah
menjadi klorit, kalsit, epidot. Plagioklas < An20 (albit atau
oligoklas). Silika 50%.
2. Tekstur kasar
a. Kentalinite
Tekstur: porfiritik, poikilitik.
Mineralogi: piroksen (augit), biotit, olivin melimpah (20%25%), mineral tambahan bijih besi dan apatite.
b. Shonkinite
Tekstur: poikilitik
Mineralogi: dijumpai olivine, piroksen (augit) tanpa atau
dengan plagioklas < 5%, Kf (umumnya sanidin), feldspatoid
melimpah.
30
c. Malignite
Tekstur: porfiritik dengan fenokris berupa nefelin, poikilitik
dengan fenokris berupa Kf subhedral.
Mineralogi: dijumpai piroksen (aegirin dan augit) sekitar 50%,
Kf dan nefelin berkisar 20%. Mineral tambahan berupa apatit,
sphene, biotit dan bijih besi.
sama
dengan
malignite.
Mineralogi
dijumpai
Essexite
Theralite
Plagioklas
> 20%
< 20%
Mafic Minerals
> 30%
> 30%
K. Feldspar
20%
20%
Feldspatoid
< 20%
> 20%
31
Kuarsa, K. Feldspar bias hadir atau tidak hadir dengan kehadiran <
10 %.
Mineralogy: olivine, piroksen.
1. Berbutir Halus
a. Basalt
Tekstur: holokristalin-holohyalin, pilotaksitik, intergranular,
porfiritik atau vitroverik.
Terdapat sebagai intrusi dangkal atau lava.
b. Basalt Olivine
Tekstur: porfitik. Fenokris berbentuk zooning, berupa olivin dan
plagioklas (An50 An80). Masadasar plagioklas (An50 An65),
olivin, klinopiroksen (pigeonit-augit).
Khusus pada basalt yang cepat mendingin (Hawaii) dan
plagioklas asam juga muncul. Pada lava basalt sering muncul
struktur amygdaloidal.
c. Diabas
Tekstur: diabasik, ofitik, poikilitik. Lebih kasar dari basalt,
sering dijumpai masadasar mikrolit.
Mineralogi: olivin > 10% disebut olivin diabas.
32
2. Tekstur Kasar
a. Gabbro
Tekstur: berbutir kasar-sedang.
Mineralogi: plagioklas basa > An50, labradorit, olivin,
klinopiroksen (augit), hornblende dan biotit jarang.
b. Norit
Tekstur sama dengan gabbro.
Mineralogi: ortopiroksen > klinopiroksen.
c. Eucrit
Indeks warna 40-70
Mineralogi: > An70 labradorit
d. Anortosit
Indeks warna 10
mineralogi: plagioklas basa > 90%
e. Olivine Gabbro
Merupakan gabbro dengan kandungan olivin > 10%
33
f. Troctolit
Mineralogi: plagioklas basa dan olivin, piroksen tidak hadir.
g. Gabbro Kuarsa
Merupakan gabbro dengan kandungan kuarsa > 10%.
Diagram 2.2. Klasifikasi Gabbroic Rocks oleh IUGS (Streckeisen, 1979 vide
Anthony R. Philpotts, 1989)
34
1. Berbutir Halus
a. Picrite dan Ankaramit
Tersusun oleh olivine sebanyak 1/2 - 2/3 volume batuan.
Plagioklas basa (Ca-plagioklas) 10% - 25%.
Picrite yang berasosiasi dengan kalk-alkali basalt dan diabas
dapat hadir pigeonit, augit atau hipersten dengan sedikit
hornblende.
Alkali picrite berasosiasidengan kehadiran Kf dan Analcite.
PICRITE: Mengandung olivine.
ANKARAMIT: Olivine diganti piroksen.
Mineral tambahan: hadir sebagai masadasar biotit, bijih besi,
apatit, karbonat, Kf dan gelas.
35
b. Limburgites
Terbentuk pada aliran lava, dike, sill dan plug dan biasa
berasosiasi dengan batuan basa alkali.
Komposisi: sedikit kandungan Na-plagioklas atau Nefeline,
Klinopiroksen (fenokris), Olivine (fenokris), Biotite dan
Hornblende (masadasar).
2. Berbutir Kasar
a. Dunite
Komposisi olivine 90% dengan mineral tambahan magnetit,
limenit, chromite, sphinel, dll.
b. Peridotite
Olivine + piroksen, olivine merupakan kandungan terbesar
ditambah mineral mafik lainnya.
Peridotite dengan kandungan piroksen:
Wherlite, perbandingan olivin dan dialage (px) = 3 : 1 dimana
mineral tambahan berupa enstatit hornblende, pikotite dan
chromite dalam jumlah kecil.
Harzburgite, mineral olivine + ortopiroksen (enstatite, bronzite
atau hipersten) dengan mineral tambahan kromit, besi diopsit
dan diallage.
36
2. Berdasarkan komposisi:
Batuan beku ultrabasa (ultramafic)
Batuan beku basa (mafic)
Batuan beku menengah (intermediet)
37
Tabel 2.6. Klasifikasi Umum Batuan Beku Berdasarkan Tekstur dan Komposisi Mineral.
3. Berdasarkan warna:
Batuan beku ultrabasa
38
39
2. Kelompok Gabro
Indeks warna 40-70%
Plagioklas lebih basa dari Ab1 An1
Mengandung mineral klinopiroksen, ortopiroksen dan olivin
Alkali feldspar dan kuarsa < 10%
Banyak mengandung foids disebut gabro alkalin
Nama: gabro, diabas (dolerit) dan basal (dibedakan berdasarkan lokasi
pembekuan, tekstur dan struktur)
3. Kelompok Diorit
Indeks warna < 40%
SiO2 52 66%
Nama: diorit dan andesit
Batuan alterasi: propilit
4. Kelompok Granit
Norm Q 10%
Nama: dasit, riolit, pegmatit, granodiorit, obsidian, perlit, pitchstone.
40
41
42
43
44
45
46
BAB III
BATUAN PIROKLASTIK
47
guguran kubah lava, kolom letusan, dan guguran onggokan material dalam kubah
(Fisher, 1979). Material yang berasal dari tubuh kolom letusan terbentuk dari proses
fragmentasi magma dan batuan dinding saat letusan. Dalam endapan piroklastika,
baik jatuhan, aliran maupun seruakan; material yang menyusunnya dapat berasal
dari batuan dinding, magmanya sendiri, batuan kubah lava dan material yang ikut
terbawa saat tertransportasi.
48
49
turbulen
diatas
permukaan.
Umumnya
memiliki
struktur
50
Ciri-ciri:
Cross beds, melensa, melidah, antidunes dan laminasi
Berbutir halus sampai sedang (abu lapili)
51
2. Tektur Khusus
Vitrovirik, merupakan tekstur batuan beku dimana fragmennya berupa
batuan piroklastik yang dikelilingi oleh masadasar.
Perlitik, merupakan tekstur batuan piroklastik dimana terdapat benangbenang perlit berwarna kuning keemasan.
52
53
54
55
Gambar 3.9. Batuan tuf gunung api dalam sayatan tipis (kiri: nikol silang
dan kanan: nikol sejajar). Dalam sayatan menunjukkan
adanya fragmen litik dan kristal dengan sifat kembaran pada
hancuran plagioklas, dan klastik litik teralterasi berukuran
halus.
2. Batulapili
Merupakan batuan gunung api (vulkanik) yang memiliki ukuran
butir antara 2-64 mm, biasanya dihasilkan dari letusan eksplosif (letusan
kaldera) berasosiasi dengan tuf gunung api. Batulapili tersebut kalau telah
mengalami konsolidasi dan pembatuan disebut dengan batu lapili.
Komposisi batu lapili terdiri atas fragmen pumis dan (kadang-kadang) litik
56
yang tertanam dalam massa dasar gelas atau tuf gunung api atau kristal
mineral.
57
Gambar 3.11. Tuf tak-terelaskan dari letusan Gunung Krakatau pada tahun
1883 dengan glass shards yang sedikit terkompaksi.
58
a.
b.
c.
Gambar 3.13. [a] Tuf terelaskan dari Idaho, [b] Tuf terelaskan dari Valles, Mexiko
utara, [c] Tuf terelaskan dengan cetakan-cetakan fragmen kristal.
59
60
BAB IV
BATUAN SEDIMEN
61
Perubahan tersebut mencakup proses ubahan secara fisik dan kimiawi, yang disebut
proses pelapukan weathering. Pada umumnya perubahan kimia akan menjadikan
batuan banyak mengandung air, oksigen, karbon dioksida dan material organik
dibandingkan kondisi sebelumnya.
Batuan sedimen yang dominan (> 95%) terdiri dari tiga kelompok utama
yaitu: [1] kelompok batulempung; [2] kelompok batupasir dan [3] kelompok
batugamping. Diantara tiga kelompok tersebut, batulempung adalah yang terbanyak
(65%), kemudian batupasir (20-25%) dan batuan karbonat (10-15%), sedangkan
batuan sedimen lainnya hanya mempunyai kelimpahan (< 5%). Meskipun distribusi
lateral batuan sedimen mendominasi permukaan bumi, namun distribusi
vertikalnya (ketebalannya) batuan sedimen sangat kecil, yaitu berkisar antara 0
sampai lebih dari 20.000 m.
Gambar 4.1. Dua Dimensi Bentuk Butir dan Kebundaran (Gilbert, 1954).
63
2. Ukuran Butir
Pada umumnya ukuran butir pada batuan sedimen menggunakan
klasifikasi Pettijohn, yaitu:
64
Gambar 4.2. Batuan Sedimen Berkemas Butir: Paking, Kontak dan Orientasi
Butir Serta Hubungan Antara Butir Matrik.
4. Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran butir penyusun batuan
sediment, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya juga
seragam maka pemilahan semakin baik.
65
5. Porositas
Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang dalam atau pori
didalam batuan. Batuan dikatakan mempunyai porositas yang tinggi apabila
dijumpai pori. Sedangkan batuan dikatakan berporositas rendah apabila
66
6. Permeabilitas
Tingkat kemampuan suatu batuan untuk meluluskan air yang terdiri
dari batuan yang permeabel yaitu batuan yang dapat meloloskan air dan
batuan impermiabel yaitu batuan yang tidak dapat meloloskan air lewat
porinya.
1. Struktur Syngenetik
a. Karena proses fisik
Struktur ekstemal: kelihatan dari luar, misal: ukuran butir dan bentuk
dari tubuh sedimen. (contoh: bentuk lembaran, lensa, lidah, delta,
dll.). Termasuk didalamnya berupa konkresi, menjari dan melidah.
67
2. Struktur Epigenetik
a. Karena proses fisik
Struktur eksternal: kelihatan dari luar, (contoh: batas antara tiap
lapiaan seperti batas tegas atau gradual, batas selaras atau tidak
selaras: lipatan dan struktur).
Struktur intemal: tercermin pada batuan sedimen itu sendiri. (contoh:
"clastic dike yaitu terjadi karena adanya tekan hidrostiatika yang kuat
sehingga materlal seperti diinjeksikan).
68
2. Mineral Stabil
Mineral yang stabil selama siklus sedimentasi baik mineral alogenik
maupun produk autigenik seperti: mineral lempung, kuarsa, rijang,
muskovit, tourmaline, sirkon, rutil, brokit, anatase.
69
70
71
72
73
sering
mengalami
rekristalisasi
menjadi
material
halus,
Gambar 4.6. Kiri: batupasir kuarsa dengan semen kalsium karbonat; Kanan:
batupasir kuarsa dengan mineral glaukonit (hijau yang terdiri atas
matrik berupa lempung dan semen kalsium karbonat.
74
75
2. Batuan Karbonat
Mineral utama dalam batugamping dan dolomite (dolostone) adalah
aragonite (CaCO3 ortorombik), kalsit (CaCO3 rombohedral) dan dolomite
[CaMg(CO3)2 rombohedral]. Aragonit adalah kalsium karbonat murni,
sedangkan kalsit biasanya tercampuri dengan unsur Fe dan Mg sekalipun
sedikit. Magnesit (MgCO3) dan siderite (FeCO3) ada dalam batuan
karbonat, keduanya jika hadir hanya dalam jumlah sedikit.
Aragonit, kalsit dan dolomite biasanya sangat sukar di bedakan
dalam sayatan tipis batuan karena sifat optisnya banyak mempunyai
kemiripan dan kembaran (pada batuan metamorf menjadi pembeda yang
mudah ditemukan) tidak akan tampak dalam rombakan karbonat. Tes kimia
dan
Scanning
Electron
Microscope
76
(SEM)
di
butuhkan
untuk
77
78
79
80
81
82
BAB V
BATUAN METAMORF
83
Satu hal yang menarik dari petrologi metamorfik adalah batasan dari tingkat
akhir suatu diagenesa dan awal dari metamorfisme. Penyebab yang paling penting
dari diagenesa dan metamorfik tingkat rendah di dalam batuan adalah penambahan
temperatur, penambahan tekanan adalah kondisi yang kurang berpengaruh selama
berlangsungnya metamorfisme. Perubahan komposisi di dalam batuan kurang
berarti pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari
distribusi ulang elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang
sangat reaktif. Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah menunjukkan
bahwa reaksi ini tidak menempati pada temperatur yang berbeda di bawah kondisi
yang berbeda, tetapi secara umum terjadi kira-kira pada 150oC atau lebih tinggi.
Dibawah permukaan, temperatur di sekitarnya 150oC disertai oleh tekanan
lithostatik kira-kira 500 bar.
Batas atas metamorfisme diambil sebagai titik dimana terjadi peleburan
batuan. Di sini kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur peleburan
merupakan fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap. Satu kisaran
dari 650oC 800oC menutup sebagian besar kondisi tersebut. Batas atas dari
metamorfisme dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut migmatit.
Batuan ini menunjukkan kombinasi dari kenampakan tekstur, diantaranya muncul
menjadi batuan beku dan batuan metamorf yang lain.
Batuan metamorf di khususkan baik dilapangan maupun di laboraturium.
Mereka adalah batuan kristalin, yang secara kuat dan keras. Pada umumnya
mineral-mineral di dalam batuan metamorf adalah silikat, sedikit terbatas untuk
batuan metamorf, tetapi lainnya umum dijumpai pada batuan beku dan metamorf.
84
Tekstur pada batuan metamorf adalah kenampakan yang paling khusus. Contoh
yang baik adalah keteraturan sejajarnya mineral-mineral, yang mengikuti batuan
yang terbagi ke dalam lembar-lembar dan lempeng-lempeng. Batuan metamorf
sering memperlihatkan kenampakan yang perlu dicatat dari proses-proses
metamorfik adalah kecenderungan mereka menghasilkan dalam jumlah terbatas
tipe-tipe batuan. Daerah batuan metamorf diseluruh dunia yang berbeda umur seing
mengandung batuan yang sama.
Terdapat dua kenampakan yang utama dari banyak batuan yang harus
diperikan yaitu kandungan mineral dan tekstur. Ukuran butir dan struktur juga
penting. Sebagai tambahan, terdapat sejumlah mineral silikat yang terbatas di
batuan metamorf, seperti di tunjukkan di bawah ini:
1. Mineral umum batuan metamorf dan beku: kuarsa, feldspar, muskovit,
biotit, hornblende, piroksin, olivin dan mineral bijih.
2. Mineral umum batuan metamorf dan sedimen: kuarsa, muskovit, mineral
lempung, kalsit dan dolomit.
3. Mineral yang hanya (terutama) dijumpai di batuan metamorf: garnet,
andalusit, kianit, silimanit, staurolit, cordierit, epidot dan klorit.
Mineral-mineral yang spesifik pada batuan metamorf terbagi menjadi beberapa,
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.1.
85
86
regional
atau
dinamothermal
merupakan
metamorfisme yang terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfisme ini
terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfisme ini dibedakan menjadi
tiga, yaitu:
a. Metamorfisme Orogenik
Metamorfisme ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana
terjadi proses deformasi yang menyebabkan rekristalisasi.
87
b. Metamorfisme Burial
Metamorfisme ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan
temperatur pada daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi
intensif, kemudian terlipat.
Proses
yang terjadi
adalah
2. Metamorfisme Lokal
Merupakan metamorfisme yang terjadi pada daerah yang sempit
berkisar antara beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfisme ini
dapat dibedakan menjadi:
88
a. Metamorfisme Kontak
Terjadi pada batuan yang mengalami pemanasan di sekitar
kontak massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan
terjadi karena pengaruh panas dan material yang dilepaskan oleh
magma serta oleh deformasi akibat gerakan massa. Zona
metamorfisme kontak disebut contact aureole. Proses yang
terjadi umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antara mineral,
reaksi antara mineral dan fluida serta penggantian dan
penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya berbutir
halus.
89
e. Metamorfisme Impact
Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocitty sebuah
meteorit. Kisaran waktunya hanya beberapa mikrodetik dan
umumnya ditandai dengan terbentuknya mmineral coesite dan
stishovite. Metamorfisme ini erat kaitannya dengan panas bumi
(geothermal).
90
Phyllite
Schist
91
Gneiss
92
1. Bentuk
Idioblastik, merupakan suatu Kristal asal metamorfisme yang
dibatasi oleh muka kristal itu sendiri.
Xenoblastik, merupakan suatu Kristal asal metamorfisme yang
dibatasi bukan oleh muka kristalnya sendiri, ini ekivalen dan
anhedral.
2. Orientasi
a. Orientasi yang tidak kuat
Batuan equigranuler, yaitu batuan dengan butiran-butiran
mineral yang hampir sama ukurannya.
Tekstur
mosaik:
kristalnya
eqiudimensional,
pada
93
94
95
96
97
3. Tekstur Metamorfisme
Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara
tipikal penamaanya mengikuti kata-kata yang mempunyai akhiran blastik. Contohnya, batuan metamorf yang berkomposisi kristalkristal berukuran seragam disebut dengan granoblastik. Secara umum
satu atau lebih mineral yang hadir berbeda lebih besar dari rata-rata;
kristal yang lebih besar tersebut dinamakan porphiroblast.
98
99
1. Struktur Foliasi
a. Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran
mineral pipih (biotit, muskovit dan felspar) lebih banyak dibanding
mineral butiran.
b. Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran
mineral granular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak
dibanding mineral pipih.
c. Struktur Slaty cleavage: sama dengan struktur skistose, kesan
kesejajaran mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
d. truktur Phylitic: sama dengan struktur slaty cleavage, hanya
mineral dan kesejajarannya sudah mulai agak kasar.
100
101
Gambar 5.7. Sayatan Tipis Batuan Metamorf yang Memperlihatkan Non Foliasi
Pada Gneiss.
1. Mineral Stress
Merupakan suatu mineral yang stabil dalam kondisi tekanan, dimana
mineral ini dapat berbentuk pipih atau tabular, prismatik, sehingga mineral
tersebut akan tumbuh tegak lurus terhadap arah gaya atau stress. Contoh:
102
2. Mineral Anti-Stress
Merupakan mineral yang terbentuk dalam kondisi tekanan dan
umumnya berbentuk equidimensional. Contoh: kuarsa, feldspar, garnet,
kalsit dan kordierit.
Selain mineral-mineral diatas, terdapat juga mineral yang khas dijumpai pada
batuan metamorf. Contoh:
Pada metamorfisme regional: silimanit, kianit, andalusit, staurolit dan talk.
Pada metamorfisme termal: garnet, grafit dan korundum.
Dihasilkan dari efek larutan kimia: epidot, wolastonit dan klorit.
Zonasi Mineralogi
Batuan pelitik (metamorfisme mudrock), dari Slate Phyllite Schist Gneiss.
1. Zona Klorit: kuarsa-klorit-muskovit albit.
2. Zona Biotit: biotit-klorit-muskovit-albit-kuarsa.
3. Zona Garnet: kuarsa-muskovit-biotit-almandin-sodic plagioklas.
4. Zona Staurolit: kuarsa -muskovit-biotit-almandin-staurolit-plagioklas.
5. Zona Kianit: kuarsa-muskovit-biotit-almandin-kianit-plagioklas.
6. Zona
Silimanit:
kuarsa-muskovit-biotit-almandin-silimanit-plagioklas-
potash feldspar.
103
104
105
tetapi mengandung fase yang lebih berat. Beberapa eclogit berasal dari
batuan beku.
Granulit: Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama kuarsa,
felspar, sedikit garnet dan piroksin) mempunyai tekstur granoblastik.
Perkembangan struktur gnessiknya lemah mungkin terdiri dari lensa-lensa
datar kuarsa dan/atau felspar.
Rodingit, yaitu batuan metamorf dengan komposisi calc-silikat yang terjadi
akibat alterasi metasomatik batuan beku basa didekat batuan beku ultrabasa
yang mengalami serpentinitasi. (Diktat praktikum petrologi, 2007).
Kuarsit, yaitu batuan metamorf yang mengandung lebih dari 80% kuarsa.
Hornfels: Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari
butiran-butiran yang equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa
porphiroblast atau sisa fenokris mungkin ada. Butiran-butiran kasar yang
sama disebut granofels.
Marmer, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral karbonat (kalsit
atau dolomit) dan umumnya bertekstur granoblastik.
Milonit: Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh
pembutiran atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin
menjadi protomilonit, milonit, atau ultramilomit, tergantung atas jumlah
dari fragmen yang tersisa. Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan
kilap permukaan sutera, rekristralisasi mika, batuannya disebut philonit.
Serpentinit: Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral
dari kelompok serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan karbonat.
106
Fasies Metamorfisme
Merupakan kelompok batuan metamorf yang menunjukkan suatu kondisi
fisik tertentu yang dicirikan oleh asosiasi atau kehadiran mineralogi yang tetap
(Turner, 1954 dalam Williams, et all., 1954).
107
108
109
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Petrografi adalah salah satu cabang ilmu kebumian yang mempelajari batuan
berdasarkan kenampakan mikroskopis berupa ciri-ciri fisik yang menjadi kekhasan
suatu jenis batuan, termasuk di dalamnya melakukan pemerian dan pengklasifikasian
batuan, serta menentukan volume komposisi yang terdapat di dalam batuan, baik
batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf. Batuan beku sendiri adalah
batuan yang terbentuk karena pendinginan dan pembekuan magma. Magma adalah
cairan silikat pijar di dalam bumi, bersuhu tinggi (900o 1300oC), terbentuk secara
alamiah dan berasal dari bagian bawah kerak bumi atau bagian atas selimut atau
selubung bumi, serta mempunyai kekentalan tinggi, bersifat mudah bergerak dan
cenderung bergerak menuju ke permukaan bumi.
Batuan piroklastik adalah jenis batuan yang dihasilkan oleh proses lisenifikasi
bahan-bahan lepas yang dilemparkan dari pusat volkanis selama erupsi yang bersifat
eksplosif. Batuan sedimen adalah suatu batuan yang terbentuk sebagai hasil
pemadatan consolidation dari bahan endapan lepas atau penguapan kimiawi dari
suatu larutan pada atau dekat permukaan bumi atau suatu bahan organik yang terdiri
dari sisa-sisa tumbuh-tumbuhan dan hewan. Sedangkan batuan metamorf adalah
batuan yang berasal dari batuan induk (batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan
110
VI.2 Kritik
Ruangan laboratorium cukup sempit dan tata letak properti yang kurang
teratur membuat kondisi laboraturium kurang nyaman dan sirkulasi udara yang
sangat minim membuat udara di dalam ruangan tidak begitu nyaman, terlebih pada
saat suhu sekitar sedang tinggi. Kemudian yang perlu di perhatikan adalah dari
modul atau buku panduan praktikum yang kondisinya sangat minim, karena berupa
fotocopy-an, maka gambar-gambar optis dari contoh tekstur dan struktur batuan
sangat sulit untuk di pahami serta kondisi mikroskop polarisasi yang kurang terawat
dan jauh dari kata layak dan jumlah dari sayatan tipis yang sangat minim kuantitas
dan kualitasnya.
111
VI.3 Saran
Untuk mendapatkan hasil pengamatan yang optimal sebaiknya peserta
praktikum petrografi dapat memperhatikan segala penjelasan dari asisten praktikum
dengan sebaik-baiknya, bila ada bagian yang kurang jelas, maka jangan segan-segan
untuk bertanya. Kemudian hal lain yang harus lebih diperhatikan adalah perawatan
terhadap mikroskop polarisasi dan menjaga sampel sayatan tipis batuan adalah hal
yang tidak kalah pentingnya, karena mengingat sulitnya untuk mendapatkan sayatan
tipis batuan. Kedua komponen penting ini adalah hal utama yang perlu di perhatikan
karena menjadi kunci utama dalam keberlangsungan dari praktikum petrografi ini.
112
DAFTAR PUSTAKA
(diakses
Juni
2014).
Loucks, Robert G., Kerans, Charles., Bureau, Xavier Janson. 2003. Introduction to
Carbonate
Environments,
Facies,
and
Facies
Tracts.
Dari
http://www.beg.utexas.edu/lmod/_IOL-CM01/cm01-step03.htm#, (diakses 6
Juni 2014).
Purwansah, Basdar. 2012. Batuan Metamorf. Dari http://basdargeophysics.
wordpress.com/2012/04/20/batuan-metamorf/, (diakses 7 Juni 2014).
113
LAMPIRAN
LAMPIRAN
114